• Tidak ada hasil yang ditemukan

this file 4302 8259 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " this file 4302 8259 1 SM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

.

192

UTILIZATION OF NATURAL MEDIA ABOUT LEARNING TO IMPROVE THE QUALITY OF EDUCATION IPS (SOCIAL SCIENCE)

by: Momoh Ha lima h a nd Ade Roha ya ti (UPI Ka mpus Ta sikma la ya ) momohh52@ya hoo.com

ABSTRACT

On the basis of observations of teaching and learning activities, students lack the motivation to learn particular subjects IPS Education is known of the acquisition value UPI Kampus Tasikmalaya students who score an average of only B, with the level of activity of students in the learning process on those subjects only 10- 13 out of 40 students, or only about 30% of students are active. This study was conducted to determine how the Learning Cooperative learning model can improve motivation to learn in the course. The method used a class act. The object of research is the regular students the second student of 2015/2016, which numbered 40 people. The data source of this research is the result of field observations and the results of student activity observation faculty and students in the learning model Cooperative Learning. The study is divided into three cycles, the first two cycles are environmental observation activity around the object of research. While the last cycle for the consolidation of the research results achieved in the previous two cycles. Each cycle has a stage of implementation of activities consisting of planning, implementation, observation and reflection. The results showed that the application of the model increased the motivation of student learning in social studies learning in particular subjects Education IPS with satisfactory results. It is seen from the increased levels of student activity. This liveliness indicates the motivation level of students in lectures.

.

Key words: Learning Cooperative learning models, learning motivation

PEMANFAATAN MEDIA ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENDIDIKAN IPS

Abstrak

Atas dasar pengamatan kegiatan proses belajar mengajar, mahasiswa kurang memiliki motivasi belajar khususnya mata kuliah Pendidikan IPS yang diketahui dari perolehan nilai mahasiswa UPI Kampus Tasikmalaya yang mempunyai nilai rata-rata hanya B, dengan tingkat keaktifan mahasiswa dalam proses belajar mengajar pada matakuliah tersebut hanya 10-13 orang dari 40 siswa, atau hanya berkisar 30 % saja siswa yang aktif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana model pembelajaran Cooperative Learning mampu meningkatkan motivasi belajar dalam mata kuliah tersebut. Metode yang digunakan tindakan kelas. Objek penelitian adalah mahasiswa reguler semester genap 2015/2016, yang berjumlah 40 orang. Sumber data penelitian ini adalah hasil observasi lapangan mahasiswa dan hasil observasi aktivitas dosen dan mahasiswa dalam model pembelajaran Cooperative Learning. Penelitian terbagi menjadi tiga siklus, dua siklus pertama terdapat kegiatan observasi lingkungan sekitar oleh objek penelitian. Sedangkan siklus terakhir untuk pemantapan terhadap hasil penelitian yang dicapai dalam dua siklus sebelumnya. Masing-masing siklus mempunyai tahapan pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model berhasil meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam pembelajaran IPS khususnya matakuliah Pendidikan IPS dengan hasil yang memuaskan. Ini dilihat dari tingkat keaktifan siswa yang meningkat. Keaktifan ini menunjukkan tingkat motivasi mahasiswa dalam perkuliahan.

Kata kunci: model pembelajaran Cooperative Learning, motivasi belajar A. Pendahuluan

Dari hasil identifikasi kegiatan belajar mengajar dan nilai matakuliah Pendidikan IPS memperlihatkan bahwa siswa kurang mampu mengembangkan

kemampuan berfikir. Mata kuliah Pendidikan IPS selalu menuntut mahasiswa untuk memahami dan

menghafal sehingga menimbulkan

(2)

193

Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)

itu pula kegiatan belajar mengajar pendidikan IPS kurang menyentuh lingkungan sosial. Menurut Jerome Bruner dalam Ayi Olim (2006), tujuan

pendidikan harus merupakan

pengembangan pemikiran dan

kurikulum hendaknya diarahkan pada

pengembangan kemampuan untuk

memecahkan permasalahan melalui

kerja sama sesama mahasiswa.

Masalah dapat ditelusuri menurut Koester dan Hadisaputro dalam Abdul Madjid (2006) dengan cara:

Memperkirakan sebab-sebab

terjadinya masalah tersebut.

Sistem pembelajaran Pendidikan IPS perlu melakukan perbaikan untuk

meningkatkan mutu pendidikan,

dengan penelitian tindakan kelas (PTK) diharapkan mampu meningkat-kan mutu belajar dari mahasiswa dengan cara mendorong keinginan belajar. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan pembelajaran di kelas secara profesional (Suryanto, 1997). Menurut Rochiati Wiraatmadja

(2006) pengertian PTK adalah

bagaimana sekelompok dosen dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Jadi pada

program PTK dosen dapat

mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran dosen, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu diperlukan suatu media.

Sedangkan istilah media seperti yang diungkapkan oleh Hamidjoyo (Latuharu, 1998: 11) bahwa media adalah semua bentuk perantara yang digunakan manusia untuk menyampai-kan pesan, menyebarmenyampai-kan ide, pendapat, atau gagasan sehingga apa yang disampaikan itu bisa sampai kepada

penerima. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih S (1993: 78)

menge-mukakan bahwa yang dimaksud

dengan media adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan atau isi pelajaran,

merangsang pikiran, perhatian,

kemampuan mahasiswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar Lingkungan dalam artian yang sangat luas, dapat dimanfaatkan sebagai bahan dan sumber belajar di dalam pendidikan IPS. Oleh karena muatan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial bahkan lingkungan budaya merupakan bagian integral dari konten dan sumber belajar pendidikan IPS. Hal tersebut seperti ditegaskan Sumaatmadja (1980: 16) bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bagian-bagian yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh sebab itu pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber objeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak pada kenyataan, IPS yang tidak bersumber

pada kenyataan tidak mungkin

mencapai sasaran dan tujuannya, dan

tidak akan memenuhi tuntutan

kemasyarakatannya. Di bagian lain,

Sumaatmadja (1980: 19)

menge-mukakan pula bahwa masyarakat selain menjadi sumber dan materi IPS,

juga menjadi laboratoriumnya.

Pengetahuan, konsep, dan teori-teori IPS yang telah diperoleh murid di dalam kelas, selain dapat dicocokkan di masyarakat, dapat pula diterapkan. Masyarakat merupakan tempat yang

nyata untuk mencobakan segala

pengetahuan IPS yang telah

dipelajarinya.

Pada penelitian ini digunakan

model pembelajaran Cooperative

Learning. Cooperative Lea rning adalah suatu sistem yang memberi

kesempatan untuk bekerja sama

(3)

.

194

Hilda Karli dan Marghareta Sri (2002),

“pembelajaran Kooperatif atau

Cooperative Lea rning adalah suatu sikap/perilaku bersama dalam bekerja

membantu antara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dengan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap individu dalam kelompok itu sendiri”.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penelitian tindakan kelas dengan

model pembelajaran Cooperative

Learning dengan model diskusi, diskusi interaktif dengan sistem kancing dan diskusi dengan sistem kartu (varian sistem kancing).

Adapun tahapan kegiatan

pelaksanaan penelitian pada setiap siklus dapat dilihat pada gambar

Gambar 1. Tahapan alur kegiatan dalam penelitian

Siklus pertama berlangsung

selama satu minggu dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran dengan materi demografi di lingkungan sekitar kampus. Dari latar belakang masalah di atas kemudian dilakukan pere-ncanaan dari sistem pembelajaran yang akan diterapkan. Sistem pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah diskusi dari hasil observasi lapangan yang dibagi berdasarkan kelompok. Peneliti akan membuat sebuah tugas yaitu membuat demografi dari lingkungan sekitar kampus. Pada langkah kedua adalah melakukan pengamatan oleh observer dan peneliti. Selain itu juga disertai dengan pengawasan agar

sistem pembelajaran ini tetap

terkendali sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. Langkah ketiga adalah melakukan refleksi. Pada tahap

ini adalah evaluasi terhadap

pelaksanaan kegiatan yang telah diimplementasikan. Dari hasil evaluasi yang berdasarkan instrumen kita dapat merekomendasikan langkah apa yang tepat untuk siklus kedua.

(4)

195

Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)

akhirnya dapat meningkatkan kualitas belajar mengajar pada umumnya. Dari hasil refleksi dapat diketahui bahwa secara prosentase penilaian telah terjadi peningkatan dari siklus pertama. Tetapi hasil yang didapatkan perlu diuji coba atau perlunya satu tahapan

pemantapan untuk mengetahui

validitas hasil siklus kedua ini.

Berdasarkan hasil refleksi dari siklus 1I dapat dirumuskan strategi selanjutnya pada pembelajaran pada siklus III. Siklus III ini berlangsung selama dua jam pelajaran dengan sub materi yang berbeda dengan siklus sebelumnya. Materi siklus ketiga ini

adalah dinamika kependudukan.

Sedangkan dari hasil refleksi siklus kedua didapatkan rekomendasi model belajar mengajar dengan metode diskusi kancing sistem kartu. Untuk itu kelas tetap dibagi dalam beberapa

kelompok. Diharapkan dengan

kelompok tersebut dapat memacu motivasi sehingga akan nampak pada penilaian per individunya. sedangkan materi yang didiskusikan merupakan hasil kegiatan belajar mengajar dalam kelas.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Uraian Siklus I Siklus II Siklus III terlihat bahwa kegiatan belajar mengajar secara keseluruhan telah meningkat dari 59,1 % pada siklus pertama menjadi 85,23 % pada siklus kedua, dan menjadi 96,4 % pada siklus ketiga. Peningkatan dari siklus pertama ke siklus kedua tersebut dikarenakan adanya catatan pengamatan observer terhadap kegiatan belajar mengajar pada siklus pertama yaitu perlunya penataan waktu yang lebih efisien dan terstruktur berdasarkan rencana

kegiatan yang akan dilakukan, sehing-ga hasil siklus pertama kurang optimal. Dari hasil perbaikan peneliti pada kegiatan belajar mengajar di siklus kedua dan ketiga terbukti mampu meningkatkan prosentase penilaian kegiatan belajar mengajar pada umumnya.

Pada uraian keaktifan mahasiswa ketika siklus pertama hanya 44%. Ini terjadi karena sistem belajar mengajar yang diterapkan hanya diskusi kelom-pok saja. Para mahasiswa tidak ada suatu stimulus untuk peningkatan keaktifan mahasiswa ketika di dalam kelas. Tetapi dari hasil refleksi siklus pertama ini dibuat suatu modivikasi sistem belajar mengajar dengan diskusi sistem kancing. Hasil dari penerapan ini cukup menarik, karena mampu mendongkrak keaktifan mahasiswa menjadi 72,7 %. Peningkatan yang cukup signifikan ini dikarenakan

adanya stimulus yang mampu

membangkitkan motivasi belajar

mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pada pengamatan observer di dalam kelas, terlihat keaktifan para mahasiswa untuk berlomba mengha-biskan kancing (biji jagung) masing-masing. Sedangkan pada siklus ketiga terlihat bahwa terdapat konsistensi hasil prosentase keaktifan mahasiswa. Hal ini dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar Pendidikan IPS mahasiswa meningkat. Tetapi tentunya tetap diperlukan langkah-langkah pada kegiatan belajar mengajar berikutnya yang harus tetap consent dan commit terhadap apa yang telah dicapai. Sehingga untuk kedepannya tetap selalu diperlukan tahapan evaluasi sistem pembelajaran. Dari evaluasi dapat dicobakan pembelajaran yang variatif untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa harus berkelanjutan. Juga diperlukan pemberian motivasi dari dosen, terutama pada kegiatan

awal dan kegiatan inti. Dari

(5)

.

196

pada pelaksanaan kegiatan inti, mahasiswa masih banyak kendala karena kurang pengetahuan mahasiswa dan kurangnya informasi dari dosen karena alokasi waktu pada kegiatan awal masih kurang.

C. Simpulan

Pemanfaatan media alam dalam pembelajaran IPS dengan metode

Cooperative Learning mampu

meningkatkan kegiatan belajar

mengajar. Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase pada siklus I=59,1% meningkat menjadi 96,4% pada siklus III;

Metode Cooperative Learning juga mampu meningkatkan motivasi belajar mahasiswa pada pembelajaran IPS terutama Pendidikan IPS. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan murid dalam kegiatan belajar mengajar, dari 44 % pada siklus I meningkat menjadi 86,4 % pada siklus III;

Dari metodologi pengajaran dan

model belajar mengajar yang

digunakan peneliti, membuat

mahasiswa reguler PGSD UPI Kampus Tasikmalaya semester semester genap 2015/2016 mampu mengidentifikasi

permasalahan penduduk secara

kualitatif di sekitar lingkungan kampus.

Pemanfaatan media alam sekitar sebaiknya diterapkan pada rencana

pembelajaran IPS. Orientasi

pembelajaran hendaknya untuk

meningkatkan motivasi dan minat mahasiswa terhadap mata pelajaran Pendidikan IPS, sehingga diperlukan

beberapa uji coba metode

pembelajaran. Sehingga dari berbagai metode pembelajaran dapat diketahui metode yang paling sesuai untuk

meningkatkan motivasi belajar

mahasiswa dan mengoptimalkan

kegiatan belajar dan mengajar.

Untuk kegiatan awal (yang

mencakup pengelolaan kelas,

apersepsi, motivasi dan tanya jawab) dan kegiatan Inti (yang mencakup penjelasan materi pelajaran, interview, diskusi dan presentasi hasil) diperlukan

pengaturan waktu yang cukup

sehingga hasil dari kegiatan belajar mengajar lebih optimal.

Model pembelajaran yang variatif untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa harus berkelanjutan.

D. Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. (September 2006). Peneltian Tindakan Kelas. Makalah disajikan dalam pada

Pelatihan dan Lokakarya

Peningkatan Kemampuan tenaga

Pendidik dalam Melakukan

Penelitian Tindakan Kelas.

Bandung : Kerja sama DIKNAS

dengan Lembaga Penelitian

Universitas Pendidikan Indonesia.

Hanafiah, Omy Firliany. 2006.

Penerapan Model Pembelaja ran Kooperatif Tipe Round Table Dalam Upaya Meningkatkan

Kemampuan Berfikir Kritis.

Program Pendidikan Ekononomi dan Koperasi Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Harefa, Andrias. (2005). Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta : PT. KOMPAS Media Nusantara.

Istianti, Tuti. (2002). Peningkatan Pembelajaran pendidikan IPS di Sekolah Dasar Melalui Pemanfaatan

Lingkungan Sekitar Sebagai

Sumber Belajar. Jakarta: PT. KOMPAS Media Nusantara.

Majid, Abdul. (2006). Perencanaan

Pembelajaran. Bandung : PT.

(6)

197

Jurnal Saung Guru: Vol. VIII No.2 April (2016)

Olim, Ayi. (September 2006). Inovasi Pembelajaran.Makalah disajikan

dalam pada Pelatihan dan

Lokakarya Peningkatan

Kemam-puan tenaga Pendidik dalam

Melakukan Penelitian Tindakan

Kelas. Bandung: Kerja sama

DIKNAS dengan Lembaga

Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukartini, SP. (2006). Dosen Sebagai Profesi. Makalah disajikan dalam pada Pelatihan dan Lokakarya Peningkatan Kemampuan tenaga Pendidik dalam Melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kerja sama DIKNAS dengan Lembaga Penelitian Universita s Pendidikan Indonesia

Wiriatmadja, Rochiati. (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Biodata singkat:

Referensi

Dokumen terkait

mind map telah meningkatkan motivasi belajar anak untuk belajar IPA sebesar 100%. Penelitian ini bertujuan untuk mendata strategi pembelajaran IPA yang dilakukan

Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi mengajar dan persepsi atas lingkungan sekolah, secara bersama- sama, memiliki pengaruh yang signiikan terhadap kinerja guru..

Hasil penelitian lain yaitu penelitian Novie Istiaricha (2014) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar

Pembelajaran yang sesuai untuk mata pelajaran IPS adalah model pembelajaran kooperatif, pada model pembelajaran kooperatif banyak jenisnya dan jenis yang paling sederhana

Sebagai sebuah model pembelajaran kooperatif, pener- apan Group Investigation pada mata kuliah praktikum dapat menjadi alternatif dalam mengembangkan Keterampilan Generik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran IPA khususnya kelas VII menggunakan lingkungan langsung sebagai sumber belajar terhadap

Penelitian ini terdiri atas dua fase yaitu: (1) Fase Baseline “A”, observasi atau melakukan pengukuran no intervation pada Prosen belajar mengajar (PBM) oleh guru kelas

Berdasarkan hasil pengamatan pada keadaan awal siswa diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Inggris banyak siswa yang kurang memperhatikan