KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
wr.wb
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil judul “Analisis Rasio Likuiditas Dan Kualitas Aktiva Terhadap Capital Adequency Ratio (CAR) Pada Bank Swasta Nasional di Surabaya”.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari bapak Drs.Ec.Patrap Wiprapto,MS. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesaikannya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
banyak bantuan berupa sarana fasilitas dan perijinan guna pelaksanaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S., Msi, selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan iklas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.
5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.
6. Ayah, ibu, kakak, adik- adik ku, beserta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral, materil serta spiritualnya yang telah tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam meyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT berkenan dan memberikan balasan, limpahan rahmat, serta karunia-Nya, atas segala amal kebaikan serta bantuan yang telah diberikan.
Akhir kata, besar harapan bagi peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, Februari 2011
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... ....iv
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR LAMPIRAN...xii
ABSTRAKSI...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 7
1.3.Tujuan Penelitian ... 8
1.4.Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
2.1. Penelitian Terdahulu ... . 10
2.1.1 Perbedaan penelitian Terdahulu ... . 15
2.2. Landasan Teori ... . 15
2.2.1. Kinerja keuangan Bank ... . 15
2.2.1.1 Likuiditas Bank ... . 16
2.2.1.3 Permodalan ... 19
2.3 Hubungan LDR,IPR,APB dan NPL terhadap CAR ... . 20
2.4 Kerangka Pikir... . 23
2.5 Hipotesis ... 24
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 25
3.1.Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... . 25
3.2. Teknik Penentuan Data ... . 27
3.3. Jenis dan Sumber data ... . 28
3.4. Teknik Pengumpulan Data ... . 28
3.5 Teknik Analisis dan uji Hipotesis... 29
3.5.1 Teknik Analisis. ... . 29
3.5.2 Uji Hipotesis ... 30
3.6 Uji Asumsi Klasik (BLUE... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... . 40
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 42
4.2.1 Perkembangan Capital Adequency Ratio ... 42
4.2.2 Perkembangan Investing Policy Ratio... 43
4.2.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio ... 44
4.2.5 Perkembangan Non Performing Loan ... 47
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 48
4.3.1 Pengujian Hasil Analisis regresi Linier berganda Sesuai dengan Asumsi Klasik( Best linier Unbiassed Estimator)... 48
4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien Regresi……….... 51
4.4 Uji Hipotesis... 53
4.4.1 Analisis Secara Simultan... 53
4.4.2 Uji Hipotesis Secara Parsial... 55
4.5 Implementasi hasil penelitian ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 kesimpulan……… 64
5.2 Saran ……… 67
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pengaruh Rasio-rasio Keuangan terhadap CAR ... 23
Gambar 2. Kurva Uji Hipotesis secara Simultan ... 32
Gambar 3. Kurva Uji Hipotesis Secara Parsial ... 33
Gambar 4. Kurva Durbin - Watson ... 36
Gambar 5. Kurva Durbin - Watson ... 49
Gambar 6. Kurva Uji Hipotesis secara Simultan ... 54
Gambar 7. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Investing Policy Ratio (X1) terhadap Capital Adequency Ratio (Y)... 56
Gambar 8. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Loan to Deposit Ratio (X2) terhadap Capital adequency Ratio (Y) ... 58
Gambar 9. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Aktiva produktif Bermasalah (X3) terhadap Capital Adequency Ratio (Y)... 59
Gambar 10. Kurva Analisis Uji t Pengaruh Non Performing Loan (X4) terhadap Capital Adequency Ratio (Y) ... 60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Auto Korelasi DurbinWatson ... 37
Tabel 2. Perkembangan Capital Adequency Ratio... 42
Tabel 3. Perkembangan Investing Policy Ratio ... 43
Tabel 4. Perkembangan Loan to Deposit Ratio ... 44
Tabel 5. Perkembangan aktiva Produktif Bermasalah ... 45
Tabel 6. Perkembangan Non Performing Loan ... 47
Tabel 7. Hasil Pengujian Heterokedastis ... 50
Tabel 8. Hasil Pengujian multikoleneritas ... 51
Tabel 9. Hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat ... 51
Tabel 10. Hasil Perhitungan uji F, variabel bebas terhadap Return On Asset ... 53
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Input Bank swasta Nasional di Surabaya
Lampiran 2 : ( Analisis Regresi Linear Capital Adequency Ratio Pada bank Swasta Nasional Di Surabaya )
Tabel Variables Entered / Removed Tabel Model Summary
Tabel ANOVA Lampiran 3 : Tabel Coefficients
Tabel Collinearity Diagnostic Lampiran 4 : Tabel Residuals Statistics
Tabel Correlations
ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN KUALITAS AKTIVA TERHADAP CAPITAL ADEQUENCY RATIO (CAR) PADA BANK
SWASTA NASIONAL DI SURABAYA Oleh :
Ika Retno Tri Setiyaningsih ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui Investing policy Ratio ,
Loan To deposit Ratio, Aktiva Produktif Bermasalah dan Non Performing Loan
berpengaruh terhadap Capital Adequency ratio Pada Bank swasta nasional di Surabaya dan untuk mengetahui faktor yang paling dominan pengaruhnya terhadap Capital adequency ratio pada Bank Swasta nasional di Surabaya.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan kurun waktu empat tahun (2007-2010), dimana data tersebut diperoleh dari Bank Indonesia. Untuk analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan menggunakan SPSS (Statistik Program for Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linier Berganda dan Uji Hipotesis yang digunakan adalah Uji t dan Uji F statistik
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel bebas, yaitu Investing Policy Ratio (X1), Loan To Deposit Ratio (X2), Aktiva
Produktif Bermasalah (X3) dan Non Performing Loan (X4) berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikatnya Capital adequency Ratio Pada Bank swasta Nasional Di Surabaya (Y) diperoleh hasil Fhitung sebesar = 4,594 > Ftabel = 3,48.
Sedangkan pengujian secara parsial Investing Policy Ratio (X1) tidak
berpengaruh terhadap Capital adequency Ratio (Y) Pada Bank swasta Nasional Di Surabaya t hitung = 0,574 < t tabel = 2,228 ,Loan To Deposit Ratio (X2) berpengaruh
terhadap Capital adequency Ratio (Y) Pada Bank swasta Nasional Di Surabaya t
hitung = 1,859 > t tabel = 1,812, variabel Aktiva Produktif Bermasalah (X3)
berpengaruh terhadap Capital adequency Ratio (Y) Pada Bank swasta Nasional Di Surabaya t hitung = -2,270 > t tabel = 2,228 dan Non Performing Loan (X4) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap Capital adequency Ratio (Y) Pada Bank Swasta Nasional Di Surabaya t hitung = 2,754 > t tabel = 2,228.
Keempat variabel bebas X1, X2, X3, X4 maka variabel yang paling
dominan untuk mempengaruhi variabel Y adalah variabel X4 dengan nilai r2
sebesar 0,431 atau 43,1%.
Kata Kunci : Capital Adequency ratio (Y) , Investing policy Ratio (X1), Loan to
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang bergerak di bidang
keuangan .Pengertian bank menurut undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang
perubahan atas undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan menyatakan
bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.(Siamat,2004:87)
Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis
multi dimensi membawa dampak kehancuran usaha perbankan di Indonesia. Hal
ini meninggalkan kredit macet cukup besar, yang sampai saat ini belum
terselesaikan oleh BPPN maupun oleh Bank pemberi kredit, membawa dampak
terhadap kerugian negara dan rakyat yang cukup besar. Jasa perkreditan sebagai
produk usaha perbankan merupakan salah satu penyumbang pendapatan terbesar
Bank dibanding beberapa produk jasa perbankan lainnya. (Wilopo, 2000:64-66). Kegagalan suatu perusahaan khususnya yang bergerak dalam bidang
perbankan dapat dilihat dan diukur antara lain melalui kinerja keuangan, yaitu
dengan cara menganalisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan
2
dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai
sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang akan diterapkan. Dengan
melakukan analisis laporan keuangan perusahaan, maka pimpinan perusahaan
dapat mengetahui keadaan serta perkembangan finansial perusahaan beserta hasil-
hasil yang telah dicapai di waktu lampau dan di waktu yang sedang berjalan.
Selain itu, dengan melakukan analisis keuangan di waktu lampau maka dapat
diketahui kelemahan-kelemahan perusahaan maupun hasil-hasil yang dianggap
cukup baik serta untuk mengetahui potensi kegagalan perusahaan. Dengan
diketahuinya kemungkinan kesulitan keuangan yang akan terjadi sedini mungkin,
maka pihak manajemen dapat melakukan antisipasi dengan mengambil
langkah-langkah yang dianggap perlu dilakukan untuk mengantisipasinya. Meskipun
demikian, informasi lain yang berhubungan dengan variabel makro juga sangat
perlu diperhatikan dan dijadikan pertimbangan.
Dan kunci keberhasilan bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut
hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermediary berjalan
dengan baik. Saat ini bank memiliki peranan penting dalam perekonomian suatu
Negara, khususnya sebagai perantara keuangan dan fasilitas sistem pembayaran.
Karena itu kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait baik
pemilik, pengelola bank, Bank Indonesia (BI) serta masyarakat pengguna jasa
perbankan.
Bank Indonesia saat ini dalam kebijakannya telah menetapkan peraturan
peraturan guna meningkatkan kinerja perbankan Indonesia.Kinerja Bank
3
mewajibkan setiap bank,baik bank milik pemerintah maupun milik swasta dalam
pemenuhan modal minimum menetapkan standart kecukupan modal bank
minimal diatas 100 milyar atau rasio kewajiban penyediaan modal minimum
(CAR) yakni 8% (SEBI No 7/10/DPNP Tanggal 31 Maret 2005) .Salah satu alat
untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban permodalannya
dapat dihitung menggunakan rasio CAR.Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat rasio CAR adalah rasio rasio keuangan seperti rasio likuiditas yang terdiri
dari Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Investing Policy Ratio (IPR).Rasio kualitas
aktiva produktif yang terdiri dari Non Performing Loan (NPL) dan Aktiva
Produktif Bermasalah (APB). Ketergantungan bank terhadap modal sangat besar .
Tidak seperti institusi non bank lainnya yang jika kekurangan modal tidak akan
mempengaruhi ekseptansinya. Peranan modal dalam bisnis perbankan sangat
penting, mengingat semakin besar modal maka semakin tinggi kekuatan bank
tersebut untuk melakukan kegiatan bisnisnya .Potensi-potensi risiko bank dalam
operasional sehari-harinya harus memiliki dukungan Capital Adequacy Rasio
(CAR).
Kinerja perbankan nasional yang buruk dianggap berperan terhadap
munculnya krisis moneter di Indonesia. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja
perbankan adalah melalui CAR. Pemilihan variabel CAR sebagai variabel
dependen dikarenakan CAR merupakan indikator yang paling penting menurut
4
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi
dan kemampuan manajemen bank mengidentifikasi,mengukur,
mengawasi,mengontrol resiko-resiko yang timbul dan yang berpengaruh terhadap
besarnya modal bank .Bank Indonesia sebagai otoritas yang berwenang mengatur
dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Likuiditas adalah kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. Pengukuran tingkat likuiditas
dapat diukur dengan rasio keuangan yang diantaranya adalah Loan to Deposit
Ratio (LDR),dan Investing Policy Ratio (IPR). LDR merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan dana milik masyarakat dalam
bentuk kredit . pengaruh LDR terhadap CAR adalah searah atau positif, karena
LDR meningkat berarti peningkatan total kredit lebih besar dari peningkatan dana
pihak ketiga.Akhirnya pendapatan bank meningkat,laba bank meningkat,modal
meningkat artinya kredit yang disalurkan meningkat sehingga CAR meningkat
.sedangkan IPR digunakan untuk mengukur seberapa besar dana bank
dialokasikan dalam bentuk investasi pada surat-surat berharga.Begitu juga dengan
Hubungan IPR dengan CAR adalah searah atau positif , karena investasi pada
surat berharga yang dilakukan bank meningkat maka pendapatan meningkat dan
laba meningkat dan akibatnya modal meningkat sehingga CAR meningkat.
Kualitas Aktiva Produktif adalah kemampuan suatu bank dalam
pengelolaan aktiva produktif yang merupakan sumber pendapatan bank yang
5
tingkat kualitas aktiva produktif dapat diukur dengan rasio Aktiva Produktif
Bermasalah (APB) dan Non Performing Loan (NPL) . APB menunjukkan aktiva
produktif yang diklasifikasikan kurang lancar ,diragukan dan macet. Pengaruh
APB terhadap CAR adalah berlawanan arah atau negatif, karena APB meningkat
akibatnya aktiva produktif bermasalah meningkat maka pendapatan menurun laba
menurun akibatnya modal menurun sehingga CAR menurun . Sedangkan NPL
digunakan untuk mengukur besarnya kredit bermasalah pada bank .Pengaruh NPL
terhadap CAR adalah berlawanan arah atau negatif ,karena NPL meningkat
artinya kredit bermasalah meningkat maka pendapatan menurun dan laba
menurun atau rugi akibatnya modal menurun sehingga CAR menurun.
Kondisi ekonomi membawa dampak pada menurunnya jumlah bank yang
beroperasi, bahkan banyak yang masih beroperasi juga menurun kinerjanya,
sehingga perlu tindakan-tindakan untuk menyelamatkan dan menyehatkan bank
umum. Disamping tindakan atau kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia,
juga diharapkan adanya kemajuan kinerja bank termasuk didalamnya peningkatan
perolehan profitabilitas (Wilopo, 2000:64-66).
Sampai saat ini sudah tercatat berapa jumlah Bank-Bank Swasta Nasional
yang berpusat di Surabaya pada tiga tahun terakhir mulai tahun 2008 sampai
dengan tahun 2010 yaitu PT Bank Antar Daerah, PT Bank Maspion Indonesia, PT
Centratama Nasional Bank, PT Prima Master Bank
Bank-bank Swasta Nasional yang berpusat di Surabaya, menunjukkan
penurunan selama tahun 2008 sampai tahun 2010 rata- rata CAR yaitu 19,40%
Bank-6
bank swasta Nasional yang berpusat di surabaya mengalami penurunan Hal inilah
yang menjadi peneliti tertarik untuk meneliti “Analisis Rasio Likuiditas dan
7
1.2 Perumusan masalah
1. Apakah variabel Investing Policy ratio (IPR) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank swasta nasional
di Surabaya?
2. Apakah variabel Loan to Deposit Ratio ( LDR) mempuyai pengaruh
signifikan yang terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank swasta
nasional yang di Surabaya?
3. Apakah variabel Aktiva Produktif Bermasalah (APB) mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Capital Adequcy Ratio (CAR) pada bank swasta
nasional yang di Surabaya ?
4. Apakah variabel Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank swasta nasional
yang di Surabaya?
5. Diantara Investing Policy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Aktiva Produktif
Bermasalah, Non Performing Loan, Manakah yang memiliki konstribusi
yang paling besar terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank swasta
8
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh efektivitas Investing Policy ratio
(IPR) terhadap Capital Adequacy ratio (CAR) pada bank swasta nasional di
Surabaya.
2. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh efektivitas Loan to Deposit Ratio
(LDR) terhadap Capital Adequacy ratio (CAR) pada bank swasta nasional di
Surabaya.
3. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh efektivitas Aktiva Produktif
Bermasalah (APB) terhadap Capital Adequacy ratio (CAR) pada bank swasta
nasional di Surabaya.
4. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh efektivitas Non Performing Loan
(NPL) terhadap Capital Adequacy ratio (CAR) pada bank swasta nasional di
Surabaya.
5. mengetahui Investing Policy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Aktiva Produktif
Bermasalah, Non Performing Loan yang memberikan konstribusi atau
pengaruh yang paling besar terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada
9
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkan antara lainnya adalah :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan penulis
mengetahui sejauh mana kinerja keuangan berpengaruh terhadap CAR pada
bank swasta nasional di Surabaya.
2. Bagi Perbankan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan tolak ukur bagi pihak
manajemen bank.Apakah pengelolaan dana telah dilaksanakan dengan baik
atau tidak .serta sebagai bahan pertimbangan dalam usaha untuk mengatasi
masalah yang dihadapi dalam meningkatkan kesehatan bank,terutama dalam
rasio permodalan yaitu Capital Adequacy ratio (CAR).
3. Bagi UPN
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan perbendaraan koleksi
perpustakaan UPN veteran jatim dan sebagai bahan pembanding atau bahan
acuan bagi semua mahasiswa yang akan mengambil judul yang sama untuk
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat bermanfaat sebagai acuan bagi penulis dalam
penelitian ini. Penelitian terdahulu dijadikan acuan bagi penulis pada penelitian
ini :
1. (Abiwodo,dkk, 2004:2) Dengan judul penelitian “Pengaruh Modal, Kualitas aktiva Produktif, Rentabilitas dan Likuiditas Terhadap Rasio Laba Bersih
Industri Perbankan Yang Go Publik di Indonesia” . Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa rasio laba bersih (Y) Secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel bebas ETA (X1), CAR (X2), LEA (X3), RORA
(X4) ,ROA (X5) ,BOPO (X6) ,LDR(X7), CBT (X8) yang ditunjukkan Fhitung
=30,098> Ftabel =3,09 hal ini menunjukkan bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel
.dan secara parsial hanya variabel LEA dan LDR yang tidak signifikan
terhadap rasio laba bersih pada tingkat α 5%, sedangkan keenam variabel yang
lain secara parsial mempunyai pengaruh yang signifkan terhadap rasio laba
bersih pada tingkat a 5%. Variabel RORA dan ROA mempunyai pengaruh
dominan terhadap rasio laba bersih industri perbankan yang go public di
Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian bank disarankan untuk lebih
memperhatikan faktor loans (pinjaman) dalam memberikan kredit guna
11
2. (Almilia dan Herdiningtyas , 2005:2) Dengan judul penelitian “Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan
Periode 2000-2002”. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah rasio CAR(X1), APB(X2),
NPL(X3), PPAPAP(X4), ROA(X5), NIM(X6) dan BOPO(X7) dan variabel
dependen yaitu kondisi bermasalah suatu bank (Y). bahwa rasio CAR
mempunyai pengaruh negatif artinya semakin rendah rasio ini maka semakin
besar kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah. Pengaruh rasio CAR
terhadap kondisi bermasalah adalah signifikan karena tingkat signifikansi di
bawah 0.05 yaitu sebesar 0.027. Rasio APB, NPL,PPAPAP, ROA, dan NIM
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kondisi bermasalah suatu
bank. Rasio BOPO mempunyai pengaruh positif artinya semakin tinggi rasio
ini maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
besar.Pengaruhnya terhadap kondisi bermasalah adalah signifikan karena
tingkat signifikansinya dibawah 0.05 yaitu sebesar 0.019. Metoda statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya
klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan
keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan. Dalam penelitian ini juga
memberikan bukti bahwa rasio CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM dan
BOPO secara statistik berbeda untuk kondisi bank bangkrut dan mengalami
kesulitan keuangan dengan bank yang tidak bangkrut dan tidak mengalami
12
bahwa hanya rasio keuangan CAR dan BOPO yang secara statistik signifikan
untuk memprediksi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan pada sektor
perbankan.
3. (Yuliani, 2007:10)Dengan judul penelitian ” Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik di Bursa
Efek Jakarta “.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah ROA (Y) variabel dependen yaitu CAR
(X1),BOPO (X2),LDR (X3),MSDN (X4). Berdasarkan hasil perhitungan
besarnya koefisien determinasi R2 adalah 0,792 yang berarti bahwa
variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara simultan mampu memberikan
kontribusi terhadap variabel terikatnya ROA adalah 79,2%, sedangkan sisanya
sebesar 20,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini. Berdasarkan hasil uji parsial bahwa variabel BOPO dan CAR
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan MSDN dan LDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Besarnya koefisien korelasi
(hubungan) yang ditunjukkan oleh nilai R = 0,890 hal ini berarti adanya
indikasi hubungan yang kuat antar variabel bebas dengan variabel terikat.
4. (Hamonangan dan Siregar, 2009:13) Penelitian yang berjudul ” Pengaruh Capital Adequency Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan ,
Operating Ratio dan Loan To deposit Ratio terhadap Return On Equity (ROE)
Perusahaan Perbankan Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia”. Dari hasil
peelitian dapat disimpulkan bahwa variabel dependen dalam penelitian ini
13
Adequency Ratio CAR (X1), Debt To Equity Ratio DER (X2), Non Performing
Loan NPL (X3), Operating Ratio OR (X4) dan Loan To deposit Ratio LDR
(X5). hasil Penguijian secara parsial menjelaskan bahwa CAR dan DER tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. Hal ini dapat dilihat dari t
hitung < t tabel dan memiliki tingkat signifikansi > 0,05 sementara itu, NPL,
OR, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. hal ini dapat
dilihat dari nilai t hitung > t tabel dan memiliki nilai signifikansi yang < 0,05
Secara simultan dapat diambil kesimpulan, bahwa CAR, DER, NPL, OR, dan
LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. 36% variasi atau
perubahan dalam return on equity dapat dijelaskan oleh variasi dari capital
adequacy ratio, debt to equity ratio, non performing loan, operating ratio, dan
loan to deposit ratio, sedangkan sisanya (64%) dijelaskan oleh sebab-sebab
lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.
5. (Saputra dan Nasution, 2009:30) Penelitian yang berjudul ” Pengaruh Jumlah Kredit Yang Diberikan dan Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.” Dari hasil
peelitian dapat disimpulkan bahwa variabel dependen dalam penelitian ini
adalah Return On Asset ROA (Y) dan variabel independen adalah Kredit yang
diberikan (X1) dan Loan to Deposit Ratio LDR (X2). Dari hasil pengujian
secara parsial bahwa variabel Kredit yang diberikan dan variabel LDR
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA. Dalam penelitian ini, nilai
Adjusted R square 0,201 yang mengindikasikan bahwa kedua variabel
14
Sedangkan sisanya sebesar 79,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak
diikutsertakan dalam penelitian ini, misalnya pendapatan bunga kredit dan
pendapatan di bidang jasa keuangan perbankan yang lainnya, mengingat bahwa
objek dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan, yang tentu
saja dalam mencapai tingkat profitabilitas yang memadai, sangatlah
dipengaruhi oleh besarnya pendapatan-pendapatan yang diperoleh setiap
perusahaan yang bersangkutan. Kemudian seacara simultan tingkat kredit yang
diberikan dan LDR memiliki pengaruh terhadap ROA. Artinya, proporsi
jumlah kredit yang diberikan oleh bank dengan tujuan mendapatkan
pendapatan bunga dari kredit tersebut beserta tingkat loan to deposit ratio
(LDR), berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat return on assets (ROA)
15
2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini berbeda
dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada
kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan jumlah variabel yang
digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah
disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini
dengan judul “Analisis Rasio Likuiditas dan Kualitas Aktiva Terhadap Capital
Adequency Ratio (CAR) Pada Bank Swasta Nasional di Surabaya”, dengan
variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequency
Ratio CAR (Y), sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Loan to Deposit Ratio LDR (X1), Investing Policy Ratio IPR (X2),Aktiva
Produktif Bermasalah APB (X3),Non Performing Loan NPL (X4)
2.2 Landasan teori
2.2.1 Kinerja Keuangan Bank
Kinerja keuangan bank adalah kinerja bank yang dilihat dari aspek
keuangan. Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu bank maka dapat dilihat
laporan keuangan yang disajikan oleh bank secara periodik.agar laporan keuangan
tersebut dapat dibaca dengan baik dan dapat dengan mudah dimengerti, maka
perlu dilakukan analisis terlebih dahulu.
Analisis pada dasarnya adalah suatu teknik yang digunakan untuk menilai
16
kinerja bank yang telah distandarisasi. Analisis rasio keuangan dapat memberikan
petunjuk dan gejala-gejala serta informasi keuangan suatu bank
(Siamat,2005:266).Adapun rasio-rasio keuangan tersebut terdiri dari:
2.2.1.1 Likuiditas
Likuiditas bank merupakan kemampuan bank dalam membayar
kewajiban-kewjiban keuangan dengan segera dapat dicairkan atau sudah jatuh
tempo.Likuiditas dapat diartikan sebagai kesanggupan bank dalam menyediakan
alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan
pinjaman kepada masyarakat yang memerlukan (Dendawijaya 2005:114)
a. Loan to Deposit Ratio (LDR)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya
dengan mengandalkan kredit.Kredit yang telah diberikan sebagai sumber
likuiditas (Dendawijaya,2005:166).rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
LDR 100
………...………...(1)
Sumber : SEBI Nomor 7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005
Komponen dana pihak ketiga terdiri dari giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito,tabungan.
Berdasarkan SEBI No.6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 peringkat kesehatan
17
Peringkat 1 : 50 < Rasio ≤ 75%
Peringkat 2 : 75% < Rasio ≤ 85%
Peringkat 3 : 85% < Rasio ≤100% atau Rasio ≤ 50%
Peringkat 4 : 100% < Rasio ≤ 120%
Peringkat 5 : Rasio > 120%
b. Investing Policy Ratio (IPR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyediakan
dana dalam membayar kembali kewajibannya dengan mencairkan surat- surat
berharga atau untuk mengukur seberapa besar dana bank yang dialokasikan
dalam bentuk investasi surat berharga ,selain kredit. Rasio ini sangatlah
berperan dalam usaha bank menjaga likuiditasnya agar tidak berlebihan
maupun kekurangan sehingga dapat memperoleh laba yang optimal.
Rumus ini dapat dihitung dengan rumus
IPR
x
100%...(2)
Sumber : SEBI No/6/23 DPNP tanggal 31 Mei 2004
2.2.1.2 Kualitas Aktiva Produktif
Aktiva Produktif sering juga disebut Earning asset atau Aktiva yang tidak
menghasilkan, karena penempatan dana bank tersebut bertujuan untuk mencapai
18
Aktiva Produktif adalah semua penanaman dana dalam rupiah maupun valas yang
dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya. Pengelolaan dana dalam aktiva produktif merupakan sumber
pendapatan bank yang digunakan untuk membiayai keseluruhan biaya operasional
termasuk biaya bunga,biaya tenaga kerja dan biaya operasional
lainnya.(Siamat,2005:319)
a. Aktiva Produktif Bermasalah (APB)
Aktiva Produktif Bermasalah adalah aktiva produktif bermasalah dengan
kualitas kurang lancar,diragukan,dan macet dari keseluruhan aktiva produktif
yang dimiliki oleh bank.Untuk menghitung rasio ini dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
APB x
100%...(3)
Sumber : SEBI No.7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005
Berdasarkan SEBI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 kriteria peringkat
kesehatan rasio APB adalah sebagai berikut :
Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah
Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah
Peringkat 3 : Rasio berkisar antara 5% sampai dengan 8%
Peringkat 4 : Perkembangan rasio cukup tinggi
Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi
19
Merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah dari keseluruhan kredit yang diberikan oleh bank
(lancar,dalam perhatian khusus, kurang lancar,diragukan dan macet).Tingginya
rasio ini menunjukkan bank memiliki kredit bermasalah semakin besar.Rasio
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
NPL
x
100%…………..………..………(4)
2.2.1.3 Permodalan Bank
Permodalan bank merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi
yaitu:
1.Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam
mempertahankan modal yang mencukupi .beasarnya CAR dapat dirumuskan
sebagai berikut :
CAR x 100%
………(5)
Hasil perhitungan rasio diatas kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyediaan modal minimum (yaitu sebesar 8%).Berdasarkan hasil perbandingan
20
Kriteria penetapan peringkat kesehatan bank pada rasio CAR
berdasarkan SEBI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut :
Komponen : Kecukupan pemenuhan KPMM terhadap ketentuan yang berlaku
Peringkat 1 : Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan
rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan
Peringkat 2: Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan
rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan
Peringkat 3: Rasio KPMM lebih tinggi secar marginal dibandingkan dngan
rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan ( 8% ≤ KPMM
≤9%)
Peringkat 4 : Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku
Peringkat 5: Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan cenderung
menjadi tidak solvable
2.2.2 Hubungan LDR, IPR, APB, dan NPL terhadap CAR 1. Hubungan LDR terhadap CAR
Apabila LDR meningkat maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada
kredit yang disalurkan lebih besar daripada peningkatan dana pihak
ketiga.Menurut ( Dendawijaya 2005:118) peningkatan kredit yang disalurkan akan mengakibatkan peningkatan pada pendapatan bunga ,sedangkan
peningkatan dana pihak ketiga akan meningkatkan biaya bunga .Dengan
demikian peningkatan LDR akan menyebabkan peningkatan pendapatan bunga
21
naik.Peningkatan laba dapat mengakibatkan bertambahnya modal yang dimiliki
bank dan pada akhirnya berdampak pada naiknya CAR. Jadi pengaruh LDR
terhadap CAR adalah searah atau positif. Satuan ukurannya dalam % persen
2. Hubungan IPR terhadap CAR
Apabila IPR meningkat maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada
besarnya dana yang diinvestasikan ke dalam surat-surat berharga daripada
peningkatan total dana pihak ketiga.Besarnya investasi dalam surat-surat berharga
yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan jumlah kenaikan dana pihak ketiga
(DPK).Dengan demikian peningkatan IPR akan menyebabkan peningkatan bunga
yang lebih besar daripada peningkatan biaya bunga, sehingga laba bank
naik.Peningkatan laba dapat mengakibatkan bertambahnya modal yang dimiliki
bank pada akhirnya berdampak pada naiknya CAR.jadi pengaruh IPR terhadap
CAR adalah searah atau positif. Satuan ukurannya dalam % persen
3. Hubungan APB terhadap CAR
Apabila APB meningkat maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada aktiva
produktif bermasalah lebih besar daripada peningkatan aktiva produktif. Menurut
(Kuncoro 2002:265),peningkatan aktiva produktif bermasalah akan mengakibatkan peningkatan pada biaya pencadangan penghapusan aktiva
produktif, sedangkan peningkatan aktiva produktif akan meningkatkan
pendapatan.Dengan demikian peningkatan APB akan menyebabkan peningkatan
biaya yang lebih besar daripada peningkatan pendapatan, sehingga laba bank
22
dan pada akhirnya berdampak pada turunnya CAR. Jadi pengaruh APB terhadap
CAR adalah berlawanan arah atau negatif. Satuan ukurannya dalam % persen
4.Hubungan NPL terhadap CAR
Apabila NPL meningkat maka dapat dikatakan terjadi peningkatan pada
kredit bermasalah lebih besar daripada total kredit yang dimiliki oleh bank.
Menurut (Riayadi 2006 : 260 ) Peningkatan kredit bermasalah akan mengakibatkan peningkatan biaya, sedangkan kredit yang diberikan akan
meningkatkan pendapatan. Dengan demikian peningkatan NPL akan
menyebabkan peningkatan biaya yang lebih besar daripada peningkatan
pendapatan ,sehingga laba bank turun. Turunnya laba dapat mengakibatkan modal
yang dimiliki bank dan pada akhirnya berdampak pada turunnya CAR. Jadi
pengaruh NPL terhadap CAR adalah berlawanan arah atau negatif. Satuan
23
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan sebelimnya maka
kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :
24
Sumber: Peneliti
2.4 Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih belum teruji
kebenarannya dan masih harus dibuktikan secara empiris berdasarkan fakta-fakta
yang ada. Hipotesis akan ditolak jika memang salah atau diterima jika fakta-fakta
membenarkan. Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang telah dikemukakan
Kualitas Aktiva Likuiditas
LDR
APB
NPL IPR
25
diatas maka dapat dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara
terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Diduga Variabel Investing Policy ratio (IPR) mempuyai pengaruh positif
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank swasta nasional
di Surabaya.
2. Diduga Variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada bank swasta nasional
di Surabaya .
3. Diduga Variabel Aktiva Produktif Bermasalah (APB) mempunyai pengaruh
negatif signifikan terhadap Capital Adequcy Ratio (CAR) pada bank swasta
nasional di Surabaya.
4. Diduga Variabel Non Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh negatif
yang signifikan terhadap Capital Adequacy ratio (CAR) pada bank swasta
nasional di Surabaya
5. Diduga variabel Non Performing Loan (NPL) mampunyai pengaruh paling
dominan terhadap Return On Asset (CAR) pada bank swasta nasional di
surabaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
26
Definisi operasional dan pengukuran variabel adalah pernyataan tentang
definisi dan pengukuran variabel “penelitian secara operasional berdasarkan teori
yang ada maupun pengalaman empiris.”
Sedangkan definisi pengukuran variabel yang digunakan dalam penulisan
penelitian ini, antara lain terdiri dari :
a. Variabel terikat (Dependent Variable) : 1. Capital Adequacy Ratio (Y1)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang
mencukupi dan kemampuan manajemen bank mengidentifikasi,mengukur,
mengawasi,mengontrol resiko-resiko yang timbul dan yang berpengaruh
terhadap besarnya modal bank .Bank Indonesia sebagai otoritas yang
berwenang mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. ukurannya
dinyatakan dalam persen (%) dan untuk mengukurnya digunakan rumus
CAR x
100% ………(6)
b. Variabel bebas (Independent variable) terdiri dari :
27
Investing Policy Ratio(IPR) Merupakan perbandingan antara
surat-surat berharga dengan total dana pihak ketiga yang dimiliki bank-bank
swasta nasional di Surabaya pada setiap triwulan mulai tahun 2007 Sampai
dengan tahun 2010 ukurannya dinyatakan dalam persen (%) dan untuk
mengukurnya digunakan rumus
IPR
x
100%...(8)
2. Loan to Deposit Ratio (X2)
Loan to Deposit Ratio (LDR) Merupakan perbandingan total kredit
yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang dimiliki bank-bank swasta
nasional di Surabaya pada setiap triwulan mulai tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010 ukurannya dinyatakan dalam persen (%) dan untuk
mengukurnya digunakan rumus
LDR 100
………(7)
3. Aktiva Produktif Bermasalah (X3)
Aktiva Produktif Bermasalah (APB) Merupakan perbandingan antara aktiva produktif bermasalah dengan total aktiva produktif yang dimiliki
bank-bank swasta nasional di Surabaya pada triwulan mulai tahun 2007
Sampai dengan tahun 2010 ukurannya dinyatakan dalam persen (%) dan
28
APB x
100%...(9)
4 Non Performing Loan (X4)
Non Performing Loan (NPL) Merupakan perbandingan antara kredit
bermasalah dengan total kredit yang dimiliki bank-bank swasta nasional di
Surabaya pada triwulan mulai tahun 2007 Sampai dengan tahun 2010
ukurannya dinyatakan dalam persen (%) dan untuk mengukurnya
digunakan rumus
NPL
x
100%…………..……….(10)
3.2. Teknik Penentuan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah secara time series,
yaitu data berkala dalam periode triwulan selama empat tahun dari tahun
2007 sampai dengan 2010.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dari populasi
bank-Bank Swasta Nasional di Surabaya yang terdiri dari empat bank yaitu, PT
Antar Daerah ,PT Maspion , PT Prima master dan PT Centratama. Penelitian
ini tidak meneliti semua anggota populasi tetapi hanya sebagian anggota
populasi yang terpilih sebagai sampel. Penentuan sampelnya menggunakan
teknik purposive sampling, yaitu menentukan sampel yang dipilih dengan
29
bank swasta nasional di Surabaya yang memiliki asset diatas Rp
700.000,000,000,00 milyar bulan Desember 2010.
PT Maspion Rp 2.324,556,000,000,00 Triliun , PT Antar Daerah Rp
969.686,000,000,00 milyar, PT Prima master Rp 775.284,000,000,00 milyar
Sedangkan PT Centratama Rp 694.241,000,000,00 milyar
Berdasarkan dari kriteria tersebut maka anggota populasi yang terpilih
sebagai penelitian adalah tiga bank yaitu PT Antar Daerah ,PT Maspion , PT
Prima master Sedangkan PT Centratama. tidak terpilih sebagai sampel
dalam penelitian ini karena bank tersebut tidak memenuhi kriteria sampel
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang berupa laporan keuangan triwulan Bank-bank pemerintah yang
dipublikasikan melalui media massa.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode documenter, karena data yang dikumpulkan adalah berupa data
sekunder dalam bentuk laporan keuangan bank-bank pemerintah yang
dijadikan subyek penelitian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang diperlukan pada penelitian ini dilakukan
dengan
a. Study kepustakaan (Library Research)
Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur-literatur yang
30
b. Studi Lapangan
Yaitu memperoleh data dan melakukan penelitian di lapangan untuk
mendapatkan data yang di peroleh dalam penulisan skripsi ini, dilakukan
dengan cara mengambil data statistik dari laporan – laporan dari instansi
atau lembaga yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.5.1. Teknik Analisis
Untuk menganalisis pengaruh yang disebutkan dalam hipotesis diatas
maka analisa data ini dilakukan dengan menggunakan model regresi linier
berganda dengan asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimate) untuk
mengetahui koefisiensi pada persamaan tersebut betul-betul linier (tidak bias).
Model ini menunujukkan hubungan spesifik antara variabel-variabel bebas dan
terikat.
Bentuk perumusannya sebagai berikut :
Y = o + 1X1 + 2X2 + X3 + X4+ u...( Soelistyo, 2001 : 320) Dimana:
Y = Return On Asset (ROA)
X1 = Cash Ratio (CR)
X2 = Loan to Deposit Ratio (LDR)
X3 = Aktiva Produktif Bermasalah (APB)
X4 = Non performing Loan (NPL)
= Konstanta
31
u = Variabel Pengganggu (residual)
Untuk lebih mengetahui apakah suatu model tersebut cukup layak
digunakan kedalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana
variabel bebas dapat mempengaruhi variabel terikat, maka untuk itu perlu
diketahui koefisien determinasinya atau R2 dengan menggunakan rumus :
R2 = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325).
Karakteristik utama dari R2 adalah:
1. Nilai R2 non negatif, merupakan rasio dari jumlah kuadrat.
2. Batas nilai R2 adalah 0 < R2 > 1
a. Batas nilai R2 sama atau mendekati 0, maka tidak ada hubungan
antara variabel X dengan variabel Y.
b. Apabila R2 sama atau mendekati 1, maka terjadi kecocokan sempurna
antara garis regresi dengan kelompok data hasil dari observasi.
32
Untuk menguji pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3, X4) terhadap variabel
terikat Y maka digunakan :
a. Uji F
Uji F dipergunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
simultan terhadap variabel terikat dengan menggunakan rumus :
F hitung = KT Regresi ...(Soelistyo, 2001 : 325).
KT Galat
Keterangan :
KT = Kuadrat Tengah
Galat = Error = Residual
Dengan derajat kebebasan sebesar ( k, n – k – 1 )
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
k = Jumlah Parameter Regresi
Dengan ketentuan :
Ho : 1 =3 4 0 (Tidak ada pengaruh)
Hi : 1 0 (Ada pengaruh)
Kaidah pengujiannya:
1. Apabila F hitung ≤ F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak,
artinya variabel bebas tidak mempengaruhi terhadap variabel terikat.
secara simultan.
2. Apabila Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak dan Hi diterima,
33
Gambar 2 . Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Simultan.
Daerah penolakan Ho
Daerah penerimaan Ho
F ()
Sumber : Soelistyo, 2001, Dasar-Dasar Ekonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 326.
b. Uji t
Uji t dipergunakan untuk menguji hubungan antara pengaruh dari
masing-masing variabel bebas dan secara parsial atau individu atau secara terpisah
terhadap variabel terikat, dengan dirumuskan :
t hitung = i ...( Soelistyo, 2001 : 328)
Se (i)
Dengan derajat kebebasan sebesar (n-k-l)
Dimana :
i = Koefisien Regresi
34
k = Jumlah parameter regresi
i = Variabel bebas (i = 1, 2, 3, 4)
Dengan ketentuan:
Ho : i = 0 (tidak ada pengaruh)
Hi : i0 (ada pengaruh)
Kaidah pengujiannya :
1. Apabila t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak, yang artinya
secara parsial tidak ada pengaruh variabel bebas dengan variabel
terikat.
2. Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang artinya
secara parsial variabel bebas ada pengaruh dengan variabel terikat.
Gambar 3 . Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara parsial
Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak Ho
( -t 2 ; n-k-l ) ( t 2 ; n-k-l )
Sumber : Soelistyo, 2001, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 328.
Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut layak digunakan
dalam pembuktian selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana
35
nilai adjusted R2 atau koefisien nilai determinasi dengan menggunakan
rumus:
Jadi R2 = JK Regresi ………...(Sulaiman, 2004 : 86).
JK Total
Dimana:
R2 = koefisien determinasi
JK total = jumlah kuadrat
Karateristik utama dari R2 adalah :
a. Tidak mempunyai nilai negatif
b. Nilainya berkisar antara 0 (nol) dan 1 (satu) atau 0 < R2 < 1
3.6. Uji Asumsi` Klasik (BLUE)
Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan
koefisien regresi linier yang terbaik dan tidak bias atau harus bersifat BLUE (Best
Linier Unbiassed Estimate), karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi
klasik tersebut, uji t dan uji F yang dilakukannya menjadi tidak valid dan secara
statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh. Untuk menghasilkan
keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya 3 asumsi dasar, yaitu :
1. Tidak boleh ada autokorelasi
2. Tidak boleh ada multikolinier
3. Tidak boleh ada heteroskedastis
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed
Estimate), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
36
interval keyakinan taksiran-taksiran.
b. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam
penafsiran.
c. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir
parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira
lebih mendekati nilai parameter sebenarnya.
d. Estimate : e (kesalahan) penaksiran linier kuadrat terkecil,
artinya diharapkan sekecil mungkin.
Tiga dari asumsi dasar tersebut yang tidak boleh dilanggar dalam regresi
linier berganda :
a. Autokorelasi (Auto Correlation)
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
lingkaran waktu (seperti pada kurun waktu atau time series) atau yang
tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu atau cross
sectional data).
Gambar 4 .Kurva Durbin-Watson
37
2 4
Sumber : Soelistyo, 2001, “Dasar-Dasar Ekonometrika”, BPFE
UGM, Yogyakarta, Halaman 332.
Adanya autokorelasi didasarkan atas :
1. Daerah A : Durbin-Watson < dL, tolak Ho autokorelasi
positif.
2. Daerah B : dL < Durbin-Watson < dU, ragu-ragu.
3. Daerah C : dU < Durbin-Watson < dU, terima Ho, non
autokorelasi.
4. Daerah D : 4 – dU < Durbin-Watson < 4 – dU, ragu-ragu.
5. Daerah E : Durbin-Watson < 4 – dL, tolak Ho autokorelasi
negatif.
Pendekteksian adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan
menggunakan perhitungan besaran Durbin-Watson. Panduan mengenai
angka D-W ( Durbin-Watson ) untuk mendeteksi autokorelasi adalah:
1. Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada
autokorelasi.
3. Angka D-W diatas +2, berarti ada korelasi negatif.
38
Tabel 1 . Autokorelasi Durbin-Watson
Durbin-Watson Kesimpulan
Kurang dari 1,08 Ada autokorelasi
1,08 – 1,66 Tanpa kesimpulan
1,66 – 2,34 Tidak ada autokorelasi
2,34 – 2,92 Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,92 Ada autokorelasi
Sumber : Algifari, 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Penerbit : BPFE UGM, Yogyakarta, Halaman 89.
b. Multikolinieritas (Multicolinierity)
Persamaan regresi linier berganda diatas diasumsikan tidak terjadi
pengaruh antar variabel bebas.Apabila ternyata ada pengaruh linier antar
variabel bebas, maka asumsi tersebut tidak berlaku lagi (terjadi bias).
Untuk mendeteksi adanya multikolieritas dapat dilihat ciri-cirinya
sebagai berikut :
a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi
39
c. Nilai Fhitung tinggi (signifikan)
d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang
signifikan.
Akibat adanya multikolinieritas adalah :
1. Nilai standar error (galat baku) tinggi, sehingga taraf kepercayaan
(confidence intervalnya) akan semakin melebar. Dengan demikian,
pengujian terhadap koefisien regresi secara individu menjadi tidak
signifikan.
2. Probabilitas untuk menerima hipotesa H0 diterima (tidak ada
pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat) akan semakin
besar.
Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat
dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF).
VIF =
Dimana:
VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih
besar dari 10, Hal ini berarti Terdapat multikolinier pada persamaan
tersebut. . (Soelistyo, 2001 : 335)
c. Heteroskedastisitas ( Heteroscedasticity )
Dalam pengujian ini heteroskedastisitas merupakan suatu kasus didalam
seluruh faktor gangguan tidak mempunyai varians yang sama atau varians
40
Heteroskedastisitas pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan
dengan cara menghitung korelasi Rank Spearman’S antara residual dengan
seluruh variabel independent atau yang tidak menjelaskan : I
s
= 1 – 6) 1
( 2
2
N N
di
...( Soelistyo, 2001 : 334)
Keterangan :
di = Perbedaan dalam Rank antara residual (disturbance term error)
dengan variabel bebas k = I.
N = Banyak data
- Jika nilai probabilitas > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas
41
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
Pada tanggal 1 November 1997 pemerintah mencabut ijin usaha 16 bank
umum nasional dalam rangka penyehatan perekonomian negara. Bank-bank
bermasalah tersebut antara lain Bank Andromeda, Bank Amrico, Bank Astria
Raya, Bank Citra dan lain-lain. Namun tindakan pencabutan ijin usaha bank oleh
pemerintah tidak berhenti sampai disitu, karena pada tanggal 4 April 1998
pemerintah menghentikan operasi 7 bank yang kinerjanya kurang baik dan 7 bank
lainnya ditempatkan dibawah pengawasan BPPN.
Dewan pemantapan ekonomi dan keuangan di Jakarta pada tanggal 22
April 1998 mengumumkan daftar nama bank-bank yang dirawat oleh Badan
Penyehatan Perbankan Nasional. Bank-bank yang masuk dalam program
penyehatan dibawah BPPN ini berjumlah 40 bank yang dikelompokkan menjadi 3
kelompok yaitu 3 bank umum milik negara, 11 bank pembangunan dan 26 bank
42
terhadap modal bank lebih dari atau sama dengan 200% dan rasio kecukupan
modalnya kurang dari 5%. Sedangkan 7 bank yang dibekukan kegiatan operasinya
dikategorikan sebagai bank kategori A karena rasio likuiditas Bank Indonesia
terhadap modal bank lebih dari atau sama dengan 500% dan rasio
likuiditas Bank Indonesia terhadap assets bank lebih dari atau sama dengan 75%.
Bank-bank yang diambil alih operasi pengelolaannya, dikelompokkan sebagai
bank kategori B karena fasilitas likuiditas Bank Indonesia lebih dari 2 trilyun dan
rasio likuiditas Bank Indonesia terhadap modal bank lebih dari atau sama dengan
500%.
Kemudian pada tanggal 21 Agustus 1998 kembali 3 Bank dibekukan
kegiatan usahanya. Pada tanggal 13 Maret 1999, Pemerintah kembali menutup 38
bank swasta nasional dalam rangka restrukturisasi perbankan guna memulihkan
perekonomian. Sebanyak 7 bank diambil alih oleh pemerintah dan 9 bank harus
mengikuti program rekapitalisasi, sementara 73 bank dinyatakan tetap beroperasi
seperti biasa tanpa mengikuti program rekapitalisasi. Penutupan Bank ternyata
tidak berhenti sampai disitu, pada tanggal 28 Januari 2000 satu bank yang
dibekukan kegiatan usahanya dan tanggal 20 Oktober 2000 ada 2 bank yang
dibekukan kegiatan usahanya yaitu Bank Ratu dan Bank Prasidha Utama,
sedangkan pada tahun 2001 tepatnya pada hari Senin tanggal 29 Oktober ada satu
43
resiko kegagalan yang terjadi biasanya disebabkan oleh kegagalan dalam
menangani portofolio kredit maupun kesalahan manajemen perusahaan yang
berakibat pada kesulitan keuangan bahkan kegagalan usaha perbankan, sehingga
akhirnya dapat merugikan kegiatan perekonomian nasional dan merugikan
masyarakat selaku pemilik dana
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data- data
serta perkembangan Capital Adequacy Ratio sehingga dapat mengetahui
perubahan-perubahan yang terjadi terhadap perkembangan Investing Policy
Ratio, Loan to Deposit Ratio, Aktiva Produktif Bermasalah, dan Non
Performing Loan.
4.2.1. Perkembangan Capital Adequency Ratio
Perkembangan Capital Adequency Ratio dapat disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel.2. Perkembangan Capital Adequency Ratio Pada Bank Swasta Nasional Di SurabayaPeriode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010
44
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa perkembangan Capital
Adequacy Ratio selama Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010 Pada Bank
swasta nasional di Surabaya cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan
tertinggi Capital Adequacy Ratio Bank swasta nasional di Surabaya adalah pada
triwulan III tahun 2007 sebesar 1,26 % dan terendah sebesar -1,64 % terjadi pada
triwulan I tahun 2010, tetapi pada dasarnya rata-rata petumbuhan Capital
Adequacy Ratio tertinggi terjadi pada triwulan I tahun 2008 sebesar 17,82 % dan
pertumbuhan terendah terjadi pada triwulan III pada tahun 2010 sebesar 14,28 %.
4.2.2. Perkembangan Investing Policy Ratio
Perkembangan Investing Policy Ratio dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel.3. Perkembangan Investing Policy Ratio Pada Bank Swasta Nasional di SurabayaPeriode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010
45
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa perkembangan Investing
Policy Ratio Bank swasta nasional di Surabaya selama Periode Triwulan I 2007 –
Triwulan III 2010 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi
Investing Policy Ratio Bank swasta nasional di Surabaya selama periode
penelitian adalah pada triwulan I tahun 2009 sebesar 10,13 % dan terendah
sebesar -6,87 % terjadi pada triwulan I tahun 2008, Investing Policy Ratio Bank
swasta nasional di Surabaya terbesar pada triwulan I tahun 2010 sebesar 29,90 %
dan Investing Policy Ratio Bank swasta nasional di Surabaya yang terendah yaitu
pada triwulan III tahun 2008 sebesar 12,23 %.
4.2.3. Perkembangan Loan to Deposit Ratio
Perkembangan Loan to Deposit Ratio dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel.4. Perkembangan Loan to Deposit Ratio Pada Bank Swasta Nasional di Surabaya Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010
46
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekembangan Loan to
Deposit Ratio Bank Swasta nasional di Surabaya selama Periode Triwulan I 2007
– Triwulan III 2010 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi
Loan to Deposit Ratio Bank Swasta nasional di Surabaya selama periode
penelitian adalah pada triwulan I tahun 2008 sebesar 7,91 % dan terendah sebesar
-6,81 % terjadi pada triwulan IV tahun 2008,
Loan to Deposit Ratio Bank Swasta nasional di Surabaya terbesar pada
triwulan III tahun 2008 sebesar 86,89 % dan Loan to Deposit Ratio Bank Swasta
nasional di Surabaya yang terendah yaitu pada triwulan IV tahun 2009 sebesar
71,99 %.
4.2.4. Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah
Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalahdapat disajikan dalam tabel di bawah
ini
Tabel .5 Perkembangan Aktiva Produktif Bermasalah Pada Bank Swasta Nasional Di surabaya Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010
Tahun Triwulan PT. Bank
47
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekembangan Aktiva
Produktif Bermasalah Bank swasta nasional di Surabaya selama Periode Triwulan
I 2007 – Triwulan III 2010 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan
tertinggi Akiva Produktif Bermasalah Bank Swasta nasional di Surabaya selama
periode penelitian adalah pada triwulan I tahun 2010 sebesar 0,46 % dan terendah
sebesar -0,46 % terjadi pada triwulan IV tahun 2009, Aktiva Produktif
Bermasalah Bank Swasta nasional di Surabaya terbesar pada triwulan IV tahun
2007 sebesar 1,35 % dan Akiva Produktif Bermasalah Bank Swasta nasional di
48
4.2.5. Perkembangan Non Performing Loan
Perkembangan Non Performing Loan dapat disajikan dalam tabel di bawah ini :
Tabel. 6 Perkembangan Non Performing Loan Pada Bank Swasta Nasional Di Surabaya Periode Triwulan I 2007 – Triwulan III 2010
Tahun Triwulan PT. Bank
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pekembangan Non
Performing Loan Bank Antar Daerah selama Periode Triwulan I 2007 – Triwulan
III 2010 cenderung mengalami fluktuasi. Perkembangan tertinggi Non Performing
49
sebesar 0,43 % dan terendah sebesar -0,52 % terjadi pada triwulan I tahun 2008
dan triwulan IV tahun 2009, Non Performing Loan Bank Swasta nasional di
Surabaya terbesar pada triwulan IV tahun 2007 sebesar 1,70 % dan Non
Performing Loan Bank Swasta nasional di Surabaya yang terendah yaitu pada
triwulan II tahun 2010 sebesar 0,88 %
4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis
4.3.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Sesuai Dengan Asumsi Klasik (Best Linear Unbiassed Estimator)
Sebelum kita uji persamaan Regresi Linier Berganda sesuai dengan
pengujian secara simultan maupun parsial, maka kita lihat terlebih dahulu
apakah Y = 01X12X2 3X3 4X4 yang diasumsikan tidak terjadi
pengaruh antar variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best Linear
Unbiassed Estimator), artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut
benar-benar linear tidak bias.
1. Pengujian Autokorelasi
Asumsi pertama dari regresi linier adalah ada atau tidaknya
autokorelasi yang dilihat dari besarnya nilai Durbin Watson. Dalam analisis
nilai Durbin Watson adalah sebesar 1,333. Untuk mengetahui ada atau
tidaknya gejala autokorelasi, maka perlu dilihat tabel Durbin Watson. Jumlah
variabel bebas adalah empat buah (K=4) dan ,jumlah data adalah sebanyak 15
(n=15) maka diperoleh DL = 0,688 dan DU = 1,977. Selanjutnya nilai tersebut
50
Berdasarkan kurva Durbin Watson maka dapat disimpulkan bahwa
persamaan regresi berada pada daerah keragu-raguan.
Gambar 5. Kurva Durbin Watson
Daerah Daerah Daerah Daerah
Kritis Ketidak- Terima Ho Ketidak- Kritis pastian pastian
Tolak Tidak ada Tolak Ho autokorelasi Ho
0 dL= 0,688 dU = 1,977 (4-dU) = 2,023 (4-dL) = 3,312 d
1,241
Sumber : Lampiran 2 dan Lampiran 6
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai DW berada pada daerah
Ketidakpastian hal itu disebabkan karena tidak ada kemungkinan terjadi
korelasi antara komponen pengganggu ke-t dengan komponen pengganggu ke
(t-1).
2. Pengujian Heterokedastisitas
Heterokedatisitas di identifikasikan dengan koefisien korelasi Rank
Spearman Berdasarkan tabel dibawah, diperoleh tingkat signifikansi
51
Tabel 7. Hasil Pengujian Heterokedastisitas
Variabel Taraf Signifikasi
Investing Policy Ratio (X1) 0,781 > 0,05 Homoskedastisitas
Loan to Deposit Ratio (X2) 0,894 > 0,05 Homoskedastisitas
Aktiva Produktif Bermasalah (X3)
0,722 > 0,05 Homoskedastisitas
Non Performing Loan (X4) 0,737 > 0,05 Homoskedastisitas
Sumber : Lampiran 4
Dari hasil pengujian heterokedastisitas diperoleh tingkat
signifikansi dari korelasi Rank Spearman lebih besar dari taraf level of
signifikan yaitu 5% (0,05).
3. Pengujian Multikolinieritas
Asumsi klasik ketiga dari regresi linier berganda adalah ada atau
tidaknya multikolinearitas antara sesama variabel bebas yang ada dalam
model dengan kata lain tidak adanya hubungan sempurna antara variabel
bebas yang ada dalam model.
Identifikasi secara statistik atau tidaknya gejala multikolinier dapat
dilakukan dengan menghitung Variance Inflation Factor (VIF), dengan
52
VIF menyatakan tingkat "pembengkakan" varians. Apabila VIF
lebih kecil dari 10 hal ini berarti tidak ada gejala multikolinearitas. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini :
Tabel 8. Uji Multikolinearitas
Variabel Toleransi VIF
Investing Policy Ratio (X1) 0,187 5,345
Loan to Deposit Ratio (X2) 0,148 6,749
Aktiva Produktif Bermasalah (X3) 0,152 6,574
Non Performing Loan (X4) 0,121 8,238
Sumber : Lampiran 3
Berdasarkan tabel uji multikolinearitas menunjukkan nilai VIF
untuk Investing Policy Ratio (XI) sebesar 5,345, nilai VIF untuk Loan to
Deposit Ratio (X2) sebesar 6,749, nilai V1F untuk Aktiva Produktif
Bermasalah (X3) sebesar 6,574 dan nilai VIF untuk Non Performing Loan (X4)
sebesar 8,238. Hal ini berarti nilai VIF pada keempat variabel bebas X1, X2, X3
dan X4 lebih kecil dari 10, sehingga keempat variabel bebas tersebut pada
penelitian ini tidak ada gejala multikolinearitas.
4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Regresi Linier Berganda
Hasil pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program SPSS
(Statistical Program For Social Science) versi 13.0. Dari hasil pengolahan
penelitian tersebut dapat diambil suatu rumus persamaan sebagai berikut :