• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI I NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI I NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI

(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI I NOGOSARI

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(

Penelitian Tindakan Kelas

)

Oleh:

NISA USWATI NURDIN

K7407110

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

ii

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI

(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI I NOGOSARI

KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

(

Penelitian Tindakan Kelas

)

Oleh:

NISA USWATI NURDIN

K7407110

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

(4)

(5)

(6)

vi

ABSTRAK

Nisa Uswati Nurdin. K7407110. IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri I Nogosari Kabupaten Boyolali.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri I Nogosari, Boyolali yang berjumlah 32 siswa. Obyek penelitian pada penelitian tindakan ini adalah berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya proses pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru, dan melibatkan partisipasi siswa. Sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah informan, tempat atau lokasi, peristiwa, dokumen dan arsip. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, tes, dokumentasi, dan wawancara. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1) identifikasi masalah, (2) persiapan, (3) penyusunan rencana tindakan, (4) implementasi tindakan, (5) pengamatan, dan (6) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Alokasi waktu masing-masing pertemuan 4x45 menit.

(7)

vii

ABSTRACT

Nisa Uswati Nurdin. THE IMPLEMENTATION OF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION FOR IMPROVING ACADEMIC ACHIEVEMENT IN ACCOUNTING OF THE STUDENT IN CLASS XI IPS 1 OF SMA N I NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education. Eleven March Surakarta University, March 2011.

The purpose of this study is for knowing what cooperative learning Team Assisted Individualization can improving academic achievement in accounting of the student in class XI IPS I of SMA N I Nogosari Kabupaten Boyolali.

This research is a class action (classroom action research) using the cycle strategy.

The subject of this research is a class XI student IS 1 SMA Negeri 1 Nogosari Kabupaten Boyolali which totaled 32 students. The object of this action research study on the various activities that occur in the classroom during the learning process. This research was carried out with collaboration between researchers, classroom teachers and involve student participation. Technique of data collecting is done by testing, observation, documentation, and interviews. The procedure includes the stages of research: (1) identification of issues, (2) preparation, (3) preparation of action plans, (4) implementation of the action, (5) observations, and (6) preparation of reports. The research process was conducted in two cycles, each cycle consisting of four stages: (1) planning action, (2) implementation of the action, (3) observation and interpretation, and (4) analysis and reflection. Each cycle carried out in 2 meetings, allocation of time of each meeting 4 x 45 minutes.

(8)

viii

MOTTO

“Allah akan meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

(QS. Al Mujadalah: 11)

“Tekad merupakan sumber motivasi bagi kemajuan dan kesuksesan. Mereka yang

memiliki tekad yang kuat, dia bisa menciptakan apa yang tidak mungkin menjadi

mungkin”.

(Adrie Wongso)

“Kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, tetapi perlu perjuangan dan

keyakinan yang kuat untuk meraihnya”.

(Penulis)

“Ilmu lebih berharga daripada harta, karena ilmu tidak akan habis sampai akhir

hayat, tetapi harta akan habis dalam sekejap”.

(9)

ix

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa

sayang, cinta kasih penulis dan terima kasih penulis

kepada:

Ibu dan Bapak tersayang yang telah memberikan

banyak pengorbanan dan doa restu sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

lancar.

Adik-adikku tersayang Fazia dan Zadat yang

selalu membuatku tersenyum dan semangat.

Mas Murdi yang selalu memberikan doa,

semangat, dan pengorbanannya selama proses

skripsi.

Drs. Ngadiman, M.Si terima kasih untuk

motivasi dan bimbingan serta kesabarannya

selama ini.

Muhtar, S.Pd, M.Si terima kasih untuk

bimbingan dan motivasinya.

Semua sahabatku Kiky, Novi, Puput, Ratna,

Yamti terima kasih untuk motivasi dan doanya.

Semua anak-anak Akuntansi ‘07

(10)

x

KATA PENGANTAR

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2.Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial yang telah memberikan persetujuan skripsi.

3.Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi yang telah memberikan ijin penulisan skripsi.

4.Drs. Sudiyanto, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

bimbingan, doa, dan semangat.

5.Drs. Ngadiman, M.Si selaku Pembimbing I yang telah memberikan banyak

motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran.

6.Muhtar, S.Pd, M.Si selaku Pembimbing II yang telah memberikan dorongan

dan bimbingan dengan baik.

7.Suwardi, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri I Nogosari Boyolali terima

kasih atas ijin dan kemudahan bagi penulis dalam pelaksanaan penelitian.

8.Titik Syamsiyah, S.Pd selaku guru mata pelajaran akuntansi SMA Negeri I

Nogosari Boyolali yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian ini.

Terima kasih untuk bantuan waktu, tenaga serta pikiran dan juga doa yang

selalu diberikan kepada penulis.

9.Siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri I Nogosari Boyolali terima kasih atas

kerjasamanya dalam penelitian yang penulis lakukan.

10.Bapak Ibu tercinta, atas segala pengorbanannya baik moril maupun spiritual,

kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi penulis hingga

(11)

xi

11.Mas Murdi yang selalu memberiku semangat, membantuku dalam segala hal

dan terima kasih telah mewarnai hari-hariku selama ini dalam suka maupun

duka.

12.Sahabat-sahabatku, Novi, Ratna, Yamti, Puput dan Kiki terima kasih buat

senyum, doa dan semangatnya. Kalian selalu mewarnai hari-hariku dan

membuatku tersenyum.

13.Semua teman-teman seperjuangan khususnya teman-teman akuntansi ’07

kelas A dikala skripsi yang selalu membuatku bisa tersenyum.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Surakarta, April 2011

(12)

xii

DAFTAR ISI

JUDUL ………. i

HALAMAN PENGAJUAN ……… ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……… iii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iv

HALAMAN REVISI ………... v

ABSTRAK ……… vi

MOTTO ……… viii

PERSEMBAHAN ……… ix

KATA PENGANTAR ………. x

DAFTAR ISI ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xv

DAFTAR GAMBAR ……….. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ………..xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Identifikasi Masalah ……….. 6

C. Pembatasan Masalah ………. 6

D. Rumusan Masalah ………. 7

E. Tujuan Penelitian ……….. 7

F. Manfaat Penelitian ………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 9

A. Landasan Teori ……….. 9

1. Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ……….. 9

a. Pengertian Belajar ………... 9

b. Pengertian Pembelajaran ………... 11

c. Metode Pembelajaran ………. 13

(13)

xiii

e. Metode Pembelajaran Kooperatif TAI ……… 18

2. Hakikat Prestasi Belajar ……… 22

a. Pengertian Prestasi Belajar ………... 22

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ………… 23

c. Fungsi Prestasi ……… 25

3. Hakikat Akuntansi ……… 25

B. Hasil Penelitian yang Relevan ……….. 26

C. Kerangka Berpikir ……… 28

D. Hipotesis ……….. 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……… 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ……… 30

1. Tempat Penelitian ………. 30

2. Waktu Penelitian ………... 30

B. Subyek dan Obyek Penelitian ……… 31

1. Subyek Penelitian ………. 31

2. Obyek Penelitian ……….. 31

C. Sumber Data ……….. 31

D. Pendekatan Penelitian ……… 32

E. Teknik Pengumpulan Data ……… 35

F. Prosedur Penelitian ……… 36

G. Proses Penelitian ……… 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 41

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ………... 41

1. Sejarah dan Perkembangan SMA N I Nogosari, Boyolali ……… 41

2. Identitas Sekolah ………... 42

3. Visi dan Misi SMA N I Nogosari Kabupaten Boyolali …………. 42

4. Sarana dan Prasarana ………. 43

(14)

xiv

1. Ditinjau dari segi Siswa ……… 44

2. Ditinjau dari segi Guru ……….. 45

C. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 45

1. Siklus I ………... 46

a. Perencanaan Tindakan Siklus I ………. 46

b. Pelaksanaan Tindakan I ……… 49

c. Observasi dan Interpretasi ……… 52

d. Analisa dan Refleksi Tindakan ……… 53

2. Siklus II ………. 54

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ……… 54

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ……… 57

c. Observasi dan Interpretasi ……… 59

d. Analisa dan Refleksi Tindakan ……… 60

D. Pembahasan ……….. 61

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN……….. 66

A. Simpulan………. 66

B. Implikasi………. 67

C. Saran……… 68

DAFTAR PUSTAKA ……….. 70

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel

1.Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian ……….. 30

2.Indikator Ketercapaian ………. 39

3.Sarana dan Prasarana SMA N I Nogosari, Boyolali………. 43

4.Nilai Awal Siswa sebelum Penerapan TAI ………. 46

5.Rincian Hasil Observasi Keaktifan Siswa ……… 62

6.Rincian Hasil Ketuntasan Prestasi Belajar Siswa ……… 62

7.Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N I Nogosari Boyolali………… 75

8.Daftar Kelompok Belajar TAI ……….. 76

9.Perolehan Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I……… 90

10.Perolehan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ………. 93

11.Peningkatan Hasil Belajar Kelompok Siklus I ………. 95

12.Perolehan Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ……….110

13.Perolehan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ………113

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Kerangka Pemikiran ……….. 29

2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ………. 34

3. Grafik Hasil Penelitian Siklus I dan II ……….. 64

4. Suasana Pembelajaran Siklus I………... 89

5. Evaluasi Siklus I ……… 89

6. Suasana Pembelajaran Siklus II ……….113

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Catatan Lapangan 1 ……… 73

Lampiran 2. Daftar Nama Siswa Kelas XI IPS 1 SMA N I Nogosari …….. 75

Lampiran 3. Kelompok Belajar Team Assisted Individualization……… 76

Lampiran 4. Catatan Lapangan 2 ……….. 78

Lampiran 5. Catatan Lapangan 3 ……….. 79

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 81

Lampiran 7. Soal Evaluasi Siklus I……… 87

Lampiran 8. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ……….. 88

Lampiran 9. Suasana Pembelajaran Siklus I ………. 89

Lampiran 10. Perolehan Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I………… 90

Lampiran 11. Perolehan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ………….. 93

Lampiran 12. Peningkatan Hasil Belajar Kelompok Siklus I ………. 95

Lampiran 13. Catatan Lapangan 4 ……….. 97

Lampiran 14. Catatan Lapangan 5 ……….. 98

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……….. 100

Lampiran 16. Soal Evaluasi Siklus II ……….. 106

Lampiran 17. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ……… 107

Lampiran 18. Suasana Pembelajaran TAI Siklus II ……… 109

Lampiran 19. Perolehan Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ……….. 110

Lampiran 20. Perolehan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II…………. 113

Lampiran 21. Peningkatan Hasil Belajar Kelompok Siklus II ……… 115

Lampiran 22. Pedoman Wawancara Siswa ………. 116

Lampiran 23. Hasil Wawancara Siswa I ………. 117

Lampiran 24. Hasil Wawancara Siswa 2 ………. 118

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, karena

pendidikan itu menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia tidak cukup

hanya tumbuh dan berkembang dengan dorongan instingnya saja, melainkan perlu

bimbingan dan pengarahan dari luar dirinya (pendidikan) agar ia menjadi manusia

sempurna. Konsep pendidikan terasa semakin penting ketika seseorang harus

memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja. Karena yang bersangkutan

harus mampu menerapkan apa yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari saat ini

maupun yang akan datang. Melalui pendidikan diharapkan terbentuknya sumber

daya manusia yang memiliki etos kerja, produktivitas, dan mampu menguasai

serta memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, kualitas

pendidikan perlu ditingkatkan, khususnya kualitas pembelajaran.

Pembelajaran merupakan usaha sadar dan aktif dari guru terhadap siswa, agar

siswa berkeinginan untuk belajar sehingga terjadi perubahan tingkah laku sesuai

dengan keadaan dan kemampuan siswa. Menurut Muhibbin Syah (2006:248),

bahwa dalam setiap proses pembelajaran di sekolah sekurang-kurangnya

melibatkan empat komponen pokok, yaitu: 1) individu siswa; 2) guru; 3) ruang

kelas; 4) kelompok siswa. Melalui interaksi antara guru dengan siswa dan

interaksi antara sesama siswa dalam proses pembelajaran akan menimbulkan

perubahan perilaku siswa baik yang berdimensi ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Oleh karena itu, guru sebaiknya menerapkan sebuah metode yang

relevan dengan kebutuhan. Kalau mengajar yang digunakan guru dalam

mengelola pembelajaran tepat, maka peluang memperoleh hasil pembelajaran

siswa yang sesuai dengan harapan pun akan lebih besar.

Sampai saat ini, pendidikan di Indonesia belum terlaksana secara optimal.

Khususnya dilihat dari proses pembelajaran di kelas. Masih banyak proses

pembelajaran di kelas yang didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih

(19)

Demikian juga proses pembelajaran, umumnya belum menerapkan pembelajaran

sampai anak menguasai materi pembelajaran. Akibatnya tidak aneh bila banyak

siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah tamat dari

sekolah.

Guru berperan penting dalam memperbaiki proses pembelajaran. Salah

satunya pada pembelajaran akuntansi. Mata pelajaran akuntansi diberikan di

Sekolah Menengah Atas khususnya pada jurusan Ilmu Sosial. Mata pelajaran ini

memerlukan suatu pemahaman, tidak hanya sekedar mendengar dan mencatat.

Salah satu materi pelajaran akuntansi yang membutuhkan pemahaman, ketelitian

dan kecermatan dalam proses pembelajaran adalah siklus akuntansi. Siklus

akuntansi merupakan suatu materi pelajaran yang membahas mengenai

tahap-tahap kegiatan mulai dari terjadinya transaksi sampai dengan penyusunan laporan

keuangan, sehingga laporan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang

berkepentingan baik pihak intern maupun ekstern.

Karena akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

sosial yang membutuhkan hitungan dan pemahaman konsep, maka guru

melakukan berbagai upaya untuk menanamkan konsep materi pada ingatan siswa,

tetapi hasilnya masih banyak siswa yang belum mampu menangkap penjelasan

guru. Hal ini disebabkan karena proses transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan

oleh siswa dalam proses belajar mengajar adalah sekedar mendengar dan mencatat

apa yang disampaikan guru yang menyebabkan siswa menjadi bosan sehingga

materi tidak terserap dengan baik.

Agar proses belajar mengajar berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran,

maka guru harus lebih kreatif dalam menciptakan dan memilih metode

pembelajaran yang menyenangkan siswa. Apabila metode pembelajaran yang

digunakan guru menyenangkan siswa, maka siswa akan lebih termotivasi dan

tidak malas dalam mengikuti pelajaran. Metode pembelajaran yang dipilih

hendaknya yang relevan dengan materi yang disampaikan, disesuaikan dengan

tipe belajar siswa dan kondisi siswa pada saat itu serta sarana dan prasarana yang

ada, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Agar proses

(20)

memotivasi seluruh siswanya untuk belajar dan saling membantu satu sama lain.

Dan juga guru harus mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik

sehingga siswa dapat memahami konsep materi yang diberikan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti dalam proses belajar

mengajar di kelas XI IPS 1 SMA N I Nogosari Kabupaten Boyolali, ditemukan

permasalahan-permasalahan dalam kegiatan belajar mengajar khusunya mata

pelajaran akuntansi. Sebagai mata pelajaran pokok bagi siswa jurusan Ilmu Sosial,

akuntansi harus benar-benar dikuasai siswa. Tetapi kenyataannya masih banyak

siswa yang belum memahami konsep akuntansi yang paling dasar sehingga dalam

mengikuti materi selanjutnya siswa masih merasa kesulitan dan menyebabkan

prestasi belajar tidak optimal. Hal ini terlihat dari nilai ulangan harian akuntansi

yang belum tercapai maksimal, nilai rata-rata kelas yang masih dibawah KKM

yaitu 65,06 dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 40 dan siswa yang belum

mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan ada 10 siswa atau 31,25%.

Rendahnya prestasi belajar siswa ini mungkin disebabkan proses

pembelajaran yang masih di dominasi oleh guru. Guru masih menggunakan

metode ceramah dan demonstrasi dalam menyampaikan materi yang

mengakibatkan siswa mudah merasa jenuh dan malas sehingga tidak ada motivasi

untuk mengikuti pembelajaran akuntansi. Hal ini sejalan dengan apa yang

dituliskan Popham dan Baker (2003:81) bahwa “Guru-guru yang mempunyai

kebiasaan membacakan catatan ceramah secara harfiah tergolong orang yang

paling membosankan”. Selain itu, terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah dan

media pembelajaran yang dipakai cenderung manual, juga menjadi kendala dalam

mencapai proses pembelajaran yang optimal.

Masih banyak siswa yang malas untuk belajar memahami akuntansi,

karena akuntansi merupakan pelajaran yang dianggap sulit sehingga akuntansi

menjadi pelajaran yang menakutkan dan membosankan. Untuk tugas-tugas rumah

yang diberikan guru, mayoritas siswa masih menyepelekan dan baru mengerjakan

di dalam kelas sebelum pelajaran akuntansi dimulai. Ini menunjukkan rendahnya

tanggung jawab siswa dalam mengikuti pelajaran akuntansi. Interaksi antara guru

(21)

kesempatan bertanya dan apabila diberi pertanyaan, siswa membutuhkan waktu

yang lama untuk menjawab. Siswa cenderung malu untuk mengungkapkan idenya

dan merasa acuh pada materi yang belum mereka pahami. Kondisi yang demikian

mencerminkan masih rendahnya partisipasi siswa selama proses pembelajaran.

Kurangnya partisipasi siswa ini disebabkan karena kurangnya motivasi belajar.

Motivasi belajar yang rendah disebabkan proses pembelajaran yang berlangsung

masih monoton dan tidak membangkitkan semangat siswa untuk belajar.

Pembelajaran yang menuntut keaktifan siswa lebih menekankan

pentingnya proses belajar siswa disamping hasil belajar yang dicapainya.

Asumsinya adalah bahwa proses belajar yang optimal memungkinkan hasil

belajar yang optimal pula. Namun hasil belajar yang optimal tidak selamanya

merupakan akibat proses belajar (Sriyono, 1992:58). Maka dari itu, seorang guru

harus kreatif dalam mencari metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

materi pelajaran agar prestasi belajar siswa tidak hanya tercermin pada nilai akhir

saja tetapi juga dapat dilihat saat siswa mengikuti aktivitas pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka kewajiban guru adalah bagaimana

menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sekaligus mampu

menanamkan konsep materi dengan baik dan menggugah minat siswa serta

mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dengan metode pembelajaran yang

tepat. Pentingnya peran pendidikan menuntut semua pihak yang terkait untuk

memperbaiki unsur-unsurnya termasuk menciptakan proses pembelajaran yang

inovatif untuk mencapai kompetensi peserta didik.

Pemilihan metode mengajar yang tepat akan menciptakan situasi belajar

yang menyenangkan dan mendukung kelancaran proses belajar mengajar sehingga

siswa akan lebih termotivasi untuk belajar. Pemilihan metode perlu

memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuannya, waktu

yang tersedia, dan banyaknya siswa serta hal-hal yang berkaitan dengan proses

belajar mengajar. Metode yang dapat dipakai guru dalam mengajar antara lain:

metode ceramah, metode tanya jawab, metode kerja kelompok, metode pemberian

tugas, metode demonstrasi, eksperimen, simulasi, inkuiri dan sebagainya. Guru

(22)

memilih dan menentukan metode yang tepat yang harus diterapkan pada materi

pelajaran tertentu.

Untuk mencapai kualitas pembelajaran yang optimal diperlukan

pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan. Saat ini metode pembelajaran yang

banyak diperbincangkan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan

kondisi belajar. Sifat belajar dalam pembelajaran kooperatif menuntut semua

siswa aktif dalam belajar dan harus selalu memperhatikan temannya untuk dapat

berkompetisi dengan kelompok lain.

Pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa pendekatan, yang salah satunya

adalah pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization). Model

pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk

kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk

saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Model ini

menerapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggung jawab

terhadap siswa yang lemah dan juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam

kelompok kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi.

Penerapan pembelajaran kooperatif TAI (Team Assisted Individualization)

diharapkan akan mampu membawa siswa mencapai prestasi belajar yang baik,

khususnya dalam mata pelajaran akuntansi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian dengan judul :

“IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DALAM UPAYA

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI

IPS 1 SMA NEGERI I NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dapat

diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Pemahaman siswa terhadap konsep dasar akuntansi masih kurang. Hal ini

disebabkan proses pembelajaran akuntansi yang dilaksanakan kurang menarik

dan membosankan siswa. Sehingga motivasi belajar siswa juga rendah.

2. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar tersebut menyebabkan partisipasi

siswa didalam kelas menjadi kurang. Sehingga pembelajaran menjadi

monoton karena tidak ada interaksi antara guru dengan siswa.

3. Prestasi belajar akuntansi siswa masih rendah. Hal ini tercermin dari belum

terampilnya siswa dalam mengerjakan akuntansi.

4. Guru masih kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran akuntansi yang

tepat untuk meningkatkan motivasi, partisipasi dan hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang teridentifikasi dapat dikaji secara mendalam, maka

perlu dilakukan pembatasan masalah. Pada penelitian ini masalah yang akan

penulis kaji lebih dalam adalah tentang penggunaan pendekatan dalam

pembelajaran yang tepat untuk membangun motivasi dan meningkatkan

pemahaman mereka pada mata pelajaran akuntansi, yaitu dengan:

1. Penggunaan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran akuntansi, dalam

penelitian ini dilakukan dengan tipe Team Assisted Individualization (TAI)

yang dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan

pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual, yaitu setiap siswa secara

individu belajar materi yang sudah dipersiapkan guru kemudian hasil belajar

dibawa ke kelompok untuk didiskusikan. Tiap individu bertanggung jawab atas

keberhasilan kelompoknya.

2. Dalam pembelajaran ini, penilaian dilakukan dengan menilai proses dan hasil

belajar. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah proses kegiatan belajar

(24)

keterlibatan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan prestasi belajar

adalah perubahan yang tercermin dalam diri siswa terutama yang tercermin

dalam bidang kognitif, dalam hal ini adalah nilai yang diperoleh setelah

mengikuti proses pembelajaran.

3. Mata Pelajaran akuntansi dalam hal ini adalah mata pelajaran yang berupa

kegiatan pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan atas

transaksi keuangan yang terjadi di perusahaan jasa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka permasalahan

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization) dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas

XI IPS 1 SMA Negeri I Nogosari Kabupaten Boyolali tahun pelajaran

2010/2011?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 1

SMA Negeri I Nogosari Kabupaten Boyolali melalui pendekatan pembelajaran

kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization).

2. Untuk mengetahui sejauh mana metode TAI (Team Assisted Individualization)

dapat meningkatkan prestasi belajar akuntansi pada siswa kelas XI IPS 1 SMA

Negeri I Nogosari Kabupaten Boyolali.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi dunia

pendidikan yang dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:

(25)

a. Sebagai bahan acuan bagi para praktisi pendidikan untuk penelitian metode

pembelajaran kooperatif lebih lanjut.

b. Untuk memberikan kajian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) terhadap pencapaian hasil

belajar siswa yang optimal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa

Menjadi mudah dalam belajar dan memahami konsep mata pelajaran

Akuntansi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil belajar siswa akan

optimal.

b. Bagi Guru

Memberi masukan kepada guru khusunya guru SMA Negeri I

Nogosari Kabupaten Boyolali dalam mengembangkan suatu metode

pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan aktif siswa pada kegiatan

belajar mengajar dengan guru berfungsi sebagai fasilitator, yang membantu

agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran secara efektif sehingga

dapat mencapai kompetensi secara optimal.

c. Bagi Peneliti

Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah peneliti terima di

bangku kuliah khususnya yang berkaitan dengan akuntansi, serta untuk

membekali peneliti sebagai calon guru untuk menentukan model mengajar

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses untuk memiliki pengetahuan. Pengertian belajar

meliputi dua hal yaitu proses dan hasil. Proses sebagai perubahan internal

dalam diri individu merupakan inti dari belajar, sedangkan hasil belajar

diwujudkan dalam perbuatan dan hasilnya dapat di ukur yang merupakan

perubahan atau perkembangan dalam diri individu yang dapat berupa

sikap-sikap, nilai-nilai, dan tingkah laku intelektualnya. Oemar Hamalik (2001:52)

mengemukakan “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu

melalui interaksi dengan lingkungannya”.

Sejalan dengan itu, Martinis Yamin (2007:98) mengemukakan

“Belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia

dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru”. Dari kedua

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

dimana terjadi perubahan dalam tingkah laku individu yang belajar sebagai

akibat dari pengalaman. Belajar itu pada hakekatnya merupakan

penyesuaian-penyesuaian terhadap lingkungan, yaitu untuk menangkap respon yang tepat.

Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut

individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu

kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran

terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis

dan evaluasi; (2) afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan,

emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari

kategori penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap, organisasi dan

pembentukan pola hidup; dan psikomotorik yaitu kemampuan yang

mengutamakan ketrampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan

(27)

dan kreatifitas. Orang dapat mengamati tingkah laku orang telah belajar

setelah membandingkan sebelum belajar.

Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang

spesifik seperti yang dikemukan oleh Syaiful Sagala (2009:53) sebagai

berikut:

1) Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya. 2) Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual

3) Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar.

4) Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara integral.

5) Belajar adalah proses interaksi

6) Belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada kompleks.

Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan

makna yang terkandung dalam belajar. Dengan kemampuan berubah melalui

belajar itu, manusia secara bebas dapat memilih, mengeksplorasi, memilih,

dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Menurut

Sardiman (2007:27) bahwa secara umum tujuan belajar itu ada tiga jenis,

yaitu:

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, artinya tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berfikir akan memperkaya pengetahuan.

2. Penanaman konsep dan keterampilan.

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan, yakni keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak dari seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih abstrak menyangkut keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3. Pembentukan sikap

(28)

Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Sistem lingkungan belajar

ini sendiri terdiri atau dipengaruhi oleh berbagai komponen yang

masing-masing akan saling mempengaruhi. Komponen-komponen itu misalnya tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang ingin diajarkan, guru dan siswa

yang memainkan peranan, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana belajar

mengajar yang tersedia. Komponen-komponen sistem lingkungan itu saling

mempengaruhi secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki

profil yang unik dan kompleks. Jadi, untuk mencapai tujuan belajar tertentu

harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula.

b. Pengertian Pembelajaran

Menurut Dewi Salma (2004:19) “Pembelajaran diartikan sebagai

kegiatan belajar mengajar konvensional dimana guru dan peserta didik

langsung berinteraksi”. Sedangkan menurut Driscoll dalam Robert Slavin

(2008:179) “Pembelajaran biasanya didefinisikan sebagai perubahan dalam

diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman”. Berdasarkan kedua

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran adalah

suatu proses interaksi edukatif antara seorang guru dengan siswa, dengan

tujuan yang jelas sehingga menyebabkan perubahan pada diri siswa, tentunya

perubahan dari yang tidak baik menjadi lebih baik.

Perubahan yang disebabkan oleh perkembangan bukanlah contoh

pembelajaran. Namun, manusia melakukan begitu banyak pembelajaran sejak

hari pertama kelahiran mereka sehingga pembelajaran dan perkembangan

mempunyai kaitan yang tidak terpisahkan. Pembelajaran terjadi dengan

banyak cara. Kadang-kadang pembelajaran bersifat intensional ket, seperti ika

siswa memperoleh informasi yang disajikan di ruang kelas atau mereka

melihat sesuatu di internet. Persoalan yang dihadapi para pendidik bukanlah

bagaimana mengupayakan siswa belajar, siswa sudah terlibat dalam

pembelajaran setiap saat mereka terbangun. Sebaliknya, persoalannya ialah

(29)

tertentu yang akan bermanfaat dalam kehidupan dewasa. Bagaiman kita

menyajikan kepada siswa rangsangan yang menjadi sasaran untuk

memusatkan perhatian dan upaya mental mereka sehingga mereka akan

memperoleh kemampuan yang penting.

Proses pembelajaran aktivitasnya dalam bentuk interaksi belajar

mengajar dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan

tujuan, artinya interaksi yang telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu

setidaknya adalah pencapaian tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran. Maka dari itu, dalam

pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang

diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan

berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat

merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran

yang matang oleh guru.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik atau murid. Peranan guru bukan semata-mata memberikan

informasi, melainkan juga mengarahkan dan member fasilitas belajar agar

proses belajar lebih memadai. Proses pembelajaran pada awalnya meminta

guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi

kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar

belakang sosial, ekonominya dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk

mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama

penyampaian materi belajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan

pembelajaran. Syaiful Sagala (2009:63) menyebutkan bahwa suatu proses

pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu:

1)Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

(30)

meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Agar pembelajaran tetap pada suasana yang dinamis, guru perlu

merumuskan dengan jelas tujuan apa yang ingin dicapainya dalam

melaksanakan pembelajaran. Tujuan ini bukan hanya mengenai bahan materi

ajar yang harus dikuasai oleh guru, akan tetapi juga keterampilan emosional

dan sosial dalam menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran. Dalam

proses pembelajaran itu dikembangkan melalui pola pembelajaran yang

menggambarkan kedudukan serta peran guru dan siswa dalam proses

pembelajaran. Guru sebagai sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga

penilai kemajuan belajar meminta para guru untuk menjadikan pembelajaran

lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.

c. Metode Pembelajaran

Kata lain dari metode adalah “cara/teknik” atau lebih luas dapat

diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Dewi Salma (2004:66) “Metode

pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dipilih dan diterapkan seiring

dengan pemanfaatan media dan sumber belajar”. Sedangkan menurut Tardif

dalam Muhibbin Syah (2006:201) “Metode mengajar adalah cara yang berisi

prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khusunya kegiatan

penyajian materi pelajaran kepada siswa”.

Berdasarkan pendapat tersebut maka penulis menyimpulkan metode

pembelajaran adalah suatu cara/teknik dalam kegiatan pendidikan untuk

memberikan kemudahan bagi guru dalam menyampaikan materi dan bagi

siswa untuk menerima materi, yang disesuaikan dengan media dan sumber

yang ada. Selain itu, metode sering diterapkan secara kombinasi, tidak tunggal

sehingga keterbatasan suatu metode dapat diatasi dengan metode lainnya.

(31)

a) Melekat dengan penyajian guru, diantaranya metode ceramah, demonstrasi,

tanya jawab

b)Terkait dengan proses belajar seperti belajar kolaboratif, diskusi tim,

belajar mandiri, metode proyek, metode belajar berbasis masalah

c) Berbasis teknologi, seperti diskusi lewat internet pada kelas maya

Saat ini, ada beberapa metode belajar yang dianggap inovatif terhadap

perkembangan kemampuan kognitif dan kemandirian siswa. Beberapa metode

yang dianjurkan untuk digunakan ialah:

a) Belajar Berbasis Masalah (problem-based learning)

Metode ini mendorong siswa untuk memecahkan masalah dalam berbagai

situasi. Metode belajar berbasi masalah melatih ketajaman pola piker

metakognitif, yakni kemampuan strategis dalam memecahkan masalah.

b)Belajar Proyek (project-based learning)

Belajar proyek adalah metode yang melatih kemampuan siswa untuk

melaksanakan suatu kegiatan di lapangan. Proyek yang dikembangkan

dapat pekerjaan atau kegiatan sebenarnya atau berupa simulasi kegiatan.

c) Belajar Kolaboratif

Metode belajar kolaboratif ditekankan agar siswa mampu berlatih menjadi

pimpinan dan membina koordinasi antar teman sekelasnya. Biasanya

belajar kolaboratif diarahkan untuk meningkatkan prestasi timnya. Tim

yang berprestasi tinggi adalah tim yang mendapat dukungan dan upaya

bersama dari anggotanya.

Di dalam kenyataan, cara (metode) mengajar yang digunakan guru

untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa berbeda

dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai

pengetahuan, keterampilan, serta sikap. Seperti yang dituliskan Roestiyah

(2001:1) bahwa:

(32)

Tidak ada satupun metode mengajar yang dapat dipandang sempurna

dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi,

karena setiap metode mengajar pasti memiliki keunggulan dan kelemahan

yang khas. Namun kenyataan ini tidak bisa dijadikan argumen mengapa

seorang guru gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar, seorang

guru yang profesional dan kreatif justru hanya akan memilih metode mengajar

yang lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan, materi, dan tujuan

pengajaran serta jenis kegiatan belajar siswa yang dibutuhkan.

d. Metode Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu

bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstrukvis. Cooperative

learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan

tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama

dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative

learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam

kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Slavin dalam Isjoni (2009:12) mengatakan “Cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang

dengan struktur kelompok heterogen”. Etin & Raharjo (2007:4)

mengemukakan:

Pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggotan kelompok itu sendiri.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda untuk saling

(33)

Mengacu pada pendapat tersebut maka dengan cooperative learning,

para siswa dapat membuat kemajuan besar ke arah pengembangan sikap, nilai,

dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam

komunitas mereka dengan cara-cara yang sesuai dengan tujuan materi

pelajaran, karena tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk

memperoleh pengetahuan dari sesama temannya. Dengan belajar kelompok

seorang teman haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain

untuk mengemukakan pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang

lain, saling mengoreksi kesalahan, dam saling membetulkan satu sama

lainnya.

Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerja

sama dan saling membantu dalam memahami suatu bahan ajar. Agar siswa

dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya maka mereka perlu

diajari ketrampilan-ketrampilan kooperatif sebagai berikut:

a. Berada dalam tugas

Berada dalam tugas maksudnya adalah tetap berada dalam kerja kelompok,

menyelesaikan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sampai selesai dan

bekerjasama dalam kelompok sesuai dengan kesepakatan kelompok, ada

kedisiplinan individu dalam kelompok.

b. Mengambil giliran dan berbagi tugas

Mengambil giliran dan berbagi tugas yaitu bersedia menerima tugas dan

membantu menyelesaikan tugas.

c. Mendorong partisipasi

Mendorong partisipasi yaitu memotivasi teman sekelompok untuk

memberikan kontribusi tugas kelompok.

d. Mendengarkan dengan aktif

Mendengarkan dengan aktif maksudnya adalah mendengarkan dan

menyerap informasi yang disampaikan teman dan menghargai pendapat

teman. Hal ini penting untuk memberikan perhatian pada yang sedang

(34)

merasa senang dan memunculkan motivasi belajar bagi dirinya sendiri dan

yang lainnya.

e. Bertanya

Menanyakan informasi atau penjelasan lebih lanjut dari teman sekelompok

kalau perlu didiskusikan, apabila tetap tidak ada pemecahan tiap anggota

wajib mencari pustaka yang mendukung, jika tetap tidak terselesaikan baru

bertanya kepada guru.

Menurut Slavin (2008:1) ada lima metode pembelajaran tim siswa

yang telah dikembangkan dan diteliti secara ekstensif. Kelima model

pembelajaran kooperatif itu antara lain STAD (Student Teams Achievement

Divisions), TGT (Teams Games Tournament), TAI (Team Assisted

Individualization), Jigsaw II, dan CIRC (Cooperative Integrated Reading and

Composition). Dari beberapa model pembelajaran tersebut model yang banyak

dikembangkan adalah model Student Team Achievement Division (STAD) dan

Jigsaw.

TAI memiliki berbagai dinamika motivasi dari STAD dan TGT. Para

siswa saling mendukung dan saling membantu satu sama lain untuk berusaha

keras karena mereka semua menginginkan tim mereka berhasil. Tanggung

jawab individu bisa dipastikan hadir karena satu-satunya skor yang

diperhitungkan adalah skor akhir, dan siswa melakukan tes akhir tanpa

bantuan teman satu tim. Para siswa juga mendapatkan kesempatan sukses

yang sama karena semuanya telah ditempatkan berdasarkan tingkat

kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. TAI dirancang

untuk menyelesaikan masalah-masalah teoritis dan praktis dari sistem

pengajaran individual.

Bila dibandingkan pembelajaran yang masih bersifat konvensional,

cooperative learning memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihat

dari aspek siswa, adalah:

a) Saling ketergantungan yang positif

b)Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu

(35)

d)Suasana yang rileks dan menyenangkan

e) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan

guru

f) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi

yang menyenangkan.

Selain memiliki keungggulan, pembelajaran kooperatif juga memiliki

beberapa kelemahan, kelemahan tersebut antara lain:

a) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu

memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu

b)Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

c) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik

permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

d)Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan

siswa yang lain menjadi pasif.

e. Pembelajaran Kooperatif TAI (Team Assisted Individualization)

Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin.

Team Accelerated Instruction atau Team Assisted Individuallization memiliki

persamaan dengan STAD dan TGT dalam penggunaan tim-tim pembelajaran

empat anggota berkemampuan heterogen dan pemberian sertifikat untuk tim

yang berkinerja tinggi. Bedanya bila STAD dan TGT menggunakan sebuah

tatanan pengajaran tunggal untuk kelas, TAI menggabungkan pembelajaran

kooperatif dengan pengajaran individual. Pada TAI, siswa masuk dalam

sebuah urutan kemampuan individual sesuai dengan hasil tes penempatan dan

kemudian maju sesuai dengan kecepatannya sendiri. Siswa saling memeriksa

pekerjaan teman sesama tim dengan dipandu oleh lembar jawaban dan saling

membantu dalam memecahkan setiap masalah. Tes unit akhir dikerjakan tanpa

(36)

TAI memiliki dinamika motivasi seperti STAD dan TGT. Siswa

terdorong dan saling membantu satu sama lain agar berhasil karena mereka

ingin tim mereka berhasil. Tanggung jawab individual terjamin karena

satu-satunya skor yang diperhitungkan adalah skor tes final, dan siswa

mengerjakan tes tersebut tanpa bantuan teman sesama tim. Siswa memiliki

kesempatan yang sama untuk berhasil karena semua siswa telah ditempatkan

sesuai dengan tingkat pengetahuan awal mereka.

Menurut Slavin (2008:195-200), secara umum TAI terdiri dari delapan

komponen utama, yaitu:

a. Kelompok / Tim

Peserta didik dalam pengajaran TAI (Team Assisted Individualization) terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili bagian dari kelasnya dalam menjalankan aktivitas akademik. Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami materi yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja sehingga bisa mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini biasanya siswa menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada, membandingkan soal yang ada, dan mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam tim mengalami kesalahan. Semuanya tersebut dilakukan setelah presentasi awal dari guru dan pemberian lembar kerja. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua atau anggota lain yang lebih tahu.

b. Tes Pengelompokan

Siswa-siswa diberi tes awal pada awal program pengajaran. Hasil dari tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan nilai yang mereka peroleh.

c. Materi Kurikulum

Pada proses pengajaran harus disesuaikan dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi.

d. Kelompok Belajar

Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru meminta penjelasan dari guru. e. Penilaian dan Pengakuan Tim

(37)

f. Mengajar Kelompok

Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual dan kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggungjawab. Keaktifan siswa sangat diutamakan pada pengajaran TAI (Team Assisted Individualization). g. Lembar Kerja

Pada setiap subkonsep pokok bahasan diberikan lembar kerja secara individual untuk mengetahui pemahaman individu. Bahan atau materi dapat berupa ringkasan materi yang dipelajari di rumah kemudian pertemuan selanjutnya dikerjakan.

h. Mengajar seluruh kelas

Setelah akhir dari pengajaran pokok bahasan suatu materi guru menghentikan program pengelompokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. Pada akhir pengajaran diberikan kesimpulan dari materi.

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran kooperatif tipe TAI

terbagi dalam:

a. Pengelompokan

Sebelum pengajaran TAI, dilaksanakan suatu tes awal (tes kemampuan

awal) yang menyangkut tentang konsep-konsep yang akan diajarkan. Tes

awal ini berguna untuk pembentukan kelompok agar penyebaran siswa

berdasarkan nilai yang didapat pada tes awal tersebut secara homogen.

Selain itu dalam tes awal ini dapat digunakan untuk menunjuk ketua atau

asisten yang memimpin suatu kelompok. Dalam proses pengelompokan

juga didasarkan pada prestasi belajar sebelumnya, dalam hal ini nilai

ulangan harian pokok bahasan sebelumnya.

b. Tahap penyajian materi pelajaran

Pada tahap ini bahan-bahan atau materi pelajaran diperkenalkan melalui

penyajian kelas. Pada penyajian materi ini dilakukan melalui:

1. Pengajaran kelompok

Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu

kelompok, maka ketua kelompok dapat memberikan penjelasan. Namun

(38)

guru untuk menjelaskan materi yang belum dipahami tersebut,

sedangkan kelompok lain yang sudah paham dapat melanjutkan

pekerjaannya.

2. Pengajaran seluruh kelas

Pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru

menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting. Dalam pembelajaran,

keaktifan siswa sangat diharapkan melalui latihan pengajaran.

3. Kegiatan kelompok

Setelah terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing individu

mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada buku

mereka. Mereka bekerja sebagai satu tim, jika terdapat kesulitan

dipecahkan secara bersama-sama dengan kelompoknya. Setelah selesai

mengerjakan secara mandiri kemudian saling mencocokkan dengan teman

sekelompoknya. Paket soal yang terdapat di lembar kerja diberikan

menurut tingkat kesukaran soal, diurutkan dari soal yang mudah

dilanjutkan soal yang sukar dan juga sesuai dengan urutan materi, dari

materi yang mudah dilanjutkan materi yang sulit. Setelah paket soal

selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk

mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberikan nilai

oleh guru.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI sebagai

berikut:

a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi

pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.

b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan

skor dasar atau skor awal.

c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5

siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan

(tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari

(39)

d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.

Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa

jawaban teman satu kelompok.

e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.

g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai

peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya

(terkini).

2. Hakekat Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu perubahan daalam tingkah laku, dimana

perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga

ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Belajar

meliputi dua hal, yaitu proses dan hasil. Proses sebagai perubahan internal

dalam diri individu yang merupakan inti dari belajar. Sedangkan hasil belajar

diwujudkan dalam perbuatan dan hasilnya dapat diukur sebagai salah satu

indikator tercapainya hasil belajar yang biasa disebut prestasi belajar.

Djamarah (2002:88) “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh

berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”. Sedangkan menurut Sutratinah

(2001:43) “Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang

dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat

mencerminkan hasil yang sudah dicapai anak dalam periode tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai melalui pengukuran dan

penilaian terhadap penguasaan pengetahuan dan pemahaman selama siswa

mengikuti aktivitas pembelajaran. Popham dan Baker (2002:40) menyatakan

(40)

klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar

membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotoris”. Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, tipe hasil

belajar kognitif lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar

bidang afektif dan psikomotoris. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya

sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya.

Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini terbatas pada

ranah kognitif saja, yaitu belajar merupakan suatu proses pembentukan

perilaku aktif siswa untuk menuju perubahan yang dengan sengaja diciptakan

untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap materi yang

hasilnya diwujudkan dalam prestasi belajar. Dalam hal ini, prestasi belajar

adalah berupa nilai yang tinggi yang diukur dari kemampuan siswa

menyelesaikan soal-soal ulangan di tiap akhir siklus (tindakan).

b. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Setiap aktivitasyang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor –

faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun

yang menghambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

itu adalah sebagai berikut:

1)Faktor Internal

a) Faktor Intelegensi

Intelegensi ini memegang peranan yang sangat penting bagi prestasi

belajar siswa. Karena tingginya peranan intelegensi dalam mencapai

prestasi belajar maka guru harus memberikan perhatian yang sangat

besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan berpikir

rasional.

b) Faktor Minat

Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subjek untuk merasa

tertarik pada bidang tertentu. Siswa yang kurang berminat dalam

pelajaran tertentu akan menghambat dalam belajar.

(41)

Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan

jasmani, keadaan alat-alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis

menunjuk pada keadaan stabilitas/labilitas mental siswa, karena fisik dan

psikis yang sehat sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan

pembelajaran dan sebaliknya.

2)Faktor Eksternal

a) Faktor Guru

Guru sebagai tenaga berpendidikan memiliki tugas menyelenggarakan

kegiatan pembelajaran, membimbing, melatih, mengolah, meneliti dan

mengembangkan serta memberikan penalaran teknik karena itu setiap

guru harus memiliki wewenang dan kemampuan profesional,

kepribadian dan kemasyarakatan. Guru juga menunjukkan fleksibilitas

yang tinggi yaitu pendekatan deduktif dan gaya memimpin kelas yang

selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas yang diberi pelajaran,

sehingga dapat menunjang tingkat prestasi siswa semaksimal mungkin.

b) Faktor lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil belajar,

bahkan mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting,

karena sebagian besar waktu belajar dilaksanakan di rumah. Kondisi

dalam keluarga seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua,

kurang perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya

siswa belajar.

c) Faktor sumber-sumber belajar.

Sumber belajar itu dapat berupa media/alat bantu belajar serta bahan

baku penunjang. Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat

digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan perbuatan belajar.

Maka pelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami,

h e ma t w a k t u d a n t e n a g a s e r t a h a s i l y a n g l e b i h b e r ma k n a .

(42)

c. Fungsi Prestasi Belajar

Belajar dapat menghasilkan suatu perubahan dalam diri individu.

Sebagai hasil dari belajar, prestasi mempunyai beberapa fungsi. Menurut

Zainal Arifin (1990:3) dalam belajar, prestasi mempunyai fungsi sebagai

berikut:

1)Sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2)Sebagai lembaga pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa para ahli psikologis biasanya menyebutkan prestasi sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuahan umum pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu program pendidikan.

3)Sebagai bahan informasi dan inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan berperan sebagai umpan balik dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4)Sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan, bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator kesuksesan anak didik di masyarakat. 5)Dapat dijadikan indikator terhadap daya serap anak didik. Dalam proses

belajar dan pembelajaran anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum.

Dari fungsi prestasi belajar yang dikemukakan di atas, maka dapat

diketahui betapa pentingnya mengukur prestasi sebagai hasil belajar peserta

didik. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator

keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga berguna bagi guru yang

bersangkutan sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas

apakah akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar atau tidak.

3. Hakekat Mata Pelajaran Akuntansi

American Institute of Certified Public Accounting dalam Kardiman, dkk

(2006:2) menjelaskan pengertian Akuntansi adalah “Seni dari pencatatan,

(43)

terhadap kejadian atau transaksi yang paling sedikit atau sebagian bersifat

keuangan dan penafsiran terhadap hasil-hasilnya”. Sedangkan American

Accounting Association dalam Kardiman, dkk (2006:2) menjelaskan pengertian

akuntansi sebagai “Proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian

informasi ekonomi yang memungkinkan dilakukannya penilaian dan keputusan

yang tepat bagi para pemakai informasi tersebut”. Berdasarkan pendapat di atas,

dapat disimpulkan bahwa pengertian akuntansi adalah suatu proses pencatatan,

penggolongan, pengikhtisaran, pelaporan dan penafsiran hasil-hasilnya atas

transaksi keuangan dalam satu periode tertentu yang digunakan oleh pihak-pihak

yang berkepentingan untuk pengambilan keputusan.

Sedangkan akuntansi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah

salah satu mata pelajaran pokok bagi siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial yang

masih menjadi bagian dari mata pelajaran ekonomi. Akuntansi yang diberikan di

tingkat SMA bersifat dasar atau konsep sebagai suatu pengantar agar siswa

mempunyai gambaran tentang pencatatan dan pembukuan dalam suatu

perusahaan. Akuntansi merupakan mata pelajaran yang mengkaji tentang suatu

sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan.

Informasi tersebut dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan dan

tanggung jawab di bidang keuangan baik oleh pelaku ekonomi swasta (Akuntansi

perusahaan), pemerintah (Akuntansi pemerintah) ataupun organisasi masyarakat

(Akuntansi Publik). Akuntansi dikenal sebagai pelajaran yang sulit menurut

siswa. Karena akuntansi memerlukan ketelitian dalam menghitung serta

keterampilan dan kesabaran dalam membuat kolom pembukuan. Sehingga untuk

mata pelajaran akuntansi membutuhkan pemahaman konsep, bukan hafalan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

M. Wahid Syaifuddin (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Eksperimentasi

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) pada

Pokok Bahasan Relasi dan Fungsi ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas VIII MTs

Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010”. Dari hasil penelitiannya menyimpulkan

Gambar

Tabel
  Gambar
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Barang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kepulauan Aru, berdasarkan :. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Nomor

Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama.. kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai

[r]

tahap konstruksi, dan tahap pemeliharaan. Sekaitan hal tersebut, tujuan penelitian ini untuk 1) mengetahui bahan pelaksanaan profil baja dan bahan-bahan komposit dalam konstruksi

Prototipe Media Pembelajaran tematik kelas IV SD berbasis ICT dan multiple intelligences untuk Kurikulum 2013 merupakan suatu perangkat pembelajaran berupa media

上述是笔者的结论和建议 ,笔者希望对 Santo Aloysius、

Berdasarkan hasil prosentase yang didapatkan dari pengujian User Acceptence Test menggunakan kuisioner untuk pengguna yaitu para admin di Rumah sakit Telogorejo,

(disesuaikan dengan judul dan masalah yang dihadapi perusahaan/lembaga, serta alternatif yang diusulkan serta bagaimana seharusnya yang ideal berdasarkan kajian teori dan