• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terhadap Koperasi Simpan Pinjam T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terhadap Koperasi Simpan Pinjam T1 BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Tinjauan Pustaka

1.

Peran

Peran adalah pola perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang yang memiliki atau menduduki suatu status dan posisi tertentu dalam organisasi, kelompok atau lembaga-lembaga.1

Sedangkan menurut teori Robert B. Seidman dalam teori berlakunya hukum dalam masyarakat menyatakan bahwa “the law of the noon transferability of law” (hukum tentang tidak dapat ditransfernya hukum). Tidak semua aturan yang berlaku pada masyarakat tertentu dapat ditranfer dan berlaku dengan baik pada masyarakat lain karena adanya perbedaan sistem nilai yang dianut masyarakat bersangkutan.

Menurut Soerjono Soekanto, Peran (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak yang kewajiban-kewajiban sesuai dengan kedudukan, maka dia menjalankan suatu peranan.2Peranan yang melekat pada

diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur yang statis yang menunjukan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.

Suatu peranan mencakup paling sedikit tiga hal, antara lain :3

a. Peranan adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial. Bahwasanya, setiap peranan bertujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan tadi dengan orang-orang disekitarnya yang bersangkutan, atau ada hubungan dengan peran tersebut, terdapat hubungan yang diatur oleh nilai-nilai sosial yang diterima dan ditaati kedua belah pihak.

Peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya. Sebagai pola perikelakuan, maka peranan mempunyai beberapa unsur, yakni antara lain :4

a. Peranan ideal, sebagaimana dirumuskan atau diharapkan oleh masyarakat, terhadap status-status tertentu. Peranan ideal tersebut merumuskan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terkait pada status-status tertentu.

b. Peran yang dianggap oleh dirinya sendiri, peranan ini merupakan hal yang oleh individu harus dilakukan pada situasi-situasi tertentu. Artinya, seorang individu

1Robert M.Z Lawang, Buku Pokok Pengantar Sosiologi, Karunia, Jakarta, hlm.85.

2Seorjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Yayasan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 1974, hlm. 130.

3Ibid, hlm. 131.

(2)

menganggap bahwa dalam situasi-situasi tertentu (yang dirumuskannya sendiri), dia harus melaksanakan peranan tertentu.

c. Peranan yang dilaksanakan atau dikerjakan, ini merupakan peranan yang sesungguhnya dilaksanakan oleh individu di dalam kenyataannya, yang terwujud dalam perikelakuan yang nyata. Peranan yang dilaksanakan dalam kenyataan, mungkin saja berbeda dengan peranan ideal maupun peranan yang di anggap oleh dirinya sendiri. Peranan yang dilaksanakan secara aktual senantiasa dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, harapan-harapan, persepsi, dan juga oleh kepribadian individu yang bersangkutan.

Pembahasan perihal aneka macam peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut :5

a. Peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.

b. Peranan tersebut seyogyanya diletakkan pada individu-individu yang oleh masyarakat di anggap mampu melaksanakannya.

c. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat karena mungkin pelaksanaannya memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan pribadi yang terlalu banyak.

d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Akan tetapi, didalam interaksi sosial terkadang kala kurang disadari bahwa yang paling penting adalah melaksanakan peranan dari pada kedudukan sehingga terjadi hubungan-hubungan yang timpang yang tidak seharusnya terjadi. Hubungan yang timpang tersebut lebih cenderung mementingkan bahwa suatu pihak hanya mempunyai hak saja, sedangkan pihak lain hanyalah mempunyai kewajiban belaka. 6

2.

Pembinaan

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina.7 Pembinaan adalah proses,

pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan baik.

Pembinaan juga dapat diartikan bantuan dari seseorang atau sekelompok orang yang ditujuan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang diharapkan.8

Pembinaan adalah segala suatu tindakan yang berhubungan langsung dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan, pengembangan, pengarahan, serta pengendalian segala sesuatu secara berdaya guna dan berhasil guna.9 Melalui

pembinaan maka tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan akan berjalan secara kronologis dan sistematis dan akan mencerminkan perubahan tahapan menuju ke yang

5Budi Sulistyowati, Soerjono Soekanto, ed., Sosiologi Suatu Pengantar, PT.Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 213.

6Ibid, hlm. 214.

7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2001

8 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, Teras, Yogyakarta, 2009, hlm. 144

(3)

lebih baik dan terstruktur. Dengan kata lain, membina artinya memberikan arahan yang baik untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Dari ketiga definisi tersebut, secara garis besar pembinaan disebut sebagai sebuah perbaikan terhadap pola kehidupan yang direncanakan. Pembinaan dilakukan dengan maksud agar kegiatan atau program yang sedang dilaksanakan selalu sesuai dengan rencana atau tidak menyimpang dari hal yang direncanakan.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Kecil, bidang sumber daya manusia, pembinaan dan pengembangan dilakukan dengan cara:

a. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan b. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial

c. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan pencipta wirausaha baru.

Ini berarti bahwa pemerintah, khususnya dinas koperasi memiliki tugas untuk meningkatkan teknis bidang usaha dan melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis maupun sebagai pencipta wirausaha baru untuk meningkatkan kualitas bidang usaha masyarakatnya. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, maka dinas koperasi dituntut untuk bekerja secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan sehingga mampu menumbuhkan serta meningkatkan eksistensi bidang usaha masyarakat.

Melalui pembinaan maka akan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki kemudian akan mengembangkannya. Pembinaan yang berupa masukan maupun pembukaan akses kepada berbagai peluang kegiatan usaha akan memperkuat potensi yang ada dalam masyarakat.

Secara konseptual, pembinaan sering kali disebut dengan pemberkuasaan (empowerment) yang berasal dari kata power yang berarti kekuasaan atau keberdayaan. Oleh karena itu, ide utama dari pembinaan terhubung dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan ini nantinya dikaitkan dengan kemampuan individu untuk membuat individu melakukan apa yang diingkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, terlepas dari keinginan dan minat mereka.

Pembinaan sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62 dan Pasal 63 dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional, serta pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Secara operasional yang dimaksud dengan kegiatan pembinaan dalam skripsi ini meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan.

a. Perencanaan

Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seektif mungkin.10

Dalam setiap perencanaan terdapat tiga kegiatan yaitu (1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai (2) Pemilihan program untuk mencapai tujuan itu (3) Identifikasi dan pengerahan sumber. 11

d.A.1.a.1) Perumusan Tujuan

Perumusan tujuan akan mengarahkan suatu perencanaan kepada tahapan berikutnya. Tujuan merupakan pengikat atas segala kegiatan yang terjadi. Oleh

10 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 49

(4)

sebab itu, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah perencanaan program suatu kegiatan.

d.A.1.a.2) Pemilihan Program

Pemilihan program meliputi materi maupun kegiatan atau upaya yang akan dilaksanakan. Pemilihan program tentunya harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan tentu saja yang terkait dengan kegiatan pembinaan.

d.A.1.a.3) Identifikasi dan Pengerahan Sumber

Dalam suatu kegiataan pembinaan terdapat sumber manusia dan non manusia. Sumber manusia adalah tenaga atau orang yang bertanggung jawab serta yang berperan serta dalam kegiataan pembinaan. Sedangkan sumber non manusia meliputi sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan pembinaan tersebut. b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.12 Dapat dikatakan bahwa pengorganisasian adalah

pelaksanaan suatu kegiatan yang telah direncakan sebelumnya.

Dapat dikatakan bahwa pengorganisasian berkaitan dengan penyatuan seluruh sumber daya yang ada untuk bersinergi dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan. Tahap berikutnya pengarahan dan pelaksanaan kegiatan yang selalu berpedoman pada perencanaan yang telah ditetapkan.

c. Pengarahan

Pengarahan adalah suatu proses memberikan bimbingan, saran-saran, perintah-perintah, dan instruksi-instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugasnya masing-masing. Melalui pengarahan maka diharapkan suatu pekerjaan dapat terselesaikan secara efektif dan efisien. Pengarahan juga berfungsi mengkoordinasi berbagai kegiatan supaya berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan mampu untuk menggerakkan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan, memotivasi, dan membina moral karyawan.

3.

Pengawasan

Dalam kamus Bahasa Indonesia istilah pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang diawasi.13 Pengawasan berarti suatu rencana yang telah

digariskan terlebih dahulu apakah sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana semula dan apakah tujuaannya telah tercapai.

Pengawasan harus dilakukan secara terus-menerus, fungsinya adalah untuk mengetahui pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan yang kemudian dapat dinilai lalu dikoreksi apakah pelaksanaannya sesuai dengan semestinya atau tidak. Melalui pengawasan juga dapat dilakukan suatu penilaian yang bisa mengukur dan membandingkan dengan hasil-hasil kerja nyata yang sudah dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Prinsip-prinsip pengawasan adalah: 14

c.i.A.1. Pengawasan harus berlangsung terus-menerus bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan atau pekerjaan.

c.i.A.2. Pengawasan harus menemukan, menilai, dan menganalisis data tentang pelaksanaan pekerjaan secara objektif.

12 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 71

13 Sujanto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986, hlm. 2

(5)

c.i.A.3. Pengawasan bukan semata-mata untuk mencari kesalahan tetapi juga mencari atau menemukan kelemahan dalam pelaksanaan pekerjaan.

c.i.A.4. Pengawasan harus memberi bimbingan dan mengarahkan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan dalam pencapaian tujuan.

c.i.A.5. Pengawasan tidak menghambat pelaksanaan pekerjaan tetapi harus menciptakan efisiensi (hasil guna).

c.i.A.6. Pengawasan harus fleksibel.

c.i.A.7. Pengawasan harus berorientasi pada rencana dan tujuan yang telah ditetapkan (Plan and Objective Oriented)

c.i.A.8. Pengawasan dilakukan terutama pada tempat-tempat strategis atau kegiatan-kegiatan yang sangat menentukan atau control by exception.

c.i.A.9. Pengawasan harus membawa dan mempermudah melakukan tindakan perbaikan (corrective action)

Dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Koperasi Pasal 1 Ayat (25) dijelaskan bahwa pengawasan adalah kegiatan monitoring yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk memastikan bahwa rencana yang ditetapkan telah dilaksanakan oleh koperasi. Monitoring adalah kegiatan mengecek suatu aktivitas yang sedang berjalan atau dikerjakan. Namun monitoring pada umumnya dilakukan untuk tujuan tertentu, untuk memeriksa apakah suatu kegiatan telah berjalan sesuai dengan aturan maupun sesuai dengan tujuan. Jadi kegiatan monitoring ini bisa dilaksanakan dengan cara memantau dan mengecek dari aktivitas kegiatan pembinaan.

Pengawasan yang dilakukan tentunya dengan melihat dasar hukumnya yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi

4. PP Nomor 62 Tahun 2015 tentang SOTK Kementerian KUKM

5. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI Nomor 10/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Kelembagaan Koperasi

6. Peraturan Menteri Koperasi dan UKM RI Nomor 17/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Pengawasan Koperasi

7. Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Koperasi.

8. Peraturan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan UKM RI No. 06/Per/Dep.6/IV/2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan

(6)

Dalam Permen Nomor 17 Tahun 2015 Pasal 1 Ayat 2 yang dimaksud dengan pengawasan dan pemeriksaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pejabat yang membidangi koperasi untuk mengawasi dan memeriksa koperasi agar kegiatan diselenggarakan dengan baik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam Pasal 37 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Koperasi, ruang lingkup pengawasan koperasi meliputi:

a) Pembinaan pelaksanaan pengendalian internal koperasi; b) Pemantauan perkembangan koperasi secara berkala;

c) Pemeriksaan terhadap koperasi yang menyangkut organisasi dan usahanya, termasuk program pembinaan anggota sesuai SOM dan SOP koperasi;

d) Pemeringkatan koperasi dan penilaian kesehatan KJK dan UJK koperasi.

Pengendalian juga merupakan bagian dalam kegiatan pengawasan namun disertai dengan tindakan pelusuran (korektif). Dengan pengendalian maka akan mencegah terjadinya penyimpangan dan mengarahkan orang untuk bertindak menurut aturan yang ditentukan. Disamping itu, pengendalian akan memantau kemajuan dari suatu kegiatan terhadap tujuan-tujuan sehingga nantinya dapat mengambil tindakan-tindakan perbaikan jika diperlukan.

4.

Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.15

Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Ini berarti bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan. Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung, dan pada akhir program setelah program itu dianggap selesai.16

Evaluasi akan mengatakan kepada kita apa yang berguna, apa yang tidak, dan bagaimana meningkatkan yang perlu peningkatan. Dalam evaluasi, kita dapat melihat hasil (data) sebagaimana disajikan dengan dua macam fakta. Salah satu fakta bersifat lengkap dan rinci, dan lainya berupa fakta kuat. Dari fakta lengkap dan terinci kita dapat menduga bahwa sesuatu terjadi.17

Melalui evaluasi maka akan mengidentifikasikan tingkat pencapaian tujuan, mengukur dampak yang terjadi secara langsung dan mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi. Dengan kata lain, evaluasi merupakan penilaian keseluruhan program dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan.

Evaluasi yang berkesinambungan akan dapat memantau tahapan manakah yang sudah dapat diselesaikan, dan mana pula tahapan yang mengalami kendala dalam

15 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, hlm.3

16Ibid., hal 3-4

(7)

pelaksanaannya. Sehinga pada dasarnya evaluasi dimaksudkan untuk melakukan penyempurnaan usaha

Setelah proses evaluasi mendapatkan hasil, maka dibentuklah suatu bentuk penyampaian informasi dalam bentuk pelaporan tugas. Pelaporan tugas memiliki peranan penting karena laporan sebagai dasar pengambilan kebijakan lebih lanjut. Laporan juga berfungsi sebagai bahan masukan guna kelancaran pelaksanaan tugas kedepannya.

Pelaporan tugas yang dilakukan oleh bidang koperasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang disajikan dalam bentuk data-data yang akurat, yang digunakan untuk menilai keseluruhan program dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan dengan mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan, mengukur dampak yang terjadi secara langsung dan mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi.

Penilaian kesehatan KSP berdasarkan Peraturan Deputi Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam KSP. Dalam Pasal 1 ayat (6) yang dimaksud dengan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam merupakan penilaian untuk mengukur tingkat kesehatan KSP dan USP Koperasi. Kemudian berdasarkan Pasal 1 ayat (8) disebutkan bahwa penilai kesehatan adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang diberi tugas dan wewenang untuk menilai kesehatan KSP dan USP Koperasi sesuai dengan wilayah keanggotaan.

Melalui pelaporan, maka nantinya akan mengetahui sejauh mana tugas yang pernah diserahkan sudah dapat dilaksanakan, kesesuaian, kecocokan, dan kesenjangan antara hasil pelaksanaan dengan perencanaan yang telah dibuat. Dengan melihat laporan maka akan dapat memantau kembali apakah penugasan, penjelasan dan pengarahan sudah cukup dilaksanakan sehingga bisa dijadikan patokan agar sistem yang selanjutnya dapat berjalan dengan baik. Pada intinya, pelaporan tugas dimaksudkan untuk pertanggungjawaban pelaksanaan suatu tugas yang telah dilaksanakan sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana hasil dari suatu kegiatan.

5.

Koperasi Simpan Pinjam

Dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dikatakan yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Secara etimologi, koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu cooperative, merupakan gabungan kata co dan operation. Dalam bahasa Belanda disebut cooperative yang artinya adalah kerja bersama, dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi koperasi. Asal kata koperasi adalah cooperation atau cooperative yang berarti bekerjasama. Maksud dari kata kerja sama disini adalah ikut serta beberapa orang untuk bekerja sendiri-sendiri dengan maksud dan tujuan yang sukar dicapai apabila mereka bekerja sendiri-sendiri.18

Koperasi adalah organisasi masyarakat sebab hubungan antara anggota dengan anggota dalam koperasi merupakan usaha bersama (joint venture) berbeda dengan hubungan antara suatu badan usaha dengan pasar.19

(8)

Koperasi adalah juga gerakan yang terorganisasi yang didorong oleh cita-cita rakyat mencapai masyarakat yang maju, adil dan makmur seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945 khususnya Pasal 33 ayat (1).

Dalam Pasal 1 Ayat (17) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Koperasi, yang dimaksud dengan Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatan usahanya menghimpun dan menyalurkan dana melalui kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan/atau anggotanya.

Koperasi Simpan Pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan bukan bank yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat, berupa pinjaman dan sebagai tempat penyimpanan uang bagi masyarakat. Simpan pinjam adalah suatu usaha yang menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali dalam bentuk pinjaman kepada anggota dalam jumlah dan waktu tertentu sesuai dengan bunga yang telah disepakati.20Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu

atau satu-satunya kegiatan usaha koperasi, hal ini diatur dalan pasal 44 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Dalam Peraturan Menteri 317 Negara Koperasi dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 19/Per/M.KUKM/XI/2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi, bahwa Koperasi Simpan Pinjam dalam peraturan ini disebut “KSP” adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan usahanya hanya untuk simpan pinjam (Pasal 1 ayat 2).

KSP wajib menyediakan modal sendiri berupa simpanan wajib dan simpanan sukarela serta dapat ditambah dengan modal penyertaan. KSP menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian meyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya.

KSP memiliki tujuan untuk membantu keperluan kredit para anggotanya dengan syarat-syarat yang ringan dan juga menambah pengetahuan anggotanya terhadap perkoperasian dan berusaha untuk mencegah para anggotanya terlibat dalam jeratan rentenir ketika mereka memerlukan sejumlah uang dengan jalan menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah-rendahnya.

Dalam Bab IV Pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992, dikatakan bahwa modal koperasi dapat berupa modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berupa Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Dana Cadangan dan Hibah.Dengan adanya keberadaan dari KSP maka anggota yang membutuhkan pinjaman dapat memperoleh dana dengan mudah dan tidak berbelit-belit, bunga yang rendah dan tidak adanya syarat pinjaman dengan jaminan.

19 Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi yang Berwatak Sosial, Bharata Karya Aksara, Ujung Pandang, 1986, hlm.3

(9)

B. Hasil Penelitian

a.i.1. Peran Dinas Koperasi, Usah Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terhadap Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2015, di Kabupaten Semarang telah beroperasi 34 unit Koperasi Simpan Pinjam berstatus aktif, dengan jumlah anggota mencapai 15.942 orang.21 Seperti terlihat dari data berikut:

Tabel 1. Koperasi Simpan Pinjam Berstatus Aktif per September 2016

Tahun Jumlah Koperasi

2012 19

2013 27

2014 31

2015 34

2016 34

Sumber: Dinas Koperasi Rekapitulasi KSP Kabupaten Semarang

Penilaian kesehatan KSP di Kabupaten Semarang dilakukan satu kali dalam setahun setelah Pelaksanaan RAT adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Predikat Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam per September 2016

No Kategori Jumlah

1 Sehat 10

2 Cukup Sehat 15

3 Dalam Pengawasan 7

4 Pengawasan Khusus 2

Sumber: Dinas KoperasiRekapitulasi KSP Kabupaten Semarang

Dari hasil penilaian kesehatan KSP tersebut diperoleh hasil 10 KSP memiliki predikat sehat, 15 KSP memiliki predikat cukup sehat, 7 KSP memiliki predikat dalam pengawasan dan 2 KSP dalam pengawasan khusus.22

Dinas Koperasi Kabupaten Semarang menyebutkan bahwa lingkup aspek penilaian kategori KSP meliputi tujuh aspek yaitu: permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan serta jati diri koperasi.Berdasarkan hasil perhitungan penilaian terhadap tujuh komponen tersebut diperoleh skor secara keseluruhan.Skor dimaksud dipergunakan untuk menetapkan predikat tingkat kesehatan KSP.Predikat KSP ini dapat naik dan juga dapat turun.Hal ini sangat tergantung bagaimana KSP itu sendiri.

Meskipun kuantifikasi dari komponen-komponen yang meliputi tujuh aspek penilaian tingkat kesehatan menghasilkan skor tertentu, masih perlu dianalisa dan diuji lebih lanjut dengan komponen lain yang tidak termasuk dalam komponen penilaian dan atau tidak dapat dikuantifikasikan. Apabila dalam analisa dan pengujian lebih lanjut terdapat inkonsistensi atau ada pengaruh secara materiil terhadap tingkat kesehatan KSP maka hasil penilaian yang telah dikuantifikasikan tersebut perlu dilakukan penyesuaian sehingga dapat mencerminkan penilaian yang sebenarnya.KSP dengan kategori dalam penanganan khusus mendapat perhatian khusus pula dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang. Petugas

21Rekapitulasi KSP Koperasi dan KJKS Koperasi Kabupaten Semarang

(10)

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terjun langsung di lapangan untuk mendapatkan informasi dan data seakurat mungkin sebagai bahan dalam penanganan KSP dalam pengawasan khusus.

Penulis juga telah melakukan penelitian ke sejumlah KSP yang ada di Kabupaten Semaranguntuk memperoleh data tentang peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan perannya untuk KSP. Dibawah ini adalah 5 (lima) KSP yang berada di Kabupaten Semarang yang terdiri dari KSP kategori sehat, KSP kategori cukup sehat, KSP kategori dalam pengawasan, KSP kategori dalam pengawasan khusus, dan KSP yang tidak aktif. Kelima KSP ini telah mengikuti penyuluhan dan pelatihan-pelatihan.

d.A.1.a.3.1. KSP dengan kategori sehat

Ketua KSP Arta Bahana juga menjelaskan bahwa Dinas Koperasi telah menjalankan peranannya dalam pembinaan yaitu dengan cara melakukan seminar ataupun pelatihan-pelatihan minimal 1 tahun sekali terhadap Koperasi. Pelatihan terakhir dilakukan pada tanggal 21 Juli 2016.Untuk menjadi KSP dengan kategori sehat bukanlah hal yang mudah. KSP dengan kategori sehat tidak boleh lengah sedikitpun sehingga dengan predikat sehat yang diperoleh dapat lebih memotivasi semangat pengurus ataupun anggota KSP dalam berkarya.Predikat sehat yang diperoleh tetap dalam pemantauan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang sehingga apabila KSP mengalami kemunduran maka predikat sehat tersebut dapat turun menjadi cukup sehat. Di KSP Arta Bahana ini yang menjadi anggota berjumlah 874 orang.23 KSP dinyatakan sehat apabila skor

hasil perhitungan terhadap tujuh komponen (permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi) nilainya 80,00 ≤ x < 100.

d.A.1.a.3.2. KSP dengan kategori cukup sehat

KSP dengan kategori cukup sehat salah satu nya adalah Sumber Karya Makmur. Sampai saat ini KSP Sumber Karya Makmur bertahan dalam kategori cukup sehat. Kepala bidang bagian manajemen KSP Sumber Karya Makmur mengungkapkan bahwa selama ini KSP berusaha untuk selalu berpegang prinsip kehati-hatian dalam menjalankan usaha. Hal ini untuk menghindari kesalahan-kesalahan fatal yang mungkin terjadi. KSP dalam menjalankan usaha dilakukan secara profesional berdasarkan prosedur yang berlaku dengan harapan predikat KSP dapat meningkat menjadi sehat.24 KSP dinyatakan cukup sehat apabila skor hasil

perhitungan terhadap tujuh komponen (permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi) nilainya 66,00 ≤ x < 80.

d.A.1.a.3.3. KSP dengan kategori dalam pengawasan

Berada dalam kategori dalam pengawasan bagi KSP Surya Mitra Dana merupakan hal yang sulit. KSP berusaha dengan berbagai upaya untuk menjadikan KSP berstatus paling tidak cukup sehat. Upaya yang dilakukan KSP seperti meningkatkan kinerja pegawai agar dapat menambah anggota dan permodalan dengan intensif terjun ke masyarakat untuk mendapatkan kepercayaan. KSP selalu berkonsultasi tentang perkembangan KSP dengan Dinas Koperasi. Hal ini bertujuan agar KSP mendapat masukan agar dapat meningkatkan status KSP dan mendapatkan kepercayaan masyarakat. KSP berusaha mewujudkan usaha yang

23Wawancara Bapak Subur Prabowo Ketua KSP Arta Bahana, Tanggal 24 Juli 2017 jam 11.00 WIB

(11)

sehat dan mantap sesuai dengan jatidiri koperasi, menjadi koperasi yang efektif, efisien dan professional serta menciptakan pelayanan prima kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya.25 KSP dinyatakan dalam pengawasan

apabila skor hasil perhitungan terhadap tujuh komponen (permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi) nilainya 51,00 ≤ x < 66.

d.A.1.a.3.4. KSP dengan kategori dalam pengawasan khusus

KSP Pandu Lestari sebagai salah satu dari dua KSP yang masuk kategori dalam pengawasan khusus. Beberapa tahun KSP ini mampu bertahan namun pada akhirnya KSP ini hanya masuk dalam predikat dalam pengawasan khusus. KSP ini mempunyai anggota yang berjumlah 36 orang. Pihak KSP juga berusaha untuk mengatasi kondisi ini dengan melakukan perbaikan kinerja KSP guna memperoleh kepercayaan masyarakat kembali. Selain itu KSP juga mengintensifkan kerja sama dengan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang untuk memperoleh solusi terhadap kendala yang menjadi hambatan berkembangnya KSP.26 KSP dinyatakan dalam pengawasan khusus apabila skor

hasil perhitungan terhadap tujuh komponen (permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, jatidiri koperasi) nilainya < 51.

d.A.1.a.3.5. KSP tidak aktif

KSP yang sudah tidak aktif seperti KSP Riska Dana bahwa selama ini perkembangan KSP tidak begitu bagus. Pembubaran ini dilakukan jika telah memenuhi syarat-syarat. Syarat pertama KSP tersebut sudah tidak beresiko dan syarat kedua jumlah anggota kurang dari 20 orang.Sebelum menjadi tidak aktif KSP ini berstatus dalam pengawasan khusus.Karena kondisi KSP ini tidak membaik bahkan semakin memburuk akhirnya KSP ini berstatus tidak aktif pada tahun yang lalu. Selama ini Dinas Koperasi secara langsung melakukan pendampingan terhadap KSP untuk membantu KSP dalam menaikkan predikat KSP namun kinerja KSP tidak seperti yang diharapkan dan menjadikan KSP menjadi tidak aktif.27

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang menyatakan bahwa KSP yang tidak aktif sudah menjalani pemeriksaan sesuai prosedur. Selama dalam predikat dalam pengawasan khusus dilakukan pendampingan secara intensif tetapi tetap saja tidak berhasil dan tidak mampu menaikkan predikat serta kondisi KSP semakin melemah sehingga Dinkop menyatakan KSP menjadi tidak aktif.

KASIE Binwasdal Bidang Koperasi Kabupaten Semarang menjelaskan bahwa Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang selalu berusaha semaksimal mungkin membantu KSP di Kabupaten Semarang dalam mengembangkan usahanya. Untuk KSP dalam kategori sehat didampingi agar mampu mempertahankan predikat sehat. Sebanyak 10 KSP di Kabupaten Semarang dengan predikat sehat yang berarti 29,41% belum mencapai 50% KSP di Kabupaten Semarang dalam kategori sehat. Hal ini tentunya dapat menjadikan motivasi baik itu Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang

25Wawancara Bapak Aris Arifin, SE Ketua KSP SuryaMitra Dana, Tanggal 12 Juni 2017 jam 10.00 WIB

26Wawancara Bapak Tri Heri Kepala Bidang Bagian Manajemen KSP Pandu Lestari, Tanggal 5 Mei 2017 jam 11.00 WIB

(12)

ataupun KSP itu sendiri dalam meningkatkan kinerja sehingga KSP dengan kategori sehat dapat meningkat.28

Peran Dinas,Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten SemarangKoperasi terhadap KSP adalah sebagai berikut:

1) Pembinaan. KASIE Binwasdal Bidang Koperasi Kabupaten Semarang menjelaskanbahwa sejak awal Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang berperan membantu KSP mulai dari perencanaan, pengorganisaasian dan pengarahan. Hal ini berarti sejak awal pendirian KSP, Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang selalu mendampingi KSP.Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarangmemberikan bimbingan, saran-saran, perintah-perintah, dan instruksi-instruksi kepada KSP dalam pelaksanaan tugasnya. Melalui pengarahan maka diharapkan KSP dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien. Dengan pengarahan juga Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang mengkoordinasi berbagai kegiatan supaya berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan mampu untuk menggerakkan KSP untuk menyelesaikan pekerjaan, memotivasi, dan membina moral pegawai.

2) Pengawasan. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang menjadi lembaga yang memantau organisasi KSP dan mempunyai kewenangan untuk memberikan penilaian atau predikat kesehatan terhadap KSP. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang membantu KSP dalam kaitannya dengan penyatuan seluruh sumber daya yang ada untuk bersinergi dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan.

3) Evaluasi.Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan KSP dengan melakukan penilaian keseluruhan program KSP mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan sehingga dapat menentukan predikat kesehatan KSP.

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang memantau perkembangan KSP berdasarkan kategori sehat, cukup sehat, dalam pengawasan dan dalam pengawasan khusus. Hal ini bertujuan membantu KSP agar tetap mampu menjalankan kegiatannya dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari dan untuk anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya yang perlu dikelola secara profesional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan KSP sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memberi manfaat kepada anggota dan masyarakat.

Secara berkelanjutan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang melakukan pembinaan, pengendalian, pengawasan dan penilaian terhadap penyelenggaraan KSP sehingga apabila terdapat KSP yang mempunyai persoalan dapat sejak dini dibantu untuk mengatasi persoalan tersebut.

(13)

pada akhirnya dapat menjadi KSP yang tidak aktif. Manajer KSP yang diberikan kewenangan penuh untuk mengelola usaha harus bisa bertanggung jawab terhadap kewenangan ini.Hambatan yang ditemui dalam pengelolaan usaha KSP didiskusikan dengan anggota sehingga dapat memperoleh masukan ataupun alternatif jalan keluar dari persoalan yang mungkin dapat ditempuh KSP dalam upaya menaikkan status predikat KSP dari dalam pengawasan menjadi cukup sehat dan menjadi sehat.29

a.i.2. Hambatan Dinas Koperasi dalam menjalankan perannya terhadap Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

Secara keseluruhan hambatan Dinas Koperasi dalam menjalankan perannya yaitu: a. Faktor internal yang meliputi kompetensi SDM pembina KSP, sarana prasarana

yang kurang memadai, data KSP yang belum akurat.

b. Faktor Eksternal yang meliputi kurangnya permodalan KSP, SDM pada KSP, ketidak profesionalan manajemen koperasi yang anggota dan pengurusnya hanya memiliki tingkat pendidikan rendah, manajemen koperasi yang kurang baik dan usaha koperasi yang tidak dijalankan secara profesional dan Perundang-undangan Perkoperasian yang tidak menjelaskan sanksi tegas terhadap pelanggaran norma-norma koperasi. Hanya ada sanksi administrasi tanpa ada sanksi pidana maupun perdata

Dalam melaksanakan tugasnya untuk membuat perencanaan program dan kegiatan pengendalian, Dinas Koperasi tidak menemui hambatan yang berarti. Begitu juga pada kegiatan inventarisasi data informasi dari koperasi dan masyarakat. Hambatan yang timbul ketika Dinas Koperasi melaksanakan pengendalian. Dimana saat akan melakukan pengendalian Dinas Koperasi kesulitan untuk menemui pengurus KSP yang bersangkutan. Hal ini jelas menjadi tembok besar bagi Dinas Koperasi untuk melakukan pengendalian karena dengan tidak bertemunya Dinas Koperasi dengan Pengurus Koperasi maka Dinas Koperasiakan kesulitan untuk mendapatkan informasi dan data yang dibutuhkan.

Hambatan Dinas Koperasi dalam melaksanakan supervisi.Ketika Dinas Koperasi kesulitan untuk menemui pengurus Koperasi yang bersangkutan. Dengan tidak bertemunya Dinas Koperasi dengan pengurus koperasi maka Dinas Koperasi tidak dapat memberikan usul dan saran kepada koperasi secara maksimal.30

C. Analisis

a.i.1. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan PerdaganganKabupaten Semarang dalam Melakukan Pengawasan,Pembinaan dan Evaluasi.

Sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2016, di Kabupaten Semarang telah beroperasi 34 unit Koperasi Simpan Pinjam berstatus aktif, dengan jumlah anggota mencapai 15.942 orang. Sebelumnya, di Kabupaten Semarang terdapat 37 Unit Koperasi Simpan Pinjam yang aktif, namun karena adanya beberapa masalah yang timbul, 3 Koperasi Simpan Pinjam menjadi tidak aktif.

Kekuasaan tertinggi pada koperasi berada di tangan para anggota sebagai pemilik koperasi itu sendiri. Setiap anggota pun memiliki hak yang sama dalam setiap

29Ibid

(14)

keputusan yang sudah dibuat. Koperasi dibentuk dengan tujuan mensejahterakan setiap anggotanya, untuk itu koperasi harus dijalankan secara terus-menerus. Koperasi yang dikelola harus dilaksanakan secara produktif, efektif dan efisien. Sehingga koperasi dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mewujudkan pelayanan usaha.

Koperasi yang mempunyai efisiensi yang baik maka akan dapat melayani kepentingan anggotanya maupun melayani masyarakat sekitar dengan baik dandapat mewujudkan kesejahteraan ekonomi.Kondisi KSP Kabupaten Semarang saat ini yang mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitas tidak lepas dari kerja keras KSP itu sendiri, dukungan masyarakat dan Dinas Koperasi dalam melakukan pembimbingan mulai sejak berdirinya KSP. KSP yang mengalami persoalan diberikan penanganan khusus dengan harapan KSP dapat menyelesaikan persoalan tersebut dan bisa bertahan serta berkembang semakin lebih baik.

Pemerintah melalui Dinas Koperasi, Usah Mikro, Perindustrian dan Perdagangan memiliki peran penting dalam menyelenggarakan serta mewujudkan Kesejahteraan Sosial bagi seluruh lapisan masyarakat terutama melalui Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Peran Dinas Koperasi ini terlihat sejak awal mulai dari pendirian KSP sampai dengan berlangsungnya kegiatan KSP dan pengevaluasian tingkat kesehatan KSP.

Pada perencanaan KSP, Dinas Koperasi membantu KSP dalam menyusun program.Dinas Koperasi juga merupakan lembaga yang secara kontinyu mengamati perkembangan KSP sebagai organisasi dibawah pantauan Dinas Koperasi.Apabila KSP mengalami hambatan, Dinas Koperasi merupakan tempat berkonsultasi mengenai hambatan tersebut dan membantu mencari alternative jalan keluar dari persoalan yang dihadapi.

Melihat adanya masalah yang timbul di beberapa KSP, maka peran pemerintah daerah khususnya Dinas Koperasi sangat dibutuhkan supaya tidak akan ada lagi Koperasi Simpan Pinjam yang berganti status menjadi tidak aktif dan menimbulkan kerugian bagi anggotanya. Dinas Koperasi berkewajiban untuk turut serta menyelesaikan permasalahan yang ada dalam daerah otonomnya.

Namun dalam menyelesaikan permasalahan yang ada tersebut dinas koperasi terancam mengalami isu strategis diantaranya sebagai berikut:

1. Kekurang hati-hatian dalam melakukan pembinaan terhadap gerakan koperasi sehingga menimbulkan persoalan.

2. Kompetensi, kualitas, dan kuantitas aparatur (SDM) serta sarana dan prasarana yang kurang sebanding dengan cakupan wilayah dan jumlah koperasi.

3. Belum dihayatinya prinsip-prinsip kerjasama.

4. Penguasaan teknologi, ketrampilan, dan manajemen pengurus dan pengelolaan yang masih rendah.

5. Jiwa enterpreneurship yang dimiliki pengurus dan pengelola masih rendah.

6. Kurangnya data-data info akurat tentang kegiata dan potensi koperasi.

(15)

8. Lemahnya jaringan usaha dan permodalan.

Dalam Koperasi Simpan Pinjam (KSP) semua isu strategis tersebut sangat mungkin terjadi. Tidak menutup kemungkinan kurangnya manajemen pengelolaan masih amburadul. Terlihat dari data rekapitulasi KSP di Kabupaten Semarang yang menunjukkan bahwa banyaknya KSP yang lama-kelamaan menjadi tidak aktif dengan berbagai faktor penyebab.

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang telah melakukan berbagai cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan KSP menjadi tidak aktif.

Pelaksanaan pembinaan KSP yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang meliputi pembinaan permodalan dan pembinaan SDM (Sumber Daya Manusia).

1. Pembinaan Permodalan

Dalam KSP, modal merupakanhal yang paling utama diperhatikan karena merupakan sarana untuk melaksanakan usaha koperasi. Modal yang ada dalam KSP terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Dengan adanya modal yang cukup maka usaha koperasi akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang memperkuat permodalan KSP dengan melaksanakan kegiatan sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan bagi koperasi, sehingga hasilnya koperasi memperoleh informasi mengenai pihak-pihak yang dapat menyalurkan permodalan bagi koperasi. Permodalan Koperasi Simpan Pinjam meliputi simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan khusus, hibah, dana cadangan, SHU belum dibagi dan 50% modal penyetaraan. Manajemen permodalan yang baik merupakan salah satu hal yang menentukan kesehatan KSP sehingga dapat ditetapkan predikat tingkat kesehatan KSP dalam golongan sehat, cukup sehat, dalam pengawasan ataukah dalam pengawasan khusus.

Kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi ini dilaksanakan dalam rangka mempermudah akses agar nantinya mampu mengembangkan usahanya melalui fasilitasi perkuatan permodalan dan untuk memperlancar dan memperluas akses kepada sumber daya produktif kepada lembaga perbankan maupun non perbankan. 2. Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM)

SDM yang ada dalam KSP adalah pengurus, pengawas, anggota maupun pengelola koperasi. Tujuan utama pembinaan SDM adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan koperasi dan masing-masing dapat melaksanakan tugas sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing-masing. Hal ini dilakukan karena KSP mempunyai dua peran utama sekaligus yaitu mensejahterakan anggota dan kemudia memperoleh keuntungan.

(16)

koperasi, menghadiri pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT), dan ikut terlibat dalam merumuskan kebijakan untuk pengembangan Koperasi.

Adanya berbagai faktor penyebab yang menyebabkan banyak koperasi menjadi berstatus tidak aktif misalnya minimnya permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan sehingga. Kerugian yang dialami oleh anggotanya maupun koperasi yang terancam tidak aktif sebagian besar karena kurangnya manajemen yang baik, maka pemerintah dalam hal ini khususnya Dinas Koperasi harus melakukan pengawasan terhadap KSP-KSP tersebut.

Perlunya pengawasan adalah karena pembinaan teknis selama ini lebih menghasilkan kuantitas koperasi daripada kualitas. Dengan adanya pengawasan langsung dari Dinas Koperasi maka tujuan membentuk koperasi berkualitas akan terwujud. Disamping itu dilakukannya pengawasan akan meningkatkan kesadaran para pengelola koperasi dalam mewujudkan kondisi sesuai dengan peraturan yang berlaku, terwujudnya peningkatan kepatuhan koperasi terhadap peraturan perundang-undangan, terbentuknya koperasi yang sehat, mandiri dan tangguh serta terwujudnya koperasi yang akuntabel. Beberapa manfaat yang diperoleh dari pengawasan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan yang dilaksanakan KSP akan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. KSP akan menjadi badan usaha yang kredibel dan sesuai dengan prinsip koperasi.

3. Menjaga dan melindungi aset Koperasi dari tindakan penyelewengan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

4. Meningkatkan transparasi dan akuntabilitas KSP terhadap pihak-pihak yang berkepentingan.

5. Menjadikan KSP sebagai badan usaha yang kuat, sehat, mandiri dan tangguh.

6. Meningkatkan pemberdayaan ekonomi anggota sehingga tujuan KSP dapat tercapai.

Pengawasan oleh dinas koperasi juga meliputi pemeriksaan usaha simpan pinjam dimana meliputi aspek keuangan, kepatuhan dan manajemen. Ketiga aspek tersebut tidak bisa dipisahkan mengingat ketiganya sangat penting terutama dalam soal simpan pinjam.

(17)

likuiditas (kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek), serta kemandirian dan pertumbuhan. Pemeriksaan kepatuhan oleh dinas koperasi menjadi suatu kegiatan yang sistematis yang dilaksanakan secara objektif dan independen, dan berorientasi untuk masa-masa yang akan datang atas semua kegiatan yang ada di dalam suatu koperasi. Sedangkan pemeriksaan manajemen lebih berorientasi ke masa depan terhadap keputusan dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh manajemen dengan tujuan meningkatkan profitabilitas koperasi yang bersifat konstruktif dan protektif.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dilakukan melalui berbagai cara, yaitu: 1. Pengawasan kinerja keuangan, dengan penilaian permodalan, kualitas aktiva

produktif yang berhubungan dengan kolektibilitas pinjaman, penilaian efisiensi

penggunaan dana yang dihimpun, penilaian likuiditas atau kemampuan memenuhi

kewajiban jangka pendek, dan kemandirian serta pertumbuhan.

2. Pengawasan/pemeriksaan pinjaman yang diberikan dengan meneliti daftar nominatif, kartu peminjam maupun file/berkas peminjam. Kemudian juga meneliti

perhitungan, pembebanan bunga/bagi hasil dan penetapan kolektibilitas.

3. Pengawasan/pemeriksaan penyisihan penghapusan aktiva produktif

4. Pemeriksaan aktiva tetap dan inventaris dan penyusutannya

5. Pemeriksaan tabungan dan simpanan berjangka

6. Pemeriksaan pinjaman yang diterima

7. Pemeriksaan modal dan cadangan

8. Pemeriksaan SHU tahun lalu dan tahun berjalan

Keberhasilan pelaksanaan tugas pengawasan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang sangat tergantung dari kualitas sumber daya manusia uang ditunjukkan dengan kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Pengawasan koperasi, terutama KSP perlu ditangani dengan diklat kompetensi yang tinggi. Disamping itu, perlu adanya regulasi yang mengatur tentang sanksi yang tegas terhadap koperasi yang tidak mematuhi peraturan perundang-undangan yang meliputi kepatuhan legalitas, usaha dan keuangan serta kepatuhan transaksi.

Evaluasi pelaksanaan dan pelaporan tugas oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang bertujuan untuk memonitoring koperasi yang aktif maupun tidak aktif maupun koperasi yang tidak melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dengan cara turun langsung ke lapangan.

(18)

nantinya dapat memberikan solusi dan perbaikan. Melalui evaluasi pelaksanaan dan pelaporan tugas ini perkembangan koperasi dapat dipantau dengan baik secara keseluruhan.

Evaluasi oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang tidak hanya dilakukan setelah selesainya suatu program namun pasca pelaksanaannya juga tetap dievaluasi progressnya. Nantinya, hasil evaluasi dijadikan acuan perbaikan dalam perencanaan dan pelaksanaan program selanjutnya dan menstimulir adanya pengembangan program yang lebih inovatif.

Evaluasi pelaksanaan dan pelaporan tugas yang dilakukan oleh bidang koperasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang disajikan dalam bentuk data-data yang akurat, yang digunakan untuk menilai keseluruhan program dari mulai perencanaan hingga pelaksanaan dengan mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan, mengukur dampak yang terjadi secara langsung dan mengetahui konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi.

Menurut data yang diberikan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, KSP di Kabupaten Semarang dikategorikan menjadi 4 macam, yaitu KSP dalam kategori sehat, cukup sehat, dalam pengawasan dan dalam pengawasan khusus.

Ruang lingkup penilaian kesehatan KSP dan USP Koperasi dilakukan terhadap aspek permodalan, kualitas atktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan dan jatidiri koperasi.

Penilaian kesehatan KSP di Kabupaten Semarang dilakukan satu kali dalam setahun setelah Pelaksanaan RAT. Dari hasil penilaian kesehatan KSP tersebut diperoleh hasil 10 KSP memiliki predikat sehat, 15 KSP memiliki predikat cukup sehat, 7 KSP memiliki predikat dalam pengawasan dan 2 KSP dalam pengawasan khusus.31

Secara keseluruhan peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terhadap KSP terlaksana dengan baik meskipun Dinas Koperasi mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas-tugasnya.Apa yang menjadi program kerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terlaksana dan dalam pembimbingan serta pemantauan terhadap KSP sudah sesuai dengan standar operasional prosedur dan juga program kerja Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang

a.i.2. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang

Berbagai kendala dihadapi Dinas Koperasi, Usah Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam menjalankan perannya. Terdapat dua faktor yang menjadi kendala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melaksanakan perannya yakni faktor internal dan faktor eksternal, yaitu:

1. Faktor Internal

a. Sumber Daya Manusia (SDM) pembina koperasi

Besarnya tanggung jawab Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan perannya demi

(19)

terwujudnya koperasi yang sehat menuntut sumber daya manusia atau pembina yang baik dari segi kuantitas maupun kompetensi yang memadai. Sumber daya manusia yang ada di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang bidang Koperasi pada tahun 2017 hanya 8 orang yang terdiri dari kepala bidang koperasi, kepala seksi kelembagaan dan usaha dengan dua orang staffnya, kepala seksi Binwasdal dengan dua orang stafnya, dan seorang alih daya. Sumber daya manusia dalam bidang koperasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang ini tidak sebanding dengan keseluruhan jumlah koperasi dengan berbagai jenis di Kabupaten Semarang yang berjumlah 672 Koperasi yang tersebar di Kabupaten Semarang. Penyebab sedikitnya sumber daya manusia kebanyakan adalah karena kompetensi aparatur yang kurang merata (dalam hal ini latar belakang pendidikan).

b. Sarana dan prasarana yang kurang memadai

Sarana dan prasarana yang kurang memadai juga menjadi kendala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan perannya. Padahal sarana dan prasarana adalah faktor penunjang dalam melakukan pembinaan dan pengawasan koperasi. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah kendaraan. Kabupaten Semarang sangatlah luas, maka kendaraan menjadi satu-satunya transportasi yang seharusnya disediakan guna melakukan pengawasan dengan mendatangi koperasi secara langsung. Namun bidang koperasi di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang tidak disediakan kendaraan, sehingga petugas di bidang koperasi mau tidak mau harus menyewa kendaraan maupun menggunakan sepeda motor pribadi jika melakukan pemeriksaan terhadap koperasi-koperasi di Kabupaten Semarang.

c. Data KSP yang belum akurat

Data KSP sangat diperlukan terutama dalam melakukan pengawasan. Data yang diperlukan sebagai dasar melakukan pembinaan, pengawasan, dan evaluasi diantaranya data mengenai nama koperasi, jenis usaha koperasi, alamat koperasi, pengurus dan pengawas, anggota, permodalan, laporan keuangan, laporan RAT Koperasi yang terdiri dari laporan pertanggungjawaban pengurus dan pengawas untuk satu periode, rencana kerja dan rencana pendapatan dan belanja koperasi tahun berikutnya. Yang menjadi kendala adalah ketika misalnya ada salah satu KSP yang memberikan data dengan tidak jujur, dengan kata lain data tersebut dipalsukan atau tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sehingga bidang koperasi harus memeriksa dua kali untuk memastikan apakah data yang diberikan akurat atau tidak.

2. Faktor Eksternal

a. Kurangnya permodalan KSP. Beberapa KSP di Kabupaten Semarang mengalami kendala kurangnya permodalan. Beberapa penyebabnya bisa jadi karena kurangnya sosialisasi koperasi dan kesadaran anggota koperasi untuk melakukan simpanan sukarela di koperasi.Berdasarkan dokumentasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, pada awal pendirian KSP syarat pendirian KSP minimal lima belas juta rupiah. KSP yang aktif dapat mengembangkan modalnya hingga puluhan bahkan ratusan juta, akan tetapi KSP yang terkendala dengan modal hanya bisa memutar sedikit uang yang menjadi modal dan hal ini berakibat kesejahteraan anggota KSP juga minim. b. Sumber daya manusia pada KSP. Ketidakprofesionalan manajemen koperasi

(20)

Berdasarkan dokumentasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dari data pribadi anggota KSP sebagian besar pengurus KSP berpendidikan maksimal pada jenjang Sekolah Menengah Atas. c. Manajemen KSP yang kurang baik dan usaha koperasi yang tidak dijalankan

secara profesional. Berdasarkan data Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang pada tahun 2017 ini masih terdapat 9 KSP berstatus dalam pengawasan dan pengawasan khusus. KSP ini tidak maksimal dalam menjalankan program kerja dalam KSP itu sendiri.

Gambar

Tabel 1. Koperasi Simpan Pinjam Berstatus Aktif per September 2016

Referensi

Dokumen terkait

Explicit Intruction pada mata pelajaran Membuat Dokumen di kelas XI APK 2 SMKM 5 Kepanjen mampu menjadikan siswa aktif dan kreatif, mampu bekerjasama dengan baik dan membantu

Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance

Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 2) Sikap siswa adalah gejala

Saya berjanji akan menjaga dan mengawal tingkah laku dan disiplin pemain serta penyokong pasukan saya sepanjang kejohanan dan tidak akan mendakwa dan menyalahkan penganjur

kebencian (hate speech) khususnya penghinaan yang dilakukan dalam media sosial kemajuan teknologi membuat para pelaku semakin mudah melakukan kejahatan dengan

Setelah hasil analisis data penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan pendekatan

[r]

Kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan pada dua kelas yang menjadi sampel penelitian, yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan pendekatan