• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL KETERPADUAN (INTEGRATED MODEL) DALAM PEMBELAJARAN IPS SD DENGAN TEMA "KEBUTUHAN KELUARGA" : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Danau Batur Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang- Banten.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL KETERPADUAN (INTEGRATED MODEL) DALAM PEMBELAJARAN IPS SD DENGAN TEMA "KEBUTUHAN KELUARGA" : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Danau Batur Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang- Banten."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL KETERPADUAN (INTEGRATED MODEL) DALAM

PEMBELAJARAN IPS SD DENGAN TEMA "KEBUTUHAN KELUARGA"

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas 3 Sekolah Dasar Negeri Danau Batur Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang- Banten )

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoieh Gelar Magister Pendidikan Program Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar.

*>D'A/^

Oleh: Hasim NIM.009798

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDOSESIA

BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

Prof.

Nipl

PEMBIMBING I

Dr. Helms Siamsuddin, M.A

1^188282

PEMBIMBING II

Prof. Dr.Hi.Mulvani Sumantri, M.Sc

(3)

PENERAPAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL KETERPADUAN

(INTEGRATED MODEL) DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

DENGAN TEMA "KEBUTUHAN KELUARGA "

( Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas III Sekolah Dasar Negeri Danau Batur

Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang Propinsi Banten )

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menemukan cara belajar yang tepat untuk menciptakan kondisi belajar yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas belajar siswa. Dengan demikian penelitian ini menitik beratkan

pada upaya guru dalam menumbuhkan dan meningkatkan aktivitas belajar

siswa. kemudian dilakukan analisis secara kualitatif terhadap data yang dikumpulkan melalui observasi berupa kegiatan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Data menunjukan bahwa melalui pembelajaran terpadu model keterpaduan ( integrated model ) adanya peningkatan

kreativitas siswa melalui beragam aktivitas siswa : siswa lebih aktif

mendengarkan penjelasan guru, merespon pertanyaan guru, mengajukan

pertanyaan, melakukan pengamatan, kerja sama dalam kelompok, dan

menyelesaikan tugas. Hal ini dapat dibuktikan juga dengan adanya

peningkatan nilai rata-rata dari tes akhir dilakukan setiap tindakan dari siklus

pertama sampai siklus ke lima : siklus pertama nila rata-rata 6,07, siklus

kedua nilai rata-rata 6,46 , siklus ke tiga 6,67 , siklus ke empat 7,09 dan siklus ke lima 7,44.

Pada pembelajaran terpadu yang dikembangkan dapat meningkatkan

kreativitas siswa hai ini nampak pada saat proses pembelajaran berlangsung

siswa lebih bersemangat dalam belajar, siswa merasa lebih akrab, siswa lebih berani mengeluarkan pendapat dalam menjawab pertanyaan, berani

bertanya,

karena

guru

selalu

memberikan

kesempatan

dalam

mengumpulkan dan mengolah informasi melalui dirinya sendiri, guru selalu

melibatkan siswa dalam menyiapkan media pembelajaran, guru berperan

sebagai sumberyang terbuka, pembimbing dan mengarahkan siswa.

Dalam proses pembelajaran siswa merasa lebih banyak tahu tentang hal-hal

yang sedang dipelajari, karena dalam membicarakan tema sentral yang

terpilih mengaitkan beberapa bidang stud, siswa dapat mempelajari satu

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR BAGAN ix

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Batasan Istilah 8

D. Tujuan Penelitian 9

E. Manfaat penelitian 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

A. Prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar 11

B. Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial di sekolah Dasar 14

1. Pengertian llmu Pengetahuan Sosial 14

2. Tujuan P.IPS di Sekolah Dasar 15

3. Ruang Lingkup Materi P.IPS di SD 17

4. Proses Pembelajaran IPS di SD 19

(5)

C. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 21

1. Teori Piaget 22

2. Teori Bruner 25

D. Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar (27

'"T 1. Model Keterhubungan (Connected) 28

2. Model Jaring Laba-laba (Webbed) 31

3, Model Keterpaduan (Integrated) 33

E. Hasil Penelitian Yang Relevan 41

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

42

B. Metode Penelitian yang digunakan 43

C. Prosedur Penelitian 44

D. LatarSituasi Sosial, Subjek Dan Data Penelitian 48

E. Tahapan Penelitian

49

F. Analisis dan Penafsiran Data 54

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data penelitian

57

1. Deskripsi Data Awal 57

2. Temuan Awal Penelitian ( Studi orientasi) 61

3. Pelaksanaan Tindakan 63

(6)

3.1. Tindakan pertama Penelitian 63

3.2. Tindakan kedua Penelitian 72

3.3. Tindakan ketiga Penelitian 82

3.4. Tindakan keempat Penelitian 93

3.5. Tindakan kelima Penelitian 104

B. Deskripsi Pendapat Guru Tentang Penerapan Pembelajaran Terpadu Model Keterpaduan

(Integrated Model) 117

C. Deskripsi Pendapat Siswa Tentang Penerapan

Pembelajaran Terpadu Model Keterpaduan

(IntegratedModel) 118

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN 120

B. REKOMENDASI 122

DAFTAR PUSTAKA 124

(7)
(8)

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 1. Contoh skema Pembelajaran Terpadu

Model Keterhubungan (Connected) 30

Bagan 2. Contoh skema Pembelajaran Terpadu

Model Jaring Laba-laba (Webbed) 32

Bagan 3. Contoh skema Pembelajaran Terpadu

Model Keterpaduan (Integrated) 34

Bagan 4. skema Pembelajaran Terpadu Model Ketepaduan

(Integrated Mdel)) pada tindakan pertama

65

Bagan 5. skema Pembelajaran Terpadu Model Ketepaduan

(Integrate Model)) pada tindakan kedua

72

Bagan 6. skema Pembelajaran Terpadu Model Ketepaduan

(Integrated Model)) pada tindakan ketiga

82

Bagan 7. skema Pembelajaran Terpadu Model Ketepaduan

(Integrated Model)) pada tindakan keempat

93

Bagan 8. skema Pembelajaran Terpadu Model Ketepaduan

(Integrated Model)) pada tindakan kelima

104

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel I Pelaksanaan Tindakan I 67

2. Tabel II Pelaksanaan Tindakan II 73

3. Tabel III Pelaksanaan Tindakan III 84

4. Tabel IV Pelaksanaan Tindakan IV 95

5. Tabel V Pelaksanaan Tindakan V 1°5

6. Tabel VI Deskripsi Pengembangan Pembelajaran

(11)
(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Suasana Pembelajaran pada Tindakan I 185

Gambar 2. Suasana Pembelajaran pada Tindakan II 186

Gambar 3. Suasana Pembelajaran pada Tindakan III 187

[image:12.595.157.445.290.645.2]

Gambar 4. Suasana Pembelajaran pada Tindakan IV 188

Gambar 5. Suasana Pembelajaran pada Tindakan V 189

(13)
(14)

DAFTAR LAM PI RAN

Halaman

1. Skenario Pembelajaran Terpadu Model Integrated

(keterpaduan ) pada tindakan I

128

2. Skenario Pembelajaran Terpadu Model Integrated

(keterpaduan ) pada tindakan II

140

3. Skenario Pembelajaran Terpadu Model Integrated

(keterpaduan ) pada tindakan III

151

4. Skenario Pembelajaran Terpadu Model Integrated

(keterpaduan ) pada tindakan IV

161

5. Skenario Pembelajaran Terpadu Model Integrated

(keterpaduan ) pada tindakan V

171

6. Rekapitulasi Nilai setiap tindakan

180

7. Jadwal Kegiatan Penelitian Kelas

182

8. Matrik Mata Pelajaran kelas III Semester I 184

9. Gambar 1. Suasana Pembelajaran pada Tindakan I 185

10. Gambar 2. Suasana Pembelajaran pada Tindakan II 186

11. Gambar 3. Suasana Pembelajaran pada Tindakan III 187

12. Gambar 4. Suasana Pembelajaran pada Tindakan IV 188

13. Gambar 5. Suasana Pembelajaran pada Tindakan V 189

14. Pedoman Observasi 190

15. Angket Untuk Siswa Sebelum Penerapan PT

193

[image:14.595.66.490.154.651.2]
(15)

16. Angket Untuk Siswa Sesudah Penerapan PT 194

17. Kuestioner Untuk Guru 196

18. Surat Keputusan Pembimbing 200

19. Surat Permohonan untuk Mengadakan Penelitian 201

20. Rekomendasi dari Kepala Dinas Pendidikan

Kabupaten Tangerang 202

21. Rekomendasi dari Kepala Cabang Dinas Pendidikan

Kecamatan Curug 203

22. Surat Keterangan dari Kepala SD. Negeri Danau Batur 204

23. Riwayat Hidup Peneliti 205

(16)

BAB! PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Kurikuium Berbasis Kompetisi (KBK) Sekolah Dasar,

pengertian llmu Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang

-merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang

diorganisir dari konsep-konsep dan keterampilan Sejarah, Geografi,

Sosiologi, Antropolgi, dan Ekonomi. Fungsi mata pelajaran di Sekolah

Dasar adalah mengembangkan pengetahuan, nilai, dan sikap, serta

keterampilan sosial siswa untuk dapat menelaah kehidupan sosial yang

dihadapi sehari-hari serta menumbuhkan rasa bangga dan anta terhadap

perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini.

Dan tujuannya agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan, nilai

dan sikap, serta keterampilan sosial yang berguna oagi dirinya,

mengembangkan pemahaman

tentang pertumbuhan masyarakat

Indonesia masa lampau hingga kini sehingga siswa bangga sebagai

bangsa Indonesia. ( Puskur-BPP, Depdiknas, 2001: 9 ).

Menurut data dari NIER tahun 1999 (dalam S. Belen 2002 : 1) ,

contoh negara-negara yang menerapkan kurikuium berbasis materi

(content-based curriculum approach) adalah RRC, Fiji, Indonesia dan

Jepang. Negara-negara yang telah menerapkan kurikuium berbasis

kompetisi (competence/outcome-based curriculum approach) adalah

(17)

Thailand. Negara-negara yang sedang beralih dari kurikuium berbasis

materi ke kurikuium berbasis kompetensi adalah India, Korea Selatan,

dan Prancis (khususnya pendidikan kejuruan). Negara-negara yang

menerapkan yang menerapkan kombinasi kurikuium berbasis materi dan

berbasis kompetensi adalah Jerman, Laos, Malaysia, Filipina dan

Amerika Serikat. Negara-negara yang sedang beralih dari kurikuium

bebasis materi ke model kombinas* adalah Prancis dan Vietnam. Data ini

menunjukkan bahwa dunia Intemasiona!

cenderung meninggalkan

pendekatan kurikuium berbasis materi dan beralih menganut kurikuium

berbasis kompetensi. Kurikuium ini menekankan dalam PBM bukanlah

belajar apa yang harus dipelajari (learning what to be learned ), tetapi v

belajar bagaimana belajar ( learning how to learned .), jadi yang

ditekankan dalam PBM bukanlah siswa mempelajari ilmu atau mata

pelajaran sebagai produk tetapi sebagai proses. u

Ada tiga hai yang berkaitan dengan sasaran P.IPS di sekolah

dasar, yaitu: (1) Pendidikan P.IPS tidak semata berorientasi kepada hasil

tetapi juga proses. (2) Sasaran pembelajaran P.IPS harus utuh

menyeluruh. (3) Pembelajaran P.IPS akan lebih berarti apabila dilakukan

secara berkesinambungan, terus-menerus, holistik dan melibatkan siswa

secara langsung.

Pembelajaran P.IPS lebih memberikan kesempatan kepada siswa

dalam mengembangkan diri seluas-luasnya menurut norma dan nilai yang

berlaku di lingkungan masyarakat. Walaupun kemudian diakui dewasa ini

(18)

serius, bahkan diduga terancam eksistensinya sebagai pendidikan yang

dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan

berfikir, apresiasi dan internalisasi nilai misalnya, dengan adanya

anggapan dari masyarakat bahwa pendidikan IPS belum mempunyai

kedudukan yang setaraf atau lebih tinggi dengan pendidikan IPA dan

matematika. Keberadaan pendidikan IPS kurang memberikan gambaran

positif mcngenai pentingnya diberikan materi IPS tersebut. Sering

terdengar keluhan peserta didik di sekolah dasar yang mengatakan

bahwa pendidikan IPS adalah pelajaran hapalan dan materi pelajaran ^

tersebut terialu banyak. Demikian juga guru dalam menyelesaikan

tugasnya menyampaikan materi pendidikan IPS kepada peserta didiknya

hanya sebatas transpormasi ilmu pengetahuan.

Pendidikan IPS diharapkan mampu membina perubahan dan •

harapan-harapan baru yang merupakan tuntutan kehidupan dan

perkembangan masyarakat akan tetapi harapan tersebut dalam

kenyataannya menunjukkan bahwa sekolah belum mampu memenuhi

tuntutan perkembangan masyarakat.

Harapan tersebut belum dapat dicapai dengan baik karena

masing-masing mata pelajaran berjalan sendiri-sendiri tanpa adanya

keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Hal

inilah yang menyebabkan situasi pembelajaran terasa kurang menarik

dan kurang bermakna bagi siswa. Untuk menarik minat, gairah dan

kreativitas siswa dalam pembelajaran, setiap mata pelajaran yang ada

(19)

dilaksanakan melalui proses pembelajaran terpadu diantaranya melalui ,.

model keterpaduan (integratedmodel).

Pembelajaran terpadu model keterpaduan (integrated model)

merupakan pendekatan belajar-mengajar yang memadukan

empat

bidang studi atau lebih dengan memprioritaskan konsep-konsep,

keterampilan atau sikap yang dipadukan dari masing-masing bidang studi

yang bertolak dari tema sentral (Fogarty, 1991 :76).

-Pembelajaran terpadu model ini secara psikologis dapat v

memberikan pengalaman yang bermakna bagi peseta didik, karena

dalam pembelajarannya siswa akan memahami konsep-konsep, seiain

yang sudah mereka pahami. Pembelajarannya berpusat pada siswa, ,

artinya aktivitas dalam pembelajaran lebih ditekankan pada siswa.

Dengan demikian

model keterpaduan (integrated model)

merupakan pembelajaran terpadu yang dapat memberikan peluang yang

cukup besar bagi peningkatan belajar siswa secara bermakna kearah

tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

Ciri utama dari perkembangan anak sekolah dasar adalah bersifat

holistik, terpadu saling keterkaitan antara aspek perkembangan yang satu

dengan aspek yang lainnya. Perkembangan fisik tidak dapat dipisahkan

dengan perkembangan mental, emosional dan atau sebaliknya.

Perkembangan tersebut akan terpadu dengan pengalaman , kehidupan

dan lingkungannya. Demikian juga dalam proses belajar anak.

Keterkaitan antar aspek perkembangan dalam proses belajar anak

(20)

perkembangan anak. Prinsip ini mengandung implikasi bahwa proses

membelajarkan anak sekolah dasar harus bersifat terpadu. v.

Untuk itulah pembelajaran terpadu model keterpaduan (integrated

Model), perlu dikembangkan padasuatu pembelajaran di Sekolah Dasar,

v karena dengan pembelajaran terpadu bagi siswa lebih memungkinkan

untuk memahami suatu fenomena dari berbagai segi. Dengan

diterapkannya pembelajaran terpadu model keterpaduan (integrated

model), maka akan lebih memungkinkan terbentuknya semacam jalinan

antar skemata (pengetahuan) yang telah dimiliki oleh siswa sesuai ,

dengan potensi yang ada pada siswa itu sendiri. Hal ini akan membawa

dampak positif bagi kebermaknaan belajar siswa dari materi yang v

dipelajarinya. Rujukan nyata dari segala konsep yang diperoleh, dan

keterkaitannya dengan konsep-konsep lain akan menambah

kebermaknaan konsep yang dipelajari siswa.

Dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam,

pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang pembelajaran terpadu sebagai alternatif pembelajaran

di Sekolah Dasar dengan tema terpusat yang dipilih dalam penelitian ini

adalah "Kebutuhan Keluarga " yang diambil dari kelas 3 semester I dengan pembelajaran model keterpaduan (Integrated model). Penelitian

ini merupakan tindakan kelas (action research) yang bertujuan untuk ,

memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas dan ingin meningkatkan

pemahaman konsep serta aktivitas belajar siswa tentang kebutuhan

(21)

Melalui pembelajaran terpadu diharapkan siswa dapat memahami

suatu permasalahan secara menyeluruh (holistik). Dengan demikian u

siswa lebih memahami arti kehidupan, yang saling keterkaitan antar konsep (materi) pelajaran dengan masalah yang ada di sekitar •

(khususnya di lingkungan keluarga). Selain itu juga dapat meningkatkan

keterampilan proses sains, berkomunikasi, memecahkan masalah, berfikir t

kritis dan kreatif. Sedangkan bagi guru, pembelajaran terpadu dapat

meningkatkan

keterampilan

mengorganisasi

dan

merencanakan •

pengajaran serta membina semangat kerja sama dengan teman sejawat.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak-pihak yang peduli

terhadap masalah pendidikan menyimpulkan bahwa kualitas pendidikan

-di negara kita saat ini sangat rendah jika -diban-dingkan dengan

negara-negara lain.

Rendahnya kualitas pendidikan di negara kita, terbukti

dengan rendahnya kemampuan membaca kritis dan rendahnya tingkat L

kreativitasnya siswa Sekolah Dasar jika dibandingkan dengan

negara-negara lain. Berbicara masalah kualitas pendidikan tentunya terkait

langsung dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru-guru di

kelas terutama di Sekolah Dasar. Proses pembelajaran di kelas lebih

didominasi oleh guru, sehingga siswa ditempatkan sebagai objek dalam

belajar dan bukan subjek, akibatnya siswa menjadi pasif. Proses

pembelajaran seperti itu tentunya tidak sesuai dengan hakekat belajar itu

(22)

Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan dalam satu bidang i

ilmu pengetahuan cenderung selalu diiringi oleh transformasi temuan ilmu

itu ke dalam bidang lain. Belajar tidak sebatas memperoieh informasi

tetapi belajar untuk memahami. Apa yang dimaksud dengan memahami

ialah lebih dari sekedar melakukan apa yang dimiliki. Memahami menyangkut proses membuat koneksi (keterkaitan), menggunakan

pengetahuan secara lincah dan fleksibel sehingga terbentuk suatu

wawacan yang bermakna.

Berdasarkan uraian latar belakang dan kajian teori, maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan Pembelajaran Terpadu

Model keterpaduan (Integrated model ) di kelas 3 SD, dengan tema

sentral "Kebutuhan Keluarga". Yang menjadi masalah utamanya adalah Mengapa Pembelajaran Terpadu Model keterpaduan (Integrated model)

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas 3 Sekolah Dasar ?

Untuk lebih memudahkan dan terarahnya penelitian ini, maka ,,

masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan pembelajaran terpadu model

keterpaduan ( Integrated model) di Sekolah Dasar dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa selama mengikuti v

pembelajaran ?

2. Bagaimana pandangan guru tentang pengembangan pembelajaran

(23)

3. Bagaimana pandangan siswa tentang

pembelajaran terpadu model keterpaduan (Integr

Sekolah Dasar ?

4. Apa saja kelemahan dan kekuatan yang muncul dalam l

pelaksanaan pembelajaran terpadu model keterpaduan

(Integrated Model) di Sekolah Dasar ?

C. Batasan Istilah

Untuk menghindari persepsi yang berbeda mengenai istilah- istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, maka periu diberikan batasan istilah

sebagai berikut:

a. Pembelajaran terpadu adalah suatu model dalam proses berlajar <•

mengajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk

memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak.( Tim

Pengembangan PGSD (1997 : 5 )

b. Model keterpaduan (integrated Model) adalah suatau bentuk t

pembelajaran yang menyatukan berbagai konsep baik yang terdapat

pada intra bidang studi maupun yang terdapat pada antar bidang

studi, di mana dalam pelaksanaan pembelajarannya tidak beranjak

pada label bidang studi tertentu namun diawali dengan peluncuran

suatu tema yang direncanakan sebelumnya dengan melibatkan

konsep-konsep dari beberapa bidang studi untuk dibahas dan

(24)

c. llmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang nriengkaji l kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajiah sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. IPS yang

diajarkan di SD terdiri dari dua bahan kajian pokok ; pengetahuan

sosial dan sejarah.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan di atas , maka tujuan

penelitian ini adalah

1. Untuk menelaah keterlaksanaan pembelajaran terpadu model

ketepaduan (intergratedModel) di kelas 111 Sekolah Dasar Negeri

Danau Batur dilihat dari hasil belajar siswa selama mengikuti

pembelajaran di kelas.

2. Untuk menelaah bagaimana pandangan guru dan pandangan siswa

terhadap keterlaksanaan pembelajaran terpadu model keterpaduan

(integrated model) di sekolah dasar.

3. Menelaah kelemahan dan kekuatan pelaksanaan pembelajaran

terpadu model keterpaduan (integrated model) di sekolah dasar.

E. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang

praktis dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar . Selain itu

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru Sekolah Dasar, bagi

(25)

1. Bagi guru Sekolah Dasar

Dapat menambah wawasan guru, dan sekaligus daplk (fyM

sebagai rujukan guru dalam menerapkan pembelajaran terpac keterpaduan (integrated model) di sekolah dasar.

2. Bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ( D-ll PGSD)

Dalam hai ini LPTK yang mengelola Program D-ll PGSD,

hendaknya hasil penelitian in1 dapat digunakan sebagai bahan masukan

untuk lebih memperhatikan kualitas mata kuliah pembelajaran terpadu di .

PGSD yang akan disampaikan pada mahasiswa calon guru Sekolah

Dasar, dan mahasiswa termotivasi dan tidak mengalami kendala yang

berarti pada saat memperaktekkan pengembangan pembelajaran terpadu

di Sekolah Dasar.

3. Bagi Pengembang kurikuium

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran pada

pengembangan kurikuium kearah peningkatan kualitas proses

pembelajaran dan untuk disosialisasikan dalam pelaksanaan kurikuium

berikutnya.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk

penelitian selanjutnya, khususnya dalam rangka pengembangan

pembelajaran terpadu model keterpaduan (Integrated model) di sekolah

(26)
(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan dan Manfaat Peneltian

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah meningkatkan

kreativitas siswa dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar melalui

pengembangan model keterpaduan (Integrated Model). Penelitian ini

bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional

guru dalam pelaksaksanaan pembelajaran pendidikan llmu Pengetahuan

Sosial di kelas, selain itu untuk mengadakan inovasi dalam kegiatan

pembelajaran Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar.

Penelitian ini juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori

dan praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi karena seteiah meneliti

kegiatan pembelajaran di kelas dengan melibatkan semua siswa, melalui

sebuah tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi, maka

guru akan memperoieh umpan balik yang sistematik mengenai apa yang

selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan

demikian guru dapat membuktikan apakah suatu teori belajar-mengajar

dapat diterapkan dengan baik dikelasnya sendiri, jika kiranya ada teori

yang tidak cocok dengan kondisi kelasnya, melalui penelitian tindakan

kelas guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan proses

atau produk pembelajaran yang lebih efektif dan optimal.

(28)

Dengan melibatkan guru dalam penelitian ini, guru lebih aktif,

inovatif dan dapat mengikuti apa yang dilakukan oleh peneliti, selanjutnya

guru dapat melakukan penelitian semacam ini dikelasnya dalam rangka

memperbaiki serta meningkatkan profesionalisme keguruannya.

B. Metode Penelitian yang Digunakan

Berdasarkan tujuan diatas maka metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom

action

research). Peneliti dalam dalam penelitian model ini bukan sekedar

memecahkan masalah pembelajaran yang ada di kelas, tetapi juga

berupaya meningkatkan profesionalisme guru melalui kegiatan inovasi

yang beriandaskan pada efektif kolaboratif dan upaya-upaya altematif

yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan llmu

Pengetahuan Sosial dan kinerja guru serta iklim kelas.

Penelitian tindakan bersifat reflektif inkuiri, karena itu fokus

penelitian tindakan terletak kepada bagaimana kemampuan guru dalam

melakukan tindakan-tindakan altematif dalam memecahkah

permasalahan-permasalahan pembelajaran. Hal ini terkait langsung

dengan kemampuan guru dalam merencakanan, menerapkan/mencoba,

dan mengevaluasi efektifitas tindakan-tindakan yang dilakukannya.

Dengan demikian guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman

tentang keterampilan praktek pembelajaran secara reflektif dan bukan

bertujuan mendapatkan ilmu baru.

(29)

Penelitian tindakan dilakukan secara kolaborasi, hai ini

dimaksudkan untuk memberdayakan (empowering) guru setempatagar

mampu mengadakan pembaharuan - pembaharuan dalam proses

pembelajaran. Oleh karena itu Stenhouse dalam bukunya An Introduction

to Curriculum Research and Development ( dalam Hopkins, 1993 : 2 )

menyebutkan guru sebagai peneliti

(teacher as researcher) yang

mengartikulasikan pentingnya partisipasi guru dalam upaya pembaharuan

dan perbaikan pendidikan di tingkat kelas. Lebih jauh Stenhouse

mengemukakan bahwa guru dalam kedudukannya sebagai peneliti

diharapkan

merupakan

upaya

yang

meningkatkan

daya

dan

kemampuannya sehingga memberikan kebermaknaan dalam

pembaharuan profesi dan berdampak emansipasi dan leberasi dari

upayanya untuk bereksprimen dan menggunakan judmennya di kelas

serta di dalam ketergantungannya terhadap berbagai otoritas birokrasi

dan sistem pendidikan yang dominan dan control oriented ( Hopkins,

1993:4)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian tindakan bercirikan proses refleksi ,

kolaborasi dan partisipasi dalam pelaksanaannya, sehubungan dengan

situasi sosial yang berkembang di dalam kelas. Ditinjau dari dimensi

tindakan, penettian tindakan ini dicirikan dengan adanya tindakan

intervesi dalam skala kecil sebagai upaya untuk melakukan perbaikan

dalam pengembangan situasi sosial yang terjadi di kelas (Mc. Niff, 1992).

(30)

Berdasarkan pada situasi permasalahan yang dikaji maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, naturalistik, di

mana peneliti mencatat permasalahan secara seksama

masalah-masalah yang muncul terkait dengan obyek yang diteliti, kemudian

masalah-masalah ini dianalisis, direfleksi kemudian diadakan revisi yang

dijadikan dasar rancangan rencana perbaikan pelaksanaan tindakan

berikutnya. Pada hakekatnya penelitian tindakan merupakan proses

pengkajian melalui daur ulang dan

berbagai kegiatan yaitu

merencanakan, melakukan tindakan, mengamati lalu merefleksikan

(Mc Niff. 1997, Rohman Natawidjaya, 1997 ).

Kegiatan refleksi merupakan syarat utama yang harus dilakukan

oleh peneliti tindakan di kelas, agar menghasilkan sesuatu yang sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai ( Suyanto, 1996 / 1997 ),

mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu

penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar

dapat memperbaiki dan meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di

kelas supaya lebih profesional. Penelitian ini lebih diarahkan pada

suatu upaya pengembangan pembelajaran terpadu Model keterpaduan

(Integrated Model) di SD sehingga dapat menghasilkan suatu model

yang dapat diterapkan di Sekolah Dasar. Rancangan dan

langkah-langkah tindakan penelitian menggunakan pola yang berlaku pada

umumnya penelitian tidakan

yang disesuaikan dengan fokus

permasalahan dan tujuan penelitian. Paradigma penelitian ini

mengadaptasi pola penelitian tindakan yang dikembangkan oleh

(31)

( Hopkins, 1993 ), secara operasional pola penelitian tindakan sebagai

berikut:

Desain Penelitian

Langkah penelitian mengikuti alur seperti pada diagram

Mata Pelajaran /

Pokok Bahasan

GBPP SEKOLAH DASAR

Mata Pelajaran /

Pokok Bahasan

Mata Pelajaran /

Pokok Bahasan

Mengkaji konsep, keterampilan dan sil ;ap

Diskusi dan merancang bersama tentang Model pembelajaran terpadu model

keterpaduan (Integrated Model)

- Pengembangan model

- Review model

• Merevisi model yang diterapkan

PENYUSUNAN RENCANA TINDAKAN PERTAMA

PELAKSANAAN TINDAKAN PERTAMA

OBSERVASI

Mata Pelajaran /

Pokok Bahasan

SATU SIKLUS ANALISIS/DISKUSI

REFLEKSI

T

RENCANA SIKLUS KE II

ir DST

PENYUSUNAN LAPORAN

(32)

Langkah-langkah penelitian:

1. Studi literatur yang berhubungan dengan pembelajaran terpadu

dan proses pembelajaran di Sekolah Dasar.

2. Mengidentifikasi konsep, keterampilan dan sikap esensial yang

dikembangkan dalam setiap mata pelajaran atau pokok bahasan

yang diajarkan di Sekolah Dasar.

3. Mengembangkan model pembelajaran terpadu dengan

memperhatikan karakteristik dari mata pelajaran dan pokok

bahasan yang dapat dipadukan.

4. Mengembangkan instrumen untuk menilai kualitas dari

pembelajaran terpadu model keterpaduan (Integrated Model),

instrumen yang dikembangkan terdiri dari pedoman observasi, tes,

kuesioner dan pedoman wawancara.

5. Uji coba model pembelajaran yang dikembangkan.

6. Analisa data dari uji coba pertama.

7. Memperbaiki model pembelajaran dari data uji coba.

8. Uji coba perbaikan model pembelajaran. 9. Analisis data dari uji coba ke dua.

10. Membuat laporan.

(33)

D. Latar Situasi Sosial, Subjek Dan Data Penelitian Kelas

1. LatarSituasi Sosial Penelitian

Latar situasi sosial penelitian menunjukan pada pengertian lokasi

situasi sosial yang dicirikan oleh adanya tiga unsur, yaitu tempat, pelaku

dan kegiatan (Hopkins: 1985). Maka tempat atau lokasiyang dipilih untuk

penelitian ini adalah kelas 3 SD.Negeri Danau Batur, Kecamatan Curug

Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Unsur pelakunya adalah guru

dan siswa yang teriibat dalam kegiatan belajar mengajar dan unsur

kegiatannya adalah

Pembelajaran terpadu Model keterpaduan

( Integrated Model ) sebagai upaya meningkatkan kreativitas belajar

siswa.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas 3, caturwulan I pada salah satu

Sekolah Dasar Negeri Danau Batur Kecamatan Curug Kabupaten

Tangerang. Penelitian ini dilakukan sendirioleh peneliti setelah peneliti

mengadakan pertemuan dan berkonsultasi dengan pihak SD yang

menjadi tempat penelitian.

Berdasarkan rancangan kualitatif penelitian kelas ini, yang menjadi

subjek penelitian adalah: peristiwa, manusia dan situasi yang diobservasi

( Hopkins, 1985, Nasution : 1996 ). Dalam penelitian kelas ini, subjek

penelitian adalah Pembelajaran Terpadu Model Keterpaduan (Integrated

Model ) dengan tema "penduduk" sebagai upaya meningkatkan

(34)

aktivitas belajar siswa kelas 3, serta proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa selama pelaksanaan pengamatan berlangsung.

Dokumen, berupa teks atau bahan-bahan tertulis (termasuk gambar, damn Iain-Iain ) yang dibuat guru dan berkenaan dengan

kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Dokumen tertulis ini

diperoleh melalui kajian dokumentasi ( guru, siswa), peneliti ( catatan lapangan dan lembar panduan observasi) serta catatan-catatan lainnya yang menunjang penelitian kelas ini.

E. Tahapan Penelitian

1. Prosedur Pengembangan Tindakan

Dalam penelitian tindakan ini mengikuti langkah-langkah dasar yang berlaku, menurut langkah dalam penelitian tindakan ini dapat dibagi

dalam dua tahapan yaitu : (a) tahapan perencanaan tindakan yang

disertai dengan observasi, (b). tahap pelaksanaan, (Mc.Niif, 1992,

Hopkins, 1993). Dalam tahapan pelaksanaan ada beberapa kegiatan

yang dilakukan secara daur ulang, mulai dari kegiatan orientasi,

perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi

( Lewin's, 1993 ). Secara operasional langkah-langkah dalam

pelaksanaan pengembangan tindakan dapat dijabarkan sebagi berikut:

1). Orientasi

Tahapan orientasi ini dilakukan sebelum menyusun rencana

tindakan, tahapan ini dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang

(35)

ada di lapangan dilakukan oleh guru dan peneliti terhadap pelaksanaan

pembelajaran untuk mendapatkan informasi yang faktual yang sesuai

dengan karakteristik permasalahan penelitian. Hasil orientasi yang

dihasilkan dijadikan dasar merumuskan rencana tindakan yang akan

dikembangkan sesuai dengan konsep pembelajaran terpadu model

keterpaduan (Integrated Model).

Rancangan tindakan yang direncanakan dan akan dilakukan pada

tahap awalnya didasarkan pada kondisi di kelas yang terjadi pada

sekolah dasar yang akan dijadikan sebagai tempat pengembangan

tindakan yang disusun bersama antara guru dan peneliti.

2). Perencanaan

Berdasarkan temuan identifikasi masalah pada tahap orientasi

maka langkah selanjutnya adalah penyusunan rencana tindakan Ioleh

peneliti dan guru yang sesuai dengan konsep pembelajaran terpadu

model keterpaduan. Rancangan tindakan berdasarkan pada kondisi

pembelajaran yang berlangsung pada sekolah dasar yang akan dijadikan

tempat pengembangan tindakan dengan memperhatikan karakteristik

awal siswa. Dalam permasalahan ini antara guru dan peneliti mempunyai

suatu kesepakatan mengenai fokus yang akan diobservasi yakni

berkenaan dengan efektivitas pelaksanaan pengembangan pembelajaran

terpadu yang meliputi perencanaan, proses pelaksanaan dan evaluasi.

(36)

3). Pelaksanaan Tindakan

Setelah rencana tahap I disusun bersama oleh guru dan peneliti,

kemudian ditetapkan sebagai tindakan yang akan dilakukan dikelas,

maka dilaksanakanlah praktek pembelajaran di kelas dengan

menggunakan model pembelajaran terpadu model keterpaduan yang

telah disepakati sebelumnya. Rancangan pengembangan model tersebut

bersifat fleksibel, artinya dapat dilakukan perubahan-perubahan sesuai

dengan keadaanyang berlangsung dalam pengaplikasian model di kelas.

Hal ini dimaksudkan untuk menyempumakan model pembelajaran

terpadu yang akan dikembangkan.

4). Obeservasi

Kegiatan observasi dilakukan saat pelaksanaan tindakan, dimana

peneliti mengamati pelaksanaan tindakan proses belajar mengajar di

dalam kelas dengan menggunakan model pembelajaran terpadu model

keterpaduan sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah disepakati

sebelumnya oleh guru dan peneliti. Peneliti mendokumentasikan kegiatan

pelaksanaan mulai dari proses belajar mengajar, kondisi dan situasi

perubahan-perubahan yang terjadi saat pelaksanaan tindakan, hasil dari

kegiatan observasi ini merupakan bahan pertimbangan untuk

mengadakan evaluasi lanjutan guna mengadakan perencanaan tindakan

berikutnya.

(37)

5) Refleksi

Tahapan kegiatan refleksi, peneliti dan guru merenungkan kembali

secara kolaboratif tentang tindakan yang dilakukan, baik dari

perencanaan ataupun pelaksanaaan tindakan yang telah dilakukan,

melalui tahapan ini peneliti dan guru mermuskan kembali

rencana-rencana kegiatan tindakan yang lebih sempurna. Rochman Natawidjaja,

mengungkapkan bahwa refleksi merupakan pengkajian terhadap

keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan sementara untuk

menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang

mungkin diusulkan dalam pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya.

Pada kegiatan penelitian ini, refleksi dapat dilakukan pada tahap awal

tindakan, proses pelaksanaan tindakan, serta pada akhir tindakan.

Refleksi Awal, refleksi awal dilakukan pada tahap orientasi awal

terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada pelaksanaan

tindakan, faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan

tindakan pengembangan model, dari hasil refleksi awal ini dapat

dituangkan pada rencana awal pengembangan model pembelajaran

terpadu yang akan dilakukan dalam kaji tindakan di dalam kelas.

Refleksi proses, kegiatan refleksi proses ini dilakukan pada saat

tindakan pengembangan model berlangsung di dalam kelas, hai ini

dimaksudkan untuk mengamati proses belajar mengajar yang

berlangsung

dengan

menggunakan

model

pembelajaran yang

(38)

dikembangkan terhadap kegiatan siswa, kegiatan guru, pencapaian tujuan pembelajaran, serta implikasi-implikasi lain yang timbul selama

proses pelaksanaan tindakan berlangsung.

Hasil dari refleksi proses ini, dapat dijadikan bahan untuk revisi terhadap rencana rancangan tindakan selanjutnya dalam rangka pengembangan model pembelajaran terpadu dalam proses belajar mengajar di kelas.

Refleksi hasil, kegiatan pada tahapan refleksi akhir dilaksanakan pada

pelaksanaan tindakan yang terakhir sesuai dengan program tindakan

pengembangan yang sudah direncanakan dan disepakati, tentunya

disesuaikan fokus permasalahan yang ingin dikaji serta sesuai dengan tujuan program tindakan pengembangan model yang dimaksudkan,

artinya program pelaksanaan tindakan pengembangan model dipandang

telah berhasil dan mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, dimana terjadinya perubahan kearah peningkatan hasil belajar siswa baik

aktivitas siswa dalam pembelajaran, aktivitas guru dalam perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasidalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran terpadu model keterpaduan

(Integrated Model).

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan ini didasarkan atas identifikasi masalah

pada saat orientasi awal serta didukung pula oleh data-data yang peneliti

(39)

penelitian pengembangan pembelajaran terpadu model keterpaduan. Dengan memperhatikan kondisi yang terjadi pada proses belajar mengajar dikelas, memperhatikan kondisi awal siswa, maka tindakan pengembangan pembelajaran terpadu model keterhubungan ini

direncanakan dan dilaksanakan. Dalam pelaksanaan kajian tindakan

yang langsung sangat memperhatikan perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi merupakan dasar untuk

perencanaan program tindakan berikutnya, hai ini menunjukan bahwa

program tindakan ini sangat elastisitas, artinya program tindakan yang

telah disepakati dan akan dilaksanakan tidak kaku namun justru dapat berubah dan berkembang sampai ditemukannya hasil akhir dari tindakan

yakni pembelajaran terpadu model keterpaduan yang dapat digunakan di

sekolah dasar. Rencana yang diterapkan dalam melakukan tindakan berkembang sejalan dengan situasi sosial di lapangan.

F. Analisis dan Penafsiran Data

Tehnik analisis data yang digunakan adalah bersifat kualitatif. Data yang diperoleh dikategorisasikan dan diklasifikasikan berdasarkan

analisis kaitan logikanya kemudian ditafsirkan dan disajikan secara aktual

dan sistimatis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian. Selanjutnya untuk menganalisis data, hasii tindakan yang dilakukan penelitian bersama guru disajikan secara bertahap sesuai

dengan siklus yang telah dilakukan serta jenis dan bentuk "action " yang

telah dilakukan beerta efek yang telah ditimbulkannya.

(40)

Prosedur pengolahan dan analisis data dilaksanakan mengacu

kepada pola data dari Hopkins (1993:149) yang dilakukan melalui

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Pengumpulan Data

Data mentah yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan kuesioner, dirangkum dan dideskripsikan dalam bentuk metrik data. Untuk memudahkan interprestasi data, semua data dikumpulkan

dikategorisasikan dengan membubuhkan kode, sehingga dapat

memberikan penjelasan dan makna terhadap hasil penelitian.

2. Tahap Validitas Data

Data yang telah dikategorisasikan dan kodifikasikan selanjutnya

sebelum disimpulkan secara seksama dilakukan uji validitasnya. Uji

Validitas dari penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan tehnik

analisis kualitatif, yaitu:

a. Triangulasi, yaitu proses mencek kebenaran data atau informasi

tentang pelaksanaan tindakan dengan mengkonfirmasikan dengan

data atau informasi yang diperoleh dari siswa, guru, dan peneliti.

Dari guru yaitu data atau informasi tentang pelaksanaan tindakan

yang dilakukan dalam penerapan proses pembelajaran terpadu

model keterpaduan (Integrated Model) . Dari Siswa, yaitu data

atau informasi tentang pelaksanaan penerapan model

pembelajaran terpadu melalui wawancara. dan kuesioner setelah

(41)

berakhir seluruh pelaksanaan tindakan. Dari Peneliti, yaitu data atau informasi tentang pelaksanaan pembelajaran terpadu model keterpaduan melalui observasi langsung terhadap pelaksanaan

tindakan.

b. Audit trail, yaitu proses mencek kebenaran hasil penelitian

dengan cara mendiskusikannya dengan teman-teman mahasiswa

S2.

c. Expect opinion, yaitu pengecekkan terakhir terhadap kesahihan

temuan penelitian dengan para pakar yang profesional dibidangnya termasuk dengan pembimbing penelitian ini.

3. Interprestasi

Pada tahap ini peneliti berusaha menginterprestasikan temuan-temuan penelitian berdasarkan kerangka teori yang telah dipilih dengan

mengacu pada norma-norma praktis yang disetujui atau intuisi guru itu

sendiri yang menggambarkan pelajaran yang baik ( Hopkins, 1993). Hasil

interprestasi ini diharapkan untuk memperoieh makna yang cukup berarti

sebagai bahan untuk kegiatan tindakan selanjutnya dan dapat

mengembangkan model pembelajran terpadu khususnya model

keterpaduan (Integrated Model). disekolah dasar.

(42)
(43)

BABV

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan temuan dalam penelitian tindakan

kelas yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Danau Batur

Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Pertama, pembelajaran terpadu model integrated ( keterpaduan )

yang diterapkan di Sekolah Dasar Negeri Danau Batur Kecamatan Curug

Kabupaten Tangerang dapatmeningkatkan perolehan hasil belajar siswa,

dapat terlihat dari nilai tes akhir dari setiap tindakan baik secara individu

maupun nilai rata-rata menunjukkan adanya peningkatan.

Kedua, menurut pandangan guru bahwa penerapan pembelajaran

terpadu model integrated ( keterpaduan ) di Sekolah Dasar dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa, melalui keaktifan mendengarkan

penjelasan guru, merespon pertanyaan gum, mengajukan pertanyaan,

melakukan pengamatan, kerja sama dalam kelompok, menyelesaikan

tugas, guru berpendapat pula bahwa penerapan pembelajaran terpadu

model integrated ( keterpaduan ) meningkatkan siswa untuk menguasai

konsep secara utuh dan terpadu.

Ketiga, menurut pandangan siswa, penerapan pembelajaran terpadu model integrated (keterpaduan) menyebabkan siswa

bersemangat dalam belajar, siswa merasa lebih akrab dengan guru,

aktivitas siswa sangat beragam, siswalebih berani untuk mengemukakan

(44)

pendapat, menjawab pertanyaan, berani untuk bertanya dan melakukan

aktivitas lainnya, siswa berpendapat pula bahwa dalam proses

pembelajaran lebih banyak yang diketahui tentang hal-hal yang sedang

dipelajari, karena dalam membicarakan tema sentral yang terpilih

mengaitkan beberapa bidang studi, mempelajari satu masalah dengan

mengaitkan banyak bidang studi sehingga pembelajaran lebih bermakna

secara holistik.

Keempat, selain kelebihan atau keunggulan dar; pembelajaran

terpadu yang dilaksanakaan di Sekolah Dasar Negeri Danau Batur

Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang, terdapat pula kelemahan dan

kendala yang diketemukan di lapangan diantaranya :

Kesulitan yang dialami oleh gum adalah ketidakjelasan tentang

konsep pembelajaran terpadu, sehingga penerapan mengalami kesulitan,

apalagi guru baru pertama kali melaksanakan penerapan pembelajaran

terpadu di kelas.

Pembelajaran terpadu bukan merupakan satu-satunya pendekatan

yang paling tepat sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas belajar

siswa, model pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi yang ada,

dalam penerapan pembelajaran terpadu, tidak semua materi dari setiap

bidang studi dapat dipadukan untuk membahas suatu tema sekalipun ada

sifat fleksibelitas dari kurikuium, di antaranya karena : 1). tidak adanya

keterkaitan antara materi yang satu dengan materi yang lainnya di setiap

mata pelajaran, 2). karena materi tersebut tidak dalam satu semester

yang sama, 3). karena perbedaan tingkat kesulitan dalam keilmuannya.

(45)

Kendala lainnya adalah keterbatasan waktu dalam pelaksanaan

pembelajaran terpadu dan biaya dalam menyiapkan media pembelajaran.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan di SD. Negeri Danau Batur, maka direkomendasikan hal-hal

sebagai berkut:

Kepada gum di Sekolah Dasar pembelajaran terpadu model

integrated mempakan suatu altematif pemilihan model pembelajaran

dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan

kreativitas siswa. apalagi dengan adanya gagasan Manajemen Berbasis

Sekolah ( MBS ) yang mengarah kepada praktek otonomi sekolah yaitu

tampilnya kemandirian sekolah untuk meningkatkan kinerja sendiri,

dengan mengakomodasi berbagai potensi sumber daya sekolah, yang

pada akhimya drtunjukan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam

wujud mutu hasil belajar siswa, dan akan diberiakukannya Kurikuium

Berbasis Kompetensi ( KBK) serta sistem semester di Sekolah Dasar,

diharapkan para guru sekolah dasar memiliki inovasi dan berkompetensi

dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

Kepada kepala sekolah yang memiliki otoritas dan pengamh yang

sangat besar di sekolah bahwa hasil dari penelitian tindakan kelas yang

dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Danau Batur, temtama yang

berhubungan dengan pembelajaran terpadu model integrated diharapkan

(46)

dapat diinformasikan dan dilaksanakan pada sekolah lain di Kecamatan

Cumg, umumnya di Kabupaten Tangerang.

Kepada Lembaga Pendidikan yang mengelola Program D-ll

disarankan agar hasil penelitian sebagai bahan masukan untuk

meningkatkan kualitas perkuliahan pembelajaran terpadu yang

disampaikan kepada mahasiswa calon gum SD bisa dikemas secara

praktis dan tepat guna, sehingga gum SD mempunyai kemampuan dan

keterampilan yang memadai untuk menerapkan pembelajaran terpadu di

sekolah dasar, dengan demikian perbaikan terhadap proses

pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara terns menerus dan

berkesinambungan.

Kepada pemerintah agar dapat memberikan dukungan terhadap

upaya ini, termasuk dalam pengadaan sarana dan prasarana serta

peningkatan kualitas pembelajaran temtama dalam hai penerapan

pembelajaran terpadu di SD baik melalui pelatihan-pelatihan, kegiatan

kerja guru ( KKG ), seminar maupun berbagai kegiatan lainnya.

Kepada peneliti lainnya, disarankan untuk mengadakan penelitian

lanjutan tentang

pengembangan

pembelajaran dan

penerapan

pembelajaran terpadu di sekolah dasar dengan tema yang lebih menarik,

agar pembelajaran terpadu dapat memasyarakat di Sekolah Dasar.

(47)
(48)

DAFTAR PUSTAKA

Azis Wahab, A.et al. (1986) Materi Pokok Metodologi Pengajaran IPS.

Jakarta: Universitas Jakarta.

Banks, J.A. ( 1985) Teaching Strategies For The Sosial Studies. New

York And London: Longman.

Belen.S (1992 ) Pendidikan IPS 1 buku 1modul-6. Jakart:. Universitas

Terbuka.

Collins.G. and Dixon,H. (1991 ) Integrated Learning Palnned Curriculum.

Units. Australia. Bookshef Publishing Australia and Mltimedia

International (UK) Ltd.

Cooper, J.M. ( 1994) Classroom Teaching Skills. Toronto. Lexington,

Massachusetts: D,C. Heath And Company.

DeFina, A.A. (1992) Portfolio Assessment. USA: Scholastic Professional

Books.

DePorter.B. Reardon,M. and Singer, Nourie.S. (2000). Quantum

Teaching: Memperaktekkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: Kaifa.

DePorter.B. Reardon,M. and Singer, Nourie.S. (2000). Quantum tearing: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung:

Kaifa.

Forgarty Robin,( 1991) How To Integrate The Curricula, IRI / Skylight,

Palatine, Illinois.

(49)

Hursh, D.W. and Roos, E.Wayn. (2000) Democratic Social Education,

Social Studies For Social Change. New York & London: Farmer

Press.

Hadisubroto, Tisno ( 2000 ) Pembelajaran Terpadu. Materi pokok PGSD

Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka.

Hamalik, Oemar (2001 ) Pendekatan Terbaru Strategi Belajar Mengajar

Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hasan.S.H. ( 1996 ) Pendidikan llmu Sosial. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Proyek Tenaga Pendidik.

Jarolimek.J and Parker, W.C. ( 1993 ) Sosial Studies In Elementary

Education. New York: University Of Washinton, Seatle.

Kardiawarman, ( 2000 ) Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) Dari Kelas

Kami Untuk Kelas Anda. Bandung : PPS UPI.

Maleong, L.J. (1993) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosda Karya.

Noffke.S.E. and Stevenson, R.B. (1995) Educational Action Research.

New York And London: Teachers College. Colombia University

Purwanto Ngalim.M. (1995) llmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pappas,C.C,Kiefer, B.Z. and Levstik. L.S. (1995) An Integrated Language

Perspective In The Elementary School. USA: Longman .

(50)

Sunal Szymansky Cynthia. Haas. Mary E. ( 1993 ) Sosial Studies And

The Elementary / Middle School Student. New York: Joint

Council On Economic Education.

Sudjana, (1988 ) Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.

Sumaatmaja Nursid. ( 1979 ) MetodologI Pengajaran llmu Pengetahuan

Sosial. Bandung: Alumni.

Sukandi,U. Karim,S.U. Belen.S. dan Maskur (2001). Belajar Aktif dan

Terpadu. Jakarta: The British Council.

Sudirman,N. (1991 ) llmu Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Somantri, M.N. (2001) Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS.

Bandung: Rosda.

Somantri,M.N. (1994) Masalah dan Proyek llmu Pengetahuan Sosial di

Sekolah dan LPTK dalam Pembangunan Nasional dan Era Globalisasi. Makalah Seminar IPS di IKIP Malang.

Stockard. J.W. (1995 ) Activities For Elementary School Sosial Studies.

Illinois. Waverland Press. Inc.

Yusuf, Syamsu. (2001) Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

( 1997 ) Pembelajaran Terpadu D-ll PGSD Dan S-2

Pendidkan Dasar. Jakarta: Depatemen Pendidikan Dan kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

(51)

(2001 ) Kurikuium Berbasis Kompetensi Jakarta: Pusat

Kurikulum-Badan penelitian Dan Pengembangan . Departemen

Pendidikan Nasional.

( 2000 ) Pedoman Penulisan Karya llmiah. Bandung:,

Depatemen Pendidikan Nasional. UPI.

(1995) Kurikuium pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud.

(1995) Kurikuium Pendidikan Dasar Garis-Garis Besar Program Pengajaran Kelas III Sekolah Dasar. Jakarta:

Depdikbud.

(1996) Program Pembelajaran Terpadu D II PGSD.

Jakarta: Depdikbud.

(1996) Petunjuk Guru IPS. Jakarta: Depdikbud

Gambar

Gambar 5. Suasana Pembelajaran pada Tindakan V
Gambar 1. Suasana Pembelajaran pada Tindakan I

Referensi

Dokumen terkait

Hasil identifikasi dan refleksi tersebut akan ditindak lanjuti dalam kegiatan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ( PTK ). Dari hasil diskusi dengan

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas kegiatan yang dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan lokasi dan subjek.. Perizinan penelitian disampaikan kepada

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah penggunaan software pembelajaran IPA Terpadu

Setiap siklus terdiri dari empat tahap menurut Model Kemmis dan McTaggar yaitu: rencana, tindakan, observasi dan refleksi Kemmis dan Taggar dalam (Wiriaatmadja

Selanjutnya adalah tahap tindakan act, dalam tahapan ini dilakukan sebuah pelaksanaan tindakan yang mengacu kepada perencanaan yang sebelumnya telah dibuat, Tahapan selanjutnya

Pelaksanaan PTK dimulai dari perencanaan, kegiatan/tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat tahapan tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena setiap tindakan

Selanjutnya menyusun lembar kerja siswa (LKS) untuk dikerjakan siswa. Penilaian Hasil Belajar adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta

Selanjutnya menyusun lembar kerja siswa (LKS) untuk dikerjakan siswa. Penilaian Hasil Belajar adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta