• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN COMPLEX TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN KECEPATAN (SPEED ENDURANCE).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN COMPLEX TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN KECEPATAN (SPEED ENDURANCE)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN COMPLEX TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN

KECEPATAN (SPEED ENDURANCE)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Pendidikan

Sarjana Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Oleh : ANDI SETIADI

0807672

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ͞Dampak Penerapan Pelatihan Complex Training Terhadap Peningkatan Kemampuan Speed Endurance͟ ini sepenuhnya karya saya bersama. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etikakeilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadapetika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

ANDI SETIADI

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SIDANG

NAMA : ANDI SETIADI

NIM : 0807672

JUDUL : DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN COMPLEX TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN KECEPATAN (SPEED ENDURANCE)

Disetujui dan Disahkan Oleh:

DosenPembimbing I

Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd

NIP. 196818121994021001

DosenPembimbing II

Alen Rismayadi, M.Pd

NIP. 197612282008121002

Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Ketua,

Dr. R. Boyke Mulyana

(4)

ABSTRAK

DAMPAK PENERAPAN PELATIHAN COMPLEX TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN

KECEPATAN (SPEED ENDURANCE)

Pembimbing: 1. Dr. Dikdik Zafar Sidik, M.Pd. 2. Alen Rismayadi, M.Pd.

Andi Setiadi *

Pelatihan complex training merupakan suatu metode latihan yang di dalam metode latihannya menggabungkan dua metode latihan yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kedua metode latihan tersebut yaitu metode peningkatan kekuatan maksimal melalui perbaikan koordinasi intramuscular melalui metode neural activation method dan metode latihan plyometric. Daya tahan kecepatan merupakan kemampuan untuk mempertahankan kecepatan yang paling tinggi dalam jarak yang paling jauh.

Metode penelitian adalah metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah pemain futsal puteri tingkat perguruan tinggi yang menjadi anggota UKM Futsal Puteri UPI ( Universitas Pendidikan Indonesia). Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh. Jumlah sampel 12 orang. Instrumen penelitian daya tahan kecepatan (speed endurance) adalah tes sprint 150 m.

Berdasarkan rumusan permasalahan dan tujuan penulis, maka hipotesis yang penulis ajukan yaitu Pelatihan Complex Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan daya tahan kecepatan (speed endurance). Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh kesimpulan yaitu kemampuan daya tahan kecepatan pemain futsal putri UPI meningkat. Oleh karena itu penulis dapat menarik kesimpulan bahwa pelatihan complex training ternyata memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan daya tahan kecepatan (speed endurance).

Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan kepada para pelatih untuk memberikan pelatihan complex training secara bertahap, sistematis sesuai dengan kebutuhan periodisasi dan tuntutan tujuan latihan. Apabila dilakukan penelitian lebih lanjut, diharapkan peneliti lebih variatif dalam pengembangan metode latihan complex training ini.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang... 1

B. Masalah Penelitian ... 5

C.Tujuan Penelitian... 5

D.Manfaat Penelitian... 6

E. Batasan Penelitian... 6

F. Batasan Istilah ... 7

G.Anggapan Dasar... 8

H.Hipotesis... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 11

A.Hakikat Kemampuan Fisik... 11

(6)

C.Metode Latihan Daya Tahan kecepatan... 25

D.Metode Latihan... 26

E. Pliometrik... ... 29

F. Dukungan Kekuatan Terhadap Peningkatan Kemampua.... 33

G.Complex Training... 35

H.Prinsip – Prinsip Latihan... 40

I. Norma – Norma Pembebanan Latihan ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

A.Metode Penelitian... 51

B. Populasi dan Sampel... 52

C.Penentuan Kelompok Sampel ... 53

D.Desain Penelitian... 54

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Validitas Rancangan... 57

G.Pelaksanaan Latihan... 59

H.Prosedur Pengolahan Data... 62

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS PENGOLAHAN DATA ... 66

A.Pengolahan Data... 66

B. Pengujian Pesyaratan Analisis... 66

(7)

D.Diskusi Temuan... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A.Kesimpulan... 75

B. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 79

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Tahap Pembentukan Kondisi Fisik ... 19

2.2. klasifikasi Penyediaan Energi... 24

2.3. Penerapan Metode Latihan Complex Training... 40

4.1. Hasil Perhitungan Nilai Rata-Rata dan Simpangan Baku

Kemampuan Speed Endurance (tes awal dan akhir)... 66

4.2. Hasil Pengujian Normalitas Liliefors tes Kemampuan

Speed Endurance... 67

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Knee Tuck Jump... 31

2.2. Pike Jump... 32

2.3. Pembagian Prinsip Latihan... 41

3.1. Langkah-Langkah Penelitian... 55

4.1. Daerah Penolakan Hipotesis... 71

4.2. Perbandingan Antara Tes awal dan Tes Akhir... 72

4.3. Perubahan Kemampuan Daya Tahan kecepatan... 74

(10)

Halaman

1. Hasil Tes Awal dan Tes akhir Kemampuan Speed Endurance... 79

2. Hasil Uji Normalitas Kemampuan Speed Endurance... 80

3. Uji Homogenitas... 81

4. Uji t Pengolahan data... 82

5. Grafik Hasil Peningkatan Kemampuan Speed Endurance... 85

6. Program latihan... 86

7. Tabel Hitung t... 96

8. Tabel Hitung Z... 97

9. Tabel Liliefors... 98

10.Dokumentasi... 99

11.Surat keputusan Pengesahan Judul Penunjukan Dosen Pembimbing Skripsi…... 102

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Olahraga merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Berbagai tujuan olahraga dapat dicapai, tergantung dari kebutuhan

masing-masing. Tujuan dari olahraga adalah untuk kesehatan, rekreasi, dan

prestasi. Tujuan olahraga kesehatan adalah untuk mempertahankan dan

meningkatkan derajat kesehatan olahragawan tersebut. Tujuan olahraga rekreasi

adalah untuk mengembalikan kondisi fisik dan mental setelah melakukan aktifitas

yang melelahkan selama waktu tertentu. Kemudian tujuan olahraga prestasi

adalah untuk mencapai prestasi tinggi seorang olahragawan di cabang olahraga

yang digelutinya. Jenis olahraga ada dua macam, yaitu olahraga permainan dan

olahraga bela diri.

Latihan kondisi fisik yang tepat memegang peranan penting dalam

sukseskan penampilan atlet untuk semua cabang olahraga. Peningkatan kondisi

fisik atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi prima dan berguna untuk

menunjang aktifitas olahraga dalam rangka mencapai prestasi prima. Suhendro

(1999:41) menjelaskan bahwa:

Kondisi fisik merupakan salah satu syarat penting dalam meningkatkan prestasi seseorang atlet, dan bahkan sebagai keperluan yang sangat mendasar untuk meraih prestasi olahraga, sebab seorang atlet tidak dapat melangkah sampai ke puncak prestasi bila tidak didukung oleh kondisi fisik yang baik

Selanjutnya Harsono (1988:153) mengatakan bahwa “Sukses dalam

(12)

2

yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan sangat

penting dalam meningkatkan prestasi atlet”.

Begitu juga Bompa (2000) yang dikutip Satriya dkk tahun (2007:51)

mengatakan bahwa „Persiapan fisik merupakan salah satu yang harus diperhatikan

dan dipertimbangkan dari beberapa kasus penting sebagai unsur yang diperlukan

dalam latihan untuk mencapai puncak penampilan (prestasi)‟.

Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang

tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya.

Bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik maka seluruh komponen harus

dikembangkan, walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuai

keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau

status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila kita sampai pada

masalah status kondisi fisik. Sajoto (1990:16) menjelaskan “Latihan kondisi fisik

perlu mendapat perhatian yang serius direncanakan secara matang dan sistematis

sehingga tingkat kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional alat-alat tubuh lebih baik”.

Menurut Dikdik Zafar S. (2010:3) “Yang harus dipersiapkan dengan baik

oleh setiap pelatih adalah perencanaan program latihan yang adekuat untuk setiap

aspek-aspek latihan dan termasuk komponen latihan fisik”. Sehingga pelatih

dalam pelatihan fisiknya harus menguasai berbagai metode dan bentuk latihan

yang dapat memberikan dampak positif terhadap perubahan perkembangan

fisiknya. Oleh karena itu, pelatih dituntut untuk kompeten dalam persiapan

(13)

3

Pelatihan fisik banyak metode dan bentuk latihan atau pola pelatihan yang

dapat digunakan untuk meningkatkan tergantung pada tujuan latihannya, seperti

untuk meningkatkan kemampuan fleksibilitas maka digunakan pelatihan-pelatihan

dengan menerapkan metode peregangan baik secara dinamis, statis maupun

kontraksi relaksasi. Untuk meningkatkan kemampuan kekuatan maka metode

latihan beban (weight training) atau latihan tahanan (resistance training) dengan

sistem set, piramid, burn out, multiple poundage, sirkuit, dan yang lainnya.

Meningkatkan kemampuan daya tahan dengan penerapan metode repetisi, latihan

dengan irama (tempo activity training), fartlek, cross country, speed play,

marathon run, continuous activity, endless relays, interval training, dan lain

sebagainya. Meningkatkan kemampuan kecepatan gerak dalam bentuk Speed,

agility, maupun quickness dengan penerapan metode latihan repetisi dan juga

termasuk pepelatihan kekuatan dinamis (dynamic strength) karena

latihan-latihan kekuatan hakikatnya juga dapat meningkatkan kemampuan daya tahan

kecepatan.

Berdasarkan pengamatan peneliti mengenai kondisi prestasi saat ini bahwa

yang terjadi dalam dunia olahraga prestasi adalah kurang atau belum maksimalnya

penerapan ilmu pengetahuan olahraga yang mendasari proses kepelatihan..

Banyak penelitian yang diupayakan untuk mendongkrak prestasi atlet.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan

fisik dapat ditingkatkan secara maksimal jika dapat memanfaatkan ilmu

(14)

4

tersebut penting untuk dikaji melalui penelitian yang penerapnnya disesuaikan

dengan kemampuan para atlet Indonesia.

Pelatihan fisik merupakan bagian yang sangat penting ketika pelatihan ini

berlangsung di level elit, karena masa ini saatnya peningkatan kualitas fisik yang

sangat prima. Banyaknya komponen fisik yang menjadi kebutuhan prestasi atlet

menuntut pelatih untuk berusaha keras memahami dengan baik tentang

pelatihan-pelatihan komponen fisik, seperti : kemampuan kelenturan, kecepatan gerak

(dalam bentuk speed, agility, maupun quickness), kekuatan maksimal, kekuatan

yang cepat (power), daya tahan kekuatan, daya tahan anaerob, dan juga daya

tahan aerob. Semua komponen fisik tersebut pada prinsipnya merupakan

kemampuan dinamis anaerobik dan aerobik.

Banyak metode dan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kondisi fisik para atlet, seperti Complex Training. Metode ini

jarang dilakukan dalam pelatihan fisik di Indonesia yang disebabkan oleh

beberapa hal, seperti beberapa pelatih yang belum memahami manfaat dari

Complex Training, peralatan yang dirasakan sulit untuk karena membutuhkan

peralatan beban, keraguan akan pelaksanaan kegiatan pelatihan ini, dan

bagaimana variasi dari latihan Complex Training tersebut. Hal lain yang menjadi

permasalahan dalam praktik latihan adalah penerapan metode latihan yang masih

belum jelas karakter dari setiap metode tersebut. Keterbatasan metode yang

dipahami merupakan bagian dari keterbatasan pelatih dalam menerapkan cara

(15)

5

Isu-isu tersebut yang menggugah untuk kemudian dijadikan sebagai

langkah-langkah strategis dalam upaya penelitian lebih lanjut oleh karena itu,

peneliti merasa terpanggil untuk mengkaji lebih dalam tentang pola Complex

Training yang dirancang secara bervariasi.

Sudah pernah dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya tentang

Complex Training yang meneliti dampaknya terhadap komponen-komponen fisik

yang lain. Sedangkan disini peneliti mencoba untuk meneliti pelatihan Complex

Training terhadap daya tahan kecepatan (speed endurance).

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang yang diungkapkan sebelumnya maka

masalah penelitiannya adalah: Apakah penerapan pelatihan Complex Training

memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan daya

tahan kecepatan (speed endurance)?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

secara teoritis berdasarkan kondisi aplikasi di lapangan sehingga diketahui makna

dan manfaat dari penerapan pelatihan Complex Training dan metode latihannya.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk melihat hasil kebermaknaan dari

penerapan pelatihan Complex Training terhadap peningkatan kemampuan daya

(16)

6

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengharapkan ada manfaat dan kegunaan

yang bisa digeneralisasikan. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara teoretis

Dapat dijadikan sumbangan bagi pengetahuan olahraga mengenai dampak

penerapan pelatihan Complex Training terhadap peningkatan daya tahan

kecepatan (speed endurance) dan memberikan bahan informasi bagi para

pelatih untuk meningkatkan dan memelihara kondisi fisik atlitnya.

2. Secara praktis

Pelatihan Complex Training dapat dijadikan pedoman/ acuan bagi para

pelatih atau pembina dan pihak yang berkompeten terhadap pembinaan atlet

khususnya kondisi fisik.

E. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar

masalah yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah penelitian

dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36):

Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya : tenaga, kecekatan, waktu,biaya,dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini dibatasi pada hal-hal

(17)

7

1. Fokus penelitian diarahkan pada penerapan pelatihan Complex Training yang

disiapkan dalam program latihan.

2. Kemampuan yang akan diuji adalah daya tahan kecepatan (speed endurance)

melalui tes sprint 150 meter.

3. Sampel penelitian ini adalah atlet futsal tingkat perguruan tinggi yaitu anggota

UKM Futsal Puteri UPI (Universitas Pendidikan Indonesia).

F. Batasan Istilah

1. Menurut beberapa ahli dalam pelatihan fisik seperti, Smith et al, Jones, Yuri

Verkhosansky, Matthews, Gourgoulis, Duthie, dan juga Patrics Comlplex

Training adalah “metode latihan yang menggabungkan pelatihan kekuatan

yang bersifat maksimal melalui koordinasi intramuscular (Neural Activation)

dengan latihan kekuatan yang eksplosif (power)”.

2. Daya tahan kecepatan (speed endurance). Menurut Harsono (1988:226)

adalah „hasil dari daya tahan dan kecepatan‟. dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk melakukan gerakan dengan cepat dalam waktu yang lama

tanpa mengalami kelelahan dan dilakukan berulang-ulang.

3. Menurut Bompa (1994) yang dikutip satriya et al. (2007:11) latihan adalah „suatu aktifitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang

lama ditingkatkan secara progresif dan individual mengarah kepada ciri-ciri

fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang telah

(18)

8

4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dampak adalah benturan atau

pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif)

sehingga menyebabkan perubahan yang berarti.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak penulis dalam menentukan langkah

- langkah penyesuaian dalam penelitian. Arikunto (1996:19) mengemukakan

bahwa: “Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti,

yang berfungsi sebagai hal – hal yang akan dicapai sebagai tempat berpijak bagi peneliti dalam menyelesaikan penelitian”.

Complex Training adalah metode latihan yang menggabungkan pelatihan

kekuatan yang bersifat maksimal melalui koordinasi intramuscular (Neural

Activation) dengan latihan kekuatan yang eksplosif (power). Definisi ini

dikemukakan oleh beberapa ahli dalam pelatihan fisik seperti, Jones, Yuri

Verkhoshansky, Fastouros, Matthews, Smith et al, Gourgoulis, Bred McGregor,

Duthie, dan juga Patrics.

Makna Complex training adalah:

. . . in contrast to traditional strength training approaches, alternates biomechanically comparable resistance exercises with plyometric activities. For example, a heavy load squat may be followed some 4-5 minutes after by a set of depth or box jumps.

Complex training describes a power-developing workout that combines weights and plyometric exercises.

Complex Training is a technique used by many strength and conditioning coaches to enhance both the strength and power of their athletes.

(19)

9

similar biomechanical demands (IE, the same muscle groups and/or joint angles) of the strength exercise.

Penerapan metode latihan Complex Training sudah pernah dilakukan

penelitian yang meneliti tentang komponen-komponen kondisi fisik seperti

kecepatan (speed), kekuatan (power), kelentukan (agility) dan

komponen-komponen kondisi fisik yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penerapan metode latihan Complex

Training berdampak cukup signifikan terhadap peningkatan kemampuan

komponen-komponen kondisi fisik. Dari hasil penelitian sebelumnya inilah

penulis ingin mencoba meneliti tentang komponen fisik daya tahan kecepatan

(speed endurance) yang pada penelitian sebelumnya belum pernah di teliti.

Penerapan Complex Training merupakan metode yang diharapkan dapat

memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan daya

tahan kecepatan (speed endurance). Dengan demikian, pelatihan Complex

Training dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan

kemampuan daya tahan kecepatan (speed endurance).

H. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan, dimana

hipotesis ini akan memberikan arah dan tujuan dari penelitian. Menurut Arikunto

(2002:22-23) mengemukakan bahwa: “Hipotesis merupakan kebenaran sementara

(20)

10

kebenarannya”. Dengan kata lain hipotesis adalah sebuah kesimpulan sementara

yang masih harus dibuktikan kebenarannya.

Mengacu pada asumsi dasar, maka hipotesis penelitian sebagai berikut:

Pelatihan Complex Training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengungkapkan, menggambarkan, dan

menyimpulkan data guna memecahkan suatu masalah melalui cara-cara tertentu yang

sesuai dengan prosedur penelitian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Metode ini

digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian ekperimental yaitu

mencobakan sesuatu untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan

ataau treatment. Di samping itu penulis ingin mengetahui pengaruh variabel terikat

yang diselidiki atau diamati. Mengenai metode eksperimen ini menurut Sugiyono

(2009:72) menjelaskan “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan percobaan

dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah sehingga diperoleh hasil.

Hasil dari kegiatan percobaan itu nantinya yang akan menegaskan hubungan

variabel-variabel yang diselidiki. Variabel bebas adalah suatu gejala yang mempengaruhi atau

menyebabkan kepada variabel terikat. Adapun sebagai variabel bebas dalam

(22)

52

yang ingin diketahui, karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Dan variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan daya tahan kecepatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah :

1. Karakteristik Sampel: secara teknik sampel dalam penelitian ini adalah atlet

futsal puteri UPI yang memiliki kemampuan bermain futsal.

2. Administrasi Sampel:

a) Jenis sampel dalam penelitian ini adalah perempuan

b) Mahasiswa FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

B. Populasi dan Sampel

Berkaitan dengan populasi oleh Sugiyono (2009:80) dijelaskan sebagai

berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah pemain

futsal puteri tingkat perguruan tinggi yang menjadi anggota UKM Futsal Puteri UPI

(Universitas Pendidikan Indonesia) yaitu sebanyak 12 orang. Sebagian yang diambil

dari populasi disebut sampel penelitian. Mengenai hal ini, Sugiyono (2009:81) menjelaskan bahwa “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

(23)

53

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

beberapa teknik sampling yang digunakan. Berkaitan dengan teknik sampling,

Sugiyono (2009:81) menjelaskan bahwa:

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua yaitu probability sampling dan nonprobabylity sampling. Probability sampling meliputi, sismple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Nonprobability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis dalam penelitian ini menggunakan

teknik sampling jenuh dalam menentukan sampelnya. Tentang teknik sampling jenuh,

Sugiyono (2009:85) menjelaskan bahwa:

Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Jadi dengan menggunakan teknik sampling jenuh, dapat diperoleh sampel sebanyak

12 orang.

C. Penentuan Kelompok Sampel

Untuk mempermudah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu

penelitian, diperlukan jalar yang menjadi pegangan agar penelitian tidak keluar dari

(24)

54

sesuai dengan tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis dalam penelitian ini

menggunakan desain eksperimen yaitu pre-test, post-test group desain.

Dalam desain ini sampel diperoleh sebesar jumlah populasi, kemudian

diadakan tes awal atau pre-test group desain. Data hasil tes awal disusun berdasarkan

ranking dari yang terbaik catatan nilainya sampai yang terendah.

D. Desain Penelitian

Disain penelitian yang akan diterapkan oleh peneliti adalah disain One Group

Pretest and Posttest Design seperti berikut :

Keterangan:

O1 : nilai pretes sebelum diberikan perlakuan X : perlakuan

(25)

55

Adapun langkah-langkah penelitiannya penulis deskripsikan dalam bentuk gambar:

Gambar 3.1

Langkah-Langkah Penelitian (Sumber: Arikunto, 2002:23)

E. Instrumen Penelitian

Agar penelitian menjadi lebih kongkrit, maka perlu adanya data. Data tersebut

diperoleh pada awal eksperimen sebagai data awal dan pada akhir eksperimen

sebagai data akhir. Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam POPULASI

SAMPEL

TES AWAL

TES AKHIR

PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

(26)

56

penelitian,diperlukan alat ukur yang dapat memberikan kontribusi bagi penelitian

yang dilaksanakan. Nurhasan (2007:5) mengemukakan bahwa:

pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu obyek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur. Alat ukur ini berupa a) tes dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan, b) tes dalam bentuk psikomotor, c) berupa skala sikap dan berupa alat ukur yang bersifat standar misalnya ukuran meter, berat, ukuran suhu derajat Fahrenheit (“F), derajat Celcius (“C).

Berdasarkan pendapat tersebut, maka melalui pengukuran penulis dapat

mengumpulkan data secara objektif yang diperlukan dalam penelitian ini, yang

berupa angka-angka yang dapat diolah secara statistik. Tujuannya agar dapat

mengetahui pengaruh dari hasil perlakuan dan perbedaannya yang merupakan tujuan

akhir dari eksperimen.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa program latihan

Complex Training yang telah disusun sedemikian rupa dan item tes untuk mengetahui

kemampuan daya tahan kecepatan (speed endurance).

Untuk melaksanakan proses dan mengumpulkan data maka instrumen yang

akan digunakan berupa program latihan untuk pelatihan Complex Training dan

berikut item tes untuk mengetahui kemampuan daya tahan kecepatan (speed

endurance), yaitu:

1. Tes speed endurance

(27)

57

 Stopwatch

 Meteran

 Lintasan 150 meter  Peluit

 Bendera start

 Pelaksanaan

 Sampel coba berdiri dibelakang garis start, dengan sikap start

melayang. Pada aba-aba “ya” sampel berusaha lari secepat mungkin

mencapai finish. Tiap orang diberikan kesempatan dua kali percobaan.  Skor

 Jumlah waktu tempuh yang terbaik dari dua kali percobaan.

F. Validitas Rancangan

Agar rancangan penelitian yang dilaksanakan cukup memadai untuk

pengujian hipotesis dan sekaligus hasil penelitian dapat mencerminkan hasil dari

perilaku yang diberikan serta dapat digeneralisasikan ke dalam populasi yang ada,

maka dilakukan pengontrolan terhadap berbagai kemungkinan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal instrumen dikembangkan menurut teori yang relevan,

(28)

58

dalam penyusunan instrumen yang baik harus memperhatikan teori dan fakta di

lapangan.

Donald et. al. (1982:339) yang mengutip dari Campbell dan Stanley yang

diterjemahkan oleh Dikdik Zafar Sidik adalah sebagai berikut:

Validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel-variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi validitas internal adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh tingkat pertumbuhan, perkembangan dan kematangan kemampuan, dan statistik. Hal ini dikontrol dengan desain penelitian dan pemilihan sampel yang sesuai.

2. Pengaruh instrumen yang sebelum digunakan, terlebih dahulu diadakan uji coba untuk menentukan tingkat validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang akan dipergunakan.

3. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen. Hal ini dapat diupayakan dengan cara dikontrol terus menerus dengan memotivasi dan memonitor kehadiran sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak dari awal sampai akhir eksperimen, sehingga diharapkan tidak terjadi sampel yang mortal. 4. Pengaruh tes. Dikontrol dengan memberikan selang waktu yang cukup

untuk mengembalikan kondisi tubuh subyek kepada keadaan pulih melalui istirahat yang cukup. Sebagai contoh, pada tes awal yang telah dilakukan, tidak secara langsung diberikan perlakukan sesuai dengan program yang telah dipersiapkan, akan tetapi program diberikan setelah berselang beberapa hari istirahat. Demikian pula pada saat diberikan tes akhir, subyek diberikan waktu istirahat selama satu hari untuk mengembalikan kondisi ke pulih asal.

Donald et.al. (1982:343) menyatakan bahwa “Validitas eksternal adalah

tingkat representatif dari hasil penyelidikan atau dapatnya hasil penyelidikan itu

digeneralisasikan”. Menurut Donald et. al. (1982:33) yang dikutip dari Bracht dan Glass dinyatakan bahwa, “Terdapat dua macam validitas eksternal, yaitu (a) validitas

(29)

59

populasi yang akan digeneralisasikan berdasarkan eksperimen. Kemudian pengaruh

interaksi antar efek perlakuan dan variabel personal dikontrol dengan cara

memberikan batasan yang jelas terhadap kriteria karakteristik subyek eksperimen

(sampel) maupun populasi. Dalam hal ini, batasan yang diberikan terhadap sampel

maupun populasi adalah adanya kelompok mahasiswa yang tergabung dalam unit

kegiatan olahraga mahasiswa. Sedangkan validitas ekologi menyangkut masalah

identifikasi populasi yang akan digeneralisasikan berdasarkan hasil eksperimen

kepada kondisi lingkungan yang lain. Validitas ini dikontrol dengan cara (1) seluruh

program latihan disusun dan terjadwal secara jelas; (2) tempat latihan dan alat latihan

yang digunakan dalam kondisi yang sama; (3) instruktur yang ditunjuk berjumlah 5

orang adalah 3 (tiga) orang staf pengajar mata kuliah kondisi fisik di Jurusan

Pendidikan Kepelatihan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas

Pendidikan dan 2 (dua) orang Pelatih futsal puteri yang kompeten.

G. Pelaksanaan Latihan

Latihan dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:

Tempat : Weight Training Center FPOK UPI Bandung dan Hall FPOK

UPI Bandung.

Waktu : Mulai tanggal 11 Juli – 29 September 2011.

(30)

60

Untuk mendapatkan perkembangan yang positif terhadap kondisi fisik, teknik,

taktik, dan mental diperlukan proses latihan dalam jangka waktu tertentu. Dalam

penelitian ini penulis membuat jadwal latihan sebanyak 3 kali pertemuan dalam

seminggu yaitu hari selasa dari pukul 15.30 WIB s.d selesai, hari kamis dari pukul

15.30 WIB s.d selesai, dan hari sabtu dari pukul 07.00 WIB s.d selesai.

Latihan dalam penelitian ini dilaksanakan selama 10 minggu (3x seminggu)

atau 30 pertemuan. Mengenai hal ini penulis mengacu pada pendapat Harsono (2004:50) yang menjelaskan, “atlet sebaiknya berlatih 2-5 kali seminggu, tergantung

dari tingkat keterlibatanya dalam olahraga”.

Program latihan terlampir

Latihan yang dilakukan terdiri dari tiga bagian yaitu latihan pemanasan,

latihan inti, dan latihan pendinginan. Adapun uraian singkat dari latihannya adalah

sebagai berikut:

1. Latihan Pemanasan

Sebelum melakukan latihan inti, sampel di instruksikan dahulu untuk

melakukan pemanasan dengan bimbingan dari penulis, pemanasan bertujuan untuk

mempersiapkan tubuh, hal ini sesuai dengan pendapat Giriwijoyo (2004:125) yang

(31)

61

Latihan pemanasan yang diberikan berupa peregangan statis, yaitu

meregangkan seluruh anggota badan secara sistematis yang dapat dilakukan mulai

dari kepala sampai ke kaki. Selanjutnya lari mengelilingi lapangan dan di akhiri oleh

peregangan dinamis, yaitu suatu bentuk latihan yang meliputri gerakan

memantul-mantulkan anggota badan secara berulang-ulang. Penekanan latihan yaitu pada bagian

kaki karena latihan inti menuntut kesiapan kaki untuk menerima beban latihan.

2. Latihan Inti

Dalam latihan inti secara garis besar para sampel diberikan latihan fisik yaitu

pelatihan Complex Training yang hampir keseluruhan bentuk gerakannya dilakukan

dengan menggunakan alat beban sebagai alat bantunya. Prinsip-prinsip latihan pun

diterapkan diantaranya prinsip sistematis, berulang-ulang dan overload. Mengenai

pelaksanan latihan secara lebih detail dapat dilihat pada lampiran tentang program

latihan.

3. Latihan Pendinginan dan Evaluasi

Setelah melakukan latihan inti, sampel di instruksikan untuk melakukan

latihan penenangan dengan bimbingan penulis, yaitu melakukan lari pelan

mengelilingi lapangan sebanyak 1-2 keliling dan gerak pelemasan, juga diadakan

(32)

62

H. Prosedur pengolahan data

Setelah data hasil penelitian telah terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah mengolah data dengan menggunakan rumus-rumus statistika, kemudian

setelah itu analisis data. Rumus-rumus yang digunakan dalam pengolahan data

penelitian ini, peneliti menggunakan rumus-rumus statistika yang dikutip dari buku

Sudjana (2005).

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian yang telah

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus dari

Sudjana (2005) sebagai berikut:

 Xi X =

n

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: X = Skor rata-rata yang dicari

Xi = Nilai data

Σ = Jumlah

n = Jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sudjana (2005) sebagai

(33)

63

(X-X)2

S = n – 1

arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah: S = Simpangan baku yang dicari n = Jumlah sampel

Σ(X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Liliefors. Prosedur yang

digunakan menurut Sudjana (2005) adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2 ... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... ZnΣZi. Jika proporsi ini dinyatakan S(Zi),

maka:

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi

S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga-harga mutlak selisih

(34)

64

nilai kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata α yang dipilih.

Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data

pengamatan melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol

diterima.

4. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis data dilakukan guna mendapatkan kesimpulan dari data yang

diperoleh. Jenis analisis yang digunakan untuk melakukan uji hipotesis dalam rangka

mencari kesimpulan ditentukan oleh hasil uji normalitas dan homogenitas data.

Dalam uji hipotesis ini penulis membandingkan hasil tes kelincahan sebelum dan

sesudah perlakuan (preetest dan post test). Pengujian dilakukan untuk mengetahui

apakah ada pengaruh yang signifikan dari latihan complex training terhadap

peningkatan kemampuan daya tahan kecepatan.

Untuk menguji data dari hasil pree test dan post test digunakan penghitungan

uji rata-rata yaitu pengujian paired sample t-test, yaitu:

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

(35)

65

Sd : Standar deviasi selisih pengukuran awal & akhir

N : Jumlah sampel

Untuk mengintepretasikan t-test terlebih dahulu harus ditentukan:

a. Nilai α (0,05)

b. df (degree of freedom) = N - k, Untuk Uji t sampel berpasangan dk

(derajat kebebasan) = N – 1

c. Membandingkan nilai t-hitung dengan nilai ttabel

Apabila :

a. t-hitung > ttabel , maka Ho ditolak

Terdapat perbedaan secara signifikan

b. t-hitung < ttabel, maka Ho diterima

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil tes awal dan tes akhir yang telah dilakukan terhadap

pelatihan Complex Training untuk meningkatkan daya tahan kecepatan diperoleh

data hasil tes yang kemudian diolah dan dianalisis dengan rumus-rumus statistika,

hasil penelitian ini menemukan kesimpulan bahwa: Penerapan pelatihan Complex

Training memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan

daya tahan kecepatan. (Speed Endurance).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pelatihan Complex Training pada peningkatan

kemampuan daya tahan kecepatan maka disarankan kepada para pelatih untuk ikut

menyertakan atau memberikan pelatihan Complex Training dalam program

latihannya, secara spesifik kepada peningkatan kemampuan daya tahan kecepatan

dengan bertahap, sistematis sesuai dengan kebutuhan periodisasi dan tuntutan

tujuan latihan. Sesuai dengan teori bahwa jika ingin meningkatkan kemampuan

daya tahan kecepatan, harus melalui pelatihan beban (weight training) yang

spesifik dan ditujukan pada kekuatan maksimal melalui koordinasi intramuscular

kelompok otot (neural activation) agar dapat menghasil daya yang lebih eksplosif.

Diharapkan setiap pelatih mampu merancang program latihan Complex

(37)

76

lebih terjamin dan sasaran latihan menjadi terarah sesuai sengan kebutuhan

komponen fisik masing-masing yang diperlukan.

Untuk penelitian selanjutnya, pelatihan Complex Training ini dapat

dilakukan bukan hanya untuk olahraga futsal saja, tetapi juga diharapkan untuk

cabang-cabang olahraga yang lainnya yang membutuhkan kemampuan daya tahan

(38)

77

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Bompa, Tudor O. (1990). Theory and Methodology of Training; the Key to Athletic Performance. Dubuque, Iowa: Kendall / Hunt Publishing Company.

Dangsina Moeloek dan Arjadini Tjokro 1984.Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Dintiman, George (1998). Sport Speed. New York, Leisure Press

Giriwijoyo, Santosa. (2007). Ilmu Faal Olahraga; Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga, edisi 7. Bandung : Buku Ajar FPOK UPI.

Harsono, (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Bandung : Tambak Kusuma CV.

Matjan, B. Nicholaus. (2008). Olahraga Dan Cedera. Bandung.

Nugraha, (2011). Dampak Penerapan Pelatihan Harness Terhadap Peningkatan Kemampuan Speed Endurance. Skripsi Sarjana Pasa FPOK UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Nurhasan, H. (2007). Modul Tes Dan Pengukuran Keolahragaan. FPOK, UPI. Bandung.

Pesurnay, P. Levinus, dan Sidik, D. Zafar. (2008). Materi Penataran Pelatih Fisik Tingkat Nasional Se-Indonesia. Koni Pusat.

Pyke, Frank S., 1991. Better Coaching ; Advanced Coach’s Manual. Canberra : Australian Coaching Council Incorporoted.

Radcliffe, J. C. And Farentinos, R.C. (1992). High Powered Plyometrics. Champaign, Human Kinetics. Publisher,Inc.

Sadjoto, M. (1995). Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Dahara Prize. Semarang.

(39)

78

Sidik, D. Zafar. (2010). Pembinaan Kondisi Fisik. Bandung : Buku ajar FPOK UPI.

Sudjana. (1990). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Alfabeta.

Suharno. (1985). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : FPOK IKIP Yogyakarta.

Winarno Surahmad. 1998. Metodologi Penelitian. Bandung : Badan Penerbit Ikip Bandung.

Sumber Lain:

Docherty, et al. (2004). Complex Training revisited: a review of its current status as a viable training approach”. Strength and Conditioning Journal 26 (6) p52-57.

Mackenzie, B. (2002). Leg Plyometrics. [Online]. Tersedia: http://www.brianmac.co.uk/legplymo.htm

Gambar

Tabel
Gambar                                                                                                     Halaman
Gambar 3.1           Langkah-Langkah Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

b. Dalam pelaksanaannya masih ditemukan banyaknya pengangkatan PNS dalam jabatan fungsional tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur. dalam peraturan perundang-undangan

Perancangan sistem informasi rekam medis ini bertujuan untuk mempermudah dalam menginput dan mengolah data rekam medis serta menampilkan laporan yang dibutuhkan

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dilihat bahwa Rumah Sakit TNI- AD dalam pencatatan dan pengolahan rekam medisnya masih manual yang memungkinkan adanya human

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran jelas mengenai pengaruh pemberdayaan guru oleh kepala sekolah terhadap mutu pembelajaran di

Refers to explanation above, the reconstruction of tradition remains an important issue in the Indonesian constitutional law because there are incoherencies between

Whereas, article 18 (4) of the Second Amendment of the 1945 Constitution states that the head of regional government should be elected democratically, without provision

Secara keseluruhan, resiko yang mungkin terjadi meliputi pengetahuan konsumen atau kepercayaan terhadap konsekuensi yang tidak diinginkan, termasuk juga respon dari

Aplikasi ini dibuat untuk memberikan alternatif dalam memberikan informasi seputar petunjuk pembuatan aplikasi tanaman bumbu dapur dalam mengobati beberapa penyakit dan