• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Komitmen Organisasi dan Produktivitas pada Buruh Operator Weaving di PT. X Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Komitmen Organisasi dan Produktivitas pada Buruh Operator Weaving di PT. X Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dan produktivitas pada buruh operator weaving yang telah bekerja selama minimal satu tahun di PT.X. Teknik penarikan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan 61 orang responden.

Penelitian ini dilakukan berdasarkan teori komitmen organisasi dari Allen dan Meyer (1991) dan teori produktivitas dari Gomes (2003). Alat ukur untuk komitmen organisasi ini dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan Organizational Commitment Questionnaire dari Allen dan Meyer. Produktivitas pada sampel diukur dengan skor Key Performance Index dari perusahaan.

Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, didapatkan koefisien korelasi antara komitmen organisasi dan produktivitas pada buruh operator weaving sebesar -0,271 dengan taraf signifikansi 0,035. Komponen komitmen organisasi yang paling banyak dimiliki oleh buruh operator weaving di PT.X adalah komponen affective commitment.

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan lemah antara komitmen organisasi dan produktivitas. Selain itu, pada setiap komponen komitmen organisasi, hanya continuance commitment yang memiliki hubungan yang negatif dengan produktivitas.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Meyer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005), yang mengemukakan bahwa hubungan komitmen organisasi dan kinerja adalah positif dan kuat, terutama pada komponen affective commitment dan normative commitment.

(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha Abstract

The pupose of this reaserch is to find out about the correlation between organizational commitment and productivity of the weaving division workers in PT.X Bandung who has worked for more than a year. In this research, the researcher use purposive sampling method with 61 respondents.

This research is conduct based in organizational theory by Allen and Meyer (1991) and productivity theory by Gomes (2003). The insrument that used are Organizational Commitment Questionnaire that has been construct by Allen and Meyer, which is modified by the researcher to measure organizational commitment and Key Performance Index score from the company to measure the productivity.

The result from the statistical process found that the correlation coefficient between organizational commitment and productivity is -0,271 with 0,035 signification. Most of the weaving division workers have affective commitment.

Therefore, we can conclude that there is a negative and weak correlation between organizatonal commitment and productivity. Beside that, only continuance commitment that has the correlation with productivity.

This is not match, because according to the research that has been conduct before by et al. (1989) and Fernando et al. (2005), stated that there is a strong and positive correlation between organizational commitment and productivity, especially for affective commitment and normative commitment.

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ...iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.5 Kerangka Pikir ... 10

1.5.1 Bagan Kerangka Pikir ... 15

(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

1.7 Hipotesis Penelitian ... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1 Komitmen Organisasi ... 17

2.1.1 Pengertian Komitmen Organisasi ... 17

2.1.2 Komponen Komitmen Organisasi ... 17

2.1.3 Anteseden Komitmen Organisasi ... 19

2.2 Produktivitas ... 21

2.2.1 Pengertian Produktivitas ... 21

2.2.2 Faktor-faktor Produktivitas ... 21

2.3 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Produktivitas ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 25

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 25

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

3.3.1 Variabel Penelitian ... 25

3.3.2 Definisi Operasional ... 26

3.3.2.1 Komitmen Organisasi ... 26

3.3.2.2 Produktivitas ... 26

3.4 Alat Ukur ... 27

3.4.1 Kuesioner Komitmen Organisasi ... 27

(5)

3.4.3 Alat Ukur Produktivitas ... 29

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 29

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 30

3.5.1 Validitas Alat Ukur ... 30

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 31

3.6 Populasi dan Karakteristik Sampel ... 32

3.6.1 Populasi ... 32

3.6.2 Karakteristik Sampel ... 32

3.6.3 Teknik Penarikan Sampel... 32

3.7 Teknik Analisis Data ... 32

3.8 Hipotesis Statistik ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Gambaran Responden ... 35

4.2 Hasil Penelitian ... 36

4.3 Pembahasan ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 Kesimpulan ... 49

5.2 Saran ... 50

5.2.1 Saran Teoritis ... 50

(6)

xi

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi–kisi Alat Ukur ... 27

Tabel 3.2 Tabel Kriteria Klasifikasi Komitmen Organisasi ... 28

Tabel 3.3 Tabel Kriteria Klasifikasi Komponen Komitmen Organisasi ... 28

Tabel 3.4 Tabel Penilaian Alat Ukur... 29

Tabel 3.5 Kriteria Klasifikasi Skor KPI ... 29

Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 35

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan lama bekerja ... 35

Tabel 4.3 Gambaran Responden berdasarkan Skor KPI ... 36

Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi Komitmen Organisasi dan Produktivitas ... 36

Tabel 4.5 Tabulasi Silang antara Komitmen Organisasi dan Produktivitas ... 37

(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : COMPANY PROFILE

LAMPIRAN 2 : KATA PENGANTAR DAN PERNYATAAN

KESEDIAAN PENGAMBILAN DATA

LAMPIRAN 3 : PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

LAMPIRAN 4 : KUESIOER KOMITMEN ORGANISASI

LAMPIRAN 5 : VALIDITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 6 : RELIABILITAS ALAT UKUR

LAMPIRAN 7 : HASIL TABULASI SILANG

LAMPIRAN 8 : DATA MENTAH

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan-perusahaan besar membutuhkan modal, materi, dan yang paling penting adalah sumber daya manusia. Tanpa adanya sumber daya manusia yang memadai, suatu perusahaan tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien meskipun perusahaan tersebut memiliki modal yang cukup bahkan berlebih serta materi dan peralatan yang lengkap. Sumber daya manusia dari berbagai macam level memiliki peranan yang penting, termasuk buruh.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi guna meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. Hal ini menunjukkan bahwa buruh memegang peranan yang penting dalam perusahaan karena buruh mampu mengerjakan secara operasional mesin-mesin yang tidak dapat dikerjakan oleh karyawan bagian manajerial atau staf. Apabila cara kerja buruh ini lamban atau kurang termotivasi, produksi pun akan terhambat sehingga akan menurunkan penghasilan yang didapatkan oleh perusahaan tersebut.

(11)

2

memerlukan sikap-sikap lain seperti kejujuran, kesetiaan, komitmen dalam bekerja, dan juga rasa memiliki pada perusahaan.

Demikian juga pada PT. X, perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil yang telah berdiri sejak tahun 1975. Perusahaan ini merupakan salah satu eksportir produk tekstil terbesar di Indonesia yang mengekspor hasil produksinya ke 25 negara. Dengan kemajuan dalam manajemen, mesin berkualitas tinggi, memilih bahan-bahan terbaik, dan terus menerus mengembangkan sumber daya manusianya, perusahaan ini dapat mempertahankan kualitas produk yang dihasilkannya. Bukan hanya meningkatkan dan mengembangkan skill, seluruh karyawan PT.X harus memiliki nilai-nilai perusahaan seperti: Generousity, yaitu komitmen untuk menyintai, dan bekerja dengan maksimal untuk mencapai tujuan perusahaan. Integrity, yaitu bertanggung jawab atas setiap perilaku dan dampak dari perilaku tersebut. Success, yaitu memfokuskan tubuh, pikiran, dan jiwa untuk meraih kesuksesan. Teamwork, yaitu kerja sama. Education, yaitu keinginan untuk terus belajar dan berkembang, dan yang terakhir adalah eXellence, yaitu secara konsisten menghasilkan produk dengan kualitas yang luar biasa.

Pada PT.X ini sendiri terdiri dari 18 divisi yaitu divisi accounting &

finance, divisi corporate secretary & external regulation, divisi HRD, divisi

internal audit, divisi IT, divisi marketing, non division (sekretaris komisaris),

operation, divisi EPIC, divisi director, divisi processing, divisi project, divisi

purchasing, divisi QA, divisi Research and Development, divisi sell, divisi teknis,

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha langsung dengan pembuatan produk, yaitu kain dari awal proses hingga siap untuk dijual.

Salah satu bagian yang penting dalam divisi operation ini adalah divisi

weaving. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bagian General Affair,

proses weaving adalah bagian paling pertama dalam produksi kain yaitu proses menenun benang hingga terbentuk menjadi kain yang akan diproduksi. Apabila hasil produksi dari bagian weaving kurang memuaskan atau kualitasnya kurang baik, akan mempengaruhi juga ke bagian-bagian lainnya, terutama bagian produksi. Hasil dari divisi weaving ini yang berupa kain akan dipakai untuk membuat bahan garmen atau produk tekstil yang lain, sehingga kualitas dari kain itu sendiri akan menentukan bagaimana hasil dari produk akhir yang akan dipasarkan.

Adapun jam kerja untuk buruh operator weaving ini dibagi menjadi tiga jadwal dengan jam kerja masing-masing jadwal adalah delapan jam, yaitu dari pukul 07.00-15.00, 15.00-23.00, dan 23.00-07.00. Pembagian jadwal ini juga diputar berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan. Jumlah karyawan dalam divisi

weaving ini merupakan jumlah karyawan terbanyak kedua setelah divisi produksi.

Hingga bulan Juli 2015, tercatat ada 123 orang buruh operator weaving. Pada bagian weaving ini, 70 karyawan telah bekerja lebih dari satu tahun. Bahkan ada yang sudah bekerja selama 20 tahun, namun sebagian besar telah bekerja selama 5-10 tahun.

(13)

4

seperti kemampuan mengoperasikan mesin untuk pria dan tangan tidak basah untuk pria dan wanita, karena apabila tangan mereka basah, kotoran dapat dengan mudah menyerap pada benang. Setiap karyawan memegang dua buah mesin. Selain itu, dalam proses ini juga dibutuhkan disiplin yang tinggi, kerja sama, dan komunikasi.

Penilaian kinerja buruh operator weaving dilakukan dengan menggunakan KPI (Key Performance Index) yang disusun oleh perusahaan berdasarkan dua aspek besar yaitu result dan process. Result adalah standar penilaian berdasarkan hasil kerja, sedangkan Process adalah standar penilaian berdasarkan proses kerja, dimana dalam process sendiri dibagi menjadi dua aspek yaitu PDCA (Plan, Do,

Check, Action) & Values dan People Management. Dari kedua aspek tersebut

diturunkan menjadi beberapa indikator, dimana setiap orang memiliki indikator penilaiannya masing-masing berdasarkan jobdesc yang dimilikinya. Hasil akhir dari KPI adalah rata-rata hasil kerja (result) dan proses kerja (process) berupa nilai akhir yang berkisar antara satu sampai lima. Penilaian dengan menggunakan KPI ini dilakukan setiap satu semester (enam bulan).

Hasil dari proses weaving yang dilakukan oleh buruh operator weaving, maupun mengenai kinerja karyawan itu sendiri jarang mendapat keluhan baik dari atasan, dan bisa dikatakan memuaskan. Hal ini dapat dilihat melalui hasil akhir dari produksi tekstil di PT.X. Selain dieskpor ke beberapa negara, di Indonesia sendiri juga digunakan untuk mengolah pakaian-pakaian dari brand-brand

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Index) pada semester lalu, yaitu periode Juli – Desember 2014, ditemukan bahwa produktivitas PT.X telah mengalami peningkatan sebesar lima hingga 10%.

Melalui penilaian yang dilakukan oleh PIC weaving pada periode Januari – Juni 2014, ditemukan hanya terdapat dua hingga tiga persen target yang belum tercapai. Sedangkan dari kualitas hasil pekerjaan sendiri, 95% sudah berada pada

grade A dan grade B. Terkadang keluhan justru datang dari buruh operator

weaving sendiri mengenai transportasi antar jemput. hal ini hanya terjadi satu

sampai dua kali. Turn over yang terjadi di bagian weaving ini sangat jarang, dan biasanya yang mengundurkan diri adalah karyawan wanita yang mengikuti suami sehingga tidak bekerja lagi. Hal ini juga hanya terjadi satu sampai dua kali dalam setahun.

Dalam melakukan kegiatan kerja, karyawan operator dipantau setiap minggunya oleh PIC (supervisor) dari divisi weaving dan dibuat laporan mengenai kinerja selama seminggu itu. Ini dilakukan dengan tujuan utama untuk melihat apakah target yang ditentukan sudah tercapai atau belum. Hingga saat ini pencapaian target tidak dijumpai masalah yang berarti. Meskipun ada kesalahan, biasanya kesalahan yang terjadi hanya kesalahan kecil.

Selain kemampuan teknis yang dimiliki, buruh operator weaving juga perlu memiliki sikap kerja yang positif seperti yang tercantum dalam PDCA dan

Values. Di samping itu, buruh operator weaving juga perlu mengaplikasikan

(15)

6

komitmen organisasi, dimana nilai ini mencerminkan beberapa karakteristik dari

organizational commitment ini antara lain adalah menerima dan mendukung

tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan untuk mengerahkan tenaga dan berusaha untuk kemajuan organisasi, dan keinginan untuk tetap berada dalam organisasi.

Menurut Allen dan Meyer (1993), komitmen organisasi teridentifikasi dalam tiga tipe komitmen yaitu affective commitment yaitu keadaan dimana karyawan merasa terikat secara emosional dan teridentifikasi pada organisasi,

continuance commitment yaitu keadaan dimana keinginan karyawan untuk tetap

bekerja atau meninggalkan perusahaan berdasarkan pertimbangan untung rugi,

dan normative commitment yaitu keadaan dimana karyawan merasa wajib untuk

tetap bertahan untuk bekerja dalam organisasi karena adanya tekanan normatif. Ketiga hal tersebut merupakan keadaan psikologis yang dapat menggolongkan hubungan pekerja dengan organisasi atau memiliki implikasi yang mempengaruhi pekerja untuk tetap berada dalam organisasi tersebut.

Dengan dimilikinya nilai Generousity yang mencerminkan komitmen organisasi pada buruh operator weaving, maka diasumsikan bahwa buruh operator

weaving memiliki attitude yang merupakan salah satu faktor produktivitas. Selain

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha perusahaan, merasa terinspirasi, dan memerhatikan nasib perusahaan secara keseluruhan. Apabila hanya dengan loyalitas yang tinggi saja karyawan atau pekerja dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi, maka diharapkan dengan komitmen organisasi yang tinggi karyawan atau pekerja dapat menghasilkan produktivitas yang lebih baik.

Menurut Gomes (2003:159), “Secara umum, pengertian produktivitas

dikemukakan orang dengan menunjukkan pada rasio output terhadap input.”

Selain itu, Gomes juga menyebutkan lima faktor yang memengaruhi produktivitas yaitu knowledge, skills, abilities, attitude, dan behavior. Apabila dilihat dari hasil KPI selama satu tahun terakhir, dapat terlihat bahwa adanya peningkatan yang cukup signifikan dalam produktivitas dan terlihat juga bahwa tidak dijumpai masalah yang berarti. Ini menunjukkan bahwa buruh operator weaving sudah memiliki kemampuan dan pemahaman yang cukup baik untuk melakukan pekerjaannya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mayer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005), hubungan komitmen organisasi (affective dan

continuance) dengan kinerja adalah positif dan kuat. Pada tahun 2010, Nur

Cahyani dalam penelitiannya mengemukakan bahwa komitmen organisasi memiliki pengaruh yang positif terhadap produktivitas. Selain itu, pada tahun 2012 Nurul Arifah juga mengemukakan hal yang serupa dalam penelitiannya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan 10 orang buruh operator

weaving, empat (40%) diantaranya telah bekerja lebih dari empat tahun, lima

(17)

8

telah bekerja selama satu tahun, diperoleh data sebagai berikut: lima orang (50%) bertahan untuk bekerja di PT.X dengan alasan karena penghasilan dan fasilitas yang diperoleh mereka selama bekerja di PT.X lebih besar daripada di tempat lain dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari; tiga orang (30%) bertahan untuk tetap bekerja di PT.X dengan alasan adanya timbal balik, yaitu keinginan untuk tetap bekerja karena PT.X sudah memberikan banyak hal kepada buruh operator

weaving; dan dua orang (20%) bertahan untuk tetap bekerja di PT.X dengan

alasan karena sudah merasa nyaman dan cocok bekerja di PT.X, bahkan merasa PT.X sudah seperti rumah sendiri.

Seluruh buruh operator weaving di PT.X yang diwawancarai mengungkapkan bahwa mereka menguasai pekerjaan mereka, tujuh orang (70%) merasa senang dan puas dengan pekerjaan yang mereka miliki; dua orang (20%) merasa biasa saja dengan pekerjaannya dalam arti mereka tidak menyukai namun tidak juga membenci pekerjaannya; dan satu orang (10%) merasa jenuh dengan pekerjaannya. Meskipun target yang ditentukan kadang tidak tercapai, atau kualitasnya terkadang kurang baik, namun masalahnya lebih terletak pada mesin yang terkadang error atau benang yang kusut.

Dari survey awal yang dilakukan terlihat bahwa buruh operator weaving

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui hubungan antara komitmen organisasi dengan produktivitas buruh operator weaving di PT.X.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai komitmen organisasi dan produktivitas buruh operator weaving di PT.X.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara komitmen organisasi dan produktivitas buruh operator weaving di PT.X.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoretis

1) Memberikan informasi kepada bidang Psikologi, khususnya dalam bidang Industri dan Organisasi mengenai hubungan antara komitmen organisasi dengan produktivitas.

(19)

10

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi kepada pemilik, general affair, maupun PIC dari buruh operator weaving mengenai hubungan komitmen organisasi yang dimiliki oleh buruh operator weaving di PT.X dan produktivitas. 2) Memberikan informasi kepada pemilik, general affair, maupun PIC

dari buruh operator weaving mengenai hasil penelitian untuk memberikan gambaran mengenai tindak lanjut yang harus dilakukan oleh pihak PT.X yang bertanggung jawab atas pekerjaan buruh operator weaving.

1.5 Kerangka Pikir

Komitmen organisasi memiliki peranan yang penting dalam perusahaan karena dengan memiliki komitmen organisasi, karyawan akan merasa bahwa mereka memiliki ikatan yang kuat dengan perusahaan sehingga mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan perusahaan. Apabila karyawan ini bekerja dengan maksimal, produktivitas perusahaan akan meningkat. Oleh karena itu dapat dikatakan komitmen organisasi berhubungan dengan produktivitas.

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha yang positif dan kuat dengan produktivitas. Normative commitment juga berhubungan dengan produktivitas meskipun hubungan ini tidak sekuat hubungan

affective commitment dan produktivitas. Di sisi lain, continuance commitment

memiliki hubungan yang negatif dengan produktivitas. Hal ini didukung oleh penelitian Mayer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005), hubungan komitmen organisasi (affective dan continuance) dengan kinerja adalah positif dan kuat.

Berdasarkan Allen dan Meyer, komitmen organisasi sendiri terdiri atas tiga komponen, yaitu affective commitment, continuance commitment, dan

normative commitment.

Affective commitment pada buruh operator weaving di PT.X dapat terlihat

(21)

12

besar. Selain itu, adanya tunjangan makan, kesehatan dan transportasi serta adanya kegiatan kebersamaan yang dilaksanakan secara rutin. Hal tersebut mempengaruhi continuance commitment pada buruh operator weaving.

Normative commitment pada buruh operator weaving terlihat dari perasaan

buruh operator weaving bahwa ia harus dan wajib untuk terus bekerja dalam perusahaan tersebut karena bahwa PT. X telah memberikan imbalan untuk mereka berupa penerimaan, selain itu juga baik dari atasan langsung maupun pemimpin perusahaan memperlakukan semua buruh yang bekerja dengan sangat baik. Mereka memberikan jam kerja yang sesuai dengan kemampuan manusia. Hal ini membuat mereka untuk tetap bersedia bekerja di PT.X, bukan lagi karena tidak ada pilihan lain namun karena mereka merasa berhutang budi. Normative

commitment pada buruh operator weaving ini dipengaruhi oleh pengalaman

sosialisasi buruh operator weaving selama bekerja di PT.X, seperti dengan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan buruh operator weaving selama bekerja di PT.X. Selain itu, adanya anggota keluarga lain yang bekerja di PT.X juga dapat mempengaruhi normative commitment pada buruh operator weaving di PT.X.

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan hasil Key Performance Index yang dikeluarkan oleh PT.X pada Januari-Juni 2014, buruh operator weaving di PT.X memiliki hasil yang cukup baik, dari hasil kerja maupun proses kerja. Menurut Gomes, produktivitas dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu knowledge, skill, abilities, attitude, dan

behavior. Pada buruh operator weaving, knowledge adalah pengetahuan buruh

operator weaving mengenai pekerjaan yang mereka lakukan; skill adalah keterampilan buruh operator weaving dalam melakukan pekerjaan mereka;

abilities adalah kemampuan buruh operator weaving dalam melakukan pekerjaan

mereka berdasarkan latihan dan pengalaman dalam pekerjaannya; attitude adalah sikap kerja yang dimiliki buruh operator weaving; dan behavior adalah perilaku yang sering dilakukan oleh buruh operator weaving selama melakukan pekerjaannya. Adapun faktor-faktor ini terjaring dalam penilaian KPI pada PT.X yang tercantum dalam aspek Result dan Process.

Result adalah standar penilaian berdasarkan hasil kerja, sedangkan Process

adalah standar penilaian berdasarkan proses kerja, dimana dalam process sendiri dibagi menjadi dua yaitu PDCA (Plan, Do, Check, Action) & Values dan People

Management. Buruh operator weaving yang produktif adalah mereka yang pada

aspek result setidaknya mencapai target yang ditentukan baik secara kualitas maupun kuantitas pada kurun waktu yang telah ditentukan.

Sedangkan dalam aspek process, buruh operator weaving yang produktif adalah mereka yang setidaknya mampu melakukan PDCA sesuai dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan nilai-nilai teamwork, customer satisfaction, dan

(23)

14

dapat melakukan people management yang sederhana. Sebaliknya buruh operator

weaving yang tidak produktif adalah mereka yang tidak mencapai standar yang

ditetapkan baik dalam result maupun process.

Berdasarkan penjabaran diatas, buruh operator weaving yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi, akan memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas yang tinggi ini dapat dilihat melalui hasil Key Performance Index, yaitu buruh operator weaving yang mampu mencapai target yang ditentukan baik secara kualitas maupun kuantitas pada kurun waktu yang telah ditentukan dan mereka yang setidaknya mampu melakukan PDCA sesuai dengan standar yang ditetapkan dan menerapkan nilai-nilai teamwork, customer satisfaction, dan strive

for excellence di bawah supervisi dan harus selalu diawasi, serta dapat melakukan

people management yang sederhana.

Di sisi lain, buruh operator weaving yang memiliki komitmen organisasi yang rendah akan memiliki produktivitas yang rendah, yang dapat terlihat melalui buruh operator weaving yang tidak mampu mencapai standar yang ditetapkan baik dalam result maupun process pada penilaian Key Performance Index.

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan antara komponen komitmen organisasi dan produktivitas pada buruh operator

(24)

15 U n iv er si tas K ri st en M ar an at h a

Faktor-faktor komitmen organisasi:

1. Antecendent Affective Commitment

(organizational characteristic, person characteristic, workplace)

2. Antecendent continuance commitment

3. Antecendent normative commitment

Buruh Operator

Weaving di PT.X

Komitmen Organisasi Affective Commitment Continuance Commitment Normative Commitment 1.5.1 Bagan Kerangka Pikir

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Faktor Produktivitas (Gomes, 2003:160) :

1. Knowledge

2. Skill

3. Abilities

4. Attitude

5. Baehavior

(25)

16

1.6 Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir, peneliti menarik beberapa asumsi yaitu : • Komitmen organisasi memiliki peranan penting dalam mendukung

kemajuan organisasi, salah satunya dengan meningkatkan produktivitas.

Generousity adalah salah satu nilai perusahaan yang tercantum dalam

Key Performance Index yang mencerminkan komitmen organisasi,

sehingga apabila buruh operator weaving mampu menerapkan nilai tersebut, maka diasumsikan mereka memiliki komitmen organisasi. • Apabila buruh operator weaving di PT.X memiliki komitmen

organisasi maka mereka mampu menerapkan sikap kerja yang positif serta melakukan nilai-nilai perusahaan yang akan mendukung maka diasumsikan buruh operator weaving dapat meningkatkan produktivitas mereka.

1.7 Hipotesis

(26)

49

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Terdapat hubungan yang lemah dan negatif antara komitmen organisasi dan produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X Bandung. Hal ini berarti bahwa jika buruh operator weaving memiliki komitmen organisasi yang tinggi, belum tentu menghasilkan produktivitas yang tinggi demikian pula sebaliknya. Hasil korelasi ini tidak sesuai dengan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Mayer et al. (1989) dan Fernando et al. (2005), yang mengatakan bahwa hubungan komitmen organisasi dan kinerja adalah positif dan kuat

2) Dari masing-masing komponen komitmen organisasi, hanya komponen

continuance commitment yang memiliki hubungan yang negatif dan lemah

dengan produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X. Sedangkan komponen affective commitment tidak berhubungan dengan produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X. Demikian pula normative

commitment juga tidak berhubungan dengan produktivitas pada buruh

operator weaving di PT.X.

(27)

50

3) Selain itu, hubungan yang negatif antara komitmen organisasi dan produktivitas juga disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X, yaitu kurangnya kemampuan yang dimiliki dalam bekerja. Beberapa dari mereka masih merasa kesulitan dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Kenyamanan yang dirasakan oleh buruh operator weaving baik dalam hal lingkungan kerjanya, maupun dalam penghasilan yang diperolehnya juga membuat mereka tidak maksimal dalam bekerja dan hal ini membuat produktivitas mereka rendah.

5.2 Saran

Penelitian ini tentunya masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, peneliti memiliki beberapa saran yang dapat dipertimbangkan yaitu :

5.2.1 Saran Teoretis

1. Peneliti lain dapat melakukan penelitian mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X.

2. Selain itu, dapat juga melakukan penelitian mengenai pengaruh atau studi kontribusi komitmen organisasi terhadap produktivitas pada buruh operator weaving di PT.X.

(28)

51

Universitas Kristen Maranatha 5.2.2 Saran Praktis

1. Untuk meningkatkan produktivitas buruh operator weaving, pihak general

affair bisa bekerja sama dengan HRD untuk mengadakan training khusus

untuk buruh operator weaving yang masih baru. Hal ini dilakukan agar mereka semakin mudah dan cepat dalam menguasai pekerjaanya.

2. Selain untuk buruh operator weaving yang baru, dapat dilakukan juga pelatihan rutin mengenai cara pengoperasian mesin untuk buruh operator

weaving yang sudah lama bekerja. Hal ini dilakukan agar mereka dapat

mempertahankan dan bahkan meningkatkan kinerjanya dari waktu ke waktu.

3. Untuk meningkatkan kinerja dari buruh operator weaving bisa juga dilakukan dengan tutoring kepada sesama rekan kerja buruh operator

weaving, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang perlu diasah. Hal

ini diharapkan dapat melatih kemampuan bukan hanya kepada buruh operator weaving yang masih baru atau kurang mampu, tetapi juga kepada buruh operator weaving yang sudah memiliki kemampuan yang cukup agar kemampuan yang dimiliki tetap terasah.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Cascio, Wayne F. 2003. Managing Human Resources: Productivity, Quality of

Work Life, Profits. New York: Mcgraw and Hill.

Fakultas Psikologi UKM. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi. Bandung: UKM Meyer, John P. & Allen, Natalie J. 1997. Commitment in the Workplace: Theory,

Research, and Application. California: Sage Publications, Inc.

Moh. Nazir, Ph.D., 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

DR. Sedarmayati, M.Pd. 2001. Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja. Bandung: Penerbit Mandar Maju

Sinungan, Muchdarsyah. 2005. Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

(30)

53

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

http://staff.ui.ac.id/system/files/users/liche/material/arisan86-komitmenorganisasi-liche.pdf , diakses pada tanggal 27 Mei 2014

http://www.triatmajaya.triatmamapindo.ac.id/files/journals/2/articles/16/public/16 -59-1-PB.pdf , diakses pada tanggal 25 Oktober 2014

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/file_artikel_abstrak/Isi_Artikel_4125798 87831.pdf , diunduh pada tanggal 28 Oktober 2014

Jaros, Stephen. 2007. Meyer and Allen Model of Organizational Commitment:

Measurement Issues. The Icfai 10 Journal of Organizational Behavior, Vol.

VI, No. 4. http://stevejaros.com/wp-content/uploads/2009/08/Jaros-ICFAI-2007-Meyer-and-Allen1.pdf, diunduh pada tanggal 24 November 2014

http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/Very_skripsi_p40-p52.pdf , diunduh pada tanggal 15 Desember 2014

http://www.investopedia.com/terms/s/simple-random-sample.asp , diakses pada tanggal 15 Desember 2014

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=60106, diakses pada tanggal 16 Desember 2014

http://jurnal.widyamanggala.ac.id/index.php/wmkeb/article/view/58/50, diunduh pada tanggal 16 Desember 2014

http://www.rumusstatistik.com/2013/08/median-data-berkelompok.html, diakses pada tanggal 16 Desember 2014

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/3480, diakses pada tanggal 29 Juli 2015

Cahyani, Nur. 2010. PENGARUH PROFESIONALISME PEMERIKSA PAJAK, KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA

KARYAWAN. Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Vol. 17, No. 1.

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe3/article/viewFile/323/208, diunduh pada 29 Juli 2015

Referensi

Dokumen terkait

Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Upah Minimum Kabupaten Kota Di Provinsi Jawa Timur serta Dampaknya terhadap Pengangguran dan Kemiskinan Kabupaten Kota

Hasil dari analisa data dapat diketahui bahwa harga r = 0,792 dengan peluang ralat (p) = 0,000 maka disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara citra

Alat bantu forklift 10 ton untuk pemindah coil ini telah melewati berbagai proses, yaitu analisis secara teori (morfologi) maupun perhitungan, dengan berlandaskan

Dari hasil penelitian tersebut, penetapan kadar kuersetin dalam plasma secara in vitro dengan metoda spektrofotometer ultraviolet sudah memenuhui kriteria akurasi dan

Pemanfaatan Media Gambar Representasi Dalam Pembelajaran Menulis Puisi Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu..

BNN bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia.. Badan Narkotika Nasional Provinsi

Selain itu Persepsi peserta didik yang menganggap bahwa mahasiswa praktikan lebih santai dalam memberikan materi pelajaran, tidak seperti guru mata pelajaran yang asli,

pascates nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 45 dengan kategori kurang. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 65 dengan kategori cukup.