• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN DIDAKTIS PADA PEMBELAJARAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE SISWA SMA DAN REFLEKSI DIRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN DIDAKTIS PADA PEMBELAJARAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE SISWA SMA DAN REFLEKSI DIRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN DIDAKTIS PADA PEMBELAJARAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE SISWA SMA

DAN REFLEKSI DIRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

TINI SUMARTINI 1302234

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)
(3)
(4)

iv

Tini Sumiartini, 2015

DESAIN DIDAKTIS PADA PEMBELAJARAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE SISWA SMA DAN

REFLEKSI DIRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan desain didaktis pada pembelajaran konsep larutan penyangga berdasarkan learning obstacle siswa SMA dan refleksi diri guru melalui lesson analysis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan Didactical Desain Research. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII MIA dan XI MIA di salah satu SMA Bandung. Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis, lembar observasi, format wawancara serta lesson analysis. Hasil penelitian menunjukan bahwa siswa mengalami learning obstacle meliputi tidak mampu menjelasakan sifat larutan penyangga, tidak mampu menentukan komponen pembentuk larutan penyangga, tidak mampu menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga, tidak mampu menentukan rumus pH larutan penyangga serta tidak mampu menghitung pH larutan penyangga. Desain didaktis pada konsep larutan penyangga disajikan dalam bentuk chapter design dan lesson design. Chapter design berisi materi esensi tentang larutan penyangga. Lesson design terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir yang dilengkapi dengan prediksi respon siswa dan antisipasi guru. Hasil implementasi desain diaktis menunjukan bahwa sebagian besar respon siswa yang muncul dan antisipasi guru telah sesuai dengan yang telah dirancang sebelumnya, serta learning obstacle siswa pada konsep sifat, komponen dan pH larutan penyangga berkurang namun pada prinsip kerja larutan penyangga masih tinggi. Hasil refleksi diri guru melalui lesson analysis menunjukan perbubahan pembelajaran dari pembelajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada siswa serta meningkatnya pembelajaran kolaboratif untuk setiap kelompok. Desain didaktis Revisi yaitu dengan menambahkan antisipasi siswa dan respon guru dalam langkah pembelajaran.

(5)

v

Tini Sumiartini, 2015

Didactical Design Of Learning Buffer Solution Concept Based On Learning Obstacle High School Students And Teacher’s Self Reflection Through Lesson Analysis

ABSTRACT

This research aims to develop didactical design of learning buffer solution concept based on learning obstacle of high school students and teacher’s self reflection through lesson analysis. The method used in this research is qualitative with didactical Design Research. The research subjects were students of grade XII and XI MIA in one of high school in Bandung. Instrument used is a tests, observation sheet, interview format and lesson analysis. The results showed that students have learning obstacles include not able to identifies the nature of the buffer solution, not able to determine the components of the buffer solution, not able to explain the working principle of a buffer solution, not able to determine the formula pH of the buffer solution and not able to calculate the pH of a buffer solution. Didactical design on the concept of buffer solution are presented in chapter design and lesson design. Chapter design contains essencial concept of buffer solution. Lesson design consists of three activities which initial activity, the core activity and end activity include student's response prediction and anticipation of teachers. Didactic design implementation results showed that the majority of student responses that appear and anticipation of teachers corresponded to the proposed design, and students' learning obstacle to the concept of nature, components and pH buffer solution decreased but the concept of working principle of buffer solution was still high. Results of teacher’s self-reflection through the lesson analysis showed that is has been shifted from teacher- centered learning to a student-centered learning and increased collaborative learning for each group. Finall, Didactical design was revised by adding students’s response and teachers anticipation of learning steps.

(6)

ix

Tini Sumiartini, 2015

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...i

ABSTRAK ...ii

KATA PENGANTAR ...iv

UCAPAN TERIMAKASIH ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Rumusan Masalah ... 4

1.4Pembatasan masalah ... 5

1.5Tujuan Penelitian ... 6

1.6Manfaat Penelitian ... 6

BAB II DESAIN DIDAKTIS PADA PEMBELAJARAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA BERDASARKAN LEARNING OBSTACLE SISWA SMA DAN REFLEKSI DIRI GURU MELALUI LESSON ANALYSIS ... 7

2.1Teori Situasi Didaktis ... 7

2.2Penelitian Desain Didaktis ... 8

2.3Hambatan Belajar (Learning Obstacle) ... 15

2.4Lesson Analysis (LA) ... 16

2.5Refleksi Diri (Self-Reflection) ... 20

(7)

x

Tini Sumiartini, 2015

2.7Konsep Larutan Penyangga ...22

2.8Kerangka Pemikiran ...25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...28

3.1Metode Penelitian ...28

3.2Desain Penelitian ...28

3.3Lokasi dan Subjek Penelitian ...28

3.4Penjelasan Istilah ...29

3.5Instrumen Penelitian ...29

3.6Prosedur Penelitian ...32

3.7Alur Penelitian ...33

3.8Teknik Pengumpulan Data ...35

3.9Teknik Analisis Data ...36

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...38

4.1Hambatan Belajar (Learning Obstacle) Siswa ...38

4.2Desain Didaktis Pertemuan Pertama Pada Konsep Sifat Larutan Penyangga, Komponen Pembentuk Larutan Penyangga dan Prinsip Kerja lautan Penyangga ...52

4.3Implementasi Desain Didaktis Pertemuan Pertama Pada Konsep Sifat Larutan Penyangga, Komponen Pembentuk Larutan Penyangga dan Prinsip Kerja lautan Penyangga ...61

4.4Hasil Refleksi Diri Guru Setelah Implemntasi Desain Didaktis Pertemuan Pertama Pada Konsep Sifat Larutan Penyangga, Komponen Pembentuk Larutan Penyangga dan Prinsip Kerja lautan Penyangga ...76

4.5Desain Didaktis Revisi Pertemuan Pertama Pada Konsep Sifat Larutan Penyangga, Komponen Pembentuk Larutan Penyangga dan Prinsip Kerja lautan Penyangga ...83

(8)

xi

Tini Sumiartini, 2015

4.8Hasil Refleksi Diri Guru Setelah Implementasi Desain Didaktis Pertemuan

Kedua Pada Konsep pH larutan Penyangga ... 94

4.9Desain Didaktis Revisi Pertemuan Kedua pada Konsep pH Larutan Penyangga ...101

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ...103

5.1Simpulan ...103

5.2Implikasi ...105

5.3Rekomendasi ...105

DAFTAR PUSTAKA ...106

(9)

xii

Tini Sumiartini, 2015

Tabel

DAFTAR TABEL

2.1Sistem Kategorisasi Dan Sistem Kode Monolog Pertanyaan Guru Dan

Respon Siswa Berdasarkan Hidayat & Hendayana’s Framework ... 17

2.2Sistem Kategorisasi Dan Satuan Kode Monolog Inisiatif Siswa Dan Respon Guru Berdasarkan Hidayat & Hendayana’s Framework... 18

2.3Sistem Kategorisasi Dan Sistem Kode Dialog Antar Siswa Tanpa Keterlibatan Guru Berdasarkan Hidayat & Hendayana’s Framework .... 18

2.4Sistem Kategorisasi Dan Sistem Kode Dialog Antar Siswa Dengan Keterlibatan Guru Berdasarkan Hidayat & Hendayana’s Framework ... 19

3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 35

4.1Indikator Kemampuan Mengerjakan Soal Sifat Larutan Penyangga ... 39

4.2Persentase Kemampuan Menjawab Soal Sifat Larutan Penyangga ... 40

4.3Indikator Kemapuan Mengerjakan Komponen Larutan Penyangga ... 42

4.4Persentase Kemampuan Menjawab Komponen Larutan Penyangga ... 42

4.5Indikator Kemampuan Mengerjakan Prinsip Kerja Larutan Penyangga ... 46

4.6Persentase Kemampuan Menjawab Prinsip Kerja Larutan Penyangga ... 46

4.7Indikator Kemampuan Mengerjakan pH Larutan Penyangga ... 49

4.8Persentase Kemampuan Menjawab pH Larutan Penyangga ...49

4.9Prediksi Respon dan Antisipasi Pada Sifat Larutan Penyangga ... 56

4.10Prediksi Respon dan Antisipasi Pada Komponen Larutan Penyangga ...59

4.11Prediksi Respon dan Antisipasi Pada Prinsip Kerja Larutan Penyangga ..60

4.12Persentase Kemampuan Menjawab Soal Larutan Penyangga ... 71

4.13Persentase Kemampuan Menjawab Komponen Larutan Penyangga ... 72

4.14Hasil Pengerjaan Siswa pada Komponen Larutan Penyangga ... 73

4.15Persentase Kemampuan Menjawab Prinsip Kerja Larutan Penyangga ... 74

4.16Hasil Pengerjaan Siswa Pada Prinsip Kerja Larutan Penyangga ... 75

4.17Kategorisasi Monolog Pertanyaan Guru dan Siswa pada Desain Didaktis Pertemuan Pertama ... 76

4.18Kategorisasi Inisiatif Siswa dan Respon Guru pada Desain Didaktis Pertemuan Pertama ... 77

(10)

xiii

Tini Sumiartini, 2015

4.20Persentase Kemampuan Siswa pada pH larutan Penyangga ... 93

4.21Hasil Pengerjaan Siswa pada pH larutan Penyangga ... 93

4.22Kategorisasi Monolog Pertanyaan Guru dan Siswa pada Desain

Didakti Pertemuan Kedua ... 95

4.23Kategorisasi Inisiatif Siswa dan Respon Guru pada Desain

(11)

xiv

Tini Sumiartini, 2015

Gambar

DAFTAR GAMBAR

2.1Segitiga Didaktis Kansanen ... 8

2.2Segitiga Didaktis Yang Dimodifikasi ... 9

2.3Chapter Design ... 12

2.4Alur CD dan LD ... 13

2.5Lesson Design (LD) ... 14

2.6Sketsa Rancangan Pembelajaran ... 14

2.7Tahapan lesson analysis berdasarkan Kuno’s framework ... 17

2.8Lesson Analysis Hidayat & Hendayana Framework ... 19

2.9Zona of Proximal Development (ZPD) ... 21

2.10Kerangka Pemikiran ... 27

3.1 Alur Penelitian ... 34

4.1Soal Sifat Larutan Penyangga ... 38

4.2Jawaban Skor 2 Sifat Larutan Penyangga ... 40

4.3Jawaban Skor 0 Sifat Larutan Penyangga ... 41

4.4Soal Komponen Pembentuk Larutan Penyangga ... 41

4.5Jawaban Skor 2 Komponen Pembentuk Larutan Penyangga ... 42

4.6Jawaban Skor 1 Komponen Pembentuk Larutan Penyangga ... 43

4.7Jawaban Skor 0 Komponen Pembentuk Larutan Penyangga ... 44

4.8Soal Prinsip Kerja Larutan Penyangga... 45

4.9Jawaban Skor 2 Prinsip Kerja Larutan Penyangga ... 47

4.10Jawaban Skor 0 Prinsip Kerja Larutan Penyangga ... 48

4.11Soal Perhitungan pH Larutan Penyangga ... 49

4.12Jawaban Skor 2 Perhitungan pH Larutan Penyangga ... 50

4.13Jawaban Skor 0 Perhitungan pH Larutan Penyangga ... 51

4.14Kegiatan Pada Saat Demonstrasi ... 62

4.15Diskusi Membuat Rancangan Percobaan ... 64

4.16Kerja Sama Melakukan Percobaan ... 65

4.17Konfirmasi Data Hasil Percobaan ... 67

4.18Siswa Menuliskan Reaksi Ionisasi ... 69

4.19Hasil Jawaban Sifat Larutan Penyangga ... 71

(12)

xv

Tini Sumiartini, 2015

4.21Kategorisasi Yang Muncul Dengan Keterlibatan Guru ... 78

4.22Hasil LA Sesi Siswa Berkelompok ... 79

4.23Kategorisasi Yang Muncul Tanpa Keterlibatan Guru ... 80

4.24Hasil LA kelompok 4 ... 81

4.25Siswa Pada Saat Apersepsi ... 88

4.26Diskusi Mengerjakan LKS ... 89

4.27Menuliskan Hasil Kelompok ...91

4.28LA Sesi Klasikal Pertemuan Kedua ...96

4.29Kategorisasi Yang Muncul Dengan Keterlibatan Guru ...97

4.30Kategorisasi Yang Muncul Tanpa Keterlibatan Guru ...98

(13)

xvi

Tini Sumiartini, 2015

Lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

A.1 Kisi-kisi TKR dan Pedoman Penskoran ... 111

A.2TKR tervalidasi ... 116

A.3Hasil Transkrip Wawancara Siswa ... 119

A.4LKS Pertemuan 1 ... 128

A.5LKS Pertemuan 2 ... 132

A.6LKS Pertemuan 2 ke 2 ... 135

A.7Penilaian Kinerja ... 138

A.8Penilaian Sikap pertemuan 2 ... 141

B.1Hasil Repersonalisasi dan Rekontektualisasi ... 144

B.2CD pertemuan 1 ... 157

B.3LD Pertemuan 1 ... 162

B.3.2 LD pertemuan 1 versi Suzuki ... 162

B.4LD pertemuan 1 Revisi ... 173

B.5CD pertemuan 2 ... 187

B.6LD pertemuan 2 ... 192

B.6.2 LD pertemuan 2 versi Suzuki ... 192

B.7 LD revisi 2 ... 201

C.1Lesson Analysis Pertemuan 1 ... 209

C.2Lesson Analysis Pertemuan 2 ... 209

C.3Hasil Wawancara Guru Pertemuan 1... 210

C.4Hasil Wawancara Guru Pertemuan 2... 212

D.1Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing 1 ... 213

D.2Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing 2 ... 214

D.3Surat Keterangan Studi Pendahuluan ... 215

D.4Surat Keterangan Penelitian ... 216

(14)

Tini Sumiartini, 2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kurikulum 2013 menekankan bahwa proses pembelajaran dapat

mengembangkan kompentensi sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk

semua mata pelajaran termasuk kimia. Hakikat ilmu kimia seacara garis

besar mencakup dua bagian yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai

proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan fakta-fakta, konsep-

konsep dan prinsip-prinsip ilmu kimia. Sementara kimia sebagai proses

meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap yang harus dimiliki untuk

memperoleh dan mengembangkan pengetahuan kimia (Susiwi, 2007).

Berkaitan dengan hakikat ilmu kimia tersebut maka dalam proses

pembelajaran kimia tidak hanya dapat dilakukan dengan pemberian konsep

semata, tetapi harus diperhatikan juga bagaimana siswa dilatih untuk

mengembangkan keterampilan dan sikap. Dengan demikian pembelajaran

kimia tersebut dapat mengembangkan ketiga kompetensi yang harus dimiliki

siswa yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Hasil studi pendahuluan di salah satu SMA swasta di Bandung

menunjukkan bahwa proses pembelajaran kimia belum mampu

mengembangkan ketiga kompentensi yang harus dimiliki siswa. Hal ini

dapat terlihat dari aktivitas siswa saat pembelajaran seperti bermain

handphone, mendengarkan musik, bermain dengan teman sebangkunya

bahkan ada siswa yang tidur. Selain itu beberapa siswa tidak membuka buku

catatan ataupun buku paket. Adapun faktor berbagai penyebab tersebut adalah

kurangnya interaksi guru dengan siswa yakni siswa kurang dilibatkan secara

aktif dalam pembelajaran. Keadaan seperti demikian dapat mengakibatkan

kesulitan siswa dalam memahami konsep kimia (Ashadi, 2009).

Salah satu konsep kimia yang dianggap sulit oleh siswa adalah larutan

penyangga. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Orgill & Sutherland

(2008) yang menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam

memahami konsep larutan penyangga (buffer). Selain itu hasil penelitian

yang dilakukan oleh Marsita, Priatmoko dan Kusumua (2010) juga

(15)

2

Tini Sumiartini, 2015

menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari larutan

penyangga, antara lain pada konsep sifat larutan penyangga 35,52%,

konsep perhitungan pH dan pOH larutan penyangga dengan menggunakan

prinsip kesetimbangan 26,03%, konsep perhitungan pH larutan penyangga

pada penambahan sedikit asam atau basa 40,83%, serta konsep fungsi larutan

penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan dalam kehidupan sehari-hari

68,26%. Kesulitan siswa pada konsep larutan penyangga tersebut

menandakan bahwa siswa mengalami hambatan belajar (learning obstacle ).

Brousseau (2002) menggolongkan learning obstacle kedalam tiga

golongan yaitu ontogenic obstacle (akibat ketidaksiapan mental belajar),

didactical obstacle (akibat pengajaran guru) dan Epistemological Obstacle

(akibat pemahaman siswa tentang konsep yang tidak utuh atau terbatas pada

konteks tertentu). Learning obstacle pada konsep larutan penyangga tersebut

perlu diantisipasi agar pembelajaran dapat bermakna. Pada kenyataannya

suatu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) salah satu guru di SMA

swasta Bandung pada konsep larutan penyangga belum di lengkapi dengan

strategi alternatif untuk mengantisipasi learning obtacle. Salah satu alternatif

untuk mengantisipasi learning obstacle yaitu melalui desain didaktis. Desain

didaktis merupakan suatu rancangan pembelajaran dengan memperhatikan

respon siswa dan antisipasi respon siswa terhadap materi yang disampaikan

guru (Suryadi, 2010).

Desain didaktis pada konsep larutan penyangga dapat dirancang secara

kolaborasi dengan guru atau Ahli dalam konsep tersebut untuk membuat

suatu pengembangan dalam merencanakan pembelajaran berupa antisipasi

atas learning obstacle yang muncul serta berbagai kemungkinan respon siswa

yang terjadi selama proses pembelajaran, sehingga dapat meminimalisir

learning obstacle siswa serta menciptakan interaksi siswa dalam

pembelajaran. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sesen & Tarhan (2010)

bahwa pembelajaran yang mempertimbangkan learning obstacle siswa

mampu mengembangkan sikap positif siswa sehingga dapat menciptakan

interaksi siswa. Selain itu dalam menyusun desain didaktis diperlukan hasil

(16)

3

Tini Sumiartini, 2015

pembelajaran lebih baik. Alwasilah (2011) mengemukakan bahwa refleksi

adalah proses berpikir kebelakang untuk memaknai pengalaman demi

perencanaan di masa depan yang lebih baik.

Dalam melakukan refleksi diri seorang guru dibantu oleh observer

sehingga dapat mengetahui penyebab situasi atau kondisi pembelajaran yang

terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan serta dapat mengetahui learning

obstacle yang muncul. Dengan demikian diperoleh hasil refleksi diri guru

yang dapat digunakan untuk merancang desain didaktis yang lebih baik.

Adapun sarana yang dapat membantu guru merefleksikan diri yaitu

menggunakan lesson analysis. Menurut Hidayat dan Hendayana (2012)

lesson analysis bertujuan untuk evaluasi guru secara personal sehingga dapat

melakukan refleksi diri terhadap pembelajaran yang telah dilakukan.

Penelitian sebelumnya mengenai desain didaktis berbantuan lesson

analysis telah dilakukan oleh Utari (2013) dengan judul desain didaktis

berbantuan lesson analysis sebagai refleksi diri guru dalam pembelajaran

kimia SMA kelas XI pada konsep jenis-jenis dan sifat-sifat koloid dimana

hasil penelitian menunjukan bahwa desain didaktis berupa chapter design

dan lesson design mengenai pembelajaran konsep jenis-jenis dan sifat-sifat

koloid lebih baik. Penelitian yang dilakukan Zainal (2013) dengan judul

desain didaktis berbantuan lesson analysis sebagai self-reflection pada

pembelajaran penerapan konsep koloid dalam kehidupan sehari-hari,

menunjukkan bahwa desain didaktis dapat meminimalisir learning obstacle

siswa pada konsep sifat-sifat koloid dan respon yang terjadi di luar prediksi

dapat di antisipasi guru saat pembelajaran.

Penelitian sebelumnya hanya mengidentifikasi lesson analysis dari satu

kelompok untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran dan refleksi diri

guru. Sementara peneliti tertarik untuk mengidentifikasi lesson analysis dari

beberapa kelompok agar mendapatkan gambaran proses pembelajaran lebih

mendalam dan menyeluruh serta mendapatkan hasil refleksi diri guru yang

lebih baik. Penelitian ini merupakan penelitian berkelanjutan dimana ada tiga

peneliti yang melakukan penelitian pada konsep yang berbeda yaitu konsep

(17)

4

Tini Sumiartini, 2015

antar peneliti tersebut yaitu hasil dari penelitian pertama dapat dijadikan

acuan dan perbaikan mengenai proses pembelajaran pada penelitian

berikutnya sehingga didapatkan proses pembelajaran yang lebih baik.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, kurang terjadi interaksi siswa

dengan siswa maupun siswa dengan guru.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep larutan

penyangga, sehingga konsep tersebut menimbulkan learning obtacle.

3. Pada kenyataannya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) salah satu

guru di SMA swasta Bandung pada konsep larutan penyangga belum

dilengkapi dengan strategi alternatif untuk mengantisipasi learning

obstacle serta kemungkinan respon siswa yang muncul pada saat

pembelajaran.

4. Guru perlu melakukan refleksi diri setelah pembelajaran agar dapat

merancang pembelajaran yang lebih baik

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ bagaimana desain

didaktis pada pembelajaran konsep larutan penyangga berdasarkan learning

obstacle siswa SMA dan refleksi diri guru melalui lesson analysis.

Untuk memperjelas arah penelitian, maka rumusan masalah dirinci

menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana learning obstacle yang dapat diidentifikasi pada konsep

larutan penyangga?

2. Bagaimana bentuk desain didaktis pertemuan pertama pada konsep sifat

larutan penyangga, komponen pembentuk larutan penyangga serta

prinsip kerja larutan penyangga yang sesuai dengan learning obstacle

(18)

5

Tini Sumiartini, 2015

3. Bagaimana implementasi desain didaktis pertemuan pertama pada

konsep sifat larutan penyangga, komponen pembentuk larutan

penyangga serta prinsip kerja larutan penyangga?

4. Bagaimana refleksi diri guru melalui lesson analysis berdasarkan

implementasi desain didaktis pertemuan pertama pada konsep sifat

larutan penyangga, komponen pembentuk larutan penyangga serta

prinsip kerja larutan penyangga?

5. Bagaimana desain didaktis revisi pertama konsep sifat larutan

penyangga, komponen pembentuk larutan penyangga serta prinsip

kerja larutan penyangga berdasarkan learning obstacle siswa dan

refleksi diri guru melalui lesson analysis?

6. Bagaimana bentuk desain didaktis pertemuan kedua pada konsep pH

larutan penyangga yang sesuai dengan learning obstacle yang telah

diidentifikasi?

7. Bagaimana implementasi desain didaktis pertemuan kedua pada konsep

pH larutan penyangga?

8. Bagaimana refleksi diri guru melalui lesson analysis berdasarkan

implementasi desain didaktis pertemuan kedua pada konsep pH larutan

penyangga?

9. Bagaimana desain didaktis revisi Pertemuan kedua konsep pH larutan

penyangga berdasarkan learning obstacle siswa dan refleksi diri guru

melalui lesson analysis?

1.4Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal

berikut:

1. Learning obstacle yang diidentifikasi hanya berdasarkan pada aspek

epistimologi

2. Lesson analysis yang digunakan berdasarkan Hidayat & Hendayana’s

framework

3. Konsep larutan penyangga dibatasi pada sifat larutan penyangga,

(19)

6

Tini Sumiartini, 2015

1.5Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi

mengenai desain didaktis pada pembelajaran konsep larutan penyangga

berdasarkan learning obstacle siswa SMA dan refleksi diri guru melalui

lesson analysis.

Adapun tujuan penelitian tersebut secara lebih rinci adalah untuk

memperoleh gambaran mengenai :

1. Learning obstacle siswa khususnya aspek epistimologi terkait

pembelajaran pada konsep larutan penyangga

2. Desain didaktis pada konsep larutan penyangga berdasarkan learning

obstacle yang telah diidentifikasi

3. Hasil implementasi desain didaktis pada konsep larutan penyangga.

4. Hasil refleksi diri melalui lesson analysis berdasarkan implementasi

desain didaktis pada konsep larutan penyangga

5. Desain didaktis revisi pada konsep larutan penyangga berdasarkan hasil

learning obstacle siswa dan refleksi diri guru melalui lesson analysis.

1.6Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan

dan wawasan bagi guru kimia khususnya dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran kimia pada konsep larutan penyangga.

2. Bagi Siswa

Dapat digunakan untuk mengatasi learning obstacle (hambatan

belajar) siswa dalam memahami konsep larutan penyangga dan

pembelajaran kimia.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk

(20)

Tini Sumiartini, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menghasilkan informasi mengenai desain didaktis berdasarkan

learning obstacle siswa dan refleksi diri guru dari pembelajaran yang telah

dilakukan. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif. Menurut Sukmadinata (2012) penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,

peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara

individual maupun kelompok. Hal ini sejalan dengan Creswell (2010) penelitian

kualitatif adalah suatu proses penyelidikan dalam menjelaskan gambaran

kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan

melakukan studi pada situasi yang alami.

3.2Desain Penelitian

Desain yang digunakan berupa penelitian desain didaktis (didactical design

research). Desain ini terdiri dari tiga tahapan yaitu: (1) analisis situasi didaktis

sebelum pembelajaran (analisis prospektif), (2) analisis situasi didaktis saat

pembelajaran (analisis metapedadidaktik), dan (3) analisis situasi didaktis

setelah pembelajaran (analisis retrospektif) (Suryadi, 2010)

3.3Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMA yang ada di kota Bandung.

Adapun subjek penelitiannya terdiri dari siswa SMA kelas XII IPA sebanyak 27

siswa yang telah memperoleh pembelajaran mengenai konsep larutan

penyangga. Siswa kelas XII IPA dianalisis learning obstacle mengenai konsep

larutan penyangga melalui tes kemampuan responden (TKR). Subjek kedua

yaitu siswa SMA kelas XI IPA sebanyak 26 siswa yang akan memperoleh

pembelajaran konsep larutan penyangga melalui desain didaktis yang telah

dibuat.

(21)

29

Tini Sumiartini, 2015

3.4Penjelasan Istilah

Adapun penjelasan istilah dalam penelitian ini adalah:

a) Desain didaktis merupakan suatu rancangan pembelajaran dengan

memperhatikan respon siswa dan antisipasi respon siswa terhadap materi

yang disampaikan guru (Suryadi, 2010).

b) Learning Obstacle merupakan hambatan atau kesulitan siswa yang terjadi di

dalam proses pembelajaran, dimana hambatan tersebut dapat berupa

hambatan ontogeni, hambatan didaktis dan hambatan epistimologis

(Brousseau, 2002).

c) Refleksi diri merupakan proses berpikir kebelakang untuk memaknai

pengalaman demi perencanaan di masa depan yang lebih baik (Alwasilah,

2011)

d) Lesson analysis merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk

evaluasi guru secara personal sehingga dapat melakukan refleksi diri terhadap

pembelajaran yang telah dilakukan (Hidayat dan Hendayana, 2013).

3.5Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan penelitian ini,

maka digunakan instrumen sebagai berikut:

a) Tes kemampuan responden (TKR)

Instrumen tes pada penelitian ini disebut sebagai tes kemampuan responden

(TKR). TKR terdiri atas tes tertulis sebanyak 4 (empat) soal berupa uraian. Soal

tersebut terdiri atas soal mengenai sifat larutan penyangga (satu soal), soal

mengenai komponen pembentuk larutan penyangga (satu soal), soal mengenai

prinsip kerja larutan penyangga (satu soal) dan soal perhitungan pH larutan

penyangga. TKR dilakukan sebanyak dua kali, yaitu TKR awal dan TKR akhir.

TKR awal diberikan kepada siswa kelas XII MIA yang sudah mempelajari

konsep larutan penyangga untuk mengidentifikasi learning obstacle siswa serta

mengidentifikasi proses pembelajaran sebelumnya apakah bermakna atau tidak.

Pembelajaran yang bermakna dapat membuat pengetahuan siswa mengenai

konsep larutan penyangga bertahan lama sehingga ketika siswa diuji kembali

mengenai larutan penyangga menggunakan TKR maka siswa mampu menjawab

(22)

30

Tini Sumiartini, 2015

setelah pembelajaran. Tujuannya untuk memperoleh gambaran mengenai

learning obstacle siswa yang masih muncul setelah implementasi desain didaktis

awal. Tes ini disusun berdasarkan indikator pembelajaran yang dituangkan

didalam kisi- kisi TKR dan telah divalidasi terlebih dahulu. Instrumen tes yang

digunakan dapat dilihat pada lampiran A2

b) Pedoman Wawancara

Wawancara suatu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan secara lisan

dalam pertemuan tatap muka secara individual (Sukamadinata, 2012). Sebelum

melaksanakan wawancara peneliti menyiapkan instrumen wawancara atau

pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau

di respon oleh responden. Pertanyaan tersebut pada saat pelaksanaannya dapat

berkembang sesuai kondisinya.

Wawancara dilakukan kepada enam siswa, dimana dua siswa adalah siswa

yang pintar, dua siswa yang sedang dan dua siswa yang kurang memiliki

pengetahuan yang baik. Wawancara bertujuan untuk mengidentifikasi learning

obstacle siswa pada konsep larutan penyangga. Selain itu wawancara juga

dilakukan pada guru yaitu pada saat rekontekstualisasi konsep larutan

penyangga sebelum pembelajaran serta pada saat refleksi diri melalui lesson

analysis setelah pembelajaran. Wawancara dilakukan dengan bantuan alat

perekam agar informasi dapat terekam dengan baik dan dapat diputar ulang

sehingga menghasilkan interpretasi data yang lebih akurat. Pedoman wawancara

dapat dilihat pada lampiran A3

c) Lembar Observasi

Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data

dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang

berlangsung (Sukmadinata, 2012). Observasi dilakukan untuk memperoleh

gambaran langsung kegiatan yang berkenaan dengan cara guru mengajar serta

interaksi antar siswa selama pembelajaran. Selain itu, observasi digunakan

untuk mendapatkan data mengenai keterampilan siswa selama pembelajaran

juga untuk memperoleh gambaran mengenai sikap siswa selama pembelajaran.

Lembar observasi memuat nama siswa dalam masing-masing kelompok,

(23)

31

Tini Sumiartini, 2015

dalam kelompok harus diobservasi bagaimana interaksinya baik interaksi

dengan guru maupun interaksi dengan siswa yang lain, selain itu diobservasi

bagaimana sikap siswa selama pembelajaran dan juga keterampilan apa saja

yang diperoleh siswa selama pembelajaran. Oleh karena itu pada penelitian ini

melibatkan kurang lebih 7 observer, dimana enam observer masing-masing

fokus pada satu kelompok sementara 1 observer lain mengamati secara

keseluruhan. Lembar observasi dapat dilihat pada lampiran A7 dan A8.

d) Lembar Lesson Analysis

Lembar lesson analysis menggunakan kategorisasi berdasarkan Hidayat dan

Hendayana framework. Lesson analysis dibuat berdasarkan transkrip hasil

rekaman rekorder pada saat implementasi desain didaktis konsep larutan

penyangga. Lesson analysis menggambarkan apakah proses pembelajaran

cenderung berpusat pada guru atau berpusat pada siswa serta kolaborasi antar

siswa dalam pembelajaran. Hasil lesson analysis digunakan oleh guru untuk

refleksi diri mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. Refleksi diri

dilakukan guru setelah pembelajaran dibantu oleh observer dan peneliti. Lembar

lesson analysis dapat dilihat pada lampiran C1 dan C2

e) Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis,

gambar maupun elektronik (Sukmadinata, 2012). Adapun dokumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah textbook kimia dan sumber ajar guru

mengenai konsep larutan penyangga untuk memilah materi yang essensial yang

akan diajarkan pada siswa. RPP yang digunakan oleh guru untuk mengetahui

bagaimana pembelajaran mengenai konsep larutan penyangga. Studi

dokumentasi dilakukan sebelum pembelajaran yaitu pada saat repersonalisasi

dan rekontektualisasi. Repersonalisasi dan rekontektualisasi dilakukan oleh guru

(24)

32

Tini Sumiartini, 2015

3.6Prosedur Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan meliputi tiga tahap :

1) Tahap Analisis Situasi Didaktis Sebelum Pembelajaran (analisis prospektif)

a) Peneliti melakukan kajian pustaka mengenai desain didaktis dan lesson

analysis dari berbagai litelatur.

b) Peneliti menentukan pokok bahasan dalam penelitian ini yaitu larutan

penyangga.

c) Peneliti melakukan analisis learning obstacle siswa pada konsep larutan

penyangga dari beberapa jurnal.

d) Peneliti, guru dan tim ahli Melakukan repersonalisasi dan

rekontekstualisasi konsep larutan penyangga

e) Peneliti menyusun instrumen berupa TKR, pedoman wawancara dan

lembar observasi.

f) Peneliti melakukan judgmen instrumen kepada tiga dosen dan dua guru

kimia.

g) Peneliti melaksanakan TKR awal kepada siswa kelas XII MIA yang

sudah mempelajari larutan penyangga.

h) Peneliti melakukan wawancara kepada siswa kelas XII MIA langsung

setelah melaksanakan test.

i) Peneliti merumuskan learning obstacle yang muncul berdasarkan analisis

terhadap temuan-temuan jawaban responden pada TKR awal dan

wawancara siswa.

j) Peneliti, guru, dan tim ahli membuat prediksi respon siswa serta

antisipasinya dalam pembelajaran larutan penyangga.

k) Peneliti, guru dan tim ahli menyusun desain didaktis pertemuan pertama

dan kedua konsep larutan penyangga.

2) Tahap Analisis Situasi Didaktis Saat Pembelajaran (analisis

metapedadidaktik)

a) Guru mengimplementasikan desain didaktis yang telah di susun pada

konsep larutan penyangga di kelas XI MIA.

b) Peneliti, observer dan tim ahli mengobservasi proses pembelajaran yang

(25)

33

Tini Sumiartini, 2015

c) Peneliti dibantu oleh observer merekam semua kegiatan dari awal sampai

akhir pembelajaran menggunakan video dan rekorder.

d) Peneliti Melaksanakan TKR akhir kepada siswa setelah implementasi

desain didaktis.

3) Tahap Analisis Situasi Didaktis Setelah Pembelajaran (analisis retrospektif)

a) Peneliti melakukan transkrip implementasi desain didaktis dari video atau

recorder.

b) Peneliti melakukan analisis hasil TKR siswa kelas XI MIA pada konsep

larutan penyangga.

c) Peneliti menganalisis learning obstacle siswa berdasarkan hasil TKR

siswa.

d) Peneliti menganalisis lesson analysis berdasarkan transkrip implementasi

desain didaktis pertemuan pertama dan pertemuan kedua

e) Peneliti menganalisis hasil refleksi diri guru melalui lesson analysis.

f) Peneliti menyusun desain didaktis revisi pertemuan pertama dan kedua

berdasarkan hasil refleksi diri guru dan learning obstacle siswa

3.7Alur Penelitian

Dalam penelitian ini, disusun alur penelitian agar penelitian berlangsung

seacara terarah, sistematis dan sesuai dengan tujuan. Alur penelitian dapat

(26)

34

Tini Sumiartini, 2015

Mengkaji litelatur desain didaktis, lesson analisis dan larutan penyangga

(peneliti)

Melakukan repersonalisasi & rekontektualisasi (Guru, peneliti dan tim ahli)

Membuat instrumen (TKR, pedoman wawancara, lembar observasi (peneliti)

Melakukan judgment

(Peneliti)

Mengambil data learning obstacle menggunakan TKR dan wawancara

(peneliti)

Menganalisis learning obstacle (peneliti)

Membuat desain didaktis pertemuan 1 dan 2 (peneliti, guru dan dosen)

Melakukan TKR (peneliti) Mengimplementasikan desain didaktis

permtuan 1(peneliti dan guru)

Melakukan refleksi diri guru/ LA (peneliti dan guru)

Melakukan TKR Mengimplementasi desain didaktis

permtuan 2(peneliti dan guru)

Menganalisis learning obstacle (peneliti)

Mentranskrip rekorder, video dan lembar observasi (peneliti)

Melakukan refleksi diri guru/ LA (peneliti dan guru)

Merevisi desain didaktis 2 (peneliti,guru dan tim ahli

(27)

35

Tini Sumiartini, 2015

3.8Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah triangulasi. Triangulasi

yaitu menilai kecukupan data sesuai dengan konvergensi berbagai sumber data

atau prosedur pengumpulan data ganda (Wiersma and Jurs, 2009). Triangulasi

menggabungkan data TKR, wawancara, lembar observasi dan studi

dokumentasi. Secara keseluruhan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Teknik pengumpulan data

No Bentuk data Sumber data Pengumpulan

data siswa kelas XII IPA dan kelas XI MIA 4 Hasil refleksi diri

(28)

36

Tini Sumiartini, 2015

3.9Teknik Analisis Data

Setelah data hasil penelitian terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

analisis data. Adapun pada penelitian ini teknik analisis data meliputi tiga tahap

yaitu analisis data sebelum pembelajaran, analisis data pada saat pembelajaran

berlangsung dan analisis data setelah pembelajaran. Berdasarkan penjelasan

tersebut maka secara lebih rinci analisis data pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran

Sebelum pembelajaran data yang diperoleh adalah transkrip hasil

repersonalisasi dan rekontektualisasi, hasil TKR dan hasil wawancara siswa

kelas XII MIA. Hasil repersonalisasi dan rekontektualisasi dianalisis untuk

mengetahui materi larutan penyangga yang akan disampaikan, selain itu

memperoleh gambaran mengenai pembelajaran larutan penyangga sebelumnya.

Hasil TKR dan wawancara siswa dianalisis untuk memperoleh informasi

mengenai learning obstacle yang dimiliki siswa pada konsep larutan penyangga.

Berdasarkan learning obstacle siswa dan hasil repersonalisasi dan

rekontektualisasi, maka disusun desain didaktis pertemuan pertama dan kedua .

2. Analisis situasi didaktis saat pembelajaran berlangsung

Pada saat pembelajaran berlangsung atau implemetasi desain didaktis

semua kegiatan diobservasi atau direkam menggunakan video dan rekorder.

Selain itu proses pembelajaran juga diobservasi oleh observer sebanyak enam

orang menggunakan lembar observasi. Tujuannya untuk memperoleh informasi

berupa situasi didaktis. Kemudian video dan rekaman tersebut ditranskrip untuk

mengetahui respon dan antisipasi guru pada saat implementasi desain didaktis.

3. Analisis situasi didaktis setelah pembelajaran

Data yang dikumpulkan setelah pembelajaran adalah hasil TKR siswa,

wawancara guru , refleksi diri guru berdasarkan lesson analysis. Lesson analysis

dibuat berdasarkan hasil transkrip video dan rekorder. Tujuannya selain untuk

refleksi diri guru juga untuk mengetahui proses pembelajaran apakah masih

teacher center atau sudah student center. Sementara hasil TKR dianalisis untuk

mengetahui learning obstacle yang masih dimiliki siswa. berdasarkan learning

obstacle dan hasil refleksi guru, maka disusun desain didaktis revisi.

(29)

37

Tini Sumiartini, 2015

A. Analisis Learning Obstacle Siswa

1. Analisis hasil TKR

- Memberi skor setiap soal sesuai dengan kunci jawaban

- Menganalisis skor yang diperoleh siswa

- Mengidentifikasil learning obstacle siswa berdasarkan jawaban yang

diberikan siswa.

2. Analisis Wawancara siswa

- Mentranskrip hasil wawancara siswa

- Mengcode kata-kata hasil wawancara

- Mengidentifikasi learning obstacle yang dialami siswa saat menjawab

TKR.

3. Membaca keseluruhan informasi dari hasil TKR dan Wawancara siswa

4. Menjelaskan learning obstacle yang dialami siswa.

B. Analisis hasil observasi

1. Mentranskrip semua kegiatan siswa pada saat pembelajaran berdasarkan hasil

video atau rekorder dan lembar observasi.

2. Mengcode kegiatan-kegiatan yang penting dan berhubungan dengan apa yang

ingin diteliti

3. Mengidentifikasi respon siswa yang muncul pada saat pembelajaran.

4. Mengidentifikasi antisipasi guru dan kendala-kendala yang terjadi pada saat

pembelajaran.

5. Menganalisis hasil refleksi diri guru setelah pembelajaran melalui lesson

analysis

6. Melakukan interpretasi

(30)

Tini Sumiartini, 2015

BAB V

SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian serta pembahasan maka simpulan yang

dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

1) Learning obstacle siswa pada konsep larutan penyangga meliputi:

a. Tidak mampu menjelasakan sifat larutan penyangga. Siswa tidak

menyertakan alasan terhadap jawaban yang diberikan serta siswa

tidak dapat menentukan jenis larutan yang memiliki sifat larutan

penyangga.

b. Tidak mampu menentukan komponen pembentuk larutan

penyangga. Siswa tidak menyertakan alasan terkait jawaban yang

diberikan serta siswa tidak tepat dalam menjelaskan komponen

pembentuk larutan penyangga.

c. Tidak mampu menjelaskan prinsip kerja larutan penyangga ketika

ditambahkan asam kuat atau basa kuat. Siswa tidak mampu

menuliskan persamaan reaksi larutan penyangga ketika

ditambahkan asam kuat atau basa.

d. Tidak mampu menentukan rumus pH larutan penyangga serta

kurang mampu dalam perhitungan matematis.

2) Desain didaktis pertemuan pertama meliputi konsep sifat larutan

penyangga, komponen pembentuk larutan penyangga serta prinsip kerja

larutan penyangga. Desain didaktis pertemuan pertama disusun

berdasarkan hasil learning obstacle siswa, hasil repersonalisasi dan hasil

rekontektualisasi. Desain didaktis pertemuan pertama berupa chapter

design dan lesson design yang dilengkapi dengan prediksis respon siswa

serta antisipasi guru.

3) Hasil implementasi desain didaktis pertemuan pertama sebagian besar

prediksi respon yang muncul serta antisipasi guru telah sesuai dengan

prediksi respon siswa dan antisipasi guru yang telah dirancang

sebelumnya namun pada saat perwakilan kelompok mengkomunikasikan

(31)

104

Tini Sumiartini, 2015

hasil praktikum beberapa kelompok tidak memperhatikan karena belum

selesai praktikumnya. Learning obstacle siswa pada sifat larutan

penyangga dan komponen pembentuk larutan penyangga sudah

berkurang namun prinsip kerja larutan penyangga masih cukup tinggi.

4) Hasil refleksi diri guru melalui lesson analysis desain didaktis pertemuan

pertama menunjukan bahwa pada sesi klasikal pembelajaran masih

cenderung berpusat pada guru. pada sesi kelompok sudah terjadi

kolaborasi antar siswa, namun kolaborasi antar siswa pada kelompok 1

dan 4 masih rendah.

5) Desain didaktis revisi pertemuan pertama yaitu dengan menambahkan

prediski respon dan antisipasi guru mengenai prinsip kerja larutan

penyangga.

6) Desain didaktis pertemuan kedua pada konsep pH larutan penyangga

disusun berdasarkan learning obstacle siswa terkait pH larutan

penyangga, hasil repersonalisasi, rekontektualisasi serta hasil refleksi diri

guru pada pertemuan pertama. Desain didaktis pertemuan kedua

disajikan dalam bentuk chapter design dan lesson design yang dilengkapi

dengan respon siswa dan antisipasi guru.

7) Hasil implementasi desain didaktis pertemuan kedua respon yang muncul

dan antisipasi guru sebagian besar telah sesuai dengan prediksi repson

siswa dan antisipasi guru yang telah dirancang sebelumnya. Learning

obstacle siswa pada konsep pH larutan penyangga sudah berkurang.

8) Hasil refleksi diri guru melalui lesson analysis pada desain didaktis

pertemuan kedua menunjukan bahwa pembelajaran pada sesi klasikal

cenderung berpusat pada siswa. Pada sesi kelompok sudah terjadi

kolaborasi yang cukup baik untuk setiap kelompok. Namun kolaborasi

dalam kelompok 4 masih cenderung rendah.

9) Desain didaktis revisi pertemuan kedua yaitu dengan menambahkan

prediski respon dan antisipasi guru mengenai reaksi ionisasi dan

(32)

105

Tini Sumiartini, 2015

5.2Implikasi

Implikasi dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Melalui desain didaktis guru dapat merefleksikan pembelajaran yang

telah dilakukan untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

2) Melalui desain didaktis guru dapat memahami hambatan belajar yang

dialami siswa sehingga dapat melakukan tindakan yang tepat untuk

mengantisipasinya.

3) Melalui desain didaktis guru dapat memberikan tindakan yang tepat

sesuai dengan kebutuhan siswa baik secara didaktis maupun pedagogis.

5.3Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan,

penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

1) Perlu adanya kajian lebih lanjut pada desain didaktis pertemuan pertama

mengenai antisipasi prinsip kerja larutan penyangga sehingga diperoleh

antisipasi yang tepat untuk mengatasi learning obstacle siswa pada

konsep tersebut.

2) Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai praktikum larutan penyangga

yang efektif sehingga tidak memerlukan waktu yang cukup lama.

3) Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai desain didaktis revisi pada

konsep larutan penyangga sehingga diperoleh desain didaktis yang dapat

(33)

Tini Sumiartini, 2015

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. C. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung: Kiblat Buku Utama Precursor For Incorporating Critical Thinking Into The Classroom?. International Journal of Instruction e-ISSN: 1308-1470 Vol.5, No.1

Christmas, D. Kudzai, C & Josiah, M . (2013) . Vygotsky’s Zone of Proximal Development Theory: What are its Implications for Mathematical Teaching?. Greener Journal of Social Sciences ISSN: 2276-7800 Vol. 3 (7).

Creswell, J. (2010). Reseach Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Aprroaches. second edition., Los Angeles : SAGE

Hadjerrouit, S. (2011). Using The Interactive Learning Environment Aplusix For Teaching And Learning School Algebra: A Research Experiment In A Middle School: The Turkish Online Journal of

Educational Technology – October 2011, volume 10 Issue 4

Hidayat, A dan Hendayana, S. (2013). Developing tools for analyzing of

clasroom interaction: does it student centered or teacher –center-

lesson? Disajikan pada international seminar on mathematics,

science, and computer science education. Bandung: Universitas

Pendidikan Indonesia

(34)

107

Tini Sumiartini, 2015

Hong, C. (2011). Action Research in Teacher Education: Classroom Inquiry, Reflection and Data-Driven Decision Making: Journal of Inquiry & Action in Education, 4(2).

Jahnke, I & Kumar, S. (2014). Digital Didactical Designs: Teachers’Integration of iPads for Learning-Centered Processes. Journal of Digital Learning in Teacher Education

Jahnke, I. Norqvist, L and Olsson, A. (2014). Digital Didactical Designs of Learning Expeditions: Springer International Publishing Switzerland.

Kansanen, P. (2003). Studying—the Realistic Bridg Between Instruction and Learning. An Attempt to a Conceptual Whole of the Teaching– Studying–Learning Process. Carfax Publishing: Educational Studies, Vol. 29, No. 2/3

Kansanen, P and Meri, M .(1999). Didactic relation in the teaching-

studying-learning process. Tersedia di:

http//www.helsinki.fi/pkansane/Kansanen_Meri.pdf. [5 Februari 2015]

Kozulin, A. (2004). Vygotsky's theory in the classroom: Introduction. European Journal of Psychology of Educatio Vol.XIX.n'I.3-7

Kuno, H. (2012). Impact of lesson analysis: sharing the values of high quality lesson. Disajikan pada WALS 2012 International

Conference, 29 November 2012, Singapura

Kusnandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Grafindo Persada

Liberante, L .(2012). The importance of teacher–student relationships, as explored through the lens of the NSW Quality Teaching Model.

Journal of Student Engagement: Education matters 2012, 2 (1), 2–

9

Lin, et al. (2010). The Relationship between Teacher Quality and Teaching Effectiveness Perceived by Students from Industrial Vocational High Schools. Asian Journal of Arts and Sciences, Vol. 1, No. 2, pp. 167-187, 2010.

Lui, A. (2012). Teaching in the Zone An introduction to working within the Zone of Proximal Development (ZPD) to drive effective early

(35)

108

Tini Sumiartini, 2015

Marsita, R. Priatmoko, S dan Kusumua, E. (2010). Analysis Kesulitan Belajar Kimia Siswa Sma Dalam Memahami Materi Larutan Penyangga Dengan Menggunakan Two-Tier Multiple Choice

Diagnostic Instrument: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri

Semarang

Matsubara, K & Ikeda, H. (-). Development of Lesson Analysis System for Student-Centered Science Teaching toward International Cooperation. International Conference News Perspective In Science Education Edition 4

Mentari, L. Suardana, N dan Subagia, W (2014). Analisis miskonsepsi siswa sma pada pembelajaran kimia untuk materi larutan

penyangga: e-Journal Kimia Visvitalis Universitas Pendidikan

Ganesha : Jurusan Pendidikan Kimia (Volume 2 Nomor 1 Tahun 2014)

Orgill, M & Sutherland, A. ( 2008). Undergraduate Chemistry Student’s Perception of and Misconception about Buffer and Buffer Problems: Chemistry Education Research and Practice. 9, 131- 134.

Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Santagata, R et al. (2007). The role of lesson analysis in preservice teacher education: An empirical inves- tigation of teacher learning from a virtual video-based field experience. Journal of Mathematics

Teacher Education, 10, 128

Setiawati, E. (2011). Hambatan Epistemologi (Epistemological Obstacles) Dalam Persamaan Kuadrat Pada Siswa Madrasah Aliyah. Proceeding :International Seminar and the Fourth National

Conference on Mathematics Education 2011: Department of

Mathematics Education, Yogyakarta State University Yogyakarta

Sesen, B & Tarhan, L .(2010). Promoting Active Learning In High School Chemistry: Learning Achievement And Attitude: Procedia Social

and Behavioral Sciences 2 (2010) 2625–2630

Sheppard, K. (2006). High school students’ understanding of titrations and related acid-base phenomena: Chemistry Education Research and Practice, 2006, 7 (1), 32-45

Sihaloho. (2013). Analisis kesalahan siswa dalam memahami konsep

larutan buffer : Jurnal Entropi, Volume Viii, Nomor 1, Inovasi

(36)

109

Tini Sumiartini, 2015

Siska, A. Amran, E dan Herdini. (2013). Pemberian materi prasyarat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan larutan

penyangga di kelas xi sma negeri 1 pekanbaru: Program Studi

Pendidikan Kimia FKIP Universitas Riau

Sugandi, A. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.

Sugiarti dan Bundu,P. (2014). Contextual Chemistry Model Based Learning Environment (PKKBL) To Improve Student Learning Outcomes And Academic Honesty For Junior High School. Journal

of Education and Practice ISSN 2222-1735 Vol.5, No.2.

Sukmadinata, N. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya

Suryadi, D. (2010). Penelitian Pembelajaran Matematika Untuk

Pembentukan Karakter Bangsa. Makalah seminar. Yogyakarta :

Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Suryadi, D dan Suratno, T. (2014). Kemandirian Pendidik Kisah Pendidik

Reflektif dan Profesional Pembelajaran : Sekolah Pascasarjana UPI

Susiwi, S. (2013). Pendekatan Pembelajaran dalam Pembelajaran Kimia: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Utari, S. (2014). Desain Didaktis Berbantuan Lesson Analysis Sebagain Refleksi Diri Guru dalam Pembelajaran Kimia SMA kelas XI pada

Konsep Jenis-Jenis dan Sifat-Sifat Koloid. (Tesis) . Sekolah Pasca

Sarjana: UPI Bandung

Vygotsky, L.S. (1978). Vigotsky’s Educational Theory in Cultural Context. Cambridge, MA: Harvard University Press

Wiersma, W and Jurs, S. (2009). Research Methods in Educational An

Introduction, Ninth Edition. United State of America : Pearson

Wijaya, A.F.C. (2012). Lesson Analysis. Disajikan pada tot lesson study 2012. Bandung.UPI

Yunitasari, W. Susilowati, E dan Nurhayati, N. (2013). Pembelajaran direct instruction disertai Hierarki konsep untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada materi larutan penyangga kelas xi ipa

semester genap SMA Negeri 2 Sragen: Jurnal Pendidikan Kimia

(37)

110

Tini Sumiartini, 2015

Zainal, Y. (2013). Desain Didaktis Berbantuan Lesson Analysis Sebagai Self- Reflection Terhadap Kesulitan Belajar (Learning Obstacle) Pada Pembelajaran Penerapan Konsep Koloid Dalam Kehidupan

Gambar

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian
Tabel 3.1. Teknik pengumpulan data Sumber dataPengumpulan

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari

Tujuan kajian ini adalah untuk menganalisa pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan bermain sepak bola yang diharapkan memberikan manfaat

Dan masing-masing sertipikat telah dibebani hak tanggungan oleh kreditor berbeda.Dan permasalahan dalam penelitian tesis ini apakah yang menjadi penyebab terbitnya sertipikat

Purwani, Eka, 2012, Perancangan Standarisasi Peta Proses Service dengan Metode Lean Six Sigma Studi Kasus Divisi Recovery Pada Kontraktor Telekomunikasi, Fakultas Teknik

INSTRUMEN IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN KEAKSARAAN (STUDI EVALUASI PADA WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL)..

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Profitabilitas, Cash Position dan Keputusan Investasi terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang

 Surat rekomendasi atau keterangan kemajuan studi dari tempat studi (untuk studi DN).  Surat persetujuan penugasan dari Sekretariat Negara RI (untuk

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Profitabilitas, Cash Position dan Keputusan Investasi terhadap Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Utang