• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MEDIA INTERAKTIF TIPE TUTORIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MEDIA INTERAKTIF TIPE TUTORIAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP KEPEDULIAN LINGKUNGAN."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas VII SMPN 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)

Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa akibat penyampaian materi yang kurang maksimal dari guru dan minimnya media pembelajaran. Hal ini nampak dari hasil test siswayang rendah. Penerapan media interaktif merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa, dan mengetahui respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan, sertamengetahui apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa.Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Subjeknya adalah siswa kelas VII-D dan VII-G SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis.Rancangan desain yang digunakan adalah non-equivalent control group design. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa test. Teknik analisis data menggunakan Uji Statistik menggunakan SPSS. Hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa penerapan media interaktif tipe tutorial dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan secara signifikan. Interpretasi skor aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial menunjukanbahwa guru berhasil dalam hal perencanaan hingga pelaksaanaan kegiatan pembelajaran sertamenunjukan bahwa siswa aktif dalam proses pembelajaran. Respon guru dan siswa dalam evaluasi media menunjukan bahwa tampilan dan rancangan perangkat media interaktif tipe tutorial dianggap baik dan bermanfaat. Kendala yang terjadi adalah lemahnya guru dalam pemberian penguatan tugas pada siswa.

(2)

Teaching And Learning Of The Seventh Grade Students Of SMPN1 1 Cijeungjing Ciamis Regency, West Java Province).

Adviser : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.

The bacground to this research is the lack of concept understanding and environmental awarenessdue tothe less of teachers delivery materialandless ofinstructional media. It canbe seenfromthe lowstudenttest results.One alternativesolution tosolve this problemsis interactive media tutorial.The research aims to: find the extent to which the implementation of interactive media tutorial on students’ influences concept understanding and environmental awareness; andfind students’ and teachers’ responses to the implementation of interactive media tutorial on students’ concept understanding and environmental awareness; and find the obstacles to the implementation of interactive media tutorial on students’ concept understanding and environmental awareness. The research adopted quantitative approach with a quasi-experimental method. The subjects consisted of seventh grade students of VII-D and VII-G Classes at SMP Negeri 1 Cijeungjing, Ciamis Regency.The research employed non-equivalent control group design. Data were collected using tests as the instrument and were then analyzed statistically with the aid of SPSS.The results obtainedshowed thatthe implementation of interactive media tutorial could significantimprove concept understanding of environmental awareness. Teachers’ and students’ activity score on learning process show that the teachers’ have been successful in planning and implementing their plans in teaching and learning activity, and the students’ show that they active engagement in the teaching and learning process.In terms of media evaluation, students and teachers respon agreed with the whole indicators of the questionnaires on tutorial interactive media, proving that the performance and benefits of the teaching and learning media were regarded as appropriate.The obstacles in implementing these tutorial interactive media are teachers’ reinforcement to students.

Keywords: Tutorial Interactive Media, Concept Understanding, Environmental Awareness.

(3)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 14

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Tujuan Penelitian ... 15

E. ManfaatPenelitian ... 15

F. Struktur Organisasi Tesis ... 16

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Pendidikan ... 17

1. Pengertian Pendidikan ... 17

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan ... 18

3. Pilar Pendidikan ... 25

4. Komponen Pendidikan... 26

B. Pembelajaran IPS ... 33

1. Pengertian IPS ... 33

2. Tujuan dan Fungsi IPS ... 34

3. Kajian IPS ... 35

4. IPS dalam Kurikulum 2013 ... 36

C. Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan ... 38

(4)

E. Media Interaktif tipe Tutorial ... 50

F. Kerangka Penelitian ... 55

G. Alur Penelitian ... 56

H. Hipotesis ... 57

BAB III : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 58

B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 59

1. Subjek Penelitian ... 59

2. Lokasi Penelitian ... 60

3. Waktu Penelitian ... 60

C. Desaindan Metode Penelitian ... 61

D. Definisi Operasional ... 61

1. Pemahaman Konsep... 61

2. Sikap Kepedulian Lingkungan ... 62

3. Media Pembelajaran Interaktif tipe Tutorial... 62

E. Instrumen Penelitian ... 62

1. Test Pemahaman Konsep ... 62

2. Test Sikap Kepedulian Lingkungan... 63

F. Teknik pengumpulan dan analisis data ... 64

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 69

1. Deskripsi Observasi Pra Penelitian ... 69

a. Lokasi dan Subjek Penelitian... 69

b. Deskripsi Pembelajaran sebelum Penelitian ... 74

2. Implementasi Media ... 76

3. Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan ... 78

4. Sikap Kepedulian Lingkungan ... 84

5. Respon Guru dan Siswa ... 89

a. Aktivitas Guru dan Siswa ... 90

(5)

6. Kendala penerapan Media Interaktif tipe Tutorial... 98

BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 99

B.Saran ... 100

C.Rekomendasi ... 100

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi

ini terlihat begitu pesatnya. Hal ini mendorong setiap manusia merespon

semua perkembangan tersebut secara cepat. Untuk itu, tuntutan sumber

daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan. Salah satu cara untuk

membentuk sumber daya manusia yang berkualitas ialah melalui

pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk dari perwujudan kebudayaan

manusia yang dinamis dan penuh dengan perkembangan. Karena itu,

perubahan dan perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang

seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan zaman.

Pendidikan merupakan upaya sadar atau disengaja yang diberikan oleh

pendidik kepada anak didik agar mencapai kedewasaan. Menurut M.J.

Langeveld dalam Kartini Kartono (1997, hlm. 11) menyatakan bahwa

pendidikan adalah suatu upaya orang dewasa yang dilakukan secara

sengaja untuk membantu anak atau orang yang belum dewasa agar

mencapai kedewasaan. Kedewasaan disini maksudnya adalah suatu kondisi

dimana seseorang sudah memiliki rasa tanggung jawab dan sudah cukup

cakap mengatasi masalah-masalah hidupnya atau sudah mampu memecahkan

kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Mulai

dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dan dari tidak

paham menjadi paham.

Pendidikan dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan

pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang

berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta

didik dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan dimasa yang akan

(7)

pemerintah saling bersinergi, maka keberhasilan pendidikan tidak mustahil

dapat diraih.

Tidak dapat dipungkiri, karena kemajuan zaman dan perkembangan ilmu

pengetahuan serta teknologi, pendidikan yang dilakukan oleh keluarga tidak

mungkin lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda

akan ilmu. Semakin maju suatu masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan

pemenuhan kebutuhan akanilmu. Kondisi masyarakat seperti ini mendorong

terjadinya proses formalisasi lembaga pendidikan yang lazim disebut sistem

persekolahan.

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan

sekolah melalui kegiatan belajar mengajar dengan organisasi yang tersusun

rapi, berjenjang dan berkesinambungan. Sifatnya formal, diatur berdasarkan

ketentuan-ketentuan pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang

bersifat nasional, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia

dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur.

Di Indonesia, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, maka

jalur pendidikan sekolah harus mampu menumbuh kembangkan anak sebagai

makhluk individu melalui pembekalan semua bidang studi. Sekolah juga

sebagai tempat pengembangan sikap sosial dan religius dan berfungsi sebagai

pembinaan watak anak melalui bidang studi yang relevan sehingga akhirnya

akan terbentuk manusia yang cakap yang mampu menampilkan dirinya sesuai

dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat. Akhirnya

pendidikan persekolahan dituntut menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas

yang mampu mensejahterakan dirinya dan bersama orang lain mampu

mensejahterakan masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan berfungsi sebagai pembentuk watak juga mengembangkan

kemampuan peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab (UU No. 20 tahun

(8)

sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses

pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian

sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas.Pendidikan yang berkualitas adalah

pendidikan yang mampu mengantar peserta didik mencapai fungsi dan

tujuan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan, perlu disusun dan

difungsikannnya suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang baik.

Berbagai komponen dalam sistem perlu dikenali, dipahami dan

dikembangkan secara seksama, sehingga dapat benar-benar berfungsi dengan

tepat. P.H Coombs (1982, hlm. 26-27) mengemukakan Komponen dalam

sistem pendidikan terdiri dari; tujuan dan prioritas, pelajar atau peserta,

manajemen, struktur dan jadwal waktu, isi bahan belajar, guru dan pelaksana,

alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian dan

ongkos pendidikan. Apabila suatu upaya dalam komponen pendidikan dirasa

kurang berhasil, tidaklah tepat dianggap jelek keseluruhan upaya itu, sehingga

secara keseluruhan perlu diubah atau diganti upaya yang baru sama sekali.

Mungkin hanya beberapa komponen saja yang perlu diperbaiki.

Melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini berdasarkan rembuknas

pendidikan kebudayaan tahun 2015yang diakses disitus kemdiknas pada 16

April 2015, masih terdapat banyak masalah sehingga kualitas pendidikan

dinilai belum terlalu tinggi. Masalah yang pertama,adalah guru sebagai salah

satu pelaku pendidikan. Secara umum para guru di Indonesia kurang bisa

memerankan fungsinya dengan optimal. Kebanyakan guru belum memiliki

profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana

disebut dalam pasal 39 UU. No. 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan

pengabdian masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa Kriteria

(9)

kompetensi. Keempat kompetensi guru itu meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik

adalah kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau

kemampuan yang dimiliki oleh siswa melalui berbagai cara. Cara yang utama

yaitu dengan memahami siswa melalui perkembangan kognitif, merancang

pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar

sekaligus pengembangan potensinya. Guru diharapkan memahami sifat-sifat,

karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak didik.

Dengan mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti kesulitan dan

kemudahan anak didik dalam belajar dan mengembangkan diri sehingga guru

akan lebih mudah membantu siswa berkembang. Untuk itu diperlukan

pendekatan yang baik, dan pengetahuan perkembangan psikologis

anak.Pentingnya seorang guru memiliki kompetensi pedagogik adalah guru

dapat mengembangkan kemampuannya anak didiknya dengan maksimal

karena guru yang menguasai beberapa teori tentang pendidikan dengan

mengerti bermacam-macam teori pendidikan dapat memilih mana yang

paling baik untuk membantu perkembangan anak didik. Selain itu Guru juga

diharapkan memahami bermacam-macam model pembelajaran. Dengan

semakin mengerti banyak model pembelajaran, maka dia akan lebih mudah

mengajar pada anak sesuai dengan situasi anak didiknya. Pada dasarnya

peningkatan kompetensi pedagogik guru akan menghindarkan kegiatan

pembelajaran bersifat monoton,tidak disukai siswa dan membuat siswa

kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya. Guru juga

harus memiliki Kompetensi Kepribadian. Kepribadian guru merupakan faktor

terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Menurut Daradjat Zakiah

(2005, hlm. 49) kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi

pendidik yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau

penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang

(10)

(2004, hlm. 138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi

personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat

menjadi guru yang baik. Seorang guru harus dapat mencerminkan

kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap

dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri

teladan bagi siswanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18

Tahun 2007 seorang guru juga harus memiliki kompetensi profesional.

Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan

guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam termasuk

penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung

profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki

kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang

sesuai.Kompetensi lainnya yang harus dimiliki seorang guru adalah

kompetensi sosial.Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen, kompetensi sosial adalahkemampuan guru dan dosen untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta

didik, sesama guru dan dosen dan dosen, orangtua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar. Guru dengan memiliki kompetensi sosial yang baik, pasti

akan menjadi suri teladani oleh siswa-siswanya.

Masalah pendidikan yang kedua berdasarkan rembuknas pendidikan

kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16 April 2015

adalah peserta didik. Perilaku belajar peserta didik disekolah terlihat masih

pasif, aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan dari pada melakukan

sesuatu. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih berorientasi kepada

guru (teacher centered). Serta masalah sosial siswa yang tidak mencerminkan

sebagai seorang terdidik seperti melakukan tawuran, terlibat narkoba, minum

minuman keras, meroko, dan sikap serta perilaku tidak peduli kepada

lingkungan. Masalah pendidikan yang ketiga berdasarkan rembuknas

pendidikan kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16

April 2015 adalah lingkungan pendidikan. Masih belum meratanya sarana

(11)

berdampak pada kondisi dan suasana belajar menjadi kurang kondusif.

Masalah pendidikan yang keempat adalahalat pendidikan. Kurangnya

pemanfaatan media pembelajaran dalam mendukung proses belajar itu

sendiri. Masalah pendidikan nomor lima berdasarkan rembuknas pendidikan

kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16 April 2015

adalah metode pendidikan. Kebanyakan guru di Indonesia, dalam penggunaan

metode pembelajaran masih kurang menarik dan tidak bervariasi sehingga

proses pembelajaran menjadi monoton.

Berbicara mengenai masalah peserta didik khususnya ditingkat SMP,

pendidikan dasar merupakan masa yang paling penting untuk menentukan

masa depan seseorang. Terutama dalam pembentukan sifat dan

kepribadiannya, tidak terkecuali untuk urusan lingkungan hidup. Kepedulian

untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup haruslah dimulai sejak

dini,dengan begitu, kesadaran anak-anak terhadap pentingnya lingkungan

dapat dibawa hingga ia dewasa.

Permasalahan lingkungan menjadi isu yang sangat penting.

Sebagaimana yang digambarkan oleh Capra (1997, hlm. 11-12) bahwa:

Seiring dengan berakhirnya abad ke-20, masalah lingkungan menjadi hal yang utama. Kita dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam bentuk-bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu dekat akan segera menjadi tak dapat dikembangkan lagi (irreversible).

Masalah kerusakan lingkungan hampir terjadi diseluruh dunia.

Pelelehan es di kutub, perluasan gurun pasir, peningkatan intensitas hujan dan

banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna, pengurangan produktivitas

lahan pertanian, masalah sampah, peningkatan risiko kanker dan wabah

penyakit adalah bentuk nyata dari makin rusaknya lingkungan. Berdasarkan

laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) akhir tahun 2007

yang diakses pada 20 April 2015 pada situs WWF, diperkirakan akhir abad

ke-21, permukaan air laut akan naik setinggi 28 - 43 cm, sedangkan suhu

(12)

iklim global akibat dari emisi gaskarbon oksida (CO²) dan gas buangan

lainnya yang dilepaskan oleh industri,kendaraan bermotor yang berbahan

bakar fosil ke udara dan tidak terserap olehtumbuhan yang ada di bumi

karena pohon-pohonnya terus berkurang. Konsekuensinya, timbul pemanasan

global yang mengakibatkan kondisi iklim berubah. Bencana ekologis yang

terjadi di Indonesia sekarang ini adalah akibat kekacauan iklim dan

ekosistem. Bukti nyata dengan semakin rusaknya bumi ini, sudah barang

tentu menjadi tanda bahwa bumi sudah semakin sulit untuk bertahan dan

menanggung beban yang semakin berat.

Fakta mengenai masalah lingkungan yang terjadi di

Indonesiadinyatakan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar

Kambuaya pada tahun 2012 pada situs liputan6 yang diakses 20 April 2015

menjelaskan bahwa tahun 2012 angka kerusakan lingkungan di Indonesia

meningkat dua persen dari tahun sebelumnya. Angka kerusakan lingkungan

di negeri ini setiap tahunnya meningkat. Jika tahun 2011 kerusakannya

sebesar 59 persen, maka tahun 2012 menjadi 61 persen.

Salah satu bentuk peningkatan kerusakan lingkungan di Indonesia

dapat dilihat dari proses pembabatan hutan. Pembabatan hutan di Indonesia

berdasarkan situs kompasiana yang diakses 20 April 2015, setiap tahun

sekitar 1.3 juta hektare hutan mengalami kerusakan(FAO, 2012), sedangkan

menurut Greenpeace pada tahun 2012 kerusakan hutan di Indonesia mencapai

3.8 juta hektare per tahun. Sedangkan kerusakan hutan diwilayah kawasan

kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 sebesar 1.300 ha dari

luas wilayah hutan 37.007,88 ha (yugi, dkk). Kerusakan hutan ini terjadi di

wilayah kecamatan Cigugur akibat pembalakan liar, masuk pada kategori

sangat berat. Pohon-pohon yang ditargetkan ditebang pada 2008 - 2010 sudah

habis dijaraholeh oknum perusahaan dan individu. Selama Operasi Hutan

Lestari Lodaya 2008 dilaksanakan pada akhir Juni, setidaknya 7 oknum

pegawai Perhutani ditangkap karena terlibat pembalakan. Kerusakan

lingkungan pada ekosistem hutan ini disebabkan oleh aktivitas penebangan

(13)

kualitas maupun kuantitas berupa hilangnya daerah resapan air dan sekaligus

berkurangnya sumber air yang akhirnya dapat menimbulkan bencana. Maka

tidak heran kalau musim kemarau yang panjang, maka debit air akan sangat

terbatas sehingga menimbulkan bencana kekeringan.

Kerusakan lingkungan hidup tersebut disebabkan oleh kesalahan

perilaku manusia terhadap alam. Kesalahan perilaku ini berakar pada

kesalahan paradigma atau cara pandang manusia terhadap alam. Karena itu,

jalan keluar untuk mengatasi krisis dan bencana lingkungan hidup harus

dimulai dengan perubahan paradigma yang pada akhirnya mempengaruhi

perubahan perilaku kita terhadap alam. Aksi nyata dan berbagai upaya untuk

melestarikan bumi sudah sepatutnya dilakukan secara berkelanjutan. Untuk

itu dibutuhkan pembelajaran lingkungan di sekolah agar siswa memiliki

pemahaman, kesadaran dan kebiasaan untuk terus menjaga lingkungan.

Bentuk pemahaman, kesadaran dan kebiasaan untuk peduli lingkungan dapat

disebut melek ekologi. Capra (dalam Keraf, 2014, hlm. 126) menyebutkan

bahwa melek ekologi atau ecoliteracy adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan manusia yang sudah mencapai tingkat kesadaran tinggi

tentang pentingnya lingkungan hidup.

Adapun Orr (1992) dalam bukunya “Ecological Literacy Education the Transition to a Postmodern World” mengungkapkan bahwa:

The ecologically literate person has the knowledge necessary to comprehend interrelatedness, and an attitude of care or stewardship. Such a person would also have the practical competence required to act on the basis of kowledge and feeling (hlm. 92).

Maksud dari pernyataan Orr adalah seseorang yang cerdas secara

ekologis memiliki pengetahuan untuk memahami keterkaitan antara satu

komponen dengan komponen lainnya serta bersikap peduli terhadap sebuah

pekerjaan. Artinya seseorang yang melek ekologi tahu cara berhubungan dan

(14)

Sedangkan Daniel Golemen (2010, hlm. 37) dalam bukunya Ecological

Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik Produk-Produk Yang Kita Beli

diartikan mendefinisikan kecerdasan ekologis sebagai :

Suatu kemampuan (manusia) untuk beradaptasi terhadap lingkungan ekologis tempat kita berada. Kecerdasan ekologis membuat kita dapat menerapkan apa yang kita pelajari mengenai akibat aktivitas manusia terhadap ekosistem sehingga dapat mengurangi kerusakan dan sekali lagi hidup lestari dalam lingkungan kita yang sekarang ini berupa planet bumi.

Goleman (2012, hlm. 10-11) mengidentifikasi lima indikator agar seseorang

ataupun siswa memilki kecerdasan pemahaman dan sikap peduli lingkungan

dengan cara mengintegrasikan kecerdasan emosional, sosial, dan ekologi. Dia

mengungkapkan:

The five Practices of Emotionally and Socially Engaged Ecoliteracy with a goal of nurturing students to become ecoliterate, the center for Ecoliteracy has identified five vital practices that integrate emotional, social, and ecological intelligence. We work to inspire teachers to use a variety of learning opportunities that help studentconsider and apply these practices in a diverse range of contexts. These practices allow students to strengthen and extend their capacity to live sustainably. (1). Developing Emphaty for All Forms of Life, (2). Embracing Sustainability as a Community Practice, (3).Making the Invisible Visible, (4). Anticipating Unintented Concequences, and (5). Understanding How Nature Sustain Life

Secara ringkas lima langkah yang dimaksud Goleman untuk

mewujudkan kecerdasan pemahaman dan sikap peduli lingkungan yaitu, (1)

Mengembangkan sikap empati terhadap semua dimensi kehidupan, (2)

Membudayakan prinsip keberlanjutan sebagai praktik masyarakat, (3)

Mewujudkan sesuatu khayalan menjadi kenyataan, (4) Mengantisipasi

dampak yang tidak diharapkan, (5) Memahami bagaimana alam menopang

kehidupan.

Dalam konteks pendidikan khususnya peduli lingkungan (ecoliteracy)

dalam ruang lingkup sekolah bisa kita maknai kesadaran seluruh warga

sekolah terhadap pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan sekolah.

(15)

pendidikan tentang lingkungan dalam konteks IPS dirasa perlu untuk

dilaksanakan. Kajian lingkungan sangat pas dikaji oleh IPS. IPS dapat

mengkaji lingkungan secara interdisipliner atau multidisipliner, yaitu

dikaitkan dengan struktur ilmu yang lain seperti geografi, sosiologi, ekonomi,

politik dan sejarah. Lingkungan juga dapat dikaji oleh IPS berdasarkan

pengalaman yang dialami oleh siswa sehari-hari. Misalnya, Guru IPS ingin

mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan, maka guru perlu

memberikan contoh membuang sampah pada tempatnya. Guru bersama-sama

dengan peserta didik dan juga pihak sekolahperlu menyediakan lingkungan

yang kondusif seperti menyediakan tempat sampah, tempat cuci tangan,

kemoceng, membuat tanaman gantung di setiap kelas. Selain itu, di setiap

kegiatan pembelajaran sebaiknya selalu diselingi kegiatan yang

mengkondisikan peserta didik untuk membuang sampah pada tempat,

misalnya sebelum pelajaran di mulai kelas harus dalam

keadaan bersih dari sampah. Dalam pembelajaran IPS yang mengkaji tentang

kepedulian lingkungan, peserta didik harus mempelajari perkembangan

berbagai konsep dan fenomena lingkungan dari waktu ke waktu, harus

memiliki kesadaran dalam orientasi tempat dan inter-relasi tempat dalam

konsep waktu dan ruang, mampu mengkaji secara interdisipliner berbagai

gagasan atau fenomena, serta memahami dan menghayati berbagai konsep

secara reflektif dan aktif melalui membaca, berpikir, berdiskusi dan menulis

serta memiliki pengalaman belajar dari lingkungan sekitar sekolah dan atau

lingkungan rumah. Dengan demikian dapat menanamkan daya kreasi dan

kecintaan yang mendalam pada lingkungan alam dan lingkungan hidup,

sehingga lingkungan dapat merangsang kreativitas pada diri peserta didik,

dan pada masa yang akan datang, jika peserta didik tumbuh dewasa,

diharapkan dapat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya

menjaga lingkungan yang harmonis dan mengacu pada keseimbangan

ekosistem. Keterkaitan IPS dengan lingkungan, secara implisit termuat dalam

tujuan IPS yaitu membantu generasi muda mengembangkan kemampuan

(16)

beraneka budaya, masyarakat demokratis dalam dunia yang saling

berketergantungan (NCSS, 1994, hlm. 2).

Hal senada diungkapkan Jarolimek (dalam Supardan, 2014, hlm. 16)

menyatakanbahwa The Social Studies … are part of an educational program

that is increasingly emphasizing the rational process as an approach to the

solution of human problem. Maksud dari pernyataan jarolimek tersebut

bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang

bertujuan membangun sebuah proses rasional sebagai sebuah pendekatan

dalam memecahkan berbagai problem manusia. Persoalan lingkungan adalah

salah satu persoalan manusia.

Pembelajaran IPS akan berjalan dengan aktif, bermakna dan

menyenangkan, apabila guru menggunakan metode pembelajaran yang

bervariasi dan inovatif dalam penggunaan media pembelajaran. Brown, Lewis

dan Harcleroad dalam Arsyad (2007, hlm. 15) menyatakan bahwa media

pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dan

siswa agar terjadi efektivitas proses pembelajaran. Kreativitas dalam

penggunaan berbagai macam media akan meningkatkan kemungkinan

siswa belajar lebih banyak, apa yang mereka pelajari dapat diingat dengan

lebih baik, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk berkembang.

Pendapat lain dikemukakan Blake dan Haralsen (dalam Rohani,

1997, hlm. 2) bahwa media adalah medium yang digunakan untuk

membawa/menyampaikan sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan

jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan

komunikan. Berdasarkan paparan yang menjelaskan tentang media diatas,

dapat disimpulkan media pembelajaran adalah suatu alat atau perantara yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dan

berfungsi untuk menyampaikan pesan. Dimana manfaat media dalam

proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dan siswa

sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.

Edgar Dale (1963 hlm. 43) membagi pengalaman yang dihubungkan

(17)

kerucut pengalaman. Kerucut pengalaman ini memperlihatkan rentangan

tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman

melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat

kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap

pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan

Teknologi Pembelajaran. Pemikiran Edgar Dale (1963) tentang Kerucut

Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk

memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan

komunikasi audiovisual.

Penggunaan media pembelajaran pada tahap berlangsungnya

pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan

penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan

motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu

siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan

memadatkan informasi.

Fakta mengenai rendahnya pemahaman konsep dan sikap kepedulian

lingkungan ternyata terjadi juga di SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten

Ciamis. Sekolah ini terletak di kecamatan Cijeungjing kurang lebih 10 km

dari pusat kotaCiamis, terdiri dari 24 Rombel dan dengan jumlah siswa

sebanyak 742 orang. SMP Negeri 1 Cijeungjing merupakan salah satu

sekolah menengah pertama di Ciamis yang melaksanakan program Adiwiyata

dari Kementrian Lingkungan Hidup. Pihak sekolah melalui program ini

mengharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah

menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang

negatif. Beberapa indikator yang mempresentasikan bahwa sekolah sudah

melaksanakan program adiwiyata diantaranya; lingkungan sekolah rimbun

dengan pepohonan, halaman bersih dari sampah, diterapkannya biopori

sebagai tempat untuk penyerapan air, mendaur ulang sampah, sekolah mampu

memenuhi kebutuhan airnya sendiri, dan sekolah tidak memfasilitasi siapa

saja merokok didalam lingkungan sekolah. Setelah dilakukan observasi awal

(18)

SMP Negeri 1 Cijeungjing, ternyata memperlihatkan bahwa dari 24 kelas

yang ada, sekitar 58% atau 14 kelas masih mencerminkan kelas dengan sikap

kepedulian terhadap lingkungan yang rendah. Ini dapat dilihat dari rendahnya

nilai pada setiap indikator sikap kepedulian lingkungan yang terdiri dari,

menjaga kelestarian lingkungan sekitar, vandalisme, membuang sampah, dan

pelaksanaan membersihkan lingkungan kelas. Dari 14 kelas tersebut terdiri

dari 5 kelas dari kelas VII, 5 kelas dari kelas VIII, dan 4 kelas dari kelas IX.

Dalam hal pemahaman akan lingkungan, setelah diberikan test pada 24 kelas

yang ada, hasilnya sekitar 42% atau 10 kelas masih mencerminkan kelas

dengan pemahaman kepedulian lingkungan yang kurang. Ini dapat dilihat dari

rendahnya nilai setiap indikator pemahaman kepedulian lingkungan yang

terdiri dari, definisi dan unsur lingkungan, jenis dan contoh pencemaran

lingkungan, sebab akibat serta cara mengatasi pencemaran lingkungan, dan

memahami pentingnya kepedulian lingkungan. 10 kelas tersebut terdiri dari 4

kelas dari kelas VII, 3 kelas dari kelas VIII, dan 3 kelas dari kelas IX.

Sehingga program Adiwiyata sebagai cermin sekolah berwawasan

lingkungan belum terasa begitu optimal secara nyata. Kemudian dalam hal

proses kegiatan belajar mengajar, berdasarkan observasi awal empat guru IPS

yang ada di SMPN 1 Cijeungjing terlihat belum begitu variatif dalam

menggunakan metode dan kurang inovatif dalam memanfaatkan media

pembelajaran, khususnya dalam kajian lingkungan.

Hal inilah yang mendorong untuk dilaksanakan penelitian dengan

mengetengahkan alternatif inovasi dalam hal media pembelajaran untuk

meningkatkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa

sekaligus untuk mendukung program Adiwiyata yang oleh pihak sekolah

sedang digalakan. Penelitian ini akan mengangkat judul “Pengaruh

Penerapan Media Interaktif Tipe Tutorial terhadap Pemahaman Konsep

(19)

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran dapat

diidentifiksikan sebagai berikut, yaitu:

1. Rendahnya pemahaman siswa pada konsep kepedulian lingkungan

sebesar 42% atau 10 kelas dari 24 kelas yang ada, sehingga dapat

dikategorikan rendah.Hal ini tampak dari rendahnya nilai setiap indikator

pemahaman kepedulian lingkungan yang terdiri dari, definisi dan unsur

lingkungan, jenis dan contoh pencemaran lingkungan, sebab akibat serta

cara mengatasi pencemaran lingkungan, dan memahami pentingnya

kepedulian lingkungan.

2. Rendahnya sikap kepedulian lingkungan siswa sebesar 58% atau 14 kelas

dari 24 kelas yang ada, sehingga dapat dikategorikan rendah. Hal ini

tampak dari rendahnya nilai pada setiap indikator sikap kepedulian

lingkungan yang terdiri dari, menjaga kelestarian lingkungan sekitar,

vandalisme, membuang sampah, dan pelaksanaan kegiatan

membersihkan lingkungan.

3. Berdasarkan observasi awal, pendidik terlihat kurang variatif dalam

menggunakan metode dan kurang inovatif dalam memanfaatkan media

pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan ? Dari

rumusan masalah tersebut dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan

penelitian sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap

pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan?

2. Bagaimana respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif

(20)

3. Apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap

pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian yang ingin mengharapkan melalui penelitian

ini yaitu :

1. Mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan media interaktif tipe

tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan.

2. Mengetahui respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif

tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan.

3. Mengetahui apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial

terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Dapat merancang, membuat, dan mengimplementasikan media interaktif

tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap lingkungan siswa pada

mata pelajaran IPS di SMP.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru IPS, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai tambahan wawasan pengetahuan, serta kompetensi.

b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah

awal untuk mengembangkan motivasi belajar, lebih kreatif dan

kritis, serta dapat menerima pelajaran dengan maksimal.

c. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan

bahan pengarahan kepada guru untuk pengembangan dan

(21)

F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

Tesis ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:  Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.  Bab II Kajian Pustaka

Bab ini terdiri atas konsep-konsep dan teori-teori tentang pendidikan,

pemahaman konsep kepedulian lingkungan, sikap kepedulian lingkungan,

media interaktif tipe tutorial.  Bab III Metode Penelitian

Bab ini terdiri dari desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian,

pengumpulan data, analisis data.

 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan

analisis data, pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan

penelitian yang telah dirumuskan.

 Bab V Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi

Bab ini berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi yang menyajikan

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan metode kuasi

eksperimen. Menurut Sugiyono (2006, hlm. 14) penelitian kuantitatif adalah

penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif

yang diangkakan. Kuasi eksperimen merupakan eskperimen yang memiliki

perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan

penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka

menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook dan Campbell,

1979, hlm. 96-98). McMillan dan Schumacher (2001, hml. 402) menegaskan

bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah “a type of experiment with

research participants are not randomly assigned to the experimental and

control group.” Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya. Pada

penelitian kuasi eksperimen, peneliti memanipulasi subjek sesuai dengan

rancangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok

eksperimen, namun pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik

random. Penelitian ini berfokus pada penerapan media interaktif tipe tutorial

untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dan sikap kepedulian

lingkungan siswa.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent

control group design. Menurut Creswell (2010, hlm. 242) Dalam rancangan

ini, subjek penelitian atau partisipasi penelitian tidak dipilih secara acak untuk

dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada

dasarnya, langkah-langkah dalam rancangan ini sama seperti pada rancangan

(23)

Dalam desain ini, ada dua kelompok dimana satu mendapat perlakuan dan

satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretes dan

postes. Dan pemilihan kelompok tidak dipilih secara acak atau random.

Tabel 3.1 Desain Penelitiannon-equivalent control group design

Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan :

X1 : Penggunaan Media Interaktif tipe tutorial

X2 : Penggunaan Media Foto

O1 : Pretest

O2 : Postest

B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian

1. Subjek

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D dan

VII-G SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Kelas VII-D

berjumlah 30 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa

perempuan. Kelas VII-G berjumlah 30 orang yang terdiri dari 14 siswa

laki-laki dan 16 siswa perempuan. Subjek penelitian ini dipilih

berdasarkan kelas-kelas yang diperkirakan sama kondisinya. Alasan

dipilihnya kedua kelas ini sebagai subjek penelitian adalah sebagai

berikut: (1) Pada observasi awal pra penelitian, Kedua kelas VII ini

termasuk pada empat kelas yang memiliki nilai pemahaman akan

kepedulian lingkungan yang kurang. (2) Nilai pemahaman kepedulian

lingkungan kedua kelas ini hampir sama yaitu rata-rata sekitar 62 untuk

kelas VII-D dan 63 untuk kelas VII-G bila dibandingkan dengan dua

kelas VII yang lain yang memiliki nilai 65 dan 67. (3) Kelas VII

(24)

kepedulian lingkungan akan dapat dikembangkan sejak dini, sehingga

diharapkan bisa terbawa hingga dewasa nanti.

Kelas VII-G akan dikenai perlakuan dengan menggunakan media

interaktif tipe tutorial. Kelas kontrol yaitu kelas VII-D menggunakan

media yang biasa digunakan guru. Media yang biasa guru di SMPN

Cijeungjing pada materi kepedulian lingkungan adalah media foto.

Tabel 3.2 Subjek Penelitian

Kelas Rerata Nilai

Pemahaman Kelompok

Jumlah

TOTAL

L P

VII D 62 Kontrol 16 14 30

VII G 63 Eksperimen 14 16 30

Jumlah Total 30 30

2. Lokasi

Tempat penelitian ini berada di SMP Negeri 1 Cijeungjing

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Pemilihan tempat ini

berdasarkan pada hasil observasi awal terhadap permasalahan lingkungan

yang terjadi di lokasi tersebut yaitu rendahnya nilai pemahaman konsep

dan sikap kepedulian lingkungan SMP Negeri 1 Cijeungjing, Sehingga

perlu dikembangkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian

lingkungan melalui pembelajaran IPS.

3. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung kurang lebih satu bulan

untuk melaksanakan empat kali pertemuan dengan dua kali percobaan

kuasi eksperimen terhitung mulai dari pertengahan bulan April 2015

sampai dengan pertengahan bulan Mei 2015. Penelitian ini dilaksanakan

(25)

C. Desain dan Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2006, hlm. 3) bahwa metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini adalah metode kuasi eksperimen dengan menggunakan pendekatan

kuantitatif, ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu model

pembelajaran atau hubungan sebab akibat variabel penelitian. Desain

yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent control group

design. Menurut Creswell (2010, hlm. 242) dalam rancangan ini, subjek

penelitian atau partisipasi penelitian tidak dipilih secara acak untuk dilibatkan

dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok

eksperimen yaitu siswa kelas VII-G SMPN 1 Cijeungjing, diberikan

perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial,

yang bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh terhadap pemahaman

konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa. Pada kelompok kontrol yaitu

siswa kelas IV-D SMPN 1 Cijeungjing, diberikan perlakuan pembelajaran

dengan menggunakan media pembelajaran berupa foto dengan materi yang

sama yaitu kepedulian lingkungan.

D. Definisi Operasional

1) Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan

Pemahaman konsep kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa untuk memahami pengetahuan akan lingkungan agar

peka dan peduli akan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar

dan senantiasa memperbaiki bila terjadi pencemaran atau

ketidakseimbangan. Pemahaman konsep kepedulian lingkungan pada

penelitian ini diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Indikator

pemahaman konsep yang digunakan dalam pemahaman konsep

kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah ; 1) definisi dan unsur

lingkungan, 2) jenis dan contoh pencemaran lingkungan, 3) sebab akibat

pencemaran lingkungan, 4) mengatasi permasalahan lingkungan, dan 5)

(26)

2) Sikap Kepedulian Lingkungan

Sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah sikap yang

selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan disekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan

yang sudah terjadi. Sikap kepedulian lingkungan pada penelitian ini

diukur dengan tes dalam skala likert sebanyak 10 soal. Indikator sikap

yang digunakan dalam sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini

adalah: 1) selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 2) tidak

mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau

dinding. 3) selalu membuang sampah pada tempatnya. 4) pelaksanakan

kegiatan membersihkan lingkungan.

3) Media Pembelajaran Interaktif tipe Tutorial

Media pembelajaran interaktif tipe tutorial dalam penelitian ini adalah

suatu bentuk program pembelajaran yang memanfaatkan program

komputer yang bersifat interaktif dengan penggunanya yang berbasis

audio-visual dan materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana

layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Selesai

penyajian tayangan, diberikan serangkaian pertanyaan untuk dievaluasi

tingkat keberhasilannya. Media Pembelajaran Interaktif tipe tutorial yang

akan peneliti gunakan adalah Program komputer yang bernama “ Lectora

Inspire “ Versi 11.2. Media ini diuji tingkat kualitasnya dengan cara : 1)

uji validasi, 2) uji praktikalitas dan 3) uji efektifitas.

E. Instrument Penelitian

1) Test Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan

Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes tertulis

untuk mengetahui hasil belajar kognitif konsep Kepedulian

Lingkungan. Tes yang digunakan pada penelitian ini berbentuk tes

pilihan ganda (multiple choice) dengan empat alternatif jawaban. Soal

(27)

dicapai. Langkah penyusunan tes penguasaan konsep adalah

penyusunan kisi-kisi, berkonsultasi dengan dosen pembimbing,

meminta pertimbangan satu orang dosen ahli pendidikan dan satu

orang dosen ahli bidang materi, serta uji coba soal. Soal yang

dibuat terdiri dari 20 butir dalam pentuk pilihan ganda yang difokuskan

pada soal pemahaman konsep. Soal pemahaman konsep ini terlebih

dahulu di uji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan

reliabilitasnya.

Berikut Pedoman pemberian skor pemahaman konsep bisa dilihat

dari tabel 3.3 :

Tabel 3.3

Pedoman Pemberian Skor

Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan

No. Indikator Skor No Soal

1 Definisi dan Unsur Lingkungan 1 1, 2

2 Jenis dan Contoh Pencemaran Lingkungan 1 3, 4, 9, 12, 13 3 Sebab Akibat Pencemaran Lingkungan 1 5, 6, 7, 14,15 4 Mengatasi Permasalahan Lingkungan 1 8, 11, 16, 18 5 Memahami Penting Kepedulian Lingkungan 1 10,17, 19, 20

Skor Maksimal 20

2) Test Sikap Kepedulian Lingkungan

Untuk mengukur sikap kepedulian lingkungan siswa, digunakan tes

tertulis dengan bentuk pengggunakan skala Liekert. Setiap siswa

diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan pilihan jawaban

yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), (Ragu), tidak setuju (TS), dan

(28)

Berikut Pedoman pemberian skor sikap kepedulian lingkungan bisa

dilihat dari tabel 3.4 :

Tabel 3.4

Pedoman Pemberian Skor Sikap Kepedulian Lingkungan

No. Indikator Skor No Soal

1 Menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 5 1, 2, 3, 4

2 Anti Vandalisme 5 5, 6,

3 Membuang sampah pada tempatnya. 5 7, 8,

4

Melaksanakan kegiatan membersihkan

lingkungan. 5 9, 10

Skor Maksimal 50

F. Teknik pengumpulan dan analisis data

Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan

dalam melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003 hlm. 174). Data yang

dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi

lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang

diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen

penelitian berupa Test. Test ini pertama untuk mengetahui tingkat

pemahaman konsep dan yang kedua untuk mengetahui sikap kepedulian

lingkungan siswa.

Adapun kuisioner/angket dipergunakan untuk mengetahui respon siswa

terhadap pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial.

Sedang lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas akademik

(29)

berbasis komputer. Dan Wawancara dipergunakan untuk memperoleh

penjelasan lebih rinci mengenai proses pembelajaran dan segala hal yang

berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini dilakukan secara terstruktur dan

tidak terstruktur.

Moleong (2003, hlm. 102) menyatakan bahwa analisis data

merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu

pola, kategori dan satuan dasar. Dalam penelitian ini data yang diperoleh

berupa data kuantitatif, yaitu berupa data-data hasil pre test dan post test

tentang pemahaman konsep yang telah dipelajari dan sikap peduli

lingkungan siswa. Selanjutnya data diolah melalui tahap sebagai berikut :

1. Instrument Test

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif. Data diperoleh dari hasil pretest dan postest untuk

mengetahui pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan

sebelum dan sesudah perlakuan, baik pada kelas eksperimen maupun

pada kelas kontrol. Data yang terkumpul diolah lalu ditampilkan

statistik deskripsinya. Kemudian dilakukan uji statistik uji-t dan

penghitungan N-gain untuk menghitung selisih nilai pemahaman

konsep. Sebagai langkah awal, dilakukan terlebih dahulu uji

normalitas dan homogenitas data hasil pretest-postest kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas, uji homogenitas dan

uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak

(software) SPSS.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilaksanakan dengan pendekatan inferensia/analitik

dengan menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov atau Shapiro Wilk.

Berhubung sampel yang digunakan kurang dari 50 maka Uji

normalitas menggunakan Uji Shapiro Wilk. Taraf signifikansinya

adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.

Jika probabilitas < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal

(30)

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa

populasi sama atau tidak. Taraf signifikansinya adalah 0,05.

Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas

adalah, Jika probabilitas > 0,05 maka siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol adalah homogen. Jika probabilitas < 0,05 maka siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak homogen.

(Santoso, 2001, hal.169)

c) Uji t-

Uji t- digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua group

yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua group

tersebut mempuyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara

signifikan. Taraf signifikansinya adalah 0,05. Jika nilai probabilitas

(sig. 2- tailed) > 0,05 maka rerata dari dua group adalah sama. Jika

nilai probabilitas < 0,05 maka rerata dari dua group adalah beda.

d) Uji N-gain

Gain merupakan selisih antara skor sebelum dan sesudah perlakuan,

baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hake

(2002, hlm. 3) mengembangkan sebuah alternatif untuk

menjelaskan gain yang disebutgain ternormalisasi (normalized

gain). Analisis gain ternormalisasi digunakanuntuk mengetahui

kriteria normalisasi gain yang dihasilkan. N-gain dihitung dengan

rumus

(31)

Selanjutnya data tersebut dikonversi menjadi persentase gain

ternormalisasi (% g) dengan rumus :

Keterangan :

% g = persentase gain ternormalisasi

Spost = skor pos test

Spre = skor pre test

Smax = skor maksimum

Rumus persentase gain ternormalisasi (% g) merupakan rumus

modifikasi yang diturunkan oleh Hake (2002, hlm. 7) dapat dilihat

[image:31.595.173.501.437.516.2]

pada tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Gain

No Ngain % g Interpretasi

1 g > 0,70 g > 70% Tinggi 2 0,30 <g < 0,70 30% <g < 70% Sedang 3 g ≤ 0,30 g ≤ 30% Rendah

2. Observasi

Observasi yang pertama dilakukan pada guru. Hasil observasi ini

dianalisis untuk mengetahui aktifitas guru dalam menggunakan

skenario pembelajaran yang menggunakan media interaktif tipe tutorial

pada kelas eksperimen. Kemudian observasi yang kedua dilakukan pada

siswa. Hasil observasi ini dianalisis untukmengetahui aktivitas siswa

dan guru dalam proses KBM dengan penggunaan media interaktif tipe

tutorial. Kedua Observasi ini dibutuhkan untuk uji tingkat efektivitas

(32)

3. Angket

Angket dipergunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap media

interaktif tipe tutorial. Angket ini digunakan untuk mengukur uji

praktikalitas media. Angket disini menggunakan pedoman Skala

Liekert.Setiap siswa diminta untuk menjawab yaitu : sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 4, S = 3, TS = 2,

dan STS = 1

4. Uji Validitas Media

Uji validasi media berupa penilaian oleh ahli dan pakar di bidang

media, sehingga media tersebut layak untuk digunakan. Validator media

adalah Dr. Cepi Riyana M.Pd. selaku Dosen Kurikulum dan teknologi

Pendidikan FIP-UPI. Beliau telah menilai bahwa media interaktif tipe

tutorial ini layak untuk dijadikan media pembelajaran di sekolah.

Validasi media terlampir pada lampiran A.

5. Uji Validasi Instrumen

Uji validasi instrumen dilakukan untuk menguji keabsahan butir

instrumen soal. Uji validasi instrumen terdiri dari uji reliabilitas, uji

daya beda, uji tingkat kesukaran, uji korelasi.

6. Uji Pemahaman Konsep

Uji pemahaman konsep dilakukan untuk menguji pemahaman siswa

(33)

KESIMPULAN, SARANDAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dengan mengamati dan menganalisis hasil Penelitian tentang “Pengaruh

Penerapan Media Interaktif Tipe Tutorial terhadap Pemahaman Konsep dan

Sikap Kepedulian Lingkungan” yang dilaksanakan di SMP Negeri 1

Cijeungjing Kabupaten Ciamis diperoleh beberapa kesimpulan sebagai

berikut:

1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan atas penerapan media interaktif

tipe tutorial terhadap pemahaman konsep. Media interaktif tipe tutorial

cenderung memudahkan siswa dalam memahami materi karena informasi

diserap oleh indera penglihatan dan pendengaran. Desain media interaktif

yang menarik dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa

sehingga siswa benar-benar aktif dalam proses belajar. Sedangkan untuk

sikap kepedulian lingkungan, penerapan media interaktif tipe tutorial dan

media foto sama-sama memiliki pengaruh positif walaupun tidak

signifikan. Peningkatan sikap kepedulian lingkungan dapat dilihat dari

peningkatan Indikator sikap kepedulian lingkungan pada penelitian ini

yaitu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, antivandalisme, membuang

sampah pada tempatnya, dan melaksanakan kegiatan membersihkan

lingkungan.

2. Guru merespon penggunaan media interaktif tipe tutorial dengan

keterlaksanaan kegiatan aktifitas belajar yang terdiri dari kegiatan

pendahuluan, inti dan penutup mencapai 100%. Berarti guru berhasil

dalam hal perencanaan hingga pelaksaanaan kegiatan pembelajaran.

Sedangkan siswa hanya terbentur pada kegiatan inti (eksplorasi) berupa

interaksi siswa dengan lingkungan dalam hal ini media interaktif, dimana

siswa kurang maksimal dalam hal sarana untuk mengakses media

interaktif. Tetapi siswa menunjukan keaktifan dalam kegiatan

(34)

dari 90% menyatakan sangat setuju terhadap semua indikator angket

tentang media interaktif tipe tutorial. ini menunjukan bahwa media

interaktiftipe tutorial dalam penelitian ini sudah baik dan layak untuk

digunakan dan dapat diterima oleh guru dan siswa.

3. Kendala dalam penerapan media interaktif tipe tutorial yang ditemukan

hanya kurangnya penguatan tugas oleh guru pada siswa.

B. Saran

1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep kepedulian lingkungan, guru

dapat memanfaatkan media interaktif tipe tutorial.

2. Untuk meningkatkan sikap kepedulian lingkungan, guru dapat mencoba

mengunakan media lainnya

3. Supaya sikap kepedulian lingkungan menjadi kebiasaan bagi peserta

didik, maka sikap kepedulian lingkungan tersebut harus terus ditanamkan

baik dengan cara dilatih ataupun diulang-ulang.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan hasil

penelitian, berikut ini diajukan beberapa rekomendasi yaitu :

1. Bagi guru

Penggunaan multimedia interaktif tipe tutorial dapat dijadikan sebagai

salah satu referensi untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif,

kondusif serta menyenangkan khususnya dalam pembelajaran IPS pada

materi kepedulian lingkungan. Guru sebaiknya menyisipkan konten yang

upto date kedalam media dengan mempertimbangkan tingkat

perkembangan siswa. Guru harus melakukan remedial untuk siswa yang

mengalami kesulitan dalam mencapai KKM dan guru selalu memberikan

dorongan berupa pujian agar siswa lebih percaya diri dan termotivasi

(35)

Siswa diharapkan selalu berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran dengan cara memperhatikan penjelasan materi yang

disampaikan guru dan aktif mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang

tidak dimengerti. Siswa juga dapat menggunakan media interaktif tipe

tutorial ini untuk meningkatkan pemahaman konsep kepedulian

lingkungan.

3. Bagi sekolah

Sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk

lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan

memanfaatkan berbagai media pembelajaran, terutama media yang

terdapat di sekolah agar pembelajaran lebih bermakna.

4. Peneliti

Mengingat hasil kesimpulan dalam penelitian ini masih memungkinkan

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum mampu terkontrol, maka masih

perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih

representatif.

5. Media

Media interaktif tipe tutorial dapat dijadikan media untuk meningkatkan

pemahaman konsep kepedulian lingkungan pada pembelajaran IPS.

Sedangkan untuk meningkatkan sikap kepedulian lingkungan guru dapat

(36)

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU:

Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

Asnawir, dan Usman, Basyiruddin. (2002). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. Ciputat Pers.

Azwar, Saifuddin.(2011)Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya (edisi

2).Penerbit : Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Banks. James. A. (2012). Strategi Mengajar Ilmu Sosial : Penyelidikan,

Penilaian, dan Pengambilan Keputusan. (terjemahan)Penerbit : Bandung.

Mutiara Press

Baron, A &Orwig, G.W. (1995), Multimedia Technologies for Training an

Introduction, Penerbit : Englewood Colorado, Libraries Unlimited. Inc

Barr, R.D., Barth, J.L., dan Shermis, S.S. (1977). Defining the Social Studies. Penerbit : Virginia. National Council for the Social Studies.

Bretz, Rudy. (1971). A Taxonomi of Communication Media. Penerbit : Education Technology Publication. Englewood, Cliffs, N.J

Brooks, J. G. and Brooks, M. G. (1993). In Search ofUnderstanding: the Case for

ConstructivistClassrooms. Penerbit : Alexandria. VA: Association for

Supervision and Curriculum Development.

Capra. Fritjof. (1997). The Turning Poin : Titik Balik Peradaban; Sains,

Masyarakat, Dan Kebangkitan Kebudayaan). Penerbit : Yogyakarta. Jejak.

Coombs, P.H. (1982). Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj). Penerbit : Jakarta. Bahtera Karya Aksara dan UNESCO

Cook, Thomas D., Campbell, Donald T. (1979).Quasi-Experimentation: Design &

Analysis Issues for Field Settings Paperback. Penerbit : Houghton Miffin.

Co.

Dahar. R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Penerbit : Bandung. Erlangga

(37)

Daradjat, Zakiah (2005). Kepribadian Guru. Penerbit : Jakarta. PT. Bulan Bintang

Dimyati, Mujdiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran, Penerbit : Rineka Cipta.

Elmubarok, Zaim. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang

Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai.Penerbit : Bandung. Alfabeta.

Freire, Paulo. (2000). Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo

Dananjaya dkk. Penerbit: Jakarta. LP3ES.

Gardner, Howard. (1999).Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the

21st Century. Penerbit : Basic Books

Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. (1974).Principles of. Instructional

Design. Penerbit : New York. Holt Rienehart and Winston.

Goleman, D. (2010). Ecological Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik

Produk-Produk Yang Kita Beli. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka

Utama.Jakarta.

Goleman, D. (2012). Eco Literate. Penerbit : Jossey Bass.USA.

Hake.Richard R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning

Gains in Mechanicswith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics andSpatial Visualization.Penerbit : Indiana University.

Hamalik, Oemar.(2001). Proses Belajar Mengajar. Penerbit : Jakarta. Bumi Aksara

Heinich, Molenda, dan Russel, (1969). Instructional Media. Penerbit : New York. Macmillan

Kartono, Kartini. (1997). Patologi Sosial III : Gagguan-gangguan Kejiwaan. Penerbit : Jakarta. CV. Rajawali

Keraf, S. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup. Penerbit : Yogyakarta. Kanisius

Killpatrick, J., Swafford, J., dan Findel, B. (2001). Adding it up: Helping Children

Learn. Penerbit : Washington, DC: National Academy Press.

Langeveld, M.J. (1980), Beknopte Teoritische Paedagogiek, (terjemahan: Simajuntak), Penerbit: Bandung. Jemmars.

Latuheru, John D. (1988). Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar

(38)

Lodge. Rupert C. (1938).Philosophy of Education. Penerbit: New York. The University of Chicago Press.

McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001). Research in education: A conceptual

introduction (5th ed.). Penerbit : New York: Longman

Moore, Kenneth D. (2001). Classroom teaching skills. Penerbit : Boston McGraw-Hill

Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang

Dasar Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia.

Penerbit : Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Penerbit : Jurusan Pendidikan Fisika UPI

NCSS. (1994).Curriculum Standard for Social Studies.Penerbit : Expectation of Excellece. Washington.

Nenggala, A. (2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Penerbit : Bandung. Grafindo Media Pratama

Neolaka, Amos.(2008) Kesadaran Lingkungan. Penerbit : Jakarta. PT. Rineka Cipta,

Nieveen, Nienke. (1999). Protytoping to Reach Product Quality. From

Design Approaches and Tools in Educational And Training. Penerbit :

Kluwer Academic Publisher.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Penerbit : Jakarta.Rineka. Cipta.

Orr, D.W. (1992). Ecological literacy Education The Transition to a Posmodern

World. Penerbit : State University oof new York Press. New York.

Otto, Soemarwoto. (2004). Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Penerbit : Jakarta. Djambatan.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru.

Perkin, D. N., & Unger, C. 1999. Teaching and Learning for Understanding. Dalam Reigeluth, C. M. (Ed.) : Instructional-Design Theories and

Models: A New Paradigm of Instructional Theory, Volume II. 91 -114.

Englewood Cliffs, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

(39)

Purwoko. A. dkk. (2001). Kegiatan Belajar Mengajar Buku Paket PPL. Penerbit : Semarang. Unnes.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Intruksional Edukatif. Penerbit : Jakarta. Rineka Cipta.

Sadiman,Arief S. (2008). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Dan

Pemanfaatannya. Penerbit : Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sagala, Syaiful. (2004).Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi

Memenangkan Persaingan Mutu.Penerbit : Jakarta. Nimas Multina

Sagala, Syaiful. (2005).Konsep dan Makna Pembelajaran.Penerbit : Bandung. Alfabeta.

Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Penerbit : Jakarta. Kencana Kota.

Santoso, Singgih. (2001). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit : Jakarta.PT. Alex MediaKomputindo.

Sarlito.Wirawan. (1976). Pengantar Umum Psikologi, Penerbit : Jakarta. Bulan Bintang.

Schwab, J .J .(1962). The teaching of science as enquiry. In the teaching of

science. Penerbit : Cambridge, Harvard University Press.

Setyono, Prabang. (2011).Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan dalam

Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Enviromental Insight Quo

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitiannon-equivalent control group design
Tabel 3.2 Subjek Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor
Tabel 3.4 Pedoman Pemberian Skor
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penjelasan ini menunjukkan bahwa Flavel mendefinisikan aspek pertama dari metakognitif sebagai pengetahuan seseorang terhadap proses dan hasil kognitifnya atau

[r]

Setiap macam nutrisi memiliki spesifikasi yang sudah diformulasikan secara khusus untuk setiap jenis tanaman tersebut. Nutrisi dikemas dalam dua bagian yaitu bagian A dan bagian B

Dalam hal ini seorang konselor dituntut untuk memiliki keterampilan dalam merangsang terjadinya komunikasi interpersonal dengan klien di kelompoknya sehingga terjadi proses

Tujuan : Untuk membuktikan bahwa kualitas bakteriologis air minum, perilaku sanitasi ibu (higiene perorangan, kebiasaan dalam memberi makan anak Balita, pengelolaan air minum)

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya klarifikasi dan negosiasi dan dengan berakhirnya masa sanggah, untuk itu kami mengundang Direktur Utama / Pimpinan Perusahaan

Buku “KECAMATAN GUNUNGPATI DALAM ANGKA TAHUN 2015 “ ini merupakan bentuk penyajian data yang setiap tahun kami laporkan kepada Instansi yang lebih tinggi dari

Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat Daerah Kabupaten Muara Enim Tahun 2017 berdasarkan SK Nomor 107/KPTS/V/2017 tanggal 17 Januari 2017 melakukan pembukaan penawaran