SKRIPSI
EKSTRAKSI MINYAK BIJI KETAPANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER MINYAK NABATI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program studi Teknik Kimia
Disusun Oleh :
LINA DHARMAWATI 0831010003 FERO GUNA WIYONO 0831010031
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kami diberikan kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan laporan penelitian kami yang berjudul “Ekstraksi Biji Ketapang sebagai Alternatif Sumber Minyak Nabati”.
Adapun penyusunan penelitian ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam kurikulum program studi S-1 Teknik Kimia dan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia di Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.
Laporan penelitian yang kami dapatkan tersusun atas kerjasama dan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. L. Urip Widodo, MT selaku Dosen Pembimbing Penelitian. 4. Bapak Ir. Siswanto, MS selaku Dosen penguji Penelitian.
5. Ibu Ir. Isni Utami, MT selaku Dosen penguji Penelitian.
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material. 7. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat dalam
pelaksanaan dan penyusunan proposal penelitian.
Akhir kata semoga proposal ini dapat memenuhi syarat akademis dan bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penyusun berikutnya, penyusun mengucapkan terima kasih.
Surabaya, Mei 2012
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
BAB IPENDAHULUAN ... 1
I.1. Latar belakang... 1
I.2. Tujuan penelitian ... 2
I.3. Manfaat penelitian ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 2
II.1. Secara Umum ... 3
II.1.1 Ketapang ... 3
II.1.3 Minyak Nabati ... 5
II.1.4 Minyak Biji Ketapang... 6
II.2 Landasan Teori ... 8
II.2.1 Ekstraksi ... 8
II.2.2 Heksana... 12
II.3 Hipotesa... 13
BAB III RENCANA PENELITIAN... 13
III.1 Bahan ... 14
III.2 Alat ... 14
III.3 Peubah ... 15
III. 4 Prosedur Penelitian... 15
III. 5 Metode Analisa ... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
IV.1 Hasil... 19
v
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 24
V.1 Kesimpulan ... 24
V.2 Saran... 25
APPENDIKS... 26 DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar Pohon Ketapang ... 4
Gambar 2.2. Gambar Buah dan Biji Ketapang ... 5
Gambar 3.1. Gambar Alat Ekstraksi ... 14
Gambar 3.2. Skema Penelitian ... 18
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Komposisi Kimia Minyak Biji Ketapang ... 6
Tabel 2.2. Tabel Sifat Fisika Kimia Mnyak Biji Ketapang... 6
Tabel 2.3. Syarat Mutu Minyak Goreng berdasarkan SNI 01-3741-2002... 7
Tabel 2.4. Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit ... 7
ABSTRAK
Biji Terminalia catappa L atau ketapang merupakan salah satu sumber minyak nabati di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengambil minyak biji ketapang dengan proses ekstraksi dan mengetahui kualitas minyak biji ketapang berdasarkan sifat fisika dan kimia.
Minyak diekstraksi dengan heksana menggunakan alat ekstraktor berpengaduk sesuai dengan variasi waktu ekstraksi dan kecepatan putaran yang telah ditentukan. Perbandingan berat biji dan volume pelarut adalah 1:18.
Kandungan minyak terbaik dari penelitian ini yaitu pada kondisi 250 rpm selama 5 jam diperoleh minyak sebanyak 47,78%. Analisa bilangan asam diperoleh nilai 4,03 mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan minyak kelapa dan kelapa sawit. Yang menunjukkan bahwa asam lemak bebasnya juga rendah yaitu 2,16%. Bilangan penyabunannya 72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak kelapa dan minyak kelapa sawit serta bilangan iodium sebesar 74,87 lebih tinggi dari kisaran bilangan iod minyak kelapa dan minyak kelapa sawit..
- 1 - L aporan penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional“Veteran” JATIM
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketapang (Terminalia catappa) merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara dan umum ditemukan di wilayah Indonesia. Ketapang tumbuh alami pada pantai berpasir atau berbatu. Toleran terhadap tanah masin dan tahan terhadap percikan air laut; sangat tahan terhadap angin dan menyukai sinar matahari penuh atau naungan sedang. Mampu bertahan pada daerah-daerah tropis atau daerah-daerah dekat tropis. Di Indonesia, tumbuhan ini banyak tumbuh dan belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
Di lingkungan sekitar kampus Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim Surabaya, pohon ini banyak tumbuh di tepi jalan dan hanya dimanfaatkan sebagai pohon peneduh. Biji ketapangnya sendiri banyak berjatuhan dan tidak dimanfaatkan.
- 2 - L aporan penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional“Veteran” JATIM
wijen, sehingga biji ketapang berpeluang digunakan sebagai sumber minyak nabati.
Selain sebagai alternatif pengganti minyak nabati, saat ini juga sedang diteliti potensi minyak biji ketapang sebagai bahan baku alternatif untuk dijadikan biodiesel.
(Sumber:http://www.farmasi.ugm.ac.id/analisis-biji-ketapang-terminalia-catappa-l.2008)
1. 2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah pengambilan minyak biji ketapang dengan proses ekstraksi dan mengetahui kualitas minyak biji ketapang berdasarkan sifat fisika dan kimia.
1. 3 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan nilai guna dan nilai tambah secara ekonomi dari biji ketapang dengan memprosesnya menjadi minyak biji ketapang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Secara Umum
2.1.1. Ketapang
Ketapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon tepi pantai yang
rindang dengan susunan taksonomi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
- Phytolacca javanica Osbeck
- Terminalia mauritiana Blanco
- Terminalia moluccana Lam.
- Terminalia procera Roxb.
Ketapang lekas tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat, kerap
dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Pohon besar, tingginya
mencapai 40 m. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan
bertingkat-tingkat. Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung
ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning. Bunga tak bermahkota, dengan kelopak
bertaju-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putihatau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran,
tersusun lima-lima. Buah berbentuk bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit,
hijau-kuning-merah, atau ungu kemerahan jika masak.
(http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang)
Bentuk dari buah pohon katapang ini seperti buah almond. Besar buahnya
kira-kira 4 – 5,5 cm. Buah katapang berwarna hijau tetapi ketika tua warnanya menjadi merah
tersebut. Kulit biji dibagi menjadi 2, yaitu lapisan kulit luar (testa) dan lapisan kulit
dalam (tegmen). Lapisan kulit luar pada biji Terminalia catappa ini keras seperti kayu.
Lapisan inilah yang merupakan pelindung utama bagi bagian biji yang ada di dalamnya.
Gambar 2.1. Ketapang (Terminalia catappa)
Gambar 2.2. Buah dan biji ketapang
Ketapang dari suku Combreataceae merupakan salah satu keanekaragaman hayati di Indonesia yang perlu dikaji lebih lanjut. Hegnauer (1964) menyatakan bahwa T.
catappa mengandung cadangan makanan berupa asam lemak seperti, asam palmitat (29 -
39 %) dan asam strearat (4-10%) di dalam bijinya. Penelitian Agatemor dan Ukhun
(2006) menerangkan bahwa biji ketapang juga mengandung berbagai jenis nutrisi yang
dibutuhkan tubuh. Biji ketapang mengandung fosfor dangan jumlah yang cukup
signifikan (2200 μg/g berat kering), karbohidrat (78,14% berat kering) dan minyak
(16,35% berat kering). Selain itu, biji ketapang juga mengadung magnesium, kalsium,
besi, seng, natrium dan mangan. Vitamin A dan C juga terkandung dalam biji ketapang
sehingga dapat dijadikan sebagai pelengkap nutrisi harian.
Minyak nabati adalah minyak yang disari atau diekstrak dari berbagai bagian
tumbuhan. Minyak ini digunakan sebagai makanan, menggoreng, pelumas, bahan bakar,
bahan pewangi (parfum), pengobatan, dan berbagai penggunaan industri lainnya.
2.1.3. Minyak biji ketapang
Minyak biji ketapang dihasilkan melalui proses ekstraksi dari bahan biji tanaman
ketapang (Terminalia catappa) yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber bahan baku alternatif minyak nabati. Seperti dijelaskan sedikit diawal, berdasarkan penelitian
M.P. Handayani dan Subagus W (2008) berikut adalah komposisi kimia dan fisika
minyak biji ketapang :
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Minyak Biji ketapang
Tabel 2.2 Sifat Fisika-Kimia Minyak Biji ketapang
Tabel 2.3 Syarat Mutu Minyak Goreng berdasarkan SNI 01-3741-2002
Tabel 2.4 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat Nilai
196 – 205 mgKOH/gram
48 – 56
1,4565 – 1,4585
< 3,5%
Sumber: Ketaren, 2005
Tabel 2.5 Sifat Fisika Kimia Minyak Kelapa
Sifat Nilai
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan iod
Indeks bias (20oC)
Asam lemak bebas
9,3 mgKOH/gram
248 – 265 mgKOH/gram
8,6 – 11
1,448 – 1,450
< 5%
Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 1992
Kriteria uji Persyaratan
Bau Normal
Rasa Normal
Warna Muda jernih
Asam lemak bebas Max 0,3%
Bilangan asam Maks 2 mgKOH/gr
Bilangan penyabunan 196 - 206 mgKOH/gr
2.2 Landasan Teori
2.2.1. Proses Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang
berbeda dari komponen- komponen dalam campuran. Ekstraksi banyak dipakai dalam
pengambilan suatu zat dari bahan padat, misalnya pada pengambilan minyak dari
biji-bijian hasil pertanian ataupun dari daun-daunan dan akar tinggal tanaman.
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstrak, ekstraksi dapat dibedakan menjadi
dua macam,yaitu :
1. Ekstraksi Padat-cair
Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk
padatan.
2. Ekstraksi Cair-cair
Dalam hal ini zat yang akan diekstrak terdapat dalam campurannya yang berbentuk
cair.
Ekstraksi padat-cair
Ekstraksi Padat-cair adalah pengambilan suatu zat (solute) dari suatu padatan
dengan menggunakan pelarut (solvent). Ekstraksi ini bisa disebut dengan leaching.
(Geankoplis,1997)
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam kecepatan dari ekstraksi adalah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap kecepatan dari ekstraksi. Semakin kecil
ukuran semakin luas bidang kontak sehingga semakin cepat pula ekstraksi terjadi.
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara
partikel dengan liquida, akibatnya akan memperbesar rate transfer material, disamping
membuat tidak efektif bila sirkulasi proses tidak jalan disamping itu juga akan
mempersulit drainase residu.
2. Pelarut
Pelarut yang digunakan adalah pelarut yang selektif, tidak merusak bahan dan
memiliki viskositas rendah. Biasanya pelarut murni yang digunakan dalam proses ini.
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai
berikut :
Selektifitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstrak.
Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang besar
(kebutuhan pelarut lebih sedikit).
Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair tidak boleh (atau hanya secara sebatas) larut dalam bahan
ekstrak. Reaktivitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen-komponen pada bahan ekstraksi. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
distilasi atau rektifikasi maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat dan
keduanya tidak membentuk azeotrop. Kriteria lain
Pelarut sedapat mungkin harus memenuhi hal- hal sebagai berikut: murah,
tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak eksplosif jika bercampur dengan
udara, tidak korosif, tidak menyebabkan terbentuknya emulsi, memiliki viskositas
3. Temperatur
Kelarutan solute akan bertambah dengan naiknya temperatur, sehingga kecepatan
ekstraksi akan meningkat pula. Akan tetapi kenaikan temperatur ini ada batasannya
karena setiap solvent memiliki titik didih yang berbeda
4. Pengadukan
Pengadukan pada solvent sangat penting karena akan meningkatkan diffusi
solvent ke solid sehingga mempercepat ekstraksi. Secara umum pengadukan bertujuan
untuk mendistribusikan suhu agar merata dan mempercepat kontak solute dengan
solvent. Selain itu juga pengadukan bertujuan untuk mengurangi pengendapan.
5. Kecepatan perpindahan massa
Pada ekstraksi padat-cair, perpindahan massa solute dari dalam padatan ke cairan
melalui dua tahap proses, yaitu diffusi dari dalam padatan ke permukaan padatan dan
perpindahan massa dari permukaan padatan ke cairan.
Bila ukuran padatan relatif kecil, maka diffusi dari dalam padatan ke permukaan
padatan berlangsung cepat, sehingga kecepatan ekstraksi ditentukan oleh kecepatan
perpindahan massa dari permukaan padatan ke permukaan cairan.
2.2.2. Heksana
Heksana adalah sebuah senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14
(isomer utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk pada
enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan atom-atom karbon tersebut.
Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif, dan sering digunakan sebagai pelarut organik
yang inert. Heksana juga umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil.
Dalam keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut
dalam air.
Heksana memiliki massa jenis 0.655 g/ml dan titik didih yang rendah yaitu 65 -
70ºC sehingga baik digunakan sebagai pelarut karena mempunyai sifat stabil.
Pada proses ekstraksi ini digunakan pelarut heksana didasarkan atas beberapa hal,
yaitu:
a. Harga heksana relatif lebih murah dibandingkan solvent lainnya.
b. Mempunyai kemampuan membunuh bakteri.
c. Recovery solventnya lebih sederhana.
d. Faktor kimianya tidak bersifat korosif.
e. Minyak yang diperoleh mempunyai mutu yang baik.
2.3 Hipotesis
Pengambilan minyak nabati pada biji ketapang dengan metode ekstraksi
menggunakan ekstraktor berpengaduk dipengaruhi oleh waktu ekstraksi dan kecepatan
BAB III
RENCANA PENELITIAN
3.1 Bahan yang Digunakan
Penelitian ini menggunakan bahan baku biji ketapang (Terminalia catappa)
berasal dari pohon ketapang yang hidup di sekitar halaman kampus UPN “Veteran“ Jatim.
Heksana (CH3(CH2)4CH3) dibeli dari toko Tidar Kimia Surabaya (ρ = 0.66 kg/liter ; Titik
didih = 69 0C ; BM = 86,17 gr/grmol).
3.2 Alat yang digunakan
Peralatan yang digunakan dirangkai sedemikian rupa (seperti terlihat pada
gambar):
Keterangan :
1. Motor pengaduk
2. Kondensor
3. Labu leher tiga
4. Kompor listrik
5. Thermometer
Gambar 3.1. Alat Ekstraksi
3.3 Peubah
Variabel yang ditetapkan :
a. Berat sampel : Volume Pelarut = 1 :18 (Prawiropoetro, 1996)
c. Diameter partikel : 60 mesh
Variabel yang dijalankan :
a. Waktu proses (jam) : 2, 3, 4, 5 dan 6
b. Kecepatan pengadukan (rpm): 100, 150,200, 250 dan 300
3.4Prosedur Penelitian
Buah ketapang yang telah terkumpul dikupas kulit luarnya untuk diambil bijinya.
Sampel biji lalu dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 800C selama 6 jam untuk
menghilangkan kadar air dan supaya biji tidak busuk. Biji yang telah kering kemudian
dihaluskan.
Biji yang telah halus dimasukkan ke dalam rangkaian alat ekstraksi sesuai dengan
variabel yang telah ditentukan kemudian masukkan heksana. Jalankan proses ekstraksi
sesuai variasi waktu proses (jam) dan kecepatan putaran (rpm).
Setelah proses ekstraksi selesai, kemudian hasil ekstraksi disaring. Campuran
minyak dan hexana dipisahkan dengan menggunakan alat destilasi. Suhu diatur pada
suhu 69°C. Heksana yang teruapkan ditampung pada labu erlenmeyer. Proses ini
berlangsung hingga seluruh heksana teruapkan. Minyak yang telah terpisahkan dari
heksana kemudian diangin-anginkan untuk menghilangkan heksana yang masih tersisa.
3.5Analisa
Angka Asam
Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dalam 1 gram zat. Bilangan asam ini menunjukan banyaknya asam
lemak bebas dalam suatu lemak atau minyak. Penentuannya dilakukan dengan cara
Angka Penyabunan
Didefiniskan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menetralkan asam
lemak bebas dan asam lemak hasil hidrolisis dalam 1 gram zat. Besarnya bilangan
penyabunan bergantung dari massa molekul minyak, semakin besar massa molekul
semakin kecil bilangan penyabunannya.
Angka Iodium
Didefinisikan sebagai jumlah Iodium (mg) yang diserap oleh 100 g sampel. Bilangan
iod ini menunjukan banyaknya asam-asam lemak tak jenuh baik dalam bentuk bebas
maupun dalam bentuk ester-nya disebabkan sifat asam lemak tak jenuh yang sangat
mudah menyerap iodium.
Asam lemak bebas
Prosedur analisa penentuan asam lemak bebas pada dasarnya hampir sama dengan
analisa penentuan bilanggan asam atau angka asam. Seperti diketahui, analisa
bilangan asam betujuan untuk mengukur kadar asam lemak bebas dalam suatu bahan
pangan dengan melihat jumlah KOH yang digunakan.
Skema Penelitian
Biji ketapang
oven selama 6 jam T:100°C
Kecepatan putaran (rpm):100,150,
200,250,300
Waktu proses: 2,3,4,5,6 jam
Campuran : minyak, pengotor, dan pelarut
Minyak biji ketapang
Analisa
Gambar 3.2. Skema Penelitian Ekstraksi Minyak Biji Ketapang Pengeringan
Dihaluskan
Ekstraksi
Destilasi (T: 69°C)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel 4.1. Hasil % minyak yang terambil pada rentang waktu 2 s/d 6 jam dengan kecepatan putaran 100 s/d 300 rpm
Kecepatan Berat minyak % minyak
Waktu
(jam) putaran (rpm) yg terambil (gr) Terambil
4.2. Grafik dan Pembahasan
Gambar 4.1 Hubungan kecepatan putaran pada rentang 100 s/d 300 rpm dan waktu
ekstraksi 2 s/d 6 jam dengan % minyak yang terambil 26,57 s/d 47,78%
Pembahasan:
Semakin cepat putaran pengadukan maka semakin banyak minyak yang terambil karena mempercepat kontak solute dengan solvent sehingga proses diffusi solvent ke solid berlangsung cepat. Kondisi ini mempercepat proses ekstraksi (mempercepat proses kelarutan minyak).
Gambar 4.2 Hubungan waktu ekstraksi pada rentang 2 s/d 6 jam dan kecepatan
putaran 100 s/d 300 rpm dengan % minyak yang terambil 26,57 s/d
47,78%
Pembahasan:
Waktu ekstraksi berpengaruh terhadap banyaknya minyak yang terambil. Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak minyak yang diperoleh. Waktu terbaik dari percobaan ini adalah 5 jam. Pada percobaan dengan kecepatan putaran 100 rpm diperoleh minyak 30,26%. Untuk kecepatan putaran 150, 200, 250 dan 300 rpm masing-masing diperoleh minyak sebesar 39,13%, 44,97%, 47,78% dan 46,86%. Pada percobaan selama 6 jam, minyak yang diperoleh tidak bertambah karena seluruh minyak telah terambil dengan waktu 5 jam.
Pada analisa secara komulatif, diperoleh nilai bilangan asam 4,03 mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan kelapa dan kelapa sawit yaitu: 9,3 mgKOH/gram dan 6,5 mgKOH/gram sehingga kualitasnya lebih baik daripada minyak kelapa dan kelapa sawit. Semakin rendah bilangan asam maka semakin rendah juga asam lemak bebas yang ada dalam minyak. Bilangan penyabunan 72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak kelapa yaitu: 248 – 265 mgKOH/gram dan minyak kelapa sebesar 196 – 205 mgKOH/gram. Bilangan iodium sebesar 74,87 lebih tinggi dari kisaran bilangan iod minyak kelapa dan minyak kelapa sawit yaitu: 8,6–11 dan 48 – 56. Asam lemak bebasnya 2,16% lebih rendah dari asam lemak bebas kelapa sawit dan minyak kelapa yaitu: < 5% dan < 3,5%.
minyak biji ketapang lebih rendah dari minyak kelapa dan kelapa sawit, namun bilangan iodnya cukup tinggi sehingga tidak dapat dijadikan minyak goreng.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
1. Kandungan minyak biji ketapang secara teoritis yaitu 52,76%. Pada penelitian kami kondisi terbaik dalam proses esktraksi minyak biji ketapang ini adalah 5 jam dengan kecepatan putaran 250 rpm menghasilkan minyak sebanyak 47,78%.
2. Analisa bilangan asam secara komulatif diperoleh nilai 4,03 mgKOH/gram lebih rendah dibandingkan minyak kelapa dan kelapa sawit yaitu: 9,3 mgKOH/gram dan 6,5 mgKOH/gram. Yang menunjukkan bahwa asam lemak bebasnya juga rendah yaitu 2,16%.
3. Bilangan penyabunannya 72,8 mgKOH/gram lebih rendah daripada minyak kelapa dan kelapa sawit yaitu: 248 – 265 mgKOH/gram dan 196 - 205 mgKOH/gram.
4. Bilangan iodium sebesar 74,87 lebih tinggi daripada minyak kelapa dan kelapa sawit yaitu 8,6 – 11 dan 48 - 56. Bilangan iod yang tinggi membuat minyak biji ketapang mudah rusak dan tengik karena banyaknya ikatan rangkap yang ada dalam minyak mudah teroksidasi dengan udara maupun dengan proses pemanasan.
1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Agatemor, C. dan Ukhun, M.E, 2006, Nutritional Potential of the Nut of Tropical Almond (Terminalia catappa L.), Pakistan Journal of Nutrition 5 (4) : 334 – 336.
Badan Standarisasi Nasional, 1992, Sifat Kimia Fisika Minyak (Online), http://www. firmanjaya.files.wordpress.com /2008/10/minyak-kedelai.doc Balogun, A. M. dan Fetuga, B. L., 1985, Fatty Acid Composition of Seed Oils of
Some Membes of the Meliaceae and Combretaceae Families.
Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik, 2009, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim: Surabaya
Geankoplis.1997.”Transport Process and Unit Operation”.Second edition:hal 723-724, Ohio State University: New York
Handayani dan Subagus, 2008 The Analysis of Catappa Seeds Vol.13 No.45 diambil dari Majalah Obat Tradisional 101–105 (Online),
(http://www.farmasi.ugm.ac.id/analisis-biji-ketapang-terminalia-catappa-l.2008)
Heyne. K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia III hal 1448-1451, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan: Jakarta
Ketaren.S, 2005, Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan, Universitas Indonesia: Jakarta
Prawiropoetro.S, 1996, Dasar – dasar Teknologi Minyak Lemak Edisi Pertama, Universitas Indonesia: Jakarta
Treybal Robert.E,1981, Mass Transfer Operations, International Edition hal 717-727, Mc Graw Hill Book Company: Singapore
http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang
http//www.jombangan.com/link/karya-ilmiah-selai-biji ketapang http://www.wikipedia.org/wiki/ketapang
http://www. firmanjaya.files.wordpress.com /2008/10/minyak-kedelai.doc http://www.kinanthidiah.multiply.com/journal
L aporan Penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM
APPENDIKS
1. Pembuatan Larutan HCl
0,5N
Mengambil HCl pekat sebanyak 41,45 ml kedalam labu takar kemudian ditambahkan aquadest hingga 1 L. Larutan dikocok hingga homogen.
Perhitungan:
Kadar HCl pekat : 37% Densitas HCl : 1,19 gr/ml BM HCl : 36,5 gr/mol Kebutuhan HCl pekat:
otal
2. Pembuatan Larutan KOH
0,1N
Menimbang KOH sebanyak 5,6 gr. Kemudian larutkan hingga 1 L dengan aquadest kedalam labu takar.
L aporan Penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM tan hingga 1 L dengan aquadest kedalam labu takar.
Perhitungan:
4. Penentuan Bilangan Penyabunan
L aporan Penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM Vol.titrasi = 14,8 ml
5. Penentuan Bilangan Asam
l
6. Penentuan Bilangan Iodium
l
7. Perhitungan %minyak terambil
L aporan Penelit ian
Ekst raksi M inyak Biji K et apang Sebagai Alt ernat if Sumber M inyak N abat i
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM
Untuk perhitungan pada variasi variabel yang lain dilakukan