• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM DENGAN MENERAPKAN PEER ASSESSMENT PADA KONSEP HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM DENGAN MENERAPKAN PEER ASSESSMENT PADA KONSEP HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .. ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Anggapan Dasar ... 9

D. Hipotesis Penelitian ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM DAN ASESMEN TES LISAN UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH A. Hakikat Konstruktivisme dalam Pembelajaran ... 12

B. Pembelajaran Berbasis Praktikum ... 13

C. Asesmen Tes Lisan (Oral Test) ... 18

D. Perkembangan Proses Berpikir ... 23

E. Kemampuan Berpikir Kritis ... 28

F. Sikap Ilmiah ... 31

G. Deskripsi Pembelajaran Keanekaragaman Hayati ... 34

(2)

A. Metodologi dan Desain Penelitian ... 42

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

C. Definisi Operasional ... 44

D. Instrumen Penelitian ... 46

E. Prosedur Penelitian ... 58

F. Analisis Data ... 60

G. Alur Penelitian………... ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 67

1. Data Kemampuan Berpikir Kritis ... 74

2. Hasil Uji Beda Dua Rerata Berpikir Kritis ... 76

3. Hasil Analisis Setiap Fungsi Berpikir Kritis ... 78

4. Hasil Tes Lisan (Oral Test) ... 81

5. Hasil Tes Penalaran Logis (TOLT) ... 82

6. Data Sikap Ilmiah Mahasiswa ... 85

7. Hasil Uji Beda Dua Rerata Sikap Ilmiah ... 85

8. Hasil Analisis Setiap Indikator Sikap Ilmiah ... 87

9. Data Kinerja Mahasiswa dalam Pembelajaran ... 88

10. Data Tanggapan Mahasiswa terhadap Pembelajaran Berbasis Praktikum ... 89

B. Pembahasan ... 90

1. Kemampuan Berpikir Kritis ... 90

2. Kemampuan Tes Lisan…………... ... 96

3. Kemampuan Penalaran Logis………... ... 98

4. Sikap Ilmiah Mahasiswa……….. ... 104

5. Kinerja Mahasiswa dalam Pembelajaran ... 108

6. Tanggapan Mahasiswa terhadap Pembelajaran ... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 112

B. Keterbatasan Penelitian ... 114

(3)
(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakikat pembelajaran yang sekarang ini diharapkan banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik (mahasiswa) secara aktif dengan menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungannya. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran mahasiswa harus didorong secara aktif untuk membangun pengetahuannya sendiri serta bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya (Gasong, 2006).

Prinsip penting dari Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa pendidik (dosen) tidak dapat semata-mata memberikan pengetahuan kepada mahasiswa, tetapi mahasiswa harus membangun pengetahuan di dalam pikirannya sendiri. Seorang pendidik dapat memberikan tangga untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, serta memberikan kesempatan agar mahasiswa sendiri yang menaiki tangga tersebut. Dosen dapat membantu proses ini dengan cara-cara agar informasi yang diberikan menjadi lebih bermakna, dengan memberikan kesempatan pada peserta didik untuk menemukan konsep dan menerapkan ide-ide yang dimilikinya (Nur, 2004).

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia sekarang ini salah satunya adalah masih lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses

(5)

pembelajaran, mahasiswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Pembelajaran diarahkan untuk menghafal dan menimbun informasi, sehingga banyak mahasiswa pintar secara teoritis tetapi miskin aplikasi. Misalnya mata pelajaran sains tidak dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan sistematis, karena strategi pembelajaran berpikir tidak digunakan secara baik dalam setiap proses pembelajaran (Sanjaya, 2006).

Salah satu pendekatan pembelajaran yang sejalan dengan hakikat konstruktivisme adalah pembelajaran berbasis praktikum. Pada pembelajaran berbasis praktikum, belajar lebih diarahkan pada experimental learning

berdasarkan pengalaman konkrit, diskusi dengan teman yang selanjutnya akan diperoleh ide dan konsep baru. Belajar dipandang sebagai proses penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interpretasi.

Kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar sains khususnya biologi, dan kemampuan berpikir siswa dalam membangun konsep-konsep IPA dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum (Rustaman, 2005). Oleh karena itu, pembelajaran berbasis praktikum dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat mendorong mahasiswa belajar aktif untuk merekonstruksi kembali pemahaman konseptualnya (Gasong, 2006).

(6)

keterampilan (hands on dan mind on), karena mahasiswa ditantang untuk aktif dalam memecahkan masalah, berpikir kritis dan kreatif dalam mengungkap fakta, membangun konsep, dan menerapkan prinsip-prinsip agar menjadi lebih bermakna. Kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis merupakan hakekat tujuan pendidikan dan menjadi kebutuhan bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia nyata (Santyasa, 2004).

Marzano (1988) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah mengembangkan pemikir-pemikir matang yang dapat menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan nyata. Chafee (Puspita, 2008) menyatakan bahwa informasi belum menjadi pengetahuan sampai pikiran manusia menganalisisnya, menerapkannya, mensintesisnya, mengevaluasinya, dan mengintegrasikannya ke dalam kehidupan sehingga informasi dapat digunakan untuk tujuan produktif, yaitu membuat keputusan dan memecahkan masalah.

(7)

pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pembelajaran berbasis praktikum.

Berpikir membutuhkan keterampilan untuk bisa melihat fakta, memahami konsep, serta memahami keterkaitan atau hubungan dengan tepat. Ketepatan berpikir sangat tergantung pada jalan pikiran yang logis. Berpikir logis sangat dibutuhkan agar seseorang mampu berpikir kompleks. Penalaran logis sangat penting untuk dikaji karena bertujuan agar mahasiswa mampu menguji suatu jalan pikiran dengan benar, menentukan variabel, mencari hubungan antarvariabel, membuat peluang, dan menarik kesimpulan dengan tepat.

(8)

Strategi pembelajaran yang diterapkan hendaknya dapat memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan sikap ilmiah. Hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa sikap ilmiah mahasiswa masih perlu di optimalkan dan diberdayakan. Sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, mau menerima perbedaan, dapat bekerjasama dengan orang lain, bersikap positif terhadap kegagalan menjadi hal penting untuk dimiliki setiap orang. Ciri utama pembelajaran sains adalah mengarahkan peserta didik terlibat dalam kegiatan ilmiah, agar dapat mengembangkan sikap ilmiah (Candra, 2007).

Kompetensi yang disusun dalam pendidikan sains diharapkan dapat membantu peserta didik menguasai prinsip-prinsip alam, kecakapan hidup, kemampuan bekerja, mengembangkan kepribadian dan sikap ilmiah (Sholahuddin, 2006). Tujuan pembelajaran yang selama ini dilaksanakan masih berorientasi pada produk atau hasil akhir berupa nilai, sedangkan peran sains untuk membentuk sikap ilmiah masih sering terabaikan. Oleh karena itu, penelitian ini akan berupaya mengembangkan sikap ilmiah mahasiswa melalui pembelajaran berbasis praktikum.

(9)

yang luas. Sudah waktunya proses berpikir dan potensi berpikir siswa diases dengan cara lain (alternatif). Minimnya perangkat soal yang mengukur pencapaian hasil belajar sains dalam hal berpikir menjadi salah satu penyebab kurang diberdayakannya pengembangan proses berpikir dalam pendidikan sains.

Salah satu teknik asesmen yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah adalah dengan tes lisan (oral test). Tes lisan dapat digunakan untuk mengetahui secara mendetail pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis mahasiswa, serta sikap ilmiah yang dimiliki.

(10)

dapat mengungkap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa, karena memiliki keluasan dalam pertanyaan dan jawaban, dapat dikembangkan sub-sub pertanyaan yang menuntun mahasiswa ke arah jawaban dan pemecahan masalah (Martomidjojo, 2009).

Penelitian ini dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran berbasis praktikum pada topik Keanekaragaman Hayati. Topik Keanekaragaman Hayati merupakan salah satu topik penting untuk dipelajari di sekolah dan juga di Perguruan Tinggi. Pada tahun 1992, UNEP (United Nations Environment Programme) melaksanakan United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) di Rio de Janeiro, Brazil. Tujuan utama konferensi ini adalah melestarikan keanekaragaman hayati, memanfaatkan sumber daya genetik secara berkelanjutan dan memastikan pembagian keuntungan secara adil dan merata dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati.

(11)

Penelitian tentang penggunaan asesmen komunikasi personal, khususnya dengan tes lisan (oral test) di sekolah dan di perguruan tinggi di Indonesia belum banyak dilakukan, sehingga efektivitas dan permasalahan yang dihadapi guru dan siswa dalam pelaksanaannya belum banyak terungkap. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis berkeinginan untuk meneliti lebih jauh tentang pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan pada topik Keanekaragaman Hayati dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa?” Arti kata “mengembangkan” dalam penelitian ini yaitu: bahwa kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa akan berkembang seiring proses pembelajaran yang dilakukan, dengan melihat peningkatan skor awal dan akhir serta pengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah secara keseluruhan.

(12)

1. Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan pada topik Keanekaragaman Hayati dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa?

2. Bagaimanakah perbandingan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah pembelajaran antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol? 3. Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum pada topik

Keanekaragaman Hayati dapat mengembangkan sikap ilmiah mahasiswa? 4. Bagaimanakah perbandingan sikap ilmiah mahasiswa setelah

pembelajaran antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol?

5. Bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan pada topik Keanekaragaman Hayati untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa?

6. Bagaimanakah kemampuan penalaran logis mahasiswa tingkat I Program Studi Pendidikan IPA?

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini dilaksanakan dengan anggapan dasar sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran yang tepat akan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

(13)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa pada pembelajaran berbasis praktikum (practical based learning) yang menerapkan asesmen tes lisan dengan pembelajaran menggunakan praktikum biasa (praktikum verifikasi).

E. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah menganalisis kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa melalui pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan pada topik Keanekaragaman Hayati. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis kemampuan berpikir kritis mahasiswa pada pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan pada topik Keanekaragaman Hayati.

2. Mengidentifikasi perbandingan kemampuan berpikir kritis mahasiswa setelah pembelajaran antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. 3. Menganalisis sikap ilmiah mahasiswa pada pembelajaran berbasis

praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan pada topik Keanekaragaman Hayati.

(14)

5. Mengidentifikasi tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan pada topik Keanekaragaman Hayati untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa?

6. Menganalisis kemampuan penalaran logis mahasiswa tingkat I, Program Studi Pendidikan IPA.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Memberikan wawasan dan pengalaman bagi dosen dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis praktikum agar lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan kualitas perkuliahan.

2. Memberikan pengalaman bagi dosen dalam menerapkan asesmen tes lisan sebagai salah satu teknik mengumpulkan data hasil belajar mahasiswa.

3. Memberikan alternatif pembelajaran yang lebih menarik dan bermakna bagi mahasiswa serta memberikan kesempatan luas pada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen (Gall, et al., 2003). Penelitian kuasi eksperimen adalah penelitian yang menggunakan kelompok subjek secara utuh dalam eksperimen yang secara alami sudah terbentuk dalam kelas, dan tidak mengontrol semua variabel yang ada.

Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian Nonequivalent Control Group Design

merupakan pengambilan sampel tidak secara acak/random dan terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok mendapatkan

pre test dan post test serta terdapat perlakuan pada kelas eksperimen (Gall, et al., 2003). Desain penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O1 C O2

Keterangan: O1 : Pre test

O2 : Post test

X : Pembelajaran berbasis praktikum dan tes lisan (oral test).

C : Pembelajaran dengan praktikum biasa (verifikasi) untuk kelas kontrol.

(16)

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa program studi Pendidikan IPA FMIPA, di satu universitas negeri di Semarang. Penentuan tempat penelitian karena FMIPA memiliki fasilitas laboratorium yang cukup memadai dan dapat dioptimalkan pemanfaatannya. Subyek yang digunakan untuk penelitian ini ada dua kelas yaitu mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA peserta Mata Kuliah Biologi Umum rombongan belajar 1 sebanyak 38 orang sebagai kelas kontrol dan mahasiswa rombongan belajar 2 sebanyak 38 orang sebagai kelas eksperimen.

Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran berbasis praktikum (practical based learning) dan tes lisan, sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan praktikum biasa (praktikum verifikasi). Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan yang relatif sama, memiliki tingkatan usia yang relatif sama, dan program studi yang dipilih sesuai dengan tujuan dan model penelitian yang akan diterapkan.

C. Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Pembelajaran berbasis praktikum (PBP) dan tes lisan

(17)

based learning). Pembelajaran berbasis praktikum mengacu pada sintak yang dimodifikasi dari Joyce, et al., (2009). PBP mengarahkan mahasiswa mulai dari awal sampai akhir pembelajaran untuk melakukan kegiatan observasi, menganalisis, melihat fakta dan contoh konkrit untuk menemukan konsep dan membangun pengetahuan. Penguatan konsep dan

feed back diberikan pada saat pembelajaran. Asesmen tes lisan dilaksanakan pada akhir topik pembelajaran. Tes lisan pada penelitian ini adalah tes yang dilakukan secara lisan antara mahasiswa dengan dosen, menggunakan soal-soal tes lisan. Terdapat seperangkat soal yang dikembangkan mengacu pada indikator berpikir kritis menurut Inch, et al. (2006), dan menggunakan rubrik penskoran yang diadaptasi dari Stiggins (1994).

2. Kemampuan berpikir kritis (KBK)

(18)

yang digunakan untuk menganalisis jawaban mahasiswa diadaptasi dari rubrik penskoran menurut Stiggins (1994).

3. Sikap ilmiah mahasiswa

(19)

D. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini terdiri dari tes kemampuan berpikir kritis, skala sikap ilmiah, dan angket tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran. Pada penelitian ini juga dilakukan tes penalaran logis untuk mengetahui kemampuan penalaran logis mahasiswa dengan menggunakan soal tes penalaran Test of Logical Thinking (TOLT). Rancangan instrumen dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Penelitian

A. KELAS EKSPERIMEN

Target Metode Penilaian Instrumen Subyek Waktu

Kemampuan berpikir kritis Tes respon terbatas Soal tes kemampuan berpikir kritis

Mahasiswa Awal dan akhir pembelajaran

Tes lisan Sikap ilmiah

mahasiswa

Skala Likert Skala sikap

ilmiah

Mahasiswa Awal dan akhir pembelajaran Kemampuan

penalaran logis

Tes respon terbatas dan essay

Soal TOLT Mahasiswa Akhir

pembelajaran Kinerja

mahasiswa dalam pembelajaran

Skala Bertingkat Lembar pengamatan kinerja mahasiswa

Mahasiswa Proses pembelajaran

Tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran

Chek list Angket

tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran

Mahasiswa Akhir pembelajaran

B. KELAS KONTROL

Target Metode Penilaian Instrumen Subyek Waktu

Kemampuan berpikir kritis Tes respon terbatas Soal tes kemampuan berpikir kritis

Mahasiswa Awal dan akhir penelitian

Sikap ilmiah mahasiswa

Skala Likert Skala sikap

ilmiah

Mahasiswa Awal dan akhir penelitian Kinerja

mahasiswa dalam pembelajaran

Skala Bertingkat Lembar pengamatan kinerja mahasiswa

Mahasiswa Akhir pembelajaran

Kemampuan penalaran logis

Tes respon terbatas dan essay

Soal TOLT Mahasiswa Akhir

(20)

1. Tes kemampuan berpikir kritis

Soal tes kemampuan berpikir kritis dibuat dengan mengacu pada delapan fungsi berpikir kritis menurut Inch, et al., (2006), yaitu mempertanyakan sesuatu, bertujuan, mensintesis pemikiran berdasarkan informasi, konsep, asumsi, sudut pandang, interpretasi dan kesimpulan, serta implikasi dan akibat. Fungsi berpikir kritis masing-masing diturunkan ke dalam indikator berpikir kritis.

Tes kemampuan berpikir kritis dibuat dalam bentuk soal pilihan ganda beralasan dan soal kemampuan berpikir kritis bentuk essay untuk tes lisan. Tes kemampuan berpikir kritis pilihan ganda beralasan digunakan pada

pre test dan post test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Soal tes lisan digunakan pada akhir pembelajaran pada kelas eksperimen sebagai asesmen pelengkap/ alternatif. Langkah-langkah penyusunan tes kemampuan berpikir kritis adalah sebagai berikut.

a. Pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup topik Keanekaragaman Hayati. b. Menyusun soal dan kunci jawaban, serta menyusun rubrik penskoran

untuk alasan dalam soal pilihan ganda dan rubrik penskoran untuk tes lisan. Soal disusun berdasarkan fungsi berpikir kritis menurut Inch, et al.,

(21)

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Berpikir Kritis

No Fungsi Berpikir Kritis Indikator Berpikir Kritis Nomor

Soal

1 Mempertanyakan sesuatu yang diperlukan (Question at issue)

- Membuat pertanyaan berdasarkan fenomena atau data.

11, 16

2 Ada kebutuhan yang sesuai dengan tujuan atau hasil yang akan dicapai (Purpose)

- Mengidentifikasi nilai-nilai keanekaragaman hayati.

- Menjelaskan upaya pemerintah untuk mengurangi rusaknya

keanekaragaman hayati.

- Mendeskripsikan prinsip-prinsip biologi konservasi.

- Merumuskan tujuan klasifikasi makhluk hidup.

- Menjelaskan peran penting kunci determinasi. 8 9 10 18 28

3 Adanya informasi yang sesuai sebagai bahan untuk

mengembangkan gagasan dan mensintesa pemikiran baru (Information)

- Menganalisis data atau

permasalahan berdasarkan informasi yang ada.

2, 13, 21, 24, 27

4 Konsep: merupakan teori, definisi, aturan dan hukum yang mengarahkan pikiran atau tindakan (Concept). Konsep memberikan dukungan pada keputusan-keputusan yang dibuat.

- Menjelaskan konsep tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

keanekaragaman hayati. - Mendeskripsikan konsep

keanekaragaman ekosistem yang ada di Indonesia.

- Menjelaskan konsep tingkatan takson dengan banyak/sedikitnya

persamaan/ perbedaan ciri, dan jauh-dekatnya hubungan kekerabatan. - Mengidentifikasi familia

Zingiberaceae dengan benar menggunakan kunci determinasi.

1

14

19, 30

29

5 Asumsi: merupakan anggapan dasar yang tidak perlu

dibuktikan kebenarannya (Assumptions))

- Membuat asumsi tentang suatu hal berdasarkan data atau fenomena.

3, 15, 22

6 Sudut pandang dalam menalar dan berpikir yang melibatkan proses interpretasi dalam memahami sesuatu (Point of view))

- Memberikan sudut pandang tentang suatu hal berdasarkan data atau fenomena.

4, 12, 26

7 Interpretasi dan inferensi (Interpretation and inference)

- Membuat interpretasi terhadap suatu hal

- Membuat kesimpulan (inference) berdasarkan data.

5, 23, 25

17

8 Implikasi dan akibat-akibat (Implication and

Consequences)

- Menjelaskan implikasi hubungan kelestarian alam dengan derajat hidup manusia.

- Mendeskripsikan berbagai akibat sistem pertanian yang dapat

mengancam keanekaragaman hayati.

6

(22)

c. Meminta judgment instrumen kepada empat orang dosen yang memiliki bidang keilmuan terkait dengan tema penelitian, dan judgment pada seorang mahasiswa Pascasarjana Jurusan Pendidikan IPA-UPI. Judgment

bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian antara indikator dengan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.

d. Melakukan uji coba soal tes tertulis kepada mahasiswa Jurusan Biologi semester IV yang telah menerima materi Keanekaragaman Hayati. Selanjutnya memeriksa hasil uji coba soal, dengan skor maksimal setiap soal adalah 4 (skor 1 untuk pilihan jawaban benar, skor 3 untuk alasan yang benar). Rubrik penskoran untuk soal pilihan ganda beralasan mengacu pada rubrik penskoran menurut Stiggins (1994) yang di tampilkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Pedoman Pemberian Skor (untuk Alasan pada Soal Pilihan Ganda) Tes Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori Skor Indikator Penilaian

Skor Tinggi

3 Jawaban yang diberikan jelas, fokus dan akurat. Poin-poin yang relevan dikemukakan (berhubungan dengan pertanyaan dalam soal) untuk mendukung jawaban yang diberikan. Hubungan antara jawaban dengan soal tergambar secara jelas.

Skor Sedang

2 Jawaban yang diberikan jelas dan cukup fokus, namun kurang lengkap. Contoh-contoh yang diberikan terbatas. Keterkaitan antara jawaban dengan soal kurang kuat. Skor

Rendah

1 Jawaban yang diberikan kurang sesuai dengan apa yang dimaksudkan dalam soal, berisi informasi yang tidak akurat, atau menunjukkan kurangnya penguasaan terhadap materi. Poin-poin yang diberikan tidak jelas, tidak memberikan contoh yang mendukung.

0 Tidak ada jawaban.

(23)

e. Dilakukan uji coba soal tes lisan kepada mahasiswa. Penskoran tes lisan mengadaptasi penskoran menurut Stiggins (1994). Rentang skor yang digunakan adalah 0-20, karena untuk mengakomodasi jawaban mahasiswa yang luas dan kompleks. Rubrik penskoran untuk tes lisan disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Rubrik Penskoran Tes Lisan

Diadaptasi dari Stiggins (1994)

f. Menghitung validitas tes, validitas ítem, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan program Anates. Berdasarkan hasil uji coba dan analisis soal, diketahui soal-soal yang memenuhi kriteria soal yang baik untuk digunakan, diantaranya dilihat dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan kualitas distraktor/pengecoh. Terdapat 40 soal tes tertulis yang diujicobakan, setelah dianalisis ada 30 soal yang dapat digunakan. Berdasarkan hasil analisis soal diperoleh validitas 0.42 dengan kategori cukup dan reliabilitas soal 0.59 kategori sedang. Soal tes lisan memiliki validitas

SKOR DESKRIPSI

16-20 Informasi yang diberikan akurat dan memperlihatkan pemahaman yang utuh. Dikemukakan dalam bentuk lisan yang lancar dan hidup, secara singkat dan langsung ke masalah yang diminta, lengkap dan sangat memuaskan.

11-15 Informasi yang diberikan akurat, dikemukakan dalam bentuk lisan yang lancar. Uraian cenderung bertele-tele.

6-10 Jika jawaban kurang memuaskan dan pemahaman konsep tidak menyeluruh. Walaupun informasi yang diberikan akurat tetapi tidak ada pendapat/jawaban yang fokus.

1-5 Banyak informasi yang hilang dan tidak akurat. Tidak ada pendapat/jawaban secara menyeluruh.

(24)

0.91 kategori tinggi dan reliabilitas 0.95 kategori tinggi (Arikunto, 2002). Berikut ini disajikan rekap hasil uji coba soal tes tertulis dan tes lisan.

Tabel 3.6 Rekap Hasil Uji Coba Soal Tes Tertulis

Butir Asli Butir Baru Daya Pembeda

Korelasi Tingkat Kesukaran Keterangan

Rentang Kategori

2 1 0.50 0.342 0.23 sukar soal baik

3 2 0.38 0.276 0.67 sedang soal baik

5 3 0.50 0.442 0.67 sedang soal baik

7 4 0.25 0.141 0.50 sedang soal revisi

9 5 0.50 0.396 0.43 sedang soal baik

10 6 0.38 0.573 0.83 mudah soal baik

11 7 0.25 0.281 0.10 sangat sukar soal revisi*)

13 8 0.50 0.454 0.70 sedang soal baik

15 9 0.50 0.290 0.40 sedang soal baik

16 10 0.13 0.229 0.30 sukar soal revisi

17 11 0.13 0.292 0.90 sangat mudah soal revisi

20 12 0.25 0.293 0.13 sangat sukar soal baik

21 13 0.38 0.401 0.63 sedang soal baik

22 14 0.38 0.452 0.77 mudah soal baik

23 15 0.25 0.204 0.73 mudah soal baik

25 16 0.63 0.530 0.40 sedang soal baik

26 17 0.38 0.242 0.40 sedang soal baik

27 18 0.25 0.141 0.50 sedang soal revisi

28 19 0.50 0.314 0.30 sukar soal baik

29 20 0.25 0.105 0.33 sedang soal revisi

30 21 0.63 0.556 0.70 sedang soal baik

31 22 0.13 0.227 0.20 sukar soal revisi

32 23 0.13 0.215 0.70 sukar soal revisi

33 24 0.25 0.328 0.73 mudah soal baik

34 25 0.25 0.284 0.60 sedang soal baik

35 26 0.25 0.352 0.63 sedang soal baik

37 27 0.13 0.158 0.23 sukar soal revisi

38 28 0.38 0.199 0.37 sedang soal revisi

39 29 0.25 0.250 0.57 sedang soal baik

40 30 0.50 0.369 0.63 sedang soal baik

Keterangan: *) soal direvisi pada bagian pilihan jawaban (option)

(25)

Tabel 3.7 Rekap Hasil Uji Coba Soal Tes Lisan

Butir Baru

Korelasi Tingkat Kesukaran Keterangan

Rentang Kategori

1 0.390 0.65 sedang Soal baik

2 0.352 0.69 sedang Soal baik

3 0.431 0.69 sedang Soal baik

4 0.757 0.83 mudah Soal baik

5 0.627 0.58 sedang Soal baik

6 0.570 0.59 sedang Soal baik

7 0.587 0.75 mudah Soal baik

8 0.938 0.50 sedang Soal baik

9 0.510 0.69 sedang Soal baik

10 0.268 0.67 sedang Soal revisi

11 0.829 0.59 sedang Soal baik

12 0.329 0.69 sedang Soal revisi

13 0.168 0.68 sedang Soal revisi

14 0.440 0.63 sedang Soal baik

15 0.813 0.77 mudah Soal baik

16 0.513 0.66 sedang Soal baik

17 0.388 0.35 sedang Soal baik

18 0.482 0.50 sedang Soal baik

19 0.737 0.46 sedang Soal baik

20 0.740 0.38 sedang Soal baik

21 0.491 0.65 sedang Soal baik

22 0.805 0.54 sedang Soal baik

23 0.880 0.75 mudah Soal baik

24 0.790 0.48 sedang Soal baik

25 0.848 0.31 sedang Soal baik

26 0.829 0.59 sedang Soal baik

27 0.812 0.63 sedang Soal baik

28 0.287 0.68 sedang Soal revisi

29 0.816 0.58 sedang Soal baik

30 0.719 0.80 mudah Soal baik

2. Skala Sikap Ilmiah

Langkah-langkah penyusunan skala sikap ilmiah mahasiswa (Natawidjaja, 1986) adalah sebagai berikut.

(26)

mau menerima perbedaan dan menghormati pandangan yang berbeda, dapat bekerjasama (kooperatif), bersikap positif terhadap kegagalan. b. Menyusun pernyataan sikap ilmiah berdasarkan indikator,

masing-masing pernyataan memiliki kecenderungan positif atau negatif.

c. Konsultasi dan judgment dengan pembimbing untuk mendapatkan validasi isi, menelaah kesesuaian indikator dengan butir pernyataan. d. Melakukan uji coba terhadap pernyataan sikap yang telah disusun. Uji

coba sikap ilmiah diberikan kepada mahasiswa Jurusan Biologi semester IV yang sudah menerima topik Keanekaragaman Hayati. e. Menganalisis hasil uji coba untuk membakukan skalanya, sehingga

skala dapat berharga 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan 0-1-2-3-4 untuk setiap pernyataan negatif. Berdasarkan hasil ujicoba, dari 66 pernyataan sikap yang telah disusun, terdapat 30 pernyataan sikap yang valid dan memenuhi kriteria skala 4-3-2-1-0 untuk pernyataan positif dan skala 0-1-2-3-4 untuk setiap pernyataan negatif. Bobot skor yang telah dibakukan selanjutnya digunakan sebagai pedoman penskoran pernyataan sikap ilmiah hasil penelitian.

Untuk menetapkan bobot skor setiap alternatif jawaban, pernyataan dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu:

a. Menentukan frekuensi (f) untuk setiap alternatif jawaban.

(27)

c. Menghitung proporsi kumulatif/ cumulative propotion (cp), dengan cara berikut: cp1=p1, cp2=cp1+p2, cp3=cp2+p3, cp4=cp3+p4

d. Menghitung nilai tengah proporsi kumulatif/ mean cumulative propotion (mcp), dengan rumus sebagai berikut:

mcp1 = ½ cp1

mcp2 = ½ (cp1 + cp2) mcp3 = ½ (cp2 + cp3) mcp4 = ½ (cp3 + cp4)

e. Menentukan nilai z berdasarkan mcp yang telah diketahui dengan menggunakan tabel distribusi normal.

f. Menghitung nilai z+ nilai mutlak. Nilai mutlak diperoleh dari nilai z yang paling rendah nilainya.

g. Membulatkan nilai z+ nilai mutlak untuk digunakan dalam analisis reliabilitas dan validitas.

Untuk membedakan daya pembeda setiap butir pernyataan sikap dilakukan dalam beberapa tahapan berikut.

1) Mengurutkan skor skala sikap subyek dari nilai tertinggi hingga nilai terendah.

2) Menentukan mahasiswa yang termasuk kelompok atas dan kelompok bawah, masing-masing 27%.

(28)

4) Menguji reliabilitas seluruh pernyataan skala sikap dengan menggunakan rumus alpha.

5) Pernyataan sikap yang valid dan reliabel, selanjutnya digunakan untuk mengambil data penelitian.

Tabel 3.8 Rekap Hasil Uji Coba Sikap Ilmiah Mahasiswa

Butir Asli

Butir Baru

Jenis

Pernyataan thitung ttabel Validitas Keterangan

3 1 Positif 1.76 2.31 Valid Digunakan

6 2 Negatif 1.76 3.12 Valid Digunakan

8 3 Negatif 1.76 1.93 Valid Digunakan

9 4 Negatif 1.76 1.87 Valid Digunakan

13 5 Positif 1.76 1.92 Valid Digunakan

17 6 Positif 1.76 1.97 Valid Digunakan

18 7 Positif 1.76 1.79 Valid Digunakan

19 8 Positif 1.76 3.13 Valid Digunakan

20 9 Negatif 1.76 1.79 Valid Digunakan

23 10 Negatif 1.76 1.90 Valid Digunakan

24 11 Negatif 1.76 1.79 Valid Digunakan

25 12 Positif 1.76 3.44 Valid Digunakan

26 13 Positif 1.76 1.79 Valid Digunakan

27 14 Negatif 1.76 2.08 Valid Digunakan

29 15 Positif 1.76 5.56 Valid Digunakan

32 16 Negatif 1.76 1.78 Valid Digunakan

33 17 Positif 1.76 2.62 Valid Digunakan

34 18 Negatif 1.76 1.79 Valid Digunakan

38 19 Negatif 1.76 1.96 Valid Digunakan

40 20 Negatif 1.76 3.06 Valid Digunakan

43 21 Negatif 1.76 2.61 Valid Digunakan

44 22 Negatif 1.76 3.33 Valid Digunakan

50 23 Negatif 1.76 2.81 Valid Digunakan

55 24 Positif 1.76 1.87 Valid Digunakan

56 25 Negatif 1.76 1.77 Valid Digunakan

57 26 Negatif 1.76 3.13 Valid Digunakan

60 27 Positif 1.76 1.78 Valid Digunakan

61 28 Negatif 1.76 2.70 Valid Digunakan

65 29 Negatif 1.76 1.77 Valid Digunakan

(29)

3. Angket tanggapan mahasiswa

Angket digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan. Bentuk kuesioner berupa pertanyaan dengan pilihan ya/tidak beralasan. Ada 15 butir pertanyaan di dalam angket untuk menjaring refleksi dan tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran. Angket tanggapan mahasiswa dihitung dan dianalisis dengan melihat persentase jawaban mahasiswa serta kecenderungan jawaban yang diberikan.

Tabel 3.9 Kisi-kisi Angket Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembelajaran

No Tujuan Indikator Nomor

Butir

1 Mengungkap ketertarikan

mahasiswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

Ketertarikan terhadap pembelajaran

1, 5, 12

2 Mengungkap minat belajar mahasiswa terhadap pembelajaran yang diterapkan.

Minat belajar dengan pembelajaran yang diterapkan

4, 15

3 Mengungkap persepsi mahasiswa mengenai pembelajaran berbasis praktikum dalam membantu memahami materi/ konsep.

Membantu

Pemahaman konsep

2, 11

4 Mengungkap persepsi mahasiswa terkait dengan hands on dan mind on dengan pembelajaran yang dilaksanakan.

Pembelajaran dapat mengembangkan

hands on dan mind on

13

5 Mengungkap persepsi mahasiswa terkait dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah.

Pembelajaran dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah

6, 14

6 Mengidentifikasi permasalah-an yang dihadapi mahasiswa selama kegiatan pembelajaran.

Teknis Pembelajaran Berbasis Praktikum

3, 7, 8, 9, 10

(30)

4. Catatan lapangan

Catatan lapangan dibuat dalam bentuk catatan harian yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi dan menggambarkan keadaan dalam penelitian untuk menunjang pembahasan dan kesimpulan.

5. Soal tes kemampuan penalaran logis (Test of Logical Thinking/TOLT).

[image:30.595.117.515.222.673.2]

Test of Logical Thinking (TOLT) digunakan untuk mengetahui tingkat perkembangan intelektual dan kemampuan penalaran mahasiswa. Ada 10 soal TOLT yang diadaptasi dari Valanides (1996). TOLT berisi seperangkat pertanyaan yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya yang meliputi penalaran proporsional (soal 1 dan 2), pengontrolan variabel (3 dan 4), probabilitas (soal 5 dan 6), korelasional (7 dan 8) dan kombinatorial (9 dan 10). Selanjutnya, hasil tes TOLT akan dianalisis dengan menghitung prosentase setiap kategori kemampuan berpikir dan akan dikorelasikan dengan skor kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Hal ini digunakan untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan antara kemampuan penalaran dengan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Tabel 3.10 Kisi-kisi Tes Penalaran Logis

Indikator Penalaran Nomor Soal

Proporsional 1, 2

Pengontrolan variabel 3, 4

Probabilitas 5, 6

Korelasional 7, 8

(31)

E. Prosedur Penelitian

Terdapat tiga tahapan dalam penelitian ini yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan dan analisis data.

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan observasi awal di perguruan tinggi tempat penelitian untuk memperoleh informasi tentang model perkuliahan yang selama ini dilakukan pada Mata Kuliah Biologi Umum, khususnya pada topik Keanekaragaman Hayati. Menyampaikan rencana penerapan model pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan tes lisan kepada tim dosen pengampu.

b. Melakukan diskusi bersama tim dosen untuk menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Perangkat pembelajaran/ instrumen yang dibuat adalah: rencana perkuliahan, Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), perangkat tes untuk mengungkap kemampuan berpikir kritis, skala sikap ilmiah mahasiswa.

c. Melakukan uji coba instrumen pada mahasiswa Jurusan Biologi yang sudah menerima topik Keanekaragaman Hayati dan judgment

instrumen kepada ahli (expert) yang mempunyai bidang ilmu terkait dengan tema penelitian.

(32)

2. Pelaksanaan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut:

a. Melakukan pre test dengan soal tes kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, serta memberikan skala sikap ilmiah untuk mengetahui sikap awal mahasiswa sebelum pembelajaran.

b. Melakukan pembelajaran berbasis praktikum (practical based learning) dan asesmen tes lisan pada kelas eksperimen, dan melakukan pembelajaran dengan praktikum biasa (praktikum verifikasi) pada kelas kontrol. Pembelajaran berbasis praktikum dilakukan pada dua kali pembelajaran, sedangkan asesmen tes lisan dilaksanakan pada akhir topik pembelajaran.

c. Pemberian tes akhir (post test). Pada kelas eksperimen dilakukan tes lisan (oral test) setelah satu topik pembelajaran selesai, serta diberikan tes tertulis untuk mengetahui kemampuan berpikir mahasiswa. Pada kelas kontrol diberikan post test dengan tes tertulis pada akhir topik pembelajaran. Dilakukan post test sikap ilmiah mahasiswa pada kedua kelas penelitian untuk mengetahui sikap ilmiah mahasiswa. Feed back diberikan setelah tes dilakukan, dengan memberi penguatan kembali terhadap konsep penting, dan diberikan

(33)

d. Pemberian angket tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran. Angket tanggapan diberikan pada kelas eksperimen. Angket diberikan setelah rangkaian proses pembelajaran selesai.

3. Tahap analisis data

Setelah penelitian diperoleh sejumlah data kuantitatif dan kualitatif. Analisis dan pengolahan data berpedoman pada data yang terkumpul dan pertanyaan penelitian. Data kuantitatif berupa: skor pretes, skor postes dan gain, skor skala sikap, skor TOLT dianalisis dengan uji statistik untuk menguji hipotesis penelitian yang diajukan. Data kualitatif berupa tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran dan data temuan pada waktu penelitian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data atau temuan yang akan digunakan dalam menarik kesimpulan.

F. Analisis Data

(34)

Analisis data dengan uji statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data skor pre test, post test, N-Gain berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for window, yaitu dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelas penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hipotesis yang dikemukakan yaitu:

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Data berdistribusi normal apabila P-value lebih besar dari α = 0.05 (Uyanto, 2009).

Hasil pengujian normalitas data kemampuan berpikir kritis dengan Kolmogorow-Smirnow diperoleh hasil bahwa skor pre test, post test dan

N-Gain untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas data

(35)

sikap ilmiah kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas varians antara dua kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok sama atau berbeda. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for window. Hipotesis yang diuji adalah: Ho : σE2 = σK2; H1 : σE2≠σK2,

dengan σE2 varian kelas eksperimen dan σK2 varian kelas kontrol. Varians dua kelompok dikatakan homogen jika P-value lebih besar atau sama dengan α = 0,05 (Uyanto, 2009).

Hasil Levene’s Test uji homogenitas data pre test, post test dan N-Gain kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah homogen. Hasil Levene’s Test uji homogenitas data pre test dan

post test sikap ilmiah mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen, sedangkan varians dua kelompok untuk N-Gain

sikap ilmiah tidak homogen. 3. Perhitungan gain ternormalisasi

Peningkatan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran, dihitung dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi, dengan rumus sebagai berikut.

   

 

− − =

Pre Max

Pre Post S S Gain N

(36)

Kriteria gain ternormalisasi: Gain tinggi : g > 0.7 Gain sedang : 0.3 ≤ g ≤ 0.7

Gain rendah : g < 0.3 (Meltzer, 2002) 4. Uji hipotesis dengan uji perbedaan dua rerata

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui peningkatan dan juga perbedaan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji beda dua rerata dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan skor pre test, post test dan N-Gain

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Ho diterima -Z1/2(1-α)< Zhitung< Z1/2(1-α) pada taraf signifikansi α=0.05. Pengujian rata-rata skor

pre test, post test dan N-Gain dilakukan berdasarkan hipotesis statistik berikut ini:

H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata skor pre test, post test dan N-Gain

antara mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1 : Ada perbedaan rata-rata skor pre test, post test dan N-Gain antara mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Hasil uji normalitas dan homogenitas data pre test, post test dan N-Gain kemampuan berpikir kritis diketahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen sehingga uji statistik yang digunakan adalah uji z. Uji z digunakan untuk menguji perbedaan dua rata-rata pada sampel besar (N > 30) (Nazir, 2005). Rumus untuk uji z sebagai berikut.

Z = XE− XK− μ1−μ2 2

(37)

Keterangan :

XE = Skor rata-rata eksperimen

XK = Skor rata-rata kontrol

2 = Varians skor kelompok eksperimen 2 = Varians skor kelompok kontrol

n = Jumlah subyek (Ruseffendi, 1998)

Dilakukan uji z pada data post test sikap ilmiah mahasiswa karena data berdistribusi normal dan homogen. Data pre test sikap ilmiah kelas eksperimen tidak berdistribusi normal, demikian juga data N-gain sikap ilmiah mahasiswa mempunyai varians yang tidak homogen, sehingga dilakukan uji statistik U Mann-Whitney. Uji statistik U Mann-Whitney dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for window.

5. Memprediksi ada tidaknya hubungan antara dua variabel

Uji hubungan antar dua variabel dilakukan untuk memprediksi ada tidaknya hubungan dan pengaruh suatu variabel bebas berdasarkan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang akan dilihat hubungannya adalah pengaruh tes lisan (oral test) (variabel bebas) terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa (variabel terikat), serta memprediksi hubungan antara penalaran logis mahasiswa terhadap kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

(38)

determinasinya. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya peranan atau pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi diperoleh dari kuadrat nilai r (korelasi) dikalikan 100%. Kriteria untuk melihat besarnya hubungan antara dua variabel adalah sebagai berikut.

r = 0.800 – 1.00 : sangat tinggi r = 0.600 – 0.800 : tinggi

r = 0.400 – 0.600 : cukup r = 0.200 – 0.400 : rendah

r = 0.00 – 0.200 : sangat rendah (Arikunto, 2009)

G. Alur Penelitian

Penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan. Penelitian dilatarbelakangi dari hasil observasi di lapangan, serta kajian mendalam tentang variabel yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya, dilakukan analisis indikator kemampuan berpikir kritis, indikator sikap ilmiah, analisis pembelajaran topik Keanekaragaman Hayati serta analisis asesmen tes lisan.

(39)

STUDI PENDAHULUAN

STUDI BAHAN KAJIAN

STUDI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

STUDI SIKAP ILMIAH MAHASISWA

STUDI ASESMEN TES LISAN

ANALISIS MATERI KEANEKARAGAMAN

HAYATI

ANALISIS INDIKATOR BERPIKIR KRITIS

ANALISIS KOMPONEN SIKAP ILMIAH

ANALISIS ASESMEN TES LISAN (RUBRIK & KRITERIA PENILAIAN)

PERUMUSAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM

MENYUSUN INSTRUMEN PENELITIAN

JUDGMENT DAN VALIDASI INSTRUMEN

PEMBELAJARAN TOPIK KEANEKARAGAMAN HAYATI

ANALISIS DATA

POST TEST

[image:39.595.58.554.60.759.2]

BERPIKIR KRITIS & SIKAP ILMIAH

Gambar 3.1. Alur Penelitian

KESIMPULAN

KELAS PENELITIAN

KELAS KONTROL KELAS EKSPERIMEN

PRE TEST

BERPIKIR KRITIS & SIKAP ILMIAH

POST TEST

BERPIKIR KRITIS & SIKAP ILMIAH

ANGKET TANGGAPAN

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis praktikum dengan menerapkan asesmen tes lisan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa pada topik keanekaragaman hayati, dimana hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan kelas yang menerapkan praktikum biasa. Secara khusus, rumusan kesimpulan dalam penelitian ini sesuai dengan pertanyaan penelitian diuraikan sebagai berikut.

Pertama, kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis praktikum dan asesmen tes lisan pada topik keanekaragaman hayati lebih baik dibanding dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran dengan praktikum biasa. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa kelas eksperimen berbeda signifikan dengan kelas kontrol. Pembelajaran berbasis praktikum memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis karena belajar lebih diarahkan pada

experimental learning berdasarkan pengalaman konkrit serta diskusi dengan teman yang selanjutnya akan diperoleh ide dan konsep baru. Mahasiswa diarahkan untuk belajar secara aktif, melihat fakta dan membangun konsep sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pembelajaran berbasis praktikum memberi kesempatan luas kepada mahasiswa untuk berinteraksi dengan obyek belajar, melakukan berbagai kegiatan eksplorasi sehingga

(41)

meningkatkan minat dan mendorong mahasiswa untuk belajar. Tes lisan memberikan kontribusi terhadap kemampuan berpikir kritis karena dapat mendorong dan mengevaluasi penalaran dan pemecahan masalah. Dengan tes lisan, mahasiswa memiliki keluasaan dalam menyampaikan pendapat serta dapat menunjukkan performance-nya secara langsung.

Kedua, dari hasil tes penalaran logis diperoleh kesimpulan bahwa tahapan perkembangan berpikir mahasiswa pada kedua kelas penelitian berada pada tahap transisi dengan persentase terbanyak. Penalaran logis mahasiswa yang tertinggi ada pada kategori proporsional dan kombinatorial, sedangkan penalaran logis terendah pada kategori pengontrolan variabel dan korelasional.

Ketiga, sikap ilmiah mahasiswa kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran berbasis praktikum dan asesmen tes lisan pada topik keanekaragaman hayati lebih baik dibanding dengan kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran dengan praktikum biasa. Sikap ilmiah mahasiswa kelas eksperimen berbeda signifikan dengan kelas kontrol. Pembelajaran berbasis praktikum dapat mengembangkan sikap ilmiah karena pembelajaran menuntut mahasiswa terlibat langsung di dalam kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah yang dilaksanakan dalam pembelajaran dapat mengembangkan sikap ilmiah. Interaksi sosial yang terjalin di dalam kelompok atau di luar kelompok dalam pembelajaran mempengaruhi pembentukan sikap ilmiah yang dimiliki mahasiswa.

(42)

Pembelajaran berbasis praktikum menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih “hidup” dan bermakna bagi mahasiswa. Pembelajaran dapat mengembangkan hands on dan mind on, kemampuan berpikir dan sikap ilmiah mahasiswa. Belajar dengan praktikum dapat memacu keingintahuan dan memotivasi mahasiswa untuk menemukan jawaban atas permasalahan yang sedang dibahas, dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut.

1. Sampel yang digunakan mengacu pada populasi yang ada dan tidak mempertimbangkan cluster atau tingkatan kemampuan mahasiswa, sehingga hasil penelitian belum bisa digeneralisasikan untuk melihat gambaran kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah mahasiswa secara umum pada tingkatan yang lebih tinggi, sedang atau rendah.

2. Pelaksanaan tes lisan hanya satu kali pada akhir topik pembelajaran, sehingga mahasiswa belum terlatih dalam menghadapi tes yang memerlukan kemampuan komunikasi lisan, dan memerlukan kemampuan berpikir secara cepat. Apabila tes lisan dilaksanakan lebih dari satu kali maka mahasiswa akan terbiasa menghadapi tes lisan sehingga tes lisan dapat berperan sebagai asesmen formatif yang bisa memberikan feed back

dalam pembelajaran.

(43)

C. Saran-saran

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini, maka penulis menyarankan:

1. Pengajar (dosen/guru) hendaknya dapat merancang dan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat mengajak dan mendorong peserta didik untuk berpikir kritis, bernalar secara logis serta mengembangkan sikap ilmiahnya. Diantaranya dengan cara memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dengan obyek belajar, memberikan pengalaman langsung yang lebih bermakna dengan menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, salah satunya dengan menerapkan pembelajaran berbasis praktikum.

2. Pengajar (dosen/guru) hendaknya mampu menerapkan berbagai teknik dan metode asesmen agar dapat mengumpulkan bukti-bukti/data hasil belajar peserta didik yang lebih lengkap sehingga dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara utuh dan akurat. Tes lisan menjadi alternatif asesmen yang dapat dipilih untuk mengases kemampuan peserta didik secara menyeluruh, karena dengan tes lisan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan kognitif, sikap dan performance peserta didik secara otentik.

(44)

\DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I.. (2001). Exploring Teaching: An Introduction to Education. New York: Mc Graw-Hill Companies.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Brooks, J.G & Martin G. Brooks. (1993). In Search of Understanding: The Case

for Constructivist Classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Candra, D.T. (2007). Memilih Buku Pelajaran IPA. Sumber Tersedia [Online]: http://pelangi.ditplp.go.id.

Carin, A., & Sund B. (1997). Teaching Science through Discovery. Columbus, Ohio : Merill Publishing Co.

Cheng, M. & Cheung, W. (2005). Science and Biology Assessment in Hong Kong-Progress and Development. Journal of Biological Education (JBE). (40). 11-16.

Dahar, R. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dayakisni, T & Hudaniah. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Depdiknas. (2002). Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Dwiyanti, G. (1999). Pengembangan Model Pelaksanaan Praktikum Kimia Organik Skala Mikro di LPTK. Laporan Penelitian. Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.

Elder, L. (2007). Our Concept of Critical Thinking. Tersedia [Online]: www. critical thinking.org.

Effendy, O.U. (1994). Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.

(45)

Gall, M.D & Gall, J.P. (2003). Educational Research An Introduction. Boston: Library of Kongress Cataloging in Publication Data.

Gasong, D. (2006). Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternatif Mengatasi Masalah Pembelajaran. Tersedia [Online]: http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/. [25 Oktober 2009].

Hargreaves, A. & Earl, L. (2002). Perspectives on Alternative Assessment Reform. American Educational Research Journal. (39). 69-95.

Haryanto, Z. (2006). Tahap Perkembangan Intelektual Siswa SMP dan SMA dalam Kaitannya dengan Pembelajaran Fisika dan Kemampuan Pemecahan Masalah (Kajian Berdasarkan Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget). Disertasi Sps UPI. UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hulu, F.L. (2009). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok bahasan Keragaman Pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Inch, E.S., Warnick, B., & Endres, D. (2006). Critical Thinking and Communication: The use of reason in argument. 5thEd. Boston : Pearson Education, Inc.

Indrawan, M., Primack, R.B, & Supriatna, J. (2007). Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Insan. (2008). Pembelajaran Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa tentang Sistem Pencernaan Makanan. Tesis. UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Jacobs, L.I. & Chase, C.I. (1992). Developing and Using Tests Effectively. New York: Maxwell Macmillan International Publishing Group.

Johnson, E.B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What It is and Why It is Here to Stay. California: Corwin Press Inc.

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching. New Jersey: Pearson Education Inc, Publishing as Allyn & Bacon..

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). (2008). Keanekaragaman Hayati. Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup.

(46)

Martomidjojo, R. (2009). Asesmen Melalui Komunikasi Personal. Tersedia. [On line] :http://www. wikipedia.com. [25 Oktober 2009].

Marzano, R.J. (1988). Dimensions of Thinking: A frame work for curriculum and instruction. Alexandria, Virginia USA: Association for Supervision and Curriculum Development.

Metltzer, D. (2002). The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Physics: American Journal of Physics, (70), 1259-1268.

Mulyana, E. (2005). Asesmen dalam Pembelajaran Sains SD. Tersedia[Online]: http://www.duniaguru.com/index.php.

Natawidjaja, R. (1986). Penyusunan Instrumen Penelitian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung: IKIP Bandung.

National Research Council (NRC). (1996). The National Science Education Standards. Washington DC: National Academy Press.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nur, M. (2004). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya (Pusat Sains dan Matematika Sekolah).

Oakley, B. & Clare, H. (2008). Oral Examination Assessment Practices Effectiveness and Change with a First Year Undergraduate Cohor.

Journal of Hospitally Leisure, Sport and Tourism Education (4). 3-14. Tersedia online: www. hlst.heacademy.ac.uk/johlste.

Paul, R. & Elder L. (2007). Critical Thinking Competency Standards. The Foundation for Critical Thinking. Tersedia[Online]: www.criticalthinking.org.

Petress, K. (2008). Critical Thinking: An Extended Devinition. Tersedia [Online]: http: www.questia.com. google. Scooler.

Piaget, J. & Inheler, B. (1958). The Growth of Logical Thinking from Childhood to Adolescence. New York: Basic Books, Inc. Publishers.

(47)

Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skills: Meanings, Models, Materials dalam

Developing Mind: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria: AS.C

Prokop, P., Tuncer, G., & Chuda, J. (2007) Slowakian Student Attitude Toward Biology. Eurasia Journal of Mathematic Science & Technology Education. (42).287-295

Puspita, G.N. (2008). Penggunaan Multi Media Interaktif Pada Pembelajaran Konsep Reproduksi Hewan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Generik dan Berpikir Kritis Siswa Kelas IX. Tesis. UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Qomari, R. (2008). Pengembangan Instrumen Evaluasi Domain Kognitif. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan. (13). 23-29.Purwokerto: Insania. P3M STAIN.

Quitadamo, I.J., Faiola, C.L., Johnson, J.E., & Kurtz, M.J. (2008). Community Based Inquiry Improved Critical Thinking in General Education Biology. CBE Life Science Edu. (7). 327-337.

Ruben, B.D, Stewart, & Lea P. (2005), Communication and Human Behaviour, New York: Alyn and Bacon.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, N.Y. Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., & Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Rustaman, N.Y. (2006). Peranan Pendidikan Biologi dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Makalah. Seminar Nasional Biologi-FMIPA UNNES. Semarang: Diterbitkan terbatas.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

(48)

Santyasa, I.W. (2004). Model Problem Solving dan Reasoning Sebagai alternatif Pembelajaran Inovatif. Makalah. Disajikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V. Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.

Sholahuddin, A. (2006). Pembelajaran IPA dan Sikap Positif terhadap Lingkungan.Tersedia[Online]: http://www.duniaguru.com/index.php. Simmons, M.E., Wu, X.B., Knight, S.L., & Lopez, R.R. (2008). Assessing the

Influence of Field-and GIS-based Inquiry on Student Attitude and Conceptual Knowledge in an Undergraduate Ecology Lab. The American Society for Cell Biology. CBE-Life Science Education. (7). 338-345.

Stiggins R.J. (1994). Student Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company.

Sudjana, K. N. (2005). Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.

Sugiyarti. (2000). Penerapan Asesmen Portofolio dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah. Tesis. UPI. Tidak diterbitkan.

Sukaesih, S., Saptono, S., Alimah, S., & Ningtyas, D.M. (2006). Laporan Penelitian. Meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi di SMP 27 Semarang dengan penerapan pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS) model Conceptual Change yang diintegrasikan dengan Alternative Assessment. Tidak diterbitkan. Semarang: UNNES.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Intelektual Siswa SMA dikaitkan dengan Kemampuan Penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar (Studi Deskriptip-Analitik terhadap Siswa SMA Negeri dari 7 Kota di Jawa Barat). Disertasi Doktor IKIP. IKIP Bandung: Tidak diterbitkan.

Tapilouw, F.S & Soesilawaty, S.A. (2009). Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Keterampilan Proses Siswa SMA. Tersedia [Online]: http://file.upi.edu/Direktori/SPs/Prodi Pendidikan IPA/pdf.

Tawil, M & Suryansari, K. (2008). Laporan Penelitian. Kemampuan Penalaran Formal dan Lingkungan Pendidikan Keluarga dengan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Makasar: Tidak diterbitkan. Tim Biologi Umum. (2008). Bahan Ajar Biologi Umum. Semarang: Jurusan

(49)

Tomei, J. (1998). Oral Proficiency Test in the English Speaking Course in Hokkaido University. Journal Higher Education (3).162-166. Japan: Institute of Language and Culture Studies, Hokkaido University.

Tumeri & Togar H.P., (2009). Peningkatan Kemampuan Penalaran Logis Siswa dengan Menggunakan Media Interaktif di SMP N 255 Jakarta: Makalah Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Ulum, B. (2007). Sikap Ilmiah. Tersedia [Online]: http://blogbahrul.wordpress.com.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Valanides, N.C. (1996). “Formal Reasoning and Science Teaching”. School Science and Mathematics. ( 96). (2). 99-107.

Wiyanto. (2008). Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: UNNES Press.

Wulan, A.R. (2003)a. Penggunaan Asesmen Bervariasi Pada Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Daily Life dan Hand On. Makalah pada Kegiatan Semiloka Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru SMU, Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung.

Wulan, A.R. (2003)b. Permasalahan yang Dihadapi dalam Pemberdayaan Praktikum Biologi di SMU dan Upaya Penanggulangannya. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Yip, D. & Cheung, D. (2005). Teacher’s Concerns on School-Based Assessment of Practical Work. Journal of Biological Education. 156-162. Hong Kong: Chinese University of Hong Kong.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design
Tabel 3.2. Rancangan Instrumen Penelitian
Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Berpikir Kritis
Tabel 3.4  Pedoman Pemberian Skor (untuk Alasan pada Soal Pilihan Ganda) Tes Kemampuan Berpikir Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Non Aplicable PT.Saudagar Jepara Jaya tidak melakukan kegiatan penerimaan bahan baku yang berasal dari kayu limbah

(7) Pegawai yang melaksanakan tugas di luar kantor pada hari dan jam kerja dan tidak mendapat surat tugas melakukan perjalanan dinas dalam/luar kota yang karena satu dan

[r]

Menyikapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah seperti yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan

Hasil penelitian secara parsial (Uji-t) menunjukkan bahwa Intelijen Pasar dan Inovasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha.. Angka Adjusted R Square

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Mudharabah, Musyarakah, dan Murabahah

2.6 Sistem Pengahantaran Obat Mengapung (Floating Drug Delivery System) Sistem floating merupakan sistem dangan berat jenis rendah yang memiliki kemampuan cukup untuk

Berdasarkan hasil analisa peramalan penjualan Apikator dan Epoxy pada PT Alphatec Engindo pada bulan Mei 2006 dengan menggunakan Moving Average pada preiode 3 bulan, maka hasil