.
Manajemen Pendidikan 138
WORK LOAD ANALYSIS OF TEACHER IN THE DEVELOPMENT OF EDUCATION CASE STUDY IN STATE DISTRICT SMP PAMATANG
SIDAMANIK SIMALUNGUN
by: Dearlina Sinaga (FKIP Universitas HKBP Nomensen Medan)
ABSTRACT
This study tries to analyze comprehensively how the actual workload of teachers at least 24 (twenty four) hours of face to face and a maximum of 40 (forty) hours of face-to-face made by the Government through policy workloads are at least 24 (twenty four) hours of face-to-face in a week , is a need for teachers to get professional allowance educators as required by law - Act No. 20 of 2005. From the calculation and analysis of data to be obtained (1) Workload teachers established by Act No. 14 of 2005 on teachers and Lecturers is a minimum of 24 hours of face to face and a maximum of 40 hours of face to face, not yet implemented in SMP District of Pamatang Sidamanik (2) Not all teachers perform the core functions optimally. As planned learning, implementing the learning, assessing learning outcomes of students, conduct guidance and training and carry out additional tasks. (3) In fulfillment of the workload of teachers, it is known that in general teachers who have been teaching does not correspond to his academic background, where it is not in accordance with the mandate of Law No. 14 of 2005.
Key words:Method, Cooperative Learning, Jigsaw mode, Learning Outcomes
ANALISIS BEBAN KERJA GURU DALAM PEMBANGUNAN PENDIDIKAN STUDI KASUS DI SMP NEGERI KECAMATAN PAMATANG SIDAMANIK KABUPATEN SIMALUNGUN
Abstrak
Penelitian ini mencoba menganalisa secara komprenhensip bagaimana sesungguhnya beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka yang ditetapkan Pemerintah melalui kebijakan Beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu, adalah suatu kebutuhan guru untuk mendapatkan tunjangan profesional pendidik sebagaimana dipersyaratkan oleh Undang – undang No 20 tahun 2005. Dari hasil perhitungan dan analisis data yang dilakukan diperoleh (1) Beban Kerja guru yang ditetapkan oleh Undang-undang no 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah minimal 24 jam tatap muka dan maksimal 40 jam tatap muka, belum terlaksana di SMP Negeri Kecamatan Pamatang Sidamanik (2) Tidak semua guru melakukan tugas pokoknya tersebut secara maksimal. Seperti merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan penilaian hasil pembelajaran peserta didik, melakukan bimbingan dan latihan dan melaksanakan tugas tambahan. (3) Dalam pemenuhan beban kerja guru, diketahui bahwa pada umumnya guru yang telah mengajar tidak sesuai dengan latar belakang akademisnya, dimana hal ini tidak sesuai dengan amanat UU No 14 tahun 2005.
Kata kunci: beban, kerja, guru.
A. Pendahuluan
Salah satu kebijakan pemerintah yang kini menjadi fenomena pen-didikan tertuang pada pasal 35 ayat 1 Undang- undang no 20 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya
adalah 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam seminggu.
belum disertifikasi tampaknya merupakan prasyarat agar guru tersebut dapat di sertifikasi, sedangkan bagi guru yang sudah disertifikasi beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu dibutuhkan agar guru mendapatkan haknya akan tunjangan professional pendidik setara satu kali gaji pokok. Beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu adalah suatu kebutuhan guru untuk mendapatkan tunjangan profesional pendidik sebagaimana dipersyaratkan oleh Undang – undang No 20 tahun 2005.
Untuk mendapatkan beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu bagi sebagian guru bukanlah perkara yang mudah. Sebab untuk mendapatkan beban kerja tersebut sangat tergan-tung kepada beberapa hal yaitu: 1) misalnya jumlah rombongan belajar yang terdapat pada satu sekolah; 2) jumlah guru mata pelajaran yang sama yang terdapat pada satu sekolah; 3) dan bobot alokasi waktu atau jam pelajaran (les) yang tersedia untuk setiap mata pelajaran. Sebagai contoh pada Sekolah Menengah Pertama (SMP), dalam struktur kurikulum KTSP (Kuri Kulum Tingkat Satuan Pendidikan) bobot alokasi waktu untuk mata pelajaran Matematika adalah 4 jam (les) per minggu. Agar seorang guru matematika mendapatkan beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu maka guru tersebut harus mengajar tatap muka langsung sebanyak 6 (enam) rombongan belajar. Untuk guru mata pelajaran lain yang memiliki bobot alokasi waktu hanya 2 (dua) jam pelajaran dalam seminggu seperti PKn (Pendidikan Kewarganegaraan), Olah raga dan kesehatan, Seni Budaya, maka guru tersebut harus mengajar di 12 (dua belas) rombongan belajar atau kelas. Sesungguhnya dapat
dibayang-kan betapa beratnya beban kerja guru mengajar di 12 (dua belas) kelas. Contohnya mengoreksi lembar soal peserta didik. Andai jumlah peserta didik untuk setiap rombongan belajar adalah 32 (tiga puluh dua) orang maka untuk mengoreksi ulangan harian peserta didik maka guru harus menghadapi 384 (tiga delapan puluh empat) lembar jawaban peserta didik. Misalnya mengoreksi setiap lembar jawaban membutuhkan waktu 3 (tiga) menit maka dibutuhkan waktu 1152 menit atau sekitar 19 (sembilan belas ) jam.
Sekalipun ada ketimpangan dalam penerapan beban kerja guru seperti diuraikan di atas namun dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 74 tahun 2008 tentang guru pada pasal 65 ayat 2 menjelaskan bahwa guru yang tidak dapat meme-nuhi kewajiban melaksanakan pem-belajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan tidak mendapat pengecualian dari menteri, dihilangkan haknya untuk mendapat tunjangan profesi. Hal ini menjadi fenomenal bagi guru dan perlu disikapi dengan arif.
Peme-.
Manajemen Pendidikan 140
rintah RI No 74 tahun 2008 tentang guru; 5) Pedoman penghitungan beban kerja guru yang dikeluarkan oleh Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga kependidikan tahun 2008; 6) Peraturan Menteri pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 tahun 2009 Tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru Dan Pengawas Satuan Pendidik-an; 7) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 30 tahun 2011 Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 39 Tahun 2009.
Sekalipun pemerintah telah menge-luarkan berbagai peraturan untuk mengatasi permasalahan sehingga guru dapat memperoleh beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka seminggu namun jalan keluar yang ditawarkan belum memberikan penghargaan kepada kedudukan guru sebagai tenaga profesionalis. UUGD No14 tahun 2005 pada pasal 2 menyebutkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai salah satu contoh pengaturan pemenuhan beban kerja guru yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 39 tahun 2009 pada pasal yang ke 5 ayat 1 huruf a menjelaskan bahwa guru dapat memenuhi beban mengajar 24 jam tatap muka dengan mengajar mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan/atau mengajar mata pelajaran lain yang tidak ada guru mata pelajarannya pada satuan administrasi pangkal atau satuan pendidikan lain.
Dari pengaturan ini kita dapat mengetahui bahwa guru diijinkan untuk mengajar mata pelajaran yang
serumpun dengan mata pelajaran yang diampunya baik di sekolah induknya dan di sekolah lain, dan juga dapat mengajar mata pelajaran lain yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya di sekolah induknya maupun di sekolah lain, atau pun kedua-duanya yaitu mengajar mata pelajaran yang paling sesuai sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan juga mata pelajaran yang sama sekali tidak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Jadi dalam pengaturan ini telah ada tiga kelompok mata pelajaran yang mungkin diajarkan oleh seorang guru dalam rangka memenuhi beban mengajar 24 jam tatap muka yaitu: 1) mata pelajaran yang diampunya; 2) mata pelajaran yang paling sesuai dengan rumpun mata pelajaran yang diampunya dan; 3) mata pelajaran lain (yaitu yang bukan mata pelajaran yang diampunya dan bukan pula rumpun mata pelajaran yang paling sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya).
Mendalami kasus di atas dapat kita petik suatu pengertian bahwa yang mendorong guru tersebut mau untuk mengajar mata pelajaran lain adalah diperolehnya Tunjangan Profesional Pendidik. Keputusannya untuk menerima pembagian tugas mengajar mata pelajaran lain tidak didasari oleh rasa tanggung jawab moral sebagai seorang guru profesional .
yang berlangsung mungkin menjadi buruk, sebab guru tersebut tidak lagi fokus pada materi pelajaran yang menjadi bidangnya.
Fenomena di SMP Negeri Keca-matan PaKeca-matang Sidamanik Kabupaten Simalungun seperti seorang guru mengajarkan banyak mata pelajaran adalah suatu pengangkangan terhadap prinsip-prinsip profesionalitas .Prinsip-prinsip profesionalitas yang telah dikangkangi tersebut sebagaimana menurut UU No 14 tahun 2005 BAB III pada pasal 7 dinyatakan bahwa pfofesi guru harus: (a) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas dan; (b) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai bidang tugas.
Beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka yang dipenuhkan dengan cara mengajar pada satuan pendidikan lain (Permen-diknas RI No 39 tahun 2009 pasal 5 ayat 1a), juga merupakan hal yang fenomenal dalam pembangunan pendidikan kita saat ini. Pasal ini mengijinkan guru mengajar pada satuan pendidikan formal yang bukan satuan administrasi pangkalnya, baik sekolah swasta maupun sekolah negeri. Jadi guru dapat mengajar di dua sekolah atau lebih dengan ketentuan guru tersebut harus melaksanakan tugas mengajar di satuan pendidikan administrasi pangkalnya paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka. Mengikuti petunjuk ini pun sebenarnya banyak persoalan. Sebab sekolah negeri dan swasta ditempat lain pun kekurangan jam mengajar.
Ketika guru harus mengajar pada dua sekolah atau lebih maka ia harus tunduk pada aturan-aturan yang berlaku pada sejumlah sekolah sebagai tempatnya mengajar. Guru dalam menjalankan tugasnya di beberapa sekolah sekaligus sering kali harus berhadapan dengan tarik menarik
kepentingan antara sekolah yang satu dengan sekolah lainnya. Tak ada satu sekolahpun yang mau di nomor duakan. Membagi waktu dan perhatian yang seadil adilnya selalu menjadi hal yang berat dan akhirnya menjadi beban mental bagi guru.
Dalam membangun pendidikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tegas menyatakan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Apakah dengan cara memberi beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat ) jam tatap muka dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional kita?
Kebijakan pendidikan yang mene-rapkan beban kerja minimal 24 jam tatap muka, tampaknya ada pemikiran ke arah politik anggaran pendidikan, dan bukan mutu pen-didikan.
Dalam kenyataanya ada dua SMP Negeri di kecamatan Pamatang Sidamanik. Pada kedua SMP Negeri tersebut penulis ingin meneliti dan menganalisa secara komprenhensip bagaimana sesungguhnya beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan maksimal 40 (empat puluh) jam tatap muka dapat berkontribusi positip dalam pem-bangunan pendidikan .
Kebijakan Beban Kerja Guru
.
Manajemen Pendidikan 142
pembelajaran, membimbing dan mela-tih peserta didik, serta melak-sanakan tugas tambahan. Hal ini kemudian sangat fenomenal karena tidak semua guru berada pada kondisi yang ideal, yang dengan mudah mendapatkan beban kerja 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam seminggu. Karena itu pemerintah memberi solusi dengan mengeluarkan peraturan yang memberi jalan keluar agar guru mendapat beban kerja yang dimaksud.
Untuk memperoleh pengertian tentang beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam seminggu, ada baiknya penulis membuat contoh penjelasan.
Contoh 1. Andai misalnya seorang guru Matematika yang telah diserti-fikasi mengajar di sekolah A dengan jumlah rombongan belajarnya masing-masing kelas 1, 2 dan 3 adalah 3 kelas sehingga semuanya berjumlah 9 kelas maka guru matematika itu wajib membawa pelajaran matematika di semua kelas. Sebab Jumlah jam mengajar guru tersebut hanya 9 kelas kali 4 jam = 36 jam tatap muka. Dalam keadaan seperti ini maka guru matematika tersebut berhak atas tunjangan profesi pendidik setara satu kali gaji pokok guru tersebut.
Contoh 2. misalnya seorang guru Pendidikan Kewarganegaraan yang telah disertifikasi mengajar di sekolah B dengan rombongan belajarnya masing masing kelas 1, 2, 3 adalah 1 kelas sehingga semuanya berjumlah 3 kelas maka guru pendidikan kewarga-negaraan itu wajib mengajar disemua kelas. Sebab jumlah jam mengajar guru tersebut hanya 3 kelas kali 2 jam = 6 jam. Dalam keadaan seperti ini maka guru Pendidkan kewarga-negaraan tersebut tidak berhak mendapatkan tunjangan profesi pendidik. Agar guru Pendidikan
Kewarganegaraan tersebut memper-oleh haknya akan tunjangan profe-sional pendidik maka guru tersebut dapat mengajar mata pelajaran lain di sekolah tersebut, atau di sekolah lain sehingga beban mengajar minimal 24 jam tatap muka dapat dipenuhi. Cara lain adalah, guru pendidikan Kewarga-negaraan tersebut dapat diberi tugas tambahan seperti wakil kepala sekolah yang bobotnya ekwivalen 12 (dua belas) jam tatap muka. Tetapi seandainya guru tersebut tidak dapat mencapai beban kerjanya minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka maka tidak ada sanksi kepada guru tersebut.
Contoh3. Andai seorang guru berlatar belakang akademis guru Bimbingan dan konseling dan sudah disertifikasi , maka beban kerja guru tersebut adalah membimbing peserta didik sebanyak 150 (seratus lima puluh) orang. Jumlah ini disetarakan dengan beban mengajar guru 24 (dua puluh empat) jam tatap muka. Jika kurang dari 150 peserta didik maka guru tersebut dapat melaksanakan tugas bimbingan dan konseling di sekolah lain, atau mengajar mata pelajaran lain di sekolah induknya ataupun di sekolah lain atau diberi tugas tambahan sebagaai wakil kepala sekolah atau kepala perpustakaan.
Dalam buku pedoman penghi-tungan beban kerja guru yang dikeluarkan pada tahun 2008 oleh dirjen peningkatan mutu pendidikan dan tenga kependidikan diketahui bahwa guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah wajib mengajar tatap muka 6 (enam) jam pelajaran, dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah atau kepala perpustakaan, wajib mengajar sebanyak 12 (dua belas) jam pelajaran.
tatap muka, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pusat, Sulistiyo menyayangkan hanya mengajar minimal 24 (dua puluh empat) jam dan maksimal 40 (empat puluh ) jam tatap muka dalam seminggu yang dihargai dalam angka kredit maupun kepentingan kepegawaian. Akibatnya tugas lain yang diemban oleh guru kurang mendapat perhatian , bahkan terkadang tidak terlaksana secara optimal. Ia juga berpendapat bahwa mutu pendidikan yang dianggap belum baik adalah akibat dari sitim dan kebijakan yang tidak tepat. (Media Sekolah, 1-15 Desember 2012,p.5). Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 74 tentang guru pada pasal 17 menyebutkan, agar guru mendapatkan tunjangan profesi maka guru harus mengajar di satuan pendidikan dimana ratio peserta didik dan guru minimal 1:20.
Selanjutnya Peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama Nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.pan-rb/10/2011,48 tahun 2011,158/ pmk.01/2011,11 tahun 2011 tentang penataan dan pemerataan guru Pegawai Negeri Sipil menyebutkan bahwa jumlah peserta didik minimal untuk satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) minimal 20 peserta didik dan maksimal 32 peserta didik.
Sudarwan Danim (2011: 114) mengatakan; Profesi guru dilaksanakan selama jam kerja dan diluar jam kerja, karena guru harus menyusun perncanaan mengajar , melaksanakan proses belajar mengajar, menilai pekerjaan rumah dan hasil evaluasi belajar , membimbing siswa, melayani orang tua/wali siswa di jam sekolah dan rumah, berkunjung pada orang tua
siswa, untuk melaksanakan kerja sama dalam membantu siswa yang bermasalah.
Menurut sebuah survey yang dilakukan kepada guru guru SD, SMP, dan SMA di Jepang, dari 8.544 guru telah mengambil cuti sakit. 62% diantaranya atau 5.274 guru, men-derita penyakit mental. Menyikapi hasil survey tersebut maka pemerintah Jepang merencanakan beberapa langkah seperti meninjau beban kerja guru, memperbaiki sistem konsultasi, dan menciptakan program rehabilitasi bagi para guru yang mengambil cuti. Kementerian mengatakan guru yang berusia lebih dari 40 (empat puluh) tahun cenderung lebih tertekan karena beban kerjanya berat. Suara merdeka. com diakses tanggal 28 Februari2013. <www.suaramerdekacom/v1/index.php /read/news/2012/12/25/139200/5.000- Guru-di-Jepang-Derita-Penyakit-Mental>
Dalam sebuah acara tertanggal 4 oktober 2011 menyambut hari guru Internasional yang jatuh pada tanggal 5 Oktober, Fakhrul Alam, Tim Kajian Kebijakan Federasi Serikat Guru Indonesia (FGSI), mengatakan bahwa jam tatap muka ideal untuk guru adalah 18-20 jam pelajaran. Dalam menanggapi usul Kementerian Pen-dayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi yang menetapkan jam mengajar guru menjadi 27,5 jam, ia mengatakan kebijakan ini sangat aneh dan kebijakan ini hanya mengejar kuantitas jam mengajar guru dan bukan kwalitas pembelajaran yang dilakukan guru. Ester Lince Napitupulu, KOMPAS.com, Beban Jam Mengajar Jangan Abaikan Kualitas. Diakses tanggal 28 Februari 2013. <http://edukasi.kompas.com/ read/2011/10/04/22032583/Beban.Jam. Mengajar.Jangan.Abaikan.Kualitas>.
.
Manajemen Pendidikan 144
tanggung jawab sosial. Berarti guru juga harus terlibat dalam berbagai kegiatan sosial di masyarakat. Oleh karena itu memang alangkah naif nya bila perhitungan beban kerja guru hanya pada tataran tatap muka di kelas. Penghitungan beban kerja guru dalam konteks hanya mengajar dikelas adalah bentuk pengerdilan peran guru diluar sekolah.
Mulyasa (2008: 184) “mengatakan Peran guru disekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pelajaran, tetapi harus memikul tanggungjawab yang lebih banyak yaitu bekerja sama dengan pengelola pendidikan lainnya di lingkungan masyarakat. Untuk itu guru harus mempunyai kesempatan lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan di luar sekolah”.
Jadi dengan mengetahui bahwa guru mengusung tangung jawab besar dalam berbagai ranah, maka tidaklah tepat bila beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka hanya berorientasi pada skop yang sempit yaitu di sekolah. Peran dan tanggung jawab guru dalam ling-kungan masyarakat adalah bagian dari kompetensi sosial seorang guru. Oleh karena itu amatlah layak menghitung kredit point guru yang menerjunkan dirinya di kehidupan sosial di masya-rakat sebagai bagian dari beban kerja guru minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka.
Pembangunan Pendidikan Dalam perspektif Sertifikasi Guru
Pembangunan pendidikan merupa-kan salah satu fokus perhatian dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pembangunan pendidikan di Indonesia diarahkan pada perluasan memperoleh kesempatan pendidikan pada seluruh lapisan masyarakat di berbagai jenjang pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan dan relevansi pendidikan dengan perkembangan dunia usaha.
Pembangunan pendidikan baik fisik dan non fisik bermuara pada terciptanya sumberdaya manusia yang berkwalitas.
Iskandar Agung (2012: 2) menga-takan; istilah pembangunan itu sendiri dapat dipahami sebagai suatu proses perubahan yang terencana atau disengaja di mana ide/gagasan, metode dan teknik baru di introduksi dan dikomunikasikan ke dalam suatu masyarakat agar berbagai segi kehidupan dapat meningkat atau menjadi lebih baik. Melalui pemba-ngunan berlangsung upaya untuk mengubah kesatuan hidup sosial yang terkenanya dari kondisi tertentu ke kondisi lain yang dinilai lebih baik.
Pembangunan pendidikan diguna-kan sebagai wahana proses transisi yang disengaja atau terencana agar berbagai segi kehidupan sistem sosial yang terkenanya dapat meningkat atau menjadi lebih baik.
Dalam meningkatkan mutu pen-didikan peran strategis guru menjadi hal penting untuk dikembangkan. Miguel Fernandez Perez dan S. Gopinatan (2003: 15) mengatakan bahwa “dimana-mana didunia guru merupakan kelompok sosial dan profesi yang penting”.
Dalam Pembangunan pendidikan di Indonesia pemerintah mengembangkan gagasan bahwa guru wajib memiliki kwalifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru sebagai-mana dimaksud meliputu kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
memenuhi persyaratan) sebagai hak guru yang merupakan imbalan bagi guru dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Tunjangan profesi ini diharapkan sebagai pemantik motivasi guru dalam membangun kinerjanya agar lebih baik. Pemerintah membuat persyaratan agar guru profesional mengemban beban kerja minimal 24 (dua puluh empat ) jam tatap muka agar mendapatkan tunjangan profesi, sebagai mana terdapat dalam Undang-undang no 14 tahun 2005 pada pasal 35 ayat 2.
Perencanaan pembangunan pendi-dikan melalui sertifikasi guru memang terkandung semangat yang pantas di apresiasi, sebab melalui sertifikasi guru terdapat harapan pengembangan profesionalime guru dan meningkatnya kesejahteraan guru yang berkontri-busi pada mutu pendidikan.
Pemahaman yang tepat tentang pengertian beban kerja guru sebagai-mana terdapat dalam UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah adanya rasio antara tugas pokok guru dan waktu yang digunakan. Pasal 35 ayat 1 menyebutkan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melak-sanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melak-sanakan tugas tambahan, sedangkan ayat 2 lebih memfokuskan pada rasio waktu, yakni sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu. Tugas pokok guru menurut pasal 35 ayat 1 UU no 14 tahun 2005 terdiri dari 6 (enam) kegiatan yaitu: meren-canakan pembelajaran, melak-sanakan pembelajaran,menilai hasil pembelajar-an, membimbing dan melatih peserta didik serta melaksana-kan tugas tambahan. Terkait tugas tambahan adalah guru yang mendapat tugas sebagi kepala sekolah, atau menjadi
wakil kepala sekolah. Diantara 6 kegiatan yang menjadi tugas pokok guru hanya satu bagian proses pembelajaran yang dihitung dalam beban kerja guru minimal 24 jam tatap muka, yaitu melaksanakan pembel-ajaran. Sedangkan sisanya seperti merencanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajran, membimbing dan melatih peserta didik tidak diperhi-tungkan dalam beban kerja guru.
Dalam pemahaman sederhana, pekerjaan atau profesi sebagai guru hanya tampak pada kegiatan guru mengajar bertatap muka dengan siswa di dalam kelas. Pekerjaan guru yang tidak kelihatan oleh awam misalnya adalah merencakan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran mungkin saja memerlukan waktu yang lebih banyak dari pada melaksanakan kegiatan tatap muka di kelas.
Dalam Permendiknas RI No 41 tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidkan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa perenca-naan proses pembelajaran meliputi Silabus dan RPP (Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompe-tensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, methode pembel-ajaran, kegiatan pembelpembel-ajaran, penilai-an hasil belajar dpenilai-an sumber belajar.
.
Manajemen Pendidikan 146
Meskipun didalam Pemendiknas RI No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan disebutkan perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan saat perumusan silabus yang pengembangannya merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran, namun masih dibutuhkan waktu untuk mengoreksi berbagai hasil tes atau hasil ulangan yang dilakukan kepada siswa, seperti mengoreksi ulangan harian, ulangan semester, ulangan kenaikan kelas. Dengan demikian guru dapat mengetahui sejauhmana keberhasilan program yang telah dilaksanakannya.
Bagan 2.1. Kerangka pemikiran
`
B. Hasil dan Pembahasan
Berikut hasil penelitian tentang beban kerja guru yang dirangkum dalam tabel berikut.
Jawaban responden terhadap angket tentang merencanakan Pembelajaran: Guru yang sudah disertifikasi, dan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya.
Dalam merencanakan pembelajaran tidak semua guru yang sudah sertifikasi dan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya selalu membuat rencana pembelajaran sebelum masuk kelas.
Diketahui bahwa hanya ada 8 orang guru dari 12 guru (66,67%) yang selalu membuat rencana pembelajarannya sebelum masuk kelas.
Dari hasil penelitian diketahui bah-wa dalam melaksanakan Pembelajaran Guru yang sudah disertifikasi, dan
Mata Pelajaran Yang Diajarkan Matematika 1 kls (5 jam)
Tikom 1 kls (2jam)
Agama islam 3 kls (6jam) B.conseling3 kls (18 jam)
- 24 Terpe B.Indonesia 2 kls (10 jam)
Peng. Diri 2 jam
B.Indonesia 1 kls (5jam) hyumi Guru PNS Biologi Belum
Matematika 1 kls (5 jam) Tikom 2 kls (4 jam)
PNS Mat.matika Matematik a
Matematika 1 kls ( 5 jam) Kpl. Sekolah 18 jam
25 Terpe nuhi Pengemb. Diri 2 jam
inta
Bahasa Inggeris 3 kls (15 jam)
Bahasa Indonesia 3 kls (15 jam)
Pengembangan diri (2 jam) ar Keterampilan 2 kls (4 jam)
mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya di SMP Negeri kecamatan Pamatang Sidamanik, hanya 33,33% guru yang selalu menggunakan metode pembel-ajaran yang bervariasi, demikian juga dalam menggunakan alat peraga, tampaknya belum semua guru yang mau berbuat yang terbaik dalam mengajar, sehingga penggunaan alat peraga dalam mengajar hanya 25% guru yang selalu melakukannya.
Hanya 25% guru yang selalu mencari tahu nomor-nomor soal yang sulit dijawab oleh peserta didik dalam ulangan harian, dan hanya 25% guru yang selalu melakukan analisis soal ulangan harian
Hanya 50% guru yang selalu melakukan remedi bila hasil pembelajaran peserta didik buruk. Demikian juga dalam hal memberikan nasehat kepada peserta didik dalam pertemuan dikelas. Tetapi nyatanya masih ada 8,33% guru yang tidak pernah memberikan nasehat nalam pertemuan tatap muka dikelas.
Guru yang mengemban tugas tambahan baik sebagai Kepala Sekolah, Pembantu Kepala Sekolah (PKS), Kepala labora torium dan Kepala Perpustakaan ada 30,77% guru mengaku bahwa dalam menjalankan tugas tambahan mereka merasa tidak pernah menguras energi. Dan perlu juga ditambahkan bahwa ada 15,38% guru yang mengaku mereka tidak pernah membutuhkan waktu rutin dalam melaksanakan tugas tambahan tersebut.
Diketahui bahwa hanya 60% guru yang selalu membuat RPP sebelum masuk ke;las. Hanya ada 30% guru yang sering mengabaikan pentingnya membuat perencanaan pembelajaran seperti Prota, Prpsem, RPP, dan Sillabus.
Hasil penelitian yang memperlihat-kan bahwa hanya 40% guru yang selalu menggunakan metode
pem-belajaran yang bervariasi dan hanya 20% guru yang selalu menggunakan alat peraga bila mengajar.
Dari hasil penelitian, hanya 40% guru yang selalu mencari tahu nomor-nomor soal yang sulit dijawab peserta didik dalam ulangan harian, dan hanya 60% guru yang selalu memberikan penjelasan kepada peserta didik bila terdapat soal yang tidak dapat dijawab.
Diketahui bahwa hanya 40% guru yang selalu melakukan remedi, dan hanya 40 % yang selalu melakukan pengayaan. Juga diketahui bahwa hanya 50% guru yang selalu memberi nasehat kepada peserta didik dalam pertemuan tatap muka di kelas.
Hanya 27,27% yang selalu merasa senang telah mendapatkan beban kerjanya sebagaimana adanya sekarang ini. Disamping itu diketahui bahwa ada 27,27% guru yang selalu mengalami kekecewaan telah mendapatkan pem-bagian tugasnya yang dirasanya tidak adil. Dan ada 36% guru yang selalu merasa kesal bahwa perhitungan beban kerja guru hanya pada praktek meng-ajar.
Jawaban responden terhadap angket tentang merencanakan Pembelajaran: Guru yang belum disertifikasi, dan mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang akademisnya.
Dari hasil penelitian belum semua guru merencanakan pembelajaran sebelum masuk kelas. Diketahui hanya 28,57% guru yang selalu meren-canakan pembelajaran sebelum masuk kelas, dan 57,14% guru masih sering mengabaikan pentingnya membuat perencanaan pembelajaran seperti Prota, Prosem, RPP dan Sillabus.
.
Manajemen Pendidikan 148
Belum semua guru guru berbuat maksimal dalam menilai hasil pembelajaran peserta didik. Hanya 14,29% guru yang selalu mencari tahu soal-soal yang sulit dikerjakan peserta didik setelah ulanagn harian dilaksanakan, dan 42,86% guru yang selalu memberikan penjelasan kepada peserta didik bila terdapat soal-soal yang sulit dikerjakan.
Hanya 28,57% guru yang melaku-kan remedi pembelajaran, sekalipun nilai peserta didiknya buruk, dan hanya 14,29% guru yang melakukan pengayaan dalam pembelajarannya. Selanjutnya hanya 42,86% guru yang menasehati peserta didik dalam pembelajaran tatap muka dikelas, dan hanya 42,86% guru yang melatih dan membiasakan peserta didik dalam menerapkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Hanya 25% guru yang selalu membuat perencanaan pembelajaran sebelum masuk kelas, dan diketahui ada 50% guru yang sering meng-abaikan pentingnya membuat perencanaan pembelajaran seperti Prota, Prosem, RPP dan Sillabus.
Hanya 25% yang selalu menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, 25% yang selalu menggunakan alat peraga bila melaksanakn pembelajaran.
Hanya 25% guru yang selalu mencari tahu soal-soal yang sulit dijawab oleh peserta didik, dan hanya 50% guru yang selalu memberikan penjelasan kepada peserta didik bila terdapat soal yang tidak dapat dijawab oleh peserta didik.
Hanya 25% guru yang melakukan remedi pembelajaran sekalipun nilai peserta didik buruk, dan tidak ada guru yang melakukan pengayaan bila peserta didik telah berhasil melampaui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Selanjutnya ada 50% guru yang selalu menasehati peserta didik dalam
pertemuan tatap muka dikelas dan melakukan pembiasaan terhadap norma-norma yang berlaku di masya-rakat.
Hanya 14,29% yang selalu merasa senang telah mendapatkan beban kerjanya sebagaimana adanya sekarang ini. Disamping itu diketahui bahwa ada 42,86 % guru yang sering mengalami kekecewaan telah mendapatkan pembagian tugasnya yang dirasanya tidak adil. Dan ada 42,86% guru yang sering merasa kesal bahwa perhitungan beban kerja guru hanya pada praktek mengajar.
Pembahasan
Menentukan jumlah rombongan belajar ideal di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik
Sebagaimana diketahui bahwa menentukan berapa jumlah rombongan belajar yang ideal dan banyaknya rombongan belajar akan menenentukan berapa beban kerja guru sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebagai Ketentuan dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.pan-rb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 terdapat ketentuan bahwa jumlah murid dalam satu rombongan belajar untuk SMP minimal 20 dan maksimal 32 peserta didik. ditetapkan rumus menghitungnya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai berikut:
Jri =
3
1 i
Keterangan : Jri = Jumlah rombongan ideal;
Menetukan rombongan belajar ideal di SMP Negeri 2 Pematang sidamanik dapat dihitung dengan cara :
Jri =
32 38 32 29 32 30
Jri = 0,93 + 0,90 + 1,18 Di bulatkan ke atas Jri = 1 + 1 + 2 = 4
Jadi ; rombongan belajar di kelas VII adalah 1 rombel
rombongan belajar di kelas VIII adalah 1 rombel
rombongan belajar di kelas IX adalah 2 rombel
Jumlah peserta didik di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik adalah 97 orang peserta didik dengan rincian di kls VII terdapat 30 peserta didik, di kls VIII terdapat 29 peserta didik dan dikelas IX terdapat 38 peserta didik. Dari segi pengaturan jumlah rombel sebenarnya kapasitas siswa di kelas VII dan kelas VIII sudah tepat. Tetapi di kelas IX terjadi kelebihan jumlah siwa sebanyak 6 peserta didik atau 18,75%.
Bertolak dari Peraturan pemerintah no 74 tahun 2008 pasal 17 disebutkan bahwa guru pemegang sertifikat Pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan yang ratio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya untuk Sekolah Menengah Pertama adalah 20. Ditinjau dari segi jumlah peserta didiknya berbanding dengan jumlah gurunya maka di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik dapat diterang-kan sebagai berikut:
Bila menerapkan ratio minimal jumlah murid terhadap guru 20 : 1 maka jumlah guru yang ideal adalah 5 orang
saja. ( 20 99
= 4,95 dibulatkan keatas
menjadi 5 ). Jadi dari 9 orang guru yang ada di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 4 orang.
Bila menerapkan ratio maksimal jumlah murid terhadap guru 32: 1
maka jumlah guru yang ideal adalah 4
orang saja. ( 32 99
= 3,09 dibulatkan keatas menjadi 4 ). Jadi dari 9 orang guru yang ada di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 5 orang.
Menentukan jumlah jam tersedia di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik.
Ketentuan dalam peraturan ber-sama menteri pendidikan nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.pan-rb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 terdapat ketentuan bahwa untuk menghitung jumlah jam tersedia, Sekolah Menegah Pertama (SMP) digunakanlah rumus berikut ini:
Keterangan:
Jt = jam tersedia jr=Jumlah rombel K= Kelas Jtm=jumlah jam tatap muka perminggu sesuai KTSP
Menurut kondisi real di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah rombongan belajarnya adalah 3 rombongan belajar yakni rombongan belajar di kelas VII adalah 1 rombel, rombongan belajar di kelas VIII adalah 1 rombel, rombongan belajar di kelas IX adalah 1 rombel. Maka jumlah jam tersedia untuk setiap mata pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum KTSP di SMP/MTS dapat dilihat pada tabel berikut ini:
.
Manajemen Pendidikan 150
Jumlah jam tatap muka menurut struktur kurikulum yang standar dan jumlah real rombongan belajar di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik.
KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu Jlh jam tatap muka
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 6
2. Pendidikan kewarganegaraan 2 2 2 6
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 12
4. Bahasa Inggeris 4 4 4 12
5. Matematika 4 4 4 12
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 12
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 12
8. Seni Budaya 2 2 2 6
9. Pendidikan Jasmani, Olah raga dan
keshatan 2 2 2 6
10. Keterampilan/TIK 2 2 2 6
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C Pengembangan diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Jumlah 32 32 32 94
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 94 jam tatap muka. Menurut PP No.20 tahun 2006 tentang Standar isi bahwa jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran perminggu secara keseluruhan. Oleh sebab itu di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jam mata pelajaran yang ditambah adalah Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam,Ilmu Pengetahuan Sosial dengan bobot penambahan masing-masing mata pelajaran adalah (satu)les. Dengan penambahan tersebut maka jumlah jam tatap muka pada rombongan belajar real dan struktur kurikulum yang sudah ditambah dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3
Jumlah jam tatap muka menurut jumlah real rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah di tambah di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik.
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 94 jam tatap muka. Menurut P P No.20 tahun 2006 tentang Standar isi bahwa jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran perminggu secara keselu-ruhan. Oleh sebab itu di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jam mata pelajaran yang ditambah adalah Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dengan bobot penambahan masing-masing mata pelajaran adalah (satu) les. Dengan penambahan tersebut maka jumlah jam tatap muka pada rombongan belajar real dan struktur kurikulum yang sudah di-tambah dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu
Jlh jam tata p muk a
VII VIII IX
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan
Agama 2 2 2 6
2. Pendidikan
kewarganegaraan 2 2 2 6
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 12
4. Bahasa Inggeris 5 5 5 15
5. Matematika 5 5 5 15
6. Ilmu Pengetahuan
Alam 5 5 5 15
7. Ilmu Pengetahuan
Sosial 5 5 5 15
8. Seni Budaya 2 2 2 6
9. Pen. Jasmani,
Olah raga dan keshatan
2 2 2 6
10. Keterampilan/TIK 2 2 2 6
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C Pengembangan diri 2*) 2*) 2*) 2*)
Tabel 4.4
Jumlah jam tatap muka pada 4 (empat) rombongan belajar dan struktur kurikulum yang standar di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 130 jam tatap muka. Bila rombongan belajarnya 4 (empat) dan struktur kurikulumnya sudah ditambah 4 (empat) maka jumlah jam tatap muka yang tersedia di SMP Negeri 2 Pematang Sidamanik adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5
Jumlah jam tatap muka pada 4 (empat) rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah ditambah di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik.
ekwivalen 2 jam pembelajaran Sumber : Diolah peneliti
Dengan cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jamtersedia adalah 146 jam tatap muka.
Menentukan jumlah kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik.
Bila Guru diperkenankan mengajar lebih dari satu mata pelajaran, maka kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik menurut jumlah jam tersedia pada struktur kurikulum yang standar dan jumlah rombel yang real (lihat tabel 4.27) adalah :
KG =
KG =
= 3,91≈ 3 (dibulatkan kebawah)
KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu
Jlh jam tata p muk a
VII VI
II IX
a b
C. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 8
2. Pendidikan
kewarganegaraan 2 2 2 2 8
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 16
4. Bahasa Inggeris 4 4 4 4 16
5. Matematika 4 4 4 4 16
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 4 16
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 4 16
8. Seni Budaya 2 2 2 2 8
9. Pen.Jasmani,Olah raga
& keshatan 2 2 2 2 8
10.Keterampilan/TIK 2 2 2 2 8
D. Muatan Lokal 2 2 2 2 8
C Pengembangan diri 2*) 2*
) 2 * )
2 * )
2*)
jumlah 36 3
6 3 6
3
6 130
KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu
Jlh jam tata p muk a VII VIII
IX
a b
A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 2 8
2. Pendidikan
kewarganegaraan 2 2 2 2 8
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4 16
4. Bahasa Inggeris 5 5 5 5 20
5. Matematika 5 5 5 5 20
6. Ilmu Pengetahuan
Alam 5 5 5 5 20
7. Ilmu Pengetahuan
Sosial 5 5 5 5 20
8. Seni Budaya 2 2 2 2 8
9. Pend.
Jasmani,Olah raga& keshatan
2 2 2 2 8
10. Keterampilan/TIK 2 2 2 2 8
B. Muatan Lokal 2 2 2 2 8
C Pengembangan diri 2*) 2*
) 2 *)
2
*) 2*)
jumlah 36 36 3
6 3
.
Manajemen Pendidikan 152
Jadi kebutuhan guru di sekolah ini adalah 3 orang guru.
Dengan hanya 3 orang guru ternyata jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 31,33 jam tatap muka perminggu . ( = 31,33)
Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam perminggu.
Bila struktur kurikulumnya ditambah maksimal 4 (empat) pada setiap kelas atau setiap rombongan belajar (rombel ada 3) maka jumlah jam yang tersedia adalah 106 (lihat tabel 4.28). Maka kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik adalah:
KG = = 4,41 ≈ 4 (dibulatkan
kebawah).
Kebutuhan guru disekolah ini adalah 4 orang guru.
Dengan hanya 4 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26,5 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Bila rombongan belajarnya 4 (empat) pada struktur kurikulum yang standar maka jumlah jam yang tersedia adalah 130.Kebutuhan gurunya adalah: KG = = 5,41 ≈ 5 (dibulatkan ke
bawah)
Kebutuhan guru disekolah ini adalah 5 orang guru
Dengan hanya 5 orang guru jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Bila rombongan belajarnya 4 (empat) pada struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 (empat) pada setiap rombongan belajar maka jumlah jam yang tersedia adalah 146. Kebutuhan gurunya adalah:
KG = = 6,08 ≈ 6 (dibulatkan ke
bawah)
Kebutuhan guru disekolah ini adalah 6 orang guru
Dengan hanya 6 orang guru jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,3 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Bila di sekolah ini di ada Kepala Kekolah, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas dan Kepala Perpustakaan maka
Jumlah jam tersedia akan bertambah setara 78 jam tatap muka. Jumlah yang setara 78 jam tatap muka ekwivalen dengan jumlah dari tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah (18 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas (12 jam) dan tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan (12 jam) .
Bila tugas tambahan setara 78 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia (94 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 78 + 94 =172 jam. Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru :
KG =
= 7, 16 ≈ 7 (dibulatkan ke bawah) Kebutuhan guru disekolah ini 7 orang. Dengan hanya 7 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,57 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
KG =
= 7, 6 ≈ 7 (dibulatkan ke bawah) Kebutuhan guru disekolah ini 7 orang. Dengan 7 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,57 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Bila tugas tambahan setara 78 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia (130 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 78 + 130 = 208 jam. Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru :
KG =
= 8, 6 ≈ 8 (dibulatkan kebawah) Kebutuhan guru disekolah ini 8 orang. Dengan 8 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Bila tugas tambahan setara 78 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia (146 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 78 + 146 = 224 jam. Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru :
KG =
= 9,3 ≈ 9 (dibulatkan kebawah) Kebutuhan guru disekolah ini 9 orang. Dengan 9 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 24,8 jam tatap muka perminggu. Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Jadi dapat dijelaskan agar semua guru yang jumlahnya 9 orang yang ada di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik mendapat beban kerja minimal 24 jam tatap muka, maka rombongan belajar ideal adalah 4 dan struktur kurikulum sudah ditambah maksimal 4 les , dimana 1 orang sebagai kepala sekolah, yang diperhitungkan beban kerjanya setara 18 jam tatap muka , dan 4 diantaranya mendapat tugas tambahan sebagai Pembantu kepala sekolah yang beban kerjanya masing-masing setara 12 jam tatap muka dan 1 diantaranya sebagai
kepala perpustakaan dengan beban kerja setara 12 jam tatap muka. Perhitungan ini benar bila guru diperkenankan mengajar bukan hanya bidang studi yang diampunya Menentukan jumlah rombongan belajar ideal di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik
Sama halnya dengan menentukan jumlah rombongan belajar di SMP negeri 2 Pamatang Sidamanik maka Sebagai Ketentuan dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan apara-tur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011,spb/03/m.pan-rb/10/ 2011, 48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011,11 tahun 2011 terdapat ketetapan bahwa jumlah murid dalam satu rombongan belajar untuk SMP minimal 20 dan maksimal 32 peserta didik.
Jumlah peserta didik di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik adalah 63 (enam puluh tiga) peserta didik dengan rincian di kls VII terdapat 27 peserta didik, di kls VIII terdapat 19 peserta didik dan dikelas IX terdapat 17. peserta didik. Menurut Peraturan tersebut sebenarnya hanya satu rombongan belajar yang memenuhi persyaratan jumlah siswa yaitu rombongan belajar pada kelas VII dengan jumlah siswa 27 peserta didik.
Untuk Menetapkan Jumlah rom-bongan belajar ideal, dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan apara-tur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011,spb/03/m.pan-rb/10/ 2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 ditetapkan rumus menghitungnya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebagai berikut:
Jri =
3
.
Manajemen Pendidikan 154
Keterangan: Jri = jumlah rom-bongan ideal Jm = jumlah murid RSG = ratio siswa Guru
Menetukan rombongan belajar ideal di SMP Negeri 1 Pematang sidamanik dapat dihitung dengan cara :
Jri =
32 17 32 19 32 27
Jri = 0,84 + 0,59 + 0,53 Di bulatkan keatas Jri = 1 + 1 + 1 = 3
Jadi ; rombongan belajar di kelas VII adalah 1 rombel
rombongan belajar di kelas VIII adalah 1 rombel
rombongan belajar di kelas IX adalah 1 rombel
Bertolak dari Peraturan pemerintah no 74 tahun 2008 pasal 17 disebutkan bahwa guru pemegang sertifikat Pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila mengajar di satuan pendidikan yang ratio minimal jumlah peserta didik terhadap gurunya untuk Sekolah Menengah Pertama adalah 20:1 . Ditinjau dari segi jumlah peserta didiknya berbanding dengan jumlah gurunya maka di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik dapat diterangkan sebagai berikut:
a. Bila menerapkan ratio minimal jumlah murid terhadap guru 20 : 1 maka jumlah guru yang ideal adalah 4
orang saja. ( 20 63
= 3,15
dibulatkan keatas menjadi 4). Jadi dari 11 orang guru yang ada di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 7 orang.
b. Bila menerapkan ratio maksimal jumlah murid terhadap guru 32: 1 maka jumlah guru yang ideal
adalah 2 orang saja. ( 32 63
= 1,96
dibulatkan keatas menjadi 2). Jadi dari 11 orang guru yang ada di SMP Negeri
1 Pamatang Sidamanik dapat dikatakan guru telah lebih 9 orang.
Menentukan jumlah jam tersedia di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik.
Ketentuan dalam peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m.pan-rb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 terdapat ketentuan bahwa untuk menghitung jumlah jam tersedia disuatu
Sekolah Menegah Pertama (SMP) digunakanlah rumus berikut ini:
Keterangan: Jt = jam tersedia Jr = Jumlah rombel
Jtm= jumlah jam tatap muka perminggu sesuai KTSP
k = kelas
Tabel 4.31
Jumlah jam tatap muka menurut jumlah real rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah di tambah maksimal 4 les di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik.
Dengan Cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jam tersedia adalah 94 jam tatap muka.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no 22 tahun 2006 tentang Standar isi bahwa jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum . Satuan Pendidikan dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pelajaran perminggu secara keseluruhan. Oleh sebab itu di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jam mata pelajaran yang ditambah adalah Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial dengan bobot penambahan masing-masing mata pelajaran adalah 1 (satu) les. Dengan penambahan tersebut maka jumlah jam tatap muka pada rombongan belajar real dan struktur kurikulum yang sudah ditambah seperti berikut ini:
Tabel 4.32
Jumlah jam tatap muka menurut jumlah real rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah di tambah maksimal 4 les di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik
Dengan Cara seperti ini maka dapat diketahui jumlah jamtersedia adalah 106 jam tatap muka.
Bila Guru diperkenankan mengajar lebih dari satu mata pelajaran, maka kebutuhan guru di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik menurut jumlah jam tersedia pada struktur kurikulum yang standar dan jumlah rombel yang real (lihat tabel 4.31) adalah :
KG =
KG =
= 3,91≈ 3 (dibulatkan kebawah)
Jadi kebutuhan guru disekolah ini adalah 3 orang guru.
Dengan 3 orang guru jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 31,33 jam tatap muka perminggu
KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu
Jlh jam tatap muka VI
I VIII IX
A.Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 6
2. Pendidikan
kewarganegaraan 2 2 2 6
3. Bahasa Indonesia 4 4 4 12
4. Bahasa Inggeris 4 4 4 12
5. Matematika 4 4 4 12
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4 12
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4 12
8. Seni Budaya 2 2 2 6
9. Pen. Jasmani, Olah raga
dan keshatan 2 2 2 6
10.Keterampilan/TIK 2 2 2 6
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C Pengembangan diri 2*) 2*) 2*) 2*)
jumlah 32 32 32 94
KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu
Jlh jam tatap muka
VII VIII IX
A Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2 2 2 6
2. Pendidikan
kewarganegaraan 2 2 2 6
3. Bahasa Indonesia 5 5 5 15
4. Bahasa Inggeris 4 4 4 12
5. Matematika 5 5 5 15
6. Ilmu Pengetahuan
Alam 5 5 5 15
7. Ilmu Pengetahuan
Sosial 5 5 5 15
8. Seni Budaya 2 2 2 6
9. Pend. Jasmani, Olah
raga dan keshatan 2 2 2 6
10. Keterampilan/TIK 2 2 2 6
B. Muatan Lokal 2 2 2 2
C Pengembangan diri 2*) 2*) 2*
) 2*)
jumlah 36 36 3
.
Manajemen Pendidikan 156
. ( = 31,33) Hal ini masih berada
diantara 24 – 40 jam perminggu. Bila struktur kurikulumnya ditambah maksimal 4 (empat) pada setiap kelas atau setiap rombongan belajar (rombel ada 3) maka jumlah jam yang tersedia adalah 106 (lihat tabel 4.32). Maka kebutuhan guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik adalah:
kg = = 4,41 ≈ 4 (dibulatkan
ke bawah).
Kebutuhan guru disekolah ini adalah 4 orang guru.
Dengan 4 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu
26,5 jam tatap muka perminggu. ( = 26,5 )
Hal ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Bila di sekolah ini di ada Kepala Kekolah, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana, ada Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan, Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas, ada Kepala Perpustakaan dan ada kepala labora torium maka Jumlah jam tersedia akan bertambah setara 90 jam tatap muka. Jumlah yang setara 90 jam tatap muka ekwivalen dengan jumlah dari tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah (18 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kurikulum (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Sarana dan Prasarana (12 jam), tugas tambahan sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Kesiswaan (12 jam), tugas tambahan
sebagai Pembantu Kepala Sekolah (PKS) bidang Humas (12 jam) , tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan (12 jam) dan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan (12 jam) .
Bila tugas tambahan setara 90 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia sebagaimana tertera pada tabel 4.32 (94 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 90 + 94 =184 jam tatap muka Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru :
kg =
= 7,6 ≈ 7 (dibulatkan kebawah) Dengan 7 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26,28 jam tatap muka perminggu. ( = 26,28 ) Hal
ini masih berada diantara 24 – 40 jam per minggu.
Bila tugas tambahan setara 90 jam tatap muka ini di jumlahkan dengan jam yang tersedia sebagaimana tertera pada tabel 4.32 (106 jam) maka jumlah total jam yang yang tersedia yaitu ; 90 + 106 =196 jam tatap muka Maka pada keadaan seperti ini jumlah kebutuhan guru :
kg =
= 8,16 ≈ 8 (dibulatkan kebawah) Dengan 8 orang guru, jumlah jam tatap muka yang menjadi beban kerja guru yaitu 26,28 jam tatap muka perminggu. ( = 24,5 ) Hal ini
masih berada di antara 24 – 40 jam per minggu.
sekalipun srtruktur kurikulum sudah
- Struktur kurikulum sudah ditambah maksimal 4 les .
- Ada 1 kepala sekolah, Pembantu kepala sekolah ada 4, ada 1 Kepala perpustakaan dan ada 1 kepala laboratorium.
Perhitungan kebutuhan guru dalam satu satuan Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama sesungguhnya harus mengacu pada prinsip:
(1) Menurut Permendiknas RI No no 15 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal pendidikan dasar di Kabupaten kota pada pasal 2 ayat 2.a.6 menyebutkan bahwa disetiap SMP/MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran .
(2) Menurut peraturan bersama menteri pendidikan nasional, menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, menteri dalam negeri, menteri keuangan, dan menteri agama nomor: 05/x/pb/2011, spb/03/m. pan-rb/10/2011,48 tahun 2011, 158/pmk. 01/2011, 11 tahun 2011 dikatakan bahwa ;
(a) Setiap rombongan belajar (rombel) dalam mengikuti mata pelajaran (mapel) tertentu diampu oleh 1 (satu) orang guru atau dalam satu rombel, satu mata pelajaran hanya diampu oleh satu orang Guru
(b) Guru mata pelajaran hanya mengampu 1 (satu Jenis mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya.
(c) Wajib mengajar yang digunakan adalah 24 jam tatap muka perminggu.
Selanjutnya dalam peraturan bersama lima menteri itu di jelaskan bahwa Rumus perhitungan kebutuhan guru adalah: kg = dapat dihitung berdasarkan jumlah jam tersedia untuk setiap mata pelajaran . Bila di SMP Negeri 2 Pamatang sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.27 (94 jam) maka, jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.33 berikut ini.
Tabel 4.33.Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 3 rombel dan Struktur kurikulum yang standar
Sumber : olahan peneliti
Tabel diatas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 2
A. Mata Pelajaran
1.Pendidikan Agama 2 2 2 6
6.Ilmu Pengetahuan
Alam 4 4 4 12 12
0,5
0 1
7.Ilmu Pengetahuan
.
Manajemen Pendidikan 158
Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan rombongan belajar 3 dan struktur kurikulum yang belum ditambah.
Bila di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.28 (106 jam) maka, jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.34 berikut ini.
Tabel 4.34. Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 3 rombel dan Struktur kurikulum yang sudah di tambah maksimal 4 les .
Tabel 4.34 di atas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan rombongan belajar 3 dan struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 les.
Bila di SMP Negeri 2 Pamatang sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.29 (130 jam), maka jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.35 berikut ini.
Tabel 4.35 Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 4 rombel dan Struktur kurikulum yang standar
Tabel 4.35 diatas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan rombongan belajar 4 dan struktur kurikulum yang standar.
Bila di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah jam tersedia sebagai mana ada pada tabel 4.30 (146 jam), maka jumlah kebutuhan guru KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu Jlh
ja
A.Mata Pelajaran
1.Pendidikan Agama 2 2 2 6 6 0,25 1 6.Ilmu Pengetahuan
Alam 5 5 5 15 15 0,625 1
7.Ilmu Pengetahuan
Sosial 5 5 5 15 15 0,625 1
A.Mata Pelajaran
1.Pendidikan Agama 2 2 2 2 8 8 6.Ilmu Pengetahuan
Alam 4 4 4 4 16 16
0,6 6 1 7.Ilmu Pengetahuan
Sosial 4 4 4 4 16 16
Jasmani, Olah raga dan keshatan
2 2 2 2 8 8 0,3 3 1
10. Keteram
pilan/teknologi informasi dan komunikasi
2 2 2 2 8 8 0,33 1
1.Muatan Lokal 2 2 2 2 8 8 0,3 3 1
untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.36 berikut ini. Tabel 4.36 Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik untuk 4 rombel dan Struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 les.
Tabel 4.36 diatas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan rombongan belajar 4 dan struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 les
1. Dari tabel 4.35, dan 4.36 diatas penulis ingin meperlihatkan hasil suatu perhitungan bahwa dengan cara menambah rombongan belajar dan/atau menambah struktur kurikulum maksimal 4 les , tidak ada satu guru minimal 24 jam adalah :
2. Guru Matematika 1 orang, dengan tugas tambahan Kepala sekolah 3. Guru IPA 1 orang dengan tugas
tambahan sebagai PKS atau Guru IPA 1 orang dengan tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan
4. Guru IPS 1 orang dengan tugas tambahan sebagai PKS.
4.3.8 Menentukan Jumlah Kebutuhan Guru Untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik.
Sama halnya dengan menentukan kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Pamatang sidamanik, maka di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik juga menggunakan prinsip perhitungan yang sama dan rumus perhitungan yang sama yaitu:
KOMPONEN
kelas dan alokasi waktu
A. Mata Pelajaran
1.Pendidikan Agama 2 2 2 2 8 8 0,33 1
9.Pendidikan Jasmani, Olah
raga dan keshatan 2 2 2 2 8 8 0,33 1
kelas dan alokasi waktu
A.Mata Pelajaran
1.Pendidikan Agama 2 2 2 6 6 0,2
9.Pendidikan Jasmani, Olah
.
Manajemen Pendidikan 160 dilihat pada tabel 4.37 berikut.
Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik untuk 3
rombel dan Struktur kurikulum yang masih standar .
Tabel 4.37 diatas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik hanya mem-butuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampil-kan pada tabel tersebut dengan 3 rombongan belajar dan struktur kuri-kulum yang masih standar.
Bila di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jumlah jam tersedia sebagaimana tertera pada tabel 4.32 (106 jam) maka jumlah kebutuhan
guru untuk setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 4.38 berikut ini. Tabel 4.38Jumlah kebutuhan guru untuk setiap mata pelajaran di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik untuk 3 rombel dan Struktur kurikulum
yang sudah ditambah maksimal 4 les
Tabel di atas memperlihatkan suatu gambaran bahwa di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik hanya membutuhkan 1 guru untuk setiap mata pelajaran. Perhitungan yang ditampilkan pada tabel tersebut dengan 3 rombongan belajar dan struktur kurikulum yang sudah ditambah maksimal 4 les.
Dari tabel-tabel di atas penulis ingin meperlihatkan hasil suatu perhitungan bahwa dengan menambah struktur kurikulum maksimal 4 les , tidak ada satu guru di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik
KOMPONEN
kelas dan alokasi
waktu Jlh
A.Mata Pelajaran
1.Pendidikan Agama 2 2 2 6 6 0,25 1
7.Ilmu Pengetahuan
Sosial 5 5 5 15 15
0,6
25 1
8.Seni Budaya 2 2 2 6 6 0,25 1
9.9 Pendidikan Jasmani,
yang dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam adalah :
Guru Matematika 1 orang, dengan tugas tambahan sebagai PKS
Guru Agama Kristen Protestan 1 orang dengan tugas tambahan sebgai Kepala sekolah
Guru IPS 1 orang dengan tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan atau guru IPS 1 orang dengan tugas tambahan sebagai PKS Guru IPA 1 orang dengan tugas tambahan sebagai kepala laboratorium.
Distribusi guru di SMP Negeri
Kecamatan Pamtang Sidamnik menurut
keahlian atau latar belakang pendidikan/jurusan diperguruan tinggi. Di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik
Di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik jumlah guru ada 9 orang dengan berbagai latar belakang akademis/jurusan di perguruan tinggi yang dapat dilihat pada berikut ini. Tabel 4.39. Distribusi Guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik menurut keahlian atau latar belakang / jurusan di perguruan tinggi
Bila dilihat dari keahlian guru (jurusan diperguruan tinggi) maka sebaran atau distribusi guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik menurut kebutuhan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka sesungguh-nya ada beberapa mata pelajaran yang tidak tersedia gurunya, seperti guru untuk mata pelajaran Agama Islam, Guru mata pelajaran PKN, Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Guru mata pelajaran Seni Budaya, Guru mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olah raga dan kesehatan, Guru mata pelajaran Teknologi informasi dan komunikasi, Guru muatan lokal. Jadi di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik ada 6 mata pelajaran dan 1 muatan lokal yang tidak ada gurunya sesuai dengan keahlian atau jurusan di perguruan tinggi. Sedangkan guru yang memiliki keahliah atau jurusan di perguruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seperti guru mata pelajaran Agama Kristen, guru mata pelajaran bahasa Inggeris, Guru mata pelajaran Matematika, guru mata pelajaran IPA, dan guru mata pelajaran IPS dengan beban kerja masing-masing guru seperti tertera pada tabel 4.39
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa tidak ada seorangpun guru di SMP Negeri 2 Pamatang Sidamanik yang dapat memenuhi beban kerja minimal 24 jam tatap muka dengan hanya mengajar pada mata pelajaran yang sesuai dengan keahlian atau jurusan/latar belakang akademisnya di perguruan tinggi. Di SMP Negeri 1 Pamatang Sida-manik
Di SMP Negeri 1 Pamatang Sidamanik jumlah guru ada 11 orang dengan berbagai latar belakang akademis/jurusan di perguruan tinggi seperti terdapat dibawah ini.
Bila dilihat dari keahlian guru (jurusan diperguruan tinggi) maka sebaran atau
NO NAMA GURU Jursan Di
Perguruan Tinggi
Beban kerja sesuai keahlian
1 Sunardi Bahasa Indonesia 15 jam tatap
muka
2 Suseno Sejarah 10 jam tatap
muka
3 Joram Sitorus Matematika 15 jam tatap
muka
4 Apri Yanti
Damanik
Penjas 6 jam tatap
muka
5 Nurhayati
Mangunsong
Fisika 12 jam tatap
muka
6 Horas Toga
torop
Geografi 5 jam tatap
muka
7 Tiar Panjaitan Seni Rupa 6 jam tatap
muka
8 . Rohben
Simarmata
Agama Kristen Protestan
-
9 Sunggul
Siadari
Agama Kristen Protestan
6 jam tatap muka
10 Merli Napitu Agama Kristen
katolik
6 jam tatap muka
11 Rita Eris W.
Damanik
Bahasa Inggeris 12 jam tatap