• Tidak ada hasil yang ditemukan

I K L I M K O M U N I K A S I O R G A N I S A S I P A D A PT PEMBANGKITAN JAWA BALI KANTOR PUSAT (Studi Deskriptif Tentang Iklim Komunikasi Organisasi pada PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "I K L I M K O M U N I K A S I O R G A N I S A S I P A D A PT PEMBANGKITAN JAWA BALI KANTOR PUSAT (Studi Deskriptif Tentang Iklim Komunikasi Organisasi pada PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat)."

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PT Pembangkitan J awa Bali Kantor Pusat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

ADECK RACHMAN SYAH

0743010146

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J URUSAN ILMU KOMUNIKASI

(2)

08563325153

71838880

61125556

(3)

Komunikasi Organisasi pada PT Pembangkitan

J awa Bali Kantor Pusat)

Nama Mahasisiwa

: Adeck Rachman Syah

NPM

: 0743010146

Program Studi

: Ilmu Komunikasi

Fakultas

: Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,

Pembimbing Utama

Ir. H. Didiek Tr anggono, Msi

NIP. 195 8122 51990 001 001

Mengetahui,

Dekan

(4)

PT PEMBANGKITAN J AWA BALI KANTOR PUSAT

(Studi Deskr iptif Tentang Iklim Komunikasi Organisasi pada PT Pembangkitan J awa Bali Kantor Pusat)

Disusun Oleh :

ADECK RACHMAN SYAH 0743010146

Telah Disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Ir . H. Didiek Tr anggono, M.Si NIP. 030203679

(5)

melimpahkan berkah dan anugerah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Iklim Komunikasi Or ganisasi Pada PT

Pembangkitan J awa Bali Kantor Pusat (Studi Deskr iptif Tentang Ik lim

Komunikasi Or ganisasi pada PT Pembangkitan J awa Bali Kantor Pusat)”

untuk melengkapi syarat-syarat dalam mencapai gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik Program Studi Ilmu Komunikasi pada Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Melalui kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, M.Si Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

UPN “Veteran” Jawa Timur dan sekaligus dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Juwito, S.Sos, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan

pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmunya

selama penulis menuntut ilmu di Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas

(6)

memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian,

sehingga penulis dapat memperoleh data yang diperlukan.

5. Kedua orang tuaku, Papa, Mama, serta seluruh keluarga dan orang-orang

terdekatku yang telah memberikan doa, dukungan secara moril, spiritual

maupun materiil hingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Dan masih banyak lagi pihak-pihak yang telah mendukung penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata penulis mengharapkan mudah-mudahan skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi penulis.

Surabaya, Oktober 2011

(7)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori ... 10

2.1.1Organisasi ... 10

2.1.1.1Definisi Organisasi ... 10

2.1.1.2Karyawan ... 12

2.1.1.3Tujuan Ikut dalam Organisasi ... 14

2.1.2Komunikasi Organisasi ... 15

2.1.2.1Pengertian Komunikasi Organisasi ... 15

2.1.2.2Jaringan Komunikasi ... 17

2.1.2.3Arus Informasi Dalam Organisasi ... 18

2.1.2.4Kebijakan Komunikasi ... 21

2.1.2.5Komunikasi Organisasi yang Efektif ... 21

2.1.3Iklim Komunikasi Organisasi ... 22

2.1.3.1Pengertian Iklim Komunikasi Organisasi ... 22

2.1.3.2Faktor-Faktor Iklim Komunikasi Organisasi ... 22

2.1.3.3Karakteristik Iklim Komunikasi... 24

(8)

3.1Definisi Operasional Variabel ... 30

3.2Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 34

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 41

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 41

4.1.2 Tata Kelola Unit Pembangkitan ... 44

4.1.3 Biodata Perusahaan PT Pembangkit Jawa Bali ... 44

4.1.4 Misi dan Visi Perusahaan ... 45

4.1.5 Organisasi ... 46

4.1.6 Sumber Daya Manusia (SDM) ... 47

4.1.7 Bidang Usaha PT. PJB ... 48

4.1.8 Peran Humas Sebagai Salah Satu Fungsi Strategi Pencapaian Tujuan ... 49

4.2 Penyajian Data ... 50

4.2.1 Identitas Responden ... 50

4.2.2 Variabel Kepercayaan ... 52

4.2.3 Variabel Pembuatan Keputusan Bersama ... 55

4.2.4 Variabel Kejujuran ... 59

4.2.5 Variabel Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah ... 62

4.2.6 Variabel Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas ... 65

4.2.7 Variabel Perhatian pada Tujuan Berkinerja Tinggi ... 68

4.3 Hasil Pengujian dan Analisis... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 76

5.2Saran ... 76

(9)

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 50

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 51

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 51

Tabel 5 Pertanyaan Tentang Kepercayaan ... 52

Tabel 6 Pertanyaan Tentang Keyakinan ... 53

Tabel 7 Pertanyaan Tentang Kredibilitas ... 54

Tabel 8 Pertanyaan Tentang Keikutsertaan Dalam Pengambilan Keputusan ... 56

Tabel 9 Pertanyaan Tentang Perhatian Manajemen Perusahaan ... 57

Tabel 10 Pertanyaan Tentang Tanggapan Manajemen Perusahaan ... 58

Tabel 11 Pertanyaan Tentang Penyelesaian Konflik ... 59

Tabel 12 Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Dalam Kegiatan ... 60

Tabel 13 Pertanyaan Tentang Penyampaian Ide Pada Manajemen ... 62

Tabel 14 Pertanyaan Tentang Penyebaran Informasi ... 63

Tabel 15 Pertanyaan Tentang Mengkomunikasikan Kebijakan ... 64

Tabel 16 Pertanyaan Tentang Tanggapan Pihak Manajemen ... 66

Tabel 17 Pertanyaan Tentang Peneriman Pihak Manajemen ... 67

Tabel 18 Pertanyaan Tentang Komitmen Dalam Pencapaian Tujuan ... 68

(10)
(11)
(12)

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI PADA PT PEMBANGKITAN J AWA BALI KANTOR PUSAT (Studi Deskr iptif Tentang Iklim Komunikasi Or ganisasi pada PT Pembangkitan J awa Bali Kantor Pusat)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah iklim komunikasi organisasi pada PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat. Dari hasil survei pendahuluan ditemukan beberapa permasalahan mengenai iklim komunikasi organisasi di PJB, berbagai masalah mengenai iklim komunikasi organisasi tersebut penting untuk diketahui oleh perusahaan untuk segera dicarikan solusinya agar tidak sampai mengganggu komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan.

Iklim komunikasi dalam penelitian ini dijabarkan menjadi enam variabel berdasarkan Pace (2000:154) yaitu kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran, keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke atas, dan perhatian pada tujuan berkinerja tinggi. Enam variabel ini dioperasionalkan dan diterapkan dalam bentuk kuesioner untuk dapat mengukur iklim komunikasi organisasi pada PT PJB. Data penelitian diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner yang dibagikan kepada 77 orang responden yang merupakan karyawan PT PJB, kemudian dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui bagaimana iklim komunikasi organisasi pada PT PJB.

Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa secara umum Nilai Iklim Komposit iklim komunikasi organisasi pada PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat memiliki iklim komunikasi organisasi yang negatif, yang berarti iklim komunikasi organisasi yang terjadi di PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat kurang berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena nilai indeks masing-masing indikator iklim komunikasi organisasi bernilai negatif. Penyebab dari rendahnya nilai iklim komunikasi organisasi di PT PJB ini disebabkan oleh seringnya terjadi ketidakpercayaan karyawan terhadap staf yang masih muda, seringkali manajemen perusahaan memutuskan tentang tugas-tugas yang bersifat teknis secara langsung tanpa melibatkan pertimbangan karyawan, seringkali karyawan sungkan atau malu mengungkapkan pendapatnya atau masalahnya, tak semua karywan memanfaatkan kemudahan untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan atasan, banyak informasi penting mengenai masalah dari karyawan yang tak sempat dicarikan solusi karena kesempatan yang terbatas dari perusahaan untuk mendengarkan semua masalah karyawan, serta kurangnya komitmen karyawan pada perusahaan.

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan komunikasi pada sebuah organisasi erat hubungannya dengan

kualitas pelayanan. Variabel komunikasi merupakan variabel yang mempengaruhi

bagaimana suatu organisasi memberikan pelayanannya kepada pelanggan. Dengan

kata lain bila komunikasi tersebut efektif maka penyelenggaraan pelayanan

kepada pelanggan menjadi efektif pula.

Keberhasilan komunikasi tergantung pada beberapa faktor. Penyampaian

pesan dalam proses encoding dan decoding pesan yang cukup pendek dapat

mengakibatkan persepsi jangka pendek, tidak memadai untuk keberhasilan

komunikasi. Komunikasi harus dibangun sedemikian rupa sehingga akan

memberikan kesempatan bagi responden atau penerima pesan untuk mengambil

keputusan sehubungan dengan pesan yang dirasakan.

Komunikasi lebih jauh telah disimpulkan memiliki peran penting dalam

proses perubahan organisasi. Dalam situasi di mana terbuka dialog antara atasan

dan bawahan, terdapat kepercayaan yang tinggi untuk proses perubahan yang akan

dibuat (Macey dkk, 1999). Selain itu, beberapa studi menunjukkan bahwa

komunikasi sangat menjadi penting untuk meningkatkan komitmen organisasi

karyawan.

Di dalam suatu organisasi terdapat bentuk komunikasi baik vertikal maupun

(14)

karyawan atau antar pimpinan. Sementara itu komunikasi vertikal komunikasi dari

atas ke bawah (downward communication) dan dari bawahan kepada atasan

(upward communication). Dalam arus komunikasi secara vertikal (downward

communication) atasan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan dan

penugasan dan lain sebagainya kepada ketua unit kelompok dan bawahan.

Kemudian arus komunikasi diterima dalam bentuk (upward communication)

bawahan memberikan laporan pelaksanaan tugas, sumbang saran, dan hingga

pengaduan kepada pimpinannya masing-masing.

Komunikasi organisasi sebagai suatu disiplin ilmu berkembang pesat selama

Abad ke-20, namun perkembangan itu juga disertai dengan upaya yang cukup

besar dalam prakteknya di lapangan. Para sarjana sampai hari ini masih terus

mendefinisikan dan menentukan kembali fokus, batasan-batasan, dan

pengembangan dari hasil penelitian.

Mengapa konsep komunikasi organisasi sangat menarik bagi para peneliti

untuk mempelajari? Ternyata, mayoritas dari jawaban pertanyaan ini dapat

ditemukan dalam pentingnya komunikasi untuk keberhasilan organisasi. Misalnya

komunikasi telah ditemukan berkorelasi positif dengan kepuasan karyawan

dengan organisasi. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa kualitas komunikasi

dalam organisasi dikaitkan dengan kepuasan kerja karyawan dan motivasi

(Jensen, 2003).

Selama ini, para sarjana komunikasi organisasi telah melakukan penelitian

(15)

sumber daya manusia dan perilaku organisasi telah berfokus pada bidang-bidang

yang berhubungan dengan kepuasan kerja, seperti gaji dan upah.

Terdapat dua bagian penting dalam komunikasi organisasi yaitu iklim

komunikasi organisasi dan kepuasan komunikasi organisasi. Lebih lanjut Wayne

dan Don mengemukakan iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh

yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi

usaha anggota organisasi.

Iklim komunikasi organisasi merupakan persepsi-persepsi mengenai pesan

dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Hal

ini senada seperti yang dikemukakan Schneider (1975) bahwa iklim di suatu

organisasi berkembang melingkupi persepsi kolektif karyawan pada berbagai

aspek kehidupan kerja organisasi. Hal ini berbentuk melalui pengalaman mereka

sehari-hari berurusan dengan berbagai aspek realitas organisasi seperti tujuan dan

sasaran perusahaan, petunjuk teknis pelaksanaan, gaya kepemimpinan, struktur

organisasi, desain, teknologi yang diadopsi, sumber daya manusia, bentuk

komunikasi yang sering digunakan, mekanisme upah dan gaji, kondisi kerja dan

lain-lain, menyebabkan perubahan psikologis bagi karyawan dalam hal

berorganisasi menyangkut persepsi perilaku yang bersangkutan, yang mendorong

mereka untuk berpikir, merasa dan bertindak dengan cara yang cenderung

seragam.

Iklim komunikasi yang terjadi tersebut, dapat dibedakan menjadi 2

karakteristik, yaitu karakteristik iklim komunikasi bertahan dan karakteristik iklim

(16)

mendukung lebih disukai daripada karakteristik iklim komunikasi bertahan. Ini

disebabkan pada karakteristik iklim komunikasi bertahan atmosfirnya terkesan

berat dan represif. Sedangkan pada karakteristik iklim komunikasi mendukung,

orang-orang merasa dihormati dan satu sama lain saling memberikan dorongan.

Pace dan Faules (2000:154) menyebutkan bahwa iklim komunikasi

organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk

menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai

anggotanya dan memberikan kebebasan dalam mengambil resiko, mendorong dan

memberi tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas, menyediakan informasi

yang terbuka dan cukup tentang organisasi, dipercayai dan terus terang dari

anggota organisasi, secara aktif memberi penyuluhan kepada para anggota

organisasi sehingga dapat melihat bahwa keterlibatan anggota penting terhadap

keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian pada pekerjaan

yang bermutu tinggi dan memberi tantangan.

Keberadaan iklim komunikasi organisasi sangatlah penting dalam

kehidupan berorganisasi. Karena iklim komunikasi organisasi dapat

mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa berbicara, siapa yang disukai,

bagaimana kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang ingin

dicapai dan bagaimana cara beradaptasi. Pentingnya iklim komunikasi organisasi

disadari oleh Redding. Bahkan ia menyatakan bahwa “iklim (komunikasi)

organisasi jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik-teknik

(17)

Kopelman, Brief dan Guzzo membuat hipotesis yang menyatakan bahwa

perubahan iklim komunikasi organisasi mungkin pada nantinya akan

mempengaruhi kinerja.

Iklim komunikasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota

organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Dengan demikian iklim

komunikasi dapat berupa iklim komunikasi positif dan iklim komunikasi negatif.

Karakteristik yang dibentuk iklim komunikasi positif adalah iklim komunikasi

yang penuh persaudaraan yang mendorong para anggota organisasi berkomunikasi

secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan. Sedangkan karakteristik iklim

komunikasi negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara

terbuka dan penuh persaudaraan.

Iklim komunikasi yang dibentuk dalam suatu organisasi sudah barang tentu

akan mendapat perhatian dan para anggota organisasi tersebut. Apa yang

dirasakan para anggota organisasi terhadap iklim organisasi yang telah dibentuk

akan menimbulkan penasaan puas atau tidak puas dalam hal berkomunikasi.

Penelitian mengenai iklim organisasi telah banyak dilakukan dengan

berbagai pendekatan, antara lain iklim organisasi diselidiki di perusahaan dengan

berbagai tingkat kinerja, dari dimensi sistem sosial, gaya kepemimpinan pada

iklim organisasi yang diamati, iklim organisasi yang diuji dari aspek manajemen

sumber daya manusia. Selain itu banyak peneliti juga menganggap bahwa faktor

mikro tidak hanya mengukur iklim organisasi secara akurat, tetapi juga lebih

praktis dilihat dari nilai organisasi. Suatu penelitian menemukan bahwa iklim

(18)

organisasi dan nilai-nilai inti. Studi lain menemukan bahwa iklim organisasi

memiliki efek positif pada kinerja organisasi.

Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa iklim organisasi adalah

faktor utama untuk mengubah sikap dan perilaku karyawan terhadap pekerjaan

dan kepuasan kerja. Beberapa aspek iklim komunikasi yang telah diukur diukur

seperti aliran komunikasi, pengambilan keputusan, hubungan dengan rekan kerja,

desain pekerjaan dan pengawasan telah menunjukkan hubungan positif yang

signifikan terhadap variabel seperti kinerja keuangan organisasi, juga karyawan,

produktivitas, dan kepuasan kerja.

Selain banyak penelitian yang dilakukan di beberapa dekade masa lalu

mengenai kinerja, beberapa peneliti telah melakukan beberapa penelitian pada

iklim komunikasi organisasi dan hubungannya dengan kepuasan kerja. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor ini berhubungan positif. Walaupun

dari semuanya hanya tiga penelitian yang telah menunjukkan korelasi yang

signifikan antara organisasi komunikasi dan kinerja karyawan.

Bentuk komunikasi ke bawah dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam

organisasi. Pesan ke bawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak

melalui tingkatan hierarki secara berturut-turut. Misalnya pesan dari pimpinan

yang paling atas hanya berupa suatu pernyataan tentang hasil yang diinginkan.

Maksud dari pencapaian hasil yang diingini ini mungkin ditambah pada tingkatan

hierarki yang lebih rendah berikutnya. Selanjutnya pesan tersebut pada hierarki

(19)

operasional untuk dilaksanakan. Meskipun demikian karyawan menginginkan

informasi dari atasannya dan mencari instruksi dan pekerjaannya, informasi yang

berkenaan dengan hal-hal yang mempengaruhi pekerjaannya atau karyawan pada

umumnya dan berita-berita yang terbaru. Sehingga walaupun informasi yang

diperoleh bertambah biasanya para karyawan tersebut masih mencari atau

memerlukan informasi tambahan.

PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat yang berlokasi di Jl Ketintang

merupakan perusahaan yang bergerak di pengadaan listrik untuk wilayah

Jawa-Bali. PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat didukung oleh sejumlah karyawan

dalam operasionalnya. Agar operasional perusahaan berjalan dengan lancar maka

dituntut adanya komunikasi yang harmonis baik antar divisi maupun antara kepala

divisi dengan bawahannya serta antara divisi dengan pimpinannya. Dengan

adanya komunikasi yang harmonis baik vertikal maupun horizontal maka

diharapkan akan mampu meningkatkan semangat kerja karyawan yang pada

akhirnya berdampak pada produktivitas kerja karyawan.

Dari hasil survei pendahuluan ditemukan beberapa permasalahan mengenai

komunikasi organisasi di PJB yaitu sering terjadi ketidakpercayaan karyawan

terhadap staf yang masih muda, seringkali manajemen perusahaan memutuskan

tentang tugas-tugas yang bersifat teknis secara langsung tanpa melibatkan

pertimbangan karyawan, seringkali karyawan sungkan atau malu mengungkapkan

pendapatnya atau masalahnya, tak semua karywan memanfaatkan kemudahan

untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan atasan, banyak informasi

(20)

kesempatan yang terbatas dari perusahaan untuk mendengarkan semua masalah

karyawan, serta kurangnya komitmen karyawan pada perusahaan. Berbagai

masalah mengenai iklim organisasi tersebut penting untuk diketahui oleh

perusahaan untuk segera dicarikan solusinya agar tidak sampai mengganggu

komunikasi yang terjalin antara atasan dan bawahan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul Iklim Komunikasi Organisasi pada PT

Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

Bagaimanakah iklim komunikasi organisasi pada PT Pembangkitan Jawa Bali

Kantor Pusat?

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimanakah iklim komunikasi organisasi pada PT

Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dan akademis

(21)

1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah bahan

bacaan atau referensi yang berkaitan dengan iklim komunikasi organisasi

terutama mengenai hubungan komunikasi vertikal (downward dan upward

communication).

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

pihak manajemen PT Pembangkitan Jawa Bali Kantor Pusat untuk

memperbaiki iklim komunikasi organisasi agar dapat meningkatkan semangat

(22)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i

2.1.1 Or ganisasi

2.1.1.1 Definisi Organisasi

Studi organisasi adalah studi mengenai cara orang memandang

obyek-obyek, juga studi mengenai obyek-obyek itu sendiri. (Pace dan Faules, 2001:2).

Organisasi adalah sekelompok orang yang bersatu padu bekerja untuk suatu

tujuan bersama di bawah kepemimpinan bersama dengan alat-alat yang tepat.

Sedangkan Sutarto (2002:40) menyimpulkan bahwa secara keseluruhan,

organisasi adalah sistem saling mempengaruhi antar orang dalam kelompok yang

bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.

Organisasi juga dapat dikatakan sebagai kesatuan sosial yang dikordinasikan

secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif diidentifikasikan dan bekerja

secara terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok

tujuan, definisi ini dikemukakan oleh Robbin (Soemirat, Ardianto, Suminar,

1999:1-6).

Dalam buku “Komunikasi organisasi” milik R. Wayne Pace dan Don F

Faules dikatakan bahwa suatu organisasi, merupakan sebuah wadah yang

menampung orang-orang dan obyek-obyek, orang-orang dalam organisasi yang

(23)

interdependen bekerja dengan cara yang sistematis untuk memperoleh hasil yang

diinginkan. (Pace dan Foules, 2001:17).

Secara harafiah, organisasi berarti perpindahan dan bagian-bagian yang satu

sama lain saling tergantung. Charles I. Bernand mendefinisikan organisasi sebagai

sistem dari kegiatan manusia yang bekerja sama. Kemudian Everett M. Rogers

dan Rekah Agarwala-Roges dalam bukunya Communication in Organizations

menyatakan organisasi adalah sistem yang mapan dari orang-orang yang

bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan

dan pembagian kerja.

Dari definisi-definisi tersebut dapat dilihat beberapa hakikat organisasi,

yaitu:

1. Organisasi merupakan sebuah sistem yang stabil atau baik dari segi hukum

maupun sosial. Pada dasarnya sistem sebuah organisasi di dalamnya terdapat

jaringan-jaringan hubungan yang diperpanjang sebagai sebuah sistem sosial.

2. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang-orang yang melakukan

kerjasama, artinya setiap orang dalam organisasi harus berpartisipasi.

Partisipasi sangat erat kaitannya dengan kerjasama, adapun pengertiannya

adalah keterlibatan spontan yang disertai kesadaran dan tanggung jawab

terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

oganisasi adalah suatu bentuk perkumpulan dari individu-individu yang di

(24)

sistem yang saling melengkapi kebutuhan satu sama lain sehingga tercapainya

tujuan bersama.

2.1.1.2 Kar yawan

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa,

baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Hasibuan (2005:12) menjelaskan bahwa karyawan adalah penjual jasa

(pikiran dan tenaganya) dan mendapat kompensasi yang besarnya telah ditetapkan

terlebih dahulu. Dalam hal ini, karyawan wajib dan terikat untuk mengerjakan

pekerjaan yang diberikan dan berhak memperoleh kompensasi sesuai dengan

perjanjian. Posisi karyawan dalam suatu perusahaan dibedakan atas karyawan

operasional dan karyawan manajerial (pimpinan).

1. Karyawan Operasional

Karyawan operasional adalah orang yang secara langsung harus mengerjakan

sendiri pekerjaannya sesuai dengan perintah atasan.

2. Karyawan Manajerial

Karyawan manajerial adalah setiap orang yang berhak memerintah

bawahannya untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dan dikerjakan sesuai

dengan perintah. Mereka mencapai tujuannya melalui kegiatan-kegiatan orang

(25)

a. Manajer Lini

Manajer lini adalah seorang pemimpin yang mempunyai wewenang lini

(Line Up), berhak dan bertanggung jawab langsung merealisasi tujuan

perusahaan.

b. Manajer Staf

Manajer staf adalah pemimpin yang mempunyai wewenang staf (stel

authority) yang hanya berhak memberikan saran dan pelayanan untuk

memperlancar penyelesaian tugas-tugas manejer lini.

Jadi, pengertian tenaga kerja lebih luas daripada pengertian karyawan,

karena tenaga kerja adalah orang yang bekerja di dalam maupun di luar hubungan

kerja. Ciri khas hubungan kerja adalah tenaga kerja itu bekerja di bawah perintah

orang lain dengan menerima balas jasa (Hasibuan, 2005:12).

2.1.1.3 Tujuan Ik ut dalam Or ganisasi

Selama masa hidupnya manusia lebih banyak berada dalam saling

mempengaruhi dengan orang lain daripada menyendiri. Pada dasarnya manusia

tidak mampu hidup seorang diri. Hampir sebagian besar tujuannya hanya dapat

terpenuhi apabila yang bersangkutan berhubungan dengan orang lain.

Manusia masuk ke dalam kelompok tentunya dengan tujuan tertentu

diharapkan dapat menimbulkan kepuasan. Berbagai tujuan yang dapat diperoleh

(26)

Seseorang bergabung atau tinggal sebagai anggota kelompok karena dia

berharap bahwa kelompok akan membantu beberapa fungsi atau tujuannya.

Menurut Hicks dalam Sutarto (2003:3-4), tujuan masuk ke dalam kelompok

adalah:

1. Kelompok atau organisasi sering dipakai untuk memecahkan masalah-masalah

ekonomi, militer, dan masalah-masalah lain.

2. Manusia mungkin masuk kelompok juga dikarenakan kebutuhannya diterima

dan mencegah kesepian dan kerenggangan. Keagamaan, famili, dan

kelompok-kelompok lain sering membentuk kebutuhan ini.

3. Kelompok juga dapat memberi bantuan pada manusia yang kesusahan.

4. Kelompok dapat memberikan tujuan dan nilai hidup yang lebih bernilai,

norma perilaku, dan kesetiaan kelompok

5. Kelompok sosial, kerja, dan bermacam-macam kelompok lainnya memberikan

prestige, status, dan pengakuan.

6. Kelompok, dengan kehidupan mereka, memberi manusia kesempatan untuk

memuaskan kebutuhannya guna mengungkapkan perasaanya dan melakukan

hubungan dengan berbagai cara.

7. Perasaan keamanan seseorang sering dimanfaatkan dari kelompok jika mereka

mengurangi kecemasan orang dengan memberi dukungan, pertahanan dan

perasaan diikutsertakan.

8. Terkadang kelompok membantu memberikan therapy tatkala memecahkan

(27)

Apabila berbagai tujuan tersebut direnungkan, maka akan nampak bahwa

kehidupan saling pengaruh dengan orang lain jauh lebih bermanfaat dibandingkan

hidup seorang diri.

2.1.2 Komunikasi Or ganisasi

2.1.2.1 Penger tian Komunikasi Or ganisasi

Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi.

Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi,

ide-ide, di antara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah

pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks

(Muhammad, 2004:65). Komunikasi organisasi juga dapat didefinisikan sebagai

pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan

bagian dari suatu organisasi tertentu (Pace & Faules, 2001:31).

Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu

organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu

jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok (Mulyana, 2001:75).

Pengertian komunikasi organisasi dari buku Mulyana ini akan menjadi acuan

peneliti dalam melakukan penelitian.

Untuk memahami komunikasi, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu

konseptualisasinya. Dalam komunikasi setidaknya terdapat 3 kerangka

(28)

komunikasi sebagai interaksi, komunikasi sebagai transaksi. Dalam penelitian ini,

peneliti cenderung menggunakan kerangka komunikasi sebagai interaksi.

Komunikasi sebagai interaksi menyertakan komunikasi dengan suatu proses

sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan

pesan, baik verbal atau nonverbal, seseorang penerima bereaksi dengan memberi

jawaban verbal atau menganggukan kepala, kemudian orang pertama bereaksi lagi

setelah menerima respons atau umpan balik dari orang kedua, dan seterusnya

(Mulyana, 2001: 65).

Dari konseptualisasi tersebut Shannon dan Weaver menyatakan bahwa

komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh-mempengaruhi

satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja (Pareno, 2002:4)

Untuk memahami komunikasi organisasi, Muhammad memberikan definisi

sendiri yang digunakan untuk memahami komunikasi organisasi sebagai berikut:

komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non-verbal antara si pengirim

dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku (Muhammad, 2004:4-5).

Dalam bukunya Robbins mengungkapkan bahwa dalam berkomunikasi pria

lebih langsung, tidak tergantung dan cenderung memegang kendali yang sering

dipertegas dengan jalan mengemukakan pemecahan. Sedangkan wanita dalam

berkomunikasi tidak langsung, mencari dukungan dan hubungan, bukan untuk

memperoleh nasihat pria (Robbins, 2003:21).

Rackhmat pernah mengungkapkan bila orang-orang memiliki kesamaan

(29)

dikatakan pula bahwa, orang cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki

kemampuan lebih tinggi daripada dirinya atau lebih berhasil dalam kehidupannya

(Rakhmat, 1994:117).

Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional

kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui

pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab.

Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu

mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain

dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas

dalam organisasi tersebut (Muhammad, 2004:23).

2.1.2.2 J ar ingan Komunikasi

Jaringan komunikasi adalah saluran-saluran yang merupakan tempat

informasi mengalir. Robbins (2003:13) mengatakan ada dua bentuk jaringan

komunikasi, yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal:

1. Jaringan komunikasi formal: adalah komunikasi yang bertalian dengan tugas;

proses komunikasi mengikuti rantai wewenang. Jaringan ini biasanya vertikal.

2. Jaringan komunikasi informal: biasanya seperti bisikan – bebas untuk

bergerak ke segala arah, melewati tingkat-tingkat wewenang, dan

kemungkinan besar memenuhi kebutuhan sosial anggota kelompok karena

mempermudah penyelesaian tugas. Atau jaringan komunikasi yang terdapat

dalam organisasi dan merupakan jalan pintas yang memotong saluran formal

(30)

2.1.2.3 Ar us Infor masi Dalam Organisasi

Desain organisasi haruslah memungkinkan terjadinya komunikasi ke empat

arah yaitu: ke atas, ke bawah (vertikal); horisontal; dan diagonal (Suwarto,

1999:166).

1. Komunikasi ke bawah: adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat atas ke

tingkat bawah dalam sebuah organisasi dan mencakup: kebijaksanaan

pimpinan, instruksi, dan memo resmi.

2. Komunikasi ke atas: adalah komunikasi yang mengalir dari tingkat bawah ke

tingkat atas sebuah organisasi dan mencakup: kotak saran, pertemuan

kelompok, dan prosedur keluhan.

3. Komunikasi horisontal: adalah komunikasi yang mengalir melintasi berbagai

fungsi dalam organisasi. Bentuk komunikasi ini diperlukan untuk

mengkoordinasi dan mengintegrasikan berbagai fungsi organisasi

4. Komunikasi diagonal: adalah komunikasi silang melintasi fungsi dan tingkat

dalam organisasi. Hal ini penting dalam situasi di mana anggota tidak dapat

berkomunikasi lewat saluran ke atas, ke bawah, ataupun horisontal.

2.1.2.4 Kebijakan Komunikasi

Kebijakan komunikasi menggambarkan suatu penempatan tujuan yang

diinginkan organisasi dan untuk mencapainya dengan memandang komunikasi.

Dalam suatu organisasi di mana tidak terdapat kebijakan-kabijakan komunikasi

(31)

akan dapat menimbulkan konflik antar anggota ketika interaksi (Soemirat,

Ardianto, Suminar, 1999:6.3).

Sigband (1996) dan Pace (1983), mengamati bahwa “sewaktu perusahaan

tidak memiliki filosofi komunikasi, kita hampir tanpa kekecualian akan

memberikan suatu hasil: (Soemirat, Ardianto, Sumirat, 1999:64).

1. Sedikit atau tidak ada pembahasan terhadap sebagai isu yang kontroversial

(masalah karyawan, gaji promosi, pemutusan hubungan kerja dan lainnya).

2. Berbeda cara-cara mengatasi isu yang sejenis melalui organisasi.

3. Diskusi selanjutnya tetap dangkal dan hanya membahas permukaan dari suatu

topik untuk mengahasilkan item-item yang nyata kepada kepentingan bagi

individual, di dalam dan diluar perusahaan.

Burhan (1971) dalam Pace (1983) telah mengamati, meskipun setiap

organisasi berbeda dalam menuangkan kebijakannya secara formal, tetapi

kesulitan komunikasi suatu organisasi sering muncul karena perbedaan persepsi

karyawan suatu perusahaan atau suatu kelompok kerja dengan supervisor tentang

kebijakan. (Soemirat, Ardianto, Suminar, 1999:64).

Sigmund (1969) dan Pace (1983) dalam Soemirat Ardianto, Suminar

(1999:64-65), mengemukakan filosofi komunikasi, sebagai berikut :

1. Karyawan harus diberi informasi tentang aktivitas organisasi.

2. Karyawan harus diberi informasi tentang tujuan, sasaran, perencanaan dan

arah perusahaan.

3. Karyawan harus diberi informasi tentang isu negatif, sensitif, dan

(32)

4. Karyawan harus didorong untuk berperanserta dalam berlangsungnya arus

komunikasi dua arah.

5. Karyawan harus mengadakan pertemuan secara periodik dengan supervisor

mereka untuk membahas kinerja kerja dan harapan karyawan.

6. Pertemuan harus dilakukan untuk menemukan suatu yang penting dan

mendorong ekspresi mereka.

7. Karyawan harus memiliki situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan

berkomunikasi secara cepat.

Secara filosofis komunikasi yang efektif dalam organisasi adalah adanya

kata sepakat untuk perencanaan informasi jangka panjang dengan aspek lainnya,

serta membuka saluran komunikasi dan mengembangkan kebebasan menuangkan

ide.

2.1.2.5 Komunikasi Or ganisasi yang Efek tif

Komunikasi organisasi yang efektif dapat terjadi apabila iklim komunikasi

yang ada dalam organisasi tersebut cukup mendukung. Iklim komunikasi

merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai

peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai

lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antarpesonal, dan kesempatan bagi

pertumbuhan organisasi tersebut. Iklim komunikasi berbeda dengan iklim pesan

dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi

(33)

Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota

organisasi berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramah tamah dengan anggota

yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani

berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan (Muhammad,

2004:85).

Redding dalam Pace dan Faules (2000:154) menyebutkan bahwa iklim

komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi

untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut

mempercayai anggotanya dan memberikan kebebasan dalam mengambil resiko,

mendorong dan memberi tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas,

menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi, dipercayai

dan terus terang dari anggota organisasi, secara aktif memberi penyuluhan kepada

para anggota organisasi sehingga dapat melihat bahwa keterlibatan anggota

penting terhadap keputusan-keputusan dalam organisasi, dan menaruh perhatian

pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan.

2.1.3 Iklim Komunikasi Organisasi

2.1.3.1 Penger tian Iklim Komunikasi Or ganisasi

Denis mengemukakan iklim komunikasi organisasi sebagai kualitas

pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang

mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan

(34)

Dalam bukunya Pace dan Faules mengatakan bahwa iklim komunikasi

organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk

menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai

mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil resiko (Pace dan

Faules, 2001:154).

Iklim komunikasi organisasi berbeda dengan iklim organisasi, dalam arti

iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang

berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi (Pace & Faules,

2001:147). Pernyataan dari buku karangan Pace dan Faules ini akan menjadi

acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

2.1.3.2 Faktor -Faktor Iklim Komunikasi Organisasi

Dari Hasil penelitian yang dilakukan Pace dan Peterson menunjukkan bahwa

paling sedikit ada enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi

organisasi. Keenam faktor tersebut adalah: (Pace & Faules, 2001: 159-160)

1. Kepercayaan

Personel di semua tingkatan harus berusaha keras untuk mengembangkan dan

mempertahankan hubungan yang di dalamnya ada kepercayaan, keyakinan,

dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan.

2. Pembuatan keputusan bersama

Para pegawai di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi

(35)

tingkatan harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan

manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan

keputusan dan penentuan tujuan.

3. Kejujuran

Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai

hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan

‘apa yang ada dalam pikiran mereka’ tanpa mengindahkan apakah mereka

berbicara kepada teman sejawat, bawahan atau atasan.

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Kecuali untuk informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah

memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat

itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan

pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya, dan yang

berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan

rencana-rencana.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Personel di setiap tingkatan dalam organisasi harus mendengarkan saran-saran

atau laporan-laporan masalah yang dikemukaakan personel di setiap tingkat

bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran

terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk

(36)

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Personel di setiap tingkatan dalam organisasi harus menunjukkan komitmen

terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi-produktivitas tinggi, biaya

rendah-demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

2.1.3.3 Kar akter istik Ik lim Komunikasi

Gibb menegaskan bahwa tingkah laku komunikasi tetentu dari anggota

organisasi atau pegawai mengarah kepada iklim supportiveness (Muhammad,

2004:85). Iklim supportiveness disebut juga dengan iklim mendukung. Dalam

bukunya Curtis, Floyd, & Winsor mengemukakan bahwa terdapat 2 macam

karakteristik iklim komunikasi, yaitu iklim komunikasi mendukung dan iklim

komunikasi bertahan. Pada iklim bertahan, atmosfernya terkesan “berat” dan

represif. Sedangkan pada iklim mendukung, orang-orang merasa dihormati dan

satu sama lain saling memberikan dorongan pada saat mereka berupaya

menyelesaikan tugasnya yang menumpuk (Curtis, Floyd, & Winsor, 2004:42).

Tabel 2.1

Kar akter istik Iklim Komunikasi Yang Mendukung Dan Yang Ber tahan

Iklim Bertahan Iklim Menduk ung Evaluasi Deskripsi

(37)

Evaluasi: dinilai oleh orang lain, biasanya menyebabkan ketegangan. Komunikasi

negatif menyalahkan orang lain. Umumnya menggunakan kata-kata sifat,

misalnya: salah, ngawur, bodoh (Rakhmat, 1994). Bila seseorang dinilai atau

dikritik atau dievaluasi, reaksi alamiah yang muncul adalah perasaan terancam.

Ketika merasa terancam, seseorang akan menyalahkan orang lain (pemindahan),

mengevaluasi orang lain secara negatif (proyeksi), atau memberikan alasan-alasan

yang bukan merupakan alasan yang nyata seseorang (rasionalisasi).

Deskripsi: berarti para anggota organisasi memusatkan pesan-pesan mereka pada

peristiwa-peristiwa yang dapat diamati dan mengurangi referensi mengenai

reaksi-reaksi subjektif atau emosional. Dalam deskripsi terdapat dukungan, dan

kesediaan menerima tanggung jawab. Selain itu dalam deskripsi tidak tampak

ancaman terhadap ego lawan bicaranya. Deskripsi juga dapat ditunjukkan dengan

menerima orang lain sebagai individu yang patut dihargai. Umumnya

menggunakan kata kerja, misalnya: menyebutkan, berpindah, mengikuti

(Rakhmat, 1994)

Kontrol: atau mengendalikan masalah berarti berusaha untuk mengubah orang

lain, mengendalikan perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakan.

Seseorang yang berupaya mengendalikan tindakan orang lain menganggap bahwa

gagasan-gagasan orang lain kurang bermutu.

Orientasi Masalah: merupakan suatu penangkal strategi kontrol dalam suatu

organisasi. Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk

(38)

pemecahan, namun mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan

dan memutuskan bagaimana mencapainya (Rakhmat, 1994).

Strategi: penggunaan tipuan-tipuan atau manipulasi untuk mempengaruhi orang

lain (Rakhmat, 1994:135). Pemanipulasian pegawai, dengan cara

menyembunyikan informasi yang berhubungan atau meluncurkan ucapan

‘pengkhianatan’ yang tajam. Pemanipulasian disini melihat manusia sebagai

obyek dari pengaruh mereka (Leavitt, 1978).

Spontanitas: Gibbs mengistilahkan untuk bertindak spontan berarti berterus terang

dan ‘membuka rahasia’ kepada anggota-anggotanya dalam suatu organisasi.

Orang-orang yang spontan berupaya mencegah perasaan bertahan; mereka

berupaya jujur dan ‘up front’ terhadap orang lain. Orang-orang ini ‘mengatakan

sesuatu seperti yang dilihatnya’ dan pandangan ini mereka lakukan semata-mata

demi kepentingan terbaik organisasi.

Kenetralan: perilaku netral yang menunjukan sedikitnya perhatian orang

mengenai arah komunikasi. Oleh karena itu individu yang dituju tidak merasa

menjadi seseorang yang khusus dan tidak merasa dihargai. Orang-orang tidak

merasa dihargai atas andil masa lalunya, mereka pun tidak dihargai karena belajar

dari kegagalan masa lalu. Perilaku netral memperlakukan orang lain lebih dari

sekedar objek (miliknya), bukan sebagai manusia.

Empati: Suatu upaya yang sungguh-sungguh untuk memahami situasi dari sudut

(39)

adanya pengenalan terhadap nilai, tingkah laku, dan opini orang lain akan

memperkuat dan mendorong mereka; orang-orang tersebut menyadari bahwa

mereka tidak sendirian.

Keunggulan: (atau superiority) sikap ini menjadi nyata melalui penggunaan

posisi, wewenang, kemampuan intelektual, kekayaan, kekuatan fisik, atau daya

tarik untuk memperoleh persetujuan. Pengertian wewenang yang dimaksud adalah

mengenai pangkat dan posisi yang resmi sebagai alat untuk mengendalikan dan

mempengaruhi perilaku atau pribadi-pribadi lain (Leavitt, 1978:150).

Kesamaan: menyatakan bahwa terdapat suatu ukuran rasa hormat tak bersyarat

terhadap orang lain dalam suatu organisasi. Terdapat upaya untuk mengurangi

perbedaan-perbedaan dalam kekuatan, kecakapan intelektual dan sebagainya.

Mengkomunikasikan suatu kepercayaan yang menyatakan bahwa setiap orang

dapat membuat suatu andil untuk keberhasilan organisasi akan menciptakan rasa

keterlibatan dan hasrat untuk berperan (untuk menginvestasikan diri sendiri).

Dalam kesamaan status boleh beda, tetapi komunikasi yang terjadi tidak vertikal.

Dalam berkomunikasi terdapat penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan

pandangan dan keyakinan (Rakhmat, 1994).

Kepastian: sikap yang meyakini diri sendiri yang paling benar dan orang lain

salah. Orang yang memiliki kepastian bersifat dogmatis, ingin menang sendiri,

dan melihat pendapatnya sebagai kebenaran mutlak yang tidak dapat diganggu

(40)

memperlihatkan ketidakpastian bersikap tidak terbuka terhadap diskusi atau

informasi tambahan; agaknya keputusan mereka dibuat sebelumnya.

Provisionalisme: “Provisional” dalam bahasa Inggris artinya bersifat sementara

atau menunggu sampai ada bukti yang lengkap (Rakhmat, 1994:136). Bersedia

bersifat ‘sementara’ dalam penilaian mengenai hal-hal terbaik. Orang-orang

seperti itu mencari berbagai sudut pandang, seperti informasi sebanyak-banyaknya

dan serealistis-realistisnya, dan mereka pun terbuka untuk mengubah

pemikirannya jika situasi mengharuskannya (kecuali jika hal itu akan melanggar

etika dan atau prinsip).

Karakteristik iklim komunikasi organisasi ini nantinya akan menjadi acuan bagi

peneliti dalam melakukan penelitian, bahwa tingkah laku komunikasi tertentu dari

anggota organisasi atau pegawai mengarah pada pembentukan iklim komunikasi

mendukung atau iklim komunikasi bertahan.

2.2 Ker angka Ber pikir

Dari rumusan masalah dan berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan

di atas, maka kerangka berpikir yang dikemukakan dapat digambarkan sebagai

(41)

Masalah di PJB:

1. Sering terjadi ketidakpercayaan karyawan terhadap staf yang masih muda

2. Seringkali manajemen perusahaan memutuskan tentang tugas-tugas yang bersifat teknis secara langsung tanpa melibatkan pertimbangan karyawan

3. Seringkali karyawan sungkan atau malu mengungkapkan pendapatnya atau masalahnya

4. Tak semua karywan memanfaatkan kemudahan untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan atasan

5. Banyak informasi penting mengenai masalah dari karyawan yang tak sempat dicarikan solusi karena kesempatan yang terbatas dari perusahaan untuk mendengarkan semua masalah karyawan

6. Kurangnya komitmen karyawan pada perusahaan

Mengukur Iklim Komunikasi di PJB 1. Kepercayaan

- Kepercayaan anggota kepada organisasi. - Keyakinan anggota terhadap organisasi

- Kredibilitas yang ditunjukkan oleh anggota organisasi. 2. Pembuatan keputusan bersama

- Anggota ikut serta dalam pembuatan keputusan

- Pihak manajemen memperhatikan setiap keluhan dari setiap anggota. - Pihak menajemen menanggapi setiap keluhan dari para anggota. 3. Kejujuran

- Penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan para anggota organisasi. - Penyampaian ide secara terbuka kepada anggota dalam pelaksanaan kegiatan.

- Penyampaian ide secara terbuka dari anggota kepada pihak manajemen 4. Keterbukaan dalam komunikasi

- Penyebarluasan informasi kepada seluruh anggota mulai dari tingkat ketua sampai anggota.

- Pihak manajemen mengkomunikasikan setiap kebijakan yang dikeluarkan yang menyangkut organisasi. 5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

- Tanggapan pihak manajemen mengenai informasi yang disampaikan oleh anggota. - Penerimaan pihak manajemen atas gagasan yang disampaikan oleh anggota. 6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi.

- Komitmen anggota dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan oleh pihak manajemen. - Komitmen anggota yang tinggi menghasilkan suasana organisasi yang nyaman dalam hubungannya

dengan pencapaian tujuan organisasi.

- Komitmen anggota yang tinggi menghasilkan keakraban yang baik dalam pencapaian tujuan organisasi.

Menganalisis tinggi rendahnya iklim komunikasi yang ada di PJB

(42)

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Oper asional dan Pengukuran Var iabel

3.1.1 Definisi lklim Komunikasi Or ganisasi

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat

dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi

tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil

resiko. Ada enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi, yaitu

kepercayaan, pengambilan keputusan bersarma, kejujuran, keterbukaan dalam

komunikasi ke bawah dan mendengarkan dalam komunikasi ke atas serta

perhatian pada tujuan berkinerja tinggi.

Menurut Peterson dan Pace (1976) dalam pengujian inventaris iklim

komunikasi dalam suatu organisasi hasil perhitungan masing-masing nilai

gabungan indikator iklim komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Koefisien berkisar antara 0,8 – 0,97 dapat dikatakan memiliki iklim organisasi

yang positif.

2. Koefisien kurang dari 0,79 dapat dikatakan memiliki iklim organisasi yang

negatif.

3.1.2 Pengukur an Var iabel

Iklim komunikasi organisasi dalam penelitian ini diukur dengan

(43)

1. Kepercayaan

Adalah kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas yang didukung oleh

pernyataan dan tindakan yang dikembangkan oleh para personel di semua

tingkatan organisasi untuk dapat mengembangkan dan mempertahankan

hubungan baiknya dengan perusahaan. Indikator kepercayaan dijabarkan

menjadi tiga indikator, yaitu:

a. Adanya kepercayaan, yaitu bentuk kepercayaan karyawan kepada

perusahaan sehingga karyawan tersebut memiliki loyaliitas yang tinggi

terhadap perusahaan.

b. Adanya keyakinan, yaitu keyakinan karyawan terhadap perusahaan dalam

membangun hubungan dengan pihak manajemen perusahaan

c. Adanya kredibilitas, yaitu suatu kredibilitas yang ditunjukkan oleh

karyawan kepada perusahaan.

2. Pembuatan keputusan bersama

Adalah upaya para personel organisasi di semua tingkatan dalam

organisasi untuk berperanserta dalam proses pembuatan keputusan dan

penentuan tujuan. Indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Adanya keikutsertaan karyawan dalam pembuatan keputusan dalam

mencari suatu pemecahan masalah dalam perusahaan bersama dengan pihak

manajemen

b. Adanya perhatian pihak manajemen terhadap setiap keluhan dari karyawan

c. Adanya tanggapan pihak manajemen terhadap setiap keluhan dari para

(44)

3. Kejujuran

Adalah suasana umum yang diliputi keterusterangan sehingga para

pegawai mampu mengatakan ‘apa yang ada dalam pikiran mereka’ tanpa

mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan atau

atasan. Indikator kejujuran adalah sebagai berikut:

a. Adanya penyelesaian konflik yang terjadi antara pihak manajemen dengan

para karyawan dalam perusahaan.

b. Adanya penyampaian ide secara terbuka kepada karyawan dalam

pelaksanaan kegiatan.

c. Adanya penyampaian ide secara terbuka dari karyawan kepada pihak

manajemen

4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah

Adalah kemudahan bagi anggota organisasi untuk memperoleh informasi

yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang memudahkan

mereka berkoordinasi dengan pihak manajemen. Indikatornya adalah:

a. Adanya penyebarluasan atau penyampaian informasi kepada seluruh

karyawan mulai dari tingkat ketua sampai anggota.

b. Adanya pengkomunikasian dari pihak manajemen terhadap setiap kebijakan

yang dikeluarkan yang menyangkut perusahaan.

5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas

Adalah upaya pihak manajemen untuk mendengarkan saran-saran atau

laporan-laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawah

(45)

mana informasi dari bawahan dipandang cukup penting untuk dilaksanakan.

Indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Adnya tanggapan dari pihak manajemen mengenai informasi yang

disampaikan oleh karyawan kepada pihak manajemen.

b. Adanya penerimaan pihak manajemen atas gagasan yang disampaikan oleh

karyawan dalam kaitannya dengan pembuatan keputusan.

6. Perhatian pada tujuan-tujuan berkinerja tinggi

Adalah upaya personel di setiap tingkatan dalam organisasi untuk

menunjukkan komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas

tinggi, biaya rendah, termasuk pula menunjukkan perhatian besar pada anggota

organisasi lainnya. Indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Komitmen karyawan dalam pencapaian tujuan perusahaan yang telah

ditetapkan oleh pihak manajemen.

b. Komitmen karyawan yang tinggi menghasilkan suasana perusahaan yang

nyaman dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan perusahaan.

c. Komitmen karyawan yang tinggi menghasilkan keakraban yang baik dalam

pencapaian tujuan perusahaan

Skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert, di mana skala ini

mengelompokkan peristiwa dalam kategori tertentu. Dalam penelitian ini

pertanyaan dengan jawaban penilaian berdasarkan pengurutan angka. Jawaban

dari masing-masing pernyataan yang ada di kuesioner digolongkan dalam lima

jenis pilihan jawaban, yaitu angka atau jawaban “5” adalah nilai tertinggi dan

(46)

Adapun pengukuran jawaban pada kuesioner dapat diuraikan sebagai

berikut:

Skor 5 : Sangat baik, yang menunjukkan penilaian yang jujur, pernyataan ini

merupakan gambaran kondisi organisasi yang sebenarnya.

Skor 4 : Baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi lebih

banyak benarnya daripada salahnya.

Skor 3 : Kurang baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi

separuh benar dan separuh salah.

Skor 2 : Tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam organisasi

lebih banyak salahnya daripada benarnya.

Skor 1: Sangat tidak baik, yang menunjukkan gambaran kondisi dalam

organisasi. (Pace & Faules, 2006:158)

3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penar ikan Sampel

3.2.1 Populasi

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT Pembangkitan Jawa Bali

Kantor Pusat, dapat diketahui bahwa karyawan PT Pembangkitan Jawa Bali

Kantor Pusat terdiri dari karyawan tetap dan karyawan kontrak. Peneliti memilih

karyawan tetap karena tidak lagi dalam tahap pelatihan atau pembelajaran. Dan

mereka mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berkaitan langsung dengan

perusahaan. Dengan adanya keterkaitan tersebut, mereka secara langsung ikut

serta memiliki dampak terhadap perusahaan. Untuk itu dalam penelitian ini

(47)

3.2.2 Sampel dan Teknik Penar ikan Sampel

Berdasarkan jumlah populasi sebanyak 325 orang, maka ditentukan jumlah sampel berdasarkan pendapat rumus yang dikemukakan Yamane dalam Rachmat (1989:113) sebagai berikut:

n = N

Nd2 + 1

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi (10%)

Sehingga dari rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut:

n = 325

(325*0,12) + 1

n = 325 (325*0,12) + 1

n = 325 (325*0,01) + 1

n = 325 4,25

n = 76,47

n = 77

Jadi dari jumlah populasi tersebut, ditentukan sampelnya adalah 77 orang.

3.3 J enis dan Sumber Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

(48)

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data Primer merupakan data yang dipeloleh secara langsung pada tempat

penelitian yang berupa hasil jawabain dari responden atas pertanyaan yang

diberikan dalam kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan secara tidak langsung

melalui organisasi yang bersangkutan dalam hal ini adalah MAS (Mio

Association Surabaya)

2. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah berupa data internal yaitu data

diperoleh dari dalam organisasi yaitu yang ada dalam MAS (Mio Association

Surabaya)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data primer dan sekunder penulis menggunakan

beberapa metode dalam mengumpulkan data, yaitu:

a. Kuesioner

Untuk memperoleh data primer penulis juga menggunakan kuesioner

disebarkan kepada responden dengan harapan akan dapat memperoleh data

yang valid dan henar.

b. Dokumentasi

(49)

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam upaya mengukur nilai-nilai indikator lklim komunikasi kerja dalam

organisasi, penulis menggunakan rumus dari R. Wayne Pace.

1. Untuk mengukur Nilai Iklim Komposit (NIK) digunakan rumus :

NIK = ∑ Jawaban Individu ∑ Pertanyaan

2. Untuk mengukur Nilai Iklim Kepercayaan (NIT) digunakan rumus:

NIT = ∑ N1 3

N1 : Pertanyaan mengenai kepercayaan

3. Untuk mengukur Nilai Pengambilan Keputusan Partisipatif (NIP) digunakan

rumus:

NIP = ∑ N2 3

N2 : Pertanyaan mengenai pengambilan keputusan partisipatif

4. Untuk mengukur Nilai Kejujuran (NJ) digunakan rumus:

NIJ= ∑ N3 3

N3 : Pertanyaan mengenai kejujuran

5. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Bawah (NIB)

digunakan rumus

NIB = ∑ N4 2

N4 : Pertanyaan mengenai keterbukam komunikasi ke bawah

6. Untuk mengukur Nilai Keterbukaan Dalam Komunikasi ke Atas (NIA)

(50)

NIA = ∑ N5 2

N5 : Pertanyaan mengenai kepercayaan nilai keterbukaan dalam komunikasi

ke atas

7. Untuk mengukur Nilai Perhatian Pada Tujuan Berkinerja Tinggi (NIPBT)

digunakan rumus:

NIPBT = ∑ N6 3

N6 : Pertanyaan mengenai perhatian pada tujuan berkinerja tinggi

Dalam mengukur indikator-indikator yang mempengaruhi iklim komunikasi

organisasi, pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan iklim komunikasi

organisasi selanjutnya dianalisa secara deskriptif.

Peterson dan Pace (1976) mengembangkan Inventaris Iklim Komunikasi

(IIK) yang dirancang untuk mengukur enam “pengaruh komunikasi” yang berasal

dari analisis "iklim ideal yang berhubungan dengan pengelolaan”. Dalam

pengujian Inventaris lklim Komunikasi (IIK) dalam suatu organisasi hasil

perhitungan masing-masing nilai gabungan indikator lklim komunikasi yang

koefisiennya berkisar antara 0,8 - 0,97 dapat dikatakan positif, sedangkan yang

berkisar 0,79 kebawah dapat dikatakan negatif.

Penilaian dan analisis inventaris lklim Komunikasi, dijelaskan sebagai

berikut :

1. Nilai Iklim Komposit

(51)

rata umum memberikan Nilai Iklim Komposit (NIK) bagi setiap responden.

Hasil yang didapatkan dalam Iklim Komposit Organisasi (NIKO) dibagi

dengan jumlah total responden.

2. Nilai Iklim Kepercayaan

Untuk memperoleh nilai iklim kepercayaan, kalikan hasil dari item pertanyaan

dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyan.

Ini adalah nilai individu. Untuk memperoleh nilai kepercayaan gabungan, nilai

individu dibagi dengan jumlah total responden.

3. Nilai Pengambilan Keputusan Partisipatif

Untuk memperoleh nilai pengambilan keputusan partisipatif, kalikan hasil dari

item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan

jumlah pertanyaan. Ini adalah nilai individu. Untuk memperoleh nilai

pembuatan keputusan partisipatif gabungan, nilai individu dibagi dengan

jumlah total responden.

4. Nilai Iklim Kejujuran

Untuk memperoleh nilai iklim kejujuran, kalikan hasil dari item pertanyaan

dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi dengan jumlah pertanyaan.

Ini adalah nilai Iklim Kejujuran Individu. Untuk memperoleh nilai Iklim

Kejujuran gabungan, nilai individu dibagi dengan jumlah total responden.

5. Nilai Keterbukaan dalam Komunikasi ke Bawah

Untuk memperoleh nilai keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kalikan

hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi

(52)

keterbukaan dalam komunikasi ke bawah gabungan, nilai individu dibagi

dengan jumlah total responden.

6. Nilai Mendengarkan dalam Komunikasi ke Atas

Untuk memperoleh nilai mendengarkan dalam komunikasi ke atas, kalikan

hasil dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi

dengan jumlah pertanyaan. Ini adalah nilai individu. Untuk memperoleh nilai

mendengarkan dalam Komunikasi ke atas gabungan, nilai individu dibagi

dengan jumlah total responden.

7. Nilai Perhatian Untuk Tujuan Berkinerja Tinggi

Untuk memperoleh nilai perhatian untuk tujuan berkinerja tinggi, kalikan hasil

dari item pertanyaan dengan nilai skor yang ditentukan kemudian dibagi

dengan jumlah pertanyaan. Ini adalah nilai individu. Untuk memperoleh nilai

perhatian untuk tujuan berkinerja tinggi gabungan, nilai individu dibagi

(53)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Sejar ah Singkat Per usahaan

Sejarah institusi penyedia listrik khususnya pembangkit tenaga listrik di

Jawa-Bali mengikuti induk organisasi PLN dimulai sejak Proklamasi

Kemerdekaan melalui organisasi yang bernaung dibawah Kementrian Pekerjaa

Umum Republik Indonesia dan berstatus Jawatan Listrik dan Gas, yang

mengambil alih pertama Hindia Belanda. Pada tahun 1961 Jawatan Listrik dan

Gas diubah statusnya menjadi Perusahaan Negara Listrik dan Gas, kemudian di

pecah menjadi dua perusahaan pada tahun 1965, yaitu Perusahaan Gas Negara

(PGN) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan pada tahun 1972 menjdi Badan

Umum Milik Negara (BUMN) dengan status Perusahaan Umum (Perum).

Restrukturisasi dimulai Jawa-Bali pada tahun 1982 dengan pemisahan unit

sesuai fungsingya, Unit PLN Distribusi dan Unit PLN Pembangkit Dan

Penyaluran. Untuk Unit PLN Pembangkit Dan Penyaluran dibagi secara

geografis, yaitu: Jawa Bagian Barat, Jawa Bagian Timur dan Bali. Pada tahun

1995 fungsi penyaluran dipisah dengan fungsi pembangkit. Yang mana unit

pembangkit sendiri dipecah lgi menjadi dua anak perusahaan yaitu PT. PLN

Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali I (PT. PLN PJB I) sekarang menjadi

Indonesia Power dan PT. PLN Pembangkitan Tenaga Listrik Jawa-Bali II (PT.

(54)

sebagai hasil restrukturisasi PT. PLN (Persero) yang berlokasi di Jl. Ketintang

Baru No. 11 Surabaya. Tujuan utama dibentuknya PJB adalah untuk

menyelenggarakan usaha ketenagalistrikan berdasarkan prinsip industri dan niaga

yang sehat dan efisien sebagai penyedia tenaga listrik yang bermutu tinggi dan

handal.

Sebagai perusahaan penyedia tenaga listrik bertaraf internasional yang

memiliki kapasitas terpasang 6.506 MW dengan total aset lebih kurang US$ 3,4

Milyar serta di dukung oleh 2.378 karyawan, PJB mampu mencapai kinerja

operasi pembangkit kelas dunia. Deikian juga dalam Sistem Manajemen Mutu

(ISO 9002) dan Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14001), serta memperoleh

predikat kecelakaan nihil (Bendera Emas) untuk seluruh Unit Pembangkit. Saat

ini PJB mengoperasikan enem Unit Pembangkit yaitu:

1. Unit Pembangkit Gresik

UP Gresik mengoperasikan tiga jenis pembangkit yaitu Pusat Listrik Tenaga

Gas (PLTG), Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan Pusat Listrik Tenaga Gas

dan Uap (PLTGU). Keseluruhan pembangkit ini dapat beroperasi

menggunakan BBM dan Gas Alam, dengan total daya terpasang 2.280 MW.

2. Unit Pembangkit Muara Karang

UP Muara Karang mengoperasikan Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan

Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) berbahan bakar gas dan minyak

dengan total biaya daya terpasang 2.129 MW. Pembangkit ini mempunyai

(55)

Jakarta, terutama dikawasan VVIP seperti Istana Presiden dan kawasan bisnis

dibagian Utara Kota Jakarta.

3. Unit Pembangkit Paiton

UP Paiton mengoperasiakan dua unit PLTU Batubara dengan total daya

terpasang 800 MW. Lokasi pembangkit ini terletak di Kabupaten Probolinggo,

Jawa Timur.

4. Unit Pembangkit Cirata

UP Cirata mengoperasikan delapan PLTA dengan total daya terpasang 1.008

MW. Dalam peranannya sebagai pemasok beban puncak system Jawa-Bali,

PLTA ini memanfaatkan air waduk (danau) Cirata dengan lokasi didalam

gunung. Saat ini Cirata merupakan PLTA terbesar di Asia Tenggara.

5. Unit Pembangkit Brantas

UP Brantas mengoperasikan sebelas

Gambar

Tabel 2.1 Karakteristik Iklim Komunikasi Yang Mendukung Dan Yang Bertahan
Gambar 1 : Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 4.1 Strukur Organisasi PT. PJB
Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dua siklus, dengan menggunakan media animasi pada anak kelompok B TK Merpati Pos Surakarta

ƒ Menyimpan suatu blok dari main memory yang sering diakses oleh CPU.. Dalam operasinya, pertama-tama CPU akan mencari data di L1, kemudian di L2, dan

Menurut Darminto (2010) kinerja keuangan juga merupakan keseluruhan hasil kerja manajemen dalam mengelola berbagai sumber daya yang dimiliki yang dapat.. Kinerja

Melihat keadaan demikian, yang seakan akan terasa betapa sia - sianya waktu terbuang percuma, penulis berfikir untuk menciptakan alat yang dapat digunakan untuk

Informasi terkait adanya penambahan informasi terbuka pada Daftar Informasi Publik (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian (Kepala) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Maret

Variabel jig pada Kapal Keruk 19 Bangka 2, dilakukan perubahan pada panjang pukulan menjadi lebih besar dari sebelumnya (1 – 2 mm), dengan tujuan menyesuaikan ukuran

Melalui penerapan sistem data warehouse dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan, diantaranya proses analisis ataupun pengelolaan informasi berdasarkan data

Ketidakmampuan manusia dalam menjalankan kehidupan sehari- hari akan mendorong manusia untuk selalu mengadakan hubungan timbal balik dengan sesamanya serta bertujuan