• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP ST.ANTONIUS BANGUN MULIA MEDAN T.A 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP ST.ANTONIUS BANGUN MULIA MEDAN T.A 2014/2015."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS

VII S MP ST. ANTO NIUS BANGUN MULIA MEDAN T.A 2014/ 2015

Oleh: Novita Sembiring

NIM 4103311037

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala anugrah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

sesuai dengan yang direncanakan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor UNIMED

beserta seluruh Pembantu Rektor, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D, selaku

Dekan beserta seluruh Pembantu Dekan di FMIPA UNIMED, Bapak Drs. Syafari,

M.Pd, selaku Ketua Jurusan Matematika dan pegawai di jurusan Matematika,

Bapak Drs. Zul Amry, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Matematika.

Ucapan terima kasih juga diucapkan kepada Bapak Togi, M.Pd selaku Dosen

Pendidikan Akademik. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan

kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai

dengan selesainya penulisan skripsi ini. Juga terima kasih penulis ucapkan kepada

Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd, Bapak Dr. Edy Surya, M.Si dan Ibu Dra. Katrina

Samosir, M.Pd, selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah memberikan

masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan

skripsi ini dan seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika

FMIPA UNIMED yang sudah banyak membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Sembiring

selaku kepala sekolah SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan, Ibu E. Simalango

selaku Guru Matematika SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan serta Guru/Staf

Pegawai SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan yang telah banyak membantu

penulis dan mengarahkan penulis selama penelitian.

Teristimewa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua orang

tua saya, Bapak P. Sembiring dan Ibunda tercinta I. Damanik yang menjadi

sumber motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada abang dan adik penulis

(4)

sepupu dan keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat

untuk penulis.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman

seperjuangan yang telah mendukung selama awal perkuliahan hingga penyusunan

skripsi ini di kelas ekstensi 2010 serta kepada sahabat-sahabat Mutiara Tambunan,

Putri Febrini Sianturi, Lita Yustina Butar-butar, Novita Ratu Sianipar, Netti

Padang yang telah memberikan semangat, dukungan serta doa kepada penulis

dalam menyelesaikan studi di Universitas Negeri Medan serta teman-teman

lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan terkhusus penulis

ucapkan terima kasih untuk Heri Manta Ginting yang telah menemani serta

memotivasi penulis dari awal perkuliahan hingga selesai.

Penulis telah berupaya dalam penyusunan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya namun penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan memperkaya

khasanah ilmu pendidikan kita.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas semua dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2014

Penulis

(5)

ii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP ST.ANTONIUS BANGUN

MULIA MEDAN T.A 2014/2015 Novita Sembiring ( 4103311037)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan model pemebelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII3 SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan yang berjumlah 35 orang. Objek dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi dan dokumentasi. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, masing-masing terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu diberikan tes awal dan pada awal siklus dibentuk kelompok belajar yang dipilih secara random dan di akhir siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah. Dari hasil analisis data diperoleh tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah setelah diterapkannya pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus I melalui tes kemampuan pemecahan masalah I adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 72,17 atau 26 orang siswa (74,2%) dari 35 siswa telah mencapai tingkat ketuntasan secara individu. Sedangkan pada siklus II melalui tes kemampuan pemecahan masalah II, tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 79,3 dengan jumlah siswa yang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 31 orang siswa (88,6%) dari 35 siswa. Sehingga mengalami peningkatan sebesar 14,4%. Adapun ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 72,17%. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah 88,13%. Jadi, ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 7,94%. Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar klasikal maka pembelajaran ini telah mencapai target ketuntasan belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan. Saran yang diajukan yaitu guru dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai alternatif dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembaran Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar grafik xi

Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 8

1.3.Batasan Masalah 8

1.4.Rumusan Masalah 9

1.5.Tujuan Penelitian 9

1.6.Manfaat Penelitian 9

1.7.Definisi Operasional 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kerangka Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Belajar 11

2.1.2. Pembelajaran Matematika 12

2.1.3. Masalah Dalam Matematika 14

2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 15

2.1.5. Kesulitan Belajar Siswa dalam Pemecahan Masalah 19

2.1.6. Alat Evaluasi Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 20

2.1.7. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 22

2.1.7.1. Pengertian Model Pembelajaran 22

(7)

vii

2.1.7.3. Teori Belajar Yang Relevan Pendukung Model PBM 24

2.1.7.4. Karakteristik Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 26

2.1.7.5. Langkah- langkah Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 27

2.1.7.6. Keunggulan & Kelemahan Model PBM 28

2.1.7.7. Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 29

2.1.8. Materi Bilangan Bulat 32

2.1.8.1. Bilangan Bulat 32

2.1.8.2. Operasi Bilangan Bulat 33

2.1.9. Kajian Penelitian yang Relevan 41

2.2. Kerangka Konseptual 42

2.3. Hipotesis Tindakan 44

BAB III METODE PENELITIAN 45

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 45

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 45

3.3. Jenis Penelitian 45

3.4. Prosedur Penelitian 45

3.4.1 Prosedur Penelitian Siklus I 46

3.4.2 Prosedur Penelitian Siklus II 51

3.5. Alat Pengumpul Data 55

3.5.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa 55

3.5.2. Observasi 56

3.5.3. Dokumentasi 56

3.6. Teknik Analisis data 56

3.6.1.Menganalisis Data Hasil Observasi Pengelolaan

Pembelajaran Guru 57

3.6.2.Menganalisis Data Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui 58

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 62

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 62

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus I 62

4.1.1.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 62

4.1.1.2 Observasi I 67

4.1.1.3Refleksi I 68

4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Pada Siklus II 72

4.1.2.1 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 73

4.1.2.2 Observasi II 77

4.1.2.3 Refleksi II 78

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 83

4.2.1Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Tes 83

Kemampuan Pemecahan Masalah

4.2.2 Peningkatan Pengelolaan Pembelajaran 85

4.3 Temuan Penelitian 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 87

5.1 Kesimpulan 87

5.2 Saran 88

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Teknik Penskoran 21

Tabel 2.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran PBM 27

Tabel 3.1. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 58

Tabel 3.2. Norma Absolut Skala Lima 59

Tabel 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah

Pada TKPM I 63

Tabel 4.2. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM I 63

Tabel 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM I 64

Tabel 4.4. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Penyelesaian

Pemecahan Masalah Pada TKPM I 65

Tabel 4.5. Deskripsi Hasil Observasi Guru MelakukanPembelajaran

Pada Siklus I 67

Tabel 4.6. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM I 69

Tabel 4.7. Tingkat Kemampuan Siswa Memahami Masalah

Pada TKPM II 73

Tabel 4.8. Tingkat Kemampuan Siswa Merencanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM II 74

Tabel 4.9. Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan

Masalah Pada TKPM II 75

Tabel 4.10. Tingkat Kemampuan Siswa Memeriksa kembali Penyelesaian

Pemecahan Masalah Pada TKPM II 75

Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Guru MelakukanPembelajaran

Pada Siklus II 77

Tabel 4.12. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah 79

Tabel 4.13. Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKPM II 79

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

xi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I 65

Grafik 4.2 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah I 66

Grafik 4.3 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKPM I 66

Grafik 4.4 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah II 76

Grafik 4.5 Jumlah Siswa yang Tuntas pada Tiap Tahap Pemecahan Masalah II 76

(12)

1

memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting untuk menjamin

perubahan kelangsungan hidup suatu negara dan bangsa, dan menghasilkan

sumber daya manusia yang bermutu dan berkualitas yang dapat membangun dan

memajukan negara sesuai dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan teknologi.

Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang

memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu

terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Seperti yang

dikemukakan Trianto (2009 : 2) yang menyatakan bahwa :

Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.

Matematika merupakan salah satu dari ilmu pendidikan yang secara

mendasar berkembang dalam kehidupan masyarakat dan sangat dibutuhkan dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang kemukakan oleh

Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009 : 253) bahwa

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan ketrampilan matematika yang sesuai; (3)merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran, keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.

Selanjutnya Hudojo (2005:3) juga mengatakan bahwa:

(13)

2

Disamping itu matematika merupakan ilmu yang mendasari

perkembangan teknologi dan meningkatkan daya pikir manusia. Karena dengan

belajar matematika diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan

berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasan serta dapat mengembangkan

aktivitas kreatif dan pemecahan masalah. Selain itu, siswa akan lebih mudah

memahami pelajaran lainnya, khususnya pelajaran di bidang eksakta, sebab

kemampuan berpikir kritis, analisis dan keaktifan siswa belajar berkembang

seiring dengan berkembangnya kemampuan matematika siswa.

Hal senada dikemukakan Jihad (2008 :156) menyatakan bahwa:

Matematika sebagai proses yang aktif, dinamik, dan generatif melalui kegiatan matematika (“doing mathematics”), memberikan sumbangan yang penting bagi peserta didik dalam pengembangan nalar, berfikir logis, sistematik, kritis dan cermat, serta bersikap obyektif dan terbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan.

Tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa

yang memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat sulit,

membosankan, bahkan menakutkan. Abdurrahman (2009:252) mengemukakan

bahwa, “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika

merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang

tidak berkesulitan belajar terlebih- lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Kesulitan yang dialami siswa berdampak pada mutu pendidikan Indonesia

terutama bidang studi Matematika. Berdasarkan laporan dari Trends in

International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas

VIII Indonesia tahun 2011, untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan

ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini

turun 11 poin dari penilaian tahun 2007 (Kompas, 2012/12/14).

Dari kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa kualitas

pendidikan matematika masih rendah dan belum sesuai yang diharapkan. Untuk

mengatasi rendahnya nilai matematika tersebut, para pendidik berusaha

mengadakan perbaikan dan peningkatan dari segi yang menyangkut pendidikan

matematika. Sedangkan berdasarkan hasil belajar matematika, Lenner (dalam

(14)

matematika hendaknya mencakup tiga elemen,(1) konsep, (2) keterampilan, (3)

pemecahan masalah”.

Dari pernyataan tersebut, salah satu aspek yang ditekannkan dalam

kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa, karena

dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya siswa dimungkinkan

memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang

sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak

rutin. Mustofa (2014) menyatakan bahwa :

Pemecahan masalah merupakan latihan bagi siswa untuk berhadapan dengan sesuatu yang tidak rutin dan kemudian mencoba menyelesaikannya. Ini adalah salah satu kompetensi yang harus ditumbuhkan pada diri siswa. Kompetensi seperti ini ditumbuhkan melalui bentuk pemecahan masalah.

Hal senada juga dikemukakan Sagala (2009) bahwa menerapkan

pemecahan masalah dalam proses pembelajaran penting, karena selain para siswa

mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah- masalah mereka,

mereka juga termotivasi untuk bekerja keras.

Kesulitan tersebut terletak pada sulitnya siswa menyelesaikan soal cerita

matematika serta kurangnya petunjuk tentang langkah-langkah yang harus

ditempuh dalam membuat kalimat matematika. Abdurrahman (2009: 257)

mengemukakan bahwa: “Dalam menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami banyak kesulitan. Kesulitan tersebut tampak terkait dengan pengajaran

yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu

memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh”. Kesulitan

dalam belajar matematika mengakibatkan kemampuan pemecahan masalah siswa

rendah. Siswa cenderung menghafalkan konsep-konsep matematika sehingga

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah sangat kurang.

Selain kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa itu sendiri, rendahnya

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa juga disebabkan oleh metode

pembelajaran yang masih berpusat pada guru (teacher centered). Seperti model

pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi dan cenderung monoton yang

(15)

4

bosan yang menyebabkan pencapaian kemampuan dan hasil belajar tidak

optimal. Hal ini juga membuat siswa kurang aktif mendapatkan informasi atau

konsep sebagai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus dituntut untuk

menciptakan dan menerapkan suatu strategi dalam pembelajaran matematika.

Guru juga harus memperhatikan tingkat kemampuan siswa yang berbeda, karena

tidak jarang dalam satu kelas terdapat perbedaan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan pemecahan masalah yang diberikan. Lebih jauh lagi bahkan siswa

kurang mengerti dalam menentukan masalah dan merumuskannya.

Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan beberapa faktor, seperti halnya

situasi kelas yang merupakan lingkungan pendukung lancarnya proses belajar

mengajar. Selain itu rendahnya pemahaman siswa terhadap matematika

dikarenakan matematika merupakan ilmu yang objek kajiannya (abstrak) sehingga

tidak jarang siswa mengalami kesulitan menguraikan konsep.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,

hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan bentuk

pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Seperti memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna

mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas

suatu masalah.

Arends (2012: 243) menyatakan : “it is strange that we expect students to

learn yet seldom teach then about learning, we expect students to solve problems

yet seldom teach about problem solving,” yang berarti dalam mengajar guru selalu

menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang

bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan

masalah, tetapi jarang mengajarakan bagaimana siswa untuk menyelesaikan

masalah.

Oleh sebab itu pembelajaran yang berpusat pada guru sudah sewajarnya

diubah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa. Jadi, variasi dalam

pembelajaran juga merupakan salah satu faktor lesunya siswa dalam mengikuti

proses belajar mengajar (PBM) sehingga berakibat pada tingkat ketuntasan belajar

(16)

oleh pihak sekolah. Aktivitas belajar mengajar seperti ini jelas akan menghambat

tujuan pembelajaran yang tercantum dalam standar kompetensi maupun

kompetensi dasar. Jika hal ini berlangsung terus menerus maka pendidikan yang

diselenggarakan dapat dikatakan gagal karena tidak mengajak para pembelajar

untuk turut aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti dikelas VII3 SMP

Swasta St.Antonius Medan pada tanggal 12 Februari 2014 menunjukkna bahwa:

“Pembelajaran matematika masih bertumpu pada aktivitas guru artinya guru memberikan pembelajaran langsung, konsep dan aturan matematika diberikan

dalam bentuk jadi, pemberian contoh dan pemberian tugas di rumah, kegiatan

siswa hanya mendengarkan ceramah dan mengerjakan soal yang diberikan oleh

guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar”.

Ditinjau dari cara belajar yang dilakukan oleh siswa, diketahui bahwa

mereka kurang termotivasi untuk belajar. Saat guru menerangkan pelajaran,

sebagian besar siswa tidak memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Mereka

hanya mencatat, meskipun tidak memahami yang mereka catat. Apabila siswa

mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran, maka hanya satu atau dua orang

siswa saja yang bertanya. Siswa merasa takut bertanya kepada guru. Demikian

juga saat menanggapi pertanyaan yang diajukan guru, siswa tidak mau

mengacungkan tangan sebagai tanda ingin menjawab walaupun ada di antara

mereka yang tahu menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pelajaran matematika di dalam kelas masih berpusat pada guru.

Sehubungan dengan hal tersebut, melalui wawancara yang dilakukan

peneliti dengan salah seorang guru matematika kelas VII SMP St. Antonius

Bangun Mulia Medan yaitu Ibu E. Simalango menyatakan bahwa :

(17)

6

pembelajaran banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah 70.

Berdasarkan informasi dari guru matematika tersebut yang menjadi salah

satu masalah adalah siswa kurang mengerti dalam langkah penyelesaian masalah

matematika dan soal yang diberikan adalah soal yang dapat diselesaikan melalui

prosedur yang sudah ada. Dari hal tersebut muncul indikasi bahwa kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa masih tergolong rendah.

Pernyataan ini juga dikuatkan melalui tes studi pendahuluan kepada siswa

kelas VII3 SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan yang dilakukan peneliti. Dari 2

soal yang diberikan kepada 35 orang siswa, hanya 1 orang siswa (2,8%) yang

menjawab soal nomer 1 dengan benar dan 7 orang siswa (20%) yang menjawab

soal nomer 2 dengan benar. Dan tidak ada seorag siswa pun (0%) yang mampu

menjawab dengan benar soal sekaligus. Nilai rata- rata siswa yang didapat 47,9.

Hasil tes tersebut menunjukkan bahwa siswa hanya dapat menyelesaikan soal

yang dapat diselesaikan melalui prosedur yang ada. Tetapi ketika soal tersebut

dibuat dalam bentuk masalah kontekstual, banyak dari murid tidak mengerti

menyelesaikan soal tersebut dengan tepat. Oleh karena itu secara keseluruhan

dibuat kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam pemecahan masalah masih

rendah.

Selanjutnya, berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di

sekolah tersebut memaparkan bahwa siswa kesulitan dalam memecahkan masalah

matematika, sehingga soal dalam bentuk permasalahan jarang sekali diberikan

kepada siswa. Hal ini menunjukan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

matematika yang telah disebutkan di atas masih mengalami kendala dalam

pencapaian tujuan di sekolah tersebut.

Salah satu kesulitan siswa dalam memecahkan masalah matematika

menurut guru di sekolah tersebut adalah pada materi kubus dan balok. Kesulitan

yang dialami oleh siswa diantaranya adalah kesulitan dalam memahami masalah,

kesulitan dalam memodelkan permasalahan kedalam bentuk matematis serta

(18)

Bilangan merupakan sebuah meteri dari beberapa materi yang terdapat pada

aljabar. Sehingga jika siswa kesulitan dalam memecahkan masalah pada materi

bilangan bulat khususnya maka dimungkinkan siswa akan kesulitan dalam

memecahkan masalah pada materi aljabar yang lainnya, karena pada dasarnya

materi matematika itu saling berkaitan satu sama lain. Menurut Trianto (2009)

sebagian besar siswa hanya menghapal konsep dan kurang mampu menggunakan

konsep tersebut jika menemukan masalah dalam kehidupan nyata yang berkaitan

dengan konsep matematika yang dimiliki. Hal inilah dimungkinkan menjadi salah

satu penyebab siswa kesulitan dalam memecahkan masalah matematika.

Salah satu cara yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

siswa adalah dengan pembelajaran berdasarkan masalah yang menunjang

pembelajaran di dalam kelas. Model pembelajaran berdasarkan masalah

merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang daat memberikan kondisi aktif

kepada siswa.

Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu model

pembelajaran yang dimulai dengan pemberian masalah kepada siswa. Ciri-ciri

pembelajaran masalah adalah melibatkan masalah yang memiliki konteks dengan

dunia nyata, memampukan siswa terampil memecahkan masalah,

mengembangkan materi pengetahuan melalui bimbingan dan penyediaan sumber

belajar. Secara garis besar dapat disimpulakn bahwa PBM adalah suatu cara yang

mendorong pemahaman lebih dalam dari suatu materi, bukan pemahaman yang

dangkal, dan merupakan pembelajaran yang berorientasi pada masalah sehingga

siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan dasar selama belajar, tetapi

memperoleh pengalaman bagaimana menggunakan pengetahuannya untuk

menyelesaikan permasalahan yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan

(19)

8

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit.

2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) dalam

pembelajaran matematika.

3. Siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal- soal baru atau soal- soal yang

berbeda dengan contoh yang dibuat guru.

4. Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam memecahkan masalah

matematika.

5. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

6. Belum pernah diterapkan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada

materi bilangan bulat di kelas VII SMP St. Antonius Bangun Mulia Medan.

1.3Pembatasan Masalah

Melihat luasnya cakupan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka peneliti

memberikan batasan terhadap masalah pada penerapan model pembelajaran

berdasarkan masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius

Bangun Mulia Medan T.A 2014/2015.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah:

Apakah penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi

bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A

(20)

1.5Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bahwa penerapan model pembelajaran berdasarkan

masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika pada

materi bilangan bulat di kelas VII SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan T.A

2014/2015

1.6Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

masukan yang berarti terhadap peningkatan kualitas pendidikan, terutama:

1. Bagi guru, sebagai bahan masukan untuk dapat memperluas wawasan

pengetahuan mengenai model pembelajaran dalam membantu siswa

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran Berbasisi Masalah diharapkan

siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

3. Bagi pihak sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat

dalam peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan

atau bahan rujukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya

pelajaran matematika.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan sebagai bekal ilmu pengetahuan

dalam mengajar matematika pada masa yang akan datang dan sebagai bahan

studi banding penelitian yang relevan dikemudian hari.

1.7Definisi Operasional

1. Strategi pembelajaran berdasarkan masalah adalah rangkaian aktivitas

pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang

dihadapi secara ilmiah untuk meningkatkan peguasaan siswa terhadap

materi , melatih keterampilan pemecahan masalah siswa dan menunjukkan

hubungan antara teori dan kenyataan kepada siswa.

2. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat

(21)

10

tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide.

3. Pemecahan masalah matematika merupakan kegiatan menyelesaiakan soal

cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin sehingga dapat mengaplikasikan

matematika dalam kehidupan sehari- hari.

4. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah nilai hasil

belajar siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran berdasarkan masalah dalam menyelesaikan soal- soal

pemecahan masalah pada materi bilangan bulat.

5. Bilangan merupakan suatu konsep dalam matematika yang digunakan untuk

menyatakan nilai suatu satuan. Untuk menyatakan nilai satuan tersebut,

digunakanlah lambang bilangan berbentuk tulisan yang disebut angka (yaitu

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

Pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII

SMP St.Antonius Bangun Mulia Medan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Sebelum memberikan tindakan, terlebih dahulu

diberikan tes awal dan setiap akhir siklus diberikan tes kemampuan siswa

memecahkan masalah. Tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah setelah

diterapkannya model pembelajaran berdasarkan masalah pada siklus I melalui tes

kemampuan pemecahan masalah I adalah tinggi dengan nilai rata- rata kelas

adalah 72,17 atau 26 orang siswa (74,2%) dari 35 siswa telah mencapai tingkat

ketuntasan belajar secara individu dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I

sebesar 72,17%. Sedangkan pada siklus II melalui tes kemampuan pemecahan

masalah II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah

tinggi dengan nilai rata-rata kelas adalah 79,3 dengan jumlah siswa yang telah

mencapai tingkat ketuntasan belajar secara individu sebanyak 31 orang siswa

(88,6%) dari 35 siswa dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II adalah

88,13%. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar klasikal pada siklus I dan II, maka

ketuntasan belajar siswa meningkat sebesar 7,94%. Berdasarkan hasil observasi

yang dilakukan observer, diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakn

guru pada siklus I dengan menerapkan pembelajaran berdasrkan masalah

dikategorikan baik dengan nilai rata- rata 2,38 dan pada siklus II tingkat

kemampuan peneliti mengelola pembelajaran meningkat dan berada pada kategori

(23)

88

5.2 Saran

Adapun Saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Kepada guru khususnya guru matematika disarankan memperhatikan

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan melibatkan siswa dalam

proses belajar mengajar, dan mengguanakan pembelajaran matematika

berdasarkan masalah sebagai salah satu alternatif.

2. Kepada siswa disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau

ide- ide, memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan dapat

mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam pelajaran matematika.

3. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat

dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran matematika

berdasarkan masalah pada materi bilangan bulat ataupun materi lain yang

(24)

1

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Akçay, B., (2009), Problem-Based Learning in Science Education, Journal of TURKISH SCIENCE EDUCATION Volume 6, Issue 1.

Arends, R.I., (2012), Learning To Teach, Mc Graw Hill, New York.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.

Arikunto, S, dkk, (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Dahar, (2011). Teori- teoriBelajar & Pembelajaran. Jakarta :Erlangga.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010) Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa Program Studi Pendidikan. Medan: FMIPA Unimed

Hamalik, O., (2010), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Hudojo, H., (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Universitas Negeri Malang, Malang.

KOMPAS, (2012), http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/09005434/ Prestasi.Sains.dan.Matematika.Indonesia.Menurun.

Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Press

Muslich, M., (2009), KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Bumi Aksara, Jakarta.

Mustofa. 2014. Keterampilan Pemecahan Masalah, (http://amustofa.brinkster. net/pdf)

(25)

90

Purwanto, N., (2009), Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Penerbit Remaja Rosdakarya, Bandung

Rusman, (2012), Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sagala, H., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sanjaya. W., (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sihombing, WL., (2012), Telaah Kurikulum (Pendidikan Matematika Sekolah), UNIMED, Medan.

Sinaga, B, dkk. (2013). Matematika SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudijno, A., (2009), Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suprijono, A., (2010), Cooperatif Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), Pustaka Pelajar, Surabaya.

Suryana, Y., (2010), Meningkatkan Kemampuan Pengajuan Masalah Dan Penyelesaian Masalah Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Upi Kampus Tasikmalaya, Jurnal Pendidikan Dasar.

Gambar

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Grafik 4.1 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah I

Referensi

Dokumen terkait

Maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran kualitas hidup penderita melasma pada ibu-ibu pengunjung Posyandu di Kelurahan Tanjung Rejo, Kota Medan..

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan profitabilitas perusahaan manufaktur sebelum dan sesudah melakukan akuisisi berdasarkan laporan keuangan SAK

Beranjak dari kenyataan yang ada maka penelitian tentang pasar uang yang ditinjau dari segi norma hukum Islam mencoba untuk mengetahui apakah mekanisme transaksi

PKK DAS Citarum 2 2  Pihak ini memiliki kepentingan terhadap keberlanjutan jasa lingkungan DAS namun pihak ini bukan merupakan prioritas dari tujuan mekanisme =>skor 2?.

rotundus terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan perkembangan gulma berdaun lebar lebar ( Asystasia gangetica , Mimosa pigra, Borreria alata ) dan kedelai

[r]

Jadi bagas tebu dapat menghasilkan biogas sebagai sumber energi alternatif dengan menggunakan bakteri termofilik kotoran

Dari pendapat yang diuraikan di atas maka inquiry mengandung arti suatu cara pemerolehan atau menemukan informasi dari bertanya, atau pemeriksaan, penyelidikan, menganalisis