dalam Pembelajaran IPS Siswa Kelas VII SMPN 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat)
Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa akibat penyampaian materi yang kurang maksimal dari guru dan minimnya media pembelajaran. Hal ini nampak dari hasil test siswayang rendah. Penerapan media interaktif merupakan salah satu solusi mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa, dan mengetahui respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan, sertamengetahui apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa.Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen. Subjeknya adalah siswa kelas VII-D dan VII-G SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis.Rancangan desain yang digunakan adalah non-equivalent control group design. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen berupa test. Teknik analisis data menggunakan Uji Statistik menggunakan SPSS. Hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa penerapan media interaktif tipe tutorial dapat meningkatkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan secara signifikan. Interpretasi skor aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial menunjukanbahwa guru berhasil dalam hal perencanaan hingga pelaksaanaan kegiatan pembelajaran sertamenunjukan bahwa siswa aktif dalam proses pembelajaran. Respon guru dan siswa dalam evaluasi media menunjukan bahwa tampilan dan rancangan perangkat media interaktif tipe tutorial dianggap baik dan bermanfaat. Kendala yang terjadi adalah lemahnya guru dalam pemberian penguatan tugas pada siswa.
Teaching And Learning Of The Seventh Grade Students Of SMPN1 1 Cijeungjing Ciamis Regency, West Java Province).
Adviser : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.
The bacground to this research is the lack of concept understanding and environmental awarenessdue tothe less of teachers delivery materialandless ofinstructional media. It canbe seenfromthe lowstudenttest results.One alternativesolution tosolve this problemsis interactive media tutorial.The research aims to: find the extent to which the implementation of interactive media tutorial on students’ influences concept understanding and environmental awareness; andfind students’ and teachers’ responses to the implementation of interactive media tutorial on students’ concept understanding and environmental awareness; and find the obstacles to the implementation of interactive media tutorial on students’ concept understanding and environmental awareness. The research adopted quantitative approach with a quasi-experimental method. The subjects consisted of seventh grade students of VII-D and VII-G Classes at SMP Negeri 1 Cijeungjing, Ciamis Regency.The research employed non-equivalent control group design. Data were collected using tests as the instrument and were then analyzed statistically with the aid of SPSS.The results obtainedshowed thatthe implementation of interactive media tutorial could significantimprove concept understanding of environmental awareness. Teachers’ and students’ activity score on learning process show that the teachers’ have been successful in planning and implementing their plans in teaching and learning activity, and the students’ show that they active engagement in the teaching and learning process.In terms of media evaluation, students and teachers respon agreed with the whole indicators of the questionnaires on tutorial interactive media, proving that the performance and benefits of the teaching and learning media were regarded as appropriate.The obstacles in implementing these tutorial interactive media are teachers’ reinforcement to students.
Keywords: Tutorial Interactive Media, Concept Understanding, Environmental Awareness.
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 14
C. Rumusan Masalah ... 14
D. Tujuan Penelitian ... 15
E. ManfaatPenelitian ... 15
F. Struktur Organisasi Tesis ... 16
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Pendidikan ... 17
1. Pengertian Pendidikan ... 17
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan ... 18
3. Pilar Pendidikan ... 25
4. Komponen Pendidikan... 26
B. Pembelajaran IPS ... 33
1. Pengertian IPS ... 33
2. Tujuan dan Fungsi IPS ... 34
3. Kajian IPS ... 35
4. IPS dalam Kurikulum 2013 ... 36
C. Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan ... 38
E. Media Interaktif tipe Tutorial ... 50
F. Kerangka Penelitian ... 55
G. Alur Penelitian ... 56
H. Hipotesis ... 57
BAB III : METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 58
B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... 59
1. Subjek Penelitian ... 59
2. Lokasi Penelitian ... 60
3. Waktu Penelitian ... 60
C. Desaindan Metode Penelitian ... 61
D. Definisi Operasional ... 61
1. Pemahaman Konsep... 61
2. Sikap Kepedulian Lingkungan ... 62
3. Media Pembelajaran Interaktif tipe Tutorial... 62
E. Instrumen Penelitian ... 62
1. Test Pemahaman Konsep ... 62
2. Test Sikap Kepedulian Lingkungan... 63
F. Teknik pengumpulan dan analisis data ... 64
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 69
1. Deskripsi Observasi Pra Penelitian ... 69
a. Lokasi dan Subjek Penelitian... 69
b. Deskripsi Pembelajaran sebelum Penelitian ... 74
2. Implementasi Media ... 76
3. Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan ... 78
4. Sikap Kepedulian Lingkungan ... 84
5. Respon Guru dan Siswa ... 89
a. Aktivitas Guru dan Siswa ... 90
6. Kendala penerapan Media Interaktif tipe Tutorial... 98
BAB V : KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 99
B.Saran ... 100
C.Rekomendasi ... 100
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi
ini terlihat begitu pesatnya. Hal ini mendorong setiap manusia merespon
semua perkembangan tersebut secara cepat. Untuk itu, tuntutan sumber
daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan. Salah satu cara untuk
membentuk sumber daya manusia yang berkualitas ialah melalui
pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bentuk dari perwujudan kebudayaan
manusia yang dinamis dan penuh dengan perkembangan. Karena itu,
perubahan dan perkembangan pendidikan merupakan hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan zaman.
Pendidikan merupakan upaya sadar atau disengaja yang diberikan oleh
pendidik kepada anak didik agar mencapai kedewasaan. Menurut M.J.
Langeveld dalam Kartini Kartono (1997, hlm. 11) menyatakan bahwa
pendidikan adalah suatu upaya orang dewasa yang dilakukan secara
sengaja untuk membantu anak atau orang yang belum dewasa agar
mencapai kedewasaan. Kedewasaan disini maksudnya adalah suatu kondisi
dimana seseorang sudah memiliki rasa tanggung jawab dan sudah cukup
cakap mengatasi masalah-masalah hidupnya atau sudah mampu memecahkan
kesulitan atau hambatan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Mulai
dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak biasa menjadi biasa, dan dari tidak
paham menjadi paham.
Pendidikan dapat dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk mempersiapkan peserta
didik dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan dimasa yang akan
pemerintah saling bersinergi, maka keberhasilan pendidikan tidak mustahil
dapat diraih.
Tidak dapat dipungkiri, karena kemajuan zaman dan perkembangan ilmu
pengetahuan serta teknologi, pendidikan yang dilakukan oleh keluarga tidak
mungkin lagi dapat memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda
akan ilmu. Semakin maju suatu masyarakat, semakin tinggi pula tuntutan
pemenuhan kebutuhan akanilmu. Kondisi masyarakat seperti ini mendorong
terjadinya proses formalisasi lembaga pendidikan yang lazim disebut sistem
persekolahan.
Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan
sekolah melalui kegiatan belajar mengajar dengan organisasi yang tersusun
rapi, berjenjang dan berkesinambungan. Sifatnya formal, diatur berdasarkan
ketentuan-ketentuan pemerintah dan mempunyai keseragaman pola yang
bersifat nasional, dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur.
Di Indonesia, untuk mencapai tujuan pembangunan nasional, maka
jalur pendidikan sekolah harus mampu menumbuh kembangkan anak sebagai
makhluk individu melalui pembekalan semua bidang studi. Sekolah juga
sebagai tempat pengembangan sikap sosial dan religius dan berfungsi sebagai
pembinaan watak anak melalui bidang studi yang relevan sehingga akhirnya
akan terbentuk manusia yang cakap yang mampu menampilkan dirinya sesuai
dengan nilai dan norma yang hidup dan berkembang di masyarakat. Akhirnya
pendidikan persekolahan dituntut menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas
yang mampu mensejahterakan dirinya dan bersama orang lain mampu
mensejahterakan masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan berfungsi sebagai pembentuk watak juga mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan juga bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab (UU No. 20 tahun
sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar dalam proses
pembangunan bangsa dan negara. Oleh karena itu peran pendidikan demikian
sangat penting sebab pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas.Pendidikan yang berkualitas adalah
pendidikan yang mampu mengantar peserta didik mencapai fungsi dan
tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan, perlu disusun dan
difungsikannnya suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang baik.
Berbagai komponen dalam sistem perlu dikenali, dipahami dan
dikembangkan secara seksama, sehingga dapat benar-benar berfungsi dengan
tepat. P.H Coombs (1982, hlm. 26-27) mengemukakan Komponen dalam
sistem pendidikan terdiri dari; tujuan dan prioritas, pelajar atau peserta,
manajemen, struktur dan jadwal waktu, isi bahan belajar, guru dan pelaksana,
alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian dan
ongkos pendidikan. Apabila suatu upaya dalam komponen pendidikan dirasa
kurang berhasil, tidaklah tepat dianggap jelek keseluruhan upaya itu, sehingga
secara keseluruhan perlu diubah atau diganti upaya yang baru sama sekali.
Mungkin hanya beberapa komponen saja yang perlu diperbaiki.
Melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini berdasarkan rembuknas
pendidikan kebudayaan tahun 2015yang diakses disitus kemdiknas pada 16
April 2015, masih terdapat banyak masalah sehingga kualitas pendidikan
dinilai belum terlalu tinggi. Masalah yang pertama,adalah guru sebagai salah
satu pelaku pendidikan. Secara umum para guru di Indonesia kurang bisa
memerankan fungsinya dengan optimal. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana
disebut dalam pasal 39 UU. No. 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan
pengabdian masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan bahwa Kriteria
kompetensi. Keempat kompetensi guru itu meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik
adalah kemampuan seorang guru dalam memahami karakteristik atau
kemampuan yang dimiliki oleh siswa melalui berbagai cara. Cara yang utama
yaitu dengan memahami siswa melalui perkembangan kognitif, merancang
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar
sekaligus pengembangan potensinya. Guru diharapkan memahami sifat-sifat,
karakter, tingkat pemikiran, perkembangan fisik dan psikis anak didik.
Dengan mengerti hal-hal itu guru akan mudah mengerti kesulitan dan
kemudahan anak didik dalam belajar dan mengembangkan diri sehingga guru
akan lebih mudah membantu siswa berkembang. Untuk itu diperlukan
pendekatan yang baik, dan pengetahuan perkembangan psikologis
anak.Pentingnya seorang guru memiliki kompetensi pedagogik adalah guru
dapat mengembangkan kemampuannya anak didiknya dengan maksimal
karena guru yang menguasai beberapa teori tentang pendidikan dengan
mengerti bermacam-macam teori pendidikan dapat memilih mana yang
paling baik untuk membantu perkembangan anak didik. Selain itu Guru juga
diharapkan memahami bermacam-macam model pembelajaran. Dengan
semakin mengerti banyak model pembelajaran, maka dia akan lebih mudah
mengajar pada anak sesuai dengan situasi anak didiknya. Pada dasarnya
peningkatan kompetensi pedagogik guru akan menghindarkan kegiatan
pembelajaran bersifat monoton,tidak disukai siswa dan membuat siswa
kehilangan minat serta daya serap dan konsentrasi belajarnya. Guru juga
harus memiliki Kompetensi Kepribadian. Kepribadian guru merupakan faktor
terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Menurut Daradjat Zakiah
(2005, hlm. 49) kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau
penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
(2004, hlm. 138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi
personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat
menjadi guru yang baik. Seorang guru harus dapat mencerminkan
kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap
dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri
teladan bagi siswanya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18
Tahun 2007 seorang guru juga harus memiliki kompetensi profesional.
Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan
guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam termasuk
penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung
profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki
kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang
sesuai.Kompetensi lainnya yang harus dimiliki seorang guru adalah
kompetensi sosial.Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen, kompetensi sosial adalahkemampuan guru dan dosen untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesama guru dan dosen dan dosen, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Guru dengan memiliki kompetensi sosial yang baik, pasti
akan menjadi suri teladani oleh siswa-siswanya.
Masalah pendidikan yang kedua berdasarkan rembuknas pendidikan
kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16 April 2015
adalah peserta didik. Perilaku belajar peserta didik disekolah terlihat masih
pasif, aktivitas siswa lebih banyak mendengarkan dari pada melakukan
sesuatu. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran masih berorientasi kepada
guru (teacher centered). Serta masalah sosial siswa yang tidak mencerminkan
sebagai seorang terdidik seperti melakukan tawuran, terlibat narkoba, minum
minuman keras, meroko, dan sikap serta perilaku tidak peduli kepada
lingkungan. Masalah pendidikan yang ketiga berdasarkan rembuknas
pendidikan kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16
April 2015 adalah lingkungan pendidikan. Masih belum meratanya sarana
berdampak pada kondisi dan suasana belajar menjadi kurang kondusif.
Masalah pendidikan yang keempat adalahalat pendidikan. Kurangnya
pemanfaatan media pembelajaran dalam mendukung proses belajar itu
sendiri. Masalah pendidikan nomor lima berdasarkan rembuknas pendidikan
kebudayaan tahun 2015 yang diakses di situs kemdiknas pada 16 April 2015
adalah metode pendidikan. Kebanyakan guru di Indonesia, dalam penggunaan
metode pembelajaran masih kurang menarik dan tidak bervariasi sehingga
proses pembelajaran menjadi monoton.
Berbicara mengenai masalah peserta didik khususnya ditingkat SMP,
pendidikan dasar merupakan masa yang paling penting untuk menentukan
masa depan seseorang. Terutama dalam pembentukan sifat dan
kepribadiannya, tidak terkecuali untuk urusan lingkungan hidup. Kepedulian
untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup haruslah dimulai sejak
dini,dengan begitu, kesadaran anak-anak terhadap pentingnya lingkungan
dapat dibawa hingga ia dewasa.
Permasalahan lingkungan menjadi isu yang sangat penting.
Sebagaimana yang digambarkan oleh Capra (1997, hlm. 11-12) bahwa:
Seiring dengan berakhirnya abad ke-20, masalah lingkungan menjadi hal yang utama. Kita dihadapkan pada serangkaian masalah-masalah global yang membahayakan biosfer dan kehidupan manusia dalam bentuk-bentuk yang sangat mengejutkan yang dalam waktu dekat akan segera menjadi tak dapat dikembangkan lagi (irreversible).
Masalah kerusakan lingkungan hampir terjadi diseluruh dunia.
Pelelehan es di kutub, perluasan gurun pasir, peningkatan intensitas hujan dan
banjir, perubahan iklim, punahnya flora dan fauna, pengurangan produktivitas
lahan pertanian, masalah sampah, peningkatan risiko kanker dan wabah
penyakit adalah bentuk nyata dari makin rusaknya lingkungan. Berdasarkan
laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) akhir tahun 2007
yang diakses pada 20 April 2015 pada situs WWF, diperkirakan akhir abad
ke-21, permukaan air laut akan naik setinggi 28 - 43 cm, sedangkan suhu
iklim global akibat dari emisi gaskarbon oksida (CO²) dan gas buangan
lainnya yang dilepaskan oleh industri,kendaraan bermotor yang berbahan
bakar fosil ke udara dan tidak terserap olehtumbuhan yang ada di bumi
karena pohon-pohonnya terus berkurang. Konsekuensinya, timbul pemanasan
global yang mengakibatkan kondisi iklim berubah. Bencana ekologis yang
terjadi di Indonesia sekarang ini adalah akibat kekacauan iklim dan
ekosistem. Bukti nyata dengan semakin rusaknya bumi ini, sudah barang
tentu menjadi tanda bahwa bumi sudah semakin sulit untuk bertahan dan
menanggung beban yang semakin berat.
Fakta mengenai masalah lingkungan yang terjadi di
Indonesiadinyatakan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Balthasar
Kambuaya pada tahun 2012 pada situs liputan6 yang diakses 20 April 2015
menjelaskan bahwa tahun 2012 angka kerusakan lingkungan di Indonesia
meningkat dua persen dari tahun sebelumnya. Angka kerusakan lingkungan
di negeri ini setiap tahunnya meningkat. Jika tahun 2011 kerusakannya
sebesar 59 persen, maka tahun 2012 menjadi 61 persen.
Salah satu bentuk peningkatan kerusakan lingkungan di Indonesia
dapat dilihat dari proses pembabatan hutan. Pembabatan hutan di Indonesia
berdasarkan situs kompasiana yang diakses 20 April 2015, setiap tahun
sekitar 1.3 juta hektare hutan mengalami kerusakan(FAO, 2012), sedangkan
menurut Greenpeace pada tahun 2012 kerusakan hutan di Indonesia mencapai
3.8 juta hektare per tahun. Sedangkan kerusakan hutan diwilayah kawasan
kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat pada tahun 2008 sebesar 1.300 ha dari
luas wilayah hutan 37.007,88 ha (yugi, dkk). Kerusakan hutan ini terjadi di
wilayah kecamatan Cigugur akibat pembalakan liar, masuk pada kategori
sangat berat. Pohon-pohon yang ditargetkan ditebang pada 2008 - 2010 sudah
habis dijaraholeh oknum perusahaan dan individu. Selama Operasi Hutan
Lestari Lodaya 2008 dilaksanakan pada akhir Juni, setidaknya 7 oknum
pegawai Perhutani ditangkap karena terlibat pembalakan. Kerusakan
lingkungan pada ekosistem hutan ini disebabkan oleh aktivitas penebangan
kualitas maupun kuantitas berupa hilangnya daerah resapan air dan sekaligus
berkurangnya sumber air yang akhirnya dapat menimbulkan bencana. Maka
tidak heran kalau musim kemarau yang panjang, maka debit air akan sangat
terbatas sehingga menimbulkan bencana kekeringan.
Kerusakan lingkungan hidup tersebut disebabkan oleh kesalahan
perilaku manusia terhadap alam. Kesalahan perilaku ini berakar pada
kesalahan paradigma atau cara pandang manusia terhadap alam. Karena itu,
jalan keluar untuk mengatasi krisis dan bencana lingkungan hidup harus
dimulai dengan perubahan paradigma yang pada akhirnya mempengaruhi
perubahan perilaku kita terhadap alam. Aksi nyata dan berbagai upaya untuk
melestarikan bumi sudah sepatutnya dilakukan secara berkelanjutan. Untuk
itu dibutuhkan pembelajaran lingkungan di sekolah agar siswa memiliki
pemahaman, kesadaran dan kebiasaan untuk terus menjaga lingkungan.
Bentuk pemahaman, kesadaran dan kebiasaan untuk peduli lingkungan dapat
disebut melek ekologi. Capra (dalam Keraf, 2014, hlm. 126) menyebutkan
bahwa melek ekologi atau ecoliteracy adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan manusia yang sudah mencapai tingkat kesadaran tinggi
tentang pentingnya lingkungan hidup.
Adapun Orr (1992) dalam bukunya “Ecological Literacy Education the Transition to a Postmodern World” mengungkapkan bahwa:
The ecologically literate person has the knowledge necessary to comprehend interrelatedness, and an attitude of care or stewardship. Such a person would also have the practical competence required to act on the basis of kowledge and feeling (hlm. 92).
Maksud dari pernyataan Orr adalah seseorang yang cerdas secara
ekologis memiliki pengetahuan untuk memahami keterkaitan antara satu
komponen dengan komponen lainnya serta bersikap peduli terhadap sebuah
pekerjaan. Artinya seseorang yang melek ekologi tahu cara berhubungan dan
Sedangkan Daniel Golemen (2010, hlm. 37) dalam bukunya Ecological
Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik Produk-Produk Yang Kita Beli
diartikan mendefinisikan kecerdasan ekologis sebagai :
Suatu kemampuan (manusia) untuk beradaptasi terhadap lingkungan ekologis tempat kita berada. Kecerdasan ekologis membuat kita dapat menerapkan apa yang kita pelajari mengenai akibat aktivitas manusia terhadap ekosistem sehingga dapat mengurangi kerusakan dan sekali lagi hidup lestari dalam lingkungan kita yang sekarang ini berupa planet bumi.
Goleman (2012, hlm. 10-11) mengidentifikasi lima indikator agar seseorang
ataupun siswa memilki kecerdasan pemahaman dan sikap peduli lingkungan
dengan cara mengintegrasikan kecerdasan emosional, sosial, dan ekologi. Dia
mengungkapkan:
The five Practices of Emotionally and Socially Engaged Ecoliteracy with a goal of nurturing students to become ecoliterate, the center for Ecoliteracy has identified five vital practices that integrate emotional, social, and ecological intelligence. We work to inspire teachers to use a variety of learning opportunities that help studentconsider and apply these practices in a diverse range of contexts. These practices allow students to strengthen and extend their capacity to live sustainably. (1). Developing Emphaty for All Forms of Life, (2). Embracing Sustainability as a Community Practice, (3).Making the Invisible Visible, (4). Anticipating Unintented Concequences, and (5). Understanding How Nature Sustain Life
Secara ringkas lima langkah yang dimaksud Goleman untuk
mewujudkan kecerdasan pemahaman dan sikap peduli lingkungan yaitu, (1)
Mengembangkan sikap empati terhadap semua dimensi kehidupan, (2)
Membudayakan prinsip keberlanjutan sebagai praktik masyarakat, (3)
Mewujudkan sesuatu khayalan menjadi kenyataan, (4) Mengantisipasi
dampak yang tidak diharapkan, (5) Memahami bagaimana alam menopang
kehidupan.
Dalam konteks pendidikan khususnya peduli lingkungan (ecoliteracy)
dalam ruang lingkup sekolah bisa kita maknai kesadaran seluruh warga
sekolah terhadap pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan sekolah.
pendidikan tentang lingkungan dalam konteks IPS dirasa perlu untuk
dilaksanakan. Kajian lingkungan sangat pas dikaji oleh IPS. IPS dapat
mengkaji lingkungan secara interdisipliner atau multidisipliner, yaitu
dikaitkan dengan struktur ilmu yang lain seperti geografi, sosiologi, ekonomi,
politik dan sejarah. Lingkungan juga dapat dikaji oleh IPS berdasarkan
pengalaman yang dialami oleh siswa sehari-hari. Misalnya, Guru IPS ingin
mengembangkan sikap peduli terhadap lingkungan, maka guru perlu
memberikan contoh membuang sampah pada tempatnya. Guru bersama-sama
dengan peserta didik dan juga pihak sekolahperlu menyediakan lingkungan
yang kondusif seperti menyediakan tempat sampah, tempat cuci tangan,
kemoceng, membuat tanaman gantung di setiap kelas. Selain itu, di setiap
kegiatan pembelajaran sebaiknya selalu diselingi kegiatan yang
mengkondisikan peserta didik untuk membuang sampah pada tempat,
misalnya sebelum pelajaran di mulai kelas harus dalam
keadaan bersih dari sampah. Dalam pembelajaran IPS yang mengkaji tentang
kepedulian lingkungan, peserta didik harus mempelajari perkembangan
berbagai konsep dan fenomena lingkungan dari waktu ke waktu, harus
memiliki kesadaran dalam orientasi tempat dan inter-relasi tempat dalam
konsep waktu dan ruang, mampu mengkaji secara interdisipliner berbagai
gagasan atau fenomena, serta memahami dan menghayati berbagai konsep
secara reflektif dan aktif melalui membaca, berpikir, berdiskusi dan menulis
serta memiliki pengalaman belajar dari lingkungan sekitar sekolah dan atau
lingkungan rumah. Dengan demikian dapat menanamkan daya kreasi dan
kecintaan yang mendalam pada lingkungan alam dan lingkungan hidup,
sehingga lingkungan dapat merangsang kreativitas pada diri peserta didik,
dan pada masa yang akan datang, jika peserta didik tumbuh dewasa,
diharapkan dapat memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya
menjaga lingkungan yang harmonis dan mengacu pada keseimbangan
ekosistem. Keterkaitan IPS dengan lingkungan, secara implisit termuat dalam
tujuan IPS yaitu membantu generasi muda mengembangkan kemampuan
beraneka budaya, masyarakat demokratis dalam dunia yang saling
berketergantungan (NCSS, 1994, hlm. 2).
Hal senada diungkapkan Jarolimek (dalam Supardan, 2014, hlm. 16)
menyatakanbahwa The Social Studies … are part of an educational program
that is increasingly emphasizing the rational process as an approach to the
solution of human problem. Maksud dari pernyataan jarolimek tersebut
bahwa tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan program pendidikan yang
bertujuan membangun sebuah proses rasional sebagai sebuah pendekatan
dalam memecahkan berbagai problem manusia. Persoalan lingkungan adalah
salah satu persoalan manusia.
Pembelajaran IPS akan berjalan dengan aktif, bermakna dan
menyenangkan, apabila guru menggunakan metode pembelajaran yang
bervariasi dan inovatif dalam penggunaan media pembelajaran. Brown, Lewis
dan Harcleroad dalam Arsyad (2007, hlm. 15) menyatakan bahwa media
pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dan
siswa agar terjadi efektivitas proses pembelajaran. Kreativitas dalam
penggunaan berbagai macam media akan meningkatkan kemungkinan
siswa belajar lebih banyak, apa yang mereka pelajari dapat diingat dengan
lebih baik, dan meningkatkan kemampuan mereka untuk berkembang.
Pendapat lain dikemukakan Blake dan Haralsen (dalam Rohani,
1997, hlm. 2) bahwa media adalah medium yang digunakan untuk
membawa/menyampaikan sesuatu pesan, di mana medium ini merupakan
jalan atau alat dengan suatu pesan berjalan antara komunikator dengan
komunikan. Berdasarkan paparan yang menjelaskan tentang media diatas,
dapat disimpulkan media pembelajaran adalah suatu alat atau perantara yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar dan
berfungsi untuk menyampaikan pesan. Dimana manfaat media dalam
proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dan siswa
sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien.
Edgar Dale (1963 hlm. 43) membagi pengalaman yang dihubungkan
kerucut pengalaman. Kerucut pengalaman ini memperlihatkan rentangan
tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman
melalui simbol-simbol komunikasi, yang merentang dari yang bersifat
kongkrit ke abstrak, dan tentunya memberikan implikasi tertentu terhadap
pemilihan metode dan bahan pembelajaran, khususnya dalam pengembangan
Teknologi Pembelajaran. Pemikiran Edgar Dale (1963) tentang Kerucut
Pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk
memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan
komunikasi audiovisual.
Penggunaan media pembelajaran pada tahap berlangsungnya
pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan
motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu
siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan
memadatkan informasi.
Fakta mengenai rendahnya pemahaman konsep dan sikap kepedulian
lingkungan ternyata terjadi juga di SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten
Ciamis. Sekolah ini terletak di kecamatan Cijeungjing kurang lebih 10 km
dari pusat kotaCiamis, terdiri dari 24 Rombel dan dengan jumlah siswa
sebanyak 742 orang. SMP Negeri 1 Cijeungjing merupakan salah satu
sekolah menengah pertama di Ciamis yang melaksanakan program Adiwiyata
dari Kementrian Lingkungan Hidup. Pihak sekolah melalui program ini
mengharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah
menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang
negatif. Beberapa indikator yang mempresentasikan bahwa sekolah sudah
melaksanakan program adiwiyata diantaranya; lingkungan sekolah rimbun
dengan pepohonan, halaman bersih dari sampah, diterapkannya biopori
sebagai tempat untuk penyerapan air, mendaur ulang sampah, sekolah mampu
memenuhi kebutuhan airnya sendiri, dan sekolah tidak memfasilitasi siapa
saja merokok didalam lingkungan sekolah. Setelah dilakukan observasi awal
SMP Negeri 1 Cijeungjing, ternyata memperlihatkan bahwa dari 24 kelas
yang ada, sekitar 58% atau 14 kelas masih mencerminkan kelas dengan sikap
kepedulian terhadap lingkungan yang rendah. Ini dapat dilihat dari rendahnya
nilai pada setiap indikator sikap kepedulian lingkungan yang terdiri dari,
menjaga kelestarian lingkungan sekitar, vandalisme, membuang sampah, dan
pelaksanaan membersihkan lingkungan kelas. Dari 14 kelas tersebut terdiri
dari 5 kelas dari kelas VII, 5 kelas dari kelas VIII, dan 4 kelas dari kelas IX.
Dalam hal pemahaman akan lingkungan, setelah diberikan test pada 24 kelas
yang ada, hasilnya sekitar 42% atau 10 kelas masih mencerminkan kelas
dengan pemahaman kepedulian lingkungan yang kurang. Ini dapat dilihat dari
rendahnya nilai setiap indikator pemahaman kepedulian lingkungan yang
terdiri dari, definisi dan unsur lingkungan, jenis dan contoh pencemaran
lingkungan, sebab akibat serta cara mengatasi pencemaran lingkungan, dan
memahami pentingnya kepedulian lingkungan. 10 kelas tersebut terdiri dari 4
kelas dari kelas VII, 3 kelas dari kelas VIII, dan 3 kelas dari kelas IX.
Sehingga program Adiwiyata sebagai cermin sekolah berwawasan
lingkungan belum terasa begitu optimal secara nyata. Kemudian dalam hal
proses kegiatan belajar mengajar, berdasarkan observasi awal empat guru IPS
yang ada di SMPN 1 Cijeungjing terlihat belum begitu variatif dalam
menggunakan metode dan kurang inovatif dalam memanfaatkan media
pembelajaran, khususnya dalam kajian lingkungan.
Hal inilah yang mendorong untuk dilaksanakan penelitian dengan
mengetengahkan alternatif inovasi dalam hal media pembelajaran untuk
meningkatkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa
sekaligus untuk mendukung program Adiwiyata yang oleh pihak sekolah
sedang digalakan. Penelitian ini akan mengangkat judul “Pengaruh
Penerapan Media Interaktif Tipe Tutorial terhadap Pemahaman Konsep
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan yang terjadi di dalam proses pembelajaran dapat
diidentifiksikan sebagai berikut, yaitu:
1. Rendahnya pemahaman siswa pada konsep kepedulian lingkungan
sebesar 42% atau 10 kelas dari 24 kelas yang ada, sehingga dapat
dikategorikan rendah.Hal ini tampak dari rendahnya nilai setiap indikator
pemahaman kepedulian lingkungan yang terdiri dari, definisi dan unsur
lingkungan, jenis dan contoh pencemaran lingkungan, sebab akibat serta
cara mengatasi pencemaran lingkungan, dan memahami pentingnya
kepedulian lingkungan.
2. Rendahnya sikap kepedulian lingkungan siswa sebesar 58% atau 14 kelas
dari 24 kelas yang ada, sehingga dapat dikategorikan rendah. Hal ini
tampak dari rendahnya nilai pada setiap indikator sikap kepedulian
lingkungan yang terdiri dari, menjaga kelestarian lingkungan sekitar,
vandalisme, membuang sampah, dan pelaksanaan kegiatan
membersihkan lingkungan.
3. Berdasarkan observasi awal, pendidik terlihat kurang variatif dalam
menggunakan metode dan kurang inovatif dalam memanfaatkan media
pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan ? Dari
rumusan masalah tersebut dapat dikemukakan pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap
pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan?
2. Bagaimana respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif
3. Apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial terhadap
pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian yang ingin mengharapkan melalui penelitian
ini yaitu :
1. Mengetahui sejauhmana pengaruh penerapan media interaktif tipe
tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan.
2. Mengetahui respon siswa dan guru terhadap penerapan media interaktif
tipe tutorial dalam pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan.
3. Mengetahui apa kendala dari penerapan media interaktif tipe tutorial
terhadap pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Dapat merancang, membuat, dan mengimplementasikan media interaktif
tipe tutorial terhadap pemahaman konsep dan sikap lingkungan siswa pada
mata pelajaran IPS di SMP.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru IPS, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai tambahan wawasan pengetahuan, serta kompetensi.
b. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai langkah
awal untuk mengembangkan motivasi belajar, lebih kreatif dan
kritis, serta dapat menerima pelajaran dengan maksimal.
c. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan
bahan pengarahan kepada guru untuk pengembangan dan
F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS
Tesis ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. Bab II Kajian Pustaka
Bab ini terdiri atas konsep-konsep dan teori-teori tentang pendidikan,
pemahaman konsep kepedulian lingkungan, sikap kepedulian lingkungan,
media interaktif tipe tutorial. Bab III Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian,
pengumpulan data, analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini terdiri dari temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan
analisis data, pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan.
Bab V Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi
Bab ini berisi kesimpulan, saran dan rekomendasi yang menyajikan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian
Pendekatan penelitian adalah kuantitatif dengan metode kuasi
eksperimen. Menurut Sugiyono (2006, hlm. 14) penelitian kuantitatif adalah
penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan. Kuasi eksperimen merupakan eskperimen yang memiliki
perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan
penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka
menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook dan Campbell,
1979, hlm. 96-98). McMillan dan Schumacher (2001, hml. 402) menegaskan
bahwa penelitian kuasi eksperimen adalah “a type of experiment with
research participants are not randomly assigned to the experimental and
control group.” Individu tidak secara acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok eksperimen maupun dalam kelompok kontrolnya. Pada
penelitian kuasi eksperimen, peneliti memanipulasi subjek sesuai dengan
rancangannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok
eksperimen, namun pemilahan kedua kelompok tersebut tidak dengan teknik
random. Penelitian ini berfokus pada penerapan media interaktif tipe tutorial
untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dan sikap kepedulian
lingkungan siswa.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent
control group design. Menurut Creswell (2010, hlm. 242) Dalam rancangan
ini, subjek penelitian atau partisipasi penelitian tidak dipilih secara acak untuk
dilibatkan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada
dasarnya, langkah-langkah dalam rancangan ini sama seperti pada rancangan
Dalam desain ini, ada dua kelompok dimana satu mendapat perlakuan dan
satu kelompok sebagai kelompok kontrol. Keduanya memperoleh pretes dan
postes. Dan pemilihan kelompok tidak dipilih secara acak atau random.
Tabel 3.1 Desain Penelitiannon-equivalent control group design
Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan :
X1 : Penggunaan Media Interaktif tipe tutorial
X2 : Penggunaan Media Foto
O1 : Pretest
O2 : Postest
B. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
1. Subjek
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-D dan
VII-G SMP Negeri 1 Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Kelas VII-D
berjumlah 30 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 siswa
perempuan. Kelas VII-G berjumlah 30 orang yang terdiri dari 14 siswa
laki-laki dan 16 siswa perempuan. Subjek penelitian ini dipilih
berdasarkan kelas-kelas yang diperkirakan sama kondisinya. Alasan
dipilihnya kedua kelas ini sebagai subjek penelitian adalah sebagai
berikut: (1) Pada observasi awal pra penelitian, Kedua kelas VII ini
termasuk pada empat kelas yang memiliki nilai pemahaman akan
kepedulian lingkungan yang kurang. (2) Nilai pemahaman kepedulian
lingkungan kedua kelas ini hampir sama yaitu rata-rata sekitar 62 untuk
kelas VII-D dan 63 untuk kelas VII-G bila dibandingkan dengan dua
kelas VII yang lain yang memiliki nilai 65 dan 67. (3) Kelas VII
kepedulian lingkungan akan dapat dikembangkan sejak dini, sehingga
diharapkan bisa terbawa hingga dewasa nanti.
Kelas VII-G akan dikenai perlakuan dengan menggunakan media
interaktif tipe tutorial. Kelas kontrol yaitu kelas VII-D menggunakan
media yang biasa digunakan guru. Media yang biasa guru di SMPN
Cijeungjing pada materi kepedulian lingkungan adalah media foto.
Tabel 3.2 Subjek Penelitian
Kelas Rerata Nilai
Pemahaman Kelompok
Jumlah
TOTAL
L P
VII D 62 Kontrol 16 14 30
VII G 63 Eksperimen 14 16 30
Jumlah Total 30 30
2. Lokasi
Tempat penelitian ini berada di SMP Negeri 1 Cijeungjing
Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Pemilihan tempat ini
berdasarkan pada hasil observasi awal terhadap permasalahan lingkungan
yang terjadi di lokasi tersebut yaitu rendahnya nilai pemahaman konsep
dan sikap kepedulian lingkungan SMP Negeri 1 Cijeungjing, Sehingga
perlu dikembangkan pemahaman konsep dan sikap kepedulian
lingkungan melalui pembelajaran IPS.
3. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung kurang lebih satu bulan
untuk melaksanakan empat kali pertemuan dengan dua kali percobaan
kuasi eksperimen terhitung mulai dari pertengahan bulan April 2015
sampai dengan pertengahan bulan Mei 2015. Penelitian ini dilaksanakan
C. Desain dan Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2006, hlm. 3) bahwa metode penelitian
diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kuasi eksperimen dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, ini dilakukan untuk mengetahui keefektifan suatu model
pembelajaran atau hubungan sebab akibat variabel penelitian. Desain
yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent control group
design. Menurut Creswell (2010, hlm. 242) dalam rancangan ini, subjek
penelitian atau partisipasi penelitian tidak dipilih secara acak untuk dilibatkan
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok
eksperimen yaitu siswa kelas VII-G SMPN 1 Cijeungjing, diberikan
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial,
yang bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh terhadap pemahaman
konsep dan sikap kepedulian lingkungan siswa. Pada kelompok kontrol yaitu
siswa kelas IV-D SMPN 1 Cijeungjing, diberikan perlakuan pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran berupa foto dengan materi yang
sama yaitu kepedulian lingkungan.
D. Definisi Operasional
1) Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan
Pemahaman konsep kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa untuk memahami pengetahuan akan lingkungan agar
peka dan peduli akan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sekitar
dan senantiasa memperbaiki bila terjadi pencemaran atau
ketidakseimbangan. Pemahaman konsep kepedulian lingkungan pada
penelitian ini diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. Indikator
pemahaman konsep yang digunakan dalam pemahaman konsep
kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah ; 1) definisi dan unsur
lingkungan, 2) jenis dan contoh pencemaran lingkungan, 3) sebab akibat
pencemaran lingkungan, 4) mengatasi permasalahan lingkungan, dan 5)
2) Sikap Kepedulian Lingkungan
Sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini adalah sikap yang
selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan disekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan
yang sudah terjadi. Sikap kepedulian lingkungan pada penelitian ini
diukur dengan tes dalam skala likert sebanyak 10 soal. Indikator sikap
yang digunakan dalam sikap kepedulian lingkungan dalam penelitian ini
adalah: 1) selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 2) tidak
mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau
dinding. 3) selalu membuang sampah pada tempatnya. 4) pelaksanakan
kegiatan membersihkan lingkungan.
3) Media Pembelajaran Interaktif tipe Tutorial
Media pembelajaran interaktif tipe tutorial dalam penelitian ini adalah
suatu bentuk program pembelajaran yang memanfaatkan program
komputer yang bersifat interaktif dengan penggunanya yang berbasis
audio-visual dan materinya dilakukan secara tutorial, sebagaimana
layaknya tutorial yang dilakukan oleh guru atau instruktur. Selesai
penyajian tayangan, diberikan serangkaian pertanyaan untuk dievaluasi
tingkat keberhasilannya. Media Pembelajaran Interaktif tipe tutorial yang
akan peneliti gunakan adalah Program komputer yang bernama “ Lectora
Inspire “ Versi 11.2. Media ini diuji tingkat kualitasnya dengan cara : 1)
uji validasi, 2) uji praktikalitas dan 3) uji efektifitas.
E. Instrument Penelitian
1) Test Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah tes tertulis
untuk mengetahui hasil belajar kognitif konsep Kepedulian
Lingkungan. Tes yang digunakan pada penelitian ini berbentuk tes
pilihan ganda (multiple choice) dengan empat alternatif jawaban. Soal
dicapai. Langkah penyusunan tes penguasaan konsep adalah
penyusunan kisi-kisi, berkonsultasi dengan dosen pembimbing,
meminta pertimbangan satu orang dosen ahli pendidikan dan satu
orang dosen ahli bidang materi, serta uji coba soal. Soal yang
dibuat terdiri dari 20 butir dalam pentuk pilihan ganda yang difokuskan
pada soal pemahaman konsep. Soal pemahaman konsep ini terlebih
dahulu di uji tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan
reliabilitasnya.
Berikut Pedoman pemberian skor pemahaman konsep bisa dilihat
dari tabel 3.3 :
Tabel 3.3
Pedoman Pemberian Skor
Pemahaman Konsep Kepedulian Lingkungan
No. Indikator Skor No Soal
1 Definisi dan Unsur Lingkungan 1 1, 2
2 Jenis dan Contoh Pencemaran Lingkungan 1 3, 4, 9, 12, 13 3 Sebab Akibat Pencemaran Lingkungan 1 5, 6, 7, 14,15 4 Mengatasi Permasalahan Lingkungan 1 8, 11, 16, 18 5 Memahami Penting Kepedulian Lingkungan 1 10,17, 19, 20
Skor Maksimal 20
2) Test Sikap Kepedulian Lingkungan
Untuk mengukur sikap kepedulian lingkungan siswa, digunakan tes
tertulis dengan bentuk pengggunakan skala Liekert. Setiap siswa
diminta untuk menjawab suatu pernyataan dengan pilihan jawaban
yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), (Ragu), tidak setuju (TS), dan
Berikut Pedoman pemberian skor sikap kepedulian lingkungan bisa
dilihat dari tabel 3.4 :
Tabel 3.4
Pedoman Pemberian Skor Sikap Kepedulian Lingkungan
No. Indikator Skor No Soal
1 Menjaga kelestarian lingkungan sekitar, 5 1, 2, 3, 4
2 Anti Vandalisme 5 5, 6,
3 Membuang sampah pada tempatnya. 5 7, 8,
4
Melaksanakan kegiatan membersihkan
lingkungan. 5 9, 10
Skor Maksimal 50
F. Teknik pengumpulan dan analisis data
Teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan
dalam melaksanakan suatu penelitian (Nazir, 2003 hlm. 174). Data yang
dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi
lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang
diteliti. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen
penelitian berupa Test. Test ini pertama untuk mengetahui tingkat
pemahaman konsep dan yang kedua untuk mengetahui sikap kepedulian
lingkungan siswa.
Adapun kuisioner/angket dipergunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran dengan menggunakan media interaktif tipe tutorial.
Sedang lembar observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas akademik
berbasis komputer. Dan Wawancara dipergunakan untuk memperoleh
penjelasan lebih rinci mengenai proses pembelajaran dan segala hal yang
berkaitan dengan penelitian. Wawancara ini dilakukan secara terstruktur dan
tidak terstruktur.
Moleong (2003, hlm. 102) menyatakan bahwa analisis data
merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu
pola, kategori dan satuan dasar. Dalam penelitian ini data yang diperoleh
berupa data kuantitatif, yaitu berupa data-data hasil pre test dan post test
tentang pemahaman konsep yang telah dipelajari dan sikap peduli
lingkungan siswa. Selanjutnya data diolah melalui tahap sebagai berikut :
1. Instrument Test
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data diperoleh dari hasil pretest dan postest untuk
mengetahui pemahaman konsep dan sikap kepedulian lingkungan
sebelum dan sesudah perlakuan, baik pada kelas eksperimen maupun
pada kelas kontrol. Data yang terkumpul diolah lalu ditampilkan
statistik deskripsinya. Kemudian dilakukan uji statistik uji-t dan
penghitungan N-gain untuk menghitung selisih nilai pemahaman
konsep. Sebagai langkah awal, dilakukan terlebih dahulu uji
normalitas dan homogenitas data hasil pretest-postest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas, uji homogenitas dan
uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak
(software) SPSS.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilaksanakan dengan pendekatan inferensia/analitik
dengan menggunakan Uji Kolmogrov-Smirnov atau Shapiro Wilk.
Berhubung sampel yang digunakan kurang dari 50 maka Uji
normalitas menggunakan Uji Shapiro Wilk. Taraf signifikansinya
adalah 0,05. Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi normal.
Jika probabilitas < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varian dari beberapa
populasi sama atau tidak. Taraf signifikansinya adalah 0,05.
Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji homogenitas
adalah, Jika probabilitas > 0,05 maka siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah homogen. Jika probabilitas < 0,05 maka siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tidak homogen.
(Santoso, 2001, hal.169)
c) Uji t-
Uji t- digunakan untuk membandingkan rata-rata dari dua group
yang tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua group
tersebut mempuyai rata-rata yang sama ataukah tidak secara
signifikan. Taraf signifikansinya adalah 0,05. Jika nilai probabilitas
(sig. 2- tailed) > 0,05 maka rerata dari dua group adalah sama. Jika
nilai probabilitas < 0,05 maka rerata dari dua group adalah beda.
d) Uji N-gain
Gain merupakan selisih antara skor sebelum dan sesudah perlakuan,
baik pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol. Hake
(2002, hlm. 3) mengembangkan sebuah alternatif untuk
menjelaskan gain yang disebutgain ternormalisasi (normalized
gain). Analisis gain ternormalisasi digunakanuntuk mengetahui
kriteria normalisasi gain yang dihasilkan. N-gain dihitung dengan
rumus
Selanjutnya data tersebut dikonversi menjadi persentase gain
ternormalisasi (% g) dengan rumus :
Keterangan :
% g = persentase gain ternormalisasi
Spost = skor pos test
Spre = skor pre test
Smax = skor maksimum
Rumus persentase gain ternormalisasi (% g) merupakan rumus
modifikasi yang diturunkan oleh Hake (2002, hlm. 7) dapat dilihat
[image:31.595.173.501.437.516.2]pada tabel 3.5 berikut :
Tabel 3.5 Kriteria Gain
No Ngain % g Interpretasi
1 g > 0,70 g > 70% Tinggi 2 0,30 <g < 0,70 30% <g < 70% Sedang 3 g ≤ 0,30 g ≤ 30% Rendah
2. Observasi
Observasi yang pertama dilakukan pada guru. Hasil observasi ini
dianalisis untuk mengetahui aktifitas guru dalam menggunakan
skenario pembelajaran yang menggunakan media interaktif tipe tutorial
pada kelas eksperimen. Kemudian observasi yang kedua dilakukan pada
siswa. Hasil observasi ini dianalisis untukmengetahui aktivitas siswa
dan guru dalam proses KBM dengan penggunaan media interaktif tipe
tutorial. Kedua Observasi ini dibutuhkan untuk uji tingkat efektivitas
3. Angket
Angket dipergunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap media
interaktif tipe tutorial. Angket ini digunakan untuk mengukur uji
praktikalitas media. Angket disini menggunakan pedoman Skala
Liekert.Setiap siswa diminta untuk menjawab yaitu : sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).
Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 4, S = 3, TS = 2,
dan STS = 1
4. Uji Validitas Media
Uji validasi media berupa penilaian oleh ahli dan pakar di bidang
media, sehingga media tersebut layak untuk digunakan. Validator media
adalah Dr. Cepi Riyana M.Pd. selaku Dosen Kurikulum dan teknologi
Pendidikan FIP-UPI. Beliau telah menilai bahwa media interaktif tipe
tutorial ini layak untuk dijadikan media pembelajaran di sekolah.
Validasi media terlampir pada lampiran A.
5. Uji Validasi Instrumen
Uji validasi instrumen dilakukan untuk menguji keabsahan butir
instrumen soal. Uji validasi instrumen terdiri dari uji reliabilitas, uji
daya beda, uji tingkat kesukaran, uji korelasi.
6. Uji Pemahaman Konsep
Uji pemahaman konsep dilakukan untuk menguji pemahaman siswa
KESIMPULAN, SARANDAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dengan mengamati dan menganalisis hasil Penelitian tentang “Pengaruh
Penerapan Media Interaktif Tipe Tutorial terhadap Pemahaman Konsep dan
Sikap Kepedulian Lingkungan” yang dilaksanakan di SMP Negeri 1
Cijeungjing Kabupaten Ciamis diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Terdapat pengaruh positif yang signifikan atas penerapan media interaktif
tipe tutorial terhadap pemahaman konsep. Media interaktif tipe tutorial
cenderung memudahkan siswa dalam memahami materi karena informasi
diserap oleh indera penglihatan dan pendengaran. Desain media interaktif
yang menarik dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa
sehingga siswa benar-benar aktif dalam proses belajar. Sedangkan untuk
sikap kepedulian lingkungan, penerapan media interaktif tipe tutorial dan
media foto sama-sama memiliki pengaruh positif walaupun tidak
signifikan. Peningkatan sikap kepedulian lingkungan dapat dilihat dari
peningkatan Indikator sikap kepedulian lingkungan pada penelitian ini
yaitu menjaga kelestarian lingkungan sekitar, antivandalisme, membuang
sampah pada tempatnya, dan melaksanakan kegiatan membersihkan
lingkungan.
2. Guru merespon penggunaan media interaktif tipe tutorial dengan
keterlaksanaan kegiatan aktifitas belajar yang terdiri dari kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup mencapai 100%. Berarti guru berhasil
dalam hal perencanaan hingga pelaksaanaan kegiatan pembelajaran.
Sedangkan siswa hanya terbentur pada kegiatan inti (eksplorasi) berupa
interaksi siswa dengan lingkungan dalam hal ini media interaktif, dimana
siswa kurang maksimal dalam hal sarana untuk mengakses media
interaktif. Tetapi siswa menunjukan keaktifan dalam kegiatan
dari 90% menyatakan sangat setuju terhadap semua indikator angket
tentang media interaktif tipe tutorial. ini menunjukan bahwa media
interaktiftipe tutorial dalam penelitian ini sudah baik dan layak untuk
digunakan dan dapat diterima oleh guru dan siswa.
3. Kendala dalam penerapan media interaktif tipe tutorial yang ditemukan
hanya kurangnya penguatan tugas oleh guru pada siswa.
B. Saran
1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep kepedulian lingkungan, guru
dapat memanfaatkan media interaktif tipe tutorial.
2. Untuk meningkatkan sikap kepedulian lingkungan, guru dapat mencoba
mengunakan media lainnya
3. Supaya sikap kepedulian lingkungan menjadi kebiasaan bagi peserta
didik, maka sikap kepedulian lingkungan tersebut harus terus ditanamkan
baik dengan cara dilatih ataupun diulang-ulang.
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil temuan yang telah diuraikan pada kesimpulan hasil
penelitian, berikut ini diajukan beberapa rekomendasi yaitu :
1. Bagi guru
Penggunaan multimedia interaktif tipe tutorial dapat dijadikan sebagai
salah satu referensi untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kondusif serta menyenangkan khususnya dalam pembelajaran IPS pada
materi kepedulian lingkungan. Guru sebaiknya menyisipkan konten yang
upto date kedalam media dengan mempertimbangkan tingkat
perkembangan siswa. Guru harus melakukan remedial untuk siswa yang
mengalami kesulitan dalam mencapai KKM dan guru selalu memberikan
dorongan berupa pujian agar siswa lebih percaya diri dan termotivasi
Siswa diharapkan selalu berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran dengan cara memperhatikan penjelasan materi yang
disampaikan guru dan aktif mengajukan pertanyaan apabila ada hal yang
tidak dimengerti. Siswa juga dapat menggunakan media interaktif tipe
tutorial ini untuk meningkatkan pemahaman konsep kepedulian
lingkungan.
3. Bagi sekolah
Sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa dan guru untuk
lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan
memanfaatkan berbagai media pembelajaran, terutama media yang
terdapat di sekolah agar pembelajaran lebih bermakna.
4. Peneliti
Mengingat hasil kesimpulan dalam penelitian ini masih memungkinkan
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang belum mampu terkontrol, maka masih
perlu kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut pada sampel yang lebih
representatif.
5. Media
Media interaktif tipe tutorial dapat dijadikan media untuk meningkatkan
pemahaman konsep kepedulian lingkungan pada pembelajaran IPS.
Sedangkan untuk meningkatkan sikap kepedulian lingkungan guru dapat
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU:
Arsyad, Azhar. (2007). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Asnawir, dan Usman, Basyiruddin. (2002). Media Pembelajaran. Penerbit : Jakarta. Ciputat Pers.
Azwar, Saifuddin.(2011)Sikap Manusia. Teori dan Pengukurannya (edisi
2).Penerbit : Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Banks. James. A. (2012). Strategi Mengajar Ilmu Sosial : Penyelidikan,
Penilaian, dan Pengambilan Keputusan. (terjemahan)Penerbit : Bandung.
Mutiara Press
Baron, A &Orwig, G.W. (1995), Multimedia Technologies for Training an
Introduction, Penerbit : Englewood Colorado, Libraries Unlimited. Inc
Barr, R.D., Barth, J.L., dan Shermis, S.S. (1977). Defining the Social Studies. Penerbit : Virginia. National Council for the Social Studies.
Bretz, Rudy. (1971). A Taxonomi of Communication Media. Penerbit : Education Technology Publication. Englewood, Cliffs, N.J
Brooks, J. G. and Brooks, M. G. (1993). In Search ofUnderstanding: the Case for
ConstructivistClassrooms. Penerbit : Alexandria. VA: Association for
Supervision and Curriculum Development.
Capra. Fritjof. (1997). The Turning Poin : Titik Balik Peradaban; Sains,
Masyarakat, Dan Kebangkitan Kebudayaan). Penerbit : Yogyakarta. Jejak.
Coombs, P.H. (1982). Apakah Perencanaan Pendidikan Itu (terj). Penerbit : Jakarta. Bahtera Karya Aksara dan UNESCO
Cook, Thomas D., Campbell, Donald T. (1979).Quasi-Experimentation: Design &
Analysis Issues for Field Settings Paperback. Penerbit : Houghton Miffin.
Co.
Dahar. R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Penerbit : Bandung. Erlangga
Daradjat, Zakiah (2005). Kepribadian Guru. Penerbit : Jakarta. PT. Bulan Bintang
Dimyati, Mujdiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran, Penerbit : Rineka Cipta.
Elmubarok, Zaim. (2008). Membumikan Pendidikan Nilai: Mengumpulkan yang
Terserak, Menyambung yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai.Penerbit : Bandung. Alfabeta.
Freire, Paulo. (2000). Pendidikan Kaum Tertindas, alih bahasa Oetomo
Dananjaya dkk. Penerbit: Jakarta. LP3ES.
Gardner, Howard. (1999).Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the
21st Century. Penerbit : Basic Books
Gagne, Robert M., dan Leslie J. Briggs. (1974).Principles of. Instructional
Design. Penerbit : New York. Holt Rienehart and Winston.
Goleman, D. (2010). Ecological Intelligence: Mengungkap Rahasia di Balik
Produk-Produk Yang Kita Beli. Penerbit : PT. Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta.
Goleman, D. (2012). Eco Literate. Penerbit : Jossey Bass.USA.
Hake.Richard R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning
Gains in Mechanicswith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics andSpatial Visualization.Penerbit : Indiana University.
Hamalik, Oemar.(2001). Proses Belajar Mengajar. Penerbit : Jakarta. Bumi Aksara
Heinich, Molenda, dan Russel, (1969). Instructional Media. Penerbit : New York. Macmillan
Kartono, Kartini. (1997). Patologi Sosial III : Gagguan-gangguan Kejiwaan. Penerbit : Jakarta. CV. Rajawali
Keraf, S. (2014). Filsafat Lingkungan Hidup. Penerbit : Yogyakarta. Kanisius
Killpatrick, J., Swafford, J., dan Findel, B. (2001). Adding it up: Helping Children
Learn. Penerbit : Washington, DC: National Academy Press.
Langeveld, M.J. (1980), Beknopte Teoritische Paedagogiek, (terjemahan: Simajuntak), Penerbit: Bandung. Jemmars.
Latuheru, John D. (1988). Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar
Lodge. Rupert C. (1938).Philosophy of Education. Penerbit: New York. The University of Chicago Press.
McMillan, J. H., & Schumacher, S. (2001). Research in education: A conceptual
introduction (5th ed.). Penerbit : New York: Longman
Moore, Kenneth D. (2001). Classroom teaching skills. Penerbit : Boston McGraw-Hill
Mudyahardjo, Redja. (2001). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang
Dasar Dasar Pendidikan Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia.
Penerbit : Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Penerbit : Jurusan Pendidikan Fisika UPI
NCSS. (1994).Curriculum Standard for Social Studies.Penerbit : Expectation of Excellece. Washington.
Nenggala, A. (2007). Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Penerbit : Bandung. Grafindo Media Pratama
Neolaka, Amos.(2008) Kesadaran Lingkungan. Penerbit : Jakarta. PT. Rineka Cipta,
Nieveen, Nienke. (1999). Protytoping to Reach Product Quality. From
Design Approaches and Tools in Educational And Training. Penerbit :
Kluwer Academic Publisher.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Penerbit : Jakarta.Rineka. Cipta.
Orr, D.W. (1992). Ecological literacy Education The Transition to a Posmodern
World. Penerbit : State University oof new York Press. New York.
Otto, Soemarwoto. (2004). Ekologi Lingkungan Hidup Dan Pembangunan. Penerbit : Jakarta. Djambatan.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru.
Perkin, D. N., & Unger, C. 1999. Teaching and Learning for Understanding. Dalam Reigeluth, C. M. (Ed.) : Instructional-Design Theories and
Models: A New Paradigm of Instructional Theory, Volume II. 91 -114.
Englewood Cliffs, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.
Purwoko. A. dkk. (2001). Kegiatan Belajar Mengajar Buku Paket PPL. Penerbit : Semarang. Unnes.
Rohani, Ahmad. (1997). Media Intruksional Edukatif. Penerbit : Jakarta. Rineka Cipta.
Sadiman,Arief S. (2008). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, Dan
Pemanfaatannya. Penerbit : Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sagala, Syaiful. (2004).Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi
Memenangkan Persaingan Mutu.Penerbit : Jakarta. Nimas Multina
Sagala, Syaiful. (2005).Konsep dan Makna Pembelajaran.Penerbit : Bandung. Alfabeta.
Sanjaya, Wina (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Penerbit : Jakarta. Kencana Kota.
Santoso, Singgih. (2001). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Penerbit : Jakarta.PT. Alex MediaKomputindo.
Sarlito.Wirawan. (1976). Pengantar Umum Psikologi, Penerbit : Jakarta. Bulan Bintang.
Schwab, J .J .(1962). The teaching of science as enquiry. In the teaching of
science. Penerbit : Cambridge, Harvard University Press.
Setyono, Prabang. (2011).Etika, Moral dan Bunuh Diri Lingkungan dalam
Perspektif Ekologi (Solusi Berbasis Enviromental Insight Quo