Aparat penegak hukum telah banyak menuntut kejahatan pencurian dan banyak hakim telah menerima keputusannya. Mengidentifikasi dan menganalisis upaya penanggulangan kejahatan pencurian berat badan yang dilakukan oleh GAM yang kembali.
Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Kerangka Konseptual
Konsep merupakan suatu konstruksi mental yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk tujuan analitis. 17 Konsep atau kerangka konseptual pada hakikatnya merupakan pengaruh atau pedoman yang lebih konkrit dari pada tataran teoritis yang seringkali masih bersifat teoritis. abstrak. Namun kerangka konseptual tersebut terkadang masih dirasa abstrak, oleh karena itu diperlukan definisi operasional yang dapat dijadikan pedoman konkrit dalam proses penelitian. Undang-undang atau hukum adalah sesuatu yang diakui undang-undang, berdasarkan undang-undang dan hal-hal yang membentuk ketertiban serta menimbulkan akibat terhadap pelanggaran, hukum adalah suatu peraturan yang dianggap sah atau dalam pandangan hukum dibenarkan keabsahannya, baik berupa peraturan. , kebiasaan, etika bahkan moral yang menjadi dasar penilaian.18 b.
Sehingga diketahui akibat dari perbuatan tersebut dilarang oleh undang-undang dan dapat diancam pidana. Agar suatu peristiwa dapat dianggap sebagai tindak pidana, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut. Pencurian adalah pengambilan barang-barang yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk memilikinya secara melawan hukum. 20.
Pencurian berat adalah pencurian biasa yang disertai dengan cara-cara tertentu dan keadaan-keadaan tertentu sehingga mempunyai sifat yang lebih berat sehingga pidana maksimumnya lebih berat dari pada pencurian biasa. 21. Timbal balik berbicara tentang hukum yang berulang akibat perbuatan yang sama atau serupa. .22 .
Asumsi
Upaya penanggulangan tindak pidana pencurian berbobot yang dilakukan oleh pelaku berulang adalah melalui upaya pidana dan non pidana. Pertimbangan hakim dalam putusan Nomor 1352/Pid.B/2022/PN Mdn, tidak ada alasan yang membenarkan atau memaafkan sehingga dinyatakan bersalah, serta terdapat hal-hal yang memberatkan dan meringankan. Yang memudahkan terdakwa untuk jujur dan sopan di persidangan adalah terdakwa menunjukkan penyesalan atas perbuatannya.
Yang memberatkan adalah perbuatan tersangka yang meresahkan masyarakat, perbuatan tersangka merugikan saksi korban, dan tersangka I sudah divonis bersalah.
Keaslian Penelitian
Tahun 2020 dengan judul: “Penegakan hukum terhadap anak sebagai pelaku pencurian yang memberatkan dalam bidang hukum Polres Rokan Hilir”. Bagaimana penegakan hukum pada tingkat penyidikan anak pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang menjadi kewenangan Polres Rokan Hilir. Apa saja kendala penegakan hukum pada tingkat penyidikan anak pelaku tindak pidana pencurian pemberatan di wilayah hukum Polres Rokan Hilir?
Disertasi Ronaldo Aprilian Putra, mahasiswa Program Magister Universitas Bhayangkara Jabodetabek tahun 2016 berjudul “Tinjauan Kriminologi Pencurian Mobil (Studi Kasus di Wilayah Hukum Polres Metro Tangerang)”. Rifikasi Bagaimana upaya yang dilakukan Polres Bantul dalam penegakan hukum terhadap kasus pidana pencurian dengan.
Apa saja faktor penghambat penegakan hukum pada kasus tindak pidana pencurian berat di Polres Bantul? Penelitian ini orisinil karena sesuai dengan kaidah ilmiah yaitu jujur, rasional, obyektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat benar secara ilmiah dan terbuka terhadap masukan dan saran yang membangun mengenai pendekatan dan rumusan masalah.
Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Metode Pendekatan
Pendekatan konseptual,26 diwujudkan dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu hukum, yang akan menemukan gagasan-gagasan yang dapat memunculkan pemahaman hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum terkait dengan permasalahan yang dihadapinya.
Alat Pengumpulan Data
Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data
Data sekunder ini mempunyai cakupan yang sangat luas, meliputi surat-surat pribadi, catatan harian bahkan dokumen resmi yang dikeluarkan pemerintah.28. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri atas peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tindak pidana pencurian menurut beratnya. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang berkaitan erat dengan bahan hukum primer yang berupa putusan pengadilan, buku-buku yang berkaitan dengan objek yang diteliti.
Putusan hukum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan rangkaian putusan yang memperhatikan tujuan penelitian ini dan dengan melihat ciri-ciri dan ciri-ciri objek yang diteliti serta hasilnya yang nantinya akan digeneralisasikan.
Analisis Data
Andi Hamzah mengartikan tindak pidana sebagai perbuatan pada, tempat, waktu dan keadaan tertentu yang dilarang (atau diwajibkan) dan diancam dengan pidana. . oleh hukum pidana. menurut undang-undang bertentangan dengan undang-undang, begitu pula kesalahan yang dilakukan oleh seseorang (yang bertanggung jawab) 34 Moeljatno menyebut tindak pidana sebagai tindak pidana yang diartikan sebagai perbuatan yang melanggar sesuatu yang dilarang menurut suatu peraturan perundang-undangan. hukum yang larangannya disertai dengan ancaman (sanksi) berupa hukum pidana khusus bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut.35. KUHP mengenal beberapa rumusan pengertian tindak pidana atau konsep tindak pidana sebagai pengganti konsep Strafbaar Feit.
Mengingat apa yang dimaksud di atas, para pembuat undang-undang konsisten dalam menggunakan istilah “kejahatan.” Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang menurut aturan hukum pidana dan diancam dengan pidana bagi siapa saja yang melanggar larangan tersebut. Menjadikan perbuatan tersebut sebagai tindak pidana dilarang oleh peraturan hukum pidana dan pelakunya diancam dengan hukuman pidana, sedangkan melanggar hukum dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat menunjukkan sifat perbuatan tersebut.
Suatu perbuatan yang melawan hukum dan merugikan masyarakat belum tentu merupakan tindak pidana, sampai dapat dipastikan adanya larangan atau peraturan hukum pidana (Pasal 1 KUHP) yang mengancam pelakunya. Suatu perbuatan termasuk tindak pidana atau tidak harus dilihat pada ketentuan hukum pidana yang berlaku (hukum pidana positif). Adapun mengenai tindak pidana pencurian diatur dalam BAB XXII Buku II Pasal 362 KUHP yang menyatakan: “Barangsiapa mengambil sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan tujuan untuk memilikinya secara tidak sah, diancam dengan pencurian."
Pada rumusan Pasal 362 KUHP terlihat bahwa tindak pidana pencurian merupakan suatu tindak pidana yang diancam dengan pidana, yaitu suatu tindak pidana yang dalam hal ini adalah “pengambilan” barang milik orang lain.52 Akan tetapi, tidak setiap pengambilan barang milik orang lain adalah pencurian, karena ada pula yang mengambil barang tersebut dari orang lain kemudian menyerahkannya kepada pemiliknya, dan untuk membedakannya yang diharamkan bukanlah pengambilan barang tersebut, melainkan unsur kesengajaan untuk perbuatan melawan hukum tersebut. kepemilikan ditambahkan. Hal ini terlihat dari banyaknya terdakwa/terdakwa tindak pidana pencurian yang hadir di pengadilan.
Jenis Tindak Pidana Pencurian dan Unsur-Unsurnya
Seseorang dapat dinyatakan melakukan tindak pidana pencurian, orang tersebut harus terbukti memenuhi seluruh unsur tindak pidana pencurian yang terdapat dalam rumusan Pasal 362 KUHP. Pencurian yang memenuhi syarat ini mengacu pada pencurian yang dilakukan dengan cara tertentu atau dalam keadaan tertentu, sehingga lebih serius dan oleh karena itu diancam dengan kejahatan yang lebih berat daripada pencurian biasa. Oleh karena pencurian yang memenuhi syarat adalah pencurian yang dilakukan dengan cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang diperberat, maka pembuktian unsur tindak pidana pencurian berat harus diawali dengan pembuktian pencurian dalam bentuk dasarnya.
5: Pencurian untuk memasuki tempat terjadinya tindak pidana atau untuk sampai pada barang yang disita, dilakukan dengan cara merusak, memecahkan atau menempel atau menggunakan kunci palsu, surat perintah palsu, atau seragam palsu. 2) Apabila pencurian sebagaimana dimaksud pada angka 3 disertai dengan salah satu dari keempat dan kelima, maka pidananya paling lama sembilan tahun.67. Pencurian jenis ini biasa disebut “pencurian dengan kekerasan” atau populer dengan sebutan “curas”. Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian itu didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap seseorang, dengan tujuan untuk mempersiapkan atau memudahkan pencurian itu, atau bila tertangkap basah melakukan perbuatan itu, untuk memungkinkan pelarian mereka atau peserta lain, atau untuk tetap mengendalikan barang curian.
Pencurian kecil-kecilan adalah pencurian yang pada dasarnya mempunyai unsur-unsur pencurian, yang bahaya pidananya berkurang karena adanya penambahan unsur-unsur lain (yang meringankan). Pencurian dengan kekerasan adalah pencurian yang didahului, disertai, dan diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 365 KUHP. Pencurian yang dilakukan oleh saudara atau kerabat korban, dalam hal ini anak-anak, disebut pencurian keluarga.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencurian Oleh Residivis
Perekonomian merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan seseorang, sehingga kondisi ekonomi pelaku tindak pidana pencurian inilah yang sering kali menjadi latar belakang seseorang melakukan tindak pidana pencurian. Terjadinya tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh mudik disebabkan oleh faktor ekonomi pelaku yang masih tergolong rendah dan kebutuhannya mutlak diperlukan. Tindak pidana pencurian dikalangan mudik juga tidak bisa dilepaskan dari lemahnya keimanan pelakunya, sebab jika keimanan seseorang kuat maka seberapa besar godaan dan keinginan untuk melakukan kejahatan akan dapat diatasi.
Kaitannya dengan tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh seorang residivis adalah orang tersebut tidak mampu menggunakan kecerdasannya untuk menilai dengan baik baik buruknya perbuatan yang dilakukannya. Rendahnya tingkat mental dan perasaan emosional ini mengakibatkan masyarakat tidak mampu mengendalikan diri sehingga banyak masyarakat yang menjadi korban pencurian. Jika hal ini terjadi, maka orang tersebut lari dari kehidupan keluarganya untuk mencari kebebasan, sehingga ia terseret ke dalam perbuatan jahat, seperti tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh residivis.
Faktor kehidupan sosial dapat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindak pidana pencurian, seperti pergaulan dengan penjudi, pecandu narkoba atau minuman keras dan/atau pergaulan dengan penjahat (residivis). Kita juga bisa belajar dari media massa bagaimana reaksi masyarakat terhadap kejahatan, khususnya kejahatan pencurian yang dilakukan oleh para residivis. Selain faktor-faktor tersebut di atas, keadaan dan kondisi pada saat dilakukannya tindak pidana pencurian merupakan salah satu faktor yang mendorong dilakukannya tindak pidana pencurian.