ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PENGEMBANGAN
PERUMAHAN REGENCY TIPE CLUSTER
DI BIAK, PAPUA
TUGAS AKHIR
Diajukan oleh :
EKO PRASETYO BASUKI
0 8 5 3 0 1 0 0 6 2
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL TERHADAP PENGEMBANGAN PERUMAHAN REGENCY TIPE CLUSTER
DI BIAK, PAPUA
EKO PRASETYO BASUKI 0853010062
ABSTRAK
Rumah merupakan suatu kebutuhan dasar manusia selain sandang dan pangan. Dalam perkembangannya ternyata rumah juga merupakan alternatif investasi yang menarik dengan harapan capital gain yang akan diterima di masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui tentang kelayakan (feasible) ekonomi terhadap pengembangan perumahan regency tipe cluster di Biak, Papua.
Dari hasil analisa dan perhitungan harga jual rumah pada perumahan regency tipe cluster di Biak dengan pengambilan profit 60% dari harga pokok rumah dengan tingkat inflasi 10% tiap tahunnya, dapat diketahui harga penjualan rumah pada tahun 2013 tipe 67/85 = Rp. 187,093,427.00, tahun 2014 = Rp. 210,468,073.00, tahun 2015 = 243,369,335.00, tahun 2016 = 292,575,710.00, tipe 70/88 tahun 2013 = Rp. 194,793,845.00, tahun 2014 = Rp. 219,103,190.20, tahun 2015 = Rp. 253,286,356.40, tahun 2016 = Rp. 304,362,179.00, tipe 72/90 tahun 2013 = Rp. 199,927,457.00, tahun 2014 = Rp. 224,859,935.00, tahun 2015 = Rp. 259,897,704.00, tahun 2016 = Rp. 312,219,825.00, tipe 75/92 tahun 2013 = Rp. 207,128,915.00, tahun 2014 = 232,891,309.80, tahun 2015 = Rp. 269,011,144.60, tahun 2016 = Rp. 322,829,774.00.
Proyek ini dapat dikatakan layak karena dalam analisa arus kas developer mengalami break event point pada 1,84 tahun atau sekitar 1 tahun 9 bulan dan mengalami balik modal pada 4,66 tahun atau sekitar 4 tahun 7 bulan. Ini menandakan bahwa nilai pemasukan lebih besar daripada nilai pengeluaran dari developer. Dengan kata lain sebelum 5 tahun proyek pengembangan perumahan regency ini sudah mengalami keuntungan.
Dari sisi nilai KPR proyek ini juga dikatakan layak karena 50% dari pendapatan per kapita masyarakat di Biak dapat memenuhi angsuran dengan suku bunga KPR yang mencapai 11,25% dalam jangka waktu selama 15 tahun dan tiap 2 tahunnya akan mengalami inflasi 10% dengan ketentuan compound amount factor. Ini menunjukkan bahwa proyek pengembangan perumahan regency tipe cluster di Biak layak secara pendapatan masyarakatnya.
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) Teknik Sipil BAB I - V yang berjudul : Analisa Kelayakan Finansial Ter hadap Pengembangan Per umahan Regency Tipe Cluster di Biak , Papua.
Adapun Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir analisa ini masih jauh dari sempurna dan terdapat banyak kekurangan baik isi maupun penyajiannya. Hal ini tidak lain karena keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini.
Dengan tersusunnya Tugas Akhir ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dorongan, semangat, arahan serta berbagai macam bantuan baik berupa moral maupun spritual, terutama kepada :
1. Ir. Naniek Ratni JAR., M. Kes. selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. N Dita P Putra , ST., MT. selaku dosen pembimbing utama Tugas Akhir yang telah berkenan memberikan bimbingan, waktu dan dorongan moril selama pengerjaan Tugas Akhir hingga selesai.
4. Dra.Anna Rumintang, MT. selaku dosen pembimbing pendamping Tugas Akhir yang telah berkenan memberikan bimbingan, waktu dan dorongan moril selama pengerjaan Tugas Akhir hingga selesai.
5. Segenap dosen dan para staff Program Studi Teknik Sipil UPN “Veteran” Jawa Timur. 6. Para tim penguji yang telah membantu penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan lebih baik.
7. Orang tua dan saudara-saudara ku yang telah banyak memberikan dukungan lahir dan batin, material, spritual, dan moral sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
8. Mas Digna yang telah banyak membantu dan menjadi mentor dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
9. Pak Deni dari PT. MBC Surabaya yang telah membantu dalam memperoleh data. 10. Buat teman-teman kontrakan Mas Fendi, Ujie, Miko, Reza, Fredy, Lucky, Oscar. 11. Segenap keluarga besar Teknik Sipil UPN “Veteran” Jatim dan teman-teman Teknik
Sipil khususnya angkatan 2007 dan 2008 terima kasih atas dorongan dan semangatnya yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Sur abaya, Mei 2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL………..vii
DAFTAR GAMBAR……….ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 4
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 4
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 5
1.4Batasan Masalah ... 5
1.5Lokasi Penelitian ... 7
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Definisi Perumahan ... 8
2.2. Faktor Permintaan Lahan ………...9
2.3. Permintaan Perumahan ... 10
2.4. Pengertian Studi Kelayakan Proyek ... 12
2.6. Tujuan dilakukan Studi Kelayakan ... 14
2.7. Break event Point ... 16
2.8. Analisa Keuntungan dan Kerugian (Profit and Loss) ... 16
2.9. Harga Pokok... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18
3.1.Metode Analisis ... 18
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 18
3.3. Pengujian Kriteria ... 18
3.3.1. Beneffit Cost Ratio (BCR) ... 19
3.3.2. Net Present Value (NPV) ... 19
3.3.3. Internal Rate Of Return (IRR) ... 20
3.3.4. Payback Period ... 23
3.4. KPR (Kredit Pemilikan Rumah) ... 24
3.5. Flow Chart ... 27
BAB IV ANALISA DATA ... 28
4.1. Perhitungan Harga Pokok Penjualan ... 28
4.1.1. Perhitungan Harga Pokok Tanah ... 30
4.1.2. Evaluasi Harga Pokok Tanah ... 30
4.2. Perhitungan Biaya Konstruksi / Pembangunan ... 32
4.2.1. Perhitungan Biaya Konstruksi ... 33
4.3.1. Perhitungan Biaya Sarana dan Prasarana ... 44
4.3.2. Perhitungan Biaya Operasional ... 49
4.3.3. Perhitungan Harga Pokok Penjualan ... 51
4.4. Analisa Investasi ... 72
4.4.1 Investasi Berdasarkan Rencana Awal ... 72
4.4.2. Perhitungan Aliran Arus Kas ... 72
4.5. Kriteria Kelayakan Investasi ... 74
4.6. Perhitungan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ... 79
4.6.1. Nilai Harga KPR Terhadap Pendapatan Per Kapita Masyarakat ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 87
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Harga Perolehan Tanah dan Pematangan Tanah ... 30
Tabel 4.2. Evaluasi Harga Pokok Tanah tahun 2012 ... 31
Tabel 4.3. Rencana Anggaran Biaya Konstruksi ... 33
Tabel 4.4. Evaluasi Biaya Konstruksi tahun 2013 ... 35
Tabel 4.5. Evaluasi Biaya Konstruksi tahun 2014 ... 37
Tabel 4.6. Evaluasi Biaya Konstruksi tahun 2015 ... 39
Tabel 4.7. Evaluasi Biaya Konstruksi tahun 2016 ... 41
Tabel 4.8. Rencana Anggaran Biaya Sarana dan Prasarana Tahun 2012 ... 43
Tabel 4.9. Biaya Sarana dan Prasarana Tahun 2013 ... 45
Tabel 4.10 .Biaya Sarana dan Prasarana Tahun 2014 ... 46
Tabel 4.11. Biaya Sarana dan Prasarana Tahun 2015 ... 47
Tabel 4.12. Biaya Sarana dan Prasarana Tahun 2016 ... 48
Tabel 4.13. Biaya Operasional (2012) ... 50
Tabel 4.14. Biaya Operasional Tahun 2012 - 2016 ... 51
Tabel 4.15. Harga Pokok Penjualan pada tiap tipe tahun 2013 ... 52
Tabel 4.16. Harga Pokok Penjualan pada tiap tipe tahun 2014 ... 57
Tabel 4.19. Discounted Cash Flow ... 73
Tabel 4.20. Tabel Perhitungan Payback Period ... 74
Tabel 4.21. IRR (Internal Rate Of Return) ... 76
Tabel 4.22. Tabel Perhitungan KPR ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.Lokasi Penelitian ... 7
Gambar 3.2.Flowchart Pelaksanaan Penelitian ... 27
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia setelah sandang dan
pangan. Setiap individu manusia akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dasar
daripada kebutuhan sekundernya. Begitu pula dengan kebutuhan akan rumah, setiap
orang akan berusaha memenuhi kebutuhan rumah dengan memperlihatkan selera dan
kemampuannya masing-masing.
Untuk masyarakat pada era modern sekarang ini, rumah merupakan suatu
kebutuhan primer dan mempunyai fungsi strategis. Selain berfungsi sebagai
pelindung terhadap gangguan alam dan cuaca, rumah juga memiliki peran sosial
budaya sebagai pusat pendidikan keluarga, perpaduan budaya, nilai kehidupan, nilai
ekonomi, dan penyiapan generasi muda.
ekonomi yang tinggi, begitu pula sebaliknya. Namun kawasan perumahan yang
ditempatinya pun menjadi faktor pendukung utama dalam penilaian status sosial
tersebut.
Pemilihan masyarakat dalam memiliki rumah akan lebih baik dan tepat apabila
tersedianya sarana dan prasarana kompleks perumahan yang memegang kuat empat
kriteria yang sesuai dengan perundang-undangan perumahan dan pemukiman yaitu
sehat, aman, serasi dan teratur. Untuk penambahan unsur yang lainnya akan
disesuaikan dengan pembangunan kawasan perumahan yang akan direncanakan.
Kota Biak merupakan kabupaten kecil yang berada di kawasan Papua, yang
terbentuk atas gugusan batuan karang yang sangat keras. Iklim di kota Biak yaitu
beriklim tropis, dapat dilihat dari struktur geografisnya yang berhadapan langsung
dengan samudra pasifik. Seiring pula dengan kawasan kota Biak yang masih belum
memiliki perumahan berfasilitas atau perumahan yang modern, maka dapat dikatakan
bahwa kota Biak sebenarnya membutuhkan perumahan yang berfasilitas. Dengan
demikian maka masyarakat pun akan lebih cenderung untuk mendapatkan fasilitas
keamanan, keindahan dan kenyamanan bertempat tinggal yang dapat diwujudkan
dengan adanya perumahan
cluster
, dimana
cluster
adalah suatu kawasan dengan
sistem satu pintu akses keluar masuk (
one gate
) dengan gaya modern.
ada di kota Biak. Pertumbuhan perumahan yang ada di kota Biak saat ini masih
belum fluktuatif dengan perekonomian daerahnya, hal ini dipicu dengan masih
terbatasnya SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkaitan dengan pengembang
properti (
developer
) pada kota Biak sendiri. Dengan memilih konsep perumahan yang
bertemakan tipe
cluster
, maka dapat meningkatkan mutu dan kualitas pada
pembangunan perumahan yang ada di daerah tersebut.
Kepemilikan rumah dibatasi oleh tingkat pendapatan dari individunya, dimana
apabila satu individu memiliki penghasilan yang tinggi maka kepemilikan rumah
dapat segera terpenuhi. Begitupun sebalikanya apabila tingkat penghasilan dari satu
individu rendah maka kepemilikan rumah masih belum dapat terpenuhi. Namun pada
saat sekarang ini kepemilikan rumah dapat segera terpenuhi oleh masing-masing
individu dari lapisan masyarakat yang ada dengan sistem KPR (Kredit Pemilikan
Rumah). KPR sendiri adalah kredit jangka panjang yang diberikan oleh lembaga
keuangan kepada debiturnya untuk membeli rumah ataupun mendirikan rumah di atas
lahan sendiri dengan jaminan sertifikat kepemilikan atas tanah (rumah) tersebut.
1.2.Rumusan Masalah
sinyal positif atau negatif untuk kelayakan ekonomi terhadap perencanaan
pengembangan perumahan regency tipe
cluster
di Biak, Papua.
Berdasarkan uraian di atas muncul pertanyaan-pertanyaan untuk penelitian
yaitu :
1.
Bagaimana menentukan harga jual rumah pada pengembangan perumahan
regency di Biak, Papua.
2.
Bagamana menentukan nilai dari
Break Event Point
(titik impas) pada
pengembangan perumahan regency di Biak, Papua.
3.
Berapa harga angsuran KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dari harga jual rumah
pada tiap tahunnya.
4.
Bagaimana mengetahui perbandingan harga angsuran KPR terhadap pendapatan
per kapita masyarakat di Biak, Papua.
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.3.1.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah proyek pengembangan
perumahan regency tipe
cluster
di Biak layak secara finansial atau tidak, dimana akan
menjawab dari masalah-masalah yang tertera pada rumusan masalah.
1
Untuk mengetahui harga jual rumah pada perumahan regency di Biak, Papua.
2
Untuk mengetahui nilai dari
Break Event Point
pada pengembangan perumahan
regency di Biak, Papua.
4
Untuk mengetahui hasil perbandingan dari angsuran KPR terhadap pendapatan
per kapita masyarakat di Biak, Papua.
1.3.2.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dipergunakan dan memberi manfaat
sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui apakah pengembangan perumahan regency tipe
cluster
di Biak
tersebut layak (
feasible
) secara finansial atau tidak dilihat dari segi penjualan
rumah terhadap pendapatan per kapita masyrakat Biak, Papua.
2.
Memberikan gambaran tentang angsuran KPR kepada calon pembeli rumah pada
perumahan regency di Biak, Papua.
1.4. Batasan Masalah
cluster
di Biak. Dengan demikian kegiatan pergerakan ekonomi untuk pengembangan
perumahan dapat terlaksana.
Dan untuk membatasi uraian di atas agar tidak terjadi perluasan masalah pada
penulisan tugas akhir, maka perlu diberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1.
Perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya) dan kelengkapan lainnya dapat
berupa asumsi (berdasarkan dari data sekunder yang mempunyai
typical
perumahan yang sesuai)
2.
Analisis ekonomi berdasarkan pada kriteria penilaian kelayakan ekonomi yang
meliputi :
BCR (Beneffit Cost Ratio), NPV (Net Present Value), IRR (Internal
Rate Of Return)
dan
Payback Period.
3.
Analisa hanya membahas tentang analisa keuangan, harga dan value.
4.
Tidak memperhatikan pada tingkat perubahan suku bunga untuk KPR tiap
tahunnya. Hanya menggunakan ketetapan suku bunga pada tahun penelitian saja.
5.
Inflasi
pada perhitungan menggunakan ketetapan 10% tiap tahunnya.
6.
Pehitungan hanya mengacu pada data sekunder yang didapatkan dari PT. Abeta
Mitra Manunggal Tahun 2010.
7.
Data untuk pendapatan per kapita masyarakat Biak akan menggunakan
inflasi
1.5. Lokasi Penelitian
Untuk luas kabupaten Biak yaitu berkisar 2.602,23 km
2. Lokasi penelitian
dilaksanakan di daerah Ridge kecamatan Samofa kota Biak, Papua. Ridge adalah
sebuah daerah yang berdataran tinggi dan mempunyai kawasan yang cukup luas.
Daerah ini memang bukan pusat dari berkumpulnya masyarakat di kota Biak, namun
bisa dijadikan sebuah lokasi yang nantinya akan menjadi pusat untuk lingkungan
perumahan. Pengalihan pengembangan perumahan bisa dilakukan pada daerah yang
memiliki lokasi strategis dan dapat menjadi
traffic generator
untuk lingkungan
sekitarnya. Ini akan menjadi sebuah penciptaan lokasi yang dapat menarik
masyarakat untuk bisa menempati tempat tinggal yang mempunyai nilai lebih.
Berikut gambar lokasi yang akan dilaksanakan analisis kelayakan ekonomi
terhadap pengembangan perumahan tipe
cluster
di Biak, Papua.
Gambar. 1.1 Lokasi penelitian
Lokasi
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Perumahan
Menurut
The Dictionary of Real Estate Appraisal
(2002), properti perumahan
adalah tanah kosong atau sebidang tanah yang dikembangkan, digunakan atau
disediakan untuk tempat kediaman, seperti
single family houses
, apartemen dan
rumah susun.
Berdasarkan Undang-Undang No.4 tahun 1992 tentang perumahan dan
pemukiman :
1.
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga.
2.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan
Menurut SKB Menteri Dalam Negeri, Menteri PU, Menteri Perumahan Rakyat
tahun 1992, properti perumahan dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu :
1.
Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling
antara 54 m
2sampai 200 m
2dan biaya pembangunan per m
2tidak melebihi dari
harga satuan per m
2tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah
kelas C yang berlaku.
2.
Rumah menengah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas
kaveling antara 200 m
2sampai 600 m
2dan / atau biaya pembangunan per m
2antara harga satuan per m
2tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas
pemerinah kelas C sampai A yang berlaku.
3.
Rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling
antara 600 m
2sampai dengan 2000 m
2dan / atau biaya pembangunan per m
2di
atas harga satuan per m
2tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas kelas A
yang berlaku.
2.2. Faktor Per mintaan Lahan
Nilai suatu properti seperti tanah dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi suatu kegiatan manusia. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai tanah adalah :
2.
Faktor ekonomi, ditunjukkan dalam hubungan permintaan dan penawaran dengan
kemampuan ekonomi suatu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Variasi
permintaan meliputi jumlah tenaga kerja, tingkat upah, tingkat pendapatan, dan
daya beli, suku bunga dan biaya transaksi. Variabel penawaran meliputi jumlah
tanah yang tersedia, biaya perijinan, pajak, dan biaya
overhead
lainnya.
3.
Faktor - faktor pemerintah, kebijakan pemerintah baik di bidang politik maupun
hukum akan mempengaruhi nilai tanah, misalnya fasilitas keamanan, kesehatan,
pendidikan, jaringan transportasi, peraturan perpajakan dan lain-lain.
4.
Faktor lingkungan mempengaruhi nilai tanah meliputi kondisi internal, yaitu
lokasi, ukuran, topografi, jenis tanah, dimensi. Kondisi eksternal, meliputi
keadaan lingkungan sekitar lokasi tersebut seperti keberadaan laut atau
pelabuhan, sungai, gunung dan jaringan transportasi yang mempengaruhi
kemudahan atau aksesbilitas ke lokasi tanah.
2.3. Per mintaan Perumahan
Permintaan perumahan memainkan peranan penting dalam mempengaruhi nilai
pasar properti perumahan. Hal ini disebabkan oleh penawaran tanah untuk
pembangunan terbatas dari segi keluasaan, akan tetapi dari segi permintaan selalu
berubah dan bertambah.
1.
Lokasi
Keberadaan lokasi perumahan, apakah di pusat atau di pinggir kota sangat
mempengaruhi minat konsumen dalam membeli rumah. Semakin strategis letak
perumahan tersebut berarti semakin baik dan memiliki tingkat permintaan yang
semakin tinggi.
2.
Pertambahan penduduk
Dengan alasan bahwa setiap orang memerlukan tempat tinggal sebagai tempat
berlindung, maka setiap pertambahan penduduk baik secara alami maupun non
alami (karena
urbanisasi
) akan meningkatkan permintaan rumah.
3.
Pendapatan konsumen
Kesanggupan seseorang di dalam memiliki rumah sangat dipengaruhi
pendapatan yang diperolehnya. Apabila pendapatan seseorang meningkat ada
kecenderungan untuk memiliki rumah yang berkualitas demi meningkatkan
status baik secara kualitas maupun kuantitas.
4.
Kemudahan mendapatkan pinjaman
Sebaliknya jika syarat mendapatkan pinjaman sangat ketat, atau suku bunga
pinjaman yang tinggi akan menurunkan permintaan rumah oleh masyarakat.
5.Fasilitas dan sarana umum
Fasilitas disini meliputi fasilitas umum dan fasilitas sosial, diantaranya
infrastruktur, sarana pendidikan, kesehatan, keagamaan, sarana transportasi, dan
lain-lain. Keberadaan fasilitas tersebut membangun serta menarik minat investor
yang selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan rumah di kawasan
tersebut.
6.
Harga pasar rumah
Seperti dalam hal teori permintaan dan penawaran, semakin tinggi harga barang
akan mengakibatkan penurunan permintaan akan barang yang dimaksud. Apabila
harga rumah menengah naik, sementara kecenderungan memiliki rumah dengan
tingkat harga tersebut akan berkurang dan permintaan akan beralih ke rumah
dengan harga yang lebih rendah.
2.4. Pengertian Studi kelayakan proyek
Proyek yang diteliti berbentuk proyek raksasa sampai proyek sederhana. Semakin
besar proyek yang dijalankan semakin luas dampak yang terjadi, baik itu dampak
ekonomi atau dampak social. Sehingga analisa manfaat dan pengorbanan
(cost and
benefit analysis)
digunakan untuk melengkapi studi kelayakan. Studi kelayakan
menyangkut 3 aspek :
1.
Manfaat ekonomi proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (manfaat
finansial
)
.
Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila
dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
2.
Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek dilaksanakan
(manfaat ekonomi nasional)
.
Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi
ekonomi makro suatu negara.
3.
Manfaat sosial proyek bagi masyarakat sekitar proyek tersebut.
2.5. Pentingnya Investasi
Manfaat dapat berwujud dalam bentuk uang ataupun tidak. Pengeluaran modal
biasanya berbentuk pengeluaran untuk tanah, mesin, bangunan, penelitian dan
pengembangan serta program-program latihan.
Dalam akutansi, pengeluaran modal biasanya disusun berbentuk neraca. Umunya
Pengeluaran merupakan pengeluaran biaya yang ditunda pembebanannya namun
dibebankan pertahun melalui proses penyusutan (kecuali untuk tanah).
Dari sudut perusahaan, proyek yang menyangkut pengeluaran modal
(capital
expenditure
) mempunyai arti penting karena :
1.
Pengeluaran modal mempunyai konsekuensi jangka panjang. Pengeluaran modal
akan membentuk kegiatan perusahaan di masa datang dan sifat-sifat perusahaan
dalam jangka panjang.
2.
Pengeluaran modal umunya menyangkut jumlah yang sangat besar.
3.
Komitmen untuk pengeluaran modal tidak mudah untuk diubah.
2.6. Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan
Faktor lingkungan yang berubah, baik lingkungan ekonomi, social, politik, bencana
alam juga mempengaruhi proyek menjadi tidak menguntungkan. Sehingga studi
kelayakan ekonomi menjadi sangat penting. Studi dilakukan dalam dua tahap, yaitu
tahap pendahuluan dan tahap keseluruhan. Jika tahap pendahuluan sudah
menampakkan tanda tidak ekonomis, maka studi keseluruhan tidak perlu dilakukan.
Tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran
penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak
menguntungkan.
Dalam studi kelayakan ada beberapa hal-hal yang perlu diketahui, antara lain :
a.
Ruang lingkup kegiatan proyek
b.
Cara kegiatan proyek dilakukan
c.
Evaluasi terhadap aspek-aspek yang menentukan berhasilnya seluruh proyek
d.
Sarana yang diperlukan oleh proyek
e.
Hasil kegiatan proyek serta biaya-biaya yang harus ditanggung untuk
memperoleh hasil tersebut.
f.
Akibat-akibat yang bermanfaat maupun yang tidak dari adanya proyek tersebut.
g.
Langkah-langkah untuk mendirikan suatu proyek, beserta jadwal dari
2.7.
Break Event Point
(Titik Impas)
Break Event Point
(titik impas) merupakan suatu analisa untuk mengetahui
apakah luas produksi yang dibuat suatu perusahaan telah mendatangkan keuntungan
atau malah kerugian. Keadaan
break event point
adalah keadaan dimana jumlah biaya
pendapatan sama dengan jumlah biaya pengeluaran. Dalam keadaan ini perusahaan
tidak mendapatkan laba maupun mengalami kerugian. Jika perusahaan berproduksi
dalam skala yang lebih kecil daripada volume pada saat
break event point,
maka
perusahaan tersebut mengalami kerugian. Sebaliknya jika perusahaan berproduksi
dalam skala yang lebih besar daripada volume pada saat
break event point
, maka akan
mendapatkan profit.
Analisa
break event point
secara umum dapat memberikan informasi pola
hubungan antara volume penjualan, biaya dan laba yang akan diperoleh pada tingkat
tertentu.
2.8. Analisa Keuntungan dan Kerugian (
Profit and Loss
)
Pada nilai
break event point
menunjukkan jumlah penjualan yang harus dicapai
untuk memperoleh keuntungan bersih yang diinginkan. Nilai dari
break event point
2.9. Harga Pokok
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1. Metode Analisis
Metode analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif. Analisis
data kuantitatif dalam analisis ini merupakan bentuk analisis data yang dinyatakan
dalam bentuk perhitungan. Analisis ini bertujuan untuk memperkirakan
(memprediksi) besarnya pengaruh biaya nilai investasi pada kelayakan ekonomi
terhadap pengembangan perumahan regency tipe
cluster
di Biak, dengan
menggunakan data-data yang diperoleh dari badan atau lembaga yang terkait.
1.2. J enis dan Sumber Data
Data sekunder yang digunakan dalam analisa kuantitatif ini berupa data yang
didapatkan dari BPS kota Biak, publikasi internet, dan
developer
(pengembang)
perumahan. Sedangkan data primer didapatkan dari hasil wawancara baik secara lisan
maupun tertulis terkait data yang akan digunakan dalam perhitungan analisis ini.
1.3. Pengujian Kriter ia
1.3.1.
Beneffit Cost Ratio (B/C R)
Benefit cost ratio
(B/C R) merupakan suatu analisa pemilihan proyek yang
membandingan antara
benefit
dengan
cost
. Hasil dari
benefit cost ratio
mempunyai
tiga kemungkinan, yaitu :
1.
Proyek diterima (B/C > 1)
2.
Proyek ditolak (B/C < 1)
3.
Tercapai break event point (B/C = 1)
Dalam hal B/C = 1, tergantung pada pemilik modal (investor) yang
bersangkutan, apakah proyek tersebut akan dilaksanakan atau tidak.
Benefit Cost Ratio
(B/C R) =
. . . .(3.1)
3.3.2.
Net Present Value (NPV)
Nilai tunai bersih
(Net Present Value)
dari sebuah proyek adalah nilai manfaat
bersih setelah dikurangi biaya, setelah keduanya di diskonto pada biaya alternatif
modal. Manfaat dan modal didefinisikan dalam arti tambahan yang dibandingkan
dengan situasi tanpa proyek. Dua persyaratan mesti terpenuhi jika sebuah proyek mau
diterima atas dasar ekonomi.
dianggap relevan untuk menghitung tingkat bunga. Pada dasarnya tingkat bunga
tersebut adalah tingkat bunga pada saat keputusan investasi masih terpisah dari
keputusan pembelanjaan. Keterkaitan ini hanya mempengaruhi tingkat bunga, namun
bukan aliran kas. Apabila nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa
yang akan datang lebih besar daripada nilai sekarang investasi, maka proyek ini
dikatakan menguntungkan sehingga diterima. Sedangkan apabila lebih kecil (NPV
negatif), proyek ditolak karena nilai tidak menguntungkan. (Suad Husnan dan
Suwarsono M, 2000).
Rumus NPV =
( ) + ( ) + + ( ) – OI . . . .(3.2)
Keterangan :
CF
1,CF
2,CF
n=
Cash Flow
tahun ke 1, 2 hingga ke-n
i =
Cost Of Capital / Interst Rate / Required Rate Or Return
n = Umur Proyek (dalam tahun)
OI =
Original Investmen
3.3.3.
Internal Rate Of Return (IRR)
bahwa surplus bersih dari proyek yang mempunyai umur ekonomi yang lebih pendek
dapat diinvestasikan kembali dengan tingkat imbalan yang serupa.
Dengan pengecualian ini, tingkat imbalan internal berguna dalam
membandingkan kemampuan memperoleh laba sebuah proyek dengan yang lainnya
pada sektor yang sama, tingkat imbalan tinggi tidak mencerminkan kenyataan bahwa
investasi telah dilakukan atau bahwa beberapa masukan dan keluaran tidak dinilai
secara tepat. Walaupun teknik tingkat imbalan tidak sepenuhnya memuaskan, dapat
dimengerti dan dapat dibandingkan secara langsung dengan biaya alternatif modal.
Tingkat imbalan tidak memerlukan spesifikasi yang persis tentang biaya alternatif
modal. Oleh karena itu tingkat imbalan merupakan cara yang cocok untuk
menyajikan dan menggunakan hasil - hasil analisa. (Baum Tolbert, 1985).
Maka
Internal Rate Or Return
adalah tingkat bunga yang dapat menjadikan
NPV = 0, karena
present value
dari
cash flow
pada tingkat bunga tersebut sama
dengan internal investasinya. Metode ini juga memperhitungkan nilai waktu dari
uang, sehingga
cash
flow
yang digunakan telah di diskonto atas dasar
cost of capital
.
Langkah-langkah metode IRR adalah sebagai berikut :
1.
Hitung
present value
atas
cash flow
yang dihasilkan usulan proyek investasi
tersebut dengan menggunakan
interest rate
yang dipilih secara acak.
2.
Bandingkan hasil perhitungan point 1 dengan nilai OI.
3.
Lanjutkan langkah point 2 sampai
present value
nya mendekati OI.
4.
Menghitung tingkat diskonto dari usulan proyek investasi tersebut dengan teknik
interpolasi diantara bunga yang lebih rendah (NPV positif) dengan tingkat bunga
yang lebih tinggi (NPV negatif).
Suatu usulan proyek investasi untuk kelayakan ekonomi dapat diterima jika
IRRnya lebih besar atau sama dengan
cost of capital
dan sebaliknya. Jika usulan
proyek investasi lebih dari satu dan bersifat
mutually exclusive
, yang dapat diterima
adalah yang menghasilkan nilai IRR paling besar. (Halim, 2003).
Untuk menentukan tingkat suku bunga yang ideal dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
IRR = D
FP +
( )
( ) (
−
). . . .(3.3)
Keterangan :
D
FP =
Discounting factor
digunakan untuk menghasilkan
present
value
yang positif.
D
FN =
Discounting factor
digunakan untuk menghasilkan
present
3.3.4.
Payback Period
Payback period
adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan
nilai investasi ekonomi melalui permintaan-permintaan yang dihasilkan oleh
pembangunan pada proyek. Dengan demikian
payback period
ini mengukur
rapidity
kembalinya dana investasi bukan mengukur
profitability.
Rumus
payback period
jika
cash flow
per tahun jumlahnya berbeda :
Payback Period
= n +
1 . . . .(3.4)Rumus
payback period
jika
cash flow
per tahun jumlahnya sama :
Payback Period
= n +
1 . . . .(3.5)Keterangan :
n = Tahun terakhir dimana jumlah
cash flow
masih belum bisa
menutup
original
investment
a = Jumlah
original investment
b = Jumlah komulatif
cash flow
pada tahun ke-n
c = Jumlah komulatif
cash flow
pada tahun ke-n+1
maka yang dipilih adalah usulan proyek dengan hasil
payback period
yang paling
kecil.
Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Karena
itu satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun dan
sebagainya). Kalau periode
payback
ini lebih pendek daripada yang diisyaratkan,
maka proyek dikatakan menguntungkan, sedangkan kalau lebih lama proyek ditolak.
Karena metode ini mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali, maka dasar
yang dipergunakan adalah aliran kas, bukan laba. (Suad Husnan, Suwarsono M,
2000).
3.4. Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
KPR adalah kredit jangka panjang yang diberikan oleh lembaga keuangan
kepada debiturnya untuk membeli rumah ataupun mendirikan rumah di atas lahan
sendiri dengan jaminan sertifikat kepemilikan atas tanah (rumah) tersebut.
Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR :
1.
KPR Subsidi
Secara umum batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan
subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan.
2.
KPR Non Subsidi
Yaitu suatu KPR yang diperuntukan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan KPR
ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga
dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.
Komponen-komponen utama KPR adalah sebagai berikut :
1.
Kreditur KPR, adalah lembaga keuangan (misalnya; bank) yang mengucurkan
dana kepada debitur untuk membeli objek KPR.
2.
Debitur KPR, adalah seseorang atau sebuah badan hokum (misal; PT) yang akan
membeli objek KPR.
3.
Objek KPR, adalah merupakan lahan dan rumah yang hendak dibeli/diakuisisi
oleh pihak debitur.
Rumus untuk menghitung angsuran KPR tiap bulannya adalah :
Angsuran bulanan = Pinjaman x
x
(( )
)
BAB IV ANALISA DATA
4.1. Per hitungan Harga Pokok Penjualan
Perusahaan pengembang (developer) properti seperti perumahan, dapat menentukan harga pokok produksinya dengan menghitung biaya-biaya yang meliputi biaya pengadaan lahan, biaya pembangunan/konstruksi dan biaya-biaya oprasional pengembang.
Harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Manfaat harga pokok penjualan dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan harga jual dan untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh kerugian.
1. Tahun 2013 pembangunan pada segmen I, sebanyak 70 unit a.Tipe 67/85 = 10 unit
b.Tipe 70/88 = 20 unit c.Tipe 72/90 = 20 unit d.Tipe 75/92 = 20 unit
2. Tahun 2014 pembangunan pada segmen II, sebanyak 100 unit a.Tipe 67/85 = 20 unit
b.Tipe 70/88 = 20 unit c.Tipe 72/90 = 20 unit d.Tipe 75/92 = 40 unit
3. Tahun 2015 pembangunan pada segmen III, sebayak 110 unit a.Tipe 67/85 = 40 unit
b.Tipe 70/88 = 20 unit c.Tipe 72/90 = 20 unit d.Tipe 75/92 = 30 unit
4. Tahun 2016 pembangunan pada segmen IV, sebanyak 30 unit a.Tipe 67/85 = 5 unit
4.1.1. Per hitungan Harga Pokok Tanah
Harga pengadaan tanah sesuai dengan biaya perolehannya dapat dilihat pada tabel 4.1. sebesar Rp 250.000,-/m2 dan biaya pematangan tanah sebesar Rp8.500,-/m2 pada tahun 2012.
Tabel 4.1 Harga Perolehan Tanah dan Pematangan Tanah Tahun 2012
Keterangan
Harga/m2
Pengadaan tanah Rp 250.000
Pematangan Tanah Rp 8.500
Sumber : Data sekunder
4.1.2. Evaluasi Har ga Pokok Tanah
Pada harga pokok tanah, tidak akan diberikan tambahan nilai karena pembelian lahan dan pematangan lahan dilaksanakan pada tahun yang sama yaitu tahun 2012.
(Lihat Tabel 4.1)
Keterangan :
• i = inflasi 10%
• n = tahun ke
Tahun ke 1 : 1,1000 Tahun ke 2 : 1,2100 Tahun ke 3 : 1,3310 Tahun ke 4 : 1,4641 Tahun ke 5 : 1,6105 Tahun ke 6 : 1,7716
Tabel 4.2. Evaluasi Harga Pokok Tanah Tahun 2012
Keterangan % Luas m2 Harga/m2 Harga perolehan tanah
Harga/m2 Pengadaan
Lahan
41.000 250.000 Rp.10.250.000.000
Pematangan Lahan
41.000 8.500 Rp.348.500.000
Notaris dan Perijinan
5 Rp.512.500.000
Overhead 5 Rp.512.500.000
Total Rp.11.623.500.000
Harga Pokok Rp.283.500
• Harga Pokok/m2 th 2012
= Harga Perolehan tanah Total : Luas Pengadaan Tanah = Rp. 11.623.500.000 : 41.000
= Rp. 283.500
• Harga pokok Tanah tahun 2013
= Harga pokok th 2012 x Compound amound factor = Rp. 283.500 x 1,1000
= Rp. 311.850
• Harga pokok Tanah tahun 2014
= Harga pokok tanah th 2013 x Compound amound factor = Rp. 343.035 x 1,2100
= Rp. 377.339
• Harga pokok Tanah tahun 2015
= Harga pokok tanah th 2014 x Compound amound factor = Rp. 456.580 x 1,3310
= Rp. 502.238
• Harga pokok Tanah tahun 2016
= Harga pokok tanah th 2015 x Compound amound factor = Rp. 668.479 x 1,4641
= Rp. 735.325
4.2. Per hitungan Biaya Konstr uk si / Pembanguna n
konstruksi bangunan dihitung berdasarkan jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan dalam pembangunan tersebut. Biaya konstruksi bangunan tersebut dapat dilihat pada rencana anggaran yang telah dibuat pada tahun 2012 (Tabel 4.3).
Tabel 4.3. Rencana anggaran biaya Konstruksi (2012)
Sumber : Data Sekunder
4.2.1. Per hitungan Biaya Konstr uk si
Pada biaya konstruksi akan diberikan tambahan nilai biaya konstruksi dengan menambahkam inflasi yang terjadi selama tahun 2012 ke biaya konstruksi tahun 2013. Tingkat inflasi yang akan digunakan adalah 10% pertahun. Penambahan nilai akibat inflasi pada biaya konstruksi dihitung selama masa pekerjaan konstruksi.
Perhitungan evaluasi dapat dilihat pada tabel 4.4 – 4.7 (Lihat tabel 4.3). Compound amount factor
Compound interest factor : 10% Rumus = (1 + i)n
Keterangan Type Biaya Konstruksi
/ m2
67/ 85 70/ 88 72/ 90 75/ 92
Jumlah Unit
Bangunan 75 65 70 100
Jumlah Total
Bangunan 310
Bangunan Dalam Pelaksanaan
1 Lantai
1,843,000.00
1,843,000.00
1,843,000.00
1,843,000.00
Keterangan :
• i = inflasi 10%
• n = tahun ke
Tabel 4.4. Evaluasi biaya konstr uksi tahun 2013 Inflasi 10%
Keterangan Biaya Konstruksi / m2 Type Total Biaya Total
Unit
67/85 70/88 72/90 75/92
Unit Pembangunan 10 20 20 20 70
Bangunan dalam pelaksanaan termasuk
(IMB 1% dan jasa perancangan 1%) per
lantai
Rp. 2,067,846 1 Lantai Rp. 1,385,456,820 Rp. 2,894,984,400 Rp. 2,977,698,240 Rp. 3,101,769,000 Rp. 10,359,908,460.00 Total Rp.
10,359,908,460.00 70
Sumber : Perhitungan
Biaya Konstruksi /m2 tahun 2012 = (Biaya konstruksi/m2 tahun 2012 x CAF) + IMB 1% (biaya konstruksi thn 2012 x CAF) + jasa perancangan 1%( Biy. Konstuksi x CAF)
Untuk 1 lantai = (Rp. 1.843.000 x 1,1000) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,1000) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,1000) = Rp. 2.067.846
Biaya pembangunan type 67/85 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 10 unit = Rp. 2.067.846 x 67 x 10
Biaya pembangunan type 70/88 = Biaya konstruksi/m2 th 2010 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.067.846 x 70 x 20
= Rp. 2.894.984.400
Biaya pembangunan type 72/90 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.067.846 x 72 x 20
= Rp. 2.977.698.240
Biaya pembangunan type 75/92 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.067.846 x 75 x 20
Tabel 4.5. Evaluasi biaya konstr uksi tahun 2014 Inflasi 10%
Keterangan Biaya Konstruksi / m2 Type Total Biaya Total
Unit
67/85 70/88 72/90 75/92
Unit Pembangunan 20 20 20 40 100
Bangunan dalam pelaksanaan termasuk (IMB 1%
dan jasa perancangan 1%)
per lantai
Rp. 2,274,630 1 Lantai Rp.
3,048,004,200
Rp.
3,184,482,000 Rp.
3,275,467,200
Rp.
6,823,890,000
Rp.
16,331,843,400.00
Total Rp.
16,331,843,400.00 100
Sumber : Perhitungan
Biaya Konstruksi /m2 tahun 2011 = (Biaya konstruksi/m2 tahun 2012 x CAF) + IMB 1% (biaya konstruksi thn 2012 x CAF) + jasa perancangan 1%(Biy. Konstuksi x CAF)
Untuk 1 lantai = (Rp. 1.843.000 x 1,2100) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,2100) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,2100) = Rp. 2.274.630
Biaya pembangunan type 67/85 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.274.630 x 67 x 20
Biaya pembangunan type 70/88 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.274.630 x 70 x 20
= Rp. 3.184.482.000
Biaya pembangunan type 72/90 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.274.630 x 72 x 20
= Rp. 3.275.467.200
Biaya pembangunan type 75/92 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 40 unit = Rp. 2.274.630 x 75 x 40
Tabel 4.6. Evaluasi biaya konstr uk si tahun 2015 Inflasi 10%
Sumber : Perhitungan
Biaya Konstruksi /m2 tahun 2014 = (Biaya konstruksi/m2 tahun 2012 x CAF) + IMB 1% (biaya konstruksi thn 2012 x CAF) + jasa perancangan 1%( Biy. Konstuksi x CAF)
Untuk 1 lantai = (Rp.1.843.000 x 1,3310) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,3310) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,3310) = Rp. 2.502.093
Biaya pembangunan type 67/85 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 40 unit = Rp. 2.502.093 x 67 x 40
= Rp. 6.705.609.240
Keterangan Biaya Konstruksi / m2 Type Total Biaya Total
Unit
67/85 70/88 72/90 75/92
Unit Pembangunan 40 20 20 30 110
Bangunan dalam pelaksanaan termasuk (IMB 1% dan jasa perancangan
1%) per lantai
Rp. 2,502,093 1 Lantai Rp.
6,705,609,240
Rp.
3,502,930,200
Rp.
3,603,013,920
Rp.
5,629,709,250
Rp.
19,441,262,610.00
Biaya pembangunan type 70/88 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.502.093 x 70 x 20
= Rp. 3.502.930.200
Biaya pembangunan type 72/90 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 20 unit = Rp. 2.502.093 x 72 x 20
= Rp. 3.603.013.920
Biaya pembangunan type 75/92 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 30 unit = Rp. 2.502.093 x 75 x 30
Tabel 4.7. Evaluasi biaya konstr uk si tahun 2016 Inflasi 10%
Sumber : Perhitungan
Biaya Konstruksi /m2 tahun 2014 = (Biaya konstruksi/m2 tahun 2012 x CAF) + IMB 1% (biaya konstruksi thn 2012 x CAF)
+ jasa perancangan 1%( Biy. Konstuksi x CAF)
Untuk 1 lantai = (Rp. 1.843.000 x 1,4641) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,4641) + 1% (Rp. 1.843.000 x 1,4641) = Rp. 2.752.303
Biaya pembangunan type 67/85 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 5 unit = Rp. 2.752.303 x 67 x 5
= Rp. 922.021.505
Keterangan Biaya Konstruksi / m2 Type Total Biaya Total
Unit
67/85 70/88 72/90 75/92
Unit Pembangunan 5 5 10 10 30
Bangunan dalam pelaksanaan termasuk
(IMB 1% dan jasa perancangan 1%) per
lantai
Rp. 2,752,303 1 Lantai Rp.
922,021,505
Rp.
963,306,050 Rp.
1,981,658,160
Rp.
2,064,227,250
Rp.
5,931,212,965.00
Total Rp.
Biaya pembangunan type 70/88 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 5 unit = Rp. 2.752.303 x 70 x 5
= Rp. 963.306.050
Biaya pembangunan type 72/90 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 10 unit = Rp. 2.752.303 x 72 x 10
= Rp. 1.981.658.160
Biaya pembangunan type 75/92 = Biaya konstruksi/m2 th 2012 x luas lantai x jumlah unit Sebanyak 10 unit = Rp. 2.752.303 x 75 x 10
4.3. Biaya Oper asional
Biaya opersional adalah biaya berdasarkan kebutuhan operasional dari pengembang selama melaksanakan pekerjaan. Biaya operasional meliputi biaya gaji karyawan, transport, biaya sarana dan prasarana serta biaya-biaya tak terduga lainnya.
Perhitungan biaya sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel 4.8.
Tabel 4.8. Rencana Anggaran Biaya Sarana dan Prasarana 2012
Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah Total
Pekerjaan Paving
Paving 10,856.67 m2 75,000.00 814,250,250.00
Pekerjaan Persiapan
Pasangan Bowplank 14,777.00 m1 5,350.00 79,056,950.00
Pembersihan 310.00 ls 95,000.00 29,450,000.00
Direksi keet 40.00 ls 420,000.00 16,800,000.00
Galian Tanah 4,100.60 m3 11,766.00 48,247,659.60
Urugan Pasir Bawah
pondasi 1,034.60 m3 41,828.00 43,275,248.80
Urugan sirtu 8,020.50 m3 19,455.00 156,038,827.50
Pekerjaan lain-lain
Tata hijau
lingkungan 2,550.63 m2 8,500.00 21,680,355.00
Pekerjaan jaringan
Air 192,234,600.00
Listrik 253,692,000.00
Biaya sarana &
prasarana 1,654,725,890.90
4.3.1. Per hitungan Biaya Sarana dan Pr asar ana
Untuk perhitungan biaya sarana dan prasarana, akan diberikan tambahan nilai biaya sarana dan prasarana dengan menambahkan biaya inflasi yang terjadi selama tahun 2012 ke biaya sarana dan prasarana. Tingkat inflasi yang digunakan selama tahun 2013 adalah 10% pertahun. Adapun biaya sarana dan prasarana setelah evaluasi dapat dilihat pada tabel 4.9. – 4.12. dan biaya opersiaonal dapat dilihat pada tabel 4.13.
Compound amount factor Compound interest factor : 10% Rumus = (1 + i)n
Keterangan :
• i = inflasi 10%
• n = tahun ke
Tabel 4.9. Biaya Sarana dan Prasarana tahun 2013
Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah Total
Pekerjaan Paving
Paving 2413.26 m2
90,750.00
219,003,345.00
Pekerjaan Persiapan
Pasangan Bowplank 2252.02 m1
6,473.50
14,578,451.47
Pembersihan 70 ls
114,950.00
8,046,500.00
Direksi keet 7 ls
508,200.00
3,557,400.00
Galian Tanah 625 m3
14,236.86
8,898,037.50
Urugan Pasir Bawah
pondasi 157.68 m3
50,611.88
7,980,481.24
Urugan sirtu 1222.32 m3
23,540.55
28,774,085.08
Pekerjaan lain-lain
Tata hijau
lingkungan 241.32 m
2 10,285.00 2,481,976.20 Pekerjaan jaringan Air 213,594,000.00 Listrik 281,880,000.00
Biaya sarana &
prasarana
788,794,276.48
Tabel 4.10. Biaya Sarana dan Prasarana tahun 2014
Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah Total
Pekerjaan Paving
Paving 2654.5 m
2
99,825.00
264,985,462.50
Pekerjaan Persiapan
Pasangan Bowplank 3221.38 m1
7,120.85
22,938,963.77
Pembersihan 110 ls
126,445.00
13,908,950.00
Direksi keet 9 ls
559,020.00
5,031,180.00
Galian Tanah 894 m3
15,660.55
14,000,528.12 Urugan Pasir Bawah
pondasi 225.55 m
3
55,673.07
12,557,060.49
Urugan sirtu 1748.47 m3
25,894.61
45,275,940.00
Pekerjaan lain-lain
Tata hijau
lingkungan 937.4 m
2 11,313.50 10,605,274.90 Pekerjaan jaringan Air 234,953,400.00 Listrik 310,068,000.00
Biaya sarana &
prasarana
934,324,759.79
Tabel 4.11. Biaya Sarana dan Prasarana tahun 2015
Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah Total
Pekerjaan Paving
Paving 3378 m2
109,807.50
370,929,735.00
Pekerjaan Persiapan
Pasangan Bowplank 3502.15 m1
7,832.94
27,432,113.31
Pembersihan 110 ls
139,089.50
15,299,845.00
Direksi keet 10 ls
614,922.00
6,149,220.00
Galian Tanah 971.85 m3
17,226.60
16,741,671.79 Urugan Pasir Bawah
pondasi 245.21 m
3
61,240.37
15,016,752.30
Urugan sirtu 1901 m3
28,484.07
54,148,208.52
Pekerjaan lain-lain
Tata hijau
lingkungan 265.45 m2
12,444.85 3,303,485.43 Pekerjaan jaringan Air 64,078,200.00 Listrik 84,564,000.00
Biaya sarana &
prasarana
657,663,231.36
Tabel 4.12. Biaya Sarana dan Prasarana tahun 2016
Jenis Pekerjaan Jumlah Satuan Harga Satuan Jumlah Total
Pekerjaan Paving
Paving 3620 m2
120,787.50
437,250,750.00
Pekerjaan Persiapan
Pasangan Bowplank 886.62 m1
8,616.18
7,639,273.08
Pembersihan 30 ls
152,997.50
4,589,925.00
Direksi keet 3 ls
676,410.00
2,029,230.00
Galian Tanah 246.03 m3
18,949.14
4,662,057.65
Urugan Pasir Bawah
pondasi 63 m3
67,363.99
4,243,931.62
Urugan sirtu 481 m3
31,332.28
15,070,825.48
Pekerjaan lain-lain
Tata hijau
lingkungan 1034 m
2 13,689.25 14,154,684.50 Pekerjaan jaringan Air 64,078,200.00 Listrik 84,564,000.00
Biaya sarana &
prasarana
638,282,877.33
4.3.2. Per hitungan Biaya Oper asional
Untuk biaya operasional, akan diberikan tambahan nilai biaya operasioanal dengan menambahkan realisasi biaya inflasi yang terjadi selama tahun 2012 ke biaya operasional. Tingkat inflasi yang digunakan selama tahun 2012 adalah 10% pertahun. Inflasi yang terjadi akan meningkatkan nilai dari biaya operasional yang telah dibuat oleh pengembang. Adapun biaya operasional setelah evaluasi dapat dilihat pada tabel 4.13
Compound amount factor Compound interest factor : 10% Rumus = (1 + i)n
Keterangan :
• i = inflasi 10%
• n = tahun ke
Tabel 4.13. Biaya Operasional (2012)
Keterangan Jumlah
Gaji Rp. 322.012,500
Transport Rp. 32,000,000
Alat Tulis kantor Rp. 4,500,000
Lain-lain Rp. 7,460,835
Sarana&Prasarana Rp. 1,654,725,890.90
Biaya Operasional Rp. 1,729,277,369
Unit hunian 310
Biaya Operasional tiap unit Rp. 5,578,314
Sumber : Data Sekunder & Perhitungan
• Biaya operasional : Rp.1.729.277.369
• Unit hunian : 310
• Biaya Operasional tiap unit = Biaya operasional : unit hunian = Rp. 1.729.277.369: 310
= Rp. 5.578.314
v Biaya operasional tiap unit pada tahun 2013
= Biaya Operasional tiap unit x Compound Amount factor = Rp. 5.578.314 x 1,1000
= Rp. 6.136.145
v Biaya operasional tiap unit pada tahun 2014
= Biaya Operasional tiap unit x Compound Amount factor = Rp. 5.578.314 x 1,2100
= Rp. 6.749.759
v Biaya operasional tiap unit pada tahun 2015
= Biaya Operasional tiap unit x Compound Amount factor = Rp. 5.578.314 x 1,3310
v Biaya operasional tiap unit pada tahun 2016
= Biaya Operasional tiap unit x Compound Amount factor = Rp. 5.578.314 x 1,4641
= Rp. 8.167.209
Tabel 4.14. Biaya Operasional tahun 2012 – 2016 Inflasi 10%
Keterangan Jumlah
Biaya operasional Tahun 2012 Rp. 5,578,314
Biaya operasional Tahun 2013 Rp. 6,136,145
Biaya operasional Tahun 2014 Rp. 6,749,759 Biaya operasional Tahun 2015 Rp. 7,424,736
Biaya operasional Tahun 2016 Rp. 8,167,209
Sumber : Perhitungan
4.3.3. Per hitungan Har ga Pokok Penjualan
Tabel 4.15. Harga pokok dan harga jual pada tiap tipe tahun 2013 Inflasi 10%
Profit Keter angan
Type
Total
67/85 70/88 72/90 75/92
160%
Unit Pembangunan 10 20 20 20 70
Luas tanah unit hunian
(m2) 850 1760 1800 1840 6250
Har ga Pokok Tanah
(Rp) 311,850.00
Per
m2 265,072,500.00 548,856,000.00 561,330,000.00 573,804,000.00 1,949,062,500.00
Bangunan dalam pelaksanaan (Rp) 1,385,456,820.00 2,894,984,400.00 2,977,698,240.00
3,101,769,000.00 10,359,908,460.00
Biaya Oper asional (Rp)
6,136,145.00
Per
unit 61,361,450.00 122,722,900.00 122,722,900.00
122,722,900.00 429,530,150.00 Har ga Pokok Selain
Perhitungan tipe 67/85 tahun 2013
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit
hunian
= Rp. 311.850 x 850 = Rp. 265,072,500.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 1,385,456,820.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x jumlah unit bangunan
= Rp. 6,136,145.00 x 10 = Rp. 61,361,450.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 1,385,456,820.00 + Rp. 61,361,450.00 = Rp. 1,446,818,270.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain
tanah
= Rp. 265,072,500.00 + Rp. 1,446,818,270.00
= Rp. 1,711,890,770.00
• Harga Pokok per unit = Total Harga Pokok : Jumlah unit pembangunan
= Rp. 1,711,890,770.00 : 10 = Rp. 171,189,077.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 311,850.00 (160%) x 850 +
Rp. 1,446,818,270.00
= Rp. 498.960 x 850 + Rp. 1,446,818,270.00
= Rp. 1,870,934,270.00
Perhitungan tipe 70/88 tahun 2013
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit hunian
= Rp. 311,850.00 x 1.760 = Rp. 548,856,000.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 2,894,984,400.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x jumlah unit bangunan
= Rp. 6,136,145.00 x 20 = Rp. 122,722,900.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 2,894,984,400.00 + Rp. 122,722,900.00
= Rp. 3,017,707,300.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain tanah
= Rp. 548,856,000.00 + Rp. 3,017,707,300.00
= Rp 3,566,563,300.00
• Harga Pokok perunit = Total Harga Pokok : Jumlah unit pembangunan
= Rp. 3,566,563,300.00 : 20 = Rp. 178,328,165.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 311,850.00 (160%) x 1760 +
Rp. 3,017,707,300.00
= Rp. 498.960 x 1760 + Rp. 3,017,707,300.00
= Rp. 3,895,876,900.00
Perhitungan tipe 72/90 tahun 2013
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit
hunian
= Rp. 311,850.00 x 1.800 = Rp. 561,330,000.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 2,977,698,240.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x jumlah unit bangunan
= Rp. 6,136,145.00 x 20 = Rp. 122,722,900.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 2,977,698,240.00 + Rp. 122,722,900.00
= Rp. 3,100,421,140.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain
tanah
= Rp. 561,330,000.00 + Rp. 3,100,421,140.00
= Rp. 3,661,751,140.00
• Harga Pokok per unit = Total Harga Pokok : Jumlah unit
pembangunan
= Rp. 3,661,751,140.00 : 20 = Rp. 183,087,557.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 311,850.00 (160%) x 1800 +
Rp. 3,100,421,140.00
= Rp. 498.960 x 1800 + Rp. 3,100,421,140.00
= Rp. 3,998,549,140.00
Perhitungan tipe 75/92 tahun 2013
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit
hunian
= Rp. 311,850.00 x 1840 = Rp. 573,804,000.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 3,101,769,000.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x jumlah unit bangunan
= Rp. 6,136,145.00 x 20 = Rp. 122,722,900.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 3,101,769,000.00 + Rp. 122,722,900.00
= Rp. 3,224,491,900.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain tanah
= Rp. 573,804,000.00 + Rp. 3,224,491,900.00
= Rp. 3,798,295,900.00
• Harga Pokok per unit = Total Harga Pokok : Jumlah unit pembangunan
= Rp. 3,798,295,900.00 : 20 = Rp. 189,914,795.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 311,850.00 (160%) x 1840 +
Rp. 3,224,491,900.00
= Rp. 498.960 x 1840 + Rp. 3,224,491,900.00
= Rp. 4,142,578,300.00
Tabel 4.16. Harga pokok dan harga jual pada tiap tipe tahun 2014 Inflasi 10%
Profit Keter angan
Type
Total
67/85 70/88 72/90 75/92
160%
Unit Pembangunan 20 20 20 40 100
Luas tanah unit hunian
(m2) 1700 1760 1800 3680 8940
Har ga Pokok Tanah (Rp)
377,339.00
Per
m2 641,476,300.00 664,116,640.00 679,210,200.00 1,388,607,520.00 3,373,410,660.00
Bangunan dalam pelaksanaan (Rp) 3,048,004,200.00 3,184,482,000.00 3,275,467,200.00
6,823,890,000.00 16,331,843,400.00
Biaya Operasional (Rp)
6,749,759.00
Per
unit 134,995,180.00 134,995,180.00 134,995,180.00
269,990,360.00 674,975,900.00 Har ga Pokok Selain
Perhitungan tipe 67/85 tahun 2014
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit
hunian
= Rp. 377,339.00 x 1700 = Rp. 641,476,300.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 3,048,004,200.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x Jumlah unit bangunan = Rp. 6,749,759.00 x 20 = Rp. 134,995,180.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 3,048,004,200.00 + Rp. 134,995,180.00
= Rp. 3,182,999,380.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain
tanah
= Rp. 641,476,300.00 + Rp. 3,182,999,380.00
= Rp. 3,824,475,680.00
• Harga Pokok per unit = Total Harga Pokok : Jumlah unit
pembangunan
= Rp. 3,824,475,680.00 : 20 = Rp. 191,223,784.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 377,339.00 (160%) x 1700 +
Rp. 3,182,999,380.00
= Rp. 603.742 x 1700 + Rp. 3,182,999,380.00
= Rp. 4,209,361,460.00
Perhitungan tipe 70/88 tahun 2014
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit hunian
= Rp. 377,339.00 x 1760 = Rp. 664,116,640.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 3,184,482,000.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x jumlah unit bangunan
= Rp. 6,749,759.00 x 20 = Rp. 134,995,180.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 3,184,482,000.00 + Rp. 134,995,180.00
= Rp. 3,319,477,180.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain tanah
= Rp. 664,116,640.00 + Rp. 3,319,477,180.00
= Rp. 3,983,593,820.00
• Harga Pokok per unit = Total Harga Pokok : Jumlah unit pembangunan
= Rp. 3,983,593,820.00 : 20 = Rp. 199,179,691.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 377,339.00 (160%) x 1760 +
Rp. 3,319,477,180.00
= Rp. 603.742 x 1760 + Rp. 3,319,477,180.00
= Rp. 4,382,063,804.00
Perhitungan tipe 72/90 tahun 2014
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit hunian
= Rp. 377,339.00 x 1800 = Rp. 679,210,200.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 3,275,467,200.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x jumlah unit bangunan
= Rp. 6,749,759.00 x 20 = Rp. 134,995,180.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 3,275,467,200.00 + Rp. 134,995,180.00
= Rp. 3,410,462,380.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain tanah
= Rp. 679,210,200.00 + Rp. 3,410,462,380.00
= Rp. 4,089,672,580.00
• Harga Pokok per unit = Total Harga Pokok : Jumlah unit pembangunan
= Rp. 4,089,672,580.00 : 20 = Rp. 204,483,629.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 377,339.00 (160%) x 1800 +
Rp. 3,410,462,380.00
= Rp. 603.742 x 1800 + Rp. 3,410,462,380.00
= Rp. 4,497,198,700.00
Perhitungan tipe 75/92 tahun 2014
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit hunian
= Rp. 377,339.00 x 3680 = Rp. 1,388,607,520.00
• Bangunan dalam pelaksanaan = Rp. 6,823,890,000.00 (Lihat Tabel 4.4 – 4.7)
• Biaya Operasional = Biaya operasional per unit x jumlah unit bangunan
= Rp. 6,749,759.00 x 40 = Rp. 269,990,360.00
• Harga pokok selain tanah = Bangunan dalam pelaksanaan + Biaya operasional
= Rp. 6,823,890,000.00 + Rp. 269,990,360.00
= Rp. 7,093,880,360.00
• Total Harga Pokok = Harga pokok tanah + Harga pokok selain tanah
= Rp. 1,388,607,520.00 + Rp. 7,093,880,360.00
= Rp. 8,482,487,880.00
• Harga Pokok per unit = Total Harga Pokok : Jumlah unit pembangunan
= Rp. 8,482,487,880.00 : 40 = Rp. 212,062,197.00
• Total Harga Jual = Harga Pokok Tanah / m2 (Profit 160%) x Luas Lahan + Harga Pokok Selain Tanah = Rp. 377,339.00 (160%) x 3680 +
Rp. 7,093,880,360.00
= Rp. 603.742 x 3680 + Rp. 7,093,880,360.00
= Rp. 9,315,652,392.00
Tabel 4.17. Harga pokok dan harga jual pada tiap tipe tahun 2015 Inflasi 10%
Profit Keter angan
Type
Total
67/85 70/88 72/90 75/92
160%
Unit Pembangunan 40 20 20 30 110
Luas tanah unit hunian
(m2) 3400 1760 1800 2760 9720
Har ga Pokok Tanah (Rp)
502,238.00
Per
m2 1,707,609,200.00 883,938,880.00 904,028,400.00 1,386,176,880.00 4,881,753,360.00 Bangunan dalam pelaksanaan (Rp) 6,705,609,240.00 3,502,930,200.00 3,603,013,920.00
5,629,709,250.00 19,441,262,610.00
Biaya Oper asional (Rp)
7,424,736.00
Per
unit 296,989,440.00 148,494,720.00 148,494,720.00
222,742,080.00 816,720,960.00 Har ga Pokok Selain
Perhitungan tipe 67/85 tahun 2015
• Harga pokok tanah = Harga pokok tanah /m2 x luas lahan unit hu