PENGGUNAAN PENDEKATAN LEARNING BY DOING
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh : YADI HERYADI
1005002
SEKOLAH PASCASARJANA
Penggunaan Pendekatan
Learning By Doing
Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Anak Tunagrahita Ringan
Oleh Yadi Heryadi
S.Pd Universitas Pendidikan Indonesia, 2000
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Yadi Heryadi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
UCAPAN TERIMA KASIH iii
DAFTAR ISI v
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 4
C. Batasan Masalah 5
D. Rumusan Masalah 5
E. Pertanyaan Penelitian 5
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan
2. Kegunaan Penelitian
6 6 6 BAB II PENDEKATAN LEARNING BY DOING DALAM
PENGAJARAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN
A. Pendekatan Learning By Doing 7
1. Pengertian Pendekatan Learning By Doing 8
2. Fungsi dan Tujuan Pendekatan Learning By Doing 9
3. Prinsip-prinsip dan karakteristik pendekatan Learning
By Doing
10
B. Anak Tunagrahita 12
1. Pengertian Anak Tunagrahita 12
3. Karakteristik Anak Tunagrahita 14
4. Kondisi Anak Tunagrahita Ringan 15
C. Pengajaran Membaca Permulaan
1. Pendekatan Pengajaran Membaca Permulaan 2. Kesadaran Bahasa, Kesadaran Bunyi
3. Aktivitas-Aktivitas untuk Menumbuhkan Kesadaran Bahasa, Kesadaran Bunyi
17 19 25 27
4. Pelaksanaan Learning By Doing pada Pembelajaran membaca permulaan
31
D. Kerangka Berfikir 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian 34
B. Variabel Penelitian 37
C. Instrumen Penelitian 39
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian 39
2. Validasi Instrumen Penelitian 41
D. Subjek Penelitian 45
E. Prosedur , Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 45
1. Teknik Pengumpulan Data 48
2. Tahap Pengumpulan Data 48
3. Tahap Pengolahan Data 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Profile kemampuan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan 4 dalam membaca permulaan di SDLB Adhitya Soreang Kabupaten Bandung
51 51
2. Kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan kelas 3 dan 4 setelah Pembelajaran menggunakan Pendekatan Learning by doing SDLB Adhitya Soreang
Kabupaten Bandung
3. Perbandingan Skor Kemampuan Membaca Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Pendekatan Learning By Doing
61
B. Pembahasan Hasil Penelitian 67
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 71
B. Rekomendasi 72
1. Bagi Guru
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
72 72 DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
PENGGUNAAN PENDEKATAN LEARNING BY DOING UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK
TUNAGRAHITA RINGAN Yadi Heryadi, NIM. 1005002
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan keterlibatan anak dalam belajar, hal ini terlihat dalam standar kompentensi yang harus dikuasai oleh siswa yaitu kompentensi mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis (Depdiknas, 2006:), khususnya keterampilan membaca harus dikuasai oleh siswa karena kemampuan membaca sangat berkaitan dengan seluruh proses belajar mengajar.
Pembelajaran membaca untuk anak tunagrahita ringan diperlukan metode-metode khusus yang menarik, agar anak dapat menerima materi dengan mudah, penggunaan Pendekatan Learning by Doing diharapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan Anak Tunagrahita Ringan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang Penggunaan Pendekatan Learning By Doing untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan di SLB Adhitya Soreang
Metode Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian experimen, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan Learning by doing terhadap anak tunagrahita ringan kelas 3 dan 4, di SLB Adhitya Soreang. Proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah pembelajaran dengan pendekatan learning by doing yaitu siswa kerja langsung (belajar langsung) di sekolah, dimana pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman nyata kepada anak agar mereka bisa bereksplorasi secara bebas dan kreatif. pendekatan ini memudahkan karena anak tunagrahita senang mengikuti pembelajaran praktikal.
Abstract
The effect of learning by doing approach in teaching reading skills in student with mild intellectual disability
Yadi Heryadi, 1005002
Based on School Based Curriculum, the Indonesian language instruction in special school in primary level focuses on student involvement. It can be seen in the competency standards in which students should mastered listening, speaking, reading and writing skills (MoNE, 2006). Specifically, reading skills play an important role as it is associated to the whole teaching and learning process.
Stimulating methods are required in teaching reading skills to mild intellectual disability students so they can gain the skills effectively. The use of learning by doing
approach presume can improve students with mild intellectual disability’ reading skills. Therefore, the researcher investigate the use of learning by doing approach in improving reading skills for student with mild intellectual disability in Adithya Special School, Soreang.
The research design of the study was experimental study, in which the researcher applied learning by doing approach in teaching beginning reading skills to students with mild intellectual disability that enrolled in grade 3 and 4 in Adithya Special School, Soreang. The approach was specifically designed to give real experience to the students in free and creative way of exploration. This approach is appropriate for the students since students with mild intellectual disability enjoy practical learning methods.
Data w ere gathered by comparing pretest and posttest result using a validated test instrument. The result of the study showed that the comparison between pretest and
posttest of the student’ reading skills by using learning by doing approach are: the
BAB I PENDAHULUAN A . Latar Belakang Masalah
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) lebih menekankan
keterlibatan anak dalam belajar, hal ini terlihat dalam standar kompentensi yang
harus dikuasai oleh siswa yaitu kompentensi mendengarkan, berbicara, membaca
dan menulis (Depdiknas, 2006:), khususnya keterampilan membaca harus
dikuasai oleh siswa karena kemampuan membaca sangat berkaitan dengan seluruh
proses belajar mengajar.
Dalam kurikulum sekolah dasar, anak diharuskan belajar membaca dan
berhitung. Belajar membaca dan berhitung diperlukan untuk semua anak termasuk
anak berkebutuhan khusus karena kemampuan membaca dan berhitung sangat
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Membaca adalah bagian penting dalam
proses pendidikan. Karena Membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai
ilmu pengetahuan. Seorang anak yang tidak bisa membaca akan mengalami
banyak hambatan dalam mengikuti segala macam mata pelajaran yang diajarkan
di sekolah. Oleh karena itu anak sejak awal harus banyak berlatih membaca
sehingga pada akhirnya anak benar-benar mampu memahami kata, kalimat dan
bacaan secara umum.
Pembelajaran membaca mutlak dilakukan karena memiliki manfaat yang
pembelajaran membaca sejak usia dini. Melalui pembelajaran membaca, guru
dapat berbuat dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia, menurut Aziz
dan Akhaida (Zuchdi dan Budiarsi, 1992: 29) bahwa:
Dalam membaca permulaan guru dapat memilih wacana-wacana yang memudahkan penanaman nilai-nilai ke Indonesiaan pada anak-anak didik, selain itu melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral kemampuan bernalar dan kreatifitas anak didik.
Dalam proses membaca terdapat aspek-aspek berfikir seperti mengingat,
memahami, membandingkan, membedakan, menemukan, menganalisis,
mengorganisasi dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam
bacaan. Hal ini sulit dilakukan oleh anak tunagrahita ringan sehingga, pada proses
pembelajaran khususnya pembelajaran membaca untuk anak tunagrahita ringan
diperlukan metode-metode khusus yang menarik, agar anak dapat menerima
materi dengan mudah, tidak mudah bosan dan metode tersebut dapat
meningkatkan kemampuan membaca.
Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Sugiarto (2002) yang
menyatakan bahwa:
Membaca bukanlah suatu kegiatan pembelajaran yang mudah. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan anak dalam membaca. Secara umum, faktor – faktor tersebut datang dari guru, anak, kondisi lingkungan, materi pelajaran, serta metode pelajaran.
Penggunan metode yang sesuai dalam mengajarkan membaca pada anak
tunagrahita disekolah luar biasa harusnya tidak hanya dengan menggunakan
metode klasikal seperti menerangkan di papan tulis, ceramah, dan ataupun
menggunakan kartu bergambar, karena apabila metode seperti yang di atas
dalam pembelajaran membaca, terlebih lagi apabila anak didik kita adalah
penyandang tunagrahita, tentunya metode yang digunakan dalam menyampaikan
materi pembelajaran harus lebih atraktif agar proses penyerapan materi bagi anak
bisa meningkat, karena kondisi lingkungan akan menjadi lebih meriah dan
menyenangkan. Dalam setiap pembelajaran yang diberikan pada anak tunagrhita
ringan harusnya anak menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk
bisa belajar membaca dengan fasih, karena kemampuan membaca anak tergantung
pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi, dan simbol
yang diminta.
Namun guru tidak hanya menekankan penggunaan suatu metode tanpa
penggunaan pendekatan belajar. Pemilihan pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan kurikuler dan standar kompetensi nasional merupakan kemampuan
dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap guru. Pendekatan
pembelajaran yang dapat membantu sistem berfikir peserta didik secara
konseptual dan menguasai kompetensi dalam membaca permulaan, yang dapat
dijadikan indikator sebagai kualitas kemampuan belajar peserta didik disekolah
luar biasa adalah pendekatan bekerja langsung (learning by doing) yang
berorientasi pada dunia membaca.
Pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran membaca permulaan
dengan penggunaan pendekatan, metode, media pembelajaran dan penilaian hasil
belajar yang sesuai dengan tuntutan standar kopetensi dan kopetensi dasar yang
permulaan peserta didik, dalam pelaksanaan learning by doing dalam
pembelajaran membaca permulaan peserta didik diberikan kesempatan untuk
latihan secara kontinyu dengan bimbingan dari guru.
Uraian latar belakang ini Peneliti jadikan dasar pemikiran di dalam
melakukan penelitian tentang “Penerapan Pendekatan Learning By Doing Dalam
Pengajaran Membaca permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan” penelitian ini
akan dilaksanaka di Sekolah Luar Biasa Adhitya Soreang Kabupaten Bandung.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Anak tunagrahita memilki kecerdasan di bawah rata-rata, berbeda dengan
anak pada umumnya sehingga anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam
belajar secara abstrak, mudah jenuh saat pembelajaran dan sangat
membutuhkan media pembelajaran yang kongkrit dan menyenangkan.
2. Materi pembelajaran pada anak tunagrahita harus sesuai dengan
kemampuan dan kondisi anak.
3. Dalam pembelajaran membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan di
perlukan pendekatan visual, suara, dan linguistik.
4. Terdapat berbagai macam metode khusus yang menarik dalam
pembelajaran membaca permulaan agar anak dapat menerima materi
dengan mudah dan tidak jenuh, yaitu metode huruf dan gambar, metode
5. Dalam meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita
ringan, penggunaan pendekatan learning by doing dapat digunakan karna
bersifat kerja langsung/belajar langsung pendekatan ini memudahkan
karena anak tunagrahita senang mengikuti pembelajaran praktikal
C.Batasan Masalah
Agar penelitian yang dilakukan tidak meluas, maka peneliti membatasi
penelitian ini pada pengaruh pendekatan learning by doing terhadap peningkatan
kemampuan membaca permulaan (suku kata, kata, kalimat sederhana) anak
tunagrahita ringan.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah pendekatan learning by
doing dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi anak
tunagrahita ringan?”
E.Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan
kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) sebelum Pembelajaran
menggunakan Pendekatan Learning by doing SLB Adhitya Soreang
Kabupaten Bandung.
2. Bagaimanakah kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita ringan
kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) setelah Pembelajaran
menggunakan Pendekatan Learning by doing SLB Adhitya Soreang
F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pendekatan learning
by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan pada
anak tunagrahita ringan.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1) Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi para guru
dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak
tunagrahita khususnya tunagrahita ringan.
2) Bagi peneliti sendiri dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang
pendekatan learning by doing terhadap peningkatan kemampuan
membaca permulaan anak tunagrahita ringan.
3) Dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam upaya
menangani permasalahan membaca permulaan anak tunagrahita,
sebagai media latihan sehingga hasilnya dapat meningkatkan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah penelitian
experimen, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca permulaan menggunakan
pendekatan Learning by doing terhadap anak berkebutuhan khusus tunagrahita
ringan kelas 3 dan 4, di SLB Adhitya Sorang. Proses pembelajaran dilaksanakan
adalah pembelajaran dengan pendekatan learning by doing yaitu siswa kerja
langsung (belajar langsung) di sekolah, dimana pembelajaran dirancang
sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman nyata kepada anak agar mereka
bisa bereksplorasi secara bebas dan kreatif. pendekatan ini memudahkan karena
anak tunagrahita senang mengikuti pembelajaran paraktikal. Untuk mencoba
apakah pembelajaran membaca permulaan dengan pendekatan learning by doing
ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita
ringan, maka dalam pelaksanaan kegiatan pendekatan learning by doing dalam
pengajaran membaca di SLB Adhitya Soreang disusun buku panduan pelaksanaan
pembelajaran (lampiran 2).
Pada akhir pembelajaran siswa ditest kemampuan membaca permulaan
menggunakan instrumen tes kemampuan membaca permulaan. Hasil dari
penilaian ini dapat dijadikan patokan dengan membandingkan tes sebelum dan
sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing dilaksanakan. Apakah
kemampuan membaca permulaan siswa dapat meningkat secara sinifikan antara
Pada penelitian ini menggunakan menggunakan quasi ekperimental
desaign (metode ekperimen semu). Metode ini digunakan tanpa menggunakan
kelas kontrol atau kelas pembanding. Desain yang digunakan adalah one grouf pre
test-post test desaign. Skema one grouf pre test-post test desaign Sugiyono,
(2007: 111), digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Experimen
Kelompok Pre test Treatmen Post test
Ekperimen T1 X T2
Keterangan:
T1 : Tes awal kemampuan membaca permulaan siswa
X : Pembelajaran membaca permulaan dengan pendekatan learning by
doing
T2 : Tes akhir kemampuan membaca permulaan siswa
Proses penelitiannya akan melewati beberapa tahap diantaranya adalah:
1. Study pendahuluan, hal ini bertujuan untuk mempelajari hambatan dan
kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran membaca
permulaan, melalui observasi, wawancara terhadap guru kelas juga dengan
menggunakan instrumen tes membaca permulaan yang telah di validasi oleh
para ahli (expert judgment). kemudian membuat materi ajar yang sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan membaca permulaan siswa yang akan
diberikan kepada siswa, dalam hal ini menggunakan pendekatan learning by
penelitian ini selesai dpersiapkan, barulah Peneliti akan melajutkan kepada
langkah selanjutnya.
2. Sebelum diberikan pembelajaran siswa diukur dahulu kemampuan membaca
permulaannya (pre test)
3. Setelah itu barulah melangkah kepada langkah selanjutnya yaitu proses
pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan learning by
doing.
4. Dalam proses pembelajaran membaca permulaan menggunakan pendekatan
learning by doing siswa diharapkan belajar lebih semangat, riang dan
gembira.
5. Melaksanakan proses postest
6. Menganalisis hasil postest dan pretest
Tabel 3.2
Prosedur Pendekatan learning by doing
No Kegiatan Keterangan
1. Persiapan seting kelas, dalam pembelajaran membaca dengan pendekatan Learning by doing, setiap benda, sarana dan prasarana menggunakan labeling. (seperti meja, kursi, pintu, jendela, papan tulis, kalender. Dsb)
SLB Adhitya
Soreang
2 Diperkenalkan kepada siswa aturan main dalam proses
pembelajaran membaca yang akan dilakukan
3. Pelaksanaan pendekatan learning by doing dalam
pembelajaran membaca permulaan di kelas.
(Proses pelaksanaan Kegiatan ada di dalam buku
panduan pelaksanaan kegiatan)
4. Pemberian reward dan funishment.
B. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent variable)
Adalah variabel yang digunakan menjadi penyebab munculnya
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Pendekatan learning by doing. Pembelajaran bekerja langsung
(learning By Doing) dikembangkan oleh John Dewey (Siti Nilla SM,
2005:30) yang menyatakan bahwa ―men have to do something to the
this when wish to find out something, they have to other conditions‖.
Pandangan ini diperkuat oleh Oemar Hamalik (1990:175), bahwa
―Belajar yang efektif jika kegiatan belajar itu diarahkan pada upaya
bagi individu untuk dapat bekerja, melakukan tugas-tugas pekerjaan
dalam bidang pekerjaan tertentu‖.
Pembelajaran bekerja langsung (learning by doing)
direncanakan dengan mengatur waktu dan tempat secara khusus untuk
tiap kompetensi. Pembelajaran ditekankan kepada drill, riview,
demonstrasi dan pembelajaran yang sistematis untuk memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan situasi dan
kondisi kerja. Pelaksanaan learning by doing dalam pembelajaran
membaca permulaan dengan penggunaan pendekatan, metode, media
pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang sesuai dengan tuntutan
standar kopetensi dan kopetensi dasar yang harus dikuasai peserta
peserta didik, dalam pelaksanaan Learning by doing dalam
pembelajaran membaca permulaan peserta didik diberikan kesempatan
untuk latihan secara kontinyu dengan bimbingan dari guru.
Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran
bekerja langsung yaitu:
1) Melibatkan peserta didik secara langsung dalam kegiatan belajar
mengajar, karena pendekatan ini menekankan pada pengalaman
peserta didik secara langsung yang berkenaan dengan kompetensi
yang harus dikuasai.
2) Menyediakan pendekatan multi sensori bagi peserta didik ketika
berlangsung pembelajaran seperti: mendengar, merasa, mencium,
dan mencipta objek-objek yang dipelajari
3) Memberikan kompetensi bagi peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan menggunakan material dan melakukan eksperimen.
4) Membina suasana sosial yang transaksional antara peserta didik
dan guru
2. Variabel terikat
adalah kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita. Indikator
kemampuan membaca permulaan yang akan ditunjukan adalah
meliputi : kemampuan siswa dalam mengenal huruf Vokal, huruf
konsonan, kata dengan 3 karakter huruf, kata dengan 4 karakter huruf
C. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Setelah melakukan studi dengan pendahuluan dan analisis terhadap
kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita. Kemudian membuat Kisi
kisi instrumen penelitian, Kisi-kisi tersebut diuraikan sebagai berikut:
Tabel 3.3
KISI-KISI INSTRUMEN
TES KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN
Komponen Indikator Sub Indikator Bentuk Soal No.
Soal
1.Siswa diminta menyebutkan
nama huruf, bunyi huruf vocal
yang ditunjuk oleh peneliti
- Contoh soal :
Bacalah dengan nyaring nama
huruf berikut ini : (a, i, u, e, o)
2.Siswa diminta menyebutkan
nama huruf, bunyi huruf
konsonan yang ditunjuk oleh
peneliti
- Contoh soal :
Bacalah dengan nyaring nama
1 2 3 4 5
3.Siswa diminta mencocokkan
huruf pada kolom sebelah kanan
yang sama dengan huruf yang
ada pada kolom sebelah kiri
27,28,
1. Siswa membaca dengan nyaring
kata-kata yang terdiri dari 3
huruf
- Contoh soal :
Bacalah dengan perlahan kata
berikut ini (air, ibu, api)
2. Siswa membaca dengan nyaring
kata-kata yang terdiri dari 4
huruf
- Contoh soal :
Bacalah dengan perlahan kata
berikut ini : (bola, apel, topi) 32,
1. Siswa diminta membaca kalimat
dengan nyaring dan lafal yang
ditunjuk oleh peneliti dengan
nyaring dan lafal yang tepat
- Contoh soal :
Bacalah kalimat berikut ini:
(adik bermain bola, kakak
memakai topi)
38
39,40
Setelah membuat kisi-kisi instrumen Peneliti membuat instrumen
penelitian untuk mengukur kemampuan membaca permulaan pembelajaran.
Instrumen tersebut dapat dilihat dalam lampiran .
2. Validasi Instrumen Penelitian
Validitas menunjukkan sejauh mana skor/ nilai/ ukuran yang diperoleh
benar-benar menyatakan hasil pengukuran/ pengamatan yang ingin diukur.
Validitas pada umumnya dipermasalahkan berkaitan dengan hasil pengukuran
psikologis atau non fisik. Berkaitan dengan karakteristik psikologis, hasil
pengukuran yang diperoleh sebenarnya diharapkan dapat menggambarkan atau
memberikan skor/ nilai suatu karakteristik lain yang menjadi perhatian utama.
Macam validitas umumnya digolongkan dalam tiga kategori besar, yaitu validitas
isi (content validity), validitas berdasarkan kriteria (criterion-related validity) dan
validitas konstruk. Pada penelitian ini akan dibahas hal menyangkut validitas
untuk menguji apakah pertanyaan-pertanyaan itu telah mengukur aspek yang
sama. Untuk itu dipergunakanlah validitas konstruk.
Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik melainkan analisis
rasional yaitu dengan melihat apakah butir-butirnya telah sesuai dengan batasan
domain ukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah mengembangkan kisi-kisi
instrumen berdasarkan kajian lapangan dan study pendahuluan terhadap
kemampuan membaca permulaan siswa maka untuk menentukan bahwa tes ini
layak untuk dipakai dalam suatu penelitian maka diperlukan pengujian.
Instrumen yang valid dan reliabel akan mendapatkan hasil penelitian akan
Pada dasarnya untuk menguji validitas itu dibagi menjadi dua bagian
yaitu validitas internal dan validitas ekternal. Validitas internal menurut Sugiyono
(2007:174) adalah: ―bila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teori)
telah mencerminkan apa yang diukur‖. Validitas internal harus memenuhi
contruck validty (validitas kontruksi) dan content validity (validitas isi).
Untuk pengujian validitas konstruksi menurut Sugiyono (2007: 174)
diperlukan dua tahap, yaitu:
1. Dapat digunakan pendapat beberapa ahli (judgment expert), dalam hal ini apakah instrumen yang disusun telah memenuhi sesuai dengan rancangan teori dan program yang telah disusun dan diharapakan dipenuhi oleh siswa.
2. Setelah pengujian para ahli selesai maka dilanjutkan dengan ujicoba instrumen. Setelah itu dianalisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam satu faktor dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.
a. Uji Ahli (Judgmen Expert),
Setelah melakukan penilaian para ahli yang dilakukan kepada tiga ahli,
didapat, sebagai berikut:
Tabel 3.4
REKAPITULASI HASIL EXPERT JUDGMENT INSTRUMEN PENELITIAN
NO PENILAI SARAN DAN MASUKAN
1 2 3
1 Dr. H. M. SUGIARMIN,
M.Pd
1. Pada dasarnya RPP yang telah dibuat
cukup bagus alangkah baiknya pada
setiap pertemuan dibuat skenario tentang
permainan
2. Variasi dan skenario permainan dan
skenario pembelajaran di sesuaikaan
1 2 3
dengan tingkat kemajuan belajar peserta
didik.
2 Dr. ENDANG
RUSYANI, M.Pd
1. Dalam instrument no 33 perlu di revisi
dengan Kata berpola vokal, konsonan,
vokal
2. Dalam instrument no 38 perlu di revisi
dengan kalimat yang setiap katanya
mempunyai dua suku kata
3. Dalam RPP yang dibuat harap diperjelas
bagaimana guru mengkondisikan siswa
untuk siap belajar
4. RPP harus menyampaikan Tujuan
Pembelajaran
5. RPP harus memuat Apersepsi
6. RPP harus Menyampaikan prosedur
3 IIM IMANDALA, M.Pd 1. Pada Kompetensi dasar dalam RPP
Memperkenalkan diri sendiri dirasa
kurang cocok, alangkah baiknya jika
kompetensi dasarnya diganti dengan
membaca teks sederhana tentang
kegiatan sehari-hari.
2. Suasana Permainan harus dimunculkan
dalam RPP.
Setelah mendapatkan kerangka instrumen penelitian kemudian, diadakan
uji coba instrumen penelitian kepada siswa SLB Adhitya Soreang yang
didampingi oleh guru kelas di SLB Adhitya Soreang. Dari hasil uji coba dapat
b. Uji Coba Instrumen Penelitian
Setelah uji coba instrumen dilakukan untuk melihat apakah instrumen
yang telah dibuat tersebut sesuai dengan kemampuan anak. Atau apakah
instrumen yang dibuat dapat dimengerti atau tidak oleh penilai. Apakah instrumen
yang dibuat perlu ditambah atau dikurangi, atau diganti. Ujicoba dilakukan
kepada siswa sebelum proses sosialisai pendekatan learning by doing dilakukan
yaitu dilakukan di SLB Adhitya Soreang.
Dari hasil uji ahli Judgment Expert, dan uji coba instrumen maka dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.5
Hasil Uji Ahli dan Uji Coba Instrumen Penelitian
No Soal
Uraian
Kesalahan Perbaikan Keterangan
1 s/d 5 Siswa agak kesulitan
Siswa menjawab hanya
melihat bentuk huruf,
sehingga kemampuan
siswa mengenal huruf
belum terlihat
konsistensinya.
Item jawaban diganti
dengan berbagai jenis
D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas 3
dan 4 SLB Adhitya Soreang yang berjumlah 7 orang.
.
Wahyudi Bandung, 10-11-2000 69 14 tahun 9,66 tahun Bandung
2. Nazman
Zaelani Bandung, 05-08-2001
65 13 Tahun 8,32 tahun
Bandung
3. Dava Andil
Anthoni Bandung, 25-09-2002
60 12 tahun 7,20 tahun
Sanjaya Bandung, 14-07-2001
65 13 Tahun 8,45 tahun
Bandung
6. Ida Dahlia Tangerang, 03-10-2000 69 14 tahun 9,66 tahun Bandung
7. Rahman Bandung, 23-07-2001 64 13 tahun 8,32 tahun Bandung
*perhitungan IQ dilakukan oleh guru senior di sekolah tersebut, dan hanya di gunakan untuk lingkungan sendiri. Surat Keterangan Perhitungan IQ terlampir.
E. Prosedur , Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Prosedur pengumpulan data ini dilakukan melalui proses pembelajaran
membaca permulaan yang dilakukan dengan pendekatan learning by doing di
Setelah mengadakan koordinasi dengan pihak sekolah maka disepakati
bahwa pembelajaran ini dilaksanakan selama 4 pertemuan. Setiap hari Kamis
pukul 09.00 s/d pukul 10.30.
Tabel 3.7
Jadwal Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan Pendekatan learning by doing di SLB Adhitya Soreang
No Hari/tanggal Siswa yang hadir
1 2 3
1.
Kamis,03 Oktober
2013
Dedi Wahyudi
Nazman Zaelani
Dava Andil Anthoni
Muhaman Toriq
Toni Sanjaya
Ida Dahlia
Rahman
2. Kamis,10 Oktober
2013
Dedi Wahyudi
Nazman Zaelani
Muhaman Toriq
Toni Sanjaya
Ida Dahlia
1 2 3
3. Kamis,17 Oktober
2013
Dedi Wahyudi
Nazman Zaelani
Dava Andil Anthoni
Muhaman Toriq
Toni Sanjaya
Ida Dahlia
Rahman
4. Kamis,24 Oktober 2013
Dedi Wahyudi
Nazman Zaelani
Dava Andil Anthoni
Muhaman Toriq
Toni Sanjaya
Ida Dahlia
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan tes. Tes menurut Suharsimi. A, (2009), adalah:
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh
2. Tahap Pengumpulan Data
Setelah instrumen penelitian di validasi dan di uji cobakan maka peneliti
melakukan pengumpulan data dengan menggunakan instrumen tes kemampuan
membaca permulaan siswa. Siswa diberikan test pretest dan postes.
Kriteria Pengsekoran Kemampuan membaca
Kriteria Pengskoran
M ( Mampu) : skor 3
MB ( Mampu dengan bantuan) : skor 2
TM ( Tidak Mampu) : skor 1
Keterangan :
Skor akhir diberikan berdasarkan skor perolehan dari jumlah soal yang
diberikan.
S =
S = Skor Akhir
SP = Skor Perolehan
SM = Skor Maksimal
3. Tahap Pengolahan Data
Dalam tahap pengolahan ini data yang telah dikumpulkan kemudian
dilakukan pensekoran sesuai dengan kemampuan yang dimunculkan oleh siswa
sebelum dan sesudah pelaksanaan pendekatan learning by doing. Uraian hasil
dari setiap pengolahan data ini diuraikan secara desktiptif, adapun tahap
pengolahan datanya adalah:
a. Pemberian kriteria pada setiap skor menggunakan presentase dengan
Dengan kriteria kemampuan :
76 - 100 = Mampu
51 - 75 = cukup Mampu
26 – 50 = kurang mampu
0 – 25 = tidak mampu
Selain kriteria untuk seluruh kemampuan membaca permulaan, juga
digambarkan kemampuan masing-masing komponen yang menjadi bagian
dari kemampuan membaca permulaan.
Dengan kriteria ini maka kita dapat menggolongkan kemampuan siswa
dalam membaca permulaan baik sebelum atau sesudah mengikuti
pembelajaran dengan pendekatan learning by doing.
b. Tahap yang kedua, kita membuat interpertasi data berdasarkan skor
kemampuan yang telah dikumpulkan. Gambaran data tersebut dikelompokan
menjadi:
1) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan secara global yang
diberikan sebelum pembelajaran pendekatan learning by doing
dilaksanakan dipaparkan dalam bagan dan grafik skor kemampuan pre
2) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen
sebelum pembelajaran pendekatan learning by doing (pre test), dipaparkan
dalam bentuk bagan dan grafik.
3) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan secara global yang
diberikan sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing
dilaksanakan dipaparkan dalam bagan dan grafik skor kemampuan post
test.
4) Gambaran data skor kemampuan membaca permulaan per komponen
sesudah pembelajaran pendekatan learning by doing (post test),
dipaparkan dalam bentuk bagan dan grafik..
c. Mencari perbedaan skor Kemampuan membaca permulaan sebelum dan
sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan learning by doing
dengan membandingkan rata rata nilai kemampuan membaca sebelum dan
sesudah pelaksanakaan lalu di lihat persentase perubahan skor yang diperoleh
sehingga persentase keberhasilan pelaksanaan pendekatan learning by doing
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan
Pada bab ini, peneliti menyimpulkan dari hasil penelitian dan
pembahasan berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu pendekatan
learning by doing dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan bagi
anak tunagrahita ringan.
Kesimpulan ini diperoleh peneliti dari peningkatan kemampuan siswa
setelah melaksanakan pembelajaran Pendekatan Learning by doing dapat
dilihat data skor kemampuan membaca permulaan pada tabel 4.10 dan grafik
4.10. Terlihat bahwa seluruh siswa mengalami peningkatan kemampuan,
bahkan dua orang diantaranya mengalami peningkatan katagori membaca
permulaan dari katagori cukup mampu ke dalam katagori mampu.
Dua orang siswa yang dari awal masuk dalam katagori mampu juga
mengalami peningkatan skor setelah pembelajaran learning by doing
dilakukan, sedangkan tiga orang siswa lainnya hanya memperoleh
peningkatan skor tapi skor yang didapat belum cukup untuk meningkatkan
katagori kemampuan membaca permulaannya, mereka tetap dalam katagori
B. Rekomendasi
1. Bagi Guru
Sebagai bahan referensi bagi guru kelas yang langsung berhubungan
dengan peserta didik dalam pengembangan untuk selalu berinovasi
Dapat dengan mengembangkan pendekatan pembelajaran bagi
siswa-siswa terutama dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan
anak tunagrahita khususnya tunagrahita ringan. Melihat hasil penelitian
yang telah dilakukan, peneliti sarankan dalam pengajaran membaca
permulaan pada anak tunagrahita ringan dapat digunakan pendekatan
Learning by doing.
2. Bagi Peneliti Sendiri
Dapat memberikan wawasan pengetahuan tentang pengaruh pendekatan
learning by doing terhadap peningkatan kemampuan membaca
permulaan anak tunagrahita ringan.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar mengadakan penelitian pengaruh pendekatan learning by doing
terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita
ringan pada subjek lainnya yang lebih luas dan pada peningkatan
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1995). Orthopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Ditjen Dikti.
Arikunto. S, (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Astati, (2001), Pendidikan Luar Biasa di Sekolah Umum, Bandung : Pendawa
Brown George & Wragg E.C., Alih Bahasa Jasin A. (1997), Bertanya, Jakarta : Gramedia Widiasarana
Furqon, (2009). Statistik Terapan Untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Grainger, J. (2003). Children Behaviour Attention and Reading Problem. Problem
Perilaku, Perhatian, dan Membaca Pada Anak (Alih Bahasa Enny Irawati). Jakarta : Grasindo
Hainstock. E.G. (1999). Montessori Untuk Anak Pra Sekolah. Jakarta : Pustaka Delapratasa.
Hamalik. O. (1990). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Hoover, W. A. (2002). The Importance of Phonic Awareness in Learning to Read. Tersedia : http://www.ericdigest.org/2002-3/important.htm. (6 Desember 2004).
John W. Creswell. (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kirk, S.A, & Gallagher, J.J. (1986). Educating Exceptional Children. USA: Houghton Mifflin Company.
Lyster, S.A.H. (1998). Preventing Reading Failure : A Follow up Study. Dyslexia, 4 : 132-144
Moch. Amin (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Dirjen dikti.
Mulyono Abdurahman. (1999) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Polloway, E.A., Patton, J.R. & Serna, L. (2001). Strategies for teaching learners
with special needs (7th ed.) Upper Saddle River, NJ : Merrill Prentice
Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2003). Pengembangan Program Pembelajaran
Individu bagi Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorak Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Peningkatan Tenaga Akademis.
Rochyadi, E. dan Alimin, Z. (2005). Pedoman Assesment Keterampilan Membaca
dan Menulis. Pusat Pengembangan Anak. Laboratorium Jurusan
Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.
Saracho. O.N. (1997). Teachers’ and Students’ Cognitive Styles in Early Childhood Education. London : Bergin & Garvey.
Siti, Nilla M. (2004). Pengembangan Model Pembelajaran Bekerja Langsung
Untuk meningkatkan Kompetensi Siswa Pada Keahlian Program Tata Boga di SMK (Penelitian Pada SMK di Provinsi Banten dan Jawa Barat). Tesis Magister UPI : Tidak Diterbitkan
Sugiarto. (2002). Perbedaan Hasil Belajar Membaca Antara Siswa Laki - laki dan
Perempuan yang Diajar Membaca dengan Teknik Skimming (12
halaman).
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/37/perbedaan_hasil_belajar_memba ca.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta
Susetyo B. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : Refika Aditama.
Vaughn, bos, Schumm, J.S. (2000) Teaching Exeptional, Diverse and at risk
Students in the General Education Classroom. Needham Heights, MA.
Allyn and Bacon
Yus, Anita . (2012) Model Pendidikan anak Usia Dini. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Zuchdi, D., dan Budiasih. (1996/1997). Pendidikan Bahasa Indonesia di kelas
rendah. Jakarta : Proyek Pengembangan PGSD Dirjen Dikti
Depdikbud.