• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI SE-KOTA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI SE-KOTA BANDUNG."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 ManfaatPenelitian ... 10

1.3.2.1 Manfaat Praktis ... 10

1.3.2.2 Manfaat Teoritis ... 10

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 11

2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1 Kinerja Individu ... ... 11

2.1.1.1 Konsep Kinerja ... 11

2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 13

2.1.1.3 Model-Model Kinerja ... 16

2.1.2 Kinerja Guru ... 18

2.1.2.1 Konsep Kinerja Guru ... 18

2.1.2.2 Penilaian Kinerja Guru ... 19

2.1.2.3 Pengukuran Kinerja Guru... 29

2.1.3 Kepemimpinan ... 31

2.1.3.1 Konsep Kepemimpinan ... 31

2.1.3.2 Perilaku Kepemimpinan ... 32

2.1.3.3 Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 35

2.1.3.4 Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah ... 36

2.1.4 Motivasi Kerja ... 42

2.1.4.1 Konsep Motivasi Kerja ... 42

2.1.4.2 Teori-teori Motivasi ... 43

2.1.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi ... 50

2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu ... 52

2.2 Kerangka Pemikiran ... 54

2.2.1 Keterkaitan antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja ... 55

(2)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2.2.3 Keterkaitan antara Motivasi Kerja dengan Motivasi Kerja ... 58

2.3 Hipotesis ... 62

BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 64

3.1 Objek Penelitian ... 64

3.2 Metode Penelitian... 64

3.3 Populasi dan Sampel ... 65

3.3.1 Populasi ... 65

3.3.2 Sampel ... 66

3.4 Operasionalisasi Variabel ... 66

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 68

3.6 Instrumen Penelitian... 69

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian... 71

3.7.1 Uji Validitas ... 71

3.7.2 Uji Reabilitas ... 73

3.8 Uji Multikolinieritas ... 74

3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 75

3.9.1 Teknik Analisis Data ... 75

3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 83

3.9.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 83

3.9.2.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan Uji F ... 84

3.9.2.3 Pengujian Hipotesis secara Parsial Uji t ... 84

3.9.2.4 Pengujian Overall Model Fit dengan Statistic Q dan atau W ... 86

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87

4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 87

4.2 Deskripsi Umum Responden... 90

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 91

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Bekerja ... 92

4.3 Analisis Instrumen Penelitian ... 93

4.3.1 Uji Validitas ... 93

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 94

4.4 Uji Multikolinieritas ... 95

4.5 Deskripsi Variabel Penelitian ... 96

4.5.1 Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 97

4.5.2 Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 101

4.5.3 Variabel Kinerja Mengajar (Y) ... 105

4.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 109

4.6.1 Analisis Path Sub-struktur 1 ... 110

4.6.2 Analisis Path Sub-struktur 2 ... 114

4.6.3 Uji Kesesuaian Model (Overall Model Fit) ... 118

4.6.4 Dekomposisi Pengaruh Antarvariabel ... 119

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 122

(3)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.7.2 Motivasi Kerja (X2) ... 124

4.7.3 Kinerja Mengajar Guru (Y)... 126

4.7.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Motivasi Kerja (X2) ... 127

4.7.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Mengajar (Y) ... 129

4.7.6 Pengaruh Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja Mengajar (Y) ... 131

4.7.7 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja Mengajar (Y) ... 132

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 136

5.1 Kesimpulan ... 136

5.2 Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA………. 141 LAMPIRAN

(4)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi

SMA Negeri Kota Bandung Tahun 2010/2011 ... 3

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 52

Tabel 3.1 Jumlah Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri Se-Kota Bandung... 65

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ... 67

Tabel 3.3 Skor Jawaban Skala Likert ... 71

Tabel 4.1 Banyak Sekolah dan Jenis Sekolah Negeri dan Swasta Di Kota Bandung Tahun 2010/2011... 88

Tabel 4.2 Profil Sekolah ... 89

Tabel 4.3 Alamat Asal Responden ... 90

Tabel 4.4 Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 91

Tabel 4.5 Penyebaran Responden Berdasarkan Usia ... 91

Tabel 4.6 Penyebaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 92

Tabel 4.7 Jumlah Item Angket ... 93

Tabel 4.8 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 94

Tabel 4.9 Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ... 95

Tabel 4.10 Nilai VIF & Tolerance ... 96

Tabel 4.11 Deskripsi Skor Pencapaian Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah (X1) ... 97

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 98

Tabel 4.13 Gambaran Tingkat Ketercapaian Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Setiap Dimensi ... 99

Tabel 4.14 Deskripsi Skor Pencapaian Motivasi Kerja (X2) ... 101

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Motivasi Kerja ... 103

Tabel 4.16 Gambaran Tingkat Ketercapaian Motivasi Berdasarkan Setiap Dimensi ... 103

Tabel 4.17 Deskripsi Skor Pencapaian Kinerja Guru (Y) ... 105

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kinerja Guru ... 107

Tabel 4.19 Gambaran Tingkat Ketercapaian Kinerja Guru Berdasarkan Setiap Dimensi ... 107

Tabel 4.20 Matriks Korelasi antar Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen ... 110

Tabel 4.21 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Sub Struktur 1 ... 110

Tabel 4.22 R2 Sub-struktur 1 ... 112

Tabel 4.23 Error Variabel Sub-struktur 1 ... 112

Tabel 4.24 Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen ... 113

Tabel 4.25 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Sub Struktur 2 ... 114

Tabel 4.26 R2 Sub-struktur 2 ... 116

Tabel 4.27 Hasil Uji F ... 117

Tabel 4.28 Error Variabel Sub-struktur 2... 117

(5)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut

Sustermeister ... 15

Gambar 2.2 Tahapan Umum Kegiatan Pembelajaran ... 24

Gambar 2.3 Orientasi Perilaku Kepemimpinan Model Hersey dan Blanchard . 34 Gambar 2.4 Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja dari Gibson ... 57

Gambar 2.5 Teori Harapan Vroom... 60

Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ... 62

Gambar 3.1 Hubungan Kausal Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen ... 78

Gambar 3.2 Diagram Analisis Jalur Sub Struktur 1 ... 79

Gambar 3.3 Diagram Analisis Jalur Sub Struktur 2 ... 79

Gambar 4.1 Diagram Analisis Jalur Model Sub-struktur 1 ... 113

Gambar 4.2 Diagram Analisis Jalur Model Sub-struktur 2 ... 118

(6)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang strategis dalam

pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat

ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa ini. Maka dari itu indikator suatu

bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indikator

sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya.

Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat

pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.

Bagi negara Indonesia, pendidikan merupakan aspek terpenting dalam

pembangunan bangsa. Karena pendidikan menunjukkan kunci keberhasilan suatu

negara untuk mampu bersaing dan memiliki sumber daya manusia yang

berkualitas. Dengan demikian, seluruh sumber daya manusia harus mampu

mengembangkan dirinya lebih lanjut untuk memaksimalkan kualitas diri dan

potensi yang dimilikinya.

Mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa merupakan hasil dari

interkasi yang baik antara guru dan siswa. Guru merupakan faktor utama yang

sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang baik.

Sehingga kualitas mengajar guru harus ditingkatkan supaya guru memiliki

motivasi yang tinggi dan tercapai kinerja individu yang baik, kinerja mengajar

(7)

2

Kinerja guru yang berorientasi kepada proses menekankan kepada

serangkaian aktifitas yang terdiri dari kegiatan merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi pembelajaran. Kinerja guru yang baik serta situasi dan kondisi

pembelajaran yang menyenangkan mampu mendorong motivasi dan minat siswa

untuk belajar lebih baik lagi, sehingga akan meningkatkan prestasi siswa. Hal ini

berarti, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada kondisi mutu

guru.

Mutu pendidikan akan tercapai apabila komponen yang terdapat dalam

meningkatkan mutu pendidikan memenuhi syarat tertentu. Komponen yang

berperan dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah tenaga

pendidik yang bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan

cepat dan bertanggung jawab. Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat

strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta

didik, karena itu tenaga pendidik yang profesional akan melaksanakan tugasnya

secara profesional sehingga menghasilkan siswa yang lebih bermutu.

Proses belajar mengajar diharapkan memberikan keberhasilan yang

memuaskan baik bagi sistem pengajaran, guru dan terutama peserta didik. Namun,

dalam kenyataan di lapangan proses belajar mengajar belum sepenuhnya dapat

terlaksana dengan baik. Terdapat banyak hambatan dan halangan yang ditemukan

dalam kegiatan belajar mengajar yang mengakibatkan prestasi belajar siswa yang

diinginkan belum dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Rendahnya

prestasi belajar siswa ini diindikasikan dari kinerja mengajar guru yang kurang

(8)

3

Seperti yang terjadi pada 27 SMA Negeri di Kota Bandung, setelah

dirata-ratakan, banyak SMA Negeri di Kota Bandung yang nilai ujiannya dibawah

rata-rata. Berikut ini nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) mata pelajaran ekonomi

pada SMA Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2010/2011:

Tabel 1.1

Nilai Rata-rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung

Tahun Ajaran 2010/2011

Nama Sekolah Tahun Ajaran Sekolah dengan Nilai UAN dibawah

Rata-rata 2010/2011

SMAN 1 Bandung 7,91 SMAN 1 Bandung SMAN 2 Bandung 7,95 SMAN 3 Bandung SMAN 3 Bandung 7,62 SMAN 5 Bandung SMAN 4 Bandung 7,99 SMAN 10 Bandung SMAN 5 Bandung 7,89 SMAN 14 Bandung SMAN 6 Bandung 8,53 SMAN 16 Bandung SMAN 7 Bandung 8,06 SMAN 17 Bandung SMAN 8 Bandung 8,42 SMAN 18 Bandung SMAN 9 Bandung 8,04 SMAN 19 Bandung SMAN 10 Bandung 7,91 SMAN 20 Bandung SMAN 11 Bandung 7,97 SMAN 21 Bandung SMAN 12 Bandung 8,04 SMAN 22 Bandung SMAN 13 Bandung 8,11 SMAN 25 Bandung SMAN 14 Bandung 7,83

SMAN 15 Bandung 8,09 SMAN 16 Bandung 7,13 SMAN 17 Bandung 7,85 SMAN 18 Bandung 7,88 SMAN 19 Bandung 7,66 SMAN 20 Bandung 7,83 SMAN 21 Bandung 7,75 SMAN 22 Bandung 7,88 SMAN 23 Bandung 7,96 SMAN 24 Bandung 8,51 SMAN 25 Bandung 7,73 SMAN 26 Bandung 8,00 SMAN 27 Bandung 7,97 Rata-rata 7,94 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata nilai ujian

(9)

4

Secara keseluruhan ada 13 sekolah atau dapat dikatakan setengah dari jumlah

SMA Negeri yang ada di Kota Bandung yang nilai ujiannya dibawah rata-rata.

Jumlah sekolah dengan nilai ujian dibawah rata-rata ini tergolong masih banyak,

hal ini diindikasikan dari kinerja guru yang masih kurang optimal dalam

mengajar, yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.

Guru perlu mengembangkan diri dan menggali potensi yang dimilikinya.

Salah satu ciri keberhasilan sekolah dengan paradigma masyarakat adalah prestasi

yang dicapai peserta didik setiap tahunnya. Sekolah yang dinilai baik dan

dianggap berkualitas bila mampu menghasilkan siswa yang berprestasi yang

tinggi dari kegiatan belajar mengajar tersebut.

Kualitas keberhasilan pendidikan dan lulusan seringkali dipandang

tergantung kepada peran dan mutu guru dalam pengelolaan komponen-komponen

pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu perencanaan

kegiatan pembelajaran yang matang, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang

komunikatif dan kegiatan penilaian yang mampu mengukur tingkat pemahaman

siswa. Dengan komponen-komponen yang terstruktur demikian maka akan

meningkatkan kemampuan dan meningkatkan potensi peserta didik.

Mengingat pentingnya peranan guru, maka kinerja guru harus selalu

diawasi dan ditingkatkan. Pengawasan ini datangnya dari kepala sekolah dan

pengawas yang ditunjuk untuk mengawasi jalannya realitas kinerja guru. Namun

sayangnya, guru berusaha menampakkan kinerja mengajar terbaiknya pada saat

(10)

5

guru mengajar seadanya, tanpa persiapan yang matang, tanpa pelaksanaan

pembelajaran yang mampu memotivasi siswa dan tanpa bersemangat tinggi.

Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran

sebagai faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan, karena guru langsung

bersinggungan dengan peserta didik dalam memberikan bimbingan. Untuk itu

kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja

itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi,

memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang

dalam karir, meningkatkan kemampuan, gaya kepemimpinan yang baik dan

upaya-upaya lainnya yang relevan.

Kinerja guru yang baik tidak terlepas dari peran kepemimpinan kepala

sekolah sebagai pemicu peningkatan kompetensi, motivasi, dan kinerja guru itu

sendiri. Sekolah yang efektif ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang

efektif pula yang handal dalam memimpin sekolahnya.

Efektivitas mengajar guru akan optimal, jika kepala sekolah dapat

mengatur dan membimbing guru-guru secara baik sehingga para guru dapat

melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab, memperhatikan

kepentingan dan kesejahteraan bawahannya sehingga tidak ada keluhan dalam

menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari, harus menunjukkan

kewibawaannya sehari-hari, sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh para guru

maupun siswa. Menetapkan dan sekaligus melaksanakan peraturan-peraturan yang

logis dan sistematis, dan dapat diterima oleh semua pihak yang terkait dalam

(11)

6

Kemampuan seorang kepala sekolah dalam memimpin akan sangat

berpengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Menurut Yukl dalam

(Caswa, 2008:31) mengatakan bahwa kepala sekolah dalam menjalankan

kepemimpinannya diharapkan memiliki kemampuan untuk menggerakkan,

memberi motivasi, dan mempengaruhi orang-orang (para guru) agar bersedia

melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui

keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.

Tinggi rendahnya motivasi kerja guru sangat berpengaruh terhadap

kinerja yang dapat dicapai oleh seorang guru. Seorang guru dikatakan memiliki

motivasi kerja yang tinggi apabila merasa puas terhadap pekerjaannya, memiliki

motivasi dan rasa tanggung jawab dan disiplin sehingga pekerjaan dapat

terlaksana dengan mudah dan dapat tercapai apa yang menjadi tujuannya.

Untuk mampu mendorong siswa belajar lebih aktif, sehingga mampu

menciptakan visi dan misi sekolah, serta mampu meningkatkan prestasi belajar

siswa sesuai tujuan yang telah ditetapkan, maka motivasi kerja guru perlu

ditingkatkan. Guru yang mempunyai tingkat motivasi yang rendah mereka tidak

dapat menyelesaikan tugas pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan hasil yang

baik, sehingga keadaan ini akan menimbulkan hambatan dalam pencapaian hasil

pekerjaan atau akan mempengaruhi efektivitas kerja guru.

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kinerja gurunya. Hal ini

tercermin dari loyalitas guru dalam menjalankan tugasnya, seperti mempersiapkan

segala perlengkapan pengajaran sebelum melakukan proses belajar, mengajar dan

(12)

7

alat media yang digunakan dan mempersiapkan alat apa yang akan digunakan

untuk proses evaluasi belajar.

Setiap guru pada dasarnya memiliki tingkat kinerja yang berbeda-beda

antara yang satu dengan yang lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu: kemampuan yang dimiliki setiap guru berbeda, tingkat motivasinya,

dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan

hubungan mereka dengan organisasi.

Dari hal tersebut diatas mengindikasikan bahwa kinerja guru dalam

melaksanakan tugasnya sebagai pendidik masih belum terlalu tinggi, kualitas diri

yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja seperti perubahan pola kerja,

motivasi kerja, pembelajaran, atau peningkatan diri, dinilai belum terlalu tinggi.

Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan

komponen sekolah, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan, maupun anak

didik. Salah satu faktor yang berpengaruh pada kinerja guru, yaitu perilaku

kepemimpinan kepala sekolah. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah merupakan

suatu proses kerja dimana kepala sekolah harus dapat membantu dalam

peningkatan mutu guru, membantu guru dalam mengahadapi permasalahan dan

dapat menempatkan posisi yang tepat agar guru merasa senang sehingga

potensinya dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sekolah yang ditetapkan.

Menurut Siagian (2002:64) keberhasilan atau kegagalan yang dialami

sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki

orang-orang yang diberikan tugas memimpin organisasi itu. Pendapat itu

(13)

8

sehingga seorang pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan untuk

memotivasi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahannya, begitu pula

dengan organisasi sekolah, kepala sekolah selaku pemimpin harus dapat

memotivasi guru supaya kinerja guru menjadi lebih baik, dan tujuan pendidikan

akan tercapai.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis sangat

tertarik untuk mengakaji lebih lanjut permasalahan ini dalam bentuk penelitian

dan mengambil judul. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA

Negeri se-Kota Bandung”

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian merupakan pokok yang menjadi inti

dalam penelitian dan suatu usaha merumuskan pokok-pokok dan batas-batas

permasalahan yang dijadikan fokus dalam penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan

masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja

guru dan kinerja mengajar guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota

Bandung?

2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap

(14)

9

3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja

mengajar guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung?

4. Bagaimana pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru

ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung?

5. Bagaimana gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja

berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru

ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Dengan berpijak pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui :

1. Gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah motivasi kerja guru dan

kinerja mengajar guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung.

2. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru

ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung.

3. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar

guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung.

4. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru ekonomi di SMA

Negeri se-Kota Bandung.

5. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru ekonomi di SMA Negeri

(15)

10

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat secara teoritis

a. Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai pengaruh

kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pemberian

motivasi kerja serta kinerja mengajar guru produktif.

b. Untuk mengembangkan wawasan mengenai pelaksanaan

kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi serta pengaruhnya terhadap

kinerja mengajar guru produktif pada jenjang pendidikan menengah

yaitu SMA.

1.3.2.2 Manfaat secara praktis

a. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan meneliti lebih lanjut

sekitar penelitian sejenis dan sebagai bahan pertimbangan penelitian

sejenis.

b. Menambah wawasan mengenai ilmu kependidikan dan memberikan

pengalaman dengan terjun secara langsung ke lapangan untuk

melakukan penelitian tentang model kepemimpinan kepala sekolah,

motivasi kerja guru serta kinerja mengajar guru.

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan

evaluasi bagi pihak kepala sekolah dan guru mata pelajaran ekonomi

khususnya dalam rangka meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat

(16)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian. Dalam

penelitian ini mengungkapkan tentang pengaruh gaya kepemimpinan kepala

sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Adapun yang menjadi objek

penelitian ini adalah Kinerja Guru (Y) sebagai variabel dependen. Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja (X2) sebagai variabel independen.

Subjek penelitiannya adalah guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri Se-Kota

Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang digunakan untuk meneliti sesuatu sehingga

dapat diambil kesimpulan. Metode adalah cara utama yang digunakan untuk

mencapai suatu tujuan. Menurut Sugiyono (2010:3) “metode penelitian

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu”.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

survey eksplanatory atau penjelasan yaitu suatu metode yang menyoroti adanya

hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran kemudian

(17)

65

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) mengemukakan bahwa “populasi

adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti

semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya

merupakan penelitian populasi”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dijadikan populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri

Se-Kota Bandung, khususnya yaitu SMA Negeri yang mengalami penurunan nilai

rata-rata Ujian Nasional. Berikut adalah tabel yang menyajikan jumlah guru

mata pelajaran ekonomi se-Kota Bandung.

Tabel 3.1

Jumlah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Se-Kota Bandung

No Nama Sekolah Jumlah

Guru

1 SMAN 1 Bandung 2

2 SMAN 3 Bandung 2

3 SMAN 5 Bandung 3

4 SMAN 7 Bandung 4

5 SMAN 12 Bandung 3

6 SMAN 14 Bandung 3

7 SMAN 16 Bandung 4

8 SMAN 17 Bandung 3

9 SMAN 18 Bandung 3

10 SMAN 19 Bandung 3

11 SMAN 20 Bandung 3

12 SMAN 21 Bandung 4

13 SMAN 22 Bandung 3

14 SMAN 25 Bandung 3

TOTAL 43

(18)

66

3.3.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) “sampel

adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan menurut Sugiyono

(2010: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut.” Dikarenakan jumlah guru mata pelajaran ekonomi di Kota

Bandung kurang dari seratus yaitu hanya berjumlah 43 orang. Maka penelitian ini

merupakan penelitian populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil sejumlah

populasi yaitu 43 orang guru ekonomi.

Dengan demikian teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010: 124)

mengatakan bahwa “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel”.

3.4 Operasional Variabel

Operasional variabel merupakan petunjuk pelaksanaan untuk mengukur

suatu variabel. Dimana tujuan operasional variabel ini adalah untuk menghindari

terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan permasalahan yang diteliti. Oleh karena

itu dibuatlah penjabaran mengenai konsep yang dijadikan pedoman dalam

penelitian ini. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu gaya

kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja. Serta variabel terikatnya adalah

(19)

67

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala

Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Adalah kemampuan kepala sekolah dalam menggerakkan, mengarahkan, dan sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar

bersikap mandiri dalam

bekerja terutama dalam

pengambilan keputusan untuk

kepentingan percepatan

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

(Wahyudi, 2009 : 120).

Pola perilaku berorientasi

kepada tugas dan berorientasi kepada hubungan

(Hersey dan Blanchard)

Perilaku kepemimpinan berorientasi kepada tugas

1. Merencanakan Aktifitas Kerja

2. Menjelaskan Tanggung Jawab

Pekerjaan

3. Monitoring atau Pengawasan

Kerja Ordinal Perilaku kepemimpinan berorientasi kepada hubungan

1. Memberi Dukungan Kerja

2. Mengembangkan Sumber

Daya Manusia

3. Memberikan Pengakuan

Ordinal

Motivasi Kerja

Adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya

upayanya untuk mencapai

kepuasan.

(Hasibuan, 2008 : 95)

Dimensinya menggunakan

teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.

(Hasibuan, 2008)

Kebutuhan Fisiologis

1. Kebutuhan dasar sehari-hari

(makan, minum, pakaian)

2. Fasilitas perumahan dan lain

fasilitas lainnya

3. Kebutuhan akan kesehatan.

Ordinal

Kebutuhan Akan Rasa Aman

1. Kebutuhan rasa aman dalam

bekerja

2. Jaminan keselamatan kerja

3. Status pekerjaan yang jelas

4. Tunjangan pensiun dan hari

tua

Ordinal

Kebutuhan Sosial 1. Perasaan dimiliki oleh kelompok

2. Kebutuhan untuk diterima

dalam kelompok

3. Kebutuhan untuk berinteraksi

4. Kebutuhan akan persahabatan

Ordinal

Kebutuhan akan Penghargaan

1. Penghargaan dari sekolah atas

prestasi kerja yang dicapai

2. Penghargaan dari atasan

(kepala sekolah)

3. Penghargaan dari sesama

rekan kerja

Ordinal

Kebutuhan Aktualisasi

1. Kesempatan untuk

meningkatkan kemampuan

profesional

(20)

68

2. Kesempatan untuk

mengembangkan diri

3. Kesempatan untuk

meningkatkan jabatan. Kinerja Guru

Adalah suatu unjuk kerja, atau

cara menghasilkan sesuatu

(prestasi). Kinerja organisasi berkaitan dengan daya unjuk kerja mencapai tujuan dan hasil yang digunakan.

(N. Fattah, 2003:46)

Dimensi kinerja yang

digunakan adalah dimensi

kerja guru dari Direktorat Tenaga Kependidikan yang

mencakup perencanaan

pembelajaran, pelaksanakan

pembelajaran dan

pengevaluasian pembelajaran.

Merencanakan Pembelajaran

Skor merencanakan pembelajaran guru dengan skala Likert yaitu:

1. Merumuskan tujuan

pengajaran.

2. Memilih dan mengembangkan

bahan pengajaran.

3. Merumuskan kegiatan belajar

mengajar.

4. Merencanakan penilaian.

Ordinal

Melaksanakan Pembelajaran

Skor melaksanakan pembelajaran guru dengan skala Likert yaitu:

1. Memulai pembelajaran.

2. Menyampaikan pembelajaran.

3. Menutup pembelajaran

Ordinal

Mengevaluasi Pembelajaran

Skor mengevaluasi pembelajaran guru dengan skala Likert yaitu:

1. Melaksanakan Evaluasi

2. Tindak Lanjut Terhadap Hasil

Evaluasi

Ordinal

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data

Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat

pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian.

(21)

69

kuesioner tertutup. Menurut Riduwan (2010:27), angket tertutup adalah

angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden

diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik

dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√ ).

Variabel yang diukur dengan kuesioner adalah Gaya Kepemimpinan

Kepala Sekolah (X1), Motivasi Kerja (X2) dan Kinerja Mengajar (Y).

b. Studi dokumentasi, yaitu studi untuk mencari data mengenai hal-hal atau

variabel berupa dokumen-dokumen yang ada pada objek penelitian, seperti

laporan-laporan, catatan-catatan, arsip, dan lain sebagainya yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, terutama yang berkaitan

dengan kondisi objek penelitian. Dalam penelitian ini studi

dokumentasinya adalah daftar guru-guru mata pelajaran ekonomi se-Kota

Bandung.

3.6 Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:149), ”instrumen penelitian adalah alat

pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode”. Dalam suatu penelitian alat

pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang

dikumpulkan dan kualitas itu menentukan kualitas penelitian. Instrumen

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan kepala

sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru mata pelajaran ekonomi.

Adapun langkah-langkah penyusunan angket menurut Suharsimi

(22)

70

a. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu untuk memperoleh data dari

responden mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan

kinerja mengajar guru ekonomi.

b. Menentukan objek yang menjadi responden, yaitu seluruh guru mata

pelajaran ekonomi dari tiap-tiap sekolah.

c. Menyususn kisi-kisi instrumen penelitian.

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.

e. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan alternative jawaban untuk jenis jawaban

yang sifatnya tertutup. Jenis instrument yang bersifat tertutup yaitu

seperangkat daftar pertanyaan tertulis yang disertai alternative jawaban yang

sudah disediakan.

f. Menetapkan kriteria pemberian skor untuk setiap item pertanyaan yang

bersifat tertutup. Alat ukur yang digunakan dalam pemberian skor adalah

daftar pertanyaan yang menggunakan skala likert dengan ukuran ordinal,

berarti objek yang diteliti mempunyai peringkat saja.

g. Menyebarkan angket

h. Mengelola dan menganalisis angket.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala likert yang merupakan

ukuran untuk data ordinal. Menurut Sugiyono (2010:134) mengatakan bahwa

“skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dimana fenomena sosial ini

(23)

71

bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata.

Berikut adalah ketentuan skala yang digunakannya.

Tabel 3.3

Skor Jawaban Berdasarkan Skala Likert

Alternatif Jawaban Skor

SL = Selalu 5

SR = Sering 4

KD = Kadang-kadang 3

JR = Jarang 2

TP = Tidak Pernah 1

3.7 Pengujian Instrumen Penelitian

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan dari

suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas

yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang memiliki validitas rendah.

Dalam uji validitas ini menggunakan korelasi item-total dikoreksi (corrected

item-total corelation). Menurut Azwar dalam Kusnendi (2008:95), korelasi

item-total dikoreksi digunakan jika jumlah item yang diuji relatif kecil yaitu

kurang dari 30. Item dalam setiap variabel dalam penelitian ini kurang dari 30

sehingga menggunakan metode tersebut.

Menurut Rianse dalam Sumiati (2011:68) Untuk menghitung koefisien

item total dikoreksi, maka terlebih dahulu mencari korelasi item total yaitu

(24)

72

(3.1)

Keterangan :

r hitung = Koefisen korelasi antara variabel X dan Y

ΣX = Jumlah skor tiap item dari seluruh responden penelitian

ΣY = Jumlah skortotal seluruh item dari keseluruhan responden

n = Jumlah responden penelitian

Kemudian dilakukan uji validitas internal setiap item. Adapun rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut.

(3.2)

(Kusnendi,2008:95)

Keterangan:

ri-itd = koefisien item total dikoreksi

= koefisien korelasi item-total

si =simpangan baku skor setiap item

sx = simpangan baku skor total

Untuk mengetahui item yang memiliki validitas yang memadai,

menurut Azwar dalam Kusnendi (2008:96) para ahli menetapkan patokan

besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai

batas minimal valid tidanya sebuah item. Dalam penelitian ini, batas minimal

yang diambil adalah 0,30. Artinya jika koefisien item total dikoreksi sebesar

0,30 atau lebih dinyatakan valid sedangkan apabila dibawah 0,30 item

(25)

73

3.7.2 Uji Reabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui

apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas

menggunakan koefisien realibilitas Cronbach alpha. Suatu instrumen penelitian

diindikasikan memiliki tingkat realibilitas memadai jika koefisien alpha

Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2005:97).

Menurut Rianse dalam Sumiati (2011:69) langkah-langkah mencari nilai

reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut:

1) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:

Dimana:

Si = varians skor tiap-tiap item

∑Xi2 = jumlah kuadrat item Xi

(∑Xi)2 = jumlah item Xi dikuadratkan

N = jumlah responden

2) Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:

Dimana:

∑Si = jumlah varians semua item

S1 + S2 + S3....Sn = varians item ke-1, 2, 3...n

(26)

74

Dimana:

St = varians total

∑Xi2 = jumlah kuadrat X total

(∑ Xi)2 = jumlah X total dikuadratkan

N = jumlah responden

4) Masukkan nilai Alpha dengan rumus:

Dimana:

r11 = nilai reliabilitas

∑Si = jumlah varians skor tiap-tiap item

St = varians total

k = jumlah item

Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan

distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan:

Jika r11 > r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11 < r tabel berarti tidak

reliabel.

3.8 Uji Multikolinieritas

Menurut Hair dkk dalam Kusnendi (2007:51), “Multikolinearitas

menunjukan kondisi dimana antarvariabel penyebab terdapat hubungan linear

(27)

75

Yana (2010:141), “Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear

antarvariabel independen”.

Dalam mengaplikasikan analisis jalur (Path Analysis), menurut Kusnendi

(2007:160): “Ada satu asumsi klasik yang tidak dapat dilanggar dalam

mengaplikasikan analisis jalur, yaitu asumsi multikolinearitas. Pelanggaran

terhadap asumsi ini akan menjadikan hasil estimasi parameter model kurang dapat

dipercaya”.

Kusnendi (2007:52) memberikan alasan mengapa asumsi multikolinearitas

dalam analisis jalur ini tidak dapat dilanggar karena apabila sampelnya memiliki

masalah multikolinearitas maka akan menghasilkan matriks non positive

definitife, artinya parameter model yang tidak dapat diestmasi, dan keluaran dalam

bentuk diagram, gagal ditampilkan atau jika parameter model dapat diestimasi dan

keluaran diagram jalur berhasil ditampilkan, tetapi hasilnya kurang dapat

dipercaya. Uji multikolinearitas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap

koefesien determinan matriks kovaransi atau matriks korelasi data sampel. Jika

koefesien determinan matriks kovariansi atau matriks korelasi tersebut sangat

kecil atau mendekati nol mengindikasikan terdapat masalah multikolinearitas

dalam (Kusnendi, 2008:160).

3.9 Tekhnik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

3.9.1 Tekhnik Analisis Data

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data ordinal semua,

baik itu gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2)

(28)

76

ditransformasikan menjadi data interval. Menurut Riduwan dan Kuncoro

(2011: 30) mengatakan bahwa “transformasi data ordinal menjadi data interval

gunanya untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametik yang mana

data setidaknya berskala interval”. Data ordinal ditransformasikan menjadi data

interval melalui Method of Successive Interval (MSI). Berikut adalah

langkah-langkah dalam mentransformasikannya.

1. Perhatikan setiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.

2. Menghitung frekuensi untuk masing-masing kategori jawaban responden

pada setiap item yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 berapa orang yang menjawabnya.

3. Menghitung proporsi (P) yaitu setiap ferkuensi dibagi dengan banyaknya

responden.

4. Menentukan nilai Proporsi Kumulatif (PK) yaitu menjumlahkan proporsi

yang diperoleh secara berurutan perkolom skor.

5. Menentukan batas nilai Z yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku

untuk setiap pilihan jawaban.

6. Menentukan milai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan

menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.

7. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:

SV =

8. Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan

rumus:

(29)

77

Setelah mentransformasikan data ordinal ke data interval, maka langkah

selanjutnya adalah menganalisis penelitian. Dimana penelitian ini

menggunakan analisis jalur (Path Analysis).

Menurut Riduwan dan Sunarto (2011:140) mengatakan bahwa “model

path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel

dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung

seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).

Model ini membicarakan tentang pola hubungan sebab akibat.” Secara

matematis, hubungan diantara variabel yang menjadi fokus penelitian ini dapat

diformulasikan ke dalam model persamaan strukturalnya sebagai berikut:

X2 = F (X1)

Y = F (X1, X2)

Model persamaan struktural tersebut dapat dijabarkan ke dalam

bentuk persamaan struktural sebagai berikut:

X2= ρx2x1X1 + e1 Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + e2

Keterangan:

Y = Kinerja Guru

ρ = Koefisien jalur

X1 = Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

X2 = Motivasi Kerja e1, e2 = Faktor residual

(30)

78

Berikut adalah prosedur analisis jalur (Path Analysis) dalam penelitian ini.

1. Merumuskan persamaan struktural dan meragakannya dalam bentuk

diagram jalur. Berdasarkan kerangka pemikiran, hubungan kausal antara

variabel dependen dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Hubungan Kausal Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen

Dari diagram tersebut diketahui bahwa persamaan struktural dalam

penelitian ini terdiri dari dua sub struktural yaitu:

a. Persamaan sub-struktur 1 yang menjelaskan hubungan kausal antara gaya

kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap motivasi (X2). Persamaannya

adalah:

X2 = ρx2x1 X1 + e1

Keterangan :

X2 = motivasi

X1 = gaya kepemimpinan kepala sekolah ei = faktor residual

ρYX2

ρYX1

e1

e2

ρX2X1 X1

X2

[image:30.595.125.514.226.586.2]
(31)
[image:31.595.123.506.103.603.2]

79

Gambar 3.2

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 1

b. Persamaan sub-struktur 2 yang menjelaskan hubungan kausal gaya

kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y).

Persamaannya adalah:

Y = X2 = ρYx1X1 + ei

Keterangan :

Y = kinerja guru

X1 = gaya kepemimpinan kepala sekolah

X2 = Motivasi Kerja ei = faktor residual

Gambar 3.3

Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 2

2. Menghitung koefisien jalur

Sedangkan untuk menghitung koefisien jalur dapat didasarkan pada

koefisien regresi, koefisien korelasi, atau koefisien determinasi multipel.

ρYX

ρYX e2 X1

X2

Y e1

ρ X2X1

X1

(32)

80

Perhitungan koefisien jalur atas dasar koefisien regresi, yaitu: (Kusnendi,

2008: 154)

1. Merumuskan model yang akan diuji dalam sebuah diagram jalur lengkap.

2. Menghitung koefisien korelasi antarvariabel penelitian dengan rumus:

3. Nyatakan koefisien korelasi antarvariabel penelitian tersebut dalam sebuah

matriks korelasi (R):

4. Menghitung determinasi matriks korelasi R antarvariabel penyebab untuk

menentukan ada tidaknya problem multikolinieritas dalam data sampel.

5. Mengidentifikasi model atau sub-struktur yang akan dihitung koefisien

jalurnya dan rumuskan persamaan strukturalnya.

6. Mengidentifikasi matriks korelasi antarvariabel penyebab yang sesuai

dengan sub-sturktur atau model yang akan diuji.

Y X1 X2 X3 …. Xk

1 rYX1 rYX2 rYX3 …. rYXk

1 rX1X2 rX1X3 …. rX1Xk

R = 1 rX2X3 …. rX2Xk

1 …. rX3Xk

….

(33)

81

7. Menghitung matriks invers korelasi antarvariabel penyebab untuk setiap

model yang akan diuji dengan rumus:

Dimana ρYiXk menunjukkan koefisien jalur, Ri-1 adalah matriks invers

korelasi antar variabel eksogen dalam model yang dianalisis, dan r YiXk

koefisien korelasi antara variabel eksogen dan endogen dalam model

yang dianalisis.

8. Menghitung semua koefisien jalur yang ada dalam model yang akan diuji

dengan rumus:

Dimana:

= koefisien jalur

= matriks invers korelasi antarvariabel eksogen dalam model

yang dianalisis

= koefisien korelasi antara variabel eksogen dan endogen dalam

model yang dianalisis

(34)

82

10.Menghitung pemgaruh langsung dan tidak langsung

Untuk mencari pengaruh langsung dan tidak langsung dapat menggunakan

rumus sebagai berikut:

 Besarnya pengaruh langsung (DE) variabel eksogen k terhadap variabel

endogen i dinyatakan oleh persamaan:

DEik= (ρik) (ρik) = (ρik)2

Besarnya DE variabel Xk terhadap X2 adalah (ρx2xk)2 dan besarnya DE

variabel Xkterhadap Y adalah (ρyxk)2

 Pengaruh tidak langsung (IE) dari satu variabel eksogen terhadap variasi

endogen dapat dinyatakan oleh persamaan:

IEik= (ρik) (rik) (ρik)

rik = koefisien korelasi (zero order correlation) antara variabel eksogen.

Besarnya IE variabel Xk terhadap variabel endogen Y melalui variabel X2 adalah (ρyxk) (ρyx2).

11.Menghitung pengaruh total (TE) dari satu variabel eksogen terhadap

variabel endogen.

TEikk = DEik + IEik =

(35)

83

3.9.2 Pengujian Hipotesis

3.9.2.1 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ( ) menunjukkan besarnya pengaruh

secara bersama atau serempak variabel eksogen yang terdapat dalam

model struktural yang dianalisis. Koefisien determinasi dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

Dimana:

= besarnya pengaruh secara bersama atau serempak variabel

eksogen terhadap variabel endogen yang terdapat dalam model struktural

yang dianalisis

= koefisien korelasi (zero order correlation)

K = variabel eksogen

Y = variabel endogen

Nilai (R2) berkisar antara 0-1 (0<R2<1), dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika R2semakin mendekati angka 1 maka hubungan antar variabel eksogen

dengan variabel endogen semakin erat atau dengan kata lain model

tersebut dapat dinilai baik.

b. Jika R2semakin menjauhi angka 1 maka hubungan antar variabel eksogen dengan variabel endogen semakin jauh atau dengan kata lain model

(36)

84

3.9.2.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)

Pengujian F statistika untuk mengetahui pengaruh bersama dari

variabel-variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Nilai

F dapat diperoleh melalui rumus:

F =

(Kusnendi, 2008: 155)

Uji secara simultan (keseluruhan) hipotesis statistik dirumuskan

sebagai berikut:

Ho : yx3 = yx2 = yx1 = 0

Ha : yx3 = yx2 = yx1 0

Untuk melakukan pengujian signifikansi, dalam penelitian ini

menggunakan program SPSS versi 11.5, dengan kriteria uji

signifikansinya:

a. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak,

artinya tidak signifikan.

b. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Ha diterima,

artinya signifikan.

3.9.2.3 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)

Pengujian t statistik bertujuan untuk menguji signifikansi

(37)

85

statistik ini merupakan uji signifikansi satu arah dengan rumus sebagai

berikut:

Dimana ρYiXI menunjukkan koefisien jalur antara variabel eksogen

terhadap variabel endogen yang terdapat dalam model yang dianalisis, SE

menunjukkan standar error koefisien jalur yang diperoleh untuk model yang

dianalisis, n adalah ukuran sampel, k adalah banyak variabel penyebab

dalam model yang dianalisis dan Ckk menunjukkan elemen matriks invers

korelasi variabel penyebab untuk model yang dianalisis. Hipotesis statistik

pengujian individual dirumuskan sebagai berikut.

H0 : RYiXI = 0 : Secara individual Xk tidak berpengaruh terhadap Yi

Hi : RYiXI > 0 : Secara individual Xk berpengaruh positif terhadap Yi,

H1 : RYiXI < 0 : Secara individual Xk berpengaruh negatif terhadap Yi.

Karena model atau hipotesis penelitian yang akan diuji melalui analisis

jalur adalah model yang telah mendapat justifikasi teori yang kuat dan

hasil-hasil penelitian yang relevan maka pengujian individual dalam format

analisis jalur sifatnya akan merupakan uji satu arah (direksional).

Adapun kriteria uji t ini dengan cara membandingkan antara nilai

probabilitas 0.05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan

keputusan sebagai berikut:

ti =

(38)

86

a. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak,

artinya tidak signifikan.

b. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai

probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Haditerima,

artinya signifikan.

3.9.2.4 Pengujian Overall Model Fit dengan Statistic Q dan atau W

Shumacker & Lomax (Kusnendi, 2008: 156), melakukan pengujian overall

model fit dengan statistic Q dan atau W dengan rumus sebagai berikut:

Dimana R2m menunjukkan koefisien variasi terjelaskan seluruh model,

dan M menunjukkan koefisien variasi terjelaskan setelah koefisien jalur yang

tidak signifikan dikeluarkan dari model yang diuji. Koefisien R2m dan M dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

Statistik Q berkisar antara 0 dan 1. Jika Q = 1 menunjukkan model yang

diuji fit dengan data. Dan jika Q < 1, maka untuk menentukan fit tidaknya model

statistik Q perlu diuji dengan statistik W yang dihitung dengan rumus:

W = -(n-d) loge (Q) = -(n-d) ln (Q)

Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan (df) yang

ditunjukkan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak signifikan. Q = 1 – R2m

1 – M

(39)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan uji hipotesis pada bab sebelumnya yang

disertai dengan teori-teori yang mendukung mengenai pengaruh gaya

kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja serta pengaruhnya pada

kinerja mengajar guru ekonomi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan kepala sekolah SMA Negeri Kota Bandung termasuk

dalam kategori tinggi namun lebih efektif kepada berorientasi tugas.

Motivasi kerja guru ekonomi berada pada kategori tinggi. Dan adapun

kinerja mengajar guru ekonomi termasuk kategori yang tinggi.

2. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi

kerja. Artinya semakin tinggi gaya kepemimpinan kepala sekolah, maka

motivasi kerja guru ekonomi akan semakin meningkat. Besarnya

peningkatan gaya kepemimpinan kepala sekolah sama dengan peningkatan

motivasi kerjanya.

3. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja

mengajar guru ekonomi. Artinya, ketika gaya kepemimpinan kepala

sekolah tinggi, maka kinerja mengajar guru akan tinggi, tetapi bila gaya

kepemimpinan rendah maka kinerja mengajar guru pun akan rendah.

4. Motivasi kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja mengajar guru.

(40)

137

mengajar guru juga akan tinggi, tetapi apabila motivasi kerjanya rendah

maka kinerja mengajarnya pun akan menurun.

5. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara

bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru.

Artinya, ketika gaya kepemimipnan kepala sekolah dan motivasi kerja

guru ekonomi tinggi maka kinerja mengajar guru pun akan tinggi atau

meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, untuk meningkatkan

kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru ekonomi serta kinerja

mengajar guru ekonomi SMA Negeri se-Kota Bandung, berikut adalah saran yang

diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi pihak terkait :

1. Bagi kepala sekolah

Adapun saran bagi kepala sekolah, selaku pemimpin organisasi yang

menjalankan kepemimpinan pada institusi sekolah adalah sebagai berikut:

a. Kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya harus

memperhatikan keseimbangan antara pemahaman situasi tugas dan

pemeliharaan hubungan baik dengan guru, tenaga administratif

maupun siswa. Karena pemimpin yang baik adalah yang mampu

(41)

138

b. Dengan gaya kepemimpinan yang tinggi, maka dapat dipertahankan

dan secara kontinyu dilanjutkan untuk meningkatkan kemampuan

mengelola sekolah lebih baik lagi.

c. Kepala sekolah hendaknya memperhatikan kesejahteraan guru, baik

itu masalah finansial maupun kepuasan akan batin berupa

penghargaan atas prestasi kerja, pelayanan konsultasi kerja dan

kenyamanan pelaksanaan tugas. Dengan diperhatikannya

kesejahteraan guru, guru akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk

berprestasi dalam kerja.

2. Bagi guru ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data-data primer di

lapangan, secara keseluruhan baik motivasi dan kinerja mengajar guru

SMA Negeri Kota Bandung sudah sangat baik dan memperlihatkan kinerja

guru yang sudah meningkat, namun penulis juga ingin menambahkan

saran sebagai berikut:

a. Guru mengembangkan kemampuan dengan mengikuti diklat dan

program pengembangan guru serta memperbaharui pengetahuan

dengan selalu meng-up date berita atau gejala ekonomi yang dapat

dijadikan rujukan pengajaran di kelas karena perkembangan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi berkembang semakin pesat.

b. Dalam upaya peningkatan kinerja guru, guru harus lebih aktif dan

(42)

139

karena hal tersebut berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan belajar

mengajar di sekolah.

c. Dalam hal kinerja mengajar, kegiatan perencanaan, pelaksanaan serta

evaluasi perlu ditingkatkan. Guru harus mampu mempersiapkan dan

menyampaikan materi secara baik sesuai dengan analisis kemampuan

siswa. Memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang

disampaikan dan menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan

di akhir pelajaran, supaya siswa memahami betul pelajaran yang

diikutinya.

3. Bagi sekolah

Saran bagi pihak sekolah adalah sebagai berikut:

a. Sekolah terus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada guru

ekonomi untuk mengembangkan diri dengan cara mengikuti kegiatan

pendidikan dan latihan, seminar dan workshop serta pelatihan profesi

lainnya secara berkesinambungan.

b. Sekolah melakukan monitoring kerja terhadap semua guru supaya

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat terlaksana secara baik.

c. Sekolah menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan

pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik.

Fasilitas tersebut nantinya akan dimanfaatkan oleh guru sebagai media

pembelajaran seperti LCD atau OHP supaya pembelajaran berjalan

aktif dan fasilitas lain seperti perpustakaan dan internet sebagai

(43)

140

4. Bagi peneliti selanjutnya

Adapun saran yang penulis ajukan bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai

berikut:

a. Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain di

luar gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja yang dapat

mempengaruhi kinerja guru seperti iklim organisasi, kompensasi

ataupun lainnya.

b. Ada baiknya dimasa yang akan datang, penelitian ini dapat dijadikan

rujukan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang

berkenaan dengan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala

sekolah serta motivasi kerja yang dilakukan oleh guru sebagai upaya

peningkatan profesional guru dalam mengajar.

c. Bagi peneliti selanjutnya mengukur kepemimpinan kepala sekolah,

motivasi kerja dan kinerja mengajar dengan dimensi yang berbeda,

(44)

Rini Rizki Setiawati, 2013

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2005). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Afdeldi Putra. (2010). Kontribusi Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan

Motivasi Kerja terhadap Kinerja Mengajar Guru. Tesis Magister UPI

Bandung : Tidak diterbitkan.

Akhmad Sudrajat. (2008). Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah.

[online]. Tersedia :

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/18/profesionalisme kepemimpinan-kepala-sekolah/ [9 Agustus 2012]

Alice Tjandralila R. (2004). Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur [Online], No.03 / Th.III / Desember 2004: 1-21. Tersedia : http://www.bpkpenabur.or.id/files/hal 01-21 [21 Oktober 2012]

A. Jajang W. Mahri. (2011). Kepemimpinan Kepala Sekolah Pengaruhnya

terhadap Kompetensi, Motivasi, dan Kepuasan Kerja Guru serta Implikasinya terhadap Kinerja Guru (Penelitian pada Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Barat) . Disertasi Doktor UNPAD Bandung : tidak

diterbitkan.

Caswa. (2008). “Analisis Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru di Lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten”. Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1

No.1 April 2008 : 29-33.

Dadang Sukirman dan Mamad Kasmad. (2006). Pembelajaran Mikro. Bandung : UPI Press

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas.

E. Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

E. Mulyasa. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya.

Fikri. (2008). Pengaruh Tipe Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap

Motivasi Kerja Pegawai Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen [Online], Vol. 6, No.1, April 2008 :98-103. Tersedia :

(45)

142

Gibson, James. L., John M. Ivancevich, and James H. Donnelly. (2010).

Organiztion Behaviour-Structure-Process, 7Ed, Erwin Homewood. Boston.

Hamzah B. Uno. (2008). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendarto. (2009). “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap”. Jurnal Pendidikan,

Vol. 1, No.2, September 2009:1-19.

Indrafachrudi. (2006). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.

I. Wayan Semueil. (2011). “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru SMK Negeri Manado”. Jurnal Pendidikan

Tekhnologi dan Kejuruan, Vol.2, No.2, September 2011:83-97.

Kartono, Kartini. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Apakah Kepemimpinan

Abnormal Itu?. Jakarta : Rajawali Pers.

Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup

Sampel dengan LISREL. Bandung. Alfabeta.

Lyndani Amellya. (2008). Hubungan Kompetensi Profesional dan Motivasi

Dengan Kinerja Guru Ekonomi Di SMA Negeri Se-Kabupaten Sumedang.

Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan

Malayu S. P. Hasibuan. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Malayu S. P. Hasibuan. (2008). Organisasi dan Motivasi :Dasar Peningkatan

Produktifitas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Maman Ukas. (2004). Manajemen. Bandung: Agini.

Mangkunegara. (2010). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama.

Martinis Yamin dan Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).

Miftah Thoha. (2003) Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja Grafindo.

(46)

143

Moh. Uzer Usman. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muhammad As’ad. (1999). Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty.

Mulyanto dan Dyah Widayati . (2010). “Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Ekonomi.

Nanang Fattah. (2003). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nursada, Alhabsji dan Musadieq. (2008). Pengaruh Motivasi Kerja, Kemampuan

Kerja, Gaya Kepemimpinan Situasional dan disiplin kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis [Online], Vol. 6,

No.2, September 2008:108-115. Tersedia :

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6208108115. [21 Oktober 2012]

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Rahman dkk. (2006). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu

Pendidikan. Bandung : Alqaprint Jatinangor.

Riduwan dan Kuncoro, E.A. (2011) Cara Menggunakan dan Memakai Path

Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.

Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika: Untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Saifuddin Azwar. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju.

Siti Nur Khomsah. (2011). Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja

Guru SMK Negeri 1 Karanganyer Kebumen. Skripsi UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Slamet Riyadi. (2011). Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan,

dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan

(47)

144

http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/download/18243/1 8111&ei. [21 Oktober 2012]

Suci Nur Fajriani. (2010). Pengaruh Kepemimpinan kepala Sekolah dan

Pengeruhnya terhadapKinerja Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kecamatan Lembang. Skripsi UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Untung Widodo. (2006). Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan

Kerja terhadap Kinerja Bawahan (studi Empiris Pada perguruan Tinggi Swasta di Kota Semarang). Jurnal Ekonomi [Online]. Vol.1, No.2,

Desember 2006 : 92-108. Tersedia :

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/120692108. [21 Oktober 2012.

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. (2009). Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi. Edisi Ketiga, Jakarta : Rajawali Pers.

Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung : Alfabeta.

Wahyusumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perasada.

Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

---. (---). Bandung Sebagai “City of Eduaction” (Kota Pendidikan

Berdasarkan Contoh dan Tindakan). [online]. Tersedia di

http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/02/24/bandung-sebagai-city-of-eduaction-kota-pendidikan-berdasarkan-contoh-dan-tindakan/ [21 November 2012]

---. (---). Gambar 4 Teori Vrom Wahjusumidjo. [online]. Tersedia di

(48)

145

---. (---). Teori Motivasi Vroom. [online]. Tersedia di http://www.scribd.com/doc/55856877/32/Teori-Motivasi-Vroom-1964 [20 Januari 2012]

Gambar

Tabel 1.1  Nilai Rata-rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi
Tabel 3.1 Jumlah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Se-Kota Bandung
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Tabel 3.3 Skor Jawaban Berdasarkan Skala Likert
+3

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini dilatar belakangi oleh pengamatan penulis terhadap beberapa faktor yang mendukung terhadap keberhasilan sebuah tim futsal. Penulis beranggapan bahwa

4.2 Perubahan Sikap Warga Belajar Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pelatihan Tata Rias Pengantin Sunda Putri di LPK Tisaga Caterias ...154.. Surat Keputusan Direktur Program

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sibling rivalry yang terjadi pada anak kembar yang berbeda jenis kelamin, faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

Dalam akhir–akhir ini terdapat perkembangan yang sangat pesat sekali dalam teknik dan metode analisa, baik analisa ekonomi maupun analisa kegiatan usaha

Konsep dan Aplikasi dengan Microsoft Excel dan SPSS.

Dampak Pelatihan terhadap Kinerja Pendidik PAUD di Kecamatan Cinambo Kota Bandung Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu | Perpustakaan.Upi.Edu..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh dari belanja daerah dan pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah; dengan inflasi sebagai variabel moderating

Teknik analisis data yang digunakan peneliti, dilakukan dalam beberapa langkah yaitu: (1) membuat catatan jawaban pada langkah-langkah yang benar; (2) membuat catatan