• Tidak ada hasil yang ditemukan

LPSE POM 1. Pekerjaan Str

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LPSE POM 1. Pekerjaan Str"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

STRUKTUR

Pasal 1

PEKERJAAN PERSIAPAN

1. PENGUKURAN TAPAK KEMBALI

1.1. Pemborong diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan - keterangan mengenai peil ketinggian tanah, letak pohon-pohon, letak batas-batas tanah dengan menggunakan alat optik dan sudah ditera kebenarannya oleh pihak yang berwajib.

1.2. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada direksi lapangan untuk dimintakan keputusannya.

1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat waterpass/theodolit type T2.

1.4. Pemborong harus menyediakan theodolit type T2 /waterpass beserta petugasnya yang melayani untuk kepentingan pemeriksaan direksi lapangan.

1.5. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh direksi lapangan.

1.6. Instalasi-instalasi yang sudah ada dan masih berfungsi harus diberi tanda yang jelas dan dilindungi dari kerusakan kerusakan yang mungkin terjadi akibat pekerjaan proyek ini, dan untuk itu harus dicantumkan dalam gambar pengukuran seperti disebutkan dalam pengukuran sesuai dengan ayat 1. Kontraktor bertanggung jawab atas segala kerusakan akibat pekerjaan yang sudah dilaksanakannya.

1.7. Gambar pengukuran tapak proyek harus mendapat persetujuan / pengesahan direksi lapangan, yang meliputi antara lain :

- Sistim koordinat, sesuai ketentuan gambar.

- Peil setiap titik simpul koordinat dan transis dengan interval 0.25 M. - Rencana lokasi kantor direksi, kantor pemborong tempat simpan bahan

(2)

2. PEMBUATAN TUGU PATOK DASAR

2.1. Letak tugu patok dasar ditentukan oleh direksi lapangan

2.2. Tugu patok dasar dibuat dari beton bertulang berpenampang 20 x 20 cm, tertancap kuat kedalam tanah sedalam satu meter dengan bagian yang muncul diatas muka tanah secukupnya untuk memudahkan pengukuran selanjutnya.

2.3. Tugu patok dasar dibuat permanen, tidak bisa dirubah, diberi tanda yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari direksi lapangan untuk membongkarnya.

3. PAPAN PATOK UKUR

3.1. Papan patok ukur dipasang pada patok kayu yang kuat, tertanam pada beton cor setempat sehingga tidak bisa digerak-gerakkan atau dirubah-rubah.

3.2. Papan patok ukur kayu dibuat dari kayu klas II, dengan ukuran tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

3.3. Tinggi sisi atas papan bouwplank harus sama satu dengan lainnya kecuali dikehendaki lain oleh direksi lapangan.

3.4. Papan patok ukur dipasng sejauh 150 cm dari as dinding terluar, sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan.

3.5. Setelah selesai pemasangan papan patok ukur pemborong harus melapor kepada direksi lapangan untuk dimintakan persetujuan, serta harus menjaga dan memelihara keutuhan serta ketetapan letak papan patok ukur sampai tidak diperlukan lagi dan dibongkar atas persetujuan direksi lapangan.

4. KANTOR DIREKSI LAPANGAN

4.1. Kantor direksi cukup representatif untuk bekerja dan aman untuk menyimpan dokumen-dokumen proyek selama pelaksanaan proyek (kurang lebih 3 tahun).

4.2. Luas dan peralatan yang harus disediakan untuk kantor direksi minimal harus memenuhi persyaratan didalam bab III persyaratan administrasi buku ini.

4.3. Didalam kantor direksi lapangan harus ditempatkan ruang WC dengan baik air bersih secukupnya dan dirawat kebersihannya.

4.4. Posisi dan denah gambar kantor direksi lapangan tergambar pada gambar rencana pagar proyek.

4.5. Alat alat lain yang harus senantiasa tersedia diproyek untuk setiap saat dapat digunakan oleh direksi lapangan adalah :

(3)

- 1 (satu) alat ukur Schuifmaat.

- 1 (satu) komputer lengkap dengan printernya. - 1 (satu) kamera biasa lengkap dengan blitznya.

- 1 (satu) kamera polaroid lengkap dengan film dan blitznya. - 10 (pasang) sepatu proyek dan helm proyek serta jas hujan.

5. KANTOR PEMBORONG DAN LOS KERJA.

5.1. Ukuran luas kantor pemborong dan los kerja serta tempat simpan bahan bakar, disesuai dengan kebutuhan pemborong dengan tidak mengabaikan keamanan dan kebersihan dan bahaya kebakaran, serta memperhatikan tempat yang tersedia sehingga tidak mengganggu kelancaran kerja dan arus lalu lintas, harus disediakan 3 buah penyemprot api (extinghuizer) 20 kgs/cm2, 1 (satu) dipemborong, 1 (satu) diletakkan di kantor direksi lapangan, 1 (satu) diletakkan di daerah yang strategis di los kerja.

5.2. Khusus untuk simpan bahan-bahan seperti pasir, kerikil harus dibuatkan kotak simpan dipagar dengan dinding papan, sehingga masing-masing bahan tidak tercampur dengan bahan lainnya.

Pemborong tidak diperkenankan :

- Menyimpan alat-alat, bahan bangunan diluar pagar proyek, walaupun untuk sementara.

- Menyimpan bahan-bahan yang ditolak direksi lapangan karena tidak memenuhi syarat.

6. PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK KERJA.

6.1. Air untuk bekerja harus disediakan pemborong dengan membuat sumur pompa ditapak proyek atau air PAM, air harus bersih bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya dengan dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium.

6.2. Reservoir/bak air untuk kerja berukuran minimum 4 m3 dan senantiasa terisi penuh.

6.3. Listrik untuk bekerja harus disediakan pemborong ,penggunaan diesel untuk pembangunan sementara atas persetujuan direksi lapangan.

7. PAGAR SEMENTARA PROYEK

7.1. Pagar didirikan pada batas-batas yang mengelilingi tapak proyek seperti yang ditentukan dengan tinggi 2 M.

7.2. Pagar proyek terbuat dari seng gelombang BJLS 30, dipasang pada tiang rangka pada tiang dan rangka kayu klas II, dan diperkuat dengan beton setempat.

(4)

Pasal 2

PEKERJAAN TANAH

1. U M U M

Penelitian lahan dan lingkup pekerjaan tanah sesuai dengan syarat-syarat permulaan pekerjaan, maka Pemborong harus mengunjungi site dan mengamati kondisi-kondisi yang ada serta bahan-bahan yang akan digunakan.

Pekerjaan tanah meliputi sebagai berikut :

a. Penggalian dan pemindahan dari tanah bagian permukaan, tanah liat, tumbuh-tumbuhan dan semua benda-benda yang tidak diperlukan.

b. Penggalian sampai pada permukaan-permukaan yang dikehendaki sesuai dengan yang tertera pada gambar-gambar kerja.

c. Pengurugan dengan bahan-bahan yang telah disetujui sampai kepada ketinggian yang direncanakan.

2. PEIL-PEIL DARI HALAMAN.

Sebelum memulai pekerjaan galian Pemborong harus memastikan peil-peil dari halaman dengan baik, seteliti mungkin sesuai dengan titik-titik atau garis-garis kontur yang ditentukan didalam gambar kerja.

Bila ditemukan hal-hal yang menyangsikan dari peil-peil ini, maka Pemborong harus memberikan laporan tertulis kepada Pengawas.

3. LAPISAN TANAH HUMUS.

Lapisan tanah humus harus dibuang rata-rata sedalam 20 cm dan harus diurug lagi sebagai lapisan permukaan kemudian, sekeliling bangunan di tempat-tempat yang ditentukan Konsultan Pengawas.

Bilamana ditemukan lapisan tanah humus dalamnya lebih dari 20 cm maka penggalian harus sedalam lapisan tersebut maksimal 1 meter, dan kemudian dilaksanakan pengurugannya sebagai lapisan permukaan, sebagaimana disebutkan terdahulu, dengan ketentuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas, dan biaya akibat kelebihan penggalian ini merupakan tanggungan Pemborong dan bukan termasuk dalam pekerjaan tambah.

Lapisan dari tanah pada permukaan yang ada terdiri dari atau ditandai oleh akar-akar tanaman, atau organisme lainnya yang diperhitungkan akan dapat mengakibatkan gangguan pada stabilitas konstruksi yang akan dilaksanakan.

Sesudah pembersihan site, permukaan tanah, tanah liat, tanaman-tanaman lainnya, atau rawa-rawa, maka dapat dimulai pekerjaan galian. Bilamana tanah humus yang digali ternyata baik untuk digunakan sebagai lapisan permukaan atau pembatas maka tanah humus ini perlu diamankan dahulu untuk penggunaan tersebut diatas.

(5)

4. PEKERJAAN GALIAN.

Segala pekerjaan galian dilaksanakan sesuai dengan panjang, dalam, kemiringan, dan lengkungan, berdasarkan kebutuhan konstruksi pekerjaan, atau sebagaimana ditunjukkan dalam gambar, atau jika perlu memindahkan tanah-tanah atau bahan yang tidak dipakai, atau juga kelebihan tanah yang digunakan untuk urugan, dan, sebagaimana yang diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas.

5. PERSIAPAN UNTUK URUGAN.

Tanah humus harus disingkirkan sebagaimana disebutkan dalam bagian 3.0. dari pasal ini.

Permukaan tanah yang sudah diambil humusnya harus digilas sehingga kepadatannya mencapai 90% dari kepadatan maksimum sampai penurunan terjadi 15 cm.

Di atas permukaan tanah yang telah dipadatkan tersebut, baru dapat dilakukan pengurugan tanah.

6. BAHAN-BAHAN UNTUK URUGAN DAN URUGAN KEMBALI.

Semua bahan-bahan yang akan digunakan untuk urugan atau urugan kembali harus dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Pengawas, yang ketentuannya akan ditetapkan pada peraturan yang baru.

7. PENGURUGAN

Pengurugan harus dilakukan sampai diperoleh peil-peil yang dikehendaki, sebagaimana dibutuhkan konstruksi atau sesuai dengan yang tertera dalam gambar kerja.

8. PENGUJIAN UNTUK PEMILIHAN BAHAN URUGAN.

Pengujian yang harus dilakukan bagi setiap bahan-bahan urugan untuk pekerjaan bangunan dan jalan-jalan adalah sebagai berikut :

1. Plasticity test.

2. Grading test atau Sieve analysis test.

3. Density/Moisture Content Compaction test (Standard proctor test).

Pengetesan dapat dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah yang disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.

9. PERSETUJUAN SUMBER TANAH TIMBUNAN (BORROWPITS).

Semua sumber tanah timbunan untuk pengadaan tanah tambahan sebagaimana yang ditetapkan untuk pekerjaan urugan harus mempunyai kualitas yang seragam dan hanya dapat digunakan dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Pengawas. Pemborong harus memberikan data-data mengenai jumlah, kualitas dan keseragaman dari tanah pada daerah mana akan digali sumur coba (borrowpit), selambat-selambatnya 10 hari sebelum dilakukan penggalian sumur coba tersebut dan terlebih dahulu contoh-contoh yang telah diuji melalui metode test yang benar serta harus mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas.

(6)

10.BAHAN URUGAN.

Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengurugan pada pekerjaan bangunan dan jalan harus diambil dari sumber tanah pasir atau tanah kerikil laterit atau tanah merah, dengan persetujuan Direksi dan Konsultan Pengawas.

Tanah Tanah pasir Kerikil Laterit __________ _____________

a. Butiran halus yang melewat

ayakan no. 200 tidak melampaui 35 % 30 % b. Liquid limit tidak melampaui 45 % 50 % c. Plasticity index tidak melampaui 20 % 20 %

11.PEMADATAN.

Kepadatan tanah harus diukur dengan nilai dry density contoh tanah sebagai persentase kepadatan kering maksimum pada kadar air optimum sebagaimana ditetapkan pada pengujian (test) ini.

Semua bahan yang akan digunakan bagi urugan harus sesuai dengan ayat ini dan harus didapatkan sampai 90% kepadatan kering. Pemadatan dari seluruh bahan-bahan harus dilakukan dengan penyiraman optimum untuk mendapatkan hasil pemadatan yang dikehendaki Pengawas.

Pengawas dapat memerintahkan Pemborong untuk memeriksa kandungan air pada tanah timbunan dengan maksud menghindari terjadinya konsolidasi.

Bila diperlukan untuk memberikan air tambahan kedalam campuran bahan untuk mendapatkan kepadatan kering yang dikehendaki, biaya dari pengadaan, pengangkutan atau pemompaan, penyemprotan serta pencampuran dari air harus dimasukkan dalam harga borongan.

Air harus ditambahkan jika atau pada mana dibutuhkan dengan angkutan tangki air yang dilengkapi dengan alat semprotan yang memenuhi syarat segala pekerjaan pemadatan dari konstruksi atau cara lain tidak diijinkan untuk dilakukan dalam keadaan apapun juga.

Segala bahan-bahan untuk pengurugan harus digabungkan dalam suatu rencana operasi kerja yang telah disetujui dengan mencantumkan uraian-uraian kerjanya, seperti penyimpanan dan pencampuran sesuai dengan ketetapan di atas dan pemadatan dilaksanakan dengan izin yang telah dikeluarkan.

Pemborong harus mengurangi sekecil mungkin kekosongan-kekosongan antara kegiatan yang satu dengan yang selanjutnya. Semua alat-alat pemadatan harus bekerja pada seluruh daerah untuk menjamin adanya suatu pemadatan yang merata (seragam), semua pemadatan harus dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan tidak lebih dari 0.20 m atau yang lebih tipis agar dicapai kepadatan yang dikehendaki.

(7)

Bilamana terjadi kerusakan-kerusakan seperti tersebut diatas, Pemborong diwajibkan untuk memperbaikinya.

Bila ada bagian tanah yang tidak baik yang menurut pendapat Pengawas tidak dibutuhkan, pasir atau tanah liat yang kelebihan, maka daerah tanah semacam ini harus diperbaiki dengan campuran dari bahan-bahan yang baik, atau dengan membuang bagian ini dan menggantikan dengan bahan lain agar dapat dijamin keseragaman dari formasi pemadatan.

Pengujian (test) untuk kontrol dari pemadatan harus dilakukan secara berkala dan teratur. Bila dalam test tertentu dijumpai bagian tanah yang berada dibawah standard minimum, maka Pemborong diwajibkan untuk menyiram sebagaimana yang dikehendaki Pengawas.

Pemborong harus memberikan waktu yang cukup untuk melakukan dan pemberitahuan test-test di atas dalam rencana program konstruksinya.

12.PEMADATAN DARI URUGAN YANG ADA.

Pemborong diharuskan melakukan pengujian tanah (diuraikan) dan kondisi dari tanah, bila bahan urugan yang ada terjadi penurunan. Pemborong diwajibkan untuk melakukan pengujian sampai kedalaman 1 meter dengan pemadatan yang dikehendaki dan bilamana tidak, bahan-bahan urugan yang ada harus dipadatkan sesuai dengan syarat-syarat tertulis ini (spesifikasi) dan urugan harus dilaksanakan sampai ke peil-peil yang dikehendaki.

13.PENGUJIAN UNTUK KONTROL DARI PEMADATAN.

Pemborong harus menempatkan peralatan, pekerja serta tenaga-tenaga pembantu bila dikehendaki Pengawas untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan, pengujian-pengujian pada bahan-bahan yang digunakan untuk pengurugan.

1. In situ dry density test.

2. Dry density/moisture content compaction test (standard proctor test).

Biaya dari pengujian ini menjadi tanggung jawab Pemborong.

14.PEMELIHARAAN

Pemborong diharuskan memelihara segala tanggul-tanggul dan kemiringan tanah yang ada dan bertanggung jawab atas segala stabilitas dari tanggul- tanggul ini sampai batas periode kestabilan dan harus mempersiapkan segala sesuatunya atas tanggungan sendiri untuk menjaga terhadap hal tersebut di atas.

15.PEMERIKSAAN PENGGALIAN DAN PENGURUGAN.

Galian dan urugan harus terlebih dahulu diperiksa oleh Pengawas sebelum memulai dengan tahap selanjutnya. Dalam hal pengurugan, Pengawas akan segera menunjukkan bagian-bagian tanah mana yang dipadatkan dan harus siap dilaksanakan pengujian pemadatannya.

16.PENGGALIAN TAMBAHAN.

(8)

17.PENGGALIAN YANG MELEBIHI KEDALAMAN YANG DIKEHENDAKI. Bilamana terjadi penggalian yang melebihi kedalaman peil atau peil-peil yang tertera dalam gambar atau yang dikehendaki untuk suatu dasar yang tepat, maka Pemborong harus mengurug kembali bagian-bagian galian yang kelebihan tersebut dengan bahan-bahan yang sama seperti ketentuan-ketentuan untuk bahan urugan dan cara-cara pemadatan sesuai dengan ketetapan Direksi dan Konsultan Pengawas, dimana semuanya menjadi tanggungan Pemborong dan tidak ada pembayaran bagi Pemborong, untuk pekerjaan galian atau urugan diatas, bahkan untuk pekerjaan-pekerjaan dari bahan galian yang lebih.

18.MENAHAN TINGGINYA GALIAN.

Pemborong bertanggung jawab atas ketentuan pinggiran dari semua penggalian dan tidak ada claim atas semua pekerjaan galian tambahan, beton, pasangan atau bahan atau pekerjaan lainnya.

Pemborong harus bertanggung jawab atas adanya kerusakan pada struktur-struktur lainnya dalam halaman atau pada pekerjaan jalan umum, bangunan-bangunan dan lain sebagainya yang disebabkan oleh keruntuhan dari bagian pinggiran tanggul-tanggul tanah galian.

19.KUNJUNGAN PEMERIKSAAN SEBELUM PENGURUGAN KELILING

STRUKTUR.

Pengurugan bagi pondasi atau struktur lainnya yang tercakup atau tersembunyi oleh tanah tidak boleh dilaksanakan sebelum diadakan pemeriksaan oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.

20.SISA-SISA BAHAN-BAHAN KAYU DALAM GALIAN.

Kayu-kayu sisa, kotoran-kotoran dan lain sebagainya harus disingkirkan terlebih dahulu sebelum pekerjaan urugan, kecuali telah ada persetujuan Pengawas.

21.PENGURUGAN SEKELILING STRUKTUR.

Pengurugan sekeliling pondasi, atau struktur lainnya harus dilakukan serempak dan tidak dibenarkan untuk melakukan sebagian-sebagian kecuali ada persetujuan tertentu dari Pengawas.

Hanya bahan-bahan yang telah disetujui yang dapat digunakan untuk pengurugan dan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal sebesar-besarnya 20 cm.

Setiap lapis harus ditimbris dan dipadatkan, dan sebaiknya dilakukan dengan mesin giling (tumbuk) dan tidak diperbolehkan untuk menambahkan air kecuali telah dikehendaki dan disetujui Pengawas.

Pasal 3

PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG

1. RUANG LINGKUP PEKERJAAN.

Pengadaan prestressed concrete pile & panjang (sesuai gambar kerja) lengkap dengan sambungannya, mobilisasi & demobilisasi alat pemancangan, dan pemancangan serta test beban.

(9)

2. SYARAT-SYARAT UMUM DAN PERATURAN.

2.1. Pemeriksaan lapangan dan pekerjaan persiapan .

Kontraktor harus mengadakan pemeriksaan/pengukuran di lapangan dan pengecekan langsung guna menentukan dengan pasti kondisi lapangan, bahan-bahan yang kelak akan dijumpainya dan keadaan lapangan sekarang yang nanti mungkin akan mempengaruhi jalannya pekerjaan. Kontraktor harus membuat patok pengukuran dari beton yang ditentukan

letaknya pada referensi tinggi BM sesuai dengan gambar.

3. TIANG PANCANG BETON PRACETAK

3.1 Mutu beton minimum tiang pancang adalah K-450 dan tulangan U-24 dan U-39. Atau sesuai dengan standar produksi.

3.2 Pelaksanaan pembuatan tiang pancang harus mengikuti sepenuhnya Peraturan Beton Indonesia 1971 atau peraturan lainnya tentang beton pracetak.

3.3 Brosur dari produsen tiang pancang serta sambungannya harus disertakan dalam penawaran.

3.4 Daya dukung Tiang pancang 25x25 cm tersebut adalah 80 ton.

4. PERALATAN .

4.1. Alat pancang yang digunakan adalah system hidrolik.

4. 2. Dengan melihat lapangan dan untuk mempercepat waktu pelaksanaan dapat dipakai lebih dari satu alat pancang.

4.3. Pemborong bertanggung jawab sepenuhnya atas keselamatan keamanan baik keselamatan kerja maupun keselamatan barang atau peralatan yang ada di lapangan dalam masa kerja.

5. PEMANCANGAN

5.1. Pemancangan dilakukan sesuai titik yang tertera pada gambar.

5.2. Pengukuran dan posisi titik dilakukan oleh Pemborong.

5.3. Pemancangan harus tepat pada titik yang telah ditentukan dengan posisi vertikal.

5.4. Pada saat pemancangan pemborong bersama petugas/direksi lapangan membuat laporan pemancangan sampai dengan pengecekan penurunan.

5.5. Pemborong harus mengganti tiang pancang yang patah sewaktu dipancang disebabkan karena kualitas tiang pancang yang buruk.

Posisi tiang pengganti ditentukan oleh direksi lapangan./y

6. PEKERJAAN PERCOBAAN PEMBEBANAN.

(10)

Pekerjaan ini meliputi percobaan pembebanan vertikal atas 2(dua) buah pondasi tiang pancang yang telah dikerjakan atau minimal 1 tiang setiap 100 – 150 tiang pancang.

Volume percobaan pembebanan dapat berubah sesuai peraturan pemerintah setempat atau permintaan team ahli direksi, dan bukan merupakan pekerjaan tambahan.

6.2. Syarat Pelaksanaan.

6.2.1. Percobaan pembebanan mengikuti syarat-syarat yang disebut dalam ASTM D.1143-1981 (Standard Loading test).

6.2.2. Besarnya pembebanan maksimum adalah dua kali kapasitas tiang.

6.2.3. Penurunan maksimum adalah 25 mm sebagai penurunan kotor (gross settlement) dikurangi perpendekkan elastis dari tiang.

6.2.4. Jack untuk load test harus dikalibrasi sebelum pelaksanaan load test paling lama tiga bulan sebelumnya dan hasilnya harus memperlihatkan ketelitian minimal 95 %.

7. Cara Pelaksanaan

7.1. Pembebanan yang diberikan adalah dua kali kapasitas tiang (2 x 80 ton) atau apabila kerusakan terjadi lebih dahulu.

Beban diberikan secara bertahap.

7.2. Tahapan Pembebanan .

Pembebanan ke- Beban % Kerja

1 40

2 80

3 120

4 160

5 120

6 80

7 40

8 0

7.3. Setiap tahapan beban dilakukan selama 10 menit. Pembacaan pertama dilakukan secepatnya dan pembacaan berikutnya setiap interval 2,5 menit.

7.4. Laporan percobaan pembebanan berupa grafik yang menunjukkan hubungan kerja kurva beban terhadap settlement, harus dibuat dan diserahkan oleh kontraktor kepada direksi.

7.5. Laporan diatas dilengkapi data-data : Lokasi test pile

Lokasi titik boring, sondir & standard penetration test terdekat. Panjang tiang pondasi dan diameter teoritis.

Kalendering dari pemancangan tiang.

(11)

Karakteristik alat pancang.

Jadwal pemasangan, pembetonan tiang dan mulainya load test. Laporan tekanan jack dan alat-alat ukur.

7.6. Letak anker untuk load test (jika digunakan) harus berjarak minimum 1,5 m dari tepi tiang jarak tersebut dapat dikurangi sampai 1,0 m jika pelaksanaan dapat membuktikan bahwa tidak ada pengaruhnya pada hasil- hasil load test.

7.7. Letak test piles berjarak maksimum 5 m dari lokasi boring, terdekat.

7.8. Keputusan tentang terpenuhi atau tidaknya syarat kekuatan pondasi tiang,akan diberikan direksi lapangan.

7.9. Jika menurut evaluasi direksi terdapat penyimpangan tentang kapasitas tiang rencana atau terjadi gangguan dalam pelaksanaan pemancangan yang diluar kemampuan kontraktor untuk mengatasinya, dan merupakan kesulitan yang tidak mungkin diatasi menurut pertimbangan direksi maka dapat dimintakan penambahan tiang dari yang direncanakan, dan penambahan ini tidak/bukan dianggap pekerjaan tambahan.

Pasal 4

PEKERJAAN BETON

1. BETON COR DI TEMPAT 1.1. Pengendalian Pekerjaan

Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan seperti yang tertera dalam :

NI - 2 - PBI 1971 NI - 3 - 1970 NI - 5 - 1961 NI - 8 - 1974 STKM - JIS G 3445 PB 1989

1.2. Bahan-bahan

Bahan menggunakan adukan beton siap pakai (ready mixed concrete) atau dengan beton adukan di tempat dengan memakai molen, kontrol mutu sesuai dengan spesifikasi ini

* Agregat Beton

- Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet System Stone Crusher.

- Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM-C 33.

(12)

- Sistim penyimpanan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan danmenjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan. - Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5 %.

* Agregat Kasar

- Agregat Kasar untuk beton harus terdiri dari butir-butir yang kasar, keras tidak berpori dan berbentuk kubus.

Bila ada butir-butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.

- Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin Los Angeles ASTM-C 131 - 55.

- Agregat kasar harus bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau

- Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5%. - Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.

- Pasir harus terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras.

- Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.

Saringan Ukuran % Lewat saringan

(13)

No. 50

Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam NI - 8 Bab 3.2. PC type 1.

Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk semen saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.

Semen ini harus dibawa ke tempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta harus dalam jumlah sesuai dengan urutan pengirimannya. Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat-tempat rapat air dengan lantai terangkat dan ditumpuk dalam urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.

* Pembesian

Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah.Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran-ukuran masing-masing. Besi penulangan rata maupun besi-besi penulangan bergelombang (deformed bars) harus sesuai dengan persyaratan dalam NI - 2 Bab 3.7.

Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, apabila harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter penampang besi, atau dengan bahan cairan sejenis "Vikaoxy Off" yang disetujui pengawas.

Direksi/Pengawas berhak memerintahkan untuk menambah besi tulangan di tempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari tulangan yang ada di tempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan.

Penulangan harus terdiri dari baja keras dengan mutu U 39 dan baja lunak dengan mutu U 24 sesuai PB I 1971 & PBI 1989

* Kawat Pengikat

Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI - 2 Bab. 3.7.

* Air

Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI - 2 - Bab 3.6. Sebelum air untuk pengecoran digunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan pada Laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui Pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.

Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.

* Additive

(14)

1.3. Pelaksanaan

Sebelum dilaksanakan, Kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh Pengawas "Deviasi Standard" yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan.

* Pengecoran Beton

Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis dari Pengawas. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya.

Sebelum pengecoran dimulai, Kontraktor harus sudah menyiapkan seluruh stek-stek maupun anker-anker dan sparing-sparing yang diperlukan, pada kolom-kolom, balok-balok beton untuk bagian yang akan berhubungan dengan dinding bata maupun pekerjaan instalasi.

Kecuali dinyatakan lain pada gambar, maka stek-stek dan anker-anker dipasang dengan jarak setiap 1 meter.

* Pengecoran Beton

- Memberitahukan Direksi selambat-lambatnya 24 jam sebelum sesuatu pengecoran beton dilaksanakan.

Persetujuan Direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh.

- Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Direksi menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu.

- Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan.

Cara penuangan dengan alat-alat pembantu seperti talang, pipa, chute & sebagainya, harus mendapat persetujuan Direksi.

- Alat-alat penuang seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras.

Adukan beton tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter.

Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang. - Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami

"initialset" atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran.

- Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah.

- Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat.

(15)

* Pemadatan Beton

- Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat beton padat tanpa menggetarkan secara berlebihan.

- Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya dan dijaga agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang berongga-rongga dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan diterima.

- Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan beton.

- Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan dengan penggetar frekwensi tinggi 0.2 cm, agar dijamin pengisian beton dan pemadatan yang baik.

- Penggetaran beton harus dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih.

* Slump (kekentalan beton).

Kekentalan beton untuk jenis konstruksi berdasarkan pengujian dengan PBI-1971 adalah sebagai berikut : - Kaki dan Dinding Pondasi

- Pelat, balok dan dinding

Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekwensi getaran tinggi harga tersebut di atas dapat dinaikkan sebesar 50%, tetapi dalam hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.

* Penyambungan Beton dan Water Stop

a. Setiap penyambungan beton, permukaan harus dibersihkan/ dikasarkan dan diberi bahan bonding agent seperti : EMAGG atau sejenis yang dapat menjamin kontinuitas adukan beton lama dengan yang baru.

b. Tempat-tempat penyambungan pengecoran yang terletak di bawah permukaan tanah atau tempat-tempat yang berhubungan dengan genangan air hujan/air kotor harus diberi PVC water stop LWG (9") dan dipasang sesuai dengan petunjuk pengawas/produsen.

* Construction Joint (Sambungan Beton)

- Rencana atau schedule pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu struktur secara menyeluruh. Dalam schedule tersebut Direksi akan memberikan persetujuan dimana letak construction joints tersebut.

Dalam keadaan mendesak Direksi dapat merubah letak construction joints. - Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar dengan

(16)

- Bila pada sambungan beton/coran timbul retak atau bocor, perbaikan dilakukan dengan CONCRESIVE SGB Process.

* Pengujian Kekuatan Beton

Selama masa pelaksanaan, mutu beton harus diperiksa secara kontinyu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji. Paling sedikit setiap 5 m3 beton harus dibuat 1 sample benda uji, atau untuk seluruh bangunan dibuat minimal 20 sampai benda uji.

Benda uji harus diperiksa kekuatan tekannya di laboratorium yang disetujui pengawas dan biaya ketentuan PBI-1971 pasal 3.5 harus dipenuhi.

Mutu beton yang disyaratkan K-225 & K-300 untuk SDB & Arsip

* Pemeriksaan Lanjutan

Apabila hasil pemeriksaan tersebut di atas masih meragukan, maka pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan menggunakan concrete gun atau kalau perlu dengan core drilling untuk meyakinkan penilaian terhadap kualitas beton yang sudah ada sesuai dengan pasal 4.8 PBI 1971.

Seluruh biaya pekerjaan pemeriksaan lanjutan ini sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

2. CETAKAN BETON 2.1. Standard

Seluruh cetakan harus mengikuti persyaratan-persyaratan normalisasi dibawah ini:

NI - 2 - 1971 NI - 3 - 1979

2.2. Bahan-bahan

- Bahan pelepas acuan (releasing agent) harus sepenuhnya digunakan pada semua acuan untuk pekerjaan beton.

- Cetakan untuk beton cor ditempat biasa.

Bahan cetakan harus dibuat dari kayu lapis atau logam dengan diberi penguat-penguat secukupnya sehingga keseluruhan form work dapat berdiri stabil dan tidak terpengaruh oleh desakan-desakan beton pada waktu pengecoran serta tidak terjadi perubahan bentuk, yang disetujui oleh pengawas.

- Rencana (design) seluruh cetakan menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya.

- Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang dari hasil beton yang diinginkan oleh perencana dalam gambar-gambar.

- Cetakan harus sedemikian rupa menghasilkan muka beton yang rata. Untuk itu dapat digunakan cetakan dari multiplex, plat besi atau papan dengan permukaan yang halus dan rata.

- Sebelum beton dituang konstruksi cetakan harus diteliti untuk memastikan bahwa benar dalam letak, kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang serta bersih dari segala benda yang tidak diinginkan dan kotoran kotoran.

(17)

Pelaksanaan agar berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi yang dapat mengurangi daya lekat besi dan beton.

- Permukaan cetakan harus dibasahi dengan rata supaya tidak terjadi penyerapan air beton yang baru dituang.

- Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Direksi atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

* Bagian bawah sisi balok 28 hari * Balok tanpa beban konstruksi 7 hari * Balok dengan beban konstruksi 21 hari

* Pelat lantai/atap 21 hari

Dengan persetujuan Direksi cetakan beton dapat dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya telah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan pada umur 28 hari. Segala ijin yang diberikan oleh Direktur sekali-kali tidak boleh menjadi bahan untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawab kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan tersebut. Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada pada permukaan beton, tetap dihasilkan sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah.

- Bekas cetakan beton untuk bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali.

3. HASIL PENGECORAN & FINISHING

3.1. Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapih, bersih dan tanpa cacat, lurus dan tepat pada posisinya sesuai dengan gambar rencana.

3.2. Permukaan beton yang akan difinish dengan cat, tidak akan diplester lagi tetapi langsung diberi plamur dan cat.

3.3. Pengecatan dapat dilaksanakan setelah pengawas memeriksa dan menyatakan persetujuannya.

Pasal 5

PEKERJAAN BAJA

1. LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi baja sesuai dengan gambar dan spesifikasi.

Penyediaan semua material, peralatan dan tenaga, fabrikasi baja struktur terutama bagian penunjang seperti yang tercantum dalam gambar dan spesifikasi, pengiriman hasil fabrikasi baja sampai ke site dan erection konstruksi baja disite.

1.1. SYARAT-SYARAT DAN PERATURAN

Pekerjaan baja harus sesuai dengan standard dibawah ini : - Peraturan Muatan Indonesia (PMI)

(18)

- Japanese Industrial Standard (JIS)

- ASTM (American Sociaty for Testing Material - Amarican Welding Sociaty (WS)

- Steel Structural Panising Council (SSPC) - Standar Industri Indonesia (SII)

1.2. B A H A N

a. Semua bagian bahan baja yang digunakan harus baru dari jenis yang sama kualitasnya, dalam hal ini dipakai baja jenis ST. 37. dengan tegangan tarik putus baja minimum 3.700 kg/cm2.

b. Batang profil harus bebas dari karat, lubang-lubang, dibengkokan, puntiran dan cacat perubahan bentuk lainnya. Batang profil tekan tidak diijinkan bengkok lebih dari 1/400 kali panjang batang.

c. Semua bahan/batang baja untuk struktur ini harus disediakan sesuai dengan Gambar Rencana, baik penampang, bentuk, tebal, ukuran, berat maupun detail-detailnya.

d. Baut baut atau mur yang digunakan harus baut hitam dengan tegangan baut dan tegangan leleh 6400 kg/cm2 (Type 8.8). Ukuran ukuran baut yang dipakai harus seperti yang tercantum dalam gambar.

1.3. MACAM PEKERJAAN

a. Syarat-syarat pelaksanaan umum.

1. Pengerjaan harus bertaraf kelas satu, semua pekerjaan ini harus diselesaikan bebas dari puntiran, tekukan dan hubungan terbuka.

Semua bagian harus mempunyai ukuran yang tepat sehingga dalam memasang tidak akan memerlukan pengisi kecuali bila gambar detail menunjukan hal tersebut.

2. Semua detail dan hubungan harus dibuat dengan teliti dan dipasang dengan hati hati untuk menghasilkan tampak yang rapi sekali.

3. Kontraktor diharuskan mengambil ukuran ukuran sesungguhnya ditempat pekerjaan dan tidak hanya dari gambar-gambar kerja untuk memasang pekerjaan pada tempatnya, terutama pada bagian bagian yang terhalang oleh benda lain.

4. Setiap bagian pekerjaan yang buruk yang tidak memenuhi ketentuan diatas, akan ditolak dan harus diganti.

Pekerjaan yang selesai harus bebas dari puntiran-puntiran, bengkokan-bengkokan dan sambungan-sambungan yang terbuka.

5. Konstruksi baja yang telah selesai dikerjakan harus segera dilindungi terhadap pengaruh pengaruh udara, hujan dan lain-lain dengan cara yang memenuhi persyaratan.

(19)

7. Semua pekerjaan yang akan dimulai kontraktor diwajibkan membuat detail gambar kerja (shop-drawing) untuk disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.

b. Penyambungan dan pemasangan.

1. Pengelasan harus dilaksanakan dengan hati-hati.

Logam yang dilas harus bebas dari retak dan lain-lain cacat yang mengurangi kekuatan sambungan dan pemukaannya harus halus.

Permukaan-permukaan yang dilas harus sama dan rata serta kelihatan teratur. Las-las yang menunjukan cacat harus dipotong dan dilas kembali atas biaya Kontraktor.

2. Pekerjaan las harus dilakukan didalam bengkel, pekerjaan las yang dilakukan dilapangan harus sama standarnya dengan pekerjaan las yang dilakukan didalam bengkel, dan tidak diperkenankan melakukan pekerjaan pada waktu basah atau hujan.

3. Untuk penyambungan las lumer permukaan yang akan di las harus bebas dari kotoran minyak, cat dan lain-lain. Cara pengelasan harus dilakukan menurut persyaratan yang berlaku atau disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.

Las yang dipakai yaitu las sudut dan las tumpul. Mutu las minimal harus sama dengan mutu dari profil yang bersangkutan. Bila diperlukan dengan pengujian laboratorium. Pekerjaan pengelasan yang akan tampak harus dihaluskan sehingga sama dengan permukaan sekitarnya.

4. Macam las yang dipakai adalah las lumer (las dengan busur listrik).

Tebal las minimum : 3,5 mm Panjang las minimum : 13 x tebal las Panjang las maksimum : 43 x tebalnya.

5. Kekuatan dari bahan las yang dipakai paling kecil sama dengan kekuatan baja yang dipakai.

Kelas E 60 atau grade SAW-1 sesuai ASTM-A 233

6. Direksi dan Konsultan Pengawas berhak mengadakan test terhadap hasil pengelasan di Balai Penelitian Bahan bahan menurut standard yang berlaku di Indonesia atas biaya Kontraktor, jika pekerjaan penyambungan dinilai meragukan.

c. Pemasangan di tempat pembangunan

1. Pemborong berkewajiban untuk menjaga supaya lapangan untuk menumpuk barang yang telah diserahkan kepadanya, tetap baik keadaannya dan jika perlu untuk menyokong bagian-bagian konstruksi yang harus diangkut diberi kayu penutup sandar-sandar dan sebagainya.

2. Baut-baut.

Sambungan baut harus menggunakan baut hitam/HTB/Type 8.8 lubang untuk sambungan baut harus di bor (tidak boleh di pons) dengan toleransi tidak lebih dari 1 mm terhadap diameter baut.

(20)

4. Bagian bagian profil baja harus diangkat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi puntiran-puntiran, bila perlu digunakan ikatan-ikatan sementara untuk mencegah timbulnya tegangan yang melewati tegangan yang diijinkan, dan ikatan sementara tersebut dibiarkan terpasang sampai pemasangan seluruh konstruksi selesai.

5. Pengelasan diatas harus dilaksanakan pada saat konstruksi telah dalam keadaan diam dan bebas dari beban penutup atap.

d. Memotong dan menyelesaikan pinggiran-pinggiran bekas bekas irisan, gilingan, masakan dan lain-lain.

1. Bagian-bagian bekas irisan harus benar datar, lurus dan bersih, sekaligus tidak diperbolehkan bekas-bekas jalur, beram-beram dan lain-lain.

2. Bila bekas pemotongan/pembakaran dengan mesin diperoleh pinggiran-pinggiran bekas irisan maka bagian tersebut harus dibuang sekurang-kurangnya selebar 2,5 mm, sudah tidak tampak lagi jalur- jalur.

3. Bagian konstruksi yang berfungsi tidak perlu membuang bekas-bekas potongan.

e. Meluruskan, memadatkan dan melengkungkan.

1. Melengkungkan dalam keadaan dingin hanya boleh di lakukan pada bagian non struktural, untuk melengkungkan harus digunakan gilingan-gilingan lengkung.

Melengkungkan pelat dalam keadaan dingin menurut suatu jari-jari tidak boleh kurang dari tiga kali tebal pelat, demikian juga untuk batang-batang dibidang dan badannya.

2. Melengkungkan batang-batang menurut jari-jari yang kecil harus dilakukan dalam keadaan panas.

3. Melengkungkan dalam keadaan panas harus dilakukan segera setelah bahannya dipanaskan menjadi merah tua.

4. Melengkungkan dan memukul dengan martil tidak boleh dilakukan, bilamana bahan yang dipanaskan tidak lagi menyinarkan cahaya.

f. Menembus, Mengebor dan Meluaskan lubang.

1. Pada keadaan akhir, diameter lebar untuk baut yang dibubut dengan tepat dan sebuah baut hitam yang tepat boleh berbeda masing-masing sebanyak 0,1 mm dari pada diameter batang baut-baut itu.

2. Untuk lubang - lubang dalam bagian konstruksi yang disambungkan dan yang harus dijadikan satu dengan alat menyambung di bor sekaligus diameter sepenuhnya, dan apabila tidak sesuai maka perubahan perubahan lubang tersebut di bor atau diluaskan dan menyimpangnya tidak boleh melebihi 0,5 mm.

(21)

g. Paku keling dan baut.

1. Baut yang dipergunakan untuk konstruksi harus mempunyai ukuran sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.

2. Pemasangan baut harus benar-benar kokoh serta mempunyai kekokohan yang merata antara yang satu dan lainnya.

h. Perlindungan pekerjaan-pekerjaan baja dengan cara pengecatan.

Pengecatan baja menggunakan menit besi ICI dan cat enemel ICI dua kali, warna akan ditentukan kemudian.

Pasal 6

PEKERJAAN WATER PROOFING

1. LINGKUP PEKERJAAN

Yang termasuk pekerjaan ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu lainnya termasuk pengangkutannya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar, memenuhi uraian syarat dibawah ini serta memenuhi spesifikasi dari pabrik yang bersangkutan. Bagian yang di waterproofing adalah sesuai dengan gambar kerja.

2. PERSYARATAN BAHAN

2.1. Persyaratan Standar Mutu Bahan Standar dari bahan dan prosedur yang ditentukan oleh pabrik dan standar-standar lainnya seperti : NI.3 ASTM 828, ASTME, TAPP I 803 dan 407, kontraktor tidak dibenarkan merubah standar dengan cara apapun tanpa ijin dari Direksi dan Konsultan Pengawas.

2.2. B a h a n

Jenis bahan yang digunakan sesuai dengan lokasi, ditentukan sebagai berikut:

Jenis waterproofing sistim membrane tebal 4 mm setara dengan produk Asphaltoplast Betek atau bahan yang lain dengan persetujuan dahulu dari Konsultan Perencana dan Direksi .

3. SYARAT-SYARAT PELAKSANAAN

3.1. PERSYARATAN UMUM

3.1.1. Semua bahan sebelum dikerjakan harus ditunjukkan kapada Direksi dan Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan, lengkap dengan ketentuan/persyaratan pabrik yang bersangkutan. Material yang tidak disetujui harus diganti tanpa biaya tambahan.

3.1.2. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian maka bahan-bahan pengganti harus yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas berdasarkan contoh yang diajukan oleh Kontraktor.

(22)

oleh Direksi dan Konsultan Pengawas. Peil dan ukuran harus sesuai gambar.

3.1.4. Cara-cara pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti petunjuk dan ketentuan dari pabrik yang bersangkutan dan atas petunjuk Direksi dan Konsultan Pengawas.

3.1.5. Bila ada perbedaan dalam hal apapun antara gambar, spesifikasi dan lainnya, kontraktor harus segera melaporkan kepada Direksi dan Konsultan Pengawas sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor tidak dibenarkan memulai pekerjaan disuatu tempat dalam hal ada kelainan/perbedaan ditempat itu, sebelum kelainan tersebut diselesaikan.

4. CARA-CARA PELAKSANAAN

Pelaksanaan pemasangan harus dikerjakan oleh ahli yang berpengalaman (ahli dari pihak pemberi garansi pemasangan) dan terlebih dulu harus mengajukan "metode pelaksanaan" sesuai dengan spesifikasi pabrik untuk mendapat persetujuan dari Direksi dan Konsultan Pengawas.

Waterproofing dilaksanakan untuk daerah basah /lantai kamar mandi dan pelapis beton yang ditunjukan pada gambar.

5. PENGUJIAN MUTU PEKERJAAN

5.1. Kontraktor diwajibkan untuk melakukan percobaan-percobaan/pengetasan terhadap ahli pekerjaan atas biaya sendiri, seperti dengan cara memberi siraman diatas permukaan yang telah diberi lapisan kedap air.

5.2. Kalau terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan ámaka kontraktor harus memperbaiki/mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.

Pada waktu penyerahan, maka kontraktor harus memberikan jaminan atas semua pekerjaan perlindungan terhadap kemungkinan bocor, pecah dan cacat lainnya, akibat kegagalan dari bahan maupun hasil pekerjaan yang berlaku, selama 10 (sepuluh) tahun termasuk mengganti dan memperbaiki semua jenis kerusakan yang terjadi.

6. SYARAT PENGAMAN PEKERJAAN

6.1. Kontraktor wajib mengadakan perlindungan terhadap pemasangan yang telah dilakukan, terhadap kemungkinan penggeseran, lecet permukaan atau kerusakan lainnya.

6.2. Kalau terdapat kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan Pemilik atau pemakai pada waktu pekerjaan ini dilakukan/dilaksanakan maka kontraktor harus memperbaiki/ mengganti sampai dinyatakan dapat diterima oleh Direksi dan Konsultan Pengawas.

Referensi

Dokumen terkait

a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup

Metode pelaksanaan yang sering digunakan proyek di lapangan yaitu metode bottom-up yang dimulai dari pembuatan pondasi atau penggalian tanah (dengan kedalaman yang

Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Bentuk gambar/desain pada batik

2.4.1 Dalam hal terjadi perbedaan dan atau pertentangan dalam gambar-gambar yang ada (ARSITEKTUR dan STRUKTUR) dalam buku Uraian Pekerjaan ini, maupun pekerjaan

Dari dasar seperti di atas sekiranya kita dapat mengambil perhitungan untuk menentukan kedalaman atau jarak suatu objek yang ada. Di dalam menentukan kedalaman gambar

Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Bentuk gambar/desain pada batik

Ekstraksi fitur adalah proses penggalian informasi atau ciri penting dari suatu gambar yang dapat dibedakan dari suatu objek atau kelompok objek sehingga dasar informasi ini

c) Bilamana terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan atau