S
EMINARN
ASIONALF
ISIKA DANP
EMBELAJARANNYA2015
ISBN978-602-7273-1-9 F-M-5
Ketergantungan Mangneto-Impedansi
Multilayer
[Nife/Cu] dengan
Jumlah Perulangan Lapisan Magnetik dan Ketebalan
Spacer
Cu
B.ANGGITWICAKSONO*),ISMAIL,AHMADASRORINAHRUN,NURYANI,BUDI
PURNAMA**)
Program Studi Ilmu Fisika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta
E-MAIL :*WICAKGITYA@GMAIL.COM,**BPURNAMA@MIPA.UNS.AC.ID *)PENULIS KORESPONDEN
TEL:+62-271-669017;FAX:+62-271-669017
ABSTRAK: Magneto-impedansi; yaitu perubahan nilai impedansi akibat medan pengimbas luar terpasang Z (H) pada multilayer [Ni80Fe20/Cu]N hasil elektro-deposisi secara eksperimental
bergantung dengan strukturnya. Variabel tersebut diantaranya variabel ketebalan lapisan konduktif (spacer) Cu dan jumlah perulangan N pada sistem konfigurasi multilayer [Ni80Fe20/Cu]N. Hasil pengukuran karakterisasi magneto-impedansi secara umum menunjukkan
bahwa nilai impedansi menurun dengan kenaikan medan pengimbas luar H dan impedansi mencapai nilai jenuh pada medan H tertentu. Tipikal pengukuran magneto-impedansi pada multilayer [Ni80Fe20 (800nm)/Cu (300nm)]N di frekuensi 100 kHz diperoleh nilai impedansi Z
maksimum yaitu 22,8×10-2 Ω saat H= 0, kemudian berangsur-angsur menurun dengan kenaikan
medan magnet. Ketika medan magnet mencapai 20 mT, nilai Z mendekati nilai konstan pada 12,1×10-2 Ω. Tipikal rasio Magneto-impedansi (∆Z/Z (%) = {[Z(H) –Z(Hmax)]/Z(Hmax)}×100%) dalam
penelitian ini dimodifikasi dengan jumlah perulangan N dan ketebalan spacer Cu. Akhirnya nilai rasio MI terbesar diperoleh 118.25 % untuk konfigurasi [Ni80Fe20 (800nm)/Cu (200nm)]3 dihitung
pada frekuensi 100 kHz.
Kata Kunci:Magneto-impedansi, Ni80Fe20,spacer Cu, dan jumlah perulangan lapisan.
PENDAHULUAN
Efek Magnetoimpedansi (MI)
terkait dengan perubahan magnetisasi/
impedansi konduktor magnet yang
dipengaruhi oleh medan magnet luar (Ripka, 2001).
Secara umum, Fenomena MI ini dapat diekspre-sikan melalui persamaan,
100%) max (
) max ( ) (
%
H Z
H Z H Z
Z Z
(1)
dengan Z(H) merupakan impedansi
(│Z2│=R2+X2) yang terukur ketika diberikan
medan magnet luar H, sedangkan
) max (H
Z merupakan impedansi yang
ter-ukur ketika nilai medan magnet yang diberikan maksimum (Knobel, 2003).
Fenomena ini dapat diaplikasikan pada beragam sensor magnetik. Hal ini dikarenakan MI memiliki sensitifitas tinggi yaitu hingga orde pico Tesla
(Uchiyama, 2012). Mengingat
sensitifitasnya yang tinggi, saat ini MI
banyak dikembangkan dalam pembuatan
sensor biomedikal (Nakayama et al., 2011;
Panina 2011; Devkota et al., 2013; dan
Wang Tao et al., 2014 ).
Sensitifitas
sensor
ini
sangat
ditentukan oleh material magnetik yang
dipakai. Ragam material soft magnetik yang
digunakan diantaranya
amorphous ribbon
Co
(Kuzminski,
2008),
amorphous
wires
CoFeSiB (Raposo, 2003), CoP (Mai Thanh
Tung, 2014), CoFeTaBCr (Betancourt,
2007),
permalloy
thin
films
Ni
80Fe
20(Zhiyong zhong, 2008; Lei Chen
dkk
, 2010)
dan sebagainya.
Banyak upaya telah dilakukan untuk
menyelidiki hubungan MI terhadap beberapa
variasi fisisnya dengan tujuan mencari
kontribusi untuk rasio MI bernilai besar.
Salah satunya, pada penelitian sebelumnya
telah
di
klarifikasi
dengan
beberapa
modifikasi, yaitu variasi frekuensi
ac
ISBN978-602-7273-1-9 F-M-6
bahwa rasio MI semakin meningkat seiring
dengan kenaikan frekuensi dan perulangan
lapisan.
Penelitian
ini
mengkaji
ketergantungan rasio MI pada frekuensi
ac
rendah akibat impedansi magnetik terhadap
modifikasi jumlah perulangan
N
multilayer
[Ni
80Fe
20/ Cu]
N, serta variasi ketebalan
lapisan
konduktif
(
spacer
)
Cu
pada
[Ni
80Fe
20/ Cu]
N.
METODE PENELITIAN
Lapisan tipis multilayer
[NiFe80Fe20/ Cu]N dihasilkan
menggunakan metode elektro-deposisi
dengan memakai elektroda kawat Pt (Platina). Substrat yang digu-nakan berupa kawat Cu berdiameter 0,46 mm.
Substrat ini sebelumnya dicuci
menggunakan ultrasonic cleaner
mengikuti prosedur standar clean room. Bahan - bahan yang digunakan untuk membuat larutan elektrolit dalam elektro-deposisi dapat dilihat pada Tabel 1. Larutan elektrolit tersebut diupayakan hingga mencapai keadaan asam dengan
rentang pH antara 2,5 - 3 diberikan H2SO4
1 M beberapa tetes di setiap larutan elektrolit.
Proses penumbuhan atau pelapisan NiFe pada substrat menggunakan rapat
arus 15,5 mA/cm2 dengan laju deposisi 2
nm/s, dan pelapisan Cu menggunakan
rapat arus 8 mA/cm2 dengan laju deposisi
6 nm/s, seperti yang diilustrasikan oleh Gambar 1.
Tabel 1. Elektrolit yang dipakai untuk membuat sampel multilayer [Ni80Fe20/Cu]N.
Elektrolit Bahan Jumlah
Pembentuk NiFe
NiSO4.6H2O 0,099 M
FeSO4.7H2O 0,012 M
H3BO4 0,149 M
C6H8O3 0,002 M
Pembentuk Cu CuSO4.5H2O 0,065 M
C6H12O6 0,002 M
Pada eksperimen ini, proses
elektro-deposisi dilakukan berulang-ulang
untuk menghasilkan multilayer [Ni80Fe20
/Cu]N seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2. Sampel yang dibuat ini adalah lapisan dengan variasi ketebalan lapisan
konduktif (spacer) Cu pada sistem
multilayer [Ni80Fe20 (800 nm)/Cu (y nm)]N
dengan y = 200 nm, 250 nm, 300 nm, 350
nm, dan 400 nm. Sedangkan untuk variasi
jumlah perulangan N pada sistem
multilayer [Ni80Fe20 (800nm)/ Cu
(300nm)]N dengan N berturut-turut 1, 3,
dan 5.
Proses selanjutnya adalah
karakteri-sasi magneto-impedansi (MI) dengan skematik pengukuran magneto-impedansi ditunjukan pada Gambar 3.
Pengambilan data MI dilakukan
dengan mengukur nilai resistansi (R) dan
reaktansi (X) dari sampel untuk setiap
perubahan H eksternal. Nilai impedansi
terukur tersebut adalah impedansi total
2 2
X
R
z
, dengan resistansi sebagaisumbangan dari komponen riil dan
reaktansi sebagai sumbangan dari
komponen imajiner.
Gambar 1. Skema proses elektro-deposisi (a) NiFe dan (b) Cu
Gambar 2. Ilustrasi multilayer
[Ni80Fe20/Cu]N hasil elektro-deposisi pada
substrat kawat Cu
(a) (b)
+
-Elektrolit pembentuk
Ni80Fe20
Substrat Platina
A
V = 3,5 volt
J = 15,5 mA/cm2
4 cm
+
-Elektrolit pembentuk
Cu
Substrat Platina
A
V = 3,0 volt
J = 8 mA/cm2
S
EMINARN
ASIONALF
ISIKA DANP
EMBELAJARANNYA2015
ISBN978-602-7273-1-9 F-M-7
-40 -20 0 20 40
0.007 0.008 0.009 0.01
0.011 N=1 lapisN=3 lapis
N=5 lapis
Z
(
Ω
)
H (mT)
(a)
frekuensi 20 kHz
Ω
40
Ω
-40 -20 0 20 40
0.1 0.12 0.14 0.16 0.18 0.2
0.22 N=1 lapisN=3 lapis
N=5 lapis
H (mT)
Z
(
Ω
)
(b)
frekuensi 100 kHz
Ω Ω
1 2 3 4 5
20 40 60 80 100
Δ
Z
/
Z
(
Hm
ax
)
(
%
)
f=20 kHz f=100 kHz
Jumlah Lapisan (N)
(c)
Gambar 4. (a), (b) Tipikal kurva impedansi sebagai fungsi medan magnet untuk variasi N, dan (c) Hubungan nisbah MI dengan N untuk substrat kawat Cu [Ni80Fe20 (800nm)/Cu
(300nm)]N
Teslameter
Power Supply Solenoid
LCR meter
i ac H dc
H ac
i dc
Magnetic wire
Gambar 3. Skema pengukuran magneto-impedansi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jumlah Pelapisan N dari
Multilayer [Ni80Fe20 (800nm) / Cu
(300nm)]N
Gambar 4 (a) dan (b) menunjukkan
grafik impedansi Z sebagai fungsi medan
magnet pada frekuensi f = 20 kHz dan
100 kHz. Kedua grafik tersebut memiliki tipikal kurva yang sama serta teramati karakterisasi perubahan kurva impedansi
ketika diberikan medan magnet luar H.
Selain itu gambar tersebut menunjukkan
bahwa variasi N dari multilayer [Ni80Fe20
(800 nm)/Cu (300 nm)]N memiliki tipikal
grafik yang sama, namun dengan nilai
puncak Z yang berbeda.
Tipikal kasus N = 5, saat H = 0 mula-mula impedansi terukur sebesar Z =
22,8× 10-2 Ω. Nilai Z ini
berangsunr-angsur turun dengan kenaikan medan
eksternal H hingga mencapai hampir
jenuh pada nilai Z = 12,8× 10-2 Ω setelah
H 20 mT. Tipikal kurva semacam ini
teramati juga untuk jumlah N dan frekuensi lainnya.
Dari data nilai impedansi yang diperoleh, kita dapat menentukan rasio Magneto-impedansi dengan menggunakan persamaan (1). Hubungan nilai rasio MI
dengan Nmultilayer [Ni80Fe20 (800 nm)/Cu
(300 nm)]N dapat diamati pada Gambar 4
(c). Pada Grafik tersebut, nilai rasio MI
semakin meningkat seiring dengan
kenaikan jumlah lapisan N di frekuensi 20
dan 100 kHz.
Kenaikan jumlah perulangan
lapisan tipis akan meningkatkan
komponen riil dan imajiner impedansi sampel. Ketika jumlah perulangan lapisan N dimodifikasi, nilai reaktansi yaitu bagian imajiner impedansi total
sampel mengalami perubahan lebih
drastik dibandingkan komponen riil.
Akibatnya, nilai terukur nisbah MI untuk
sampel dengan N = 5 terbesar
dibandingkan sampel lainnya.
Hasil ini telah sesuai dengan yang
dilakukan oleh Devkota et al., (2013); dan
Amiruddin et al., (2014), dimana dalam
penelitiannya, konduktor magnetik
S
EMINARN
ASIONALF
ISIKA DANP
EMBELAJARANNYA2015
ISBN978-602-7273-1-9 F-M-8
-40 -20 0 20 40
0.006 0.0075 0.009 0.0105 0.012 0.0135
H (mT)
Z
(
Ω
)
y = 200 nm y = 250 nm y = 300 nm y = 350 nm y = 400 nm
(a)
frekuensi 20 kHz
Ω
Δ
40
Ω
)
-40 -20 0 20 40
0.12 0.15 0.18 0.21 0.24 0.27
H (mT)
Z
(
Ω
)
y = 200 nm y = 250 nm y = 300 nm y = 350 nm y = 400 nm
(b)
frekuensi 100 kHz
Δ
200 250 300 350 400 20
40 60 80 100 120
Tebal Lapisan Cu ( y) (nm)
Δ
Z
/
Z
(
Hm
ax
)
(O
h
m
)
(c)
f = 20 kHz f = 100 kHz
Gambar 5. (a), (b) Tipikal kurva impedansi sebagai fungsi medan magnet untuk variasi N, dan (c) Hubungan nisbah MI dengan N untuk substrat kawat Cu [Ni80Fe20 (800nm)/Cu
(300nm)]N
Pengaruh Ketebalan
Spacer
Cu Terhadap
MI pada
Multilayer
[Ni
80Fe
20(800
nm)/Cu
(
y
nm)]
3Gambar 5 (a) dan (b) menunjukkan kurva karakteristik magneto-impedansi
lapisan multilayer [Ni80Fe20(800nm)/Cu( y
nm)]3 terhadap aplikasi medan magnet H
dengan variasi tebal lapisan Cu berturut-turut 200 nm, 250 nm, 300 nm, 350 nm, dan 400 nm pada frekuensi 20 kHz maupun 100 kHz.
Hal serupa terjadi di Gambar 5 (a), (b) yang menunjukkan tipikal kurva serupa dengan frekuensi 20 kHz dan 100 kHz pada gambar 4 (a), (b).
Gambar 5 (c) resume rasio MI dari menggunakan persamaan (1) dengan impedansi diperoleh dari kurva a dan b.
Hasil memperlihatkan/ menunjukkan
bahwa kenaikan tebal lapisan Cu pada [Ni80Fe20(800 nm)/Cu(y nm)]3 maka rasio MI yang dihasilkan cenderung semakin
kecil secara linear. Namun ketika
ketebalan spacer Cu diperbesar lagi, yaitu
y = 400, nilai impedansi dan nilai rasio MI
justru meningkat.
Penjelasan mengenai efek ini dapat dijelaskan dengan teori MI yang terjadi
pada sistem multilayer yang terealisasi
pada konduktor kawat silinder. Efek MI pada sistem ini terjadi karena adanya
perbedaan resistansi antara lapisan
magnetik dan non-magnetik. Ketika nilai
ketebalan dari lapisan magnetik
meningkat maka resistansi dari lapisan magnetik akan mengalami penurunan.
Ketika ketebalan lapisan magnetik ini terus diperbesar maka resistansi dari lapisan magnetik ini akan mendekati nilai resistansi dari lapisan non-magnetik. Namun, terjadi anomali saat di ketebalan
spacer Cu y = 400 nm. Impedansi atau rasio MI di saat ketebalan tersebut justru menigkat.
KESIMPULAN
Multilayer [Ni80Fe20/Cu]N hasil elektro-deposisi substrat kawat Cu telah
dimodifikasi pada variasi jumlah
perulangan lapisan (N = 1, 3, dan 5) dan
ketebalan spacer Cu (y = 200 nm, 250 nm,
300 nm, 350 nm, dan 400nm). Hasil karakterisasi fenomena impedansi variasi
jumlah perulangan diperoleh bahwa
kenaikan jumlah perulangan lapisan N
pada konfigurasi multilayer maka
semakin besar impedansi serta semakin besar juga rasio MI yang dihasilkan.
Sedangkan pada variasi ketebalan
spacer Cu, hasil menunjukkan bahwa
kenaikan tebal lapisan spacer Cu akan
menghasilkan impedansi dan rasio MI yang semakin kecil. Namun, saat di
ketebalan tertentu ( y = 400 nm), nilai
impedansi dan rasio MI justru menjadi naik.
DAFTAR RUJUKAN
Amiruddin, M., Utari, and Budi, P. 2014.
S
EMINARN
ASIONALF
ISIKA DANP
EMBELAJARANNYA2015
ISBN978-602-7273-1-9 F-M-9
Atalay, F.E., and Atalay, S. 2005. Giant
magnetoimpedance effect in NiFe/Cu plated wire with various plating thicknesses. Journal Alloys & Compound, Vol. 392, pp. 322-328.
Betancourt, I., Vazquez, F., 2007.
Magnetic Properties and Low
Frequency Magnetoimpedance of Novel
Amorphous CoFeTaBCr Ribbons.
Journal of Non-Crystalline Solids, Vol. 353, pp. 893-895.
Chen, L., Zhou, Y., Lei, C., Zhou, Z.M.,
Ding, W., 2010. Giant
Magnetoimpedance Effect in Sputtered Single Layered NiFe Film and Meander NiFe/Cu/NiFe Film. Journal of Magnetism and Magnetic Materials, Vol. 322, pp. 2834-2839.
Devkota, J., Wang, C., Ruiz, A.,
Mohapatra, S., Mukherjee, P., Srikanth,
H., and Phan, M.H. 2013. Detection of
low-concentration superparamagnetic nanoparticles using an integrated radio frequency magnetic bio sensor. Journal of Applied Physics, Vol. 49, No.7, pp. 4060-4063.
Knobel, M., Vazquez, M., and Kraus, L., 2003. Giant magnetoimpedance. In:
Buschow KH, editor. Handbook of
magnetic materials. Elsevier Science B.V., Vol. 15, pp.1-69.
Nakayama, S., Atsuta, S., Shinmi, T., and
Uchiyama, T., 2011. Pulse-driven
Magnetoimpedance Sensor Detection of Biomagnetic Fields in Musculatures with Spontaneous Electric Activity,
Biosensors and Bioelectronics, Vol. 27, pp. 34 – 39.
Panina, L. V., 2011. Electromagnetic
sensor technology for boimedical applications, Recent Aplication in Biometrics. Plymouth: InTech.
Raposo, V., Flores, A.G., Zazo, M., Iniguez,
J.I., 2003. Magnetic After Effect of Giant
Magnetoimpedance in Amorphous Wires. Journal of Magnetism and Magnetic Materials, Vol. 254, pp. 204-206.
Ripka, P., 2001. Magnetic sensors and
magnetometers. London: Artech House Publishers.
Tung, M.T., Hang, L.T., Tuan, L.A., Nghi,
N.H., 2014. Influence of
Electrodeposition Parameters on The Magnetic and Magneto-impedance Properties of CoP/Cu Wires. Physica, Vol 442, pp. 16-20.
Uchiyama, T., Mohri, K., Honkura, Y., and
Panina, L.V., 2012. Advances of
Pico-Tesla Resolution Magneto-Impedance Sensor Based on Amorphous Wires CMOS IC MI Sensor. IEEE Transactions on Magnetics, Vol. 48, No.
11, pp. 3833 – 3839.
Wang, T.E., Yang, Z.E., Lei, C., Lei, J.I,
and Zhou, Y., 2014. An Integrated Giant
Magnetoimpedance Biosensor for Detection of Biomarker. Biosensors and