DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN LANSIA
Jurnal
untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi
Oleh: Joseph Maukar NPM: 832013001
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA PROGRAM PASCA SARJANA
DUKUNGAN-SOSIAL KELUARGA DAN SPIRITUALITAS TERHADAP KESEJAHTERAAN LANSIA
The Effect of Social Support and Spirituality to Elderly’ Well Being
ABSTRACT sparse. Additionally, most of available studies used Ryff’s psychological well-being (1989), PWB scale as the measuring instrument; the author uses CASP-12, Wiggins (2007) short form of CASP-19, Hyde (2003) that is specially for scaling Elderly’ Well-Being. Kang Sun-kyung (2011) used Social Support and Spirituality to determine the Elderly’ Well-Being, introducing simultaneous positive and significant effect on Elderly’ Well -Being. The author refers to the use of those two independent variables to execute a study on Elderly’ Well-Being in village Canden, Salatiga. The results show, Social Support and Spirituality simultaneously determine the level of Elderly’ Well-Being. However, Social Suport is not dominant, even just significant. Meanwhile, Spirituality is the significant variable to the Elderly Well-Being of the Canden Elderly. This finding explains that the Actitivy Theory, Havighurst (1963) really took important role of realizing the Successful Elderly of Canden Village; since most of the eldery still have their former activities, or replacement role. In which it was concluded that the more involved seniors were in social activities, the more satisfied they were. Furthermore, the social interaction introduced the broader area of activity giving space for expanding their self-efficacy aspect, and life-scheme aspect.
1. PENDAHULUAN
Seiring dengan meningkatnya derajat kesehatan dan kesejahteraan, UHH (usia harapan hidup) di Indonesia pun meningkat. Berdasarkan laporan World Health Organization (2013) dan data BPS (2013) pada tahun 2000 UHH adalah 67 tahun, angka ini meningkat pada tahun 2010 menjadi 69,9 tahun, tahun 2015 diperkirakan menjadi 70,7 tahun, dan pada tahun 2020 UHH menjadi 71,7 tahun. Data berdasarkan Katalog BPS 2101018, Edisi 2013 ini menunjukkan UHH yang semakin meningkat (expanded longevity).
Selain UHH yang meningkat, di laporan BPS ditemukan bahwa jumlah lansia (usia 60) di Indonesia diperkirakan akan menjadi sekitar 27 juta jiwa di tahun 2020. Jumlah ini akan meningkat seiring dengan membaiknya kualitas pelayanan kesehatan fisik. Peingkatan UHH serta peningkatan prosentasi jumlah lansia yang dahsyat ini membawa konsekuensi penanggulangan kesejahteraan-lansia oleh pemerintah.
revolusi mental, maka perlu dilakukan penelitian tentang Kesejahteraan Lansia. Sampai saat ini, penelitian Kesejahteraan Lansia masih sangat sedikit dilakukan di Indonesia.
Kesejahteraan dalam persepsi masyarakat umum sering disangkut-pautkan erat dengan tingkat kesehatan; dalam hal ini, Kesejahteraan Lansia dan kesehatan fisik lansia. Dalam penelitian ini, Kesejahteraan Lansia diambil sebagai output psikologis yang dipisahkan dari kesehatan-fisik lansia, sebagaimana dikemukakan oleh Prof Marian Barnes.
Barnes (2013) dalam laporan penelitiannya Older People Well-being and Participation menyatakan, bahwa antara kesehatan lansia dan
Kesejahteraan Lansia tidak selalu terkait langsung, atau kait-mengait. Bagi lansia yang kurang sehat fisik misalnya, kemudahan mendapatkan layanan kesehatan bagi dirinya atau bagi sesamanya sudah membawa dampak yang sangat positif bagi kesejahteraan yang dirasakannya. Pelayanan para-medis yang penuh perhatian juga berperan. Bahkan lansia yang dalam kondisi sakit pun bisa merasakan kesejahteraan, sebagaimana dicontohkan kasus wanita lansia 84 tahun yang sudah tidak lagi boleh berenang, karena pinggul dan lututnya dioperasi akibat arthritis. Ia masih bisa merasakan kesejahteraan, karena tersedianya kegiatan di kebun.
“Apakah penyediaannya sudah tepat sasaran?” Pertanyaan-pertanyaan itu dapat terjawab dengan mengevaluasi Kesejahteraan Lansia. Keberhasilan program Kesejahteraan Lansia bukan sekedar pada keberhasilan penyerapan anggaran, namun juga pada penilaian (assessment) hasil (output) yaitu pencapaian Kesejahteraan Lansia. Bidang studi penulis adalah sains-psikologi, oleh karenanya penulis berpendirian perlu untuk melakukan penelitian Kesejahteraan Lansia, dengan menggunakan alat-ukur khusus untuk lansia sebagai perangkat penilaian (assessment).
Selain itu, Manning (2012), genotologiwan dari Duke University dalam jurnal “Spirituality as Lived Experience: Exploring the Essence of Spirituality for Women in Late Life” (2012) menyatakan bahwa bagi
lansia spiritualitas merupakan aspek penting bagi meaning-making dan developmental process. Kedua pendapat ahli/peneliti tersebut menguatkan
bahwa Spiritualitas Lansia merupakan prediktor bagi Kesejahteraan Lansia (well-being). Penelitian sebelumnya oleh Ardelt et al. (2008) juga menemukan, bahwa spiritualitas merupakan sumber yang kuat bagi lansia untuk sanggup mengadaptasi perubahan kebutuhan di masa usia lanjut.
Penelitian-penelitian tentang kesejahteraan yang ada, kebanyakan mengaitkan kesejahteraan dengan kesehatan juga untuk Kesejahteraan Lansia. Padahal, mengingat populasi lansia sehat yang meningkat, sudah saatnya menggunakan variabel yang non-health proxies. Selain itu, kebanyakan penelitian-penelitian juga mengaitkan kesejahteraan lansia dengan “religiusitas/spiritualitas” (yang selalu diberi tanda “/“, tidak dibahas di sini). Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, penelitian ini mengambil peubah tak gayut Dukungan Sosial dan Spiritualitas.
Penelitian terdahulu yang menggunakan dua peubah tak gayut ialah
oleh Kang Sung-kyung (2011). Penelitiannya didukung oleh “Sogang
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti “Hubungan Dukungan Sosial dan Spiritualitas dengan Kesejahteraan Lansia di Dusun Canden, Salatiga. Rumusan permasalahan yang akan diuji dan ditemukan jawabannya adalah: “Adakah hubungan signifikan antara Dukungan Sosial dan Spiritualitas dengan Kesejahteraan Lansia di dusun Canden, Salatiga?”
Untuk mencari jawaban dan pembuktian, diajukan hipotesis yang mengatakan bahwa: “Ada hubungan yang signifikan antara Dukungan Sosial dan Spiritualitas dengan Kesejahteraan Lansia di dusun Canden, Salatiga”.
2. METODE PENELITIAN a. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 80 orang lansia dari 400 orang lansia usia di atas 60 tahun yang terdaftar di Posyandu RW03 Canden, Salatiga.
b. Alat Ukur Penelitian
Dukungan Sosial diukur dengan mempergunakan alat ukur MSPSS (Multidimensional Scale of Perceived Social Support) oleh Zimet et al. (1988), dengan 12 aitem kuesioner mencakup 3 aspek: keluarga (family), teman (friend) dan orang-spesial (significant other). Semakin tinggi skor total, semakin tinggi ketersediaannya; berlaku juga sebaliknya.
Spiritualitas Lansia yang subjektif, diukur secara psikometrik dengan alat ukur SIWB (Spiritual Index of Well-being) oleh Daaleman et al. (2004). Konsep spiritualitas SIWB terdiri dari 12 aitem, 6 buah untuk aspek self-efficacy dan 6 buah untuk aspek life-scheme. Semakin tinggi skor total, semakin tinggi spiritualitasnya; berlaku juga sebaliknya.
c. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Validitas dan reliabilitas masing-masing alat ukur berdasarkan cronbach alpha pada taraf signifikansi 5% adalah:
Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan distribusi skor skala itu sendiri yang akan menghasilkan koefisien korelasi item-total (rix). Yang batas koefisien-korelasi terhitung ditentukan oleh persyaratan:
Reliabilitas (reliability) dalam penelitian ini juga diuji dengan menggunakan Excel untuk menghitung Cronbach Alpha (
) dengan tujuan untuk dapat menjelaskan perolehan standardized-Alpha (
R). Cronbach Alpha dapat dihitung dengan Excel speadsheet dengan rumus:
Covariance Matrix. Sedangkan
R yang terbakukan (standardized) adalah yang berdasarkan Correlation Matrix, dihitung dengan rumus:1) (Tabel 1, halaman 8). Dengan perhitungan SPSS pun diperoleh hasil yang sama, sebagai berikut (Gambar 1).
Kategori reliabilitas (
Cronb.) yang dikutip dari Sugiyono (2005) dan akan menjadi pedoman penelitian ini sebagai berikut:Tabel 2 Pedoman Penilaian Reliabilitas
Alpha Kriteria
0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat Kuat
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Hipotesis
3.1.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk memperoleh persamaan regresi ganda harus dilakukan terlebih dahulu uji sidik ragam, luaran SPSS seperti tersaji pada Tabel 3 berikut ini:
persyaratan regresi berganda. Dengan persamaan regresi ganda yang koefisien-koefiseinnya dicari dengan SPSS sebagai berikut.
3.1.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
= 0,05, signifikansi Dukungan Sosial (DS) p = 0,245, p > , jadi secara parsial DS tidak berpengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia. Spiritulitas Lansia berpengaruh signifikan (p < ) terhadap Kesejahteraan Lansia. Persamaan regresi-ganda:
Y = 3,047 + 0,174 X1 + 0,603 X2
3.1.3 Uji Signifikansi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin (Laki-Laki)
Selanjutnya, hanya perlu mencari koefisien pembentuk persamaan regresi sederhana, bagi variabel yang signifikansi p < , hanya ada regresi-sederhana (Tabel 4.17) :
Y = 9,665 + 0,576 X2
yang koefisiennya diperoleh dari SPSS (Tabel 4.17) berikut ini.
3.1.4 Regresi Lansia Perempuan
= 0,05, signifikansi Dukungan Sosial (DS) p = 0,427, p > , jadi secara parsial DS tidak berpengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia. Untuk kaum lansia-perempuan saja Spiritulitas Lansia berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan Lansia. dengan signifikasi p = 0,012 (p < )
Persamaan regresi-ganda:
Y = 5,642 + 0,140 X1 + 0,580 X2
3.1.5 Perbedaan Kesejahteraan Laki-Laki dan Perempuan
dan perempuan, yang terlihat dari nilai signifikansi Uji Levene untuk Ragam Sama (Levene's Test for Equality of Variances) sebesar 0,028 yang artinya data Kesejahteraan Lansia memiliki varians yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Namun sebenarnya, bedanya hanya 1%, ditinjau dari selisih mean perolehan tingkat Kesejahteraan Lansia (KL), dijelaskan secara illustratif (Gambar 2).
3.1.6 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana signifikansi pengaruh Dukungan Sosial (DS) dan Spiritual Lansia (SL) secara simultan terhadap Kesejahteraan Lansia (KL). Berdasarkan hasil olah data diperoleh koefiesien determinasi sebagai beriku (Tabel 9) :
3.1.7 Sumbangan Efektif
Untuk mengetahui sumbangan efektif (SE) dari tiap peubah tak gayut terhadap peubah gayut digunakan rumus sebagai berikut:
SE X1 = βstd. koefisien korelasi X1Y 100% SE X2 = βstd. koefisien korelasi X2Y 100% βstd. adalah β yang terbakukan.
Illustrasi perhitungan SE dipaparkan dalam Gambar 3. Gamabar ini memaparkan besarnya sumbangan efektif yang diberikan oleh masing-masing peubah tak gayut terhadap peubah gayut, dimana dukungan sosial (DS) memberikan pengaruh dengan signifikansi 2,725% (βstd.= 0,125, koefisien korelasi 0,218) dan spiritualitas lansia (SE) memberikan pengaruh dengan signifikansi 14.95% (βstd.= 0,371, koefisien korelasi 0,403).
3.2 Pembahasan
3.2.1 Telaah berdasarkan temuan statistik
Berdasarkan hasil pengukuran analisis data di atas, diketahui bahwa Dukungan Sosial (DS) dan Spiritual Lansia (SL) secara simultan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Lansia (KL). Besarnya pengaruh DS dan SL terhadap KL tecermin dalam hasil penelitian dengan uji signifikansi simultan F (halaman 70) dengan nilai Fhitung sebesar 8,263 pada taraf signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05). Model pengaruh simultan dapat dilihat dari tabel koefisein regresi (halaman 70), yang menggambarkan pengaruh yang signifikan antara Dukungan Sosial (DS) dan Spiritualitas Lansia (SL) terhadap Kesejahteraan Lansia (KL). Dengan Persamaan regresi-ganda:
Y = 3,047 + 0,174 X1 + 0,603 X2
Model hipotesis (Gambar-4) melukiskan tingkat perolehan KL yang dipengaruhi secara simultan oleh peubah DS dan SL. Gambar ini akan lebih komprehensif, kalau bisa dilukiskan pengaruh peubah DS dan SL dalam tiga dimensi, seperti yang dilukiskan dalam Gambar 5 berikut.
Pengaruh simultan oleh dua peubah tak gayut terhadap Kesejahteraan Lasia (Y) menghasilkan bidang-datar-regresi, yang menampung sebagian besar nominal-nominal dari ̂, dengan residu-residu di luar bidang yang masih dalam batas dapat diterima (acceptable), atau dalam batas simpangan (deviation).
Persamaan regresi ini menjelaskan bahwa pengaruh DS tidak besar, ditunjukkan dengan 1= 0,174, sudut kelandaian sekitar 9,8o, sedangkan SL bersudut dengan kecuraman sekitar 31o, yang ditunjukkan oleh 2= 0,603. Artinya, pertambahan Dukungan Sosial tidak meningkatkan tingkat Kesejahteraan Lansia, justru Kesejahteraan Lansia didukung oleh tingkat Spiritual Lansia yang bersangkutan.
lansia yang tetap aktif dan bersosialisasi, merupakan lansia yang berhasil (successful elderly). Kenyataan yang ada di Dusun Canden RW 03, kebanyakan lansia masih aktif dengan kegiatan di ladang, di sawah, dan banyak lansia yang masih berjualan di pasar.
Perihal peubah Spiritualitas yang berperan positif tinggi pada Kesejahteraan Lansia Dusun Canden, hal ini sesuai dengan teori Frankl (1984) dengan konsep search for meaning (pencarian makna). Dalam kenyataannya dusun ini adalah dusun yang masih sangat tradisional dengan budaya Jawa yang masih melekat pekat, terutama pada orang-orang dewasa sampai lansia. Budaya itulah yang membentuk prilaku spiritual yang kuat, dan faktor internal inilah yang berperan besar terhadap pencapaian tingkat kesejahteraan tinggi.
Penelitian ini menemukan, bahwa DS dari 31 jiwa lansia-pria (38,75%) tidak berkontribusi kepada tingkat KLpria. DS dan SL dari 49 jiwa lansia-perempuan (61,25%) berkontribusi kepada KLpremp. sebesar:
159 tingkat kesejahteraannya (KLpremp.) didukung oleh DS dan SL.
Sedangkan untuk keseluruhan 17,7%, atau sekitar 14 dari 80 jiwa lansia, DS dan SL berpengaruh secara simultan pada kesejahteraan lansia (KL). Gambar 6 menjelaskan bahwa varians KL sebanyak 17,7% tertampung di bidang datar regresi Y = 3,047 + 0,174 X1 + 0,603 X2 (bidang biru), selebihnya 82,3% bertebaran di kedua ruang antara biru dan jingga, biru dan hijau, yang merupakan toleransi regresi.
sedangkan 82,3% selebihnya bertebaran di ruang sela toleransi antar 3 bidang (Gambar 6).
Untuk lebih memahami rambu-rambu batas toleransi, maka regresi sederhana (Gambar 7) berikut ini dapat menjelaskan secara illustratif.
3.2.2 Rangkuman Pembahasan
1) Dukungan Sosial (DS) dan Spiritualitas Lansia (SL) secara simultan berpengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia (KL), walaupun untuk Dusun Canden hanya 17,7% dari total varians KL, 82,3% dari total varians KL dipengaruhi oleh peubah di luar DS dan SL.
2) Lemahnya pengaruh DS dalam penelitian ini seolah-olah menunjukkan tidak dibutuhkan dukungan sosial dalam pencapaian KL. Kenyataan ini menunjukkan kesesuaian dengan Teori Aktivitas (activity theory), Havighurst (1963). Sebagian besar lansia Dusun Canden masih beraktivitas asal, atau beraktivitas pengganti, sehingga dengan demikian individu-individu lansia di dusun ini merupakan lansia berkesejahteraan tinggi (successful elderly).
3) Lansia dusun Canden yang masih beraktivitas berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan individu-individu lansia. Dukungan Sosial diperoleh akibat aktivitas itu, yang mana para lansia masih selalu saling berhubungan, berhubungan dengan masyarakat dengan aneka tingkat usia. Hal ini mengakibatkan proses timbal balik Dukungan Sosial, sesuai dengan hasil penelitian Kang Sun-kyung (2011).
4.1 Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa Dukungan Sosial (DS) dan Spiritualitas Lansia (SL) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap Kesejahteraan Lansia (KL) bagi lansia di Dusun Canden RW 03.
Selain itu, berdasarkan hasil analisis kontribusi Dukungan Sosial tidak berdampak besar pada lansia Canden, peran Spiritualitas atas Kesejahteraan Lansia lebih besar. Hasil ini mengindikasikan kuatnya kemandirian lansia Canden, sehingga tingkat Spiritualitas Lansia yang tinggi lebih berpengaruh terhadap tingkat Kesejahteraan Lansia Canden.
4.2 Saran-saran
4.2.1 Saran kepada Para Lansia
1) Setiap lansia perlu mengambil peran aktif dalam komunitas lansia, agar dapat saling memberi Dukungan Sosial antar individu dengan cara menguatkan perkembangan Spiritualitas agar individu-individu dapat lebih sejahtera. Hal ini dapat dilakukan melalui pertemuan-pertemuan dalam kegiatan olah raga ringan (senam), jalan santai, ikut diskusi dalam kegiatan keagamaan, dan sebagainya.
3) Sangat disarankan bagi lansia untuk tetap beraktivitas sesuai dengan kemampuan yang ada, karena aktivitas (maupun aktivitas pengganti) akan berproses timbal-balik menjadi dukungan sosial. Pada akhirnya, dukungan sosial yang terjadi akan meningkatkan Spiritualitas lansia yang bersangkutan, yaitu peningkatan effikasi-diri serta meningkatkan makna-hidup.
4.2.2 Saran bagi peneliti selanjutnya
Bagi penelitian yang akan datang, masih bisa saja diteliti kedua prediktor tersebut untuk daerah yang berbeda dengan karakter demografi yang berbeda. Bahkan ada kemungkina meneliti dengan menggunakan prediktor yang lain, misalnya: finansial-keluarga, pemukiman-lansia, pelayanan-medis, akses bagi lansia, dan ketersediaan aktivitas pengganti.
Dengan diawalinya penggunaan alat ukur kesejahteraan khusus untuk lansia yaitu CASP-12, penulis berharap akan muncul banyak penelitian- penelitian terhadap lansia
DAFTAR PUSTAKA
BPS (2013), Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Katalog - 2101018, ISBN: 978-979-064-606-3.
Carol D. Ryff (2002), Optimizing Well-Being: The Empirical Encounter of Two Traditions, Journal of Personality and Social Psychology
2002, Vol. 82, No. 6, 1007–1022.
Carol D. Ryff (2008), Know Thyself andbbecome what you are: A Eudaimonic Approach to Psychological Well-Being.
Christine Z. Howe (1987), Selected Social Gerontology Theories and Older Adult Leisure Involvement: A Review of the Literature,
Journal of Applied Gerontology 1987; 6; 448.
Daniel O. Clark (1996), Age, Socioeconomic Status, and Exercise Self-Efficacy, The Gerontologist Vol. 36, No. 2, 157-164
David B. Blane (2004), Quality of life in the third age: key predictors of the CASP-19 measure, Ageing & Society 24, 2004, 693–708. DOI: 10.1017/S0144686X04002284
Eduardo Wills (2007), Spirituality and Subjective Well-Being: Evidences for a New Domain in the Personal Well-Being Index, J Happiness Stud (2009) 10:49–69, DOI 10.1007/s10902-007-9061-6
Elizabeth M. Rash (2007), Social Support in Elderly Nursing Home Populations: Manifestations and Influences, The Qualitative
Harriet Mowat & Maureen O’Neill (2013), Spirituality and Ageing: Implications for the Care and Support of Older People, Institute
for the Research and Innovation in Social Services IRISS.
Heather Pomeroy & Arthur J. Clark (2015), Self-Efficacy and Early Recollections in the Context of Adlerian and Wellness Theory,
The Journal of Individual Psychology, Vo I. 71, No. 1, Spring 2015
James S. House (1987), Notes and Insights - Social Support and Social Structure, Sociological Forum Volume 2 Number 1
Janis Dugle (2009), Tolerance Intervals Time to Revisit, R&D Statistical Services Abbott Nutrition Columbus OH
Julius Sim (2011), The CASP-19 as a measure of quality of life in old age: evaluation of its use in a retirement community, Qual Life Res
(2011) 20:997–1004, DOI 10.1007/s11136-010-9835-x
Kang Sun-kyung (2011), Effects of Social Activities and Religion /Spirituality on Well‐Being in Life among the Korean Elderly,
Research - supported by Sogang University, Grant (No. 20091106).
Lydia K.Manning (2012), Spirituality as a lived experience: Exploring the Essence of Spirituality for Women in Late Life. International
Journal. Aging and Human Development, Vol. 75(2) 95-113, 2012.
M. HYDE (2003), A measure of quality of life in early old age: the theory, development and properties of a needs satisfaction model
(CASP-19), Aging & Mental Health 2003; 7(3): 186–194
Martin Beres (2011), Role Theory in the Social Work - in the context of Gender Stereotypes.
Phyilis Moen (2000), Social Role Identities Among Older Adults in a Continuing Care Retirement Community, Research on Aging,
Vol. 22 No. 5, September 2000 559-579
Pomeroy & Clark (2015), The Journal of Individual Psychology
R. D. Wiggins (2007), The Evaluation of a Self-enumerated Scale of Quality of Life (CASP-19) in the Context of Research on Ageing:
A Combination of Exploratory and Confirmatory Approaches, Soc Indic Res (2008) 89:61–77 DOI 10.1007/s11205-007-9220-5 Sugiyono. (2005). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Timothy P. Daaleman (2004), The Spirituality Index of Well-Being: A New Instrument for Health-Related Quality-of-Life Research, Annals
of Family Medicine VOL. 2, NO. 5 October 2004
Viktor Frankl (1963), The Human Quest for Meaning, edited by Paul T.P. Wong (2011) 2nd ed. ISBN 978-0-415-87677-3