• Tidak ada hasil yang ditemukan

SERIAL PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN DI JEPANG: Cara SD di Jepang melatih berargumentasi sejak dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SERIAL PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN DI JEPANG: Cara SD di Jepang melatih berargumentasi sejak dini"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SERIAL PENDIDIKAN DAN KEHIDUPAN DI JEPANG: Cara SD di Jepang melatih berargumentasi sejak dini

Oleh Yanti Herlanti1

Selama tiga tahun saya mendapat kesempatan bergabung dalam proyek pengembangan kurikulum pendidikan lingkungan bersama Indonesia Education

Promoting Foundation (IEPF) Japan didukung oleh Japan Cooperation International Agency (JICA). Berikut ini tulisan perdana pengalaman saya yang

mungkin bermanfaat bagi para guru terutama level sekolah dasar.

Bagaimana sekolah dasar di Jepang melatih berargumentasi?

Di sebuah kelas…

Guru : “Siapa yang mau berpendapat? Apa yang menyebabkan banjir di Jakarta?”

Murid : Serentak para peserta didik mengacungkan tangannya. Guru : “Baiklah, coba Ani!”

Ani : “Itu bu, banjir itu karena kita buang sampah ke sungai!” Guru : Salah satunya itu, ada yang lain?

Murid : (Serempak) Saya bu saya bu…. Guru : “Ya, coba Budi!”

Budi : “Anu banyak sampah di Sungai!”

Guru : “Ya, sama ya? Karena sampah!” Yang lainnya?” Murid : mengacungkan tangannya

Guru : Ya, coba Nisa!

Nisa : “Karena orang-orang buang sampah ke Sungai!”

Pernahkan anda sebagai guru mengalami hal seperti itu? Pendapat Peserta didik yang kita tunjuk untuk menjawab tidak berbeda dengan pendapat peserta didik sebelumya? Lalu siapa penyebab gagal paham ini? Peserta didik atau gurunya? Sebagai guru mungkin kita tak perlu kesal dengan jawaban peserta didik, tapi kita harus memikirkan bagaimana caranya agar tanya jawab yang dilakukan guru dan peserta didik lebih hidup?

Jawaban beragam yang diberikan peserta didik untuk sebuah pertanyaan yang sifatnya ekploratif seperti di atas menunjukkan kekayaan imajinasi dan kreatifitas. Peserta didik menjawab dengan jawaban berbeda sesuai pengalaman dan sudut pandangnya, itulah sebetulnya yang diharapkan dari sebuah pertanyaan eksploratif. Namun, ada kalanya peserta didik gagal menjawab sesuai yang diharapkan, bukan semata peserta didik, tapi mungkin saja karena kekurangan kita sebagai pengajar dalam mengelola kelas.

Para pakar pendidikan di Jepang pun merasakan hal yang sama. Anak-anak Jepang sulit mengemukakan argumen, kalau mengemukakan maka antar peserta jawaban sama. Berdasarkan pemikiran ini maka para pakar pendidikan

(2)
[image:2.595.97.508.124.566.2]

menciptakan aturan menjawab pertanyaan guru di kelas. Gambar 1 di bawah ini memperlihatkan aturan tunjukkan tangan dalam menjawab pertanyaan guru di kelas.

Gambar 1. Aturan tunjuk tangan di Kelas Tingkat Sekolah Dasar: Bertanya, Tidak sependapat, menambahkan pendapat yang ada, setuju, dan mengemukakan

pendapat baru (dari kiri ke kanan)

Peraturan seperti ini ditempelkan di depan kelas di atas papan tulis (lihat Gambar 2), sehingga para siswa bisa melihat dan menggunakannya pada saat pembelajaran berlangsung bersama guru (lihat Gambar 3) dan pada saat diskusi kelompok antar peserta didik (lihat Gambar 4). Lalu apa keuntungan dari aturan penunjukkan tangan ini?

• Bagi peserta didik akan banyak berpikir terlebih dahulu sebelum berpendapat. Peserta didik lebih memperhatikan pendapat sebelumnya, dan tidak buru-buru berpendapat. Ini mengasah rasa empati dan peduli serta menghargai pendapat orang lain, dan mengeliminasi rasa egois atau ingin tampil lebih hebat dari temannya.

(3)

sebelumnya, maka tentu akan prioritas untuk menunjuknya terlebih dahulu, begitu pula ketika ada peserta didik yang menyanggah pendapat sebelumnya tentu akan lebih utama dipersilahkan terlebih dahulu dibandingkan dengan yang mengemukakan pendapat baru.

[image:3.595.88.512.127.691.2]

• Bagi lingkungan belajar, aturan ini menciptakan lingkungan belajar membangun pengetahuan secara konduksif, efektif, efesien, adil dan tertib. Konduksif, ketika guru telah menunjuk seseorang untuk berpendapat, maka setiap peserta didik akan mendengarkan dahulu pendapat teman lainnya, kemudian berfikir, baru kemudian menentukan posisinya mau menambahkan pendapat, setuju saja, membantah, atau memberikan pendapat baru. Efektif, setiap peserta didik secara tertib bergiliran berpendapat ketika guru berpendapat, dan pendapat yang dilontarkan peserta didik sifatnya memperkaya pendapat sebelumnya sehingga terjadi konstruksi pengetahuan bersama. Efesien, pendapat yang sifat mengulang-ulang walau dengan redaksi yang berbeda dapat dihindari dengan aturan penunjukkan tangan seperti ini. Adil, semua peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat. Tertib, tidak perlu berteriak-teriak di kelas, tetapi isyarat tangan mereka telah cukup memperlihatkan kualitas pendapat yang akan dilontarkan, guru pun secara bergiliran dapat memilih kualitas pendapat yang ingin dibangun dalam pembelajaran di kelas.

(4)
[image:4.595.92.507.72.306.2]

Gambar 3. Pada Proses Pembelajaran di Kelas Peserta Didik Toyama University Affiliated Elementary School Jepang Menggunakan Aturan Tunjuk Tangan

(terlihat cara menunjukkan tangan berbeda)

Gambar 4. Pada saat Diskusi Kelompok Aturan Penunjukkan Tangan Tetap Digunakan diantara Para Siswa SD Jinjumidori Jepang

Pentingnya Argumentasi Sejak Dini

[image:4.595.91.514.86.624.2]
(5)

penjamin. Keseluruhan proses yang meliputi klaim, data, penjamin, dan dukungan dinamakan dengan argumen.

Argumen berbeda dengan asumsi. Asumsi adalah perkiraan yang bisa jadi didasarkan pada data/fakta atau bisa juga tidak. Argumen juga berbeda dengan provokasi, provokasi terkadang menggunakan fakta/data palsu dengan maksud menghasud. Membiasakan berargumen sejak dini (bukan berasumsi atau melakukan provokasi) akan membiasakan peserta didik mencari data/fakta sebelum menyatakan suatu klaim bukan sekedar asal pendapat. Ketika peserta didik menginginkan klaim yang kuat yang dapat diterima oleh semua orang, maka dia akan mencari penjamin dan pendukungnya, sehingga argumennya diyakini oleh orang banyak dan mempengaruhi kepercayaan orang lain.

Pada era pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, arus argumen terutama di media online dan sosial sangat deras. Membedakan mana argumen atau asumsi atau provokasi sangat penting. Demikian juga membiasakan berargumen secara benar membuat peserta didik senantiasa memiliki kejujuran dalam berpendapat, obyektif, dan melatih berpikir kritis dalam memanfaatkan penjamin dan pendukung terhadap pernyataannya, serta membiasakan berpikiran terbuka mau mendengarkan dan menghargai argumen orang lain.

Gambar

Gambar 1.  Aturan tunjuk tangan di Kelas Tingkat Sekolah Dasar:  Bertanya, Tidak sependapat, menambahkan pendapat yang ada, setuju, dan mengemukakan
Gambar 2.  Aturan Tunjuk Tangan DiTempelkan di Area yang Terlihat  pada Semua Sudut Tempat Duduk Peserta Didik SD Jinjumidori Jepang
Gambar 3.  Pada Proses Pembelajaran di Kelas Peserta Didik Toyama University Affiliated Elementary School Jepang Menggunakan Aturan Tunjuk Tangan

Referensi

Dokumen terkait

dikembangkan menjadi pemetaan secara digital. Pemetaan jenis ini dapat digabung dengan pemetaan lain yang dilakukan pada tingkat kabupaten/ kota dan dibandingkan

Coca Cola Amatil Indonesia (central java) yang telah bersedia menyediakan waktu untuk penulis berkonsultasi dan telah membantu banyak dalam pembagian kuesioner, memberikan izin

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Etika Auditor berpengaruh signifikan terhadap Audit Judgement, semakin tinggi tingkat Etika Auditor maka Audit

Menguji apakah terdapat perbedaan keputusan investasi antara partisipan yang memperoleh informasi good news diikuti informasi bad news (++--) dibandingkan

Untuk software aplikasi PC menggunakan Visual Basic sebagai software untuk membangun interface sedangkan parameter daya akan disimpan pada database dengan menggunakan MS Access

[r]

Disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan menempuh Sarjana Strata 2 Magister (S-2) Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada Program Pascasarjana

Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk NPK 0 gram memiliki jumlah daun tertinggi dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk NPK 1,5 dan 3 gram, sedangkan aplikasi