• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DAN PEMBERATAN DI WILAYAH SURABAYA Putusan No.1836 / Pid. B / 2010 / PN. SBY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DAN PEMBERATAN DI WILAYAH SURABAYA Putusan No.1836 / Pid. B / 2010 / PN. SBY."

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UPN “VETERAN” Jawa Timur

Oleh :

ARDI NUGRAHANTO NPM. 0671010048

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA

(2)

DI WILAYAH SURABAYA

Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor :

(1836/Pid.B/2010/PN.Sby)

Disusun oleh :

ARDI NUGRAHANTO

NPM. 0671010048

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur Pada tanggal : 10 JUNI 2011

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Hariyo Sulistiyantoro.S.H.,MM. : (...) NIP. 19620625 199103 1 001

2. H. Sutrisno.S.H.,M.Hum. : (...)

NIP. 19601212 198803 1 001

3. Subani SH, MSi. : (...)

NIP. 19510504 198303 1 001

Mengetahui DEKAN

(3)

memberikan rahmat dan hidayahNYA, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “TINJAUAN YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

DENGAN KEKERASAN DAN PEMBERATAN DI WILAYAH

SURABAYA (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor :

1836/Pid.B/2010/PN.Sby) ” dapat terselesaikan.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasioanal “Veteran” Jawa Timur.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Hariyo Sulistiyantoro, S.H., M.M selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak H. Sutrisno, S.H., M.Hum selaku Wadek I Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dan Selaku Dosen Pembimbing Utama.

(4)

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak Moch. Sholeh, S.H., M.H., selaku Hakim di Pengadilan Negeri Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara.

7. Bapak Misdianto S.H., selaku Kanit Reserse di Polsek Sukolilo Polrestabes Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara.

8. Bapak Widodo S.H., selaku Kepala penjaga berkas acara perkara (BAP) Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Kedua orang tuaku tercinta, serta kedua kakakku, tersayang dan seluruh saudara-saudara yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil serta doa dan restunya selama ini.

10. Bunda dan mbak Dian di kantin Pusat untuk do’a restunya.

(5)

sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Surabaya, 10 Juni 2011

(6)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI… iii HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI………….. iv

KATA PENGANTAR………... v

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR TABEL……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

ABSTRAK………. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

1.5. Kajian Pustaka………. 6

1.5.1. Tinjauan Tentang Tindak Pidana... 6

A. Pengertian Tindak Pidana... 6

B. Tujuan Hukum Pidana... 7

(7)

1.6. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan... 13

1.6.1. Tindak Pidana Pencurian... 13

1.6.2. Macam-macam Tindak Pidana Pencurian... 17

1.6.3. Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan... 17

1.6.4. Tindak Pidana Kekerasan………. 19

1.7. Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan……. 21

1.7.1. Turut Serta………... 21

1.7.2. Pengertian Ilmu Kriminologi………... 22

1.8. Metode Penelitian……….. 23

1.8.1. Jenis Penelitian………. 23

1.8.2. Pendekatan Masalah... 24

1.8.3. Sumber Bahan Hukum... 24

1.8.4. Metode Pengumpulan Data... 26

1.8.5. Analisa Data………. 26

1.8.6. Sistematika Penulisan... 27

BAB II IMPLEMENTASI PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DAN PEMBERATAN………... 29

2.1. Indentifikasi Perkara Putusan No. 1836/Pid. B/2010/PN.Sby... 29

(8)

2.4. Putusan Perkara (No.1836/Pid. B/2010/PN.Sby) Tentang Tindak

Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan... 37

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN YANG DISERTAI DENGAN PEMBERATAN... 41

3.1. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Suatu Kejahatan... 41

3.2. Yang Menyebabkan Terjadinya Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan... 42

3.3. Cara Menanggulangi Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan... 45

3.4. Tabel Tentang Kasus Pencurian di Polsek Sukolilo Polrestabes Surabaya... 46

BAB IV PENUTUP... 48

4.1. Kesimpulan... 48

4.2. Saran... 49

DAFTAR PUSTAKA

(9)

NPM : 0671010048

Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 09 Februari 1988 Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi :

TINJAUAN YURIDIS TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DAN PEMBERATAN DI WILAYAH

SURABAYA

ABSTRAK

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat)1.

Pernyataan tersebut secara tegas tercantum dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensi dari itu semua adalah bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia

Oleh karena itu, hukum bekerja dengan cara memberikan petunjuk tentang tingkah laku dan karena itu pula hukum berupa norma. Hukum yang berupa norma dikenal dengan sebutan norma hukum, dimana hukum mengikatkan diri pada masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut.

Unsur tindak pidana pencurian merupakan perbuatan pengambilan barang. Kata mengambil (wegnemen) merupaka dengan cara menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkannya ke tempat lain.

1

(11)

Akhir-akhir ini berbagai macam bentuk pencurian sudah demikian merebak dan meresahkan orang dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bahkan sebagian masyarakat sudah cenderung terbiasa dan seolah-olah memandang pencurian dengan kekerasan tersebut merupakan kejahatan yang dianggap sebagai kebutuhan.

Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok seperti yang diatur Pasal 362 KUHP terdiri atas unsur subjektif dan unsur objektif sebagai berikut : a. Unsur subjektif : met het oogmerk om het zich wederrechtelijk toe te

eigenen.“Dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara

melawan hukum”. b. Unsur objektif :

1. Hij atau barangsiapa.

2. wegnemen atau mengambil.

3. eenig goed atau sesuatu benda.

4. dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort atau yang

sebagian atau seluruhnyakepunyaan orang lain.

(12)

orang, dari kejahatan pencurian dengan kejahatan pemakaian kekerasan terhadap orang.2

Maka sudah jelas bahwa pada hakekatnya, pencurian dengan kekerasan adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, moral, kesusilaan maupun hukum, serta membahayakan bagi penghidupan dan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Ditinjau dari kepentingan nasional, penyelenggaraan pencurian dengan kekerasan merupakan perilaku yang negatif dan merugikan terhadap moral masyarakat.

Pencurian dengan kekerasan merupakan salah satu penyakit masyarakat yang menunggal dengan kejahatan, yang dalam proses sejarah dari generasi ke generasi ternyata kejahatan tersebut merupakan kejahatan yang merugikan dan menyiksa orang lain. Oleh karena itu perlu diupayakan agar masyarakat menjauhi melakukan pencurian dengan kekerasan terhadap orang lain.

Pencurian dengan kekerasan dalam perspektif hukum merupakan salah satu tindak pidana (delict) yang meresahkan dan merugikan masyarakat. Perihal tentang yang disebut kekerasan itu Prof. Simons mengatakan :

“Onder geweld zal ook hier mogen worden verstan, elke uitoefening van

lichamelijke kracht van niet al te geringe betekenis”. Yang artinya : “Dapat

dimasukkan dalam pengertian kekerasan yakni setiap pemakaian tenaga badan yang tidak terlalu ringan”.

2

(13)

Berdasarkan uraian di atas penulis akan memberikan suatu contoh kasus mengenai tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan. Pada hari selasa tanggal 20 April 2010 sekitar jam 14.00 wib, di dalam rumah Jl.Dinoyo No.24 Surabaya, telah terjadi tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan terhadap barang milik saksi korban Djuwita Tjandrakasih yang dilakukan oleh tersangka Riswan Alamsyah Bin Ruski (tertangkap), Tommy Haris Bin Haris (tertangkap), H. Sony Syafi’i Bin HM. Syafi’i (tertangkap), Burhanuddin Bin Muh. Yusuf Als. Taufik (tertangkap), Hasanuddin Bin Hafid Als. Udin Als. Budi (tertangkap), dan Arnold Azis Lalo (DPO). Barang berupa uang tunai sebesar Rp 400.000 (empat ratus ribu rupiah), perhiasan kalung emas dan liontin 4 gram, gelang emas 3 gram, dan giwang sepasang 2 gram dan mengakibatkan korban rugi total Rp 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah). Atas kejahatan yang tersangka lakukan telah melanggar Pasal 365 ayat (2) ke 2 KUHP, subsidair Pasal 363 ayat (1) ke 4 KUHP.

(14)

Maka dari pihak instansi kepolisian harus lebih ekstra bekerja keras untuk memberantas tindak pidana pencurian yang disertai kekerasan dan pemberatan dalam lingkup masyarakat.

Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul tinjauan yuridis tentang tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan di

wilayah Jl. Dinoyo No.24 Surabaya (Putusan No.1939 / Pid. B / 2010 /

PN. SBY).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan penulis bahas dalam proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana implementasi penegakan hukum pidana terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan dan pemberatan di Pengadilan Negeri Surabaya?

b. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang disertai dengan pemberatan?

1.3 Tujuan Penelitian

(15)

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang disertai dengan pemberatan.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Pengetahuan Hukum sebagai sumbangan pikiran dalam rangka pembinaan hukum nasional.

b. Manfaat Praktis :

Penulis pada dasarnya dapat memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi pemerintah serta instansi-instansi hukum yang terkait, dalam memberantas tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Indonesia.

1.5 Kajian Pustaka

1.5.1 Tinjauan Tentang Tindak Pidana

A. Pengertian Tindak Pidana

(16)

baik yang disebutkan dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan lainnya.3

Menurut Prof. Moeljatno, S.H pengertian tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.4

Menurut Prof. Simons tindak pidana adalah perbuatan manusia yang bertentangan dengan hukum. Perbuatan yang mana dilakukan oleh seseorang yang dipertanggungjawabkan, dapat diisyaratkan kepada pelaku.5

Hari Saherodji mengatakan, bahwa Tindak Pidana merupakan suatu kejahatan yang dapat diartikan sebagai berikut :

1. Perbuatan anti sosial yang melanggar hukum atau undang-undang pada suatu waktu tertentu.

2. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja.

3. Perbuatan mana diancam dengan hukuman/perbuatan anti sosial yang sengaja, merugikan, serta mengganggu ketertiban umum, perbuatan mana dapat dihukum oleh negara.

B. Tujuan Hukum Pidana

Adapun tujuan dari hukum pidana, ialah :

2. Untuk menakut-nakuti orang agar tidak melakukan kejahatan, baik menakut-nakuti orang banyak (generale preventie), maupun

3

Kamus Hukum, Citra Umbara, Bandung, 2008, hlm 493. 4

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993, hlm 54. 5

(17)

menakut-nakuti orang tertentu yang telah melakukan kejahatan, agar di kemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi (speciale preventie).

3. Untuk mendidik atau memperbaiki orang-orang yang sudah menandakan suka melakukan kejahatan agar menjadi orang yang tidak baik, sehingga bermanfaat bagi masyarakat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan hukum pidana adalah untuk melindungi invidu dan sekaligus masyarakat terhadap kejahatan dan pejabat.

Tujuan hukum pidana adalah memberi sistem dalam bahan-bahan yang banyak dari hukum itu. Asas-asas dihubungkansatu sama lain sehingga dapat dimasukkan dalam satu sistem, (Susilo Prajogo, ”Pengantar Hukum Pidana”, Hal 115).

C. Unsur-unsur Hukum Pidana

2. Objektif, yaitu suatu tindakan (perbuatan) yang bertentangan dengan hukum dan mengindahkan akibat yang oleh hukum dilarang dengan ancaman hukum. Yang dijadikan titik utama dari pengertian objektif disini adalah tindakannya.

3. Subjektif, yaitu perbuatan seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh undang-undang. Sifat unsur ini mengutamakan adanya pelaku (seseorang atau beberapa orang).6

6

(18)

Dilihat dari unsur-unsur pidana ini, maka suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang harus memenuhi persyaratan supaya dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana. Menurut Abdoel Djamali, syarat- syarat yang harus dipenuhi ialah sebagai berikut:

1. Harus adanya suatu perbuatan.

2. Perbuatan itu harus sesuai dengan apa yang dilukiskan dalam ketentuan hukum.

a. Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Harus berlawanan dengan hukum. c. Harus tersedia ancaman Hukumannya.

Hari Saherodji mengatakan, bahwa Tindak Pidana merupakan suatu kejahatan yang dapat diartikan sebagai berikut :

1. Perbuatan anti sosial yang melanggar hukum atau undang-undang pada suatu waktu tertentu.

2. Perbuatan yang dilakukan dengan sengaja.

3. Perbuatan mana diancam dengan hukuman/perbuatan anti sosial yang sengaja, merugikan, serta mengganggu ketertiban umum, perbuatan mana dapat dihukum oleh negara.

1.5.2 Asas-asas Hukum Pidana

(19)

1. Sesuatu perbuatan itu boleh dihukum, jika berdasarkan peraturan pidana, yang telah ada terlebih dahulu (Pasal 1 ayat 1 KUHP).

2. Penafsiran peraturan-peraturan pidana itu hanya berdasarkan arti kata-kata, yang terdapat dalam peraturan pidana itu saja.

3. Tidak ada hukuman jika tidak ada kesalahan.

4. Hukum pidana menjatuhkan sanksinya, yaitu hukuman jika dilanggar.

5. Yang dapat dihukum hanya orang biasa saja, sedangkan badan hukum dan binatang tidak,

Selanjutnya masih ada 4 (empat) azas-azas hukum pidana, yang bertalian dengan berlakunya hukum pidana, yaitu:

6. Azas tritorialiteit : menurut azas ini, maka setiap orang baik orang indonesia, maupun orang asing yang telah melakukan kejahatan didalam wilayah hukum Negara Republik Indnesia, diadili oleh hakim Indonesia. Pada azas ini orang menitikberatkan kepada : dimana tindak pidana itu telah dilakukan.

7. Azas personaliteit aktif ( azas nasionaliteit) : menurut azas ini maka tiap-tiap orang Indonesia, baik ia ada di Indonesia, maupun ia diluar negeri, dikenakan hukum pidana Indonesia, dimana saja ia melakukan kejahatan. Dalam azas ini tekanan diletakkan kepada orang.

(20)

kepentingan-kepentingan nasional tertentu dilanggar atau dinodai, misalnya mengenai keamanan negara dan kepala negara, segel, merk dan lain-lain. Hal-hal tersebut harus diperlindungi.

9. Azas universaliteit : menurut azas ini tiap-tiap negara dengan hukum pidananya berkewajiban untuk menjaga dan memelihara jangan sampai ketertiban diseluruh dunia itu dapat dilanggar.7

1.5.3 Azas-Azas Hukum Acara Pidana

Untuk melaksanakan hukum acara pidana, ada beberapa asas-asas penting yang perlu diketahui. Adapun asas-asas tersebut antara lain8: 1. Asas persamaan di muka hukum yaitu perlakuan yang sama atas diri

setiap orang dimuka hukum dengan tidak mengadakan pembedaan perlakuan.

2. Asas praduga tak bersalah atau presumption of innocent yaitu setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.

3. Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan, bebas, jujur dan tidak memihak yaitu peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan.

7

J.C.T. Simorangkir, Pelajaran Hukum Indonesia, cet. XI, Djakarta, 1962, hlm 224. 8

(21)

4. Asas memperoleh bantuan hukum seluas-luasnya yaitu setiap orang yang tersangkut perkara wajib diberi kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.

1.5.4 Pelaku Tindak Pidana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pelaku adalah orang yang melakukan suatu perbuatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pelaku Tindak Pidana adalah orang yang melakukan perbuatan atau rangkaian perbuatan yang dapat dikenakan hukuman pidana, dalam hal ini perbuatan pidana yang dilakukan adalah tindakan pemerkosaan terhadap anak di bawah umur.

Menurut KUHP, macam pelaku yang dapat dipidana terdapat pada Pasal 55 dan 56 KUHP, yang berbunyi sebagai berikut :

a. Pasal 55 KUHP.

1. Dipidana sebagai pelaku tindak pidana :

• Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan

yang turut serta melakukan perbuatan.

• Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu,

(22)

2. Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja yang dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya. 2. Pasal 56 KUHP.

1. Dipidana sebagai pelaku kejahatan :

• Mereka yang dengan sengaja memberi bantuan pada waktu

kejahatan dilakukan.

• Mereka yang dengan sengaja memberi kesempatan, sarana,

atau keterangan untuk melakukan kejahatan.

1.6Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

1.6.1 Tindak Pidana Pencurian

Tindak pidana ini oleh Pasal 362 KUHP dirumuskan sebagai berikut: mengambil barang, seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melawan hukum. Unsur pertama dari tindak pidana pencurian adalah perbuatan mengambil barang. Kata mengambil (wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkannya ke tempat lain.9

Perlu diketahui bahawa baik Undang-Undang maupun pembentuk Undang-Undang ternyata tidak pernah memberikan sesuatu penjelasan tentang dimaksud dengan perbuatan mengambil, sedangkan

9

(23)

menurut pengertian sehari-hari kata mengambil itu sendiri mempunyai lebih dari satu arti, masing-masing yakni:

1. Menurut Mr.Blok:

Wegnemen is ene gedraging waardoor men het goed brengt in zijn

feitelijke heerschappij, onder zijn macht, in zijne detentie,

onafhankelijk van de bedoeling, die men ten opzichte van dat goed

verder koestert.10 Artinya:

Mengambil itu ialah suatu perilaku yang membuat suatu benda berada dalam penguasaanya yang nyata, atau berada di bawah kekuasaanya atau di dalam detensinya, terlepas dari maksudnya tentang apa yang ia inginkan dengan benda tersebut.

2. Menurut Prof. Noyon dan Prof. Langemaijer:

Wegnemen (in de zin van art. 310) is altij een eigenmachtige

inbenzitneming.

Artinya:

Mengambil (menurut pengertian Pasal 362 KUHP) selalu merupakan suatu tindakan sepihak untuk membuat suatu benda berada dalam penguasaanya.

3. Menurut Prof. Simons:

10

(24)

Wegnemen is het voorwerp tot zick nemen, het bregen onder zijne

uitsluitende feitelijke heerschappi m.a.w de dader moet het voorwerp

op het ogenblik der handeling niet reeds onder zick hebben.11

Artinya:

Mengambil ialah membawa suatu benda menjadi berada dalam penguasaanya atau membawa benda tersebut secara mutlak berada di bawah penguasaanya yang nyata, dengan kata lain, pada waktu pelaku melakukan perbuatannya, benda tersebut harus belum berada dalam penguasaanya.

4. Menurut Prof. Van Bemmelen dan Prof. Van Hattum:

Wegnemen is iedere handeling, waardoor iemand of een

vermogenbestanddel van een ander in zijn eigen herschappij brengt

zonder mederwerking of toestemming van dia ander of de band, die

op een of andere wijze nog tussen die ander en dat

vermogenbestanddeel bestond, verbreekt.12

Mengambil ialah setiap tindakan yang membuat sebagian harta kekayaan orang lain menjadi berada dalam penguasaannya tanpa bantuan atau tapa seizin orang lain tersebut, ataupun untuk memutuskan hubungan yang masih ada antara orang lain itu dengan bagian harta kekayaan yang dimaksud.

Adapun unsur-unsur dari Pasal 362 tentang pencurian terdiri atas:

11

Op. Cit, hlm 14. 12

(25)

1. Unsur subyektif: met het oogmerk om het zick wederrechtelijk toe te

eigenen atau dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara

melawan hukum. 2. Unsur obyektif:

a. Hij atau barangsiapa.

b. Wegnemen atau mengambil.

c. Eenig goed atau sesuatu benda.

d. Dat geheel of gedeeltelijk aan een ander toebehoort atau yang

sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.13

Agar seseorang dapat dinyatakan terbukti telah melakukan tindak pidana pencurian, orang tersebut harus terbukti telah memenuhi semua unsur dari tindak pidana pencurian yang terdapat di dalam rumusan Pasal 362 KUHP. Walaupun pembentukan undang-undang tidak menyatakan dengan tegas bahwa tindak pidana pencurian yang telah dimaksud dalam Pasal 362 KUHP harus dilakukan dengan sengaja, tetapi tidak dapat disangkal lagi kebenarannya bahwa tindak pidana pencurian tersebut harus dilakukan dengan sengaja, yakni karena undang-undang pidana kita yang berlaku tidak mengenal lembaga tindak pidana pencurian yan dilakukan dengan tidak sengaja atau culpoos diefstal.

Kesengajaan atau opzet pelaku itu meliputi unsur-unsur : 1. Mengambil.

2. Sesuatu benda.

(26)

3. Yang sebagian atau seluruhnya kepunyaan orang lain.

4. Dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hukum.14

1.6.2 Macam-macam Tindak Pidana Pencurian

1. Tindak Pidana Pencurian dengan pemberatan. 2. Tindak Pidana Pencurian ringan.

3. Tindak Pidana Pencurian dengan kekerasan. 4. Tindak Pidana Pencurian dalam keluarga. 1.6.3 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP sesungguhnya hanyalah satu kejahatan, dan bukan dua kejahatan yang terdiri atas kejahatan pencurian dan kejahatan pemakaian kekerasan terhadap orang.15

Tindak pidana pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP juga merupakan gequalificeerde diefstal atau suatu pencurian dengan kualifikasi ataupun merupakan suatu pencurian dengan unsur-unsur yang memberatkan. Menurut arrest Hoge Raad arti dari kata yang memberatkan adalah karena di dalam pencurian itu, orang telah memakai kekerasan atau ancaman kekerasan.

Dari perumusan Pasal 365 KUHP dapat menyebutkan unsur-unsur tindak pidana pencurian dengan kekerasan dari ayat 1 sampai

14 Op. Cit, hlm 2.

15

(27)

dengan ayat 4. Adapun unsur-unsur tindak pidana ini adalah sebagai berikut :

Ayat (1) memuat unsur-unsur :

- Pencurian dengan :

- Didahului.

- Disertai.

- Diikuti.

- Oleh kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap seseorang.

- Unsur-unsur subyektifnya :

- Mempersiapkan atau mempermudah pencurian itu atau,

- Jika tertangkap tangan memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain dalam kejahatan itu.16

Pencurian yang diatur dalam Pasal 365 KUHP, yang pada intinya memiliki unsur :

1. Maksud untuk “mempersiapkan pencurian”, yaitu perbuatan kekerasan atau ancaman kekerasan yang mendahului pengambilan barang. Misalnya : mengikat penjaga rumah, memukul dan lain-lain.

2. Maksud untuk “mempermudah pencurian”, yaitu pengambilan barang dipermudah dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Misalnya : menodong agar diam, tidak bergerak, sedangkan si pencuri lain mengambil barang-barang dalam rumah.17

16

Op. Cit, hlm 52. 17

(28)

1.6.4 Tindak Pidana Kekerasan

Menurut Prof Simons arti dari kekerasan adalah dapat dimasukkan dalam pengertian kekerasan yakni setiap pemakaian tenaga badan yang tidak terlalu ringan.

Menurut H.A.K Moch Anwar yang merumuskan arti dari kekerasan adalah sebagai perbuatan yang menggunakan tenaga badan yang tidak dengan (kekuatan fisik).

Sedangkan menurut pendapat dari R.Soesilo dalam mengartikan kekerasan adalah menggunakan tenaga fisik atau jasmaniah tidak kecil secara tidak syah (R.Soesilo, 1984: 123)

Menurut Lamintang P.A.F. dan C. Djisman Samosir Pasal 89 KUHP hanya mengatakan tentang melakukan kekerasan saja, bunyi dari pasal 89 KUHP adalah ”yang disamakan dengan melakukan kekerasan itu adalah membuat orang menjadi pingsan atau tidak berdaya.

Menurut Prof. Simons, kekerasan itu tidak perlu merupakan sarana atau cara untuk melakukan pencurian, melainkan cukup jika kekerasan tersebut terjadi sebelum, selama, dan sesudah pencurian itu dilakukan dengan maksud seperti yang dikatakan di dalam rumusan Pasal 365 ayat 1 KUHP, yakni :

(29)

b. Jika kejahatan yang mereka lakukan itu op heterdaad betrapt atau diketahui pada waktu sedang dilakukan, untuk memungkinkan dirinya sendiri atau lain-lain peserta kejahatan dapat melarikan diri.

c. Untuk menjamin tetap mereka kuasai benda yang telah mereka curi. Menurut Mulyani W.K. kekerasan ada 4 macam yaitu:

1. Kekerasan legal.

Merupakan kekerasan yang didukung oleh hukum.

Misalnya: tentara yang melakukan tugas dalam peperangan. 2. Kekerasan yang secara sosial memperoleh sanksi

Suatu faktor penting dalam menganalisa kekerasan adalah tingkat dukungan atau sanksi sosial terhadapnya.

Misalnya: tindakan kekerasan seorang suami atas penzina akan memperoleh dukungan sosial.

3. Kekerasan rasional

Beberapa tindakan kekerasan yang tidak legal akan tetapi tidak ada sanksi sosialnya adalah kejahatan yang dipandang rasional dalam kontek kejahatan.

Misalnya: lalu lintas.

4. Kekerasan yang tidak berperasaan (irrational violence)

Kekerasan yang terjadi karena tanpa adanya provokasi terlebih dahulu tanpa memperlihatkan motivasi tertentu dan pada umumnya korban dikenal oleh pelakunya, (Drs. P.A.F. Lamintang, S.H., Delik-delik

(30)

1.7 Pengertian Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan

Menurut P.A.F. Lamintang, bahwa tindak pidana pencurian dengan pemberatan (gequalificeerde deifstal) adalah pencurian yang mempunyai unsur-unsur dari perbuatan pencurian di dalam bentuknya yang pokok, yang karena ditambah dengan lain-lain unsur, sehingga ancaman hukumannya menjadi diperberat.

M. Sudradjat Bassar mengatakan, bahwa pencurian yang diatur dalam Pasal 363 KUHP termasuk “pencurian istimewa” maksudnya suatu pencurian dengan cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga bersifat lebih berat.

Kata pencurian di dalam rumusan tindak pidana pencurian dengan kualifikasi seperti yang diatur dalam Pasal 363 KUHP tersebut mempunyai arti yang sama dengan kata pencurian sebagai pencurian dalam bentuk pokok. Dan juga mempunyai unsur yang sama. Unsurnya yaitu :

a. Unsur subyektif : dengan maksud untuk menguasai secara melawan hukum.

b. Unsur-unsur obyektif : 1. Barang siapa. 2. Mengambil. 3. Sebuah benda.

4. Yang sebagian atau seluruhnya merupakan kepunyaan orang lain.

1.7.1Turut Serta

(31)

hal 214) adalah memberi “bijdragen aan het strafbare feit, voorzover zij

niet bestaan in het plegen” yang artinya : memberi “bantuan tetapi tidak

“membuat”, maka peristiwa pidana itu mungkin dilakukan. Menurut Fon Feuerbach turut serta adalah :

a. Mereka yang langsung berusaha terjadinya peristiwa pidana. b. mereka yang hanya membantu usaha yang dilakukan oleh mereka

yang disebut pada huruf a, yaitu mereka yang tidak langusng berusaha.

1.7.2 Pengertian Ilmu Kriminologi

(32)

meliputi :

- Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan.

- Pelaku kejahatan.

- Reaksi masyarakat yang ditujukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap pelakunya.

Sedangkan menurut Bonger yaitu sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Bonger membagi kriminologi menjadi 5, yaitu :

1. Antropologi kriminil.

Ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis). 2 Sosiologi kriminil.

Ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebgaia suatu gejala masyarakat. 3 Psikologi kriminil.

Ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut jiwanya. 4 Psikopatologi dan Neuropatologi kriminil.

Ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat saraf.

5 Penologi ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman.

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif yaitu penelitian hukum yang dilakukan berdasarkan norma dan kaidah dari peraturan perundangan.18

18

(33)

1.8.2 Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif. Dalam penelitian atau pengkajian ilmu hukum normatif, kegiatan untuk menjelaskan hukum tidak diperlukan dukungan data atau fakta-fakta sosial, sebab ilmu hukum normatif tidak mengenal data atau fakta sosial, yang dikenal hanya bahan hukum. Jadi untuk menjelaskan hukum atau untuk mencari makna dan memberi nilai akan hukum tersebut hanya digunakan konsep hukum dan langkah-langkah yang ditempuh adalah langkah normatif.19

Pendekatan yang peneliti lakukan ini berdasarkan aturan-aturan dan teori-teori yang berkaitan dengan kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yang diatur sesuai dengan buku II Titel XXII tentang pencurian dan penyelesaian perkara tindak pidana pencurian dengan kekerasan di Pengadilan Negeri Surabaya sesuai dengan KUHP.

1.8.3 Sumber Bahan Hukum

Penelitian ilmu hukum normatif, sumber utamanya adalah bahan hukum bukan data atau fakta sosial karena dalam penelitian ilmu hukum normatif yang dikaji adalah bahan hukum yang berisi aturan-aturan yang bersifat normatif.20

Bahan-bahan hukum tersebut terdiri dari : 1. Sumber Bahan Hukum Primer

19

Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm 87. 20

(34)

Sumber Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan secara hierarki dan putusan-putusan pengadilan. Data primer diperoleh melalui bahan yang mendasari dan berkaitan dengan penulisan ini, yaitu :

• Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

• Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Sumber Bahan Hukum Sekunder

Adalah bahan hukum yang mejelaskan secara umum mengenai bahan hukum primer, hal ini bisa berupa: Buku-buku Ilmu Hukum, jurnal Ilmu Hukum, laporan penelitian ilmu hukum, internet dan bahan yang terkait dengan permasalahan yang dibahas :

• Prodjodikoro Wirjono, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di

Indonesia, Cet. 2, Refika Aditama, Bandung, 2003.

• Djamali R. Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, PT

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006

• Lamintang, P.A.F, Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan

Terhadap Harta Kekayaan, Cet. 2, Sinar Grafika, Djakarta, 2009.

3. Sumber Bahan Hukum Tersier

(35)

sekunder seperti kamus, dan lain-lain21

, Adapun petunjuk yang dipakai dalam skripsi initerdiri dari :

• Kamus hukum.

• Kamus bahasa Indonesia.

Black’s law dictionary.

1.8.4 Metode Pengumpulan Data

Metode atau cara untuk mengumpulkan data berbeda dengan cara pengumpulan data pada disiplin ilmu lain, perbedaan ini muncul karena apa yang dimaksud dengan data dalam ilmu hukum berbeda dengan makna data pada penelitian ilmu lain. Data yang dimaksud dalam penelitian ilmu hukum Normatif adalah apa yang ditemukan sebagai isu atau permasalahan hukum dalam struktur dan materi hukum positif yang diperoleh dari kegiatan mempelajari bahan-bahan hukum terkait.22

1.8.5Analisis Data

Analisis hasil penelitian berisi uraian tentang cara-cara analisis yang menggambarkan bagaimana suatu data dianalisis dan apa manfaat data yang terkumpul untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripstif, yang diawali dengan mengelompokkan data dan informasi yang sama menurut sub aspek dan selanjutnya melakukan interprestasi untuk memberi makna terhadap tiap subaspek dan hubungannya satu sama lain. Kemudian setelah itu dilakukan analisis atau interprestasi

21

Ibid, hlm 87. 22

(36)

keseluruhan aspek untuk memahami makna hubungan antara aspek yang satu dengan aspek yang lain dan dengan keseluruhan aspek yang menjadi pokok permasalahan penelitian yang dilakukan secara induktif sehingga memberikan gambaran hasil secara utuh. Disamping memperoleh gambaran secara utuh, ditetapkan langkah selanjutnya dengan memperhatikan dokumen khusus yang menarik untuk diteliti yaitu kasus pencurian dengan kekerasan. Dengan demikian penelitian menjadi lebih fokus dan tertuju pada masalah yang lebih spesifik.23

1.8.6 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman proposal ini, maka kerangka dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri beberapa sub-sub :

Bab I pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini serta sistematika penulisan. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan pengertian kepada pembaca agar dapat mengetahui secara garis besar pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini.

Bab II, menguraikan tentang pengertian dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Pada bab ini terdiri dari lima sub bab yaitu, pertama mengenai tinjauan umum tentang tindak pidana. Kedua,

(37)

mengenai pengertian tindak pidana dengan kekerasan. Ketiga, ancaman atau sanksi dari tindak pidana pencurian dengan kekerasan. Keempat, tindak pidana pencurian dengan pemberatan. Kelima, ancaman atau sanksi dari tindaak pidana pencurian dengan pemberatan.

Bab III, menguraikan . Dalam bab ini terdiri dari dua sub bab yaitu, pertama implementasi penegakan hukum pidana terhadap pelaku pencurian dengan kekerasan dan pemberatan. Kedua, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang disertai dengan pemberatan.

(38)
(39)

2.1 Identifikasi Perkara Putusan No. 1836/Pid.B/2010/PN.Sby

Pengadilan Negeri Surabaya dalam memeriksa perkara pidana biasanya ditingkat pertama telah menjatuhkan keputusan berikut dalam perkara terdakwa.

Sebagaimana diketahui bahwa kasus pencurian dengan kekerasan dan pemberatan seperti gunung es, kasus seperti ini semakin hari semakin bertambah. Banyak sekali kejahatan seperti ini merebah ke dalam lingkup masyarakat. Maka dari itu instansi kepolisian harus kerja ekstra keras untuk menanggulangi kejahatan seperti ini..tetapi juga harus didukung oleh masyarakat sendiri.

Dari kasus yang diambil oleh peneliti dari Pengadilan Negeri Surabaya mengenai kasus pencurian dengan kekerasan dan pemberatan, peneliti akan mengulas satu kasus yang terjadi di wilayah surabaya.

(40)

pencurian dan saat itu pula telah ditentukan target yang terdapat di jalan Dinoyo 24 Surabaya. Kejahatan yang dilakukan oleh keenam terdakwa tersebut terbilang rapi. Sebab masing-masing terdakwa telah diberi tugas untuk melakukan kejahatan pencurian dirumah Djuwita Tjandrakasih. Pada saat itu pula para tersangka berhasil mengambil barang-barang milik saksi korban yakni Djuwita Tjandrakasih tanpa seijin/ sepengetahuannya.

Pada saat para terdakwa sudah mengambil barang yang di curi, tidak lama kemudian kejahatan tersebut tercium dan diketahui oleh dua orang saksi mata yang sedang melihat kejahatan pencurian di rumah jalan Dinoyo 24 Surabaya tersebut. Ternyata dua orang saksi tersebut adalah seorang polisi dari Polsek Tegalsari yang sedang melakukan patroli tertutup di sekitar Jalan Raya Dinoyo- Raya Darmo Surabaya. Kemudian dua orang saksi tersebut berhasil melakukan penangkapan oleh keenam terdakwa yang melakukan pencurian yang ada di jalan Dinoyo 24 Surabaya. Dengan disertai penembakan pada bagian kaki terdakwa yang karena pada saat melakukan perlawanan dengan mengacungkan sebilah badik kepada saksi Sugiono (Polisi) dan saksi Samadi (Polisi). Dengan kejadian diatas saksi korban Djuwita Tjandrakasih mengalami kerugian sebesar Rp. 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah).

Dengan barang bukti :

- Uang Rp. 400.000 (empat ratus ribu). - 1 (satu) buah kalung emas beserta liontin. - 1 (satu) buah gelang emas.

(41)

- 2 (dua) buah obeng.

- 1 (satu) sepeda motor yamaha vega ZR warna hitam Nomor Polisi L 5518 DN.

2.2 Analisa kasus

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap yang meliputi saksi-saksi dan barang bukti. Maka dalam Surat dakwaan Nomor Regester Perkara Nomor : PDM – 753/Ep.1 / 06 / 2010 terdakwa didakwa :

Dengan dakwaan subsidair, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan Primair Pasal 365 ayat (2) ke (2) KUHP, Subsidair Pasal 363 ayat (1) ke 4 KUHP.

Oleh karena itu, akan dibuktikan dakwaan Primair terlebih dahulu yaitu melanggar Pasal 365 ayat (2) ke 2 KUHP, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

1. Unsur Barang Siapa

(42)

2. Unsur mengambil

Menurut Prof. Van Bemmelen dan Prof. Hattum, yang dimaksud dengan mengambil yaitu setiap tindakan yang membuat sebagian harta kekayaan orang lain menjadi berada dalam penguasaannya tanpa bantuan atau tanpa seijin orang lain tersebut, ataupun untuk memutuskan hubungan yang masi hada antara orang lain itu dengan harta kekayaan dimaksud (PAF. Lamintang, Delik-delik khusus, 1989, hal.13). Dalam perkara ini berdasarkan fakta yang terungkap yang diperoleh dari adanya saksi, barang bukti dan para pelaku, maka unsur mengambil dalam perkara ini telah terbukti.

3. Barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang

lain

Bahwa yang dimaksud dengan sesuatu barang yaitu semua benda baik yang berwujud maupun tidak berwujud atau benda bergerak atau tidak bergerak yang ada pemiliknya. Dalam hubungan dengan perkara ini berdasarkan fakta yang terungkap. Maka dengan demikian unsur “barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain” telah terbukti secara sah dan menyakinkan.

4. Dengan maksud untuk dimliki

(43)

terungkap dari adanya saksi, barang bukti, dan terdakwa. Maka unsur dengan maksud untuk dimiliki adalah tindakan para pelaku denga bermufakat untuk mengambil barang milik saksi korban dengan maksud untuk dimiliki. Dengan demikian unsur “dengan maksud untuk dimliki” telah terbukti secara sah dan menyakinkan.

5. Secara melawan hukum

Dalam perkara ini berdasarkan fakta yang terungkap bahwa para terdakwa mengambil barang milik saksi korban tanpa seijin/ sepengetahuan pemiliknya. Maka dengan demikian unsur “secara melawan hukum” telah terbukti secara sah dan menyakinkan menurut hukum tanpa seijin/ sepengetahuan pemiliknya.

6. Yang didahului atau disertai dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap seseorang dengan maksud untuk

mempersiapkan atau mempermudah pencuria, atau dalam hal

tertangkap tangan untuk memungkinkan melarikan diri, atau

untuk tetap menguasai barang yang diambil

(44)

mempersiapkan atau mempermudah pencuria, atau dalam hal

tertangkap tangan untuk memungkinkan melarikandiri, atau untuk tetap

menguasai barang yang diambil” telah terbukti secara sah dan

menyakinkan menurut hukum.

7. Dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan bersekutu

Dalam perkara ini berdasarkan fakta yang terungkap bahwa terdakwa dalam melakukan pencurian barang milik saksi korban yang dilakukan oleh terdakwa. Dengan demikian unsur “dilakukan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan bersekutu” telah terbukti sah dan menyakinkan menurut hukum.

2.3 Ancaman Sanksi Tindak Pidana Pencurian dengan kekerasan dan

pemberatan

Setelah para terdakwa, saksi, telah mengutarakan semua kejadian di dalam persidangan, serta barang bukti yang ada dan sah.

Dengan uraian tuntutannya dari Penuntut Umum, sebagai berikut : 1. Menyatakan terdakwa Riswan Alamsyah Bin Ruski (terdakwa 1),

Tommy Haris Bin Haris (terdakwa 2), H.Sony Syafi’i Bin HM.Syafi’i (terdakwa 3), Burhanuddin Bin Muh.Yusuf Als.Taufik (terdakwa 4), Hasanudin Bin Hafid Als.Udin Als.Budi (terdakwa 5) bersalah melakukan tindak pidana ”pencurian dengan kekerasan” melanggar pasal 365 ayat (2) ke 2 KUHP.

(45)

H.Sony Syafi’i Bin HM.Syafi’i (terdakwa 3), Burhanuddin Bin Muh.Yusuf Als.Taufik (terdakwa 4), Hasanudin Bin Hafid Als.Udin Als.Budi (terdakwa 5) dengan pidana penjara masing-masing selama 6 (enam) bulan dikurangi denga masa tahanan yang telah dijalani oleh masing-masing terdakwa denga perintah terdakwa tetap ditahan.

3. Menyatakan barang bukti berupa :

- Uang Rp.400.000 (empat ratus ribu rupiah), 1 (satu) buah kalung emas beserta liontin, 1 (satu) gelang emas, 1 (satu) cincin emas putih dikembalikan kepada saksi Djuwita Tjandrakasih.

- 1 (satu) unit sepeda motor Yamaha Vega ZR warna hitam Nomor Polisi L 5518 DN, (di kembalikan pada yang berhak).

- 2 (dua) buah badik dan 2 (dua) buah obeng dirampas untuk dimusnakan.

4. Menetapkan agar masing-masing terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 1.000 ,- (seribu rupiah).

Maka para terdakwa di ancam telah melanggar Pasal 365 ayat (2) ke 2 dan Pasal 363 ayat (1) ke 4 KUHP oleh Penuntut Umum.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada Pasal 365, berbunyi :

(46)

mempermudah pencuriaan, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun :

1. Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

2. Jika pebuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu; 3. Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau

memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu;

4. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam No. 1 dan 3.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada Pasal 363, berbunyi :

(47)

2. Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang.

3. Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak.

4. Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu.

5. Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.

2.4 Putusan perkara (No. 1836/Pid.B/2010/PN.Sby) tentang tindak pidana

pencurian dengan kekerasan dan pemberatan

Pengadilan Negeri Surabaya dalam memeriksa perkara-perkara pidana biasa ditingkat pertama telah menjatuhkan keputusan berikut dalam terdakwa :

(48)

3. H. Sony Syafi’i Bin HM. Syafi’i.

4. Burhanuddin Bin Muh. Yusuf Als. Taufik. 5. Hasanudin Bin Hafid Als. Udin Als. Budi.

Yang juga telah mendengarkan keterangan saksi-saksi dan para terdakwa, serta mendengar tuntutan Jaksa Penuntut Umum yang ada pada pokoknya sebagaimana diatur dan diancam pidana Pasal 363 ayat (1) ke 4 KUHP dalam dakwaan Subsidair dan menuntut agar terdakwa dijatuhi pidana selama 6 (enam) bulan, barang bukti berupa :

- Uang Rp. 400.000 (empat ratus ribu). - 1 (satu) buah kalung emas beserta liontin. - 1 (satu) buah gelang emas.

- 1 (satu) cincin emas putih. - 2 (dua) buah badik.

- 2 (dua) buah obeng.

- 1 (satu) sepeda motor yamaha vega ZR warna hitam Nomor Polisi L 5518 DN.

Dan sekaligus mendengarkan pembelaan terdakwa yang pada pokoknya berpendapat bahwa terdakwa tidak terbukti telah melakukan perbuatan yang didakwakan dan mohon untuk dibebaskan.

Menimbang, bahwa para terdakwa tersebut diajukan dalam persidangan atas dakwaan sebagaimana diuraikan dalam surat dakwaan Jaksa No. Reg. Perkara PDM-753/Ep.1/06/2010 tertanggal 29 juli 2010 yang berbunyi sebagai berikut :

Menimbang, bahwa telah didengar / dibacakan keterangan saksi-saksi dibawah sumpah yang bernama :

(49)

2. Saksi : Sugiono. 3. Saksi : Samadi.

Menimbang, bahwa dalam persidangan telah diajukan pula barang bukti berupa :

- Uang Rp. 400.000 (empat ratus ribu). - 1 (satu) buah kalung emas beserta liontin. - 1 (satu) buah gelang emas.

- 1 (satu) cincin emas putih. - 2 (dua) buah badik.

- 2 (dua) buah obeng.

- 1 (satu) sepeda motor yamaha vega ZR warna hitam Nomor Polisi L 5518 DN.

Menimbang, bahwa berdasarkan atas keterangan saksi-saksi yang masing-masing berhubungan satu sama lainnya / serta adanya barang bukti yang dikenal saksi dan para terdakwa dan sehubungan pula dengan keterangan para terdakwa yang membenarkan keterangan saksi tersebut diatas, Majelis berpendapat, telah terbukti dengan sah menurut hukum dan keyakinan bahwa para terdakwa telah melakukan perbuatan sebagaimana yang diatur dan diancam dengan hukuman Pasal 363 ayat (1) ke 4 KUHP dalam dakwaan subsidair dan oleh karenanya harus dijatuhi hukuman.

Menimbang, bahwa sebelum Majelis menjatuhkan hukuman terlebih dahulu akan mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan para terdakwa sebagai berikut :

Hal yang memberatkan bagi terdakwa adalah :

(50)

Hal yang meringankan bagi terdakwa adalah :

- Masing-masing terdakwa telah bersikap sopan dalam persidangan. - Masing-masing terdakwa mengakui perbuatannya, merasa bersalah

dan menyesali perbuatannya.

Mengingat Pasal 363 ayat (1) ke 4 KUHP serta Pasal 33 KUHP.

Maka Majelis hakim telah memutuskan untuk mengadili para terdakwa. Sebagai berikut :

1. Menyatakan para terdakwa tersebut telah terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana ”pencurian dengan pemberatan”.

2. Menjatuhkan pidana kepada para terdakwa dengan pidana penjara selama 5 (lima) bulan.

3. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh para terdakwa dikurangkan seluruhnya pidana yang dijatuhkan.

4. Menetapkan para terdakwa tetap dalam tahanan. 5. Menetapkan barang bukti.

6. Menghukum para terdakwa untuk membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp. 1.000,- (seribu rupiah).

(51)

3.1 Faktor-faktor yang melatarbelakangi suatu kejahatan

Kejahatan menurut Mulyana W. Kusumah pada dasarnya dapat dikelompokkan kedalam 4 (empat) golongan faktor, yaitu:

1. Faktor dasar atau faktor sosio-struktural, yamg secara umum

mencakup aspek budaya serta aspek pola hubungan penting didalam masyarakat.

2. Faktor interaksi sosial, yang meliputi segenap aspek dinamik dan prosesual didalam masyarakat, yang me mpunyai cara berfikir, bersikap dan bertindak individu dalam hubungan dengan kejahatan.

3. Faktor pencetus (precipitating factors), yang menyangkut aspek individu serta situasional yang berkaitan langsung dengan dilakukannya kejahatan.

4. Faktor reaksi sosial yang dalam ruang lingkupnya mencangkup keseluruhan respons dalam bentuk sikap, tindakan dan kebijaksanaan yang dilakukan secara melembaga oleh unsur-unsur sistem peradilan pidana khususnya dan variasi respons, yang secara “informal” diperlihatkan oleh warga.24

24

(52)

3.2 Yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian dengan

kekerasan dan pemberatan

Pencurian yang terjadi di masyarakat pada umumnya di pengaruhi oleh faktor ekonomi. Dan tidak tertutup kemungkinan juga pencurian itu bisa berpengaruh dari pergaulan teman dan kesenjangan sosial. hal ini juga dikuatkan oleh Bpk. Misdianto S.H., selaku kanit reserse polsek sukolilo.

Menurut Kanit Reserse polsek sukolilo , beliau mengatakan bahwa : Setiap perbuatan manusia mempunyai sebab yang merupakan faktor pendorong di lakukannya kejahatan tersebut. Pengkajian terhadap sebab timbulnya kejahatan merupakan salah satu bagian yang sangat mendapat perhatian bagi penegak hukum, khususnya Polri dalam melaksanakan tugasnya. Terdapat banyaknya faktor sebagai penyebab terjadinya peningkatan kejahatan yang dilakukan oleh manusia. Pelaksanaan pembangunan dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi juga mewujudkan dampak negatif berupa urbanisasi, kesenjangan sosial ekonomi, kepadatan penduduk, disharmonis dalam rumah tangga. Akibat negatif ini berpengaruh pula terhadap peningkatan kejahatan pencurian dengan kekerasan dan pemberatan yang dilakukan oleh manusia terutama di perkotaan.25

Menurut Hakim Moch. Sholeh, S.H., M.H saat penulis melakukan wawancara kepada beliau mengatakan bahwa : faktor penyebab utama pencurian dengan kekerasan dan pemberatan di wilayah surabaya adalah di sebabkan oleh faktor dorongan ekonomi. Kekurangan ekonomi

25

(53)

mengakibatkan warga masyarakat tidak mempunyai kesempatan mencapai tujuan sosial, dan menjadi pendorong potensial melakukan pelanggaran hukum. Hal tersebut adalah fakta, bahwa kejahatan konvensional dapat di pandang sebagai pernyataan kekurangan-kekurangan pemenuhan kebutuhan hidup disebabkan dan dipertahankan oleh struktur sosial ekonomi yang bersangkutan.26

Selain faktor ekonomi sebagai penyebab seseorang melakukan pencurian dengan kekerasan dan pemberatan, juga disebabkan oleh faktor pengaruh teman dalam pergaulan, serta hukumannya terlalu ringan, Kurangnya kesadaran hukum yang dimiliki masyarakat tentang kejahatan, adanya kesempatan atau kelengahan dari korban, arus globalisasi dan pertambahan jumlah penduduk. Dengan demikian pengaruh lingkungan dalam pergaulan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya kejahatan, khususnya pencurian dengan kekerasan dan pemberatan, sebab lingkungan pergaulan lebih menentukan jadinya mental, karakter seseorang dari pada orang itu sendiri. Jadi Beliau menegaskan lagi bahwa tidak hanya di pengaruhi oleh beberapa faktor tapi kesemuanya faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Dari uraian diatas, penulis akan mengartikan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan. Antara lain :

26

(54)

1. Faktor ekonomi :

Persoalan ekonomi manusia sebenarnya telah tumbuh berkembang bersamaan dengan umur manusia di planet bumi ini, demikian juga upaya untuk memecahkannya, tidak hanya untuk mempertemukan kedua tujuan itu, tetapi membuat kehidupan lebih nyaman dan mendorong kekuatan mereka terwujud berdasarkan visi mereka. Apa yang dikonsumsi, bagaimana memproduksi, dan bagaimana mendistribusikannya. Persoalan ekonomi tetap menjadi dari kehidupan manusia di sepanjang kehidupannya, maka sebab itu manusia akan menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. 2. Faktor pergaulan :

Pergaulan adalah kontak langsung antara satu individu dengan individu lain atau antara pendidik dan peserta didik. Pergaulan merupakan sarana untuk mencapai hasil pendidikan. beberapa abad lalu, pendidikan sangat berkuasa, pendidik menentukan segala sesuatunya. Pendidik bersifat otoriter menimbulkan pergaulan yang tidak wajar, tidak berani mengeluarkan isi hatinya, merasa dirinya kecil, tidak berdaya,sehingga menimbulkan rasa minder atau harga diri kurang.

3. Faktor ikatan sosial keluarga :

(55)

system nilai sebagai manusia yang bertanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum apapun.

4. Faktor pendidikan :

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

3.3 Cara menanggulangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan

pemberatan

Suatu tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan merupakan suatu kejahatan yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat. Maka setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan untuk kejahatan tindak pidana pencurian tersebut. Dengan cara menanggulangi kejahatan tersebut.

Menurut Bpk. Misdianto S.H. (AIPTU) selaku kanit reserse untuk menanggulangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan dan pemberatan dengan cara :

1. Meningkatkan patroli di wilayah polsek sukolilo. Yang dilakukan dengan cara tertutup dan terbuka.

(56)

Tugas untuk intel atau reserse biasanya di tempatkan di wilayah yang rawan akan kejahatan (cring serse).

b. Dengan cara terbuka : dilakukan dengan mobil patroli (kuda 821). 2. Memberikan penyuluhan tentang suatu tindak pidana kepada

masyarakat.

Dari kepolisian yang bertugas untuk memberikan penyuluhan adalah BABINKAMTIBMAS (Badan Bina’an Keamanan Tertib Masyarakat). 3. Kepolisian juga bekerjasama dengan Tokoh Agama, FKPM (Forum

Komunikasi Polri Masyarakat).

FKPM sendiri dibentuk atau didirikan oleh Polri, yang anggotanya dari masyarakat (sukarela).27

Dari uraian diatas, yang paling penting untuk ikut peranserta dalam menanggulangi suatu tindak pidana. Salah satunya pencurian dengan kekerasan dan pemberatan adalah dari masyarakat sekitar itu sendiri. Peneliti juga akan memberitahukan beberapa kasus yang diterima oleh polsek sukolilo tentang kasus pencurian yang dari Bulan ke Bulan semakin meningkat. Yang terdapat di bawah ini :

3.4 Tabel tentang Kasus Pencurian di Polsek Sukolilo Polrestabes Surabaya

(Mulai Tanggal 1 Januari 2011 – 31 Mei 2011)

27

Hasil wawancara oleh Bpk. Misdianto, Rabu, Kanit Reserse (AIPTU), 23 April 2011, 13.00 Wib.

(57)

Sumber : Polsek Sukolilo Polrestabes Surabaya. Catatan :

L: kasus yang telah diterima. S : kasus yang telah selesai.

Data kriminalitas tentang kasus pencurian di Polsek Sukolilo Polretsabes Surabaya lima bulan di hitung mulai tanggal 1 Januari 2011 sampai tanggal 30 Mei 2011 yang diterima sebanyak 26 kasus. Dengan rincian untuk kasus yang telah diselesaikan 22 kasus, dan yang belum terselesaikan sebanyak 4 kasus.

(58)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah memaparkan dan membahas perumusan masalah pada Bab II dan Bab III maka penulis mengemukakan beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Kejahatan merupakan fenomena kehidupan masyarakat, karena kejahatan juga masalah manusia yang berupa kenyataan sosial. Penyebabnya kurang kita pahami, karena dapat terjadi dimana dan kapan saja dalam pergaulan hidup. Sedangkan naik turunnya angka kejahatan tersebut tergantung pada keadaan masyarakat, keadaan politik ekonomi, budaya dan sebagainya. Berita tentang pencurian dengan kekerasan dan pemberatan bukan saja menarik perhatian para penegak hukum tetapi juga mengusik rasa aman bagi masyarakat. Karena pada tahun ini pencurian memang merajalela, bahkan suatu kejahatan yang benar-benar sering terjadi didalam masyarakat.

(59)

menghalalkan berbagai cara hanya untuk mendapatkan suatu kesehjahteraan hidup yang lebih baik, salah satunya adalah kejahatan tentang pencurian dengan kekerasan dan pemberatan.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran-saran yang bermanfaat sebagai berikut :

1. Dalam era perkembangan dalam suatu negara pemerintah harusnya juga melihat bagaimana masyarakatnya, untuk masyarakat tingkat bawah atau kurang mampu sebetulnya pemerintah harus memperhatikan faktor-faktor pendidikannya karena pendidikan sangatlah penting bagi setiap individu, carannya pemerintah harus menggalakkan wajib belajar 9 tahun serta juga harus menggalakkan upaya pembebasan biaya sekolah disemua wilayah negara kita agar masyarakat yang kurang mampu juga dapat melaksanakan pendidikan. Selain itu dalam faktor ekonomi pemerintah harus lebih banyak membuka lapangan-lapangan kerja agar masyarakat tidak mempunyai pemikiran untuk melakukan suatu kejahatan, khusunya pencurian. sehingga kesehjahteraan masyarakat akan aman dan terjamin.

(60)
(61)

a. Buku-buku :

Ali, H. Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

Bassar M. Sudradjat, Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Dalam KUHP, Remaja Karva, Bandung, 1986.

Djamali R. Abdoel, Pengantar Hukum Indonesia, Edisi Revisi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Kansil,C.S.T, Hukum Pidana Untuk Perguruan Tinggi, PT Sinar Grafika, Jakarta, 1994.

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet. 8, Balai Pustaka, Jakarta, 1989.

Lamintang, P.A.F, Theo Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta

Kekayaan, Cet. 2, Sinar Grafika, Djakarta, 2009.

M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, PT Raja Grasindo Persada, Jakarta, 2007.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1993.

Nasution, Bahder Johan, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008.

Prajogo Soesilo , Kamus Hukum Internasional & Indonesia, Wacana Intelektual, Bandung, 2007.

Prodjodikoro Wirjono,Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Cet. 2, Refika Aditama, Bandung, 2003.

Simons, Leerboek van het Nederlandse Strafrecht II, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

(62)

Undang-Undang Dasar 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). c. Lain-lain :

Kamus Hukum, Cet.2, Citra Umbara, Bandung, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan menurut Sugiyono Analisa data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dengan cara mengorganisir data kedalam kategori,

Penelitian ini bertujuan untuk Menganalisis Dampak Perubahan UU Nomer 36 Tahun 2008 Terhadap Pertumbuhan Wajib Pajak Serta Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan

Akan tetapi pengawasan yang dilakukan kurang maksimal, sehingga masih ada pegawai yang meremehkan instruksi dari pimpinan.Dalam hal pemberian sanksi kepada Pegawai Negeri Sipil,

Menerusi kertas kerja ini juga, beberapa konsep kajian berkaitan kemahiran generik, program ijazah sarjana muda pendidikan yang merangkumi kajian tentang

Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang

Wilayah kecamatan yang terletak persis ditepi anak sungai Martapura dilanda bencana tanah longsor dan banjir bandang.. Seorang kawan

Kepada yang terhormat Bapak Rektor Universitas Udayana, Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Bapak Rektor Institut Pertanian Bogor, Ibu

Kementerian Desa PDTT Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (PPMD) Ditjen Pembangunan Kawasaan Perdesaan (PKP) Ditjen Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT)