• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSTRAKSI MINYAK BIJI KETAPANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER MINYAK NABATI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSTRAKSI MINYAK BIJI KETAPANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER MINYAK NABATI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun Oleh :

Lina Dharmawati

0831010003

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami

diberikan kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan laporan penelitian kami

yang berjudul “Ekstraksi Biji Ketapang sebagai Alternatif Sumber Minyak

Nabati”.

Adapun penyusunan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus

ditempuh dalam kurikulum program studi S-1 Teknik Kimia dan untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Laporan penelitian yang kami dapatkan tersusun atas kerjasama dan berkat

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami

mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur.

2.

Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UPN

“Veteran” Jawa Timur.

3.

Bapak Ir. L. Urip Widodo, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian.

4.

Bapak Ir. Siswanto, MS selaku Dosen penguji Penelitian.

5.

Ibu Ir. Isni Utami, MT selaku Dosen penguji Penelitian.

6.

Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material.

7.

Seluruh teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat dalam

pelaksanaan dan penyusunan proposal penelitian.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memenuhi syarat akademis dan

bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi

perbaikan penyusun berikutnya, penyusun mengucapkan terima kasih.

Surabaya, April 2012

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

... i

KATA PENGANTAR

………

ii

ABSTRAK

……….. iii

DAFTAR ISI

……… iv

BAB I PENDAHULUAN

………

1

I.1. Latar belakang ………

1

I.2. Tujuan percobaan ……… 2

I.3. Manfaat percobaan ……….

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

………..………

2

II.1. Secara Umum………..……… 3

II.1.1 Ketapang………. 3

II.1.3 Minyak Nabati……… 5

II.1.4 Minyak Biji Ketapang……… 6

II.2 Landasan Teori………. .………..… 8

II.2.1 Ekstraksi ………... 8

II.2.2 Heksana………..….……….. 11

II.3 Hipotesa……….… 12

BAB III RENCANA PENELITIAN

...……….….. 13

III.1 Bahan ……….. …….………. 13

III.2 Alat………..………...…….... 13

III.3 Peubah...………...…... 14

III. 4 Prosedur Penelitian ……...……… 14

III. 5 Metode Analisa……….…… 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

……….. 18

IV.1 Hasil ……….. 19

(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

……… 22

V.1 Kesimpulan ………. 22

V.2 Saran ………... 22

APPENDIKS

……….. 23

DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Ketapang …… ……... 6

Tabel 2.2 Tabel Sifat Fisika Kimia Mnyak Biji Ketapang ... 6

Tabel 2.3 Standar Mutu Minyak Goreng ... 7

Tabel 2.4 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit ... 7

(7)

ABSTRAK

Biji

Terminalia catappa L

atau ketapang merupakan salah satu sumber

minyak nabati di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil minyak biji

ketapang dengan proses ekstraksi dan mengetahui kualitas minyak biji ketapang

berdasarkan sifat fisika dan kimia.

Minyak diekstraksi dengan heksana menggunakan alat ekstraktor

berpengaduk sesuai dengan variasi waktu ekstraksi dan kecepatan putaran yang

telah ditentukan. Perbandingan berat biji dan volume pelarut adalah 1:18.

Hasil terbaik dari penelitian ini yaitu pada kondisi 250 rpm selama 5 jam

diperoleh minyak sebanyak 47,78%. Analisa bilangan asam diperoleh nilai 4,03

mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan minyak zaitun. Yang menunjukkan

bahwa asam lemak bebasnya juga rendah yaitu 2,16%. Bilangan penyabunannya

72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak lainnya dan bilangan iodium

sebesar 74,87.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah Indonesia. Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau berbatu. Toleran terhadap tanah masin dan tahan terhadap percikan air laut; sangat tahan terhadap angin dan menyukai sinar matahari penuh atau naungan sedang. Mampu bertahan pada daerah-daerah tropis atau daerah-daerah dekat tropis. Di Indonesia, tumbuhan ini banyak tumbuh dan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.

Di lingkungan sekitar kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Surabaya, pohon ini banyak tumbuh di tepi jalan dan hanya dimanfaatkan sebagai pohon peneduh. Biji ketapangnya sendiri banyak berjatuhan dan tidak dimanfaatkan.

(9)

wijen, sehingga biji ketapang berpeluang digunakan sebagai sumber minyak nabati.

Selain sebagai alternatif pengganti minyak nabati, saat ini juga sedang diteliti potensi minyak biji ketapang sebagai bahan baku alternatif untuk dijadikan biodiesel.

(Sumber:http://www. farmasi.ugm.ac.id/analisis-biji-ketapang-terminalia-catappa-l.2008)

1. 2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah pengambilan minyak biji ketapang dengan proses ekstraksi dan mengetahui kualitas minyak biji ketapang berdasarkan sifat fisika dan kimia.

1. 3 Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan nilai guna dan nilai tambah secara ekonomi dari biji ketapang dengan memprosesnya menjadi minyak biji ketapang.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Secara Umum

2.1.1. Ketapang

Ketapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang rindang dengan susunan taksonomi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Myrtales

Family : Combretaceae

Genus : Terminalia

Species : T. catappa

Synonyms :

- Phytolacca javanica Osbeck - Terminalia mauritiana Blanco - Terminalia moluccana Lam. - Terminalia procera Roxb.

(11)

yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning. Bunga tak bermahkota, dengan kelopak bertaju-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putihatau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun lima-lima. Buah berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit, hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika masak.

(http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang)

Bentuk dari buah pohon katapang ini seperti buah almond. Besar buahnya kira-kira 4 – 5,5 cm. Buah katapang berwarna hijau tetapi ketika tua warnanya menjadi merah kecoklatan. Kulit terluar dari bijinya licin dan ditutupi oleh serat yang mengelilingi biji tersebut. Kulit biji dibagi menjadi 2, yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit dalam (tegmen). Lapisan kulit luar pada biji Terminalia catappa ini keras seperti kayu. Lapisan inilah yang merupakan pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalamnya.

(12)

Gambar 2.2. Buah dan biji ketapang

Ketapang dari suku Combreataceae merupakan salah satu keanekaragaman hayati di Indonesia yang perlu dikaji lebih lanjut. Hegnauer (1964) menyatakan bahwa T. catappa mengandung cadangan makanan berupa asam lemak seperti, asam palmitat (29 - 39 %) dan asam strearat (4-10%) di dalam bijinya. Penelitian Agatemor dan Ukhun (2006) menerangkan bahwa biji ketapang juga mengandung berbagai jenis nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Biji ketapang mengandung fosfor dangan jumlah yang cukup signifikan (2200 μg/g berat kering), karbohidrat (78,14% berat kering) dan minyak (16,35% berat kering). Selain itu, biji ketapang juga mengadung magnesium, kalsium, besi, seng, natrium dan mangan. Vitamin A dan C juga terkandung dalam biji ketapang sehingga dapat dijadikan sebagai pelengkap nutrisi harian.

2.1.2. Minyak nabati

(13)

2.1.3. Minyak biji ketapang

Minyak biji ketapang dihasilkan melalui proses ekstraksi dari bahan biji tanaman ketapang (Terminalia catappa) yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber bahan baku alternatif minyak nabati. Seperti dijelaskan sedikit diawal, berdasarkan penelitian M.P. Handayani dan Subagus W (2008)berikut adalah komposisi kimia dan fisika minyak biji ketapang :

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Minyak Biji ketapang

Tabel 2.2 Sifat Fisika-Kimia Minyak Biji ketapang

Sumber: Handayani & Subagus, 2008

Asam Lemak Asam linoleat Asam oleat Asam palmitat

Terdiri dari : 24,49% 33,49% 35,63% Sifat Nilai Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod

Indeks bias (20oC) Bobot jenis (25/ 25oC)

4,7 mgKOH/gram 68,83 mgKOH/gram

(14)

Tabel 2.3 Syarat Mutu Minyak Goreng berdasarkan SNI 01-3741-2002

Tabel 2.4 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat Nilai

Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod

Indeks bias (20oC) Asam lemak bebas

6,5 mgKOH/gram 196 – 205 mgKOH/gram

48 – 56 1,4565 – 1,4585

< 3,5%

Sumber: Ketaren, 2005

Tabel 2.5 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa

Sifat Nilai

Bilangan asam Bilangan penyabunan Bilangan iod

Indeks bias (20oC) Asam lemak bebas

9,3 mgKOH/gram 248 – 265 mgKOH/gram

8,6 – 11 1,448 – 1,450

< 5%

Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1992

Kriteria uji Persyaratan

Bau Normal Rasa Normal

Warna Muda jernih

(15)

2.2 Landasan Teori

2.2.1. Proses Ekstraksi

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen- komponen dalam campuran.

Ekstraksi banyak dipakai dalam pengambilan suatu zat dari bahan padat, misalnya pada pengambilan minyak dari biji-bijian hasil pertanian ataupun dari daun-daunan dan akar tinggal tanaman.

Berdasarkan bentuk campuran yang diekstrak, ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua macam,yaitu :

1. Ekstraksi Padat-cair

Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk padatan.

2. Ekstraksi Cair-cair

Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk cair.

Ekstraksi padat-cair

(16)

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan dari ekstraksi adalah :

1. Ukuran partikel

Ukuran partikel berpengaruh terhadap kecepatan dari ekstraksi. Semakin kecil ukuran semakin luas bidang kontak sehingga semakin cepat pula ekstraksi terjadi. Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel dengan liquida, akibatnya akan memperbesar rate transfer material, disamping itu juga akan memperkecil jarak difusi. Tetapi ukuran partikel yang sangat halus akan membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak jalan disamping itu juga akan mempersulit drainase residu.

2. Pelarut

Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang selektif, tidak merusak bahan dan memiliki viskositas rendah. Biasanya pelarut murni yang digunakan dalam proses ini.

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut :

 Selektifitas

Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstrak.

 Kelarutan

(17)

 Kemampuan tidak saling bercampur

Pada ekstraksi cair-cair tidak boleh (atau hanya secara sebatas) larut dalam bahan ekstrak.

 Reaktivitas

Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen-komponen pada bahan ekstraksi.

 Titik didih

Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi atau rektifikasi maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat dan keduanya tidak membentuk azeotrop.

 Kriteria lain

Pelarut sedapat mungkin harus memenuhi hal- hal sebagai berikut: murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak eksplosif jika bercampur dengan udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki viskositas yang rendah dan stabil secara kimia dan termis.

3. Temperatur

Kelarutan solute akan bertambah dengan naiknya temperatur, sehingga kecepatan ekstraksi akan meningkat pula. Akan tetapi kenaikan temperatur ini ada batasannya karena setiap solvent memiliki titik didih yang berbeda

(18)

4. Pengadukan

Pengadukan pada solvent sangat penting karena akan meningkatkan diffusi solvent ke solid sehingga mempercepat ekstraksi. Secara umum pengadukan bertujuan untuk mendistribusikan suhu agar merata dan mempercepat kontak solute dengan solvent. Selain itu juga pengadukan bertujuan untuk mengurangi pengendapan.

5. Kecepatan perpindahan massa

Pada ekstraksi padat-cair, perpindahan massa solute dari dalam padatan ke cairan melalui dua tahap proses, yaitu diffusi dari dalam padatan ke permukaan padatan dan perpindahan massa dari permukaan padatan ke cairan.

Bila ukuran padatan relatif kecil, maka diffusi dari dalam padatan ke permukaan padatan berlangsung cepat, sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kecepatan perpindahan massa dari permukaan padatan ke permukaan cairan.

2.2.2. Heksana

Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 (isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3).

(19)

menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air.

Heksana memiliki massa jenis 0.655 g/ml dan titik didih yang rendah yaitu 65 - 70ºC sehingga baik digunakan sebagai pelarut karena mempunyai sifat stabil. (Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/heksana)

Pada proses ekstraksi ini digunakan pelarut heksana didasarkan atas beberapa hal, yaitu:

a. Harga heksana relatif lebih murah dibandingkan solvent lainnya. b. Mempunyai kemampuan membunuh bakteri.

c. Recovery solventnya lebih sederhana. d. Faktor kimianya tidak bersifat korosif.

e. Minyak yang diperoleh mempunyai mutu yang baik.

(Smallwood, 1988)

2.3 Hipotesis

(20)

BAB III

RENCANA PENELITIAN

3.1 Bahan yang Digunakan

Penelitian ini menggunakan bahan baku biji ketapang (Terminalia catappa) berasal dari pohon ketapang yang hidup di sekitar halaman kampus UPN “Veteran“ Jatim. Heksana (CH3(CH2)4CH3) dibeli dari toko Tidar Kimia Surabaya

(ρ = 0.66 kg/liter ; Titik didih = 69 0C ; BM = 86,17 gr/grmol).

3.2 Alat yang digunakan

Peralatan yang digunakan dirangkai sedemikian rupa (seperti terlihat pada gambar):

Keterangan :

1. Motor pengaduk 2. Kondensor 3. Labu leher tiga 4. Kompor listrik 5. Thermometer

(21)

3.3 Peubah

Variabel yang ditetapkan :

a. Berat sampel : Volume Pelarut = 1 :18 (Prawiropoetro, 1996)

b. Suhu operasi : 69°C

c. Diameter partikel : 60 mesh Variabel yang dijalankan :

a. Waktu proses (jam) : 2, 3, 4, 5 dan 6

b. Kecepatan pengadukan (rpm): 100, 150,200, 250 dan 300

3.4Prosedur Penelitian

Buah ketapang yang telah terkumpul dikupas kulit luarnya untuk diambil bijinya. Sampel biji lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 800C selama 6 jam untuk menghilangkan kadar air dan supaya biji tidak busuk. Biji yang telah kering kemudian dihaluskan.

Biji yang telah halus dimasukkan ke dalam rangkaian alat ekstraksi sesuai dengan variabel yang telah ditentukan kemudian masukkan heksana. Jalankan proses ekstraksi sesuai variasi waktu proses (jam) dan kecepatan putaran (rpm).

(22)

Minyak yang telah terpisahkan dari heksana kemudian diangin-anginkan untuk menghilangkan heksana yang masih tersisa.

3.5Analisa

Angka Asam

Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram zat. Bilangan asam ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas dalam suatu lemak atau minyak. Penentuannya dilakukan dengan cara titrasi menggunakan KOH-alkohol dengan ditambahkan indikator pp.

Angka Penyabunan

Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1 gram zat. Besarnya bilangan penyabunan bergantung dari massa molekul minyak, semakin besar massa molekul semakin kecil bilangan penyabunannya.

Angka Iodium

(23)

Asam lemak bebas

Prosedur analisa penentuan asam lemak bebas pada dasarnya hampir sama dengan analisa penentuan bilanggan asam atau angka asam. Seperti diketahui, analisa bilangan asam betujuan untuk mengukur kadar asam lemak bebas dalam suatu bahan pangan dengan melihat jumlah KOH yang digunakan.

(24)

Skema Penelitian

Biji ketapang

oven selama 6 jam T:100°C

Kecepatan putaran (rpm):100,150, 200,250,300

Waktu proses: 2,3,4,5,6 jam

Campuran : minyak, pengotor, dan pelarut

Minyak biji ketapang

Analisa Pengeringan

Dihaluskan

Ekstraksi

Destilasi (T: 69°C)

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Kecepatan Berat minyak % minyak Waktu

(jam) putaran (rpm) yg terambil (gr) terambil

100 2.657 26.57

150 2.823 28.23

200 3.365 33.65

250 3.956 39.56

2

300 3.897 38.97

100 2.791 27.91

150 3.339 33.39

200 3.792 37.92

250 4.098 40.98

3

300 3.954 39.54

100 2.977 29.77

150 3.599 35.99

200 4.174 41.74

250 4.403 44.03

4

300 4.376 43.76

100 3.026 30.26

150 3.913 39.13

200 4.497 44.97

250 4.695 47.78

5

300 4.732 46.86

100 3.199 31.99

150 3.957 39.57

200 4.559 45.59

6

(26)
(27)

4.2 Grafik dan Pembahasan

Grafik perbandingan kecepatan putaran dengan % minyak yang

terambil

Pembahasan:

(28)

Dari penelitian kami di dapat bahwa hasil terbaik yang diperoleh dari ekstraksi minyak biji ketapang ini adalah dengan kecepatan putaran 250 rpm. Hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut kemampuan solvent mengekstrak biji ketapang merupakan yang terbaik. Pada kondisi 300 rpm, solvent mulai jenuh dengan minyak sehingga kemampuan mengekstrak mulai menurun.

Grafik perbandingan waktu ekstraksi dengan % minyak yang

terambil

Pembahasan:

(29)

Pada analisa bilangan asam didapatkan nilai 4,03 mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan kelapa dan kelapa sawit, sehingga kualitasnya lebih baik daripada minyak kelapa dan kelapa sawit. Semakin rendah bilangan asam maka semakin rendah juga asam lemak bebas yang ada dalam minyak. Bilangan penyabunan 72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak kelapa dan kelapa sawit. Bilangan iodium sebesar 74,87. lebih tinggi dari bilangan iod minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. Asam lemak bebasnya 2,16% lebih rendah dari asam lemak bebas kelapa sawit dan minyak kelapa.

Berdasarkan perbandingan dengan minyak kelapa dan minyak kelapa sawit dapat disimpulkan bahwa minyak biji ketapang tidak berpeluang sebagai alternatif bahan baku pengganti minyak goreng. Walaupun bilangan asam dan penyabunan minyak biji ketapang lebih rendah dari minyak kelapa dan kelapa sawit, namun bilangan iodnya cukup tinggi sehingga tidak dapat dijadikan minyak goreng.

(30)
(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada hasil percobaan diperoleh kondisi terbaik dalam proses esktraksi minyak biji ketapang ini adalah 5 jam dengan kecepatan putaran 250 rpm menghasilkan minyak yang terambil sebanyak 47,78%.

2. Analisa bilangan asam diperoleh nilai 4,03 mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan minyak kelapa dan kelapa sawit. Yang menunjukkan bahwa asam lemak bebasnya juga rendah yaitu 2,16%.

3. Bilangan penyabunannya  72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak lainnya dan bilangan iodium sebesar 74,87.

4. Dari perbandingan dengan minyak kelapa sawit dan minyak kelapa dapat disimpulkan bahwa minyak biji ketapang tidak berpeluang sebagai alternatif pengganti bahan baku minyak goreng karena memiliki bilangan iod yang cukup tinggi. Namun bilangan asam dan penyabunan yang rendah dari minyak biji ketapang dapat dijadikan alternatif pengganti minyak nabati pada bidang – bidang lainnya.

(32)
(33)

Almond (Terminalia catappa L.), Pakistan Journal of Nutrition 5 (4) : 334 –

336.

Balogun, A. M. dan Fetuga, B. L., 1985, Fatty Acid Composition of Seed Oils of

Some Membes of the Meliaceae and Combretaceae Families.

Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik, 2009, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jatim: Surabaya

Geankoplis.1997.”Transport Process and Unit Operation”.Second edition:hal

723-724, Ohio State University: New York

Heyne. K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III hal 1448-1451, Badan

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan: Jakarta

Ketaren.S, 2005, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas

Indonesia: Jakarta

Treybal Robert.E,1981, Mass Transfer Operations, International Edition hal

717-727, Mc Graw Hill Book Company: Singapore

http://www.farmasi.ugm.ac.id/analisis-

biji

-

ketapang

-terminalia-catappa-l.2008

http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang

http//www.jombangan.com/link/karya-ilmiah-selai-biji ketapang

http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang

 

http://www. firmanjaya.files.wordpress.com

/2008/10/minyak-kedelai.doc

http://www.kinanthidiah.multiply.com/journal

(34)

APPENDIKS

1.

Pembuatan Larutan HCl 0,5N

Mengambil HCl pekat sebanyak 41,45 ml kedalam labu takar kemudian

ditambahkan aquadest hingga 1 L. Larutan dikocok hingga homogen.

Perhitungan:

Kadar HCl pekat : 37%

Densitas HCl : 1,19 gr/ml

BM HCl : 36,5 gr/mol

Kebutuhan HCl pekat:

 

= 41,45 ml

2.

Pembuatan Larutan KOH 0,1N

Menimbang KOH sebanyak 5,6 gr. Kemudian larutkan hingga 1 L dengan

aquadest kedalam labu takar.

(35)

Kebutuhan KOH:

 

 

Massa KOH = 5,6 gr 

 

3.

Pembuatan Larutan Na

2

S

2

O

3

.5H

2

O 0,1N

Menimbang Na2S2O3.5H2O

sebanyak 12,41 gr. Kemudian larutkan hingga

1 L dengan aquadest kedalam labu takar.

Perhitungan:

= 12,41 gr

(36)

Diketahui:

Vol.titrasi = 14,8 ml

Vol.blanko = 7 ml

=

72,8

mgKOH/gr

5.

Penentuan Bilangan Asam

=

4,03 mgKOH/mg

6.

Penentuan Bilangan Iodium

(37)

7.

Perhitungan %minyak terambil

= 26,57%

Gambar

Gambar 2.1. Ketapang (Terminalia catappa)
Gambar 2.2. Buah dan biji ketapang
Tabel 2.2 Sifat Fisika-Kimia Minyak Biji ketapang
Tabel 2.5 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa
+2

Referensi

Dokumen terkait

kacang-kacangan dan biji-bijian seperti kacang kedelai, kacang tanah, biji kecipir, koro, kelapa dan lain-lain termasuk biji ketapang merupakan bahan pangan sumber

kelapa sawit juga merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai.

Pembuatan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar alternatif menggunakan bahan baku minyak biji kapuk (Ceiba Petandra) dengan menggunakan katalis lempung teraktivasi

minyak kelapa sawit sebagai minyak goreng pada tahun 1985 tercatat telah. mencapai 55,3% atau meningkat

Mencermati hubungan kausalitas tersebut, dapat diintrepretasikan bahwa harga minyak goreng sawit di pasar dunia tidak dipengaruhi secara signifikan oleh harga

Penelitian ini bertujuan menentukan kondisi terbaik tahap transesterifikasi dengan katalis NaOH pada pemanfaatan limbah cair industri minyak goreng kelapa sawit sebagai bahan baku

Dari persamaan regresi pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama penyimpanan, minyak biji ketapang yang diujikan mempunyai kecenderungan mengalami peningkatan

Berdasarkan pada hasil pengujian komposisi asam lemak di atas, menunjukkan bahwa minyak biji karet yang dihasilkan sangat baik jika digunakan sebagai bahan baku