• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Interior Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Anyam Dayak Sintang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Interior Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Anyam Dayak Sintang."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERANCANGAN INTERIOR CRAFTS CENTER TENUN IKAT DAN

KERAJINAN ANYAM DAYAK SINTANG

Tenun ikat dan kerajinan anyam merupakan kerajinan khas masyarakat suku

Dayak. Banyak masyarakat berusaha untuk mendapatkan hasil kerajinan tersebut. Namun

tenun ikat dan anyam masih jauh dari perhatian pelestarian sebagai benda tradisi. Hal ini

membuat masyarakat Dayak kesulitan untuk membudidayakan dan menjual hasil

kerajinannya. Karena itu, sudah tidak banyak lagi orang yang menjadi pengrajin. Hanya

para tetua yang masih melakukannya karena masih berusaha mempertahankan tradisi dan

identitas.

Dengan permasalahan di atas, maka diharapkan ada fasilitas yang mampu

menjadi sarana promosi, penjualan, informasi, edukasi, dan pengalaman, agar tenun ikat

dan anyam tidak punah. Pengangkatan budaya lokal pun dianggap sangat penting,

sehingga pengunjung dapat mengalami kehidupan orang Dayak. Budaya lokal yang

diangkat adalah Rumah Betang, sebagai jantung kehidupan sosial masyarakat Dayak.

Penjelasan diatas, dapat disimpulkan sebagai perancangan interior bangunan

Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan Anyam, kerajinan ini di khususkan kepada

masyarakat Dayak yang berada di Kabupaten Sintang, sebagai penghasil tenun ikat dan

anyam yang cukup terkenal. Namun demikian, lokasi yang menjadi tempat pusat

kerajinan adalah Kota Pontianak, ibukota Propinsi, sebgai pusat informasi dan mengatasi

jarak yang susah dijangkau.

(2)

ABSTRACT

INTERIOR DESIGN CRAFTS CENTER OF IKAT WEAVING AND

PLAITED HANDICRAFTS THE DAYAK SINTANG

Ikat weaving and plaited handicrafts are typical handicrafts of Dayak. Many

people are trying to get the products of the craft. But ikat weaving and plaited

handicrafts are still far from the attention of preservation as tradition objects. This

makes Dayak communities difficult to cultivate and selling the products. Because of this,

many people are no longer being craftsmen. Only the oldest who still do it, because they

are still trying to maintain the tradition and identity.

With the above problems, then be expected that there is facilities which is

capable of being place for promotion, sales, information, education, and experience, so

that ikat weaving and plaited handicrafts are not extinct. Adoption of local culture was

considered so important, so visitors can experience the life of the Dayaks. The local

culture that being taken is Dayak Longhouse, as a heart of social life from Dayaks.

The above explanation, it can be concluded as the interior design of the building

Crafts Center of Ikat Weaving and Plaited Handicrafts, this craft in dedicated to the

Dayak people who are in Sintang, as producer of ikat weaving and plaited handicrafts

which is quite famous. However, the location of which became the center of the craft is

the city of Pontianak, the provincial capital, information center and tackle as

inaccessible distance.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS AKHIR ... ii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR ... iii

PRAKATA ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABLE ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG... 1

1.2 IDE GAGASAN PERANCANGAN INTERIOR ... 3

1.3 RUMUSAN MASALAH... 5

1.4 TUJUAN PERANCANGAN ... 5

1.5 MANFAAT PERANCANGAN ... 6

1.6 BATASAN ... 6

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN ... 7

BAB II ... 8

LANDASAN TEORI CRAFTS CENTER/PUSAT KERAJINAN SERTA SENI ANYAM, TENUN IKAT DAN RUMAH BETANG MASYARAKAT DAYAK ... 8

(4)

2.1.1 PENGERTIAN CRAFT ... 8

2.1.2 CENTER ... 11

2.1.3 KESIMPULAN PENGERTIAN CRAFTS CENTER ... 11

2.2 SUKU DAYAK ... 12

2.2.1 SEJARAH DAYAK ... 12

2.2.2 FILOSOFI DAYAK ... 13

2.2.3 KESENIAN SUKU DAYAK ... 14

2.2.4 SENI RUPA SUKU DAYAK ... 15

2.2.5 RUMAH BETANG ... 23

2.2.6 SINTANG ... 29

2.2.7 PENGERTIAN CRAFTS CENTER/PUSAT KERAJINAN TENUN IKAT DAN ANYAM DAYAK SINTANG ADALAH ... 42

2.4 STUDI BANDING FASILITAS SEJENIS ... 71

2.4.1 BENTARA BUDAYA ... 72

BAB III ... 78

DESKRIPSI OBJEK STUDI ... 78

3.1 ANALISA KANTOR TERPADU PONTIANAK ... 78

3.1.1 ANALISA TAPAK ... 78

3.1.2 ANALISA BANGUNAN... 79

3.2 ANALISA PROGRAM KEBUTUHAN... 81

(5)

3.3.3 KONSEP PENGHAWAAN ... 90

3.3.4 KONSEP PENCAHAYAAN ... 91

BAB IV ... 92

PROYEK PERANCANGAN PUSAT KERAJINAN TENUN IKAT DAN KERAJINAN ANYAM DAYAK SINTANG ... 92

4.1 DENAH ... 92

4.1.1 PENJABARAN DENAH ... 92

4.1.2 POTONGAN GENERAL ... 95

4.2 DENAH KHUSUS... 96

4.2.1 DENAH KHUSUS INTERACTIVE AREA ... 96

4.3 DESAIN ELEMENT INTERIOR ... 101

4.3.1 KOLOM ... 101

4.4 FURNITURE ... 102

4.4.1 RECEPTIONIST DESK ... 102

BAB V ... 103

SIMPULAN DAN SARAN ... 103

5.1 SIMPULAN ... 103

5.2 SARAN ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(6)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 LUKISAN PURBA PENINGGALAN DAYAK PURBA DI KALTIM ... 13

GAMBAR 2.2 SENI UKIR SUKU DAYAK PADA SARUNG (KUMPANG) MANDAU ... 16

GAMBAR 2.3 SENI UKIR SUKU DAYAK PADA BAGIAN PEGANGAN (HULU) MANDAU ... 16

GAMBAR 2.4 SENI PATUNG SUKU DAYAK ... 17

GAMBAR 2.5 TATO SUKU DAYAK ... 18

GAMBAR 2.6 SENI RUPA ANYAMAN SUKU DAYAK ... 19

GAMBAR 2.7 TENUN IKAT MASYARAKAT DAYAK DI SINTANG ... 20

GAMBAR 2.8 MOTIF DAYAK ... 21

GAMBAR 2.9 MACAM MOTIF DAYAK ... 21

GAMBAR 2.10 BUAH JERENANG PEWARNA MERAH ALAMI ... 22

GAMBAR 2.11 RUMAH BETANG DESA SAHAM, DENGAN TERAS SEPANJANG RUMAH ... 25

GAMBAR 2.12 RUMAH BETANG DESA ENSAID PANJANG, SINTANG DENGAN TERAS KECIL HANYA SEUKURAN PINTU ... 25

GAMBAR 2.13 RUANG BALE DIBUAT BESAR DENGAN SERAMBI HANYA SEPERTI LORONG ... 26

GAMBAR 2.14 SERAMBI DENGAN BALE DIBUAT KECIL ... 27

GAMBAR 2.15 RUANG INTI (BILIK) DENGAN RUANG BERKUMPUL KELUARGA INTI ... 28

GAMBAR 2.16 PETA KABUPATEN SINTANG ... 29

GAMBAR 2.17 BATAS UTARA KABUPATEN SINTANG ... 30

GAMBAR 2.18 BATAS SELATAN KABUPATEN SINTANG ... 30

GAMBAR 2.11 BATAS TIMUR KABUPATEN SINTANG ... 31

GAMBAR 2.12 BATAS BARAT KABUPATEN SINTANG ... 31

GAMBAR 2.21 TERDAPAT BANYAK DURI PADA BATANG ROTAN ... 40

(7)

GAMBAR 2.23 MEMISAHKAN BATANG YANG LEMBUT DAN FLESKSIBEL DARI

KULIT YANG BERDURI MENUNTUT KEAHLIAN DAN LATIHAN ... 41

GAMBAR 2.24 CONTOH WINDOW DISPLAY ... 45

GAMBAR 2.25 CONTOH OPEN DISPLAY ... 45

GAMBAR 2.26 CONTOH ISLAND DISPLAY DAN WALL DISPLAY ... 46

GAMBAR 2.27 CONTOH CLOSED DISPLAY ... 46

GAMBAR 2.28 CONTOH ARCHITECTURAL DISPLAY ... 47

GAMBAR 2.29 STANDAR GERAKAN KEPALA HORIZONTAL YANG NYAMAN ... 51

GAMBAR 2.30 STANDAR GERAKAN KEPALA VERTIKAL YANG NYAMAN ... 52

GAMBAR 2.31 STANDAR HEAD MOVEMENT IN LATERAL BENDING ... 52

GAMBAR 2.32 STANDAR GERAKAN TUBUH ... 53

GAMBAR 2.33 STANDAR EYE LEVEL POSISI DIAM ... 54

GAMBAR 2.34 STANDAR PENGLIHATAN OPTIMAL ... 55

GAMBAR 2.35 STANDAR VISUAL RELATIONSHIP ... 56

GAMBAR 2.13 STANDAR DISPLAY OF ARTWORK ... 57

GAMBAR 2. 37 STANDAR HANGING DISPLAY ... 58

GAMBAR 2.38 STANDAR SIRKULASI PADA RETAIL ... 59

GAMBAR 2.39 BENTUK SIRKULASI PADA RETAIL ... 59

GAMBAR 2.40 STANDAR JANGKAUAN USER TERHADAP BARANG DISPLAY ... 60

GAMBAR 2.41 CONTOH STALLS SEATING PADA AUDITORIUM ... 62

GAMBAR 2.42 CONTOH BENTUK/POSISI BALCONY SEATING ... 63

GAMBAR 2.43 ILUSTRASI AUDITORIUM SEATING AREA ... 63

GAMBAR 2.44 PEMANTULAN BUNYI ... 65

GAMBAR 2.45 PENAIKAN SUMBER BUNYI ... 68

GAMBAR 2. 46 AREA RETAIL BENTARA BUDAYA ... 73

GAMBAR 2.47 WALL DISPLAY BENTARA BUDAYA JAKARTA ... 74

GAMBAR 2.48 HANGING DISPLAY TANPA KETERANGAN ... 74

(8)

GAMBAR 2.50DISPLAY PADA AREA SEMINAR ... 76

GAMBAR 2.51 WANITA DAYAK SEDANG MENGANYAM ... 76

GAMBAR 3.1 FAÇADE KANTOR TERPADU PONTIANAK ... 79

GAMBAR 3.2 DENAH ASLI LANTAI DASAR KANTOR TERPADU PONTIANAK ... 80

GAMBAR 3.3 DENAH ASLI LANTAI 1 KANTOR TERPADU PONTIANAK ... 81

GAMBAR 3.4 ZONING BLOCKING LANTAI DASAR ... 85

GAMBAR 3.5 ZONING BLOCKING LANTAI 2 ... 86

GAMBAR 3.6 ZONING BLOCKING LANTAI 3 ... 87

GAMBAR 3.7 CONTOH WARNA COKELAT YANG AKAN DIGUNAKAN ... 88

GAMBAR 3.8 CONTOH WARNA NATURAL YANG AKAN DIGUNAKAN ... 88

GAMBAR 3.9 CONTOH WARNA AKSEN ... 89

GAMBAR 3.10 CONTOH BENTUK YANG TERDAPAT DI RUMAH BETANG ... 90

GAMBAR 3.11 CONTOH BUKAAN YANG TERDAPAT DI RUMAH BETANG ... 91

GAMBAR 4.1 DENAH LAYOUT GENERAL LANTAI 1 ... 92

GAMBAR 4.2 DENAH LAYOUT GENERAL LANTAI 2 ... 93

GAMBAR 4.3 DENAH LAYOUT GENERAL LANTAI 3 ... 94

GAMBAR 4.4 POTONGAN DARI SISI KIRI BANGUNAN ... 95

GAMBAR 4.5 POTONGAN B-B ... 96

GAMBAR 4.6 GAMBAR DENAH KHUSUS INTERACTIVE AREA ... 97

GAMBAR 4.7 GAMBAR KETERANGAN IDE DESAIN DARI RUMAH BETANG ... 98

GAMBAR 4.8 GAMBAR KETERANGAN IDE DESAIN BERDASARKAN RUMAH BETANG ... 98

GAMBAR 4.9 GAMBAR TAMPAK-POTONGAN DENGAN PENJELASAN PENERAPAN IDE DESAIN ... 99

GAMBAR 4.10 GAMBAR TAMPAK-POTONGAN DENGAN PENJELASAN PENERAPAN IDE DESAIN ... 100

(9)

GAMBAR 4.12 DESAIN KOLOM MENYERUPAI PONDASI RUMAH BETANG YANG

BERBENTUK BULAT ... 101

(10)

DAFTAR TABLE

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sudah tidak diragukan lagi jika Indonesia menyimpan kekayaan budaya

yang tak ternilai harganya. Tidak terkecuali Pulau Kalimantan dengan suku asli

yaitu suku Dayak yang tersebar di seluruh kepulauan dan salah satunya yaitu di

Kalimantan Barat. Suku Dayak sendiri sesungguhnya memiliki daya tarik

tersendiri bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Keberadaan

masyarakat suku Dayak tidak terlepas dari kebudayaan yang mereka miliki yang

mampu menarik perhatian dan minat wisatawan untuk berkunjung dan melihat

langsung kehidupan masyarakat Dayak yang berada di pedalaman. Selain dari

kebudayaannya, masyarakat Dayak juga dikenal dari kerajinannya yang memiliki

(13)

Kerajinan masyarakat suku Dayak seperti anyaman dan tenun ikat, adalah

salah satu aspek yang mampu mengangkat perekonomian masyarakat Dayak,

dimana mata pencaharian utama masyarakat Dayak adalah bertani. Bahkan tak

jarang banyak hasil kerajinan masyarakat Dayak yang sudah dipromosikan hingga

ke mancanegara. Anyaman dan tenun ikat dari suku Dayak, merupakan seni

ekspresi kreatif Kalimantan. Oleh sebab itu, dalam tulisan Arief Bayuaji (2013),

menyatakan bahwa, “Kalimantan ditunjuk sebagai pulau yang memiliki tradisi

seni anyaman yang terkaya, terindah, tercanggih, dan paling beragam di dunia,

yang timbul baik dari sejarah budaya yang rumit di pulau itu, maupun dari

kreativitas dan keahlian masyarakatnya”.

Demikian pula dengan tenun ikat Dayak, kain tenun ikat tersebut, termasuk

tenun ikat yang banyak digemari masyarakat manca negara. Hal ini dikarenakan

pewarnaan dan pengerjaannya yang alami dan juga sebagai identitas daerah

bahkan negara. Adapun daerah di Kalimantan Barat yang sangat menonjol dengan

kerajinan anyam dan tenun ikatnya adalah Kabupaten Sintang. Hal ini didukung

data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Kabupaten Sintang. Data tersebut menyebutkan bahwa terdapat lima kecamatan

yang menghasilkan kerajinan anyam dan total kerajinan yang dihasilkan

pertahunnya adalah 800 buah, selain itu juga terdapat lima kecamatan yang

menghasilkan tenun ikat dan total tenunan yang dihasilkan pertahunnya adalah 96

lembar. (Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Sintang, 2012).

Potensi yang menonjol tersebut di atas juga didukung oleh keberadaan

institusi pemerintah seperti Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) dan

organisasi kesenian baik perorangan maupun yang terorganisir seperti sanggar

atau perkumpulan seni lainnya, guna menampung produktivitas serta kreativitas

seni yang ada, sebagai hasil dari keberadaan seniman dan aktivitasnya. Meskipun

demikian, kedua potensi yang disebutkan di atas kurang mendapat perhatian dan

mulai tergerus jaman. Generasi muda lebih memilih produk yang lebih modern

(14)

anyaman dan tenunan adalah para tetua masyarakat Dayak atau yang umurnya 40

tahun ke atas menurut Yosie Sesbania Gewap (2013). Selain itu juga, dikarenakan

lokasi cukup sulit dijangkau, para pengrajin kurang memiliki sarana untuk

menunjukkan hasil kerajinan mereka, karena wadah yang ada saat ini hanya milik

individu atau kelompok tertentu saja dan menjadikan pengrajin tidak mendapat

kesempatan mempromosikan dan memasarkan produknya. Tidak hanya bagi

pengrajin, kendala seperti yang sebutkan di atas, dirasakan juga oleh peminat seni

anyam dan tenun ikat. Kendala yang sering ditemui adalah lokasi yang cukup

susah dijangkau, membuat peminat kerajinan kesulitan untuk melihat hasil

kerajinan masyarakat Dayak. Kemudian dengan tidak adanya sarana yang jelas

dalam pemasaran hasil kerajinan juga membuat peminat kerajinan kesulitan dalam

melakukan transaksi ataupun sekedar mencari informasi.(Sintang Online, 2013).

Hal ini juga pernah diungkapkan oleh Gubernur Kalimantan Barat,

Drs. Cornelis MH kepada Equator-News, beliau mengatakan bahwa “pengaruh globalisasi sebagai akibat dari kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, dan tidak dapat dipungkiri terjadi interaksi antar budaya terutama

dengan budaya luar yang bersifat destruktif”. Kondisi tersebut, menurutnya, dapat

melumpuhkan sendi-sendi kebudayaan termasuk kebudayaan masyarakat Dayak yang lambat laun secara alamiah akan hilang. Dari penjelasan di atas, masyarakat Dayak khususnya masyarakat Dayak yang ada di Kabupaten Sintang serta para

peminat kerajinan anyam dan tenun ikat, membutuhkan sebuah pusat kerajinan

yang sesuai dengan kebutuhan para pengrajin akan wadah yang terpadu serta

pengembangan sektor pariwisata dan perdagangan. Oleh karena itu, untuk

mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan perencanaan dan perancangan

interior sebuah pusat kerajinan suku Dayak yang memfokuskan kepada kerajinan

anyam dan tenun ikat.

1.2 Ide Gagasan Perancangan Interior

Penyebab-penyebab di atas membuat designer tertarik untuk melakukan

(15)

Dayak serta peminat kerajinan, guna memenuhi kebutuhan kerajinannya. Sarana

serta wadah promosi kerajianan dari masyarakat suku Dayak, akan direalisasikan

dalam bentuk pusat kerajinan, yaitu Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan

Anyam Dayak Sintang. Adapun fasilitas utama yang ada di pusat kerajinan ini

adalah display, exhibition hall, auditorium, souvenier shop, experience class dan

Café.

Perancangan interior Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan Anyam

Dayak Sintang, ingin menampilkan experience and education. Experience dan

education, menjadi aspek yang banyak disajikan dalam banyak perancangan, arts

and craft center, museum, maupun gallery. Adapun experience yang ingin dicapai

adalah, pengalaman yang menawarkan nuansa berbeda yaitu nuansa rumah betang

yang merupakan rumah adat dari suku Dayak. Education yang ingin ditonjolkan

adalah selain pengetahuan tentang tenun ikat dan seni anyaman, yaitu

menawarkan tentang bagaimana mempertahankan warisan identitas yang ada

dengan nuansa rumah betang. Dengan kedua aspek di atas, designer berharap

pusat kerajinan ini, menjadi pusat kerajinan yang berbeda dan menjadi kemajuan

promosi kerajinan suku Dayak.

Pada pusat kerajinan ini akan menampilkan alat tenun tradisional yang

banyak digunakan oleh masyarakat Dayak di Rumah Betang atau biasa disebut

Back Strap Loom serta pengrajin yang langsung dari daerah. Mereka akan

mendemonstrasikan cara dan tahapan dalam menenun ataupun menganyam

seperti yang biasa mereka lakukan di rumah betang. Display difungsikan untuk

menampilkan hasil-hasil kerajinan serta benda atau hal-hal pendukung kerajinan

tenun dan anyam khas Kalimantan Barat yang akan dipajang dengan cara

digantung ataupun diletakkan pada etalase. Auditorium difungsikan untuk

menampilkan film atau dokumentasi serta kegiatan seminar. Exhibition Hall akan

difungsikan sebagai area pamer temporary yang berguna sebagai promosi untuk

produk baru atau acara yang berhubungan dengan kegiatan kesenian dan

(16)

serta anyam ataupun hasil kerajinan lainnya. Experience Class akan menampilkan

cara dan tahapan menenun, pengenalan bahan, baik bahan warna atau media yang

digunakan berfungsi sebagai kelas bagi pengunjung yang ingin belajar tentang

kerajinan kriya, terutama tenun ikat dan anyaman. Kelas ini akan di fasilitasi

dengan alat dan bahan serta tenaga pengajar. Café difungsikan sebagai sarana

pendukung untuk kenyamanan pengunjung.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan, designer ingin

mengangkat perancangan interior bangunan Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan

Kerajinan Anyam Dayak Sintang dengan nuansa Rumah Betang. Dengan

penerapan nuansa Rumah Betang, maka di dalam perancangan interior bangunan

ini akan ditemukan, perpaduan antara suasana bangunan Rumah Betang di dalam

gedung baru. Oleh karena itu, penggunaan lighting pun akan disesuaikan agar

tidak meninggalkan fungsi utamanya dan material yang digunakan juga

merupakan perpaduan antara material tradisional dan material yang modern.

1.3 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam perancangan interior Pusat

Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan Anyam Dayak Sintang, yaitu:

1. Bagaimana merancang interior bangunan Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan

Kerajinan Anyam Dayak Sintang, agar sesuai dengan nuansa Rumah

Betang?

2. Bagaimana merancang interior bangunan Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan

Kerajinan Anyam Dayak Sintang yang dapat memenuhi kebutuhan display

dan experience class yang sesuai dengan nuansa Rumah Betang?

1.4 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan perancangan interior bangunan Pusat Kerajinan Tenun Ikat

(17)

1. Merancang interior bangunan Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan

Anyam Dayak Sintang yang sesuai dengan nuansa Rumah Betang?

2. Merancang interior bangunan Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan

Anyam Dayak Sintang yang dapat memenuhi kebutuhan display dan

experience class yang sesuai dengan nuansa Rumah Betang.

1.5 Manfaat Perancangan

Memperoleh dasar – dasar dalam merencanakan dan merancang Pusat

Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan Anyam Dayak Sintang, sebagai pusat

kerajinan, promosi, ruang pamer dan pemasaran hasil kerajinan masyarakat suku

Dayak yang akan direncanakan dan dirancang dengan disiplin ilmu desain

interior. Selain daripada itu diharapkan dapat menambah dan memperluas

cakrawala pengetahuan dalam bidang desain, terutama perancangan interior,

sehingga dapat digunakan sebagai bahan pendukung untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Batasan

Batasan perancangan Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan Anyam

Dayak Sintang diutamakan pada fasilitas utama seperti yang sudah disampaikan

di atas, yaitu:

mengkaitkan pada berbagai hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu perancangan

(18)

hal di luar ilmu perancangan interior namun berhubungan dengan pusat seni dan

kerajinan akan dibahas seperlunya sepanjang masih berkaitan dan mendukung

proses perencanaan dan perancangan.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang, ide gagasan, identifikasi masalah,

tujuan perancangan dan manfaat perancangan.

BAB II LANDASAN TEORI CRAFTS CENTER SERTA SENI ANYAM,

TENUN IKAT DAN RUMAH BETANG MASYARAKAT DAYAK

Bab ini berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan Pusat Kerajinan

Tenun Ikat dan Kerajinan Anyam Dayak Sintang, seperti penjabaran fasilitas,

pengertian, teori serta standar, dan penjabaran seni anyam, tenun ikat, serta rumah

betang masyarakat Dayak.

BAB III DESKRIPSI PROJEK PERANCANGAN Interior Pusat

Kerajinan Tenun Ikat dan Kerajinan Anyam Dayak Sintang.

Bab ini berisi tentang analisa site, analisa bangunan, fungsi objek studi,

analisa program kebutuhan ruang, user activity, zoning blocking dan nuansa

Rumah Betang.

BAB IV PROYEK PERANCANGAN Interior Pusat Kerajinan Tenun Ikat

dan Kerajinan Anyam Dayak Sintang.

Bab ini berisi hasil perancangan proyek, dimulai dari denah, potongan,

detail dan hal lain yang mendukung perancangan Interior Pusat Kerajinan Tenun

Ikat dan Kerajinan Anyam Dayak Sintang.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan hasil perancangan proyek, seperti masalah,

pemecahan masalah, dan rangkuman keseluruhan projek, dan manfaat yang di

(19)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil pembahasan tentang Perancangan Pusat Kerajinan Tenun Ikat dan

Kerajinan Anyam Dayak Sintang, maka diambil kesimpulan:

1. Dengan adanya pusat kerajinan ini, maka masyarakat Dayak khususnya

pengrajin tenun dan anyaman mendapatkan tempat promosi, penjualan,

berbagi ilmu, pelestarian dan pengembangan kerajinan sehingga kerajinan

tradisi tersebut tidak punah. Sedangkan dari sisi

2. Para peminat kerajinan dan konsumen, dapat dengan mudah mengakses

informasi, pengalaman, dan pembelajaran tentang tenun ikat dan anyaman

karena lokasi yang terjangkau serta wadah yang memadai.

3. Perancangan sebuah interior bangunan dapat mengangkat budaya lokal

dengan pendekatan Rumah Adat

4. Pengangkatan budaya lokal terhadap sebuah perancangan interior

bangunan dapat menjadi salah satu cara pelestarian budaya.

5. Nuansa Rumah Betang pada interior bangunan dapat diterapkan pada

ceiling, lantai, dinding, furniture, dan elemen interior lainnya tanpa

meninggalkan keasliannya

6. Penggunaan material pada perancangan interior bangunan dapat di

kombinasikan

7. Dapat memenuhi kebutuhan display dan experience class yang sesuai

(20)

5.2 Saran

Untuk pengembangan lebih lanjut, maka penulis memberikan saran yang

sangat bermanfaat dan dapat membantu keberlangsungan pusat kerajinan ini

untuk masa yang akan datang, yaitu:

1. Perlunya perhatian dan dukungan dari pemerintah setempat sehingga pusat

kerajinan ini dapat berjalan dengan baik.

2. Perlunya perhatian dan dukungan dari pemerintah daerah/kabupaten

khususnya Kabupaten Sintang agar mau bekerja sama dengan pemerintah

provinsi dan pusat kerajinan dalam mendukung kegiatan yang mengangkat

kerajinan masyarakat Dayak.

3. Perlunya kerja sama dari masyarakat umum dan masyarakat Dayak dalam

hal ini pengrajin agar pusat kerajinan ini dapat berlangsung dengan baik

4. Untuk mengoptimalkan produksi kerajinan anyam dan tenun ikat, maka

diperlukan pengadaan dan pelestarian bahan baku dan pewarna alami

seperti rotan, bambu, jerenang, benang, dan lain-lain untuk menjaga

keaslian tradisi kerajinan.

5. Suasana Rumah Betang dapat dioptimasi dengan sentuhan dan pendekatan

yang lebih detail

6. Lebih banyak lagi konsep desain interior maupun furniture sesuai dengan

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sintang. (2012). Kabupaten Sintang Dalam

Angka (In Figures)2012. Sintang: Badan Pusat Statistik Kabupaten

Sintang

Bayuaji, A. (2013). 2 Pekan festival seni anyam: Adi kriya kalimantan. Retrieved

from

http://www.gayahidup.inilah.com/read/detail/1971623/2-pekan-festival-seni-anyam-adi-kriya-kalimantan#.U5DK2hZAcpE

Bingeli, Corky.A.S.I.D. (2003). Building system for interior designers. New

Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Gardner, J., & Heller, C. (1960). Exhibition and display. New York: F.W.Dodge

Corporation.

Istiyanti, C.P. (2008). Memahami peta keberagaman subsuku dan bahasa dayak

di Kalimantan barat. Pontianak: Institut Dayakologi.

Kartiwa, S. (2007). Ragam kain tradisional Indonesia tenun ikat. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka.

Lord, B & Lord, G.D. (Ed.).(2001). The manual of museum exhibitions. U.S.

America: AltaMira Press.

Nugraha, A. (1999). Kriya Indonesia, sebuah wilayah sumber inspirasi yang tak

terbatas. Makalah Dalam Konferensi Kriya dan Rekayasa di Aula Timur

ITB.

Rohidi, R. T. Pengembangan sebi kriya dalam konteks kebudayaan nasional.

Makalah Konferensi Kriya dan Rekayasa Aula Timur ITB.

Sandin, T.E.Z, (2012). Profil Potensi Dan Peluang Investasi Kabupaten

Sintang.[Brosur], Sandin:penulis.

Sellato, B. (Ed.). (2012). Plaited arts from the borneo rainforest. Jakarta: The

Lontar Association with NUS Press (Singapore).

Sukarno, M., Sulistyo, T. E., Yulianto, N. Model pengembangan desain berbasis

(22)

bamboo di ringinagung magetan. Jurnal dari FKIP Universitas Sebelas

Maret.

Widagdo. (1999). Pengembangan Desain Bagi Peningkatan Kriya. Makalah

disampaikan dalam Komperensi Tahun Kriya dan Rekayasa, Bandung,

Referensi

Dokumen terkait

Data dan informasi yang terkait dengan penelitian berasal dari hasil wawancara dengan informan penelitian dan hasil dokumentasi terkait dengan perilaku konsumsi

4 Orientasi yang bersifat kognitif menyangkut pemahaman dan keyakinan individu terhadap sistem politik dan atributnya, orientasi yang bersifat afektif menyangkut ikatan

Sistem VAC berfungsi untuk menjaga agar ruangan IPLR berada pada keadaan hampa parsial terhadap tekanan udara luar ( negative pressure ), membatasi kemungkinan

(47) ja sitten viejän tehtävä on öö antaa tila sille seuraajalle silleen että se vaan viejä vaan ehdottaa että nyt voitais tehdä tällanen ja sit seuraaja toteuttaa sen

Saya mengesahkan bahawa Jawatankuasa Pemeriksa telah berjumpa pada 15 Feb 2008 untuk menjalankan pemeriksaan akhir bagi Ong Swee Ling untuk menilai tesis Doktor Falsafah beliau

Berdasarkan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) terhadap motivasi belajar matematika

Jasa Visite/Konsultasi Dokter Umum adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana Pelayanan (Dokter umum) atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka

e) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda dengan titik. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang