• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MEREDUKSI STRES AKADEMIK SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MEREDUKSI STRES AKADEMIK SISWA."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

No. 220/S/PPB/2014

BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MEREDUKSI STRES AKADEMIK SISWA

(Studi Deskriptif untuk Mengembangkan Program Bimbingan Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Resa Agustia 0800870

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

No. 220/S/PPB/2014

BIMBINGAN BELAJAR

UNTUK MEREDUKSI STRES AKADEMIK SISWA

(Studi Deskriptif untuk Mengembangkan Program Bimbingan Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Oleh Resa Agustia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Resa Agustia 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

No. 220/S/PPB/2014

Resa Agustia 0800870

BIMBINGAN BELAJAR UNTUK MEREDUKSI STRES AKADEMIK SISWA

(Studi Deskriptif untuk Mengembangkan Program Bimbingan Belajar Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dr. Suherman, M.Pd. NIP 19590331986031002

Pembimbing II

Dra. R. Tati Kustiawati, M.Pd NIP. 196205191986032002

Mengetahui / Mengesahkan Ketua Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR PUSTAKA... ... BAB 1 PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 11

D. Manfaat Penelitian... 11

E. Metode Penelitiaan... 11

1. Pendekatan Penelitian... 12

2. Desain Penelitian... 12

3. Populasi... 12

F. Struktur Penulisan Skripsi... 13

(5)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling... 14

2. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Konseling... 16

B. Bimbingan Belajar... 17

1. Definisi Bimbingan Belajar... 17

2. Tujuan Bimbingan belajar... 18

3. Fungsi Bimbingan Belajar... 19

4. Lingkup Permasalahan Bimbingan Belajar... 21

C. Program Bimbingan Belajar... 22

1. Definisi Program Bimbingan Belajar ... 22

2. Prinsip-prinsip Pengembangan Program Bimbingan... 24

3. Komponen Layanan Program... 25

4. Langkah-langkah dalam Membuat Program Bimbingan dan Konseling... 27

D. Stress Akademik... 30

1. Definisi Stress akademik... 30

2. Gejala stress Akademik... 31

3. Faktor Penyebab Stress Akademik... 32

4. Mekanisme Stres... 35

5. Penilaian Kognitif... 35

(6)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Konseling Kognitif Perilaku... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 40

B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 41

C. Definisi Operasional Variabel... 43

1. Bimbingan Belajar... 43

2. Stres Akademik... 45

D. Instrumen Penelitian... 46

1. Jenis Instrumen... 47

2. Pengembangan Kisi-kisi... 47

3. Pedoman Skoring ... 49

a. Uji Validitas Reliabilitas... 49

E. Teknik Pengumpulan Data... 53

(7)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Verifikasi Data... 53

2. Skoring... 54

3. Pengelompokan dan Penafsiran Data Gejala stres Akademik... 54

4. Proses Uji Kelayakan Program Bimbingan Belajar... 57

G. Prosedur Penelitian... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 60

1. Gambaran Stres akademik peserta didik kelas VII SMPN 1 Bandung tahun ajaran 2013/2014... 60

a. Gambaran Umum Stres akademik peserta didik... 60

b. Gambaran Umum Stres akademik peserta didik berdasarkan kelas... 61

c. Gambaran stres akademik berdasarkan kelamin... 65

d. Gambaran stres akademik berdasarkan Usia... 66

e. Gambaran stres akademik peraspek... 67

f. Gambaran stres akademik perindikator... 69

(8)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pembahasan Hasil Penelitian... 81

1. Gambaran Stres akademik Peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014... 81

2. Rumusan Program Bimbingan Belajar... 86

C. Program Bimbingan Belajar untuk Mereduksi Stress Akademik Siswa... 87

1. Rasional………. 87

2. Deskripsi kebutuhan……….. 93

3. Tujuan Program………. 95

D. Sasaran………. 95

E. Mekanisme Program……… 96

F. Rencana Operasional ……….. 97

G. Pengembangan Tema………. 98

H. Evaluasi dan Tindak Lanjut Program………. 104

(9)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rekomendasi... 107

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Stres Berdasarkan Penilaian Kognitif... 36

Gambar 2.2 Proses Coping menurut Waiten dan Llyod... 37

(10)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel... 43

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Gejala Stres Akademik Peserta Didik... 48

Tabel 3.3 Kriteria Penyekoran Instrumen Gejala Stres Akademik... 49

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Stres Akademik... 51

Tabel 3.5 Kisi-kisi Gejala Stres Akademik Peserta Didik... 52

Tabel 3.6 Kriteria Penyekoran Instrumen Stres Akademik... 54

(11)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.8 Interpretasi Kategori Gambaran Stres Akademik... 56

Tabel 4.1 gambarqn umum stres akademik peserta didik... 60

Tabel 4.2 Gambaran stres akademik peserta didik berdasarkan kelas... 62

Tabel 4.3 Gambaran stres akademik berdasarkan kelamin... 65

Tabel 4.4 Stres akademik Peserta Didik Berdasarkan Usia... 66

Tabel 4.5 Stres akademik Peserta Didik Berdasarkan Aspek... 67

Tabel 4.6 Stres akademik Peserta Didik Berdasarkan Indikator... 69

Tabel 4.7 Stres Akademik Peserta Didik Berdasarkan Aspek Kelas……… 93

Tabel 4.8 tujuan program……… 95

Tabel 4.9 Rencana Operasional Program Bimbingan Belajar Untuk Mereduksi Stres Akademik……… 97

(12)

i

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Resa Agustia (2014). Bimbingan Belajar untuk Mereduksi Stres Akademik Siswa

(Studi Deskriptif untuk Mengembangkan Program Bimbingan Belajar pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

Berbagai tuntutan akademik di lingkungan sekolah yang sangat mempengaruhi prestasi akademiknya, sehingga cenderung menimbulkan dampak-dampak negatif, seperti : (1) merasa tidak bahagia, (2) mudah panik, (3) gelisah, (4) mudah marah, (5) cemas, (6) denyut jantung meningkat, (7) berpikir negatif, (8) mudah tersinggung, (9) prestasi menurun, (10) gugup, (11) takut, (12) berpikir menghadapi jalan buntu, (13) Jenuh/ merasa tidak menikmati hidup, (14) tubuh tidak mampu beristirahat dengan maksimal, (15) sulit mendisiplinkan diri, (16) tidak bisa menentukan prioritas hidup, (17) menyalahkan orang lain, (18) tidak merasakan kepuasaan, (19) mudah lupa, dan (20) merasa diabaikan, menjadi salah satu latar belakang dilakukannya penelitian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran umum stres akademik peserta didik yang dijadikan landasan dalam pengembangan program bimbingan belajar. Penelitian dilakukan terhadap 348 peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat 2,58% siswa didik yang mengalami stres tingkat tinggi, 67,8% siswa mengalami stres tingkat sedang, dan 29,6% siswa mengalami stres tingkat rendah. Rekomendasi dari hasil penelitian sebagai berikut: (1) bagi konselor berupa layanan dasar yang meliputi bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok, (2) bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan uji coba program, guna menguji efektivitas program bimbingan belajar untuk mereduksi stres akademik siswa.

(13)

ii

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Resa Agustia (2014). Academic Guidance Program to Reduce Academic Stress of Students. (Descriptive Study of Seventh Grade Students at SMP Negeri 1 Bandung Year 2013/2014).

The phenomenon of students where they do not feel confident of their own academic potentials leading to negatif effects, namely: (1) feeling unhappy, (2) getting panic easily, (3) feeling anxious, (4) getting angry easily, (5) getting worried, (6) increasing heart beat, (7) thinking negatively, (8) getting offended, (9) decreasing academic achievements, (10) feeling nervous, (11) feeling scared, (12) facing a dead end, (13) getting bored of life, (14) getting restless, (15) prone to be lazy, (16) cannot make priorities in life, (17) blaming other people, (18) feeling unsatisfied with things, (19) bad at remembering things, and (20) feeling abandoned, becomes one of the reasons as to why this study was conducted. This study aims to find out the general description of academic stress of 348 seventh grade students at SMP Negeri 1 Bandung Year 2013/2014. This study employs quantitative approach with descriptive method using questionnaires. It is concluded that there were 2.58% of students having high level of stress, 67.8% having mid-level of stress, and 29.6% having low level of stress. It recommended that: (1) counselors should provide basic service including classical guidance and group counseling, (2) future researchers should do testing programs to test the effectiveness of academic guidance program to reduce academic stress of students.

(14)

[Type text]

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah faktor utama dalam menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, baik atau buruknya masa depan bangsa ditentukan oleh pendidikan saat ini. Menurut Yusuf & Nurihsan (2008: 3) apa yang diharapkan dari pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau bangsa memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda.

Pendidikan merupakan faktor penting dalam kemajuan suatu bangsa, negara-negara maju seperti Inggris, China, Amerika dan Jepang memiliki sistem pendidikan yang baik sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang bermutu dan berguna untuk negaranya bahkan untuk kemajuan. Konstribusi pendidikan di Indonesia yang diharapkan bagi perkembangan peserta didik yang termaktub dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang Sisdiknas yang berbunyi sebagai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

(15)

2

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jalur pendidikan. Selain daripada itu tertuang pada ayat 11 menjelaskan mengenai definisi pendidikan formal yaitu pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Adapun ayat 12 menjelaskan mengenai definisi pendidikan nonformal yaitu pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Kemudian, ayat 13 menjelaskan mengenai definisi pendidikan informal yaitu pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar yang mempersiapkan peserta didik untuk menempuh jenjang pendidikan lanjutan yaitu Sekolah Menengah Atas maupun Sekolah Menengah Kejuruan, mengharuskan siswanya memiliki keyakinan terhadap potensi akademik yang dimilikinya, agar mampu memenuhi serangkaian-serangkaian tuntutan akademik dalam upaya pencapaian prestasi akademik secara optimal.

Menurut Konopka Pikunas (Yusuf, 2009: 10), fase remaja meliputi (1) remaja awal 12-15 tahun; (2) remaja madya : 15-18 tahun dan; (3) remaja akhir : usia 18-22 tahun. Selanjutnya, menurut Santrock (2007: 20) definisi mengenai remaja tidak hanya terbatas pada pertimbangan mengenai usia melainkan juga pengaruh sosio-historis, sehingga Santrock mendefinisikan remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.

(16)

3

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik. Jika peserta didik tidak dapat mengatasi stress akademik secara baik, maka kemungkinan akan menimbulkan berbagai macam gejala-gejala stres yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kesehatan mental yang buruk.

Pada jenjang sekolah menengah pertama, siswa berada dalam fase perkembangan remaja. Dalam periode ini merupakkan periode meningkatnya kapasitas intelektual dimana presentase taraf kematangan dan kemampuan IQ (Intelegence quotien) individu mencapai 92% sejak usia 13 tahun (Makmun, 1996 : 102). Artinya tingkat kematangan intelektual usia remaja terjadi pada perubahan yang signifikan yang ditandai dengan adanya eksplosrasi kematangan intelektual. Tahapan eksplorasi kematangan intelektual ini bisa dikembangkan melalui pendidikan, luasnya wawasan informasi dan kapasitas berfikir individu. Harapan yang tinggi pada remaja ini dapat membuat remaja mengalami konflik dan rentan terjadinya stres. Potensi yang dimiliki remaja membuat keluarga dan lingkungan menaruh harapan yang tinggi terhadap keberhasilan individu.

Stres pada remaja dapat juga disebabkan karena tuntutan dari lingkungan, yaitu orang tua dan masyarakat, di lingkungan rumah biasanya orang tua menuntut anaknya untuk berprestasi disekolah, tetapi jika tuntutan tersebut tidak tercapai, maka akan terjadi pergolakan emosional, dan kurangnya tingkat kepercayaan diri untuk bisa berprestasi.

(17)

4

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2010: 297). Para siswa mengemukakan mengalami stress akademik yang tinggi akibat dari belajar sebelum ujian, kompetisi nilai,dan begitu banyak materi yang harus dikuasai dalam waktu yang singkat (Misra, 2000: 41).

Dalam beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa tingkat stress akademik yang dialami siswa tergolong dalam kategori tinggi penelitian yang dilakukan oleh Nurmalasari (2011:90) mengenai tingkat stress akademik siswa SMP Negeri 1 Lembang menunjukkan bahwa 22,07% siswa mengalami stress akademik pada area fisik : 19,03% siswa mengalami stress akademik pada area prilaku: 28.44% siswa mengalami stress pada area pikiran dan 30,05% siswa mengalami pada area emosi.

Penelitian Gusniati (Desmita, 2010: 290) terhadap siswa pada salah satu sekolah unggulan di Jakarta adanya fenomena stress yang dialami siswa di sekolah. Sekitar 40,74% siswa merasa terbebani dengan keharusan mempertahankan peringkat sekolah, 62,96% siswa merasa cemas menghadapi ujian semester, 82,72% siswa merasa takut mendapat nilai ulangan yang buruk, 80,25% merasa bingung menyelesaikan PR yang tahu banyak dan 50,62% siswa merasa letih mengikuti perpanjangan waktu belajar di sekolah.

Anak atau remaja yang menghadapi seperangkat tuntutan tanpa kemampuan yang memadai akan merseponnya dengan cara yang berbahaya atau maladaptif. Kesalahan tersebut dapat menimbulkan perilaku menarik diri, penyalahgunaan alkohol dan obat obatan serta perilaku membolos. Toreson N Eagleston mengungkapkan bahwa dalam area kognitif, ketidakseimbangan antara tuntutan dengan kemampuan ini dapat mengakibatkan perasaan rendah diri dan selalu merasa gagal (Roberson,1985:5).

(18)

5

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

terhadap materi, tidak menguasai materi, tidak betah disekolah, takut menghadapi guru, tidak dapat berkonsentrasi di kelas, ingin pindah kelas, cemas terhadap materi yang sulit, jenuh terhadap penambahan pelajaran, takut dengan pelajaran tertentu, panik menghadapi tugas yang menumpuk atau sulit, tidak percaya diri, dan akan memberikan dampak akademik antara lain memotivasi belajar rendah, tidak berhasil menguasai materi, gagal dalam SKBM (Nurdini,2009:6).

Tugas Guru BK di sekolah adalah menfasilitasi dan mereduksi stres akademik peserta didik agar proses belajar di sekolah dapat menghasilkan hasil belajar yang diharapkan. Guru BK membantu mengembangkan kepercayaan diri peserta didik agar memiliki kesiapan dalam menghadapi semua tuntutan-tuntututan akademik dalam upaya pencapaian prestasi akademik secara optima. Kemampuan mereduksi stres akademik merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada bidang akademik dalam upaya hasil pencapaian prestasi belajar, sehingga bimbingan dan konseling perlu terlibat dalam mereduksi stres peserta didik. Apabila kemampuan mereduksi stres tidak dimiliki akan menimbulkan berbagai permasalahan akademik peserta didik, antara lain, rendahnya kemandirian belajar, berpikir negatif, tingkat stres akademik yang tinggi, cemas, mudah menyerah ketika mengalami hambatan dalam belajar sehingga berpengaruh terhadap hasil pencapaian prestasi akademik.

(19)

6

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

potensi akademiknya dalam upaya pencapaian prestasi akademik yang diharapkan.

Berdasarkan fenomena stres akademik dikalangan pelajar tersebut maka diperlukan upaya pemberian bantuan kuratif untuk menangani permasalahan yang terjadi pada peserta didik yg mengalami stres akademik. Layanan bimbingan konseling ini dapat membantu siswa dalam permasalahan akademik atau belajar adalah bimbingan belajar. Yusuf dan Nurihsan (2006) menyatakan bahwa bimbingan akademik adalah bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan pehaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah masalah belajar.

Program bimbingan belajar diberikan agar siswa dapat menghadapi tuntutan yang datang dari lingkungan sekolah sehingga siswa dapat melakukan penyesuaian diri secara baik dan optimal di sekolah. Strategi yang bisa digunakan dalam pemberian bantuan ini adalah dengan program bimbingan belajar yang layanannya diperuntukkan untuk individu yang membutuhkan bantuan (Yusuf dan Nurihsan, 2006: 28).

Di sekolah Menengah Kejuruan di Bandung, aspek stress yang dominan dialami siswa adalah aspek pikiran yaitu sebesar 29,25% (Nurdini, 2009:4). Penelitian juga dilakukan oleh (Marlina, 2007) berkenaan dengan gambaran umum stress siswa di SMKN 1 kota Cimahi yang menunjukkan stress yang dialami siswa yang termasuk pada kategori sedang dalam proporsi 52,54% dengan aspek pikiran yang mendominasi gejala stress sebanyak 31,58%.

(20)

7

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bimbingan dan konseling di sekolah memiliki fungsi dan peranan yang penting dalam membantu peserta didik yang mengalami stres dalam bidang akademik. Dengan kata lain layanan responsif yang tepat bagi permasalahan stress akademik siswa adalah melalui konseling yang berfokus pada aspek kognitif (Yusuf dan Nurihsan, 2006).

Terkait dengan pentingnya upaya bantuan bagi siswa yang mengalami stres akademik, konselor perlu merancang layanan bimbingan belajar yang tepat. Siswa yang mengalami stres akademik memerlukan upaya bantuan bimbingan akademik yang bersifat responsif. Layanan responsif merupakan layanan bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan bantuan segera (Yusuf dan Nurihsan, 2006:28). Strategi yang digunakan adalah dengan teknik konseling yang dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok.

Hollon and Beck (Lazarus & Folkman, 1984: 336) memaparkan beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menangani stres yang dialami individu yaitu behavioral affective yang digunakan untuk menangani kecemasan yang menghambat perilaku berpotensi, pendekatan dinamis yang dapat digunakan untuk mengatasi kemarahan, serta pendekatan cognitive yang digunakan untuk menangani pemikiran maladaptif serta penyimpangan pemrosesan informasi.

(21)

8

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peran sekolah dalam menciptakan iklim yang kondusif akan membantu membentuk peserta didik. Schunk dan Meece (2005: 79) menjelaskan sistem pembelajaran yang tepat serta lingkungan sekolah yang kondusif akan membantu peserta didik menetapkan tujuan pembelajaran serta fokus pada kegiatan belajar mengajar bukan berfokus pada masalah dan stres akademik yang dihadapi pada pelaksanaan proses pembelajaran sehingga akan membentuk kepercayaan diri terhadap potensi yang dimiliki. Pendapat schunk dan meece mengindikasikan sekolah memiliki peranan dalam mereduksi stres akademik peserta didik.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjalankan tiga bidang utama secara sinergi yaitu manajemen dan supervisi, pembelajaran bidang studi, serta bimbingan dan konseling (Depdiknas, 2008: 185). Ketiga bidang tersebut bekerjasama secara sinergi untuk menghasilkan peserta didik yang pintar dan terampil dalam bidang akademik serta memiliki kemampuan serta kematangan dalam aspek kepribadian.

Bimbingan dan konseling sekolah sebagai salah satu bidang utama dalam jalur pendidikan formal. memiliki posisi strategis untuk membantu peserta didik dalam mengatasi masalah yang dialami serta mengembangkan potensi yang dimiliki. Pengembangan potensi secara optimal dapat terlaksana jika peserta didik memiliki kepercayaan yang kuat terhadap potensi dirinya, sehingga akan menampilkan kinerja akademik secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

(22)

9

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bimbingan Belajar Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Sekolah Menengah Pertama merupakan salah satu jalur pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar yang menjembantani jenjang pendidikan menengah, (UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003). Peserta didik Sekolah Menengah Pertama akan mengikuti serangkaian kegiatan yang terencana dan terorganisasi dalam rangka proses pembelajaran untuk mempersiapkan diri menempuh jenjang pendidikan lanjutan. Diperlukan kepercayaan diri terhadap potensi akademik yang dimiliki agar mampu memenuhi serangkaian tuntutan akademik yang harus ditempuh dalam upaya pencapaian prestasi akademik secara optimal.

(23)

10

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jawab terhadap sekolah serta kurang percaya diri terhadap potensi akademik yang dimiliki.

Matheny & Carthy (Nurdini, 2009: 9) mengungkapkan stres muncul bergantung pada bagaimana individu menafsirkan atau menilai arti dari peristiwa yang mengancam atau menantang diri. Menurut pandangan pendekatan konseling kognitif-perilaku pada prinsipnya situasi stres akademik disebabkan oleh pikiran-pikiran yang salahsuai dalam memandang tuntutan-tuntutan akademik yang dihadapi siswa. Dengan kata lain, stres berkaitan erat dengan aspek kognitif.

Dalam konseling kognitif-perilaku terdapat tiga proposisi mendasar, diantaranya adalah (a) aktivitas kognitif yang dapat mempengaruhi perilaku individu; (b) aktivitas kognitif dapat dipantau dan dapat diubah; serta (c) perubahan perilaku yang diinginkan dapat dilakukan melalui perubahan kognitif (Dobson, 2010:4). Blenkiron (2010) mengemukakan beberapa gangguan emosi dan perilaku yang dapat diintervensi dengan menggunakan konseling kognitif-perilaku ini antara lain adalah masalah kecemasan, depresi, phobia, stres, bulimia, obsesif kompulsif, psikosis, dan lain sebagainya.

(24)

11

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan identifikasi masalah stres akademik dan program bimbingan belajar merupakan sebagai sebuah upaya penanggulangan, maka rumusan masalah penelitian adalah stres akademik yang dialami oleh siswa belum mendapatkan penanganan yang sesuai dari konselor.

Adapun pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa gambaran umum akademik stres akademik peserta didik kelas VII SMPN 1 Bandung tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimana program bimbingan belajar untuk mereduksi peserta didik peserta didik kelas VII SMPN 1 Bandung tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan program bimbingan belajar dalam mereduksi stres akademik yang dialami oleh siswa kelas VII SMP 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Tujuan khusus penelitian ini adalah memperoleh gambaran stres akademik siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan kategori kelas, jenis kelamin, jenis aspek dan indikator.

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat teoritis

Manfaat teoritis penelitian adalah diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu bimbingan dan konseling.

2.Manfaat praktis a. Bagi siswa

(25)

12

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akademik yang dialami siswa dengan pikiran dan sikap yang positif.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat memberi kontribusi bagi guru agar dapat bekerja sama dengan guru BK dalam membantu siswa yang mengalami stres akademik tersebut.

c. Bagi guru BK

Dapat membatu menangani stres akademik yang dialami siswa dengan mengimplementasikan program bimbingan belajar.

d. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Penelitian akan menjadi salah satu contoh program bimbingan belajar untuk mereduksi stres akademik siswa.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur tingkat stres akademik siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2013/2014. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui gambaran umum stress akademik sebagai dasar pengembangan program bimbingan belajar bagi peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

2. Desain Penelitian

(26)

13

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggambarkan tingkat stres akademik peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2013/2014 yang kemudian dijadikan sebagai dasar pengembangan program bimbingan belajar untuk mereduksi stres akademik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung.

3. Populasi

Populasi penelitian yaitu seluruh peserta didik yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di kelas VII SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

F. Struktur Penulisan Skripsi

Penelitian dituliskan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan memaparkan latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II kajian pustaka merupakan konsep-konsep/teori-teori dalam bidang yang dikaji dan kerangka penelitian. Teori yang dikaji berupa teori bimbingan belajar dan stres akademik.

Bab III Metode penelitian memaparkan lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, proses pengembangan instrument, teknik pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan pembahasan menguraikan tentang pengolahan data, serta pembahasan hasil pengolahan data.

(27)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisisan data hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan-perhitungan statistik (analisis statistik) dalam bentuk data numerikal atau angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya (Arikunto, 2006: 12). Pada penelitian hasil yang diperoleh berupa hasil yang digunakan untuk menganalisis variabel program bimbingan belajar dan variabel stres akademik.

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah gambaran tingkat stres akademik peserta didik kelas kelas VII di SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 yang diungkap oleh Instrumen gejala stres Akademik. Analisis data tentang stres akademik kemudian dijadikan landasan penyusunan program bimbingan belajar untuk mereduksi stres akademik peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

(28)

41

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan akhir penelitian adalah tersusunnya program hipotetik bimbingan akademik yang layak menurut para pakar dan praktisi Bimbingan dan Konseling untuk mereduksi stres akademik peserta didik di SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Sesuai dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu tersusunnya program hipotetik bimbingan akademik untuk mereduksi stres akademik peserta didik sekolah menengah pertama, tahapan yang harus dilakukan hingga tersusunnya program hipotetik dan penelahan program hipotetik oleh para ahli bimbingan serta revisi program, tanpa diujicobakan baik secara terbatas atau uji coba yang lebih luas meliputi empat tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap pertama, kegiatan penelitian difokuskan pada upaya mengidentifikasi gambaran stres akademik peserta didik VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pengidentifikasian dilakukan melalui penyebaran instrumen berupa angket terhadap peserta didik yang akan menjadi populasi penelitian.

2. Tahap kedua, penyusunan program bimbingan akademik hipotetik untuk mereduksi stres akademik peserta didik. Penyusunan program dilakukan berdasarkan kajian terhadap data-data hasil pengidentifikasian mengenai gambaran stres akademik peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Tahap ketiga, judgement program. Judgement program dilakukan oleh pakar dan praktisi BK untuk menguji kelayakan program bimbingan akademik hipotetik untuk mereduksi stres akademik peserta didik. 4. Tahap keempat, revisi program. Revisi program dilakukan atas dasar

judgement oleh pakar dan praktisi BK sehingga diperoleh program akhir

sebagai program yang layak dilaksanakan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

(29)

42

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertimbangan lokasi penelitian adalah tempat peneliti bekerja. Berdasarkan penelitian awal selama kurang lebih tiga bulan (Agustus- November), terdapat beberapa masalah peserta didik kelas VII yang mengidentifikasi terjadinya tingkat stress akademik yang dialami oleh peserta didik yaitu: (1) peserta didik merasa gugup ketika menghadapi ujian, (2) peserta didik merasa sulit tidur ketika akan menghadapi ujian, (3) peserta didik sulit berkonsentrasi mengingat materi yang telah dipelajari, (4) peserta didik merasa cemas ketika nilai ujian dibagikan.

(30)

43

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar yang secara khusus berfokus pada upaya mereduksi stres akademik peserta didik.

Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 348 berasal dari semua peserta didik kelas VII yang terdiri dari 12 (duabelas) kelas yang dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel

No Kelas Jumlah

1. VII- 1 29 2. VII- 2 33 3. VII- 3 28 4. VII- 4 29 5. VII- 5 27 6. VII- 6 29 7. VII- 7 24 8. VII- 8 30 9. VII- 9 29 10. VII- 10 33 11. VII- 11 25 12. VII- 12 32

Jumlah Populasi 348

Jumlah Sampel 348

C. Definisi Operasional Variabel

1. Konsep Bimbingan Belajar

(31)

44

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didik dengan cara mengembangkan suasana belajar yang kondusif serta membantu peserta didik memecahkan masalah belajar yang dialami.

Suherman (2010) menjabarkan fungsi bimbingan yang terkait dengan upaya bimbingan belajar, meliputi:

a. Pencegahan

Bimbingan belajar berupaya untuk mencegah atau mereduksi kemungkinan timbulnya masalah. Contoh yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan masalah belajar diantaranya pemberian informasi tentang silabus, tugas, ujian, dan sistem penilaian yang dilakukan, menciptakan iklim dan suasana belajar yang kondusif, meningkatkan pemahaman guru terhadap karakteristik peserta didik, pemberian informasi tentang cara-cara belajar dan pemberian informasi tentang fungsi dan peranan peserta didik serta orientasi terhadap lingkungan. Fungsi pencegahan dapat dilakukan melalui kerjasama dengan guru mata pelajaran dan wali kelas.

b. Penyaluran

Penyaluran berarti menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan bakat dan minat sehingga mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuannya, misalnya dalam pemilihan ekstrakurikuler ataupun pemilihan proram studi

c. Penyesuaian

(32)

45

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diidk agar dapat menyesuaikan diri, memahami diri dengan tuntutan program pengajaran yang sedang dijalaninya.

d. Perbaikan

Kenyataan di sekolah menunjukan bahwa sering ditemukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Dalam hal ini betapa pentingnya fungsi perbaikan dalam kegiatan pengajaran. Tugas para guru/guru pembimbing adalah upaya untuk memahami kesulitan belajar, mengetahui faktor penyebab, dan bersama peserta didik menggali solusinya. Salah satu contoh fungsi perbaikan dalam bimbingan belajar adalah pengajaran remedial (remedial teaching).

e. Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan merupakan fungsi bimbingan belajar dalam upaya mempertahankan siatuasi dan kondisi belajar yang kondusif bagi peserta didik, agar merasa nyaman dan tidak lagi mengalami permasalahan belajar.

2. Stress Akademik

Wilks (2008) menunjukkan bahwa masa menempuh pendidikan di sekolah menengah merupakan suatu pengalaman yang berharga bagi remaja, tetapi disisi lain banyak siswa berpendapat bahwa menempuh pendidikan yang lebih tinggi merupakan masa transisi yang ditandai dengan seperangkat tuntutan yang berkaitan dengan pengaturan. Stres akademik merupakan produk kombinasi dari tuntutan terkait dengan bidang akademik yang melebihi kemampuan yang dimiliki individu. Stres akademik merupakan kondisi dimana siswa tidak mampu menghadapi dan mempersepsi segala tuntutan-tuntutan akademik yang diterima sebagai gangguan atau ancaman.

(33)

46

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang dipersepsi siswa sebagai beban yang melebihi batas kemampuan yang ditandai dengan gejala fisik, emosi, pikiran, dan perilaku. Reaksi tersebut dikategorikan ke dalam tingkatan stres sangat tinggi, sedang, dan rendah.

Helmi (Safaria & Saputra, 2009) menyatakan bahwa ada empat macam reaksi stres, yaitu reasi psikologis/ psikis, fisiologis, kognitif, dan perilaku. Keempat macam reaksi ini dalam perwujudannya dapat bersifat positif, tetapi juga dapat berwujud negatif. Reaksi gejala stres akademik yang bersifat negatif antara lain adalah sebagai berikut :

a. Reaksi Psikologis.

Aspek ini lebih dikaitkan pada aspek emosi seperti mudah marah, sedih, mudah tersinggung, hilang rasa humor, mudah kecewa, gelisah ketika menghadapi ujian atau ulangan, takut menghadapi guru yang galak, dan panik ketika banyak tugas. b. Reaksi Fisiologis.

Muncul dalam bentuk keluhan fisik seperti sakit kepala, sakit lambung, hipertensi, sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia, mudah lelah, gatal-gatal di kulit, rambut rontok, keluar keringat dingin, kurang selera makan, dan sering buang air kecil. c. Reaksi proses berpikir (kognitif).

Tampak dalam gejala sulit berkonsentrasi, mudah lupa, bingung, berpikir negatif, prestasi menurun, kehilangan harapan, merasa diri tidak berguna, merasa tidak menikmati hidup ataupun sulit mengambil keputusan.

d. Reaksi perilaku.

(34)

47

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyendiri, takut bertemu guru, bahkan bisa nampak dalam perilaku menyimpang, seperti merokok serta mabuk-mabukan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Nurbaity (2012). Butir-butir pernyataan dalam instrumen merupakan gambaran tentang gejala stres akademik pada siswa. Angket menggunakan skala bertingkat yaitu sering (S), kadang-kadang (KK), dan tidak Pernah (TP).

1. Jenis Instrumen

Instrumen yang digunakan untuk mengukur stres akademik peserta didik SMP berupa kuesioner/angket. Angket atau kuisioner adalah “sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui” (Arikunto, 2006: 151).

Angket stres akademik disusun berdasarkan empat aspek stres akademik dari Lazarus. Angket stres akademik disusun dengan alternatif respon subjek dalam 3 skala yakni: S (sering), KK (kadang-kadang), dan TP (Tidak Pernah).

2. Pengembangan Kisi-Kisi

(35)

48

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Gejala Stres Akademik Peserta Didik

Angket sebagai alat pengumpulan data yang dipergunakan telah melalui beberapa tahap pengujian, sebagai berikut:

Variabel Aspek Indikator No.

Item

Stres Akademik pada Siswa

FISIK

1. Denyut jantung meningkat 2. Sakit kepala

3. Otot tegang

4. Sering buang air kecil

5. Memegang/menggenggam benda dengan sangat erat.

6. Tangan terasa lembab dan dingin 7. Berkeringat dingin

8. Sakit perut 9. Kelelahan fisik

10.Tubuh tidak mampu istirahat dengan maksimal

1,2

2. Sulit tidur atau insomnia 3. Suka menyendiri

4. Berbohong 5. Gugup

6. Menyalahkan orang lain 7. Membolos atau mabal

8. Tidak mampu menolong diri sendiri

(36)

49

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9. Mengambil jalan pintas

10.Sulit mendisiplinkan diri

27,28 29,30

PIKIRAN

1. Mudah lupa

2. Tidak bisa menentukan prioritas hidup

3. Merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi 4. Berpikir menghadapi jalan buntu

5. Prestasi menurun 6. Kehilangan harapan 7. Berpikir negatif

8. Merasa diri tidak berguna

9. Jenuh (merasa tidak menikmati hidup)

31,32

6. Tidak merasakan kepuasan 7. Merasa tidak bahagia 8. Cemas

Instrumen gejala stres akademik menggunakan skala Sering (S),

Kadang-kadang (KK), dan tidak pernah (TP). Keseluruhan instrumen

menggunakan pernyataan positif sehingga alternatif jawaban siswa

diberi skor 3, 2, dan 1, semakin tinggi alternatif jawaban siswa maka

semakin tinggi gejala stres akademik siswa dan semakin rendah

alternatif jawaban siswa maka semakin rendah gejala stres akademik

siswa. Kriteria penyekoran instrumen gejala stres akademik sebagai

berikut.

Tabel 3.3

Kriteria Penyekoran Instrumen Gejala Stres Akademik

Alternatif Jawaban Skor

Sering 3

(37)

50

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tidak Pernah 1

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur tingkat kevalidan atau kesahihan instrument (Arikunto, 2006: 168). Suatu instrumen yang valid atau sahih akan mempunyai tingkat validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid akan memiliki tingkat validitas rendah. Uji validitas dilakukan terhadap sejumlah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

Pengujian validitas butir item dilakukan untuk menguji apakah instrumen mampu mengukur apa yang seharusnya diukur yaitu mengenai tingkat stres akademik peserta didik. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006: 168). Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan Layanan SPSS 16.0 for windows. Validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman’s rho. Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas setiap item pernyataan adalah rank difference correlation yang dikenal dengan Spearman’s rho

=

= koefisien korelasi tata jenjang

(38)

51

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun data yang digunakan untuk mengukur validitas item merupakan data dari seluruh populasi penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil uji validitas menunjukan dari 64 butir item pernyataan instrumen stres akademik peserta didik, terdapat 2 butir item yang dinyatakan tidak valid. Indikator sering buang air kecil pada aspek Fisik dihilangkan. Koefisien korelasi yang digunakan dalam pengujian validitas ini adalah di atas 0.30, hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan Azwar (2011: 103) “suatu koefisien validitas dinyatakan lebih baik jika minimalnya koefisien korelasi 0.30”. Oleh karena itu dalam penelitian ini suatu item dikatakan valid jika koefisien korelasinya minimal 0.30. Berikut disajikan item-item pernyataan setelah validasi pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Stres Akademik

Kesimpulan Item Jumlah

Valid 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 21, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64.

62

Tidak Valid 6, 30 2

(39)

52

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“...instrumen yang valid umumnya pasti reliabel”. Kisi-kisi instrumen setelah uji coba dapat dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Gejala Stres Akademik Peserta Didik (Setelah Uji Coba)

Variabel Aspek Indikator No.

Item

Stres Akademik pada Siswa

FISIK

1. Denyut jantung meningkat 2. Sakit kepala

3. Otot tegang

4. Memegang/menggenggam benda dengan sangat erat.

5. Tangan terasa lembab dan dingin 6. Berkeringat dingin

7. Sakit perut 8. Kelelahan fisik

9. Tubuh tidak mampu istirahat dengan maksimal

1,2

PERILAKU 1. Menggerutu

2. Sulit tidur atau insomnia

(40)

53

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Suka menyendiri

4. Berbohong 5. Gugup

6. Menyalahkan orang lain 7. Membolos atau mabal

8. Tidak mampu menolong diri sendiri 9. Mengambil jalan pintas

10.Sulit mendisiplinkan diri

19

2. Tidak bisa menentukan prioritas hidup

3. Merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi 4. Berpikir menghadapi jalan buntu

5. Prestasi menurun 6. Kehilangan harapan 7. Berpikir negatif

8. Merasa diri tidak berguna

9. Jenuh (merasa tidak menikmati hidup)

30,31

6. Tidak merasakan kepuasan 7. Merasa tidak bahagia 8. Cemas

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu alat ukur berupa angket mengenai yang disusun berdasarkan aspek fisik, perilaku, pikiran, dan emosi. Angket gejala stres akademik disebar terhadap seluruh populasi kelas VII yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di SMP Negeri I Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pengumpulan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Mempersiapkan kelengkapan instrumen dan petunjuk pengerjaan instrumen.

(41)

54

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Membacakan petunjuk dan mempersilakan peserta didik untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan sebelumnya.

4. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek kelengkapan identitas dan kelengkapan jawaban para peserta didik.

F. Teknik Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data merupakan langkah pemeriksaan terhadap data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data, sehingga verifikasi data memiliki tujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak untuk diolah. Tahapan verifikasi data yang dilakukan meliputi:

a. Melakukan pengecekan jumlah angket yang telah terkumpul harus sama dengan jumlah angket yang disebarkan sesuai jumlah sampel. b. Memberikan nomor urut pada setiap angket untuk menghindari

kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.

c. Melakukan tabulasi data yaitu perekapan data yang diperoleh dari peserta didik dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan tabulasi data maka dilanjutkan melakukan perhitungan statistik sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.

2. Skoring

Kriteria penyekoran instrumen gejala stres akademik adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Penyekoran Instrumen stres Akademik

(42)

55

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pengelompokan dan Penafsiran Data Gajala Stres Akademik

Penentuan pengelompokan dan penafsiran data gejala stres akademik digunakan sebagai standarisasi dalam menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai peserta didik dalam pendistribusian respon terhadap instrumen. Pengelompokan skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui tiga kategori stres akademik dilakukan pembuatan kategori dengan langkah-langkah, sebagai berikut:

a. Menghitung skor total masing-masing responden. b. Menentukan nilai tertinggi dan terendah.

c. Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah. d. Selisih yang didapat kemudian dibagi tiga.

e. Hasil selisih yang didapat adalah besar rentang dari kedua kategori. f. Menentukan kategori stres akademik.

Stres akademik diklasifikasikan ke dalam tiga kriteria yaitu stres akademik rendah, stres akademik sedang, dan stres akademik tinggi. Untuk menentukan panjang kelas, sebelumnya terlebih dahulu perlu diketahui rentang (R) antara skor terbesar dengan skor terkecil, berikut rumus yang digunakan:

Setelah diketahui nilai rentang (R), maka panjang kelas (p), dapat diketahui dengan rumus

(43)

56

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung skor kategori stres akademik, yaitu:

1) Menentukan nilai tertinggi dan nilai terendah

2) Nilai tertinggi : Skor maksimal x Jumlah pernyataan = 3 x 62 = 186 3) Nilai terendah : Skor minimal x jumlah pernyataan = 1 x 62 = 62 4) Menentukan selisih dari nilai tertinggi dan terendah 186 − 62 = 124 5) Memnetukan besar rentang 124/3 = 41,33  41

Setelah diketahui nilai rentang, maka dapat dilakukan penentuan kriteria stres akademik dengan menggunakan tabel selang interval kategori seperti pada tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Interval Skor Stres Akademik Peserta Didik

Rentang Skor Kategori

62- 102 Rendah

103- 144 Sedang

145- 186 Tinggi

Adapun penafsiran gambaran stres akademik peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ditinjau dari kategori dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8

Interpretasi Kategori Gambaran Stres Akademik

Kategori Interpretasi

Stres Akademik Rendah

(44)

57

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

percaya diri dalam akademik, rajin sekolah, mampu menolong diri sendiri, dapat mendisiplinkan diri. Sedangkan pada aspek pikiran peserta didik menampakan mudah ingat, bisa menentukan prioritas hidup, dapat berkonsentrasi, dapat berpikir jernih, prestasi meningkat, selalu optimis, berpikir positif, merasa bermanfaat bagi orang lain, dapat menikmati hidup.

Terakhir pada aspek perilaku peserta didik dapat mengendalikan diri, tidak mudah marah, berani, merasa dibutuhkan, tidak mudah tersinggung, dapat merasakan kepuasan, merasa bahagia, tidak mudah panik.

Stres Akademik Sedang

Peserta didik Artinya sebagian besar siswa memiliki tingkatan gejala stres akademik yang meliputi aspek fisik, aspek perilaku, aspek pikiran, dan aspek emosi pada kategori menengah.

Stres Akademik Tinggi

Peserta didik memiliki tingkatan tertinggi pada gejala stres akademik yang meliputi aspek fisik seperti denyut jantung meningkat, sakit kepala, otot tegang, sering buang air kecil, memegang/menggenggam benda dengan sangat erat, tangan terasa lembab dan dingin, berkeringat dingin, sakit perut, kelelahan fisik, tubuh tidak mampu istirahat dengan maksimal. Sementara pada aspek perilaku peserta didik menampakan perilaku seperti menggerutu, sulit tidur atau insomnia, suka menyendiri, berbohong, gugup, menyalahkan orang lain, membolos atau mabal, tidak mampu menolong diri sendiri, mengambil jalan pintas, sulit mendisiplinkan diri. Sedangkan pada aspek pikiran peserta didik menampakan mudah lupa, tidak bisa menentukan prioritas hidup, merasa kebingungan atau sulit berkonsentrasi, berpikir menghadapi jalan buntu, prestasi menurun, kehilangan harapan, berpikir negatif, merasa diri tidak berguna, jenuh (merasa tidak menikmati hidup). Terakhir pada aspek perilaku peserta didik gelisah, mudah marah, takut, merasa diabaikan, mudah tersinggung, tidak merasakan kepuasan, merasa tidak bahagia, cemas, mudah panik.

4. Proses Uji Kelayakan Program Bimbingan Belajar

(45)

58

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Landasan dalam merancang program bimbingan belajar dihasilkan dari gambaran stres akademik sesuai dengan pedoman BK dari Depdiknas yaitu sebagai berikut.

a. Rasional; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan urgensi bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program khususnya bimbingan belajar, konsep dasar dari program bimbingan belajar, gambaran stres akademik peserta didik SMP, fenomena stres akademik remaja, fenomena stres akademik kelas VII di SMP Negeri 1 BandungTahun Ajaran 2013/2014, pentingnya bimbingan belajar untuk mereduksi stres akademik.

b. Deskripsi Kebutuhan; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan layanan-layanan yang dibutuhkan oleh peserta didik dari hasil analisis instrumen pengungkap gejala stres diri akademik yang telah disebarkan.

c. Tujuan Program; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan tujuan umum dan khusus untuk mereduksi stres akademik peserta didik. Tujuan hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. d. Sasaran Program; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan

sasaran program yang membutuhkan layanan dalam mereduksi stres akademik peserta didik.

e. Rencana Operasional; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat menjelaskan agenda kegiatan atau tahapan kegiatan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan program bimbingan belajar.

f. Pengembangan Tema/Topik; dinyatakan layak jika di dalamnya dapat mengembangkan berbagai materi yang akan digunakan untuk pelaksanaan layanan dalam program bimbingan belajar. Pengembangan tema dioperasionalkan pada Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK).

(46)

59

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan laporan hasil evaluasi dan adanya rekomendasi untuk menindaklanjuti program tersebut.

h. Indikator Keberhasilan; dinyatakan layak jika indikator mudah untuk dioperasionalkan dan ada ukuran yang jelas untuk menyatakan bahwa itu dikatakan berhasil.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi langkah berikut :

1. Studi pendahuluan di SMP Negeri 1 Bandung yang dilaksanakan pada bulan desember 2012.

2. Membuat proposal penelitian dan mengkonsultasikannya dengan dosen Pembimbing.

3. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

4. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat Fakultas dan Rektor UPI. Kemudian surat izin penelitian yang telah disahkan kemudian disampaikan pada kepala sekolah di SMP Negeri 1 kota Bandung.

5. Mengumpulkan data dengan menyebarkan angket pada peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 BandungTahun ajaran 2013/2014 pada tanggal 18 November 2013.

6. Mengolah dan menganalisis data dari hasil angket stres akademik yang telah disebarkan.

7. Penyusunan program bimbingan belajar untuk meredukdi stres akademik peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 BandungTahun Ajaran 2013/2014 yang selanjutnya dilakukan pertimbangan oleh para ahli dan praktisi bimbingan dan konseling untuk menghasilkan program bimbingan belajar yang layak.

(47)

60

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

(48)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian mengenai stres akademik peserta didik, dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum gambaran stres akademik peserta didik kelas VII SMPN 1 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 sebagian besar berada pada kategori sedang, baik dilihat berdasarkan gambaran umum, usia, kelas, jenis kelamin, aspek, dan indikator. Artinya sebagian besar peserta didik memiliki stres akademik dalam kategori sedang yang ditampilkan pada aspek fisik, aspek perilaku, aspek pikiran, dan aspek emosi

2. Program bimbingan belajar yang disusun dengan struktur program meliputi rasional, dasar dan landasan operasional, deskripsi kebutuhan, visi misi, tujuan, komponen program, personil yang dilibatkan, mekanisme kerja antar personel, rencana operasional, pengembangan tema, pengembangan satuan layanan, waktu pelaksanaan, evaluasi. Secara keseluruhan setiap aspek dan indikator stres akademik peserta didik dijadikan landasan pengembangan program yang diberikan melalui layanan dasar bimbingan kelompok dan kelasikal yang diesuaikan dengan kebutuhan peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat. 1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

(49)

108

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketercapaian skor stres akademik berada pada kategori sedang. Namun dalam setiap aspek dan indikator yang mengukurnya terdapat tingkat stres yang berbeda-beda.

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai salah satu pertimbangan dalam optimalisasi layanan bimbingan belajar di SMPN 1 Bandung. Program yang disususun merupakan program bimbingan belajar yang diindikasi dapat mereduksi stres akademik peserta didik. Pemberian layanan program bimbingan belajar untuk mereduksi stres akademik peserta didik dimulai dengan pemahaman konselor mengenai kebutuhan peserta didik (need asessment).

Konselor diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan belajar yang dilakukan melalui layanan bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok sebagai komponen layanan dasar. Selain pada komponen layanan dasar, program bimbingan belajar dapat juga dilaksanakan melalui layanan responsif yang ditujukan bagi peserta didik dengan tingkat stres akademik yang tinggi, perencanaan individual dan kegiatan dukungan sistem diharapkan dapat dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan peserta didik, guru mata pelajaran, wali kelas dan pihak yang terkait dalam mendukung keterlaksanaan program. Pelaksanaan program dilakukan secara terjadwal oleh konselor yang memahami konsep bimbingan belajar serta stres akademik.

Evaluasi program bimbingan belajar untuk mereduksi stres akademik peserta didik dilakukan pada akhir pelaksanaan program dan konselor menyusun laporan kegiatan program yang telah dilakukan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Adapun rekomendasi bagi peneliti selanjutnya yaitu:

(50)

109

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Pada penelitian stres akademik peserta didik, peneliti hanya mengambil subjek penelitian kepada peserta didik kelas VII SMPN 1 Bandung, untuk itu peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk meneliti pada setiap kelas dan jenjang pendidikan yang berbeda, sehingga gambaran yang didapatkan cenderung lebih optimal.

(51)

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Bhineka Cipta

Ahmadi, A dan Supriyono, W. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Bhineka Cipta

Ang, Rebecca & Huan, Vivien S. 2006. Academic Expectations Stress Inventory: Development, Factor Analysis, Reliability, and Validity Educational and Psychological Measuremenr.

Agolla, J.E., Ongori, H. 2009. An assessment of academic stress among undergraduate students: the case of University of Botswana. Educational Research and Review, 4

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S. 2011. Penyusunana Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Beck, Judith. S. 1995. Cognitive Therapy: Basic and Beyond New York: The Guilford Press

Blenkiron. 2010. Stories and Analogies in Cognitive Behavioral Therapy. Tersedia: Online (Diakses tanggal 14 Januari 2014)

Blizzard, Gayle Armstrong. 1996, Helping Your Child Deal With Academic Stress. Diunduh pada 14 Januari 2014 11:48

Chapltn, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi( penerjemah: Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Press

Chapman, David. W. 1992. Academic Stress of International Student Attending U.S Universities. Research in Higher Education Vol.33(1)

DEPDIKNAS. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor Dan Layanan Bimbingan Dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Tersedia: Online (Diakses tanggal 14 Januari 2014)

(52)

111

Resa Agustia, 2014

Bimbingan belajar untuk mereduksi Stres akademik siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orangtua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA. Bandung: PT. Remaja Rosda karya

Dobson, Keith. S. 2010. Hand Book of Cognitive-Behavioral Therapies. (Third Ed.) New York: The Guilford Press

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Remaja Rosda Karya

Karnoto. 2003. Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Komputer ANATES). Bandung: Jurusan PPB UPI

Kartadinata, S. Ahman dan Nani, Sugandi. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: Maulana

Lazarus, Richard. Folkman, Susan. 1984. Stress, appraisal, and Coping, Jakarta: Springer

Lehrer, et al. 2007. Principle and Practice of Stress Management.(Third ed.) New York: The Guilfor Press

Makmun, Abin Syamsudin. 1996. Psikologi Pendidikan: Perangkat sistem pembelajaran Modul, Bandung: Rosda

Misra, R. McKean, M. 2000. College studentsacademic stress and its relationship to their anxiety, time management and leisure satisfaction. american journal of Health Studies.Volume 16 (1)

Natawidjaja, R. 1987. Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan kelompok. Bandung: CV. Dipenonogoro

Natawidjaja, R. (1987). Pendekatan-Pendekatan dalam Penyuluhan Kelompok 1. Bandung: CV. Dipenogoro.

Natawijaya, Rohman. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurbaity. 2012. Efektivitas teknik self-instruction untuk menangani stres akademik siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan

Gambar

Tabel 3.1  Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
Tabel  3.2 Kisi-kisi Instrumen Gejala Stres Akademik Peserta Didik
Tabel 3.3 Kriteria Penyekoran Instrumen Gejala Stres Akademik
Tabel 3.4  Hasil Uji Validitas Stres Akademik
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut bila dilihat dari nilai rata-ratanya menggambarkan bahwa kondisi prokrastinasi akademik siswa setelah pelaksanaan bimbingan kelompok dengan teknik role

Pengembangan dakon perdamaian dalam bimbingan kelompok melalui tujuh komponen dalam bimbingan kedamaian yaitu (1) rendah hati terhadap idealisme; (2) kontrol diri terhadap

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul bimbingan belajar yang layak dan efektif sebagai pengembangan media layanan bimbingan belajar untuk

Model bimbingan kelompok dengan art therapy untuk mereduksi stres akademik mahasiswa mengikuti perkuliahan daring dalam kondisi pandemi (Covid-19).. Linda Fitria *) , Ananda

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Resa Agustia 2014 Universitas

Peserta didik adalah subjek pertama dalam layanan bimbingan konseling di sekolah. Sebagai subjek layanan karakteristik peserta didik menjadi dasar pertimbangan dalam rancang

Layanan bimbingan belajar adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik,

Yusuf 2005 layanan bimbingan kelompok yaitu: “merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik secara bersama- sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber