• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Genteng Keramik Sebagai Pengganti Agregat Kasar dan Abu Terbang Sebagai Pengisi pada Laston AC-BC.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Genteng Keramik Sebagai Pengganti Agregat Kasar dan Abu Terbang Sebagai Pengisi pada Laston AC-BC."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ix Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH PENGGUNAAN GENTENG KERAMIK

SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR DAN

ABU TERBANG SEBAGAI PENGISI PADA LASTON

AC-BC

Kevin Doan Grandis Arlando Panjaitan NRP: 1321065

Pembimbing: Tan Lie Ing, S.T., M.T.

ABSTRAK

Pemanfaatan limbah menjadi salah satu pokok bahasan para ahli untuk mengurangi jumlah material alam yang digunakan serta memanfaatkan limbah sebagai bahan daur ulang. Penggunaan material pengganti pada campuran perkerasan lentur memungkinkan mutu perkerasan lentur memiliki stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama, dapat juga sebaliknya. Pada penelitian ini digunakan campuran laston lapis antara gradasi kasar. Penelitian terkait pengganti agregat perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi untuk pengujian selanjutnya.

Penelitian bertujuan mengevaluasi pengaruh penggunaan limbah genteng keramik sebagai pengganti pada agregat kasar dan abu terbang sebagai pengisi pada campuran perkerasan lentur lapis antara serta analisis biaya material. Penelitian ini menggunakan lima jenis persentase campuran agregat kasar yang berbeda, yaitu 100% kerikil; 25% kerikil dan 75% genteng keramik; 50% kerikil dan 50% genteng keramik; 75% kerikil dan 25% genteng keramik; serta 100% genteng keramik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Marshall.

Penelitian menghasilkan KAO sebesar 6,75%. Hasil analisis Marshall pada kadar aspal optimum dari kelima jenis campuran agregat kasar menghasilkan parameter Marshall yang mendekati nilai spesifikasi. Seiring penambahan genteng keramik, nilai stabilitas mengalami penurunan dari 928,61kg hingga 496,88kg. Nilai VMA mengalami peningkatan secara fluktuatif mulai dari 16,75% hingga 28,40% pada campuran 100% kerikil serta 75% genteng keramik dan 25% kerikil. Nilai VIM mengalami peningkatan dengan pesat saat genteng keramik mulai digunakan mulai dari 3,70% hingga 18,13% pada campuran 100% kerikil serta 75% genteng keramik dan 25% kerikil. Nilai pelelehan mengalami peningkatan secara parabolik dimana pelelehan terbesar terdapat pada campuran 50% genteng keramik dan 50% kerikil sebesar 4,06%. Campuran agregat kasar yang memungkinkan untuk digunakan pada laston lapis antara terbatas hingga persentase genteng keramik sebesar 25%.

(2)

THE INFLUENCE

OF CERAMIC TILE AS COARSE AGGREGATE

AND FLY ASH AS FILLER IN ASPHALT

CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC)

Kevin Doan Grandis Arlando Panjaitan NRP: 1321065

Supervisor: Tan Lie Ing, S.T., M.T.

ABSTRACT

The utilization of waste are one from many experts subject to reduce the amount of natural materials used and use waste materials as a recycling material. The use of subtitute material on flexible pavement allows the flexible pavement to have high stability and long durability, can also be the opposite. This study use asphalt concrete-binder course coarse gradation. Related research about replacement aggregate needs to be done to evaluate for further research.

This study aims an evaluation of influence of ceramic tile as coarse aggregate and fly ash as filler in asphalt concrete-binder course, also analyze the material costs. This study use five kind of mix percentage as coarse aggregate, including 100% stone; 25% stone and 75% ceramic tile; 50% stone and 50% ceramic tile; 75% stone and 25% ceramic tile; also 100% ceramic tile. The methods that used in the study is Marshall Methods.

This study obtained KAO percentage by 6,75%. Marshall analizing results on optimum asphalt content from the five kind of flexible pavement mix show that Marshall parameter below the specification. Along with the increasing level of ceramic tile, the stability value decreased from 928,61kg to 496,88kg. VMA value increased fluctuate from 16,75% to 28,40% at 100% stone flexible pavement mix into 75% ceramic tile and 25% stone. VIM value increased rapidly from when ceramic tile is used, start from 3,70% into 18,13% at 100% stone flexible pavement mix into 75% ceramic tile and 25% stone. Value of flow has increased parabolic and the highest value happened at 50% ceramic tile and 50% stone flexible pavement mix as 4,06%. The coarse mix that had possibilities to used is limited, start from 0% of ceramic tile into 25% ceramic tile.

(3)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN... iv

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR ... v

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

1.4 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Evaluasi ... 5

2.2 Perkerasan Lentur... 5

2.3 Lapis Aspal Beton (LASTON)... 7

2.4 Agregat ... 9

2.4.1 Gradasi Agregat... 10

2.4.2 Bentuk dan Tekstur Agregat ... 12

2.4.3 Kebersihan Agregat (Cleanliness) ... 14

2.4.4 Daya Tahan Agregat... 14

2.4.5 Daya Lekat Aspal Terhadap Agregat (Affinity for Asphalt) ... 15

2.4.6 Berat Jenis Agregat ... 15

2.5 Aspal ... 16

2.6 Pemanfaatan Limbah ... 19

2.6.1 Genteng Keramik ... 19

2.6.1 Abu Terbang ... 20

2.7 Campuran Perkerasan Lentur AC-BC ... 22

2.7.1 Kelayakan Agregat ... 22

2.7.2 Kadar Aspal Rencana ... 24

2.7.3 Sifat Volumetrik Campuran ... 24

2.7.3.1 Berat Jenis Bulk Total Agregat Campuran ... 24

2.7.3.2 Berat Jenis Efektif Agregat ... 25

2.7.3.3 Berat Jenis Maksimum Campuran ... 25

2.7.3.4 Berat Jenis Bulk Campuran Padat ... 25

(4)

2.7.4 Kadar Aspal Efektif ... 26

2.7.5 Rongga di Antara Mineral Agregat (VMA) ... 26

2.7.6 Rongga dalam Campuran (VIM) ... 27

2.7.7 Rongga Terisi Aspal (VFA) ... 28

2.7.8 Pengujian Beton Aspal dengan Alat Marshall ... 28

2.8 Perencanaan Anggaran Biaya ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Diagram Alir Penelitian ... 31

3.2 Peralatan Penelitian ... 33

3.3Bahan Uji ... 34

3.4Penentuan Fraksi Agregat ... 34

3.5 Pengujian Bahan Material ... 34

3.5.1 Pengujian Material Aspal ... 34

3.5.2 Pengujian Material Agregat ... 34

3.5.2.1 Pengujian Agregat Kasar... 34

3.5.2.2 Pengujian Agregat Halus ... 35

3.5.2.3 Pengujian Bahan Pengisi ... 35

3.6 Pembuatan Benda Uji ... 35

BAB IV ANALISIS DATA ... 38

4.1Proporsi Agregat Campuran ... 38

4.2Kualitas Material Campuran ... 39

4.2.1 Pengujian Kualitas Aspal ... 39

4.2.2 Pengujian Agregat Kasar ... 40

4.2.3 Pengujian Agregat Halus ... 43

4.2.4 Pengujian Bahan Pengisi (filler) ... 43

4.3Penentuan Kadar Aspal Rencana ... 44

4.4Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Rencana ... 44

4.5 Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum ... 50

4.6 Analisis Biaya Kebutuhan Material ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Simpulan ... 54

5.2 Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Konstruksi Perkerasan Lentur ... 5

Gambar 2.2 Satu Set Ayakan ... 10

Gambar 2.3 Skematis Susunan Butir-butir Agregat Berbentuk Bulat ... 13

Gambar 2.4 Skematis Susunan Butir-butir Agregat Berbentuk Kubus... 13

Gambar 2.5 Aspal Cair ... 17

Gambar 2.6 Genteng Keramik ... 20

Gambar 2.7 Abu Terbang ... 22

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 31

Gambar 4.1 Hubungan Kadar Aspal dengan VMA ... 47

Gambar 4.2 Hubungan Kadar Aspal dengan VIM ... 47

Gambar 4.3 Hubungan Kadar Aspal dengan Pelelehan ... 48

Gambar 4.4 Hubungan Kadar Aspal dengan Stabilitas ... 49

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC) ... 8

Tabel 2.2 Gradasi Agregat Gabungan untuk Campuran Aspal ... 12

Tabel 2.3 Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras... 18

Tabel 2.4 Pemeriksaan Kelayakan Agregat Kasar ... 23

Tabel 2.5 Pemeriksaan Kelayakan Agregat Halus ... 23

Tabel 2.6 Pemeriksaan Kelayakan Bahan Pengisi ... 23

Tabel 2.7 Harga Satuan Upah ... 30

Tabel 2.8 Harga Satuan Material ... 30

Tabel 2.9 Harga Satuan Transportasi ... 30

Tabel 3.1 Jumlah Sampel Rencana ... 37

Tabel 4.1 Pengujian Kualitas Aspal ... 40

Tabel 4.2 Pengujian Agregat Kasar ... 41

Tabel 4.3 Pengujian Agregat Halus ... 44

Tabel 4.4 Pengujian Bahan Pengisi ... 43

Tabel 4.5 Kadar Aspal Rencana ... 44

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Rencana... 45

Tabel 4.7 Rata-rata Hasil Pengujian Marshall Pada Kadar Aspal Rencana ... 46

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Marshall dengan Kadar Aspal Optimum ... 51

Tabel 4.9 Rata-rata Hasil Pengujian Marshall pada Kadar Aspal Optimum ... 52

(7)

xv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR NOTASI

B Berat piknometer diisi air Ba Berat benda uji dalam air

Bj Berat benda uji permukaan jenuh Bk Berat benda kering oven

C Celcius cm Centimeter

F Flow

Ga Berat jenis aspal

Gmb Berat jenis campuran setelah pemadatan

Gmm Berat jenis maksimum beton aspal yang belum dipadatkan gr gram

Gsb Berat jenis bulk total agregat

Gsbn Berat jenis bulk dari masing-masing fraksi agregat Gse Berat jenis efektif

K Konstanta kg kilogram ml mililiter mm milimeter

P1 Persentase berat masing-masing fraksi terhadap agregat Pa Persentase kadar aspal terhadap total campuran

Pb Kadar Aspal Rencana Pba Penyerapan aspal Pbe Kadar aspal efektif Ps Kadar agregat S Stabilitas

T Ton

(8)

DAFTAR SINGKATAN

AASHTO American Association of State Highway and Transportation Officials (Asosiasi Amerika dari Jalan Raya dan Transportasi)

AB Stone Dust (Abu Batu)

AC-Base Asphalt Concrete-Base (Aspal Beton-Fondasi)

AC-BC Asphalt Concrete-Binder Course (Aspal Beton-Lapis Antara)

AC-WC Asphalt Concrete-Wearing Course (Aspal Beton-Lapis Aus)

ASTM American Society of Testing and Material (Pengujian dan Bahan

Standar Amerika)

KAO Optimum Content of Asphalt (Kadar Aspal Optimum)

MQ Marshall Quotient (Hasil Bagi Marshall)

Laston Asphalt-Concrete (Lapis Aspal Beton)

PI Plasticity Index (Plastisitas Index)

SNI Indonesian National Standard (Standar Nasional Indonesia)

SSD Saturated Surface Dry (Permukaan jenuh)

VFA Void Filled with Asphalt (Rongga Terisi Aspal)

VIM Voids In The Mix (Rongga Dalam Campuran)

(9)

xvii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran L.1 Proporsi Agregat Campuran ... 58

Lampiran L.2 Pengujian Aspal ... 59

Lampiran L.3 Pengujian Agregat ... 62

Lampiran L.4 Penentuan Kadar Aspal Rencana ... 72

Lampiran L.5 Berat Jenis dan Penyerapan Aspal pada Agregat Campuran ... 73

Lampiran L.6 Pengujian Marshall... 74

Lampiran L.7 Hasil Analisis Biaya Material ... 76

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang, terutama dalam pertumbuhan penduduk. Seiring meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi, hal ini mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk. Untuk mengatasi kebutuhan mobilitas diperlukan prasarana dan sarana transportasi. Salah satu prasarana transportasi yang merupakan penghubung antar daerah adalah jalan. Oleh karena itu perlu adanya inovasi-inovasi dalam perancangan perkerasan jalan yang berkelanjutan agar terciptanya kondisi jalan yang baik.

Perkerasan jalan yang umum digunakan di Indonesia adalah campuran Lapis Aspal Beton (Laston) atau Asphalt Concrete (AC). Campuran beton aspal adalah suatu lapisan permukaan yang terdiri atas campuran aspal keras dan agregat bergradasi menerus, dicampur, dihampar, dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu (Saodang, 2005). Beton aspal terbagi atas tiga jenis, yaitu beton aspal lapis aus (AC-WC), beton aspal lapis antara (AC-BC), dan beton aspal lapis fondasi (AC-Base). Lapis aspal beton sebagai bahan antara atau AC-BC merupakan bagian lapis permukaan di antara lapis fondasi (base course) dengan lapis aus (wearing course) yang bergradasi agregat gabungan rapat/menerus, umumnya digunakan untuk jalan-jalan dengan beban lalu lintas yang cukup berat (Sukirman, 2008).

(11)

03-6863-2 Universitas Kristen Maranatha

2002). Persentase abu (fly ash dan bottom ash) yang dihasilkan adalah fly ash (80-90%) dan bottom ash (10-20%) (Ardiansyah, 2010). Penggunaan batubara sebagai sumber energi maka fly ash dan bottom ash terdapat dalam jumlah cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, pencemaran perairan, dan penurunan kualitas ekosistem. Salah satu penanganan lingkungan yang dapat diterapkan adalah memanfaatkan limbah fly ash untuk keperluan bahan bangunan teknik sipil (Henry Liu, 2005).

Hingga saat ini pemanfaatan limbah fly ash dalam bidang keteknik sipilan telah banyak dilakukan. Seperti penggunaan fly ash sebagai pengganti portland

cement karena memiliki sifat pozolanik, sebagai bahan dasar batu bata dan batako

dalam konstruksi rumah, sebagai bahan campuran dalam beton ringan, sebagai bahan timbunan (embankment) atau bahan perkuatan, dan sebagai stabilisasi tanah pada tanah lunak. Pemanfaatan fly ash perlu dioptimalkan agar dapat membantu pemerintah mengatasi dampak pencemaran lingkungan serta dapat menjadi tambahan sumber penghasilan dan devisa negara.

Bahan limbah lainnya yang dapat digunakan adalah pecahan genteng. Awal ditemukannya atap genteng tanah liat (roof tile) adalah dari China, selama Zaman Neolitikum, dimulai sekitar 10.000 SM, dan Timur Tengah beberapa waktu kemudian. Dari wilayah ini, penggunaan genteng tanah liat tersebar ke seluruh Asia dan Eropa. Genteng terbagi dalam beberapa jenis, antara lain genteng keramik, genteng beton, genteng baja, genteng aspal, genteng polikarbonat, genteng sirap, dan asbes (fiber semen). Pecahan genteng yang digunakan dalam penelitian ini adalah pecahan genteng keramik. Keunggulan genteng keramik adalah harganya murah, ringan, dan tahan terhadap perubahan cuaca. Kekurangannya adalah kualitas temperatur pembakaran mempengaruhi daya serap air, kekuatan, serta umur genteng tersebut (Adnan, 2003).

(12)

laston lapis antara gradasi kasar. Penelitian terkait genteng keramik perlu dilakukan sebagai bahan evaluasi untuk pengujian selanjutnya.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah:

1. Mengevaluasi pengaruh penggunaan limbah genteng keramik sebagai pengganti agregat kasar dan abu terbang sebagai pengisi pada laston AC-BC; 2. Menganalisis biaya campuran laston AC-BC menggunakan genteng keramik

sebagai pengganti agregat kasar dan abu terbang sebagai pengisi pada kondisi optimum.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian Tugas Akhir ini adalah: 1. Asal bahan/material:

a. Agregat kasar berasal dari Lagadar, Jawa Barat; b. Agregat halus berasal dari Lagadar, Jawa Barat; c. Aspal berasal dari PT. Pertamina;

d. Bahan pengisi abu terbang tipe F berasal dari PLTU Cibinong;

e. Pecahan genteng keramik yang digunakan merupakan pecahan genteng sisa konstruksi atau gagal produksi dengan spesifikasi dasar kuat tekan sebesar 180kgf dan penyerapan air maksimum 7%.

2. Metode perancangan yang digunakan sebagai acuan adalah Divisi VI Perkerasan Aspal Departemen Pekerjaan Umum edisi Tahun 2010 Revisi 3, Pt T-01-2002 Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur;

3. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Transportasi, Program Studi S-1 Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha.

1.4 Sistematika Penulisan

(13)

4 Universitas Kristen Maranatha

BAB II, Tinjauan Pustaka, menguraikan landasan-landasan teori perkerasan lentur dan penjelasan mengenai material yang digunakan.

BAB III, Metode Penelitian, berisi diagram alir, alat dan material pengujian, serta metode penelitian di Laboratorium Transportasi Universitas Kristen Maranatha. BAB IV, Analisis Data, berisi data hasil pengujian di Laboratorium serta hasil evaluasi pengaruh penggunaan limbah genteng sebagai pengganti agregat kasar dan limbah abu terbang sebagai bahan pengisi.

(14)

BAB V

SIMPULAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pengujian di laboratorium dengan kelima jenis campuran agregat kasar, yaitu: 100% kerikil, 100% genteng keramik, 25% genteng keramik dan 75% kerikil, 50% genteng keramik dan 50% kerikil, serta 75% genteng keramik dan 25% kerikil, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengujian material baik agregat maupun aspal telah memenuhi spesifikasi. 2. Kadar aspal optimum yang diperoleh sebesar 6,75%.

3. Hasil analisis yang didapatkan dari tiap jenis campuran agregat kasar:

a. Nilai stabilitas yang tertinggi terdapat pada campuran agregat kasar 100% kerikil, yaitu sebesar 928,61kg. Nilai stabilitas lainnya yang memenuhi spesifikasi adalah pada campuran 50% genteng keramik dan 50% kerikil, yaitu sebesar 820,95kg. Sementara itu nilai stabilitas pada campuran 25% genteng keramik dan 75% kerikil, 75% genteng keramik dan 25% kerikil, serta 100% genteng keramik tidak memenuhi batas minimum spesifikasi yaitu 800kg.

b. Nilai VMA pada seluruh jenis campuran agregat kasar memenuhi batas minimum spesifikasi sebesar 14%. Nilai VMA terbesar secara berurutan, yaitu 75% genteng keramik dan 25% kerikil, 100% genteng keramik, 50% genteng keramik dan 50% kerikil, 25% genteng keramik dan 75% kerikil, serta 100% kerikil dengan nilainya masing-masing sebesar 29,22%, 28,40%, 27,67%, 25,67%, dan 16,75%.

c. Nilai VIM pada campuran agregat kasar yang memenuhi spesifikasi hanya terdapat pada 100% kerikil dengan nilai sebesar 3,70%. Hal ini disebabkan karena genteng keramik memiliki daya serap yang besar terhadap air sehingga sulit untuk menyerap aspal.

(15)

55 Universitas Kristen Maranatha

4. Campuran yang menggunakan genteng keramik tidak memenuhi keseluruhan spesifikasi stabilitas, VMA, pelelehan, dan VIM. Oleh karena itu, penggunaan campuran dengan menggunakan genteng keramik tidak disarankan.

5. Campuran dengan menggunakan abu terbang sebagai bahan pengisi lebih murah dibandingkan dengan menggunakan semen portland berdasarkan perbandingan harga Rp. 440,00/kg untuk abu terbang dan Rp. 1.440,00/kg untuk semen portland.

6. Berdasarkan hasil analisis biaya kebutuhan material per kilometer panjang jalan dengan lebar jalan 3,5m dan tebal perkerasan AC-BC sebesar 6cm didapatkan total biaya kebutuhan material yaitu Rp. 1.210.342.713,00.

5.2 Saran

(16)

PENGARUH PENGGUNAAN GENTENG KERAMIK

SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR DAN

ABU TERBANG SEBAGAI PENGISI

PADA LASTON AC-BC

Diajukan sebagai syarat untuk menempuh ujian sarjana di Program Studi S-1 Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun Oleh:

KEVIN DOAN GRANDIS ARLANDO PANJAITAN NRP: 1321065

Pembimbing:

TAN LIE ING, S.T., M.T.

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(17)
(18)
(19)

56 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

[1] Adnan, 2003, Proses Pembuatan Genteng, Jurnal, Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Binawan.

[2] Aprilia, H., 2009, Evaluasi Pelaksanaan Program Transmigrasi Lokal Model

Ring I Pola Tani di Bugel, Kec. Panjatan, Kab. Kulon Progo dan Gesing, Kec.

Panggang Kab. Gunung Kidul, Tesis, Yogyakarta: MPKD Universitas Gadjah

Mada.

[3] Ardiansyah, 2010, "Fly Ash" Pemanfaatan dan Kegunaannya.

https://ronymedia.wordpress.com/2010/05/26/fly-ash-pemanfaatan-kegunaannya/, 17 Januari 2017.

[4] Badan Standarisasi Nasional, 1991, SNI 06-2433-1991, Cara Uji Titik Nyala

Dan Titik Bakar Aspal Dengan Alat Cleveland Open Cup. Departemen

Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.

[5] Badan Standarisasi Nasional, 1991, SNI 06-2434-1991, Cara Uji Titik Lembek

Aspal Dengan Alat Cincin Dan Bola (Ring and Ball), Departemen Pekerjaan

Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. [6] Badan Standarisasi Nasional, 1991, SNI 03-2439-1991, Cara Uji Kelekatan

Agregat Terhadap Aspal, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.

[7] Badan Standarisasi Nasional, 1991, SNI 06-2441-1991, Cara Uji Berat Jenis

Aspal Keras, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan

Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum.

[8] Badan Standarisasi Nasional, 1991, SNI 06-2456-1991, Cara Uji Penetrasi

Aspal, Departemen Pekerjaan Umum, Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Pekerjaan Umum.

[9] Badan Standarisasi Nasional, 2008, SNI 2417:2008, Cara Uji Keausan Agregat

Dengan Mesin Abrasi Los Angeles, Departemen Pekerjaan Umum, Badan

(20)

[10] Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002, Pt T-01-2002-B,

Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur.

[11] Kementerian Pekerjaan Umum, 2010, Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal

Revisi III, Direktorat Jenderal Bina Marga.

[12] Henry Liu, W. B., Kirk, 2007, Improving Freezing and Thawing Properties of

Fly Ash Bricks (Jurnal). Lexington: World of Coal Ash (WOCA).

[13] Pemerintah Republik Indonesia, 2006, Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun

2006 Tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan.

[14] Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2015, Standar Biaya Belanja Pemerintah

Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2015.

[15] Saodang, H., 2005, Perancangan Perkerasan Jalan Raya, Nova, Bandung. [16] Sinaga, I., 2002, Penggunaan Limbah Hancuran Genteng Sebagai Alternatif

Agregat Kasar Pada Campuran Hot Rolled Asphalt, Jurnal, Bandung:

Universitas Kristen Maranatha.

[17] Sukirman, 2008, Beton Aspal Campuran Panas, Edisi ke-2, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

[18] Universitas Kristen Maranatha, 2001, Pedoman Praktikum Bahan Perkerasan

Jalan, Bandung, Laboratorium Transportasi Fakultas Teknik Jurusan Teknik

Sipil.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis jamur kayu yang mampu beradaptasi dengan baik pada substrat sampah organik adalah jenis jamur tiram merah dengan sampah organik yang langsung diambil dari masyarakat dan terus

Pada proses kegiatan stimulasi anak melalui metode bercerita minangkabau ada beberapa yang temuan, yaitu a) sikap anak, b) partisipasi anak. Temuan yang mengarah pada

a) Penelitian yang dilakukan oleh (Lehman, 1992) menginterpretasikan adanya perilaku stereotype maskulin merupakan faktor kunci keberhasilan dari kantor akuntan

This research is carried out due to the writer’s interest on Chomsky’s promotion about his Minimalist Program and the P&P approach, he labelled as the latest linguistics study

Bibit kerang hijau yang menempel pada substrat tali memiliki nilai pertumbuhan panjang cangkang pada perlakuan polikultur kerang di luar waring (perlakuan A) adalah

Terhadap konstruksi hukum kredit sindikasi atas Proyek PLTU Fast Track Program 10.000 MW ini menurut penulis ini Bank DKI selaku arranger dan agent telah menerapkannya

3) Berdasarkan hasil isian angket siswa terhadap penerapan model pembelajaran inkuiri terinternalisasi ayat-ayat Al- Qur’an, siswa memberikan tanggapan positif atau sangat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan KBK dan pemahaman konsep siswa pada materi kelarutan dan hasil kali