Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2 ManfaatPenelitian ... 10
1.3.2.1 Manfaat Praktis ... 10
1.3.2.2 Manfaat Teoritis ... 10
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 11
2.1 Tinjauan Pustaka ... 11
2.1.1 Kinerja Individu ... ... 11
2.1.1.1 Konsep Kinerja ... 11
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja ... 13
2.1.1.3 Model-Model Kinerja ... 16
2.1.2 Kinerja Guru ... 18
2.1.2.1 Konsep Kinerja Guru ... 18
2.1.2.2 Penilaian Kinerja Guru ... 19
2.1.2.3 Pengukuran Kinerja Guru... 29
2.1.3 Kepemimpinan ... 31
2.1.3.1 Konsep Kepemimpinan ... 31
2.1.3.2 Perilaku Kepemimpinan ... 32
2.1.3.3 Konsep Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 35
2.1.3.4 Fungsi dan Peranan Kepala Sekolah ... 36
2.1.4 Motivasi Kerja ... 42
2.1.4.1 Konsep Motivasi Kerja ... 42
2.1.4.2 Teori-teori Motivasi ... 43
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi ... 50
2.1.5 Hasil Penelitian Terdahulu ... 52
2.2 Kerangka Pemikiran ... 54
2.2.1 Keterkaitan antara Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja ... 55
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.2.3 Keterkaitan antara Motivasi Kerja dengan Motivasi Kerja ... 58
2.3 Hipotesis ... 62
BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 64
3.1 Objek Penelitian ... 64
3.2 Metode Penelitian... 64
3.3 Populasi dan Sampel ... 65
3.3.1 Populasi ... 65
3.3.2 Sampel ... 66
3.4 Operasionalisasi Variabel ... 66
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 68
3.6 Instrumen Penelitian... 69
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian... 71
3.7.1 Uji Validitas ... 71
3.7.2 Uji Reabilitas ... 73
3.8 Uji Multikolinieritas ... 74
3.9 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 75
3.9.1 Teknik Analisis Data ... 75
3.9.2 Pengujian Hipotesis ... 83
3.9.2.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 83
3.9.2.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan Uji F ... 84
3.9.2.3 Pengujian Hipotesis secara Parsial Uji t ... 84
3.9.2.4 Pengujian Overall Model Fit dengan Statistic Q dan atau W ... 86
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 87
4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 87
4.2 Deskripsi Umum Responden... 90
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 91
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Bekerja ... 92
4.3 Analisis Instrumen Penelitian ... 93
4.3.1 Uji Validitas ... 93
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 94
4.4 Uji Multikolinieritas ... 95
4.5 Deskripsi Variabel Penelitian ... 96
4.5.1 Variabel Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) ... 97
4.5.2 Variabel Motivasi Kerja (X2) ... 101
4.5.3 Variabel Kinerja Mengajar (Y) ... 105
4.6 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 109
4.6.1 Analisis Path Sub-struktur 1 ... 110
4.6.2 Analisis Path Sub-struktur 2 ... 114
4.6.3 Uji Kesesuaian Model (Overall Model Fit) ... 118
4.6.4 Dekomposisi Pengaruh Antarvariabel ... 119
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 122
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.7.2 Motivasi Kerja (X2) ... 124
4.7.3 Kinerja Mengajar Guru (Y)... 126
4.7.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Motivasi Kerja (X2) ... 127
4.7.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) terhadap Kinerja Mengajar (Y) ... 129
4.7.6 Pengaruh Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja Mengajar (Y) ... 131
4.7.7 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja (X2) terhadap Kinerja Mengajar (Y) ... 132
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 136
5.1 Kesimpulan ... 136
5.2 Saran ... 137
DAFTAR PUSTAKA………. 141 LAMPIRAN
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi
SMA Negeri Kota Bandung Tahun 2010/2011 ... 3
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 52
Tabel 3.1 Jumlah Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri Se-Kota Bandung... 65
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ... 67
Tabel 3.3 Skor Jawaban Skala Likert ... 71
Tabel 4.1 Banyak Sekolah dan Jenis Sekolah Negeri dan Swasta Di Kota Bandung Tahun 2010/2011... 88
Tabel 4.2 Profil Sekolah ... 89
Tabel 4.3 Alamat Asal Responden ... 90
Tabel 4.4 Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 91
Tabel 4.5 Penyebaran Responden Berdasarkan Usia ... 91
Tabel 4.6 Penyebaran Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 92
Tabel 4.7 Jumlah Item Angket ... 93
Tabel 4.8 Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 94
Tabel 4.9 Uji Reabilitas Instrumen Penelitian ... 95
Tabel 4.10 Nilai VIF & Tolerance ... 96
Tabel 4.11 Deskripsi Skor Pencapaian Gaya Kepemimpinan Kepala sekolah (X1) ... 97
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 98
Tabel 4.13 Gambaran Tingkat Ketercapaian Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Berdasarkan Setiap Dimensi ... 99
Tabel 4.14 Deskripsi Skor Pencapaian Motivasi Kerja (X2) ... 101
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Motivasi Kerja ... 103
Tabel 4.16 Gambaran Tingkat Ketercapaian Motivasi Berdasarkan Setiap Dimensi ... 103
Tabel 4.17 Deskripsi Skor Pencapaian Kinerja Guru (Y) ... 105
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kinerja Guru ... 107
Tabel 4.19 Gambaran Tingkat Ketercapaian Kinerja Guru Berdasarkan Setiap Dimensi ... 107
Tabel 4.20 Matriks Korelasi antar Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen ... 110
Tabel 4.21 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Sub Struktur 1 ... 110
Tabel 4.22 R2 Sub-struktur 1 ... 112
Tabel 4.23 Error Variabel Sub-struktur 1 ... 112
Tabel 4.24 Matriks Korelasi Antar Variabel Eksogen dengan Variabel Endogen ... 113
Tabel 4.25 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis Sub Struktur 2 ... 114
Tabel 4.26 R2 Sub-struktur 2 ... 116
Tabel 4.27 Hasil Uji F ... 117
Tabel 4.28 Error Variabel Sub-struktur 2... 117
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut
Sustermeister ... 15
Gambar 2.2 Tahapan Umum Kegiatan Pembelajaran ... 24
Gambar 2.3 Orientasi Perilaku Kepemimpinan Model Hersey dan Blanchard . 34 Gambar 2.4 Diagram Skematis Teori Perilaku dan Kinerja dari Gibson ... 57
Gambar 2.5 Teori Harapan Vroom... 60
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir ... 62
Gambar 3.1 Hubungan Kausal Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen ... 78
Gambar 3.2 Diagram Analisis Jalur Sub Struktur 1 ... 79
Gambar 3.3 Diagram Analisis Jalur Sub Struktur 2 ... 79
Gambar 4.1 Diagram Analisis Jalur Model Sub-struktur 1 ... 113
Gambar 4.2 Diagram Analisis Jalur Model Sub-struktur 2 ... 118
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan senantiasa menjadi bagian yang strategis dalam
pencapaian kemajuan suatu bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa sangat
ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa ini. Maka dari itu indikator suatu
bangsa sangat ditentukan oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indikator
sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya.
Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat
pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya semakin baik mutu pendidikan.
Bagi negara Indonesia, pendidikan merupakan aspek terpenting dalam
pembangunan bangsa. Karena pendidikan menunjukkan kunci keberhasilan suatu
negara untuk mampu bersaing dan memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas. Dengan demikian, seluruh sumber daya manusia harus mampu
mengembangkan dirinya lebih lanjut untuk memaksimalkan kualitas diri dan
potensi yang dimilikinya.
Mutu pendidikan dan prestasi belajar siswa merupakan hasil dari
interkasi yang baik antara guru dan siswa. Guru merupakan faktor utama yang
sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang baik.
Sehingga kualitas mengajar guru harus ditingkatkan supaya guru memiliki
motivasi yang tinggi dan tercapai kinerja individu yang baik, kinerja mengajar
2
Kinerja guru yang berorientasi kepada proses menekankan kepada
serangkaian aktifitas yang terdiri dari kegiatan merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi pembelajaran. Kinerja guru yang baik serta situasi dan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan mampu mendorong motivasi dan minat siswa
untuk belajar lebih baik lagi, sehingga akan meningkatkan prestasi siswa. Hal ini
berarti, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung pada kondisi mutu
guru.
Mutu pendidikan akan tercapai apabila komponen yang terdapat dalam
meningkatkan mutu pendidikan memenuhi syarat tertentu. Komponen yang
berperan dalam peningkatan mutu pendidikan salah satunya adalah tenaga
pendidik yang bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan
cepat dan bertanggung jawab. Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat
strategis dalam pembentukan pengetahuan, ketrampilan, dan karakter peserta
didik, karena itu tenaga pendidik yang profesional akan melaksanakan tugasnya
secara profesional sehingga menghasilkan siswa yang lebih bermutu.
Proses belajar mengajar diharapkan memberikan keberhasilan yang
memuaskan baik bagi sistem pengajaran, guru dan terutama peserta didik. Namun,
dalam kenyataan di lapangan proses belajar mengajar belum sepenuhnya dapat
terlaksana dengan baik. Terdapat banyak hambatan dan halangan yang ditemukan
dalam kegiatan belajar mengajar yang mengakibatkan prestasi belajar siswa yang
diinginkan belum dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Rendahnya
prestasi belajar siswa ini diindikasikan dari kinerja mengajar guru yang kurang
3
Seperti yang terjadi pada 27 SMA Negeri di Kota Bandung, setelah
dirata-ratakan, banyak SMA Negeri di Kota Bandung yang nilai ujiannya dibawah
rata-rata. Berikut ini nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) mata pelajaran ekonomi
pada SMA Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2010/2011:
Tabel 1.1
Nilai Rata-rata Ujian Nasional Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung
Tahun Ajaran 2010/2011
Nama Sekolah Tahun Ajaran Sekolah dengan Nilai UAN dibawah
Rata-rata 2010/2011
SMAN 1 Bandung 7,91 SMAN 1 Bandung SMAN 2 Bandung 7,95 SMAN 3 Bandung SMAN 3 Bandung 7,62 SMAN 5 Bandung SMAN 4 Bandung 7,99 SMAN 10 Bandung SMAN 5 Bandung 7,89 SMAN 14 Bandung SMAN 6 Bandung 8,53 SMAN 16 Bandung SMAN 7 Bandung 8,06 SMAN 17 Bandung SMAN 8 Bandung 8,42 SMAN 18 Bandung SMAN 9 Bandung 8,04 SMAN 19 Bandung SMAN 10 Bandung 7,91 SMAN 20 Bandung SMAN 11 Bandung 7,97 SMAN 21 Bandung SMAN 12 Bandung 8,04 SMAN 22 Bandung SMAN 13 Bandung 8,11 SMAN 25 Bandung SMAN 14 Bandung 7,83
SMAN 15 Bandung 8,09 SMAN 16 Bandung 7,13 SMAN 17 Bandung 7,85 SMAN 18 Bandung 7,88 SMAN 19 Bandung 7,66 SMAN 20 Bandung 7,83 SMAN 21 Bandung 7,75 SMAN 22 Bandung 7,88 SMAN 23 Bandung 7,96 SMAN 24 Bandung 8,51 SMAN 25 Bandung 7,73 SMAN 26 Bandung 8,00 SMAN 27 Bandung 7,97 Rata-rata 7,94 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Bandung
Berdasarkan tabel 1.1 tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata nilai ujian
4
Secara keseluruhan ada 13 sekolah atau dapat dikatakan setengah dari jumlah
SMA Negeri yang ada di Kota Bandung yang nilai ujiannya dibawah rata-rata.
Jumlah sekolah dengan nilai ujian dibawah rata-rata ini tergolong masih banyak,
hal ini diindikasikan dari kinerja guru yang masih kurang optimal dalam
mengajar, yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.
Guru perlu mengembangkan diri dan menggali potensi yang dimilikinya.
Salah satu ciri keberhasilan sekolah dengan paradigma masyarakat adalah prestasi
yang dicapai peserta didik setiap tahunnya. Sekolah yang dinilai baik dan
dianggap berkualitas bila mampu menghasilkan siswa yang berprestasi yang
tinggi dari kegiatan belajar mengajar tersebut.
Kualitas keberhasilan pendidikan dan lulusan seringkali dipandang
tergantung kepada peran dan mutu guru dalam pengelolaan komponen-komponen
pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar, yaitu perencanaan
kegiatan pembelajaran yang matang, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
komunikatif dan kegiatan penilaian yang mampu mengukur tingkat pemahaman
siswa. Dengan komponen-komponen yang terstruktur demikian maka akan
meningkatkan kemampuan dan meningkatkan potensi peserta didik.
Mengingat pentingnya peranan guru, maka kinerja guru harus selalu
diawasi dan ditingkatkan. Pengawasan ini datangnya dari kepala sekolah dan
pengawas yang ditunjuk untuk mengawasi jalannya realitas kinerja guru. Namun
sayangnya, guru berusaha menampakkan kinerja mengajar terbaiknya pada saat
5
guru mengajar seadanya, tanpa persiapan yang matang, tanpa pelaksanaan
pembelajaran yang mampu memotivasi siswa dan tanpa bersemangat tinggi.
Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran
sebagai faktor penentu keberhasilan mutu pendidikan, karena guru langsung
bersinggungan dengan peserta didik dalam memberikan bimbingan. Untuk itu
kinerja guru harus selalu ditingkatkan. Upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja
itu biasanya dilakukan dengan cara memberikan motivasi, mengadakan supervisi,
memberikan insentif, memberikan kesempatan yang baik untuk berkembang
dalam karir, meningkatkan kemampuan, gaya kepemimpinan yang baik dan
upaya-upaya lainnya yang relevan.
Kinerja guru yang baik tidak terlepas dari peran kepemimpinan kepala
sekolah sebagai pemicu peningkatan kompetensi, motivasi, dan kinerja guru itu
sendiri. Sekolah yang efektif ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif pula yang handal dalam memimpin sekolahnya.
Efektivitas mengajar guru akan optimal, jika kepala sekolah dapat
mengatur dan membimbing guru-guru secara baik sehingga para guru dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh tanggung jawab, memperhatikan
kepentingan dan kesejahteraan bawahannya sehingga tidak ada keluhan dalam
menjalankan tugas dan kewajiban sehari-hari, harus menunjukkan
kewibawaannya sehari-hari, sehingga dapat diteladani dan dipatuhi oleh para guru
maupun siswa. Menetapkan dan sekaligus melaksanakan peraturan-peraturan yang
logis dan sistematis, dan dapat diterima oleh semua pihak yang terkait dalam
6
Kemampuan seorang kepala sekolah dalam memimpin akan sangat
berpengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja guru. Menurut Yukl dalam
(Caswa, 2008:31) mengatakan bahwa kepala sekolah dalam menjalankan
kepemimpinannya diharapkan memiliki kemampuan untuk menggerakkan,
memberi motivasi, dan mempengaruhi orang-orang (para guru) agar bersedia
melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui
keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.
Tinggi rendahnya motivasi kerja guru sangat berpengaruh terhadap
kinerja yang dapat dicapai oleh seorang guru. Seorang guru dikatakan memiliki
motivasi kerja yang tinggi apabila merasa puas terhadap pekerjaannya, memiliki
motivasi dan rasa tanggung jawab dan disiplin sehingga pekerjaan dapat
terlaksana dengan mudah dan dapat tercapai apa yang menjadi tujuannya.
Untuk mampu mendorong siswa belajar lebih aktif, sehingga mampu
menciptakan visi dan misi sekolah, serta mampu meningkatkan prestasi belajar
siswa sesuai tujuan yang telah ditetapkan, maka motivasi kerja guru perlu
ditingkatkan. Guru yang mempunyai tingkat motivasi yang rendah mereka tidak
dapat menyelesaikan tugas pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan hasil yang
baik, sehingga keadaan ini akan menimbulkan hambatan dalam pencapaian hasil
pekerjaan atau akan mempengaruhi efektivitas kerja guru.
Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh kinerja gurunya. Hal ini
tercermin dari loyalitas guru dalam menjalankan tugasnya, seperti mempersiapkan
segala perlengkapan pengajaran sebelum melakukan proses belajar, mengajar dan
7
alat media yang digunakan dan mempersiapkan alat apa yang akan digunakan
untuk proses evaluasi belajar.
Setiap guru pada dasarnya memiliki tingkat kinerja yang berbeda-beda
antara yang satu dengan yang lainnya. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: kemampuan yang dimiliki setiap guru berbeda, tingkat motivasinya,
dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan dan
hubungan mereka dengan organisasi.
Dari hal tersebut diatas mengindikasikan bahwa kinerja guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai pendidik masih belum terlalu tinggi, kualitas diri
yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja seperti perubahan pola kerja,
motivasi kerja, pembelajaran, atau peningkatan diri, dinilai belum terlalu tinggi.
Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan
komponen sekolah, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan, maupun anak
didik. Salah satu faktor yang berpengaruh pada kinerja guru, yaitu perilaku
kepemimpinan kepala sekolah. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah merupakan
suatu proses kerja dimana kepala sekolah harus dapat membantu dalam
peningkatan mutu guru, membantu guru dalam mengahadapi permasalahan dan
dapat menempatkan posisi yang tepat agar guru merasa senang sehingga
potensinya dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sekolah yang ditetapkan.
Menurut Siagian (2002:64) keberhasilan atau kegagalan yang dialami
sebagian besar organisasi ditentukan oleh kualitas kepemimpinan yang dimiliki
orang-orang yang diberikan tugas memimpin organisasi itu. Pendapat itu
8
sehingga seorang pemimpin diharapkan mempunyai kemampuan untuk
memotivasi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahannya, begitu pula
dengan organisasi sekolah, kepala sekolah selaku pemimpin harus dapat
memotivasi guru supaya kinerja guru menjadi lebih baik, dan tujuan pendidikan
akan tercapai.
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis sangat
tertarik untuk mengakaji lebih lanjut permasalahan ini dalam bentuk penelitian
dan mengambil judul. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Motivasi Kerja terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA
Negeri se-Kota Bandung”
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian merupakan pokok yang menjadi inti
dalam penelitian dan suatu usaha merumuskan pokok-pokok dan batas-batas
permasalahan yang dijadikan fokus dalam penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja
guru dan kinerja mengajar guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota
Bandung?
2. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap
9
3. Bagaimana pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja
mengajar guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung?
4. Bagaimana pengaruh motivasi kerja guru terhadap kinerja mengajar guru
ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung?
5. Bagaimana gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru
ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung?
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Dengan berpijak pada rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1. Gambaran gaya kepemimpinan kepala sekolah motivasi kerja guru dan
kinerja mengajar guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung.
2. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru
ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung.
3. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar
guru ekonomi di SMA Negeri se-Kota Bandung.
4. Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru ekonomi di SMA
Negeri se-Kota Bandung.
5. Pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja secara
bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru ekonomi di SMA Negeri
10
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat secara teoritis
a. Untuk mengembangkan pengetahuan mengenai pengaruh
kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pemberian
motivasi kerja serta kinerja mengajar guru produktif.
b. Untuk mengembangkan wawasan mengenai pelaksanaan
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi serta pengaruhnya terhadap
kinerja mengajar guru produktif pada jenjang pendidikan menengah
yaitu SMA.
1.3.2.2 Manfaat secara praktis
a. Sebagai bahan informasi bagi pihak lain yang akan meneliti lebih lanjut
sekitar penelitian sejenis dan sebagai bahan pertimbangan penelitian
sejenis.
b. Menambah wawasan mengenai ilmu kependidikan dan memberikan
pengalaman dengan terjun secara langsung ke lapangan untuk
melakukan penelitian tentang model kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja guru serta kinerja mengajar guru.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
evaluasi bagi pihak kepala sekolah dan guru mata pelajaran ekonomi
khususnya dalam rangka meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian. Dalam
penelitian ini mengungkapkan tentang pengaruh gaya kepemimpinan kepala
sekolah dan motivasi kerja terhadap kinerja guru. Adapun yang menjadi objek
penelitian ini adalah Kinerja Guru (Y) sebagai variabel dependen. Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja (X2) sebagai variabel independen.
Subjek penelitiannya adalah guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri Se-Kota
Bandung.
3.2 Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang digunakan untuk meneliti sesuatu sehingga
dapat diambil kesimpulan. Metode adalah cara utama yang digunakan untuk
mencapai suatu tujuan. Menurut Sugiyono (2010:3) “metode penelitian
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu”.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey eksplanatory atau penjelasan yaitu suatu metode yang menyoroti adanya
hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran kemudian
65
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) mengemukakan bahwa “populasi
adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi”.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dijadikan populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri
Se-Kota Bandung, khususnya yaitu SMA Negeri yang mengalami penurunan nilai
rata-rata Ujian Nasional. Berikut adalah tabel yang menyajikan jumlah guru
mata pelajaran ekonomi se-Kota Bandung.
Tabel 3.1
Jumlah Guru Mata Pelajaran Ekonomi Se-Kota Bandung
No Nama Sekolah Jumlah
Guru
1 SMAN 1 Bandung 2
2 SMAN 3 Bandung 2
3 SMAN 5 Bandung 3
4 SMAN 7 Bandung 4
5 SMAN 12 Bandung 3
6 SMAN 14 Bandung 3
7 SMAN 16 Bandung 4
8 SMAN 17 Bandung 3
9 SMAN 18 Bandung 3
10 SMAN 19 Bandung 3
11 SMAN 20 Bandung 3
12 SMAN 21 Bandung 4
13 SMAN 22 Bandung 3
14 SMAN 25 Bandung 3
TOTAL 43
66
3.3.2 Sampel
Pengertian sampel menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) “sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.” Sedangkan menurut Sugiyono
(2010: 118) “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.” Dikarenakan jumlah guru mata pelajaran ekonomi di Kota
Bandung kurang dari seratus yaitu hanya berjumlah 43 orang. Maka penelitian ini
merupakan penelitian populasi. Oleh karena itu sampel yang diambil sejumlah
populasi yaitu 43 orang guru ekonomi.
Dengan demikian teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010: 124)
mengatakan bahwa “sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel”.
3.4 Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan petunjuk pelaksanaan untuk mengukur
suatu variabel. Dimana tujuan operasional variabel ini adalah untuk menghindari
terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan permasalahan yang diteliti. Oleh karena
itu dibuatlah penjabaran mengenai konsep yang dijadikan pedoman dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu gaya
kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja. Serta variabel terikatnya adalah
67
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala
Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
Adalah kemampuan kepala sekolah dalam menggerakkan, mengarahkan, dan sekaligus mempengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar
bersikap mandiri dalam
bekerja terutama dalam
pengambilan keputusan untuk
kepentingan percepatan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
(Wahyudi, 2009 : 120).
Pola perilaku berorientasi
kepada tugas dan berorientasi kepada hubungan
(Hersey dan Blanchard)
Perilaku kepemimpinan berorientasi kepada tugas
1. Merencanakan Aktifitas Kerja
2. Menjelaskan Tanggung Jawab
Pekerjaan
3. Monitoring atau Pengawasan
Kerja Ordinal Perilaku kepemimpinan berorientasi kepada hubungan
1. Memberi Dukungan Kerja
2. Mengembangkan Sumber
Daya Manusia
3. Memberikan Pengakuan
Ordinal
Motivasi Kerja
Adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya
upayanya untuk mencapai
kepuasan.
(Hasibuan, 2008 : 95)
Dimensinya menggunakan
teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow yang terdiri dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
(Hasibuan, 2008)
Kebutuhan Fisiologis
1. Kebutuhan dasar sehari-hari
(makan, minum, pakaian)
2. Fasilitas perumahan dan lain
fasilitas lainnya
3. Kebutuhan akan kesehatan.
Ordinal
Kebutuhan Akan Rasa Aman
1. Kebutuhan rasa aman dalam
bekerja
2. Jaminan keselamatan kerja
3. Status pekerjaan yang jelas
4. Tunjangan pensiun dan hari
tua
Ordinal
Kebutuhan Sosial 1. Perasaan dimiliki oleh kelompok
2. Kebutuhan untuk diterima
dalam kelompok
3. Kebutuhan untuk berinteraksi
4. Kebutuhan akan persahabatan
Ordinal
Kebutuhan akan Penghargaan
1. Penghargaan dari sekolah atas
prestasi kerja yang dicapai
2. Penghargaan dari atasan
(kepala sekolah)
3. Penghargaan dari sesama
rekan kerja
Ordinal
Kebutuhan Aktualisasi
1. Kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan
profesional
68
2. Kesempatan untuk
mengembangkan diri
3. Kesempatan untuk
meningkatkan jabatan. Kinerja Guru
Adalah suatu unjuk kerja, atau
cara menghasilkan sesuatu
(prestasi). Kinerja organisasi berkaitan dengan daya unjuk kerja mencapai tujuan dan hasil yang digunakan.
(N. Fattah, 2003:46)
Dimensi kinerja yang
digunakan adalah dimensi
kerja guru dari Direktorat Tenaga Kependidikan yang
mencakup perencanaan
pembelajaran, pelaksanakan
pembelajaran dan
pengevaluasian pembelajaran.
Merencanakan Pembelajaran
Skor merencanakan pembelajaran guru dengan skala Likert yaitu:
1. Merumuskan tujuan
pengajaran.
2. Memilih dan mengembangkan
bahan pengajaran.
3. Merumuskan kegiatan belajar
mengajar.
4. Merencanakan penilaian.
Ordinal
Melaksanakan Pembelajaran
Skor melaksanakan pembelajaran guru dengan skala Likert yaitu:
1. Memulai pembelajaran.
2. Menyampaikan pembelajaran.
3. Menutup pembelajaran
Ordinal
Mengevaluasi Pembelajaran
Skor mengevaluasi pembelajaran guru dengan skala Likert yaitu:
1. Melaksanakan Evaluasi
2. Tindak Lanjut Terhadap Hasil
Evaluasi
Ordinal
3.5 Tekhnik Pengumpulan Data
Berdasarkan jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner.
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Angket yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat
pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi sampel penelitian.
69
kuesioner tertutup. Menurut Riduwan (2010:27), angket tertutup adalah
angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden
diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik
dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checklist (√ ).
Variabel yang diukur dengan kuesioner adalah Gaya Kepemimpinan
Kepala Sekolah (X1), Motivasi Kerja (X2) dan Kinerja Mengajar (Y).
b. Studi dokumentasi, yaitu studi untuk mencari data mengenai hal-hal atau
variabel berupa dokumen-dokumen yang ada pada objek penelitian, seperti
laporan-laporan, catatan-catatan, arsip, dan lain sebagainya yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti, terutama yang berkaitan
dengan kondisi objek penelitian. Dalam penelitian ini studi
dokumentasinya adalah daftar guru-guru mata pelajaran ekonomi se-Kota
Bandung.
3.6 Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:149), ”instrumen penelitian adalah alat
pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode”. Dalam suatu penelitian alat
pengumpul data atau instrumen penelitian akan menentukan data yang
dikumpulkan dan kualitas itu menentukan kualitas penelitian. Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan kepala
sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru mata pelajaran ekonomi.
Adapun langkah-langkah penyusunan angket menurut Suharsimi
70
a. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu untuk memperoleh data dari
responden mengenai gaya kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja dan
kinerja mengajar guru ekonomi.
b. Menentukan objek yang menjadi responden, yaitu seluruh guru mata
pelajaran ekonomi dari tiap-tiap sekolah.
c. Menyususn kisi-kisi instrumen penelitian.
d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
e. Merumuskan pertanyaan-pertanyaan alternative jawaban untuk jenis jawaban
yang sifatnya tertutup. Jenis instrument yang bersifat tertutup yaitu
seperangkat daftar pertanyaan tertulis yang disertai alternative jawaban yang
sudah disediakan.
f. Menetapkan kriteria pemberian skor untuk setiap item pertanyaan yang
bersifat tertutup. Alat ukur yang digunakan dalam pemberian skor adalah
daftar pertanyaan yang menggunakan skala likert dengan ukuran ordinal,
berarti objek yang diteliti mempunyai peringkat saja.
g. Menyebarkan angket
h. Mengelola dan menganalisis angket.
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan skala likert yang merupakan
ukuran untuk data ordinal. Menurut Sugiyono (2010:134) mengatakan bahwa
“skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”. Dimana fenomena sosial ini
71
bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata.
Berikut adalah ketentuan skala yang digunakannya.
Tabel 3.3
Skor Jawaban Berdasarkan Skala Likert
Alternatif Jawaban Skor
SL = Selalu 5
SR = Sering 4
KD = Kadang-kadang 3
JR = Jarang 2
TP = Tidak Pernah 1
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian
3.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan dari
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang memiliki validitas rendah.
Dalam uji validitas ini menggunakan korelasi item-total dikoreksi (corrected
item-total corelation). Menurut Azwar dalam Kusnendi (2008:95), korelasi
item-total dikoreksi digunakan jika jumlah item yang diuji relatif kecil yaitu
kurang dari 30. Item dalam setiap variabel dalam penelitian ini kurang dari 30
sehingga menggunakan metode tersebut.
Menurut Rianse dalam Sumiati (2011:68) Untuk menghitung koefisien
item total dikoreksi, maka terlebih dahulu mencari korelasi item total yaitu
72
(3.1)
Keterangan :
r hitung = Koefisen korelasi antara variabel X dan Y
ΣX = Jumlah skor tiap item dari seluruh responden penelitian
ΣY = Jumlah skortotal seluruh item dari keseluruhan responden
n = Jumlah responden penelitian
Kemudian dilakukan uji validitas internal setiap item. Adapun rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
(3.2)
(Kusnendi,2008:95)
Keterangan:
ri-itd = koefisien item total dikoreksi
= koefisien korelasi item-total
si =simpangan baku skor setiap item
sx = simpangan baku skor total
Untuk mengetahui item yang memiliki validitas yang memadai,
menurut Azwar dalam Kusnendi (2008:96) para ahli menetapkan patokan
besaran koefisien korelasi item total dikoreksi sebesar 0,25 atau 0,30 sebagai
batas minimal valid tidanya sebuah item. Dalam penelitian ini, batas minimal
yang diambil adalah 0,30. Artinya jika koefisien item total dikoreksi sebesar
0,30 atau lebih dinyatakan valid sedangkan apabila dibawah 0,30 item
73
3.7.2 Uji Reabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk mengetahui
apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas
menggunakan koefisien realibilitas Cronbach alpha. Suatu instrumen penelitian
diindikasikan memiliki tingkat realibilitas memadai jika koefisien alpha
Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70 (Kusnendi, 2005:97).
Menurut Rianse dalam Sumiati (2011:69) langkah-langkah mencari nilai
reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut:
1) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:
Dimana:
Si = varians skor tiap-tiap item
∑Xi2 = jumlah kuadrat item Xi
(∑Xi)2 = jumlah item Xi dikuadratkan
N = jumlah responden
2) Menjumlahkan varians semua item dengan rumus:
Dimana:
∑Si = jumlah varians semua item
S1 + S2 + S3....Sn = varians item ke-1, 2, 3...n
74
Dimana:
St = varians total
∑Xi2 = jumlah kuadrat X total
(∑ Xi)2 = jumlah X total dikuadratkan
N = jumlah responden
4) Masukkan nilai Alpha dengan rumus:
Dimana:
r11 = nilai reliabilitas
∑Si = jumlah varians skor tiap-tiap item
St = varians total
k = jumlah item
Untuk mengetahui koefisien korelasinya signifikan atau tidak, digunakan
distribusi tabel (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan df (dk = n - 2). Keputusan:
Jika r11 > r tabel berarti reliabel dan sebaliknya jika r11 < r tabel berarti tidak
reliabel.
3.8 Uji Multikolinieritas
Menurut Hair dkk dalam Kusnendi (2007:51), “Multikolinearitas
menunjukan kondisi dimana antarvariabel penyebab terdapat hubungan linear
75
Yana (2010:141), “Multikolinearitas adalah kondisi adanya hubungan linear
antarvariabel independen”.
Dalam mengaplikasikan analisis jalur (Path Analysis), menurut Kusnendi
(2007:160): “Ada satu asumsi klasik yang tidak dapat dilanggar dalam
mengaplikasikan analisis jalur, yaitu asumsi multikolinearitas. Pelanggaran
terhadap asumsi ini akan menjadikan hasil estimasi parameter model kurang dapat
dipercaya”.
Kusnendi (2007:52) memberikan alasan mengapa asumsi multikolinearitas
dalam analisis jalur ini tidak dapat dilanggar karena apabila sampelnya memiliki
masalah multikolinearitas maka akan menghasilkan matriks non positive
definitife, artinya parameter model yang tidak dapat diestmasi, dan keluaran dalam
bentuk diagram, gagal ditampilkan atau jika parameter model dapat diestimasi dan
keluaran diagram jalur berhasil ditampilkan, tetapi hasilnya kurang dapat
dipercaya. Uji multikolinearitas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap
koefesien determinan matriks kovaransi atau matriks korelasi data sampel. Jika
koefesien determinan matriks kovariansi atau matriks korelasi tersebut sangat
kecil atau mendekati nol mengindikasikan terdapat masalah multikolinearitas
dalam (Kusnendi, 2008:160).
3.9 Tekhnik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
3.9.1 Tekhnik Analisis Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data ordinal semua,
baik itu gaya kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan motivasi kerja (X2)
76
ditransformasikan menjadi data interval. Menurut Riduwan dan Kuncoro
(2011: 30) mengatakan bahwa “transformasi data ordinal menjadi data interval
gunanya untuk memenuhi sebagian dari syarat analisis parametik yang mana
data setidaknya berskala interval”. Data ordinal ditransformasikan menjadi data
interval melalui Method of Successive Interval (MSI). Berikut adalah
langkah-langkah dalam mentransformasikannya.
1. Perhatikan setiap butir pernyataan, misalnya dalam angket.
2. Menghitung frekuensi untuk masing-masing kategori jawaban responden
pada setiap item yaitu 1, 2, 3, 4 dan 5 berapa orang yang menjawabnya.
3. Menghitung proporsi (P) yaitu setiap ferkuensi dibagi dengan banyaknya
responden.
4. Menentukan nilai Proporsi Kumulatif (PK) yaitu menjumlahkan proporsi
yang diperoleh secara berurutan perkolom skor.
5. Menentukan batas nilai Z yang diperoleh dari tabel distribusi normal baku
untuk setiap pilihan jawaban.
6. Menentukan milai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel ordinat distribusi normal baku.
7. Hitung SV (Scale Value) = Nilai Skala dengan rumus sebagai berikut:
SV =
8. Menghitung skor hasil transformasi untuk setiap pilihan jawaban dengan
rumus:
77
Setelah mentransformasikan data ordinal ke data interval, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis penelitian. Dimana penelitian ini
menggunakan analisis jalur (Path Analysis).
Menurut Riduwan dan Sunarto (2011:140) mengatakan bahwa “model
path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung
seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen).
Model ini membicarakan tentang pola hubungan sebab akibat.” Secara
matematis, hubungan diantara variabel yang menjadi fokus penelitian ini dapat
diformulasikan ke dalam model persamaan strukturalnya sebagai berikut:
X2 = F (X1)
Y = F (X1, X2)
Model persamaan struktural tersebut dapat dijabarkan ke dalam
bentuk persamaan struktural sebagai berikut:
X2= ρx2x1X1 + e1 Y = ρyx1X1 + ρyx2X2 + e2
Keterangan:
Y = Kinerja Guru
ρ = Koefisien jalur
X1 = Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah
X2 = Motivasi Kerja e1, e2 = Faktor residual
78
Berikut adalah prosedur analisis jalur (Path Analysis) dalam penelitian ini.
1. Merumuskan persamaan struktural dan meragakannya dalam bentuk
diagram jalur. Berdasarkan kerangka pemikiran, hubungan kausal antara
variabel dependen dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1
Hubungan Kausal Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
Dari diagram tersebut diketahui bahwa persamaan struktural dalam
penelitian ini terdiri dari dua sub struktural yaitu:
a. Persamaan sub-struktur 1 yang menjelaskan hubungan kausal antara gaya
kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap motivasi (X2). Persamaannya
adalah:
X2 = ρx2x1 X1 + e1
Keterangan :
X2 = motivasi
X1 = gaya kepemimpinan kepala sekolah ei = faktor residual
ρYX2
ρYX1
e1
e2
ρX2X1 X1
X2
[image:30.595.125.514.226.586.2]79
Gambar 3.2
Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 1
b. Persamaan sub-struktur 2 yang menjelaskan hubungan kausal gaya
kepemimpinan kepala sekolah (X1) terhadap kinerja guru (Y).
Persamaannya adalah:
Y = X2 = ρYx1X1 + ei
Keterangan :
Y = kinerja guru
X1 = gaya kepemimpinan kepala sekolah
X2 = Motivasi Kerja ei = faktor residual
Gambar 3.3
Diagram Analisis Jalur Sub-Struktur 2
2. Menghitung koefisien jalur
Sedangkan untuk menghitung koefisien jalur dapat didasarkan pada
koefisien regresi, koefisien korelasi, atau koefisien determinasi multipel.
ρYX
ρYX e2 X1
X2
Y e1
ρ X2X1
X1
80
Perhitungan koefisien jalur atas dasar koefisien regresi, yaitu: (Kusnendi,
2008: 154)
1. Merumuskan model yang akan diuji dalam sebuah diagram jalur lengkap.
2. Menghitung koefisien korelasi antarvariabel penelitian dengan rumus:
3. Nyatakan koefisien korelasi antarvariabel penelitian tersebut dalam sebuah
matriks korelasi (R):
4. Menghitung determinasi matriks korelasi R antarvariabel penyebab untuk
menentukan ada tidaknya problem multikolinieritas dalam data sampel.
5. Mengidentifikasi model atau sub-struktur yang akan dihitung koefisien
jalurnya dan rumuskan persamaan strukturalnya.
6. Mengidentifikasi matriks korelasi antarvariabel penyebab yang sesuai
dengan sub-sturktur atau model yang akan diuji.
Y X1 X2 X3 …. Xk
1 rYX1 rYX2 rYX3 …. rYXk
1 rX1X2 rX1X3 …. rX1Xk
R = 1 rX2X3 …. rX2Xk
1 …. rX3Xk
….
81
7. Menghitung matriks invers korelasi antarvariabel penyebab untuk setiap
model yang akan diuji dengan rumus:
Dimana ρYiXk menunjukkan koefisien jalur, Ri-1 adalah matriks invers
korelasi antar variabel eksogen dalam model yang dianalisis, dan r YiXk
koefisien korelasi antara variabel eksogen dan endogen dalam model
yang dianalisis.
8. Menghitung semua koefisien jalur yang ada dalam model yang akan diuji
dengan rumus:
Dimana:
= koefisien jalur
= matriks invers korelasi antarvariabel eksogen dalam model
yang dianalisis
= koefisien korelasi antara variabel eksogen dan endogen dalam
model yang dianalisis
82
10.Menghitung pemgaruh langsung dan tidak langsung
Untuk mencari pengaruh langsung dan tidak langsung dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Besarnya pengaruh langsung (DE) variabel eksogen k terhadap variabel
endogen i dinyatakan oleh persamaan:
DEik= (ρik) (ρik) = (ρik)2
Besarnya DE variabel Xk terhadap X2 adalah (ρx2xk)2 dan besarnya DE
variabel Xkterhadap Y adalah (ρyxk)2
Pengaruh tidak langsung (IE) dari satu variabel eksogen terhadap variasi
endogen dapat dinyatakan oleh persamaan:
IEik= (ρik) (rik) (ρik)
rik = koefisien korelasi (zero order correlation) antara variabel eksogen.
Besarnya IE variabel Xk terhadap variabel endogen Y melalui variabel X2 adalah (ρyxk) (ρyx2).
11.Menghitung pengaruh total (TE) dari satu variabel eksogen terhadap
variabel endogen.
TEikk = DEik + IEik =
83
3.9.2 Pengujian Hipotesis
3.9.2.1 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi ( ) menunjukkan besarnya pengaruh
secara bersama atau serempak variabel eksogen yang terdapat dalam
model struktural yang dianalisis. Koefisien determinasi dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Dimana:
= besarnya pengaruh secara bersama atau serempak variabel
eksogen terhadap variabel endogen yang terdapat dalam model struktural
yang dianalisis
= koefisien korelasi (zero order correlation)
K = variabel eksogen
Y = variabel endogen
Nilai (R2) berkisar antara 0-1 (0<R2<1), dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika R2semakin mendekati angka 1 maka hubungan antar variabel eksogen
dengan variabel endogen semakin erat atau dengan kata lain model
tersebut dapat dinilai baik.
b. Jika R2semakin menjauhi angka 1 maka hubungan antar variabel eksogen dengan variabel endogen semakin jauh atau dengan kata lain model
84
3.9.2.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan (Uji F)
Pengujian F statistika untuk mengetahui pengaruh bersama dari
variabel-variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Nilai
F dapat diperoleh melalui rumus:
F =
(Kusnendi, 2008: 155)
Uji secara simultan (keseluruhan) hipotesis statistik dirumuskan
sebagai berikut:
Ho : yx3 = yx2 = yx1 = 0
Ha : yx3 = yx2 = yx1 0
Untuk melakukan pengujian signifikansi, dalam penelitian ini
menggunakan program SPSS versi 11.5, dengan kriteria uji
signifikansinya:
a. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
b. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Ha diterima,
artinya signifikan.
3.9.2.3 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Pengujian t statistik bertujuan untuk menguji signifikansi
85
statistik ini merupakan uji signifikansi satu arah dengan rumus sebagai
berikut:
Dimana ρYiXI menunjukkan koefisien jalur antara variabel eksogen
terhadap variabel endogen yang terdapat dalam model yang dianalisis, SE
menunjukkan standar error koefisien jalur yang diperoleh untuk model yang
dianalisis, n adalah ukuran sampel, k adalah banyak variabel penyebab
dalam model yang dianalisis dan Ckk menunjukkan elemen matriks invers
korelasi variabel penyebab untuk model yang dianalisis. Hipotesis statistik
pengujian individual dirumuskan sebagai berikut.
H0 : RYiXI = 0 : Secara individual Xk tidak berpengaruh terhadap Yi
Hi : RYiXI > 0 : Secara individual Xk berpengaruh positif terhadap Yi,
H1 : RYiXI < 0 : Secara individual Xk berpengaruh negatif terhadap Yi.
Karena model atau hipotesis penelitian yang akan diuji melalui analisis
jalur adalah model yang telah mendapat justifikasi teori yang kuat dan
hasil-hasil penelitian yang relevan maka pengujian individual dalam format
analisis jalur sifatnya akan merupakan uji satu arah (direksional).
Adapun kriteria uji t ini dengan cara membandingkan antara nilai
probabilitas 0.05 dengan nilai probabilitas Sig dengan dasar pengambilan
keputusan sebagai berikut:
ti =
86
a. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0.05 ≤ Sig] maka H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak signifikan.
b. Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau [0.05 ≥ Sig] maka H0 ditolak dan Haditerima,
artinya signifikan.
3.9.2.4 Pengujian Overall Model Fit dengan Statistic Q dan atau W
Shumacker & Lomax (Kusnendi, 2008: 156), melakukan pengujian overall
model fit dengan statistic Q dan atau W dengan rumus sebagai berikut:
Dimana R2m menunjukkan koefisien variasi terjelaskan seluruh model,
dan M menunjukkan koefisien variasi terjelaskan setelah koefisien jalur yang
tidak signifikan dikeluarkan dari model yang diuji. Koefisien R2m dan M dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Statistik Q berkisar antara 0 dan 1. Jika Q = 1 menunjukkan model yang
diuji fit dengan data. Dan jika Q < 1, maka untuk menentukan fit tidaknya model
statistik Q perlu diuji dengan statistik W yang dihitung dengan rumus:
W = -(n-d) loge (Q) = -(n-d) ln (Q)
Dimana n adalah ukuran sampel dan d adalah derajat kebebasan (df) yang
ditunjukkan oleh jumlah koefisien jalur yang tidak signifikan. Q = 1 – R2m
1 – M
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian dan uji hipotesis pada bab sebelumnya yang
disertai dengan teori-teori yang mendukung mengenai pengaruh gaya
kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja serta pengaruhnya pada
kinerja mengajar guru ekonomi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Gaya kepemimpinan kepala sekolah SMA Negeri Kota Bandung termasuk
dalam kategori tinggi namun lebih efektif kepada berorientasi tugas.
Motivasi kerja guru ekonomi berada pada kategori tinggi. Dan adapun
kinerja mengajar guru ekonomi termasuk kategori yang tinggi.
2. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap motivasi
kerja. Artinya semakin tinggi gaya kepemimpinan kepala sekolah, maka
motivasi kerja guru ekonomi akan semakin meningkat. Besarnya
peningkatan gaya kepemimpinan kepala sekolah sama dengan peningkatan
motivasi kerjanya.
3. Gaya kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja
mengajar guru ekonomi. Artinya, ketika gaya kepemimpinan kepala
sekolah tinggi, maka kinerja mengajar guru akan tinggi, tetapi bila gaya
kepemimpinan rendah maka kinerja mengajar guru pun akan rendah.
4. Motivasi kerja berpengaruh secara positif terhadap kinerja mengajar guru.
137
mengajar guru juga akan tinggi, tetapi apabila motivasi kerjanya rendah
maka kinerja mengajarnya pun akan menurun.
5. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja guru secara
bersama-sama berpengaruh positif terhadap kinerja mengajar guru.
Artinya, ketika gaya kepemimipnan kepala sekolah dan motivasi kerja
guru ekonomi tinggi maka kinerja mengajar guru pun akan tinggi atau
meningkat.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian kesimpulan di atas, untuk meningkatkan
kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru ekonomi serta kinerja
mengajar guru ekonomi SMA Negeri se-Kota Bandung, berikut adalah saran yang
diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi pihak terkait :
1. Bagi kepala sekolah
Adapun saran bagi kepala sekolah, selaku pemimpin organisasi yang
menjalankan kepemimpinan pada institusi sekolah adalah sebagai berikut:
a. Kepala sekolah dalam menjalankan kepemimpinannya harus
memperhatikan keseimbangan antara pemahaman situasi tugas dan
pemeliharaan hubungan baik dengan guru, tenaga administratif
maupun siswa. Karena pemimpin yang baik adalah yang mampu
138
b. Dengan gaya kepemimpinan yang tinggi, maka dapat dipertahankan
dan secara kontinyu dilanjutkan untuk meningkatkan kemampuan
mengelola sekolah lebih baik lagi.
c. Kepala sekolah hendaknya memperhatikan kesejahteraan guru, baik
itu masalah finansial maupun kepuasan akan batin berupa
penghargaan atas prestasi kerja, pelayanan konsultasi kerja dan
kenyamanan pelaksanaan tugas. Dengan diperhatikannya
kesejahteraan guru, guru akan mempunyai motivasi yang tinggi untuk
berprestasi dalam kerja.
2. Bagi guru ekonomi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari data-data primer di
lapangan, secara keseluruhan baik motivasi dan kinerja mengajar guru
SMA Negeri Kota Bandung sudah sangat baik dan memperlihatkan kinerja
guru yang sudah meningkat, namun penulis juga ingin menambahkan
saran sebagai berikut:
a. Guru mengembangkan kemampuan dengan mengikuti diklat dan
program pengembangan guru serta memperbaharui pengetahuan
dengan selalu meng-up date berita atau gejala ekonomi yang dapat
dijadikan rujukan pengajaran di kelas karena perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi berkembang semakin pesat.
b. Dalam upaya peningkatan kinerja guru, guru harus lebih aktif dan
139
karena hal tersebut berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan belajar
mengajar di sekolah.
c. Dalam hal kinerja mengajar, kegiatan perencanaan, pelaksanaan serta
evaluasi perlu ditingkatkan. Guru harus mampu mempersiapkan dan
menyampaikan materi secara baik sesuai dengan analisis kemampuan
siswa. Memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang
disampaikan dan menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan
di akhir pelajaran, supaya siswa memahami betul pelajaran yang
diikutinya.
3. Bagi sekolah
Saran bagi pihak sekolah adalah sebagai berikut:
a. Sekolah terus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya pada guru
ekonomi untuk mengembangkan diri dengan cara mengikuti kegiatan
pendidikan dan latihan, seminar dan workshop serta pelatihan profesi
lainnya secara berkesinambungan.
b. Sekolah melakukan monitoring kerja terhadap semua guru supaya
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dapat terlaksana secara baik.
c. Sekolah menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang kegiatan
pembelajaran, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik.
Fasilitas tersebut nantinya akan dimanfaatkan oleh guru sebagai media
pembelajaran seperti LCD atau OHP supaya pembelajaran berjalan
aktif dan fasilitas lain seperti perpustakaan dan internet sebagai
140
4. Bagi peneliti selanjutnya
Adapun saran yang penulis ajukan bagi peneliti selanjutnya adalah sebagai
berikut:
a. Perlu diadakannya penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor lain di
luar gaya kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja yang dapat
mempengaruhi kinerja guru seperti iklim organisasi, kompensasi
ataupun lainnya.
b. Ada baiknya dimasa yang akan datang, penelitian ini dapat dijadikan
rujukan untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang
berkenaan dengan gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala
sekolah serta motivasi kerja yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
peningkatan profesional guru dalam mengajar.
c. Bagi peneliti selanjutnya mengukur kepemimpinan kepala sekolah,
motivasi kerja dan kinerja mengajar dengan dimensi yang berbeda,
Rini Rizki Setiawati, 2013
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Se-Kota Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. (2005). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Afdeldi Putra. (2010). Kontribusi Fungsi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan
Motivasi Kerja terhadap Kinerja Mengajar Guru. Tesis Magister UPI
Bandung : Tidak diterbitkan.
Akhmad Sudrajat. (2008). Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah.
[online]. Tersedia :
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/07/18/profesionalisme kepemimpinan-kepala-sekolah/ [9 Agustus 2012]
Alice Tjandralila R. (2004). Hubungan Antara Komunikasi antar Pribadi Guru dan Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru SMUK BPK PENABUR Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur [Online], No.03 / Th.III / Desember 2004: 1-21. Tersedia : http://www.bpkpenabur.or.id/files/hal 01-21 [21 Oktober 2012]
A. Jajang W. Mahri. (2011). Kepemimpinan Kepala Sekolah Pengaruhnya
terhadap Kompetensi, Motivasi, dan Kepuasan Kerja Guru serta Implikasinya terhadap Kinerja Guru (Penelitian pada Sekolah Menengah Kejuruan di Jawa Barat) . Disertasi Doktor UNPAD Bandung : tidak
diterbitkan.
Caswa. (2008). “Analisis Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru di Lingkungan UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaduhejo Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten”. Jurnal Ilmiah Niagara Vol. 1
No.1 April 2008 : 29-33.
Dadang Sukirman dan Mamad Kasmad. (2006). Pembelajaran Mikro. Bandung : UPI Press
Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Depdiknas.
E. Mulyasa. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
E. Mulyasa. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Rosdakarya.
Fikri. (2008). Pengaruh Tipe Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap
Motivasi Kerja Pegawai Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen [Online], Vol. 6, No.1, April 2008 :98-103. Tersedia :
142
Gibson, James. L., John M. Ivancevich, and James H. Donnelly. (2010).
Organiztion Behaviour-Structure-Process, 7Ed, Erwin Homewood. Boston.
Hamzah B. Uno. (2008). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya: Analisis Di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hendarto. (2009). “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Situasional Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Wanareja Kabupaten Cilacap”. Jurnal Pendidikan,
Vol. 1, No.2, September 2009:1-19.
Indrafachrudi. (2006). Pengantar Kepemimpinan Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional.
I. Wayan Semueil. (2011). “Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Motivasi Kerja Guru SMK Negeri Manado”. Jurnal Pendidikan
Tekhnologi dan Kejuruan, Vol.2, No.2, September 2011:83-97.
Kartono, Kartini. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Apakah Kepemimpinan
Abnormal Itu?. Jakarta : Rajawali Pers.
Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup
Sampel dengan LISREL. Bandung. Alfabeta.
Lyndani Amellya. (2008). Hubungan Kompetensi Profesional dan Motivasi
Dengan Kinerja Guru Ekonomi Di SMA Negeri Se-Kabupaten Sumedang.
Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan
Malayu S. P. Hasibuan. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Malayu S. P. Hasibuan. (2008). Organisasi dan Motivasi :Dasar Peningkatan
Produktifitas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Maman Ukas. (2004). Manajemen. Bandung: Agini.
Mangkunegara. (2010). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT Refika Aditama.
Martinis Yamin dan Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada (GP Press).
Miftah Thoha. (2003) Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta : PT Raja Grafindo.
143
Moh. Uzer Usman. (1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad As’ad. (1999). Psikologi Industri. Yogyakarta : Liberty.
Mulyanto dan Dyah Widayati . (2010). “Pengaruh Kepemimpinan Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Ekonomi.
Nanang Fattah. (2003). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nursada, Alhabsji dan Musadieq. (2008). Pengaruh Motivasi Kerja, Kemampuan
Kerja, Gaya Kepemimpinan Situasional dan disiplin kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis [Online], Vol. 6,
No.2, September 2008:108-115. Tersedia :
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6208108115. [21 Oktober 2012]
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rahman dkk. (2006). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan. Bandung : Alqaprint Jatinangor.
Riduwan dan Kuncoro, E.A. (2011) Cara Menggunakan dan Memakai Path
Analysis (Analisis Jalur). Bandung: Alfabeta.
Riduwan dan Sunarto. (2011). Pengantar Statistika: Untuk Penelitian Pendidikan,
Sosial, Ekonomi, Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Saifuddin Azwar. (2011). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Mandar Maju.
Siti Nur Khomsah. (2011). Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Guru SMK Negeri 1 Karanganyer Kebumen. Skripsi UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Slamet Riyadi. (2011). Pengaruh Kompensasi Finansial, Gaya Kepemimpinan,
dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada Perusahaan Manufaktur di Jawa Timur. Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan
144
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/download/18243/1 8111&ei. [21 Oktober 2012]
Suci Nur Fajriani. (2010). Pengaruh Kepemimpinan kepala Sekolah dan
Pengeruhnya terhadapKinerja Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kecamatan Lembang. Skripsi UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
Untung Widodo. (2006). Analisis Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan
Kerja terhadap Kinerja Bawahan (studi Empiris Pada perguruan Tinggi Swasta di Kota Semarang). Jurnal Ekonomi [Online]. Vol.1, No.2,
Desember 2006 : 92-108. Tersedia :
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/120692108. [21 Oktober 2012.
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. (2009). Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Edisi Ketiga, Jakarta : Rajawali Pers.
Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar. Bandung : Alfabeta.
Wahyusumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Perasada.
Wibowo. (2007). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
---. (---). Bandung Sebagai “City of Eduaction” (Kota Pendidikan
Berdasarkan Contoh dan Tindakan). [online]. Tersedia di
http://blogs.itb.ac.id/djadja/2012/02/24/bandung-sebagai-city-of-eduaction-kota-pendidikan-berdasarkan-contoh-dan-tindakan/ [21 November 2012]
---. (---). Gambar 4 Teori Vrom Wahjusumidjo. [online]. Tersedia di
145
---. (---). Teori Motivasi Vroom. [online]. Tersedia di http://www.scribd.com/doc/55856877/32/Teori-Motivasi-Vroom-1964 [20 Januari 2012]