PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT PERTANYAAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh
Gentarie Tresna Kasmaran
1101347
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
DEPARTEMEN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT PERTANYAAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Oleh
Gentarie Tresna Kasmaran
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Guru Sekolah Dasar
©Gentarie Tresna Kasmaran 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian
HALAMAN PENGESAHAN
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT PERTANYAAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Oleh
Gentarie Tresna Kasmaran NIM 1101347
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING I
Drs. Nana Djumhana, M.Pd. NIP. 195905081984031002
PEMBIMBING II
Ira Rengganis, M.Sn. NIP. 198002142008122001
Mengetahui,
Ketua Program Studi PGSD FIP UPI
BAB III
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kemmis dan Taggart (dalam
Kunandar, 2012, hlm.) PTK adalah suatu self-inquiry kolektif yang dilakukan
oleh para partisipan di dalam situasi sosial untuk meningkatkan rasionalitas
dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta
mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi di mana
praktik itu dilaksanakan.
Menurut Hopkins (dalam Rochiati, 2008, hlm) Penelitian Tindakan
Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau
suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil
terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Menurut Arikunto, dkk. (2010, hlm. 3) Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.
McNiff (dalam Wijaya dan Dedi, 2010, hlm. 8) memandang hakikat
PTK adalah sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru
sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan
keahlian mengajar. PTK merupakan penelitian tentang, untuk, dan oleh
masyarakat/kelompok sasaran dengan memanfaatkan interaksi, partisipasi,
dan kolaboratif antara peneliti dan kelompok sasaran.
Menurut Wijaya dan Dedi (2010, hlm. 16) manfaat PTK adalah sebagai
berikut:
a. Menumbuhkan kebiasaan menulis
b. Berpikir analitis ilmiah
d. Menumbuhkan semangat guru lain
e. Mengembangkan pembelajaran
f. Meningkatkan mutu sekolah secara keseluruhan.
Sedangkan keunggulan PTK (dalam Wijaya dan Dedi, 2010, hlm. 17)
yang dilaksanakan di sekolah, diantaranya:
a. Praktis dan langsung relvan untuk situasi yang aktual
b. Kerangka kerjanya teratur
c. Berdasarkan pada observasi nyata dan objektif
d. Fleksibel dan adaptif
e. Dapat digunakan untuk inovasi pembelajaran
f. Dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas
g. Dapat diguankan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme
guru.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan diadaptasi dari model penelitian
tindakan kelas menurut Kemmis dan McTaggart. Model ini merupakan
pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin namun
terdapat perbedaan dalam komponen acting (tindakan dan observing
(pengamatan) menjadi satu kesatuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
bentuk desainnya Kemmis & McTaggart (dalam Wijaya dan Dedi, 2010, hlm.
20
Gambar 3.1
Desain penelitian menurut Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto
(2010, hlm. 16)
Model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart pada hakikatnya
berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat
terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai
satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah
refleksi. Pada gamabr yang terdapat di atas tergambar dua siklus, dalam
pelaksanaan sesungguhnya jumlah siklus bergantung kepada permasalahan
yang perlu diselesaikan.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Sarijadi 3 yang berada di
Kota Bandung. Sekolah ini terletak diantara perumahan penduduk, pasar,
taman kanak-kanak dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah ini terletak
di jalan Sarimanis blok 17, kecamatan Sukasari kota Bandung. Sekolah ini
memiliki satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru, 15 ruang kelas yang
perkelasnya memiliki tiga rombel dan satu lapang upacara dan olahraga.
Sekolah Dasar Sarijadi 3 ini gedungnya menyatu dengan SD Sarijadi 4,
dan mempunyai satu kepala sekolah yang sama. Karena disatukan setiap
kelasnya terdiri dari 3 rombel A,B, dan C. Kelas 1,,3,4,5,6 masuk mulai pukul
07.15 sedangkan kelas 2 masuk pukul 10.00 setelah kelas 1 pulang sekolah.
Sekolah ini terdiri dari 300 siswa.
D. Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas III dengan jumlah siswa 30 orang, yang
terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Dengan
keadaan siswa laki-lakinya lebih aktif dibanding siswa perempuan.
E. Waktu Penelitian
Sesuai dengan program mulai perencanaan sampai dengan pelaksanaan,
waktu yang dibutuhkan diperkirakan selama tiga bulan, yaitu mulai bulan
Maret sampai bulan Mei 2015 pada semester II tahun pelajaran 2014/2015.
Pada bulan Maret peneliti melakukan perenncanaan penelitian, pada bulan
April dan awal Mei peneliti melakukan tindakan penelitian dan bulan Mei
22
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
adalan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Instrumen Pengungkap Data Penelitian
1) Lembar Observasi Kegiatan Guru dan Siswa
Lembar observasi ini telah dirancang secara sistematis, tentang apa
yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Pedoman observasi
ini dipegang dan diisi oleh observer serta digunakan saat
pembelajaran berlangsung untuk mengamati seberapa jauh efek
tindakan telah mencapai sasaran. Lemba observasi ini terdiri dari
deskripsi aktivitas kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
2) Instrumen Tes
Tes dipergunkan untuk memperoleh data tentang kamampuan siswa
membuat pertanyaan yaitu menggunakan Lembar Penliaian Akhir.
Instrumen dibuat sesuasi dengan materi yang diajarkan pada siswa
kelas III pada tema Pertanian dengan menggabungkan mata pelajaran
Bahasa Indonesia dan IPS berdasarkan kurikulum yang berlaku.
3) Lembar Tes Kemampuan Membuat Pertanyaan Siswa
Lembar tes kemampuan membuat pertanyaan siswa dipergunakan
untuk memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam
menjelaskan fungsi kata tanya, menggunakan kata tanya dengan
benar dan membuat kalimat tanya dengan benar.
4) Insrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan yaitu berupa foto-foto yang
diambil selama proses pembelajaran dengan menggunakan kamera
G. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 308) “Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data.” Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya:
1. Observasi
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 329) “Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu.” Berdasarkan pengertian diatas
pada saat penelitian, peneliti menggunakan rekaman suara, foto atau
video untuk mengabadikan setiap kegiatan yang dilakukan siswa saat
pembelajaran berlangsung sebagai teknik pengumpulan data.
3. Field notes
Menurut Wiraatmadja (2008, hlm. 125) “Field Notes adalah sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian.” Berdasarkan
pengertian diatas pada saat penelitian, peneliti menggunakan field notes
untuk mencatat setiap perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung.
4. Tes
“Tes merupakan alat pengukur data yang berharga dalam
penelitian. Tes adalah seperangkat rangsang (stimuli) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban
yang dijadikan penetapan skor angka. Tes dibagi menjadi dua, yaitu tes
prestasi belajar dan tes kecerdasan.” (Wijaya dan Dedi, 2010, hlm. 79).
Teknik yang digunakan untuk memperolah informasi mengenai
kemampuan membuat pertanyaan siswa adalah tes tertulis. Tes
kemampuan membuat pertanyaan yang digunakan dalam bentuk essay
yang berjumlah sepuluh butir soal. Lima butir soal membuat pertanyaan
yang sudah disediakan jawabannya dan lima butir soal menjawab
24
H. Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2010, hlm. 16) “Secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui. yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengamatan, dan (4) refleksi.”. Sebelum melakukan penelitian tindakan,
peneliti terlebih dahulu melakukan tahap pendahuluan lalu dilanjutkan
dengan tahap pelaksanaan.
a. Perencanaan Tindakan
1) Permintaan izin dari Kepala SD
2) Observasi dan Wawancara
3) Identifikasi Masalah
Kegiatan identifikasi masalah dimulai dari:
(a) Melakukan pengamatan terhadap karakteristik siswa kelas
III SD.
(b) Menyusun konsep pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
(c) Merumuskan RPP dengan menggunakan metode make a
match.
(d) Menyusun dan menetapkan instrumen untuk setiap tahap
PTK.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap PTK terbagi menjadi beberapa siklus, yaitu:
SIKLUS I
1) Perencanaan (Planning)
Sebelum melaksanakan PTK, peneliti merencanakan
beberapa rencana tindakan, yaitu:
(a) Wawancara dan observasi situasi kelas dan siswa pada saat
pembelajaran
(b) Pembuatan RPP
(c) Pembuatan LKS
(d) Menyiapkan sumber belajar
(e) Menyiapkan kartu soal dan jawaban
(g) Membuat format penilaian akhir
2) Pelaksanaan (Acting)
Pelaksaan tindakan dilakukan sesuai dengan perencanaan
yang sudah dibuat sebelumnya, kegiatannya meliputi:
(a) Siswa dibagikan kartu yang masing-masing kartu berisi
soal/ jawaban, setiap siswa memegang satu kartu.
(b) Siswa diminta mencari pasangan kartu yang dipegangnya.
(c) Siswa yang mampu menemukan kartu pasangannya
sebelum waktu habis diberikan bintang perhargaan.
(d) Dengan metode make a match kartu soal/ jawaban siswa
diharapkan bisa lebih mengerti penggunaan kata tanya.
(e) Siswa dibagikan teks cerita anak dan membaca cerita
tersebut.
(f) Siswa mencocokan dan menjawab pertanyaan yang terdapat
pada kertas soal latihan.
3) Pengamatan (Observation)
Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung,
untuk mengetahui:
(a) Situasi pembelajaran di kelas.
(b) Kemampuan siswa mencocokan kartu soal dan jawaban
secara tepat.
(c) Kerja sama siswa dalam mencocokan kartu soal dan
jawaban.
(d) Ketepatan waktu siswa dalam mencocokan jawaban.
4) Refleksi (Reflecting)
Kegiatan refleksi bertujuan untuk menganalisis penerapan
metode kooperatif tipe make a match dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam membuat pertanyaan. Dan untuk
26
Peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan
hasil refleksi pada siklus pertama
2) Pelaksanaan (Acting)
Guru dan siswa melaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan metode kooperatif tipe make a match dengan
perencaan yang dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus
sebelumnya.
3) Pengamatan (Observation)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan dengan
menerapkan metode kooperatif tipe make a match dalam
pembelajaran.
4) Kesimpulan
SIKLUS III
1) Perencanaan (Planning)
Peneliti membuat perencanaan pembelajaran berdasarkan
hasil refleksi pada siklus kedua.
2) Pelaksanaan (Acting)
Guru dan siswa melaksanaan pembelajaran dengan
menerapkan metode kooperatif tipe make a match dengan
perencaan yang dibuat berdasarkan hasil refleksi siklus
sebelumnya.
3) Pengamatan (Observation)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan dengan
menerapkan metode kooperatif tipe make a match dalam
pembelajaran.
4) Kesimpulan
Setelah melakukan PTK dengan tiga siklus, peneliti membuat kesimpulan
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode kooperatif tipe
make a match untuk meningkatkan kemampuan membuat pertanyaan
I. Rencana Pengolahan dan Uji Keabsahan Data
Pada tahap ini data-data yang sudah terkumpul berupa lembar
observasi aktivitas guru dan siswa, lembar post-test, dokumentasi dan field
notes akan dianalisis dengan dua cara, yaitu:
1. Rencana Pengolahan Data
Nana Sudjana (2012, hlm. 106) mengemukakan bahwa, “proses
mengubah skor mentah menjadi skor masak dengan menerapkan teknik
statistika disebut pengolahan data”. Rencana pengolahan data digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti.
Peneliti menggunakan dua jenis rencana pengolahan data, yaitu:
a. Analisis Kuantitatif
1) Lembar Post-test
Untuk mengumpulkan data kuantitatif dalam penelitian ini
digunakan alat penilaian berupa lembar post-test.
Untuk penilaian soal dalam lembar post-test untuk setiap kata
tanya mempunyai bobot nilai yang berbeda karena setiap kata tanya
memiliki kesulitan tersendiri sehingga dibedakan. Untuk kata tanya
“apa”, “siapa”, “di mana” dan “berapa” berbobot 17,5 dan untuk kata tanya “mengapa” dan “bagaimana” berbobot 30. Untuk kata tanya
“mengapa” dan “bagaimana” memiliki bobot nilai yang lebih besar
karena dianggap masih sulit untuk digunakan siswa.
Dari lembar post-test ini peneliti menghitung persentase siswa
yang lulus dengan nilai diatas KKM yaitu lebih dari sama dengan 70,
dengan rumus:
Persentasi Siswa yang Lulus = ∑ S x 100%
N
Keterangan:
28
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 70% siswa yang
berjumlah 30 orang lulus dengan nilai diatas KKM yaitu lebih atau
sama dengan 70.
2) Lembar Tes Kemampuan Membuat Pertanyaan Siswa
Dari lembar lembar tes kemampuan membuat pertanyaan
siswa ini peneliti menghitung presentase siswa yang nilai indikator
membuat pertanyaannya mulai berkembang, dengan rumus :
Indikator kemampuan membuat pertanyaan = ∑ S x 100%
N
Keterangan:
S = Jumlah siswa yang mendapatkan nilai indikator membuat
pertanyaan
N = Jumlah siswa secara keseluruhan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila lebih dari sama dengan
70%.
b. Analisis Kualitatif
Data yang dianalisis secara kualitatif diambil dari lembar observasi
aktivitas guru dan siswa, field notes dan dokumentasi berupa foto, video
atau rekaman suara yang akan diolah secara deskriptif kualitatif, yaitu
analisis berdasarkan data yang diperoleh untuk selanjutnya
dikembangkan pola hubungan.
2. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian kuantitatif digunakan untuk
membuktikan nilai kebenaran data dari hasil tes yang terlampir. Sedangkan
uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif digunakan untuk membuktikan
nilai kebenaran data dari observasi terstuktur. Dalam penelitian ini uji
menguji kredibilitas data kualitatif dilakukan dengan cara yang mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data
yang diperoleh dari observasi terstuktur, dicek dengan field notes dan
[image:15.595.206.437.220.338.2]dokumentasi.
Gambar 3.2
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. dkk. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Choer, Abdul. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Fika. (2008). Menggunakan Kalimat Tanya Secara Tertulis. Tersedia di : https://matakuliahq.files.wordpress.com/2008/11/pertemuan-8.pdf [05 Juni 2015]
Kunandar. (2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rusman. (2014). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Santosa, Puji, dkk. (2007). Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Sudjana, N. (2012). Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT.
Remajab Rosdakarya.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wijaya dan Dedi, (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Permata
Wiraatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja