• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA TAHUN 1978-1998.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA TAHUN 1978-1998."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN

RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA

TAHUN 1978-1998

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

Shendy Ariftia

0906277

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN

RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA TAHUN

1978-1998

Oleh Shendy Ariftia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

© Shendy A 2014

Universitas Pendidikan Indonesia April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANAN B. J. HABIBIE DALAM MENGEMBANGKAN RISET DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA TAHUN 1978-1998

Oleh Shendy Ariftia

0906277

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si. NIP.19630311 198901 1 001

Pembimbing II

Drs. Tarunasena Ma’mur, M.Pd.

NIP.19680828 199802 1 001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

(5)

Abstact

This minithesis titled “The role of B J Habibie in developing research and technology in Indonesia (1978-1998)”. The problem studied in this minithesis is

“How B. J Habibie’s involvement in research and technology to develop

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR TABEL ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Rumusan Masalah 7

1.3. Tujuan Penelitian 8

1.4. Manfaat Penelitian 8

1.5. Struktur Organisasi Skripsi 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11

2.1. Teknologi di Indonesia 12

2,2. Pembangunan Nasional 15

2.3. Teori Lepas Landas W.W. Rostow 19

2.4. Teori Motivasi Berprestasi McClelland 27

2.5. Penelitian Terdahulu 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41

3.1. Persiapan Penelitian 43

3.1.1. Penentuan Tema Penelitian 44

(7)

3.1.3. Mengurus Perijinan 46

3.1.4. Proses Bimbingan 47

3.2. Pelaksanaan Penelitian 47

3.2.1. Heuristik 47

3.2.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis 48

3.2.1.2. Pengumpulan Sumber Lisan 51

3.2.2. Kritik Sumber 53

3.2.2.1. Kritik Eksternal 55

3.2.2.2. Kritik Internal 56

3.2.3. Interpretasi 58

3.2.4 Historiografi 61

3.3. Laporan Penelitian 62

BAB IV RISET DAN TEKNOLOGI INDONESIA DI BAWAH KEPEMIMPINAN MENRISTEK B. J. HABIBIE 65

4.1. Biografi Singkat Bacharuddin Jusuf Habibie 65

4.2. Kondisi Riset dan Teknologi Indonesia Sebelum Habibie Menjabat

Sebagai Menristek di Indonesia 69

4.3. Upaya Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di

Indonesia 72

4.3.1. Gagasan Transformasi Teknologi dan Industri 72

4.3.2. Mendirikan Wahana Transformasi Teknologi dan Industri 76

4.3.3. Melakukan Alih Teknologi 78

4.3.4. Program Beasiswa 84

4.3.5. Mendirikan Dewan Riset Nasional 86

4.4. Tantangan yang dihadapi Habibie dalam Mengembangkan Riset dan

Teknologi di Indonesia 90

4.4.1. Tiga Kendala Riset dan Teknologi Nasional 90

(8)

4.5. Hasil dari Upaya Habibie dalam Mengembangkan Riset dan

Teknologi 94

4.5.1. Penerapan Gagasan Transformasi Teknologi dan Industri 96

4.5.2. PT. IPTN sebagai Hasil Pengalihan Teknologi 100

4.5.3. Hasil dari Program Beasiswa 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105

5.1. Kesimpulan 105

5.2. Saran 108

DAFTAR PUSTAKA 110 LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

1. Bacharuddin Jusuf Habibie 69

2. Peswat N-250 95

3. Pesawat CN-235 97

4. Kapal FPB-28 99

(10)

DAFTAR TABEL

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa erat kaitannya dengan pembangunan dan

kemajuan. Kemajuan tidak dapat dipisahkan dari kata pembangunan, karena untuk

mencapai kemajuan dibutuhkan sebuah pembangunan. Pembangunan tidak selalu

berhubungan dengan masalah ekonomi saja, akan tetapi menyangkut pula dengan

berbagai proses multidimensional yang melibatkan segenap pengorganisasian dan

peninjauan kembali atas sistem ekonomi dan sosial secara keseluruhan seperti

mengenai sistem adat istiadat, sistem kepercayaan yang hidup dalam masyarakat

yang bersangkutan, dan dalam bidang teknologi (Todaro, 1999: 81). Negara maju

dan modern sering kali merujuk kepada negara-negara Barat, sedangkan bangsa

Timur atau Asia Afrika dianggap masih bersifat tradisional dan belum maju

(Hidayat, 1997: 78).

Salah satu aspek yang dapat menunjang pembangunan agar negara tersebut

dapat dikatakan maju adalah aspek ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti yang

diungkapkan oleh Simandjuntak et al. (1999: 11) bahwa kemampuan suatu negara

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) menentukan bagaimana

negara tersebut dapat berperan aktif dalam perkembangan dunia. Kenyataan

menunjukkan bahwa hanya negara yang ipteknya telah maju saat ini bisa

mengambil peran dalam pergaulan internasional, baik dalam bidang politik,

ekonomi, strategi, dan pertahanan keamanan maupun budaya.

Perkembangan riset dan teknologi di negara-negara maju dan berkembang

sudah banyak dijumpai. Namun, riset dan teknologi di Indonesia masih belum

dapat dikatakan setara dengan negara-negara lain. Kenyataan tersebut membuat

bangsa Indonesia mulai berbenah diri mengembangkan pembangunan, salah

satunya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya untuk

menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut

sejalan dengan pernyataan Bacharuddin Jusuf Habibie yang menyatakan bahwa

(12)

iptek yang dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat menghasilkan penyelesaian

masalah yang dihadapi bangsa Indonesia (Habibie, 2010b:131). Pernyataan

tersebut dapat diartikan bahwa dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi sejalan pula dengan pemecahan masalah yang dihadapi oleh suatu

bangsa.

Pernyataan Habibie tersebut didukung oleh pernyataan Gambiro yang

dikutip oleh Astutty (2001:10) yang menyatakan bahwa Indonesia sebagai suatu

negara berkembang, menyadari juga bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi

mempunyai peranan penting dalam mempercepat pembangunan sosio-ekonomi

nasional. Selain dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu

bangsa, ilmu pengetahuan dan teknologi juga bisa mempercepat pembangunan

dalam berbagai sektor. Dari sini terlihat betapa pentingnya kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi bagi suatu bangsa.

Kesadaran mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap

bangsa Indonesia dan keinginan untuk dapat bersaing dengan negara-negara lain

yang sudah lebih dulu maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

mengharuskan Indonesia mampu menghasilkan produk sendiri agar dapat

bersaing di kancah internasional. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Mulyani

et al. (1995:206) yang menyatakan bahwa:

Keinginan untuk sejajar dengan negara maju di bidang teknologi mengharuskan ahli teknologi tidak sekedar meniru, tetapi juga memiliki motivasi untuk mencipta teknologi sendiri. Hal ini dimulai dengan pemanfaatan teknologi yang sudah ada untuk mendapatkan nilai tambah serta memenuhi keperluan akan barang produksi baru. Dari tahap tersebut diharapkan munculnya ahli-ahli Indonesia yang memiliki kemampuan mendesain membuat cetak birunya sendiri.

Maksud dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa jika suatu bangsa

mempunyai keinginan untuk dapat sejajar dalam bidang teknologi dengan

negara-negara maju lainnya, bangsa tersebut jangan hanya meniru teknologi-teknologi

yang sudah ada akan tetapi harus bisa menciptakan teknologi dengan inovasi baru.

Akan tetapi, untuk menciptakan inovasi baru khususnya di bidang teknologi harus

(13)

memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia, dengan demikian diharapkan

mampu menghasilkan ahli-ahli yang dapat membuat teknologi dengan inovasi

baru.

Pada awalnya kegiatan penelitian di Indonesia lebih sering ditumpukkan

pada pendekatan ilmiah, dengan tujuan untuk meningkatkan jumlah korpus

pengetahuan dan menimba ilmu. Sejalan dengan hal tersebut, lembaga-lembaga

penelitian yang ada sangat menekankan pada keperluan pembinaan ilmu. Oleh

karena itu, dikembangkanlah pranata seperti Lembaga Biologi Nasional, Lembaga

Oseanologi Nasional, Lembaga Fisika Nasional, Lembaga Kimia Nasional, dan

Lembaga Riset Nasional. Menteri yang di percaya mengelola kegiatan penelitian

pada waktu itu adalah Menteri Negara Riset dan Teknologi. Telah ditegaskan

bahwa pengembangan kemampuan-kemampuan nasional dalam ilmu pengetahuan

dan teknologi akan menjadi prioritas yang sangat dominan dalam kebijakan ilmu

pengetahuan. Tenaga kerja dan fasilitas ilmiah harus dikembangkan baik dalam

jumlah maupun mutunya sebagai sumber bagi fondasi ilmu pengetahuan dan

teknologi (Rifai, 1986:68).

Sejak tahun 1973 semua kegiatan penelitian dibiayai oleh pemerintah.

Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh departemen-departemen pemerintah,

instansi/lembaga nondepartemen, universitas-universitas, dan

lembaga-lembaga penelitian lainnya yang telah ditempatkan di bawah koordinasi Menteri

Negara Riset dan Teknologi yang menetapkan secara luas program-program yang

berkaitan dengan tujuan pembangunan. Dalam merumuskan kebijakan-kebijakan

serta koordinasi kegiatan-kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, Menteri

Negara Ristek dibantu oleh Komisi Nasional untuk Evaluasi dan Perumusan

Utama Nasional (Pepunas), serta riset dan teknologi (Ristek). Semua lembaga dan

instansi penelitian yang ada di dalam masing-masing departemen telah

dimasukkan ke dalam satu koordinasi terpusat pada msing-masing departemen

yang berwenang mengawasi penggunaan anggaran belanja dalam kegiatan

penelitian dan pengembangannya (Rifai, 1986: 67).

Sejalan dengan hal tersebut, pada tahun 1974 Presiden Soeharto

(14)

dengan hal tersebut, Presiden Soeharto mendengar bahwa ada orang Indonesia

yang menyandang gelar sarjana sedang berada di Jerman, orang tersebut adalah

Bacharuddin Jusuf Habibie atau orang lebih mengenalnya Habibie. Hal tersebut

diperkuat dengan pernyataan Amir, bahwa:

Kebetulan seorang sarjana teknologi pesawat terbang yang brilian baru pulang dari Jerman Barat pada tahun 1974. Namanya Dr. Habibie. Dia mampu mempesona Presiden Soeharto dan ditempatkan menjadi Direktur Teknologi Maju di Pertamina dengan anggaran bebas, yang lapor langsung kepada Presiden. Sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi sekaligus Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 1978-1998 ( Amir, 2008: 587).

Maksud dari pernyataan di atas ialah dengan ditunjuknya Habibie sebagai

Menteri Negara Riset dan Teknologi dan adanya kepercayaan penuh yang

diberikan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1978 membuat Habibie leluasa

dalam mengerjakan tugasnya. Tugas pertamanya adalah mengganti nama Menteri

Negara Riset menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi, kemudian untuk

menjadikan bangsa Indonesia dapat mandiri dan tidak selalu mengandalkan

bantuan negara luar, Indonesia harus bisa mengolah kekayaan alam dengan

sebaik-baiknya. Dalam hal ini, perlu ditentukan pula bahwa arti kedaulatan dan

jati diri bangsa jauh lebih luas daripada sekedar pemilikan persyaratan-persyaratan

formal kemerdekaan politik. Kemerdekaan dalam arti sesungguhnya haruslah

diikuti kemampuan suatu bangsa untuk berdiri secara ekonomis, keberhasilannya

mempertahankan identitas kebudayaan, serta kekuatannya dalam mempertahankan

integritas politik. Lebih lanjut, sebagaimana dikatakan Habibie (2010b:23)

menyatakan bahwa:

(15)

Maksud dari pernyataan di atas, bahwa jika Indonesia mempunyai

keinginan untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa maju lain dan mempunyai

keinginan untuk mandiri, maka Indonesia harus dapat mengoptimalkan segala

sesuatu yang terdapat dari dalam negeri. Segala sesuatu yang dimaksud tersebut

adalah sumber daya manusia dan sumber daya alamnya, Indonesia mempunyai

kekayaan alam yang sangat beragam serta mempunyai penduduk yang padat, hal

tersebut dapat dijadikan suatu senjata yang bisa memajukan nama Indonesia di

pentas Internasional. Tentunya dengan pengolahan yang tepat serta adanya sinergi

yang seimbang antara pemanfaatan Sumber daya alam yang dimiliki dengan

kualitas dari sumber daya manusianya.

Pada tahun 1978 terjadi perubahan mendasar pada kegiatan penelitian di

Indonesia saat ditunjuknya Habibie memegang portofolio kabinet yang mengelola

kegiatan penelitian. Penunjukkan dirinya menjadi Menteri Negara Riset dan

Teknologi ternyata tidak hanya sekedar pergantian nama, sebab sejak itu kegiatan

penelitian lalu menghasilkan teknologi terapan untuk keperluan pembangunan.

Sebagai akibatnya populerlah akronim iptek, yang beberapa tahun kemudian

disebarluaskan sehingga tercapai kesepakatan nasional untuk menjadikannya

sebagai salah satu asas pembangunan (Habibie, 2010b: 158). Padahal sebelum

Habibie menjabat sebagai Menristek, kegiatan riset dan teknologi di Indonesia

dapat dikatakan belum maju.

Menjadi pimpinan di industri pesawat terbang skala besar di Jerman

selama bertahun-tahun memberikan inspirasi dan mempengaruhi pemikiran

Habibie dalam menerapkan kebijakan-kebijakan saat menjabat sebagai menristek

tahun 1978-1998. Berdasarkan pengalaman tersebut, ia memiliki keyakinan

bahwa untuk bisa menjadi negara maju tidak selalu harus melewati tahap-tahap

pembangunan yakni pertanian industri pengolahan pertanian, manufaktur, industri

teknologi rendah atau menengah baru ke teknologi tinggi. Teori pembangunan

ekonomi yang dikemukakannya adalah dari negara agraris langsung melompat ke

tahap negara industri teknologi tinggi, tanpa harus menunggu dan melewati

kematangan indsutri pertanian atau tahapan industri manufaktur serta teknologi

(16)

Pada dasarnya pembangunan suatu bangsa harus melalui tahapan-tahapan

yang sudah terstruktur yakni dari masa tradisional sampai masa di mana rakyat

dapat menikmati hasil produksinya sendiri. Berbeda dengan pernyataan tersebut,

Habibie mengemukan bahwa teori pembangunan suatu bangsa yakni dari negara

agraris langsung melompat ke tahap negara industri teknologi tinggi. Oleh karena

itu penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai peran Habibie dalam

membuktikan asumsinya sehingga dapat diaplikasikan ketika ia menjabat sebagai

Menristek. Mengingat masih terbatasnya khazanah penelitian sejarah dalam sudut

pandang pengembangan riset dan teknologi, maka penulis merasa tertarik untuk

menulis seputar dinamika pengembangan riset dan teknologi oleh Habibie tahun

1978-1998.

Tulisan ini memfokuskan kajiannya pada peranan Habibie dalam

mengembangkan Riset dan Teknologi pada tahun 1978-1998. Adapun alasan

pemilihan tokoh Habibie ialah pertama, prestasi serta penghargaan-penghargaan

yang telah diraihnya serta peranan Habibie terhadap bangsa Indonesia.

Lembaga-lembaga ternama di dunia menganugerahkan dan menerima putra Indonesia ini

sebagai anggota kehormatan, antara lain Lembaga Penerbangan dan Angkasa

Luar. Jerman Barat tahun 1983 yang menerimanya sebagai anggota kehormatan.

Ia juga diterima sebagai anggota (fellow) “The Royal Aeronautical Society” London, Inggris, pada tahun 1983, anggota “The Royal Swedish Academy of

Engineering Sciences” Swedia pada bulan Mei 1985. B. J. Habibie juga menerima

Edward Warner Award dari ICAO diterima pada tahun 1994 (Makka, 2008 : 3).

Kedua, pada Februari 1986 ia diangkat menjadi anggota “The US

Academy of Engineering” pada suatu upacara yang anggun dan terhormat. Hal

tersebut merupakan suatu penghargaan tertinggi yang pernah diterima putera

Indonesia yang berprestasi dalam bidang teknologi di Amerika Serikat, maka

sejak itu berkibarlah bendera Indonesia diantara bendera-bendera negara maju di

dunia. Asia hanya diwakili oleh tiga negara, yakni Jepang (10 orang), India (1

orang) dan Indonesia (1 orang) (Makka, 2008: 3). Penghargaan dari orang-orang

luar negeri tersebut lebih cepat ia dapatkan dibanding penghargaan di tanah airnya

(17)

setelah penulis cari dan telusuri dari buku-buku tersebut belum adanya buku yang

menulis secara utuh dan menyeluruh dari peranan Habibie ketika menjabat

sebagai Menteri Riset dan Teknologi serta kebijakan-kebijakan yang

diterapkannya ketika menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, kalaupun

ada buku tersebut lebih kepada pemikiran-pemikiran Habibie tentang teknologi.

Adapun alasan pemilihan pengembangan Riset dan Teknologi ialah karena

pada saat itu (1970-an) berkaitan dengan ketertinggalan bangsa Indonesia dalam

bidang ilmu dan teknologi dibandingkan dengan negara-negara lain, serta adanya

keinginan dari Presiden Soeharto untuk menjadikan Indonesia sejajar dengan

negara maju di bidang teknologi sehingga mengharuskan ahli teknologi tidak

sekedar meniru, tetapi juga memiliki motivasi untuk mencipta teknologi sendiri

(Mulyani et al, 1995: 206).

Berdasarkan beberapa asumsi di atas, maka penulis bermaksud mengangkat

hal tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul Peranan Habibie dalam

Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia Tahun 1978-1998. Maksud

yang terkandung pada judul di atas adalah tanggapan, sikap dan

kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh B. J. Habibie dalam mengembangkan riset dan

teknologi di Indonesia pada tahun 1978-1998.

1.2. Rumusan Masalah

Bagian ini akan diarahkan kepada perumusan masalah yang menjadi

bagian penting dalam penelitian. Adapun masalah pokok pada penelitian ini adalah “Bagaimana keterlibatan Habibie dalam perkembangan Riset dan Teknologi di Indonesia pada tahun 1978-1998?”.

Pembahasan dibagi ke dalam rumusan pertanyaan penelitian yang saling

berkaitan, pertanyaan penelitian di maksudkan untuk mengarahkan pembahasan

dan proses penelitian yang akan dilakukan. Keempat rumusan masalah penelitian

tersebut ialah:

1) Bagaimana kondisi riset dan teknologi Indonesia sebelum Habibie menjabat

(18)

2) Bagaimana upaya yang dilakukan Habibie dalam mengembangkan Riset dan

Teknologi di Indonesia tahun 1978-1998?

3) Bagaimana tantangan yang dihadapi Habbie dalam mengembangkan Riset dan

Teknologi di Indonesia tahun 1978-1998?

4) Bagaimana hasil dari upaya-upaya yang dilakukan Habibie dalam

mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia tahun 1978-1998?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan

menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

1) Mendeskripsikan latar belakang kehidupan Habibie terutama ketika sebelum

menjabat sebagai menristek dan menggambarkan kondisi riset dan teknologi

di Indonesia sebelum Habibie diangkat sebagai menristek;

2) Mendeskripsikan upaya-upaya dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh

Habibie ketika menjabat sebagai menristek, khususnya dalam

mengembangkan Riset dan Teknologi pada tahun 1978-1998;

3) Menganalisis tantangan yang dihadapi oleh Habibie ketika menjabat sebagai

menristek terutama dalam mengembangkan Riset dan Teknologi tahun

1978-1998, yang dilihat dari aspek sumber daya alam, sumber daya manusia sampai

pada masalah krisis dana; dan

4) Menyimpulkan hasil yang didapatkan Habibie dari usaha-usahanya dalam

mengembangkan Riset dan Teknologi tahun 1978-1998.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan

sejarah terutama kajian mengenai peranan Habibie dalam mengembangkan riset

dan teknologi di Indonesia. Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah sebagai

berikut.

(19)

2) Memperkaya pemahaman mengenai salah satu tokoh intelektual yang terdapat

di Indonesia.

3) Memperluas kajian mengenai tokoh yang pernah menjadi bagian dari sejarah

bangsa Indonesia, sehingga diharapkan diskusi mengenai tokoh-tokoh

bersejarah di Indonesia semakin beragam.

4) Mengilhami masyarakat Indonesia khususnya para penerus bangsa untuk

dapat menyamai atau bahkan melebihi prestasi Habibie dalam bidang iptek

maupun dalam bidang-bidang lainnya.

5) Menambah literatur sejarah mengenai tokoh intelektual, khususnya di Jurusan

Pendidikan Sejarah.

1.5. Struktur Organisasi Skripsi

Penyusunan penelitian ini, dijabarkan dalam sistematika penulisan sebagai

berikut:

Bab pertama memuat pendahuluan. Bab ini memaparkan gambaran dasar

penelitian yang meliputi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, metode dan teknik

penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab kedua memuat tinjauan pustaka. Bab ini memaparkan mengenai

tinjauan pustaka yang dilakukan penulis terhadap beberapa sumber literatur

ataupun penelitian terdahulu yang digunakan untuk membantu penulis dalam menganalisis dan menguraikan penulisan penelitian yang berjudul “Peranan Bacharuddin Jusuf Habbibie dalam Mengembangkan Riset Dan Teknologi

Indonesia Tahun 1978-1998”

Bab ketiga memuat metode penelitian. Bab ini memaparkan tentang

langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam melaksanakan dan menjalankan

proses penyusunan dan penulisan penelitian. Adapun rangkaian kegiatan

penelitian yang dilakukan peneliti antar lain tahap persiapan penelitian,

pelaksanaan penelitian dan langkah terakhir adalah pelaporan hasil dari kegiatan

(20)

Bab keempat memuat Riset dan Teknologi Indonesia di Bawah

Kepemimpinan B. J. Habibie. Bab ini berisi uraian penjelasan dan analisis dari

hasil penelitian mengenai latar belakang kehidupan Habibie ketika kecil sampai

dewasa serta ketika beliau melanjutkan pendidikannya di Jerman serta ketika

kembali lagi ke Indonesia untuk menerapkan inovasinya di bidang teknologi, serta

dijelaskan pula peranan dari Habibie pada masa pemerintahan orde baru dan

kebijakan-kebijakan apa saja yang dijalankan ketika menjabat sebagai Menristek

Bab kelima memuat Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi beberapa

alternatif jawaban terhadap sejumlah pertanyaan yang telah diajukan dan

dikemukakan dalam rumusan masalah dan sekaligus menjadi suatu kesimpulan

terhadap permasalahan-permasalahan yang dibahas dalam proses penyusunan dan

(21)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metode dan teknik

penelitian yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan sumber berupa data dan

fakta yang berkaitan dengan judul skripsi “Peranan B. J. Habibie dalam

Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia Tahun 1978-1998”.

Metodologi yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan ini adalah metode

historis. Metode historis adalah proses menguji serta menganalisa secara kritis

terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1985: 32).

Menurut Sjamsuddin (2007: 63), metode historis adalah suatu pengkajian,

penjelasan dan penganalisisan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan

masa lampau. Adapun Surjomihardjo (1979:133) mengungkapkan bahwa metode

sejarah adalah proses yang dilaksanakan oleh sejarawan dalam usaha mencari,

mengumpulkan, dan menyajikan fakta sejarah serta tafsirannya dalam susunan

yang teratur. Sementara menurut Carraghan yang dikutip oleh Nur (2001:74),

dikemukakan bahwa penelitian sejarah atau lazim disebut metode sejarah adalah

seperangkat aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang sistematis untuk

mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis,

dan menyajikan sintesa dan hasil-hasil yang dipakai dalam bentuk tertulis.

Penulisan skripsi ini menggunakan teknik studi literatur sebagai suatu

teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis, sehingga

diperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi. Pengkajian dengan studi

literatur akan membuat proses penelitian berlangsung lebih sistematis, lebih kritis

dan analitis. Teknik studi literatur dilakukan dengan cara membaca dan mengkaji

buku dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan permasalahan

yang dikaji, sehingga dapat membantu penulis dalam menemukan jawaban dari

permasalahan yang dirumuskan.

Di samping metode dan teknik penelitian, peneliti juga menggunakan

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena penggunaan

(22)

penelitian. Penggunaan pendekatan dalam suatu penelitian juga dapat

mempermudah penelitian yang dilakukan. Selain itu setiap penelitian tidak dapat

terlepas dan keterkaitannya dengan konsep-konsep yang terdapat dalam disiplin

ilmu lainnya. Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan interdisipliner, yakni pendekatan yang lazim digunakan dalam

penelitian ilmu-ilmu sosial. Hal ini bertujuan agar dapat terungkap suatu peristiwa

sejarah secara utuh dan menyeluruh (Kartodirjo, 1993:82). Dengan demikian

penyusunan skripisi ini dilakukan dengan meminjam konsep-konsep dari

ilmu-ilmu sosial. Selain itu dalam membahas pokok-pokok pemikiran dari B. J. Habibie

dalam bidang riset dan teknologi, penulis juga menggunakan konsep-konsep yang

ada dalam disiplin ilmu teknologi.

Sementara itu, menurut Sjamsuddin (2007: 96) mengemukakan bahwa

paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik

yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (Kritik

Sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola

yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah disiapkan

sebelumnya.

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas

mungkin.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun

(2005: 125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun

langkah-langkah yang dipergunakan dalam penelitian sejarah ini adalah :

1. Heuristik

Heuristik merupakan upaya pengumpulan sumber-sumber sejarah yang terkait

(23)

mengumpulkan sumber ini yakni dengan mencari sumber lisan maupun

tulisan, browsing internet, dan sumber tertulis lainnya yang relevan untuk

pengkajian permasalahan yang akan dikaji. Dalam penelitian ini sumber

berupa sumber tulisan yang terdapat di buku-buku, arsip-arsip dan internet

yang berhubungan dengan peran Habibie dalam mengembangkan riset dan

teknologi di Indonesia.

2. Kritik dan analisis sumber

Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi

sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, arsip, laman internet, maupun

sumber tertulis lainnya yang relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui kritik

eksternal yaitu cara pengujian aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang

digunakan dan menggunakan kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan

terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan tahap untuk menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh

dengan cara mengelola fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa

hasil studi dokumentasi ataupun dari referensi yang mendukung kepada

kajian peneliti. Pada tahap ini penulis memberikan penafsiran terhadap

fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian.

4. Historiografi

Menurut Sjamsuddin (2007:156), historiografi adalah suatu sintesis dari

seluruh hasil penelitian atau penemuan berupa suatu penelitian yang utuh.

Sehingga dalam hal ini penulis menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap

yang dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya ke dalam suatu

tulisan.

Pelaksanaan penelitian ini dalam tiga tahap yaitu persiapan penelitian,

pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan

(24)

pengumpulan data yang akan digunakan. Teknik yang digunakan adalah studi

literatur meliputi dokumen atau arsip-arsip dan wawancara. Peneliti mencari

sumber tertulis yang relevan dan ada korelasinya dengan permasalahan yang

dikaji baik dari buku-buku maupun artikel dan hasil karya ilmiah lain seperti

skripsi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam persiapan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap awal yang dilakukan oleh penulis adalah memilih dan menentukan

tema penelitian. Tema yang dipilih oleh penulis adalah mengenai sejarah riset dan

teknologi di Indonesia, dengan judul “Peranan B. J. Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia Tahun 1978-1998”. Hal

tersebut diperoleh setelah penulis membaca sumber literatur yang sesuai dengan

penelitian tersebut. Penulis juga sangat tertarik terhadap sosok Habibie yang

sangat sederhana menurut penulis, dengan kemampuannya di bidang teknologi,

Indonesia dapat bangga mempunyai Habibie yang bisa mengubah wajah Indonesia

di bidang teknologi.

Faktor lain ketertarikan penulis untuk melakukan peneltian terhadap sosok

Habibie yaitu, setelah penulis menonton film Habibie-Ainun yang sangat populer

saat itu, film tersebut menceritakan perjalanan hidup Habibie ketika kecil, muda

sampai ditinggal istri tercintanya yaitu Ainun. Walaupun film tersebut banyak

menceritakan kisah cinta Habibie dengan Ainun tetapi dalam film tersebut

terdapat penggalan cerita dimana Habibie ketika menjabat sebagai Menteri Riset

dan Teknologi sehingga mampu membuat pesawat terbang buatan anak bangsa.

Kenyataan itulah yang membuat penulis merasa tertarik melakukan penelitian

mengenai peranan Habibie ketika menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan

Teknologi. Kemudian jika dilihat dari pemikiran Habibie tentang teori

pembangunannya dari negara tradisional langsung melompat jauh ke depan

menjadi negara industri tanpa melalui tahapan-tahapan yang sudah umum,

membuat penulis semakin penasaran ingin mengkaji lebih dalam mengenai sosok

(25)

Alasan mengenai mengapa bidang riset teknologi yang akan diteliti oleh

penulis adalah ketika setelah Habibie naik jabatan sebagai Wakil Presiden RI

kemudian menjadi Presiden RI dan samapai Habibie sudah tidak menjabat lagi

sebagai Presiden, pamor dari teknologi Indonesia juga ikut menurun. Itulah

sebabnya penulis merasa tertarik meneliti peranan Habibie dalam bidang riset dan

teknologi di Indonesia. Langkah selanjutnya penulis mengajukan judul tersebut

kepada dewan yang secara khusus mengenai penulisan skripsi, yaitu Tim

Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Setelah judul disetujui oleh Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan

Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, penulis mulai menyusun suatu rancangan

penelitian dalam bentuk proposal.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan atau usulan penelitian adalah salah satu syarat yang harus

disusun oleh penulis sebelum melakukan penelitian. Rancangan ini dibuat dalam

bentuk proposal skripsi. Proposal skripsi ini diajukan kepada Tim Pertimbangan

Penulisan Skripsi (TPPS) untuk dikoreksi sebelum diseminarkan oleh anggota

TPPS. Proposal ini kemudian dikoreksi terutama pada bagian judul, rumusan

masalah dan pembatasan masalah. Setelah proposal dikoreksi dan diperbaiki,

maka penulis diperbolehkan mengikuti proposal skripsi yang dilaksanakan pada

tanggal 31 Januari 2013 bertempat di Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah.

Pengesahan mengikuti seminar dikeluarkan melalui surat keputusan dari Tim

Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah No.

003/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula

pembimbing I, yaitu Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si dan pembimbing II, yaitu

Drs. Tarunasena, M.Pd.

Penulis mempresentasikan rancangan penelitian tersebut dalam kegiatan

seminar proposal di depan TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk dikaji dan

didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Seminar

tersebut dihadiri oleh Bapak Dadang Supardan, Bapak Wawan Darmawan, Bapak

(26)

kemudian menyusul Bapak Agus serta Ibu Yeni menghadiri seminar proposal

tersebut. Penulis banyak mendapat masukan dari calon pembimbing maupun dari

luar calon pembimbing dalam kegiatan seminar tersebut. Rancangan penelitian

yang telah diseminarkan kemudian disetujui dan ditetapkan dengan surat

keputusan oleh TPPS dan ketua jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan

No. 003/TPPS/JPS/PEM/2013 sekaligus penentuan pembimbing I oleh Drs. Ayi

Budi Santosa,M. Si. dan pembimbing II oleh Drs. Tarunasena, M. Pd.

Adapun proposal peneitian yang disusun oleh peneliti memuat hal-hal

sebagai berikut:

a. Judul

b. Latar Belakang Masalah

c. Perumusan Masalah

d. Tujuan Penelitian

e. Manfaat Penelitian

f. Kajian Pustaka

g. Metode Penelitian

h. Struktur Organisasi Skripsi

3.1.3 Mengurus Perijinan

Setelah proposal penelitian disetujui oleh TPPS, langkah selanjutnya adalah

mengurus surat perijinan guna memperlancar peneliti dalam melaksanakan

penelitian dan mempermudahkan peneliti dalam memperoleh informasi maupun

data-data yang dibutuhkan peneliti dalam penelitian. Pada tahap ini, peneliti

membuat surat perijinan dari Jurusan Pendidikan Sejarah yaitu surat permohonan

untuk melakukan pra-penelitian dan penelitian yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan penelitian skripsi, kemudian dilanjutkan mengajukan ke

Akademik FPIPS UPI Bandung untuk memproleh ijin dari Dekan FPIPS.

Surat-surat perijinan itu ditujukan kepada:

1. Pembantu Rektor Bidang Akademik Universitas Pendidikan Indonesia.

(27)

3.1.4 Proses Bimbingan

Proses bimbingan merupakan kegiatan bimbingan penyusunan skripsi yang

dilakukan oleh penulis dengan pembimbing I dan pembimbing II yang ditunjuk

oleh TPPS. Bimbingan dengan pembimbing memiliki fungsi yang sangat penting,

yaitu untuk memberikan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi. Hal

penting dalam penyusunan skripsi ini , karena melakukan bimbingan yang teratur

akan memperoleh banyak masukan, saran maupun kritik bagi penulis dari

pembimbing skripsi. Penulis melakukan konsultasi kepada 2 (dua) pembimbing,

yaitu pembimbing I dan pembimbing II. Bimbingan dilakukan dalam rangka

menentukan teknik dan waktu pelaksanaan bimbingan, agar dapat berjalan efektif

dan efisien. Kedua pembimbing tersebut akan memberikan pengarahan dalam

mengkaji permasalahan dan menuliskannya dalam sebuah skripsi. Bimbingan

biasanya dimulai dari judul, bab I (pendahuluan), bab II (kajian pustaka), bab III

(metodologi penelitian), bab IV (pembahasan), bab V (kesimpulan), dan abstrak.

Jadwal bimbingan bersifat fleksibel dan dalam setiap pertemuan membahas

satu atau dua bab yang diajukan, revisi, atau konsultasi sumber. Bimbingan satu

bab biasanya tidak cukup satu kali pertemuan karena masih terdapat kekurangan

yang harus ditambah dan diperbaiki oleh penulis. Bimbingan harus dilakukan

sampai semua bab selesai dan penulisannya benar.

3.2Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah tahapan penting dari proses penulisan skripsi

ini. Terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan

metode historis dalam tahapan ini, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber,

kritik atau analisis sumber sejarah, dan interpretasi atau penafsiran sejarah.

Adapun dalam tiga tahapan ini, penulis jabarkan lagi sebagai berikut:

3.2.1 Heuristik

Pada tahap ini penulis berusaha melakukan pencarian, pengumpulan dan

pengklasifikasian berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian.

(28)

berupa buku-buku, jurnal dan artikel yang dapat membantu penulis dalam

memecahkan berbagai permasalahan yang dikaji. Menurut Sjamsuddin (2007:73),

sumber sejarah (historical sources) adalah segala sesuatu yang langsung ataupun

tidak langsung memberitahukan kepada kita tentang sesuatu kenyataan kegiatan

manusia pada masa lampau (past actually). Pada tahap ini, peneliti berusaha

mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah

yang dikaji. Jenis sumber sejarah yang digunakan peneliti dalam proses penelitian

ini adalah berupa sumber tertulis atau literatur dan sumber lisan.

3.2.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis

Sumber tertulis yang dikumpulkan peneliti berupa buku-buku, artikel-artikel,

dan jurnal yang didalamnya terdapat tulisan tentang pernyataan-pernyataan dari

Habibie ataupun yang menceritakan Habibie dan perannya dalam

mengembangkan riset dan teknologi di Indonesia tahun 1978-1998. Pada tahap ini

peneliti mencoba mencari sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, skripsi dan

dokumen-dokumen relevan yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

Sumber literatur yang peneliti dapatkan dengan cara mengunjungi pusat-pusat

informasi yang sekiranya memiliki sumber-sumber yang memuat data-data

tersebut. Pusat-pusat informasi itu di antaranya adalah perpustakaan, toko buku,

atau pameran buku yang menyediakan buku-buku baik sebagai sumber primer

maupun sumber sekunder yang relevan dengan permasalahan yang dikaji, maupun

buku dari koleksi pribadi penulis atau koleksi dari teman serta sumber informasi

dari internet. Untuk memperoleh sumber-sumber tertulis, peneliti melakukan

kunjungan ke berbagai tempat seperti Perpustakaan UPI, Perpustakaan UNPAD

Jatinangor, Perpustakaan Museum KAA, Perpustakaan Batu Api. Proses

pencarian sumber dilakukan dengan cara mengunjungi berbagai perpustakaan.

Penulis mengunjungi perpustakaan-perpustakaan yang sangat membantu untuk

mendapatkan sumber yang dilaksanakan secara rutin. Untuk lebih jelasnya penulis

akan menjabarkan proses pencarian sumber ke beberapa tempat, diantaranya:

a) Perpustakaan yang dikunjungi adalah Perpustakaan Universitas

(29)

tempat tinggal penulis membuat penulis rutin mengunjungi perpustakaan tersebut.

Pencarian dimulai ketika sebelum mengajukan proposal yaitu ketika bulan

Desember 2012. Pada bulan tersebut penulis masih jarang mengunjungi

perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia dikarenakan belum adanya

kepastian dalam hal judul. Sampai ketika bulan Januari 2013 penulis mulai rajin

mengunjungi perputakaan UPI, bahkan dalam seminggu ada 3-4 kali. Di

Perpustakaan UPI penulis tidak menemukan tulisan tentang Habibie ketika

menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Adapun tulisan mengenai

Habibie tentang perpolitikan ketika menjabat sebagai Presiden, hal tersebut

kurang ada kaitannya dengan penelitian penulis. Akan tetapi di perpustakaan

tersebut, penulis menemukan banyak sumber mengenai sejarah dari teknologi baik

di Indonesia maupun sejarah teknologi di luar negeri.

b) Perpustakaan lainnya yang penulis kunjungi adalah perpustakaan UNPAD

yang terletak di Jatinangor. Penulis mengunjungi perpustakaan tersebut hanya

beberapa kali pada bulan Februari 2013. Di perpustakaan tersebut penulis

mengunjungi ruangan skripsi UNPAD, memang tidak terdapat tulisan yang

membahas tentang Habibie dalam sepengetahuan penulis, akan tetapi di

perpustakaan ini penulis mendapatkan beberapa literatur yang berkaitan dengan

kondisi politik Indonesia ketika presiden Soeharto menginginkan pembangunan

dalam segala aspek salah satunya adalah bidang teknologi. Karena menurut

sepengetahuan penulis perpustakaan UNPAD tersebut belum ditemukannya buku

yang membahas tentang Habibie maka penulis hanya mengunjungi perpustakaan

tersebut hanya beberapa kali saja.

c) Perpustakaan berikutnya yang penulis kunjungi adalah perpustakaan

Museum KAA yang berlamat di Jalan Asia Afrika, Bandung. Kunjungan penulis

ke perpustakaan tersebut tadinya hanya sekedar melihat pameran galeri saja, akan

tetapi penulis tertarik masuk ke ruangan perpustakaannya yang terletak di

belakang Museum KAA. Kunjungan penulis ke perpustakaan tersebut terjadi pada

bulan Maret 2013. Di perpustakaan tersebut penulis menemukan sumber literatur

(30)

tetapi di dalamnya memuat artikel dari beberapa tokoh di Indonesia salah satunya

adalah Habibie.

d) Selanjutnya penulis mengunjungi perpustakaan Batu Api yang terletak di

Jatinangor yang letaknya berdekatan dengan Universitas Padjajaran. Penulis

mengunjungi perpustakaan tersebut sekalian dengan mengunjungi perpustakaan

UNPAD Jatinangor. Letak perpustakaan tersebut yaitu di samping jalan dan

ruangannya lumayan kecil akan tetapi dapat dikatakan lenglap untuk perpustakaan

pribadi. Peneliti tidak menemukan sumber literatur mengenai riset dan teknologi

pada perpustakaan Batu Api, akan tetapi menemukan buku yang berkaitan dengan

penunjukkan Habibie sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi. Kunjungan

selanjutnya bulan April 2013 penulis menemukan buku biografi Habibie yang

berjudul SABJH: Setengah Abad Bacharuddin Jusuf Habibie. Seperti dikatakan di

atas, untuk judul yang berkaitan dengan riset dan teknologi tidak ditemukan di

perpustakaan tersebut.

e) Selanjutnya penulis mengunjungi perpustakaan Institut Teknologi

Bandung (ITB). Penulis mengunjungi perpustakaan tersebut ketika bulan Agustus

2013. Penulis menemukan beberapa sumber literatur yang berkaitan dengan

tujuan penelitian penulis pada perpustakaan tersebut. Penulis mendapatkan buku

yang diterbitkan oleh tim Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berjudul

“Konsep Teknologi”. Penulis juga menemukan buku-buku lainnya yang bertemakan teknologi seperti Sains dan Teknologi 4 karya Sulaswatty dkk. Selain

itu juga penulis menemukan buku yang bertemakan pembangunan seperti buku

yang diterbitkan oleh Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) yang berjudul

“Pembangunan Nasional” dan buku yang diterbitkan oleh Departemen Penerangan RI yang berjudul “Proyek-Proyek Pembangunan Nasional” .

Selain perpustakaan-perpustakaan yang telah disebutkan di atas, penulis juga

mengunjungi toko-toko atau bursa buku untuk menambah referensi penulis, toko

buku tersebut di antaranya:

a) Bursa buku pertama yang penulis kunjungi adalah bursa buku Palasari,

letak toko buku tersebut yaitu di daerah Jl. Palasari. Penulis sering mengunjungi

(31)

bisa dikatakan lengkap. Setelah penulis mendapatkan masukan dari dosen

pembimbing untuk mencari sumber buku yang belum tersedia, maka penulis

mengunjungi toko buku tersebut. Penulis mengunjungi bursa buku tersebut

hampir setiap bulan setelah kegiatan seminar dilakukan. Penulis menemukan

beberapa buku yang sangat membantu penulis dalam melakukan penelitian, baik

buku yang berkaitan dengan Habibie maupun buku yang berkaitan dengan riset

dan teknologi di Indonesia.

b) Tempat buku selanjutnya yang penulis kunjungi adalah bursa buku yang

terletak di daerah Dewi Sartika. Bursa buku yang terletak di samping jalan raya

ini sering penulis kunjungi selain tempat buku di Palasari. Walaupun terbilang

buku-buku bekas akan tetapi buku-buku tersebut masih layak untuk di baca dan

terjangkau harganya. Selama kunjungan ke bursa buku yang terletak di daerah

Dewi Sartika ini penulis tidak menemukan buku yang berkaitan dengan Habibie

kecuali novel Habibie Ainun. Akan tetapi penulis menemukan buku yang

berkaitan dengan teknologi di Indonesia.

c) Toko buku selanjutnya adalah toko buku yang terletak di daerah Balubur.

Terdapat toko buku di sana yaitu Lawang Buku, dapat dikatakan toko buku

tersebut khusus menyediakan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah dan

sastra. Dalam kunjungannya, penulis menemukan buku yang berkaitan dengan

Habibie bahkan biografi Habibie yang berjudul BJH: Bacharuddin Jusuf Habbiie.

Buku tersebut dapat dikatakan langka karena terbitan tahun 1987, dan penulis

belum menemukan buku tersebut di tempat-tempat lainnya. Buku tersebut sangat

membantu penulis dalam melakukan penelitian khususnya berkaitan dengan

biografi Habibie selama menjalani karirnya.

3.2.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan

Sumber lisan ini dikategorikan sebagai sejarah lisan (oral history) karena

merupakan perkataan secara lisan oleh orang-orang yang diwawancarai (saksi

mata). Pada tahap ini, penulis mulai mencari narasumber yang dianggap dapat

memberikan informasi yang menandai untuk menjawab permasalahan yang akan

(32)

melakukan wawancara, karena orang yang akan diwawancara satu sama lain

berbeda karakter serta kemampuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam

format wawancara yang peneliti buat. Agar peneliti dapat mengelompokan

sumber-sumber hasil wawancara tersebut. Maka peneliti membuat format

wawancara yang berbeda sesuai dengan kategori masing-masing, adapun kategori

yang penulis maksud adalah kategori staf humas perusahaan bersama staf

personalia dan para mantan karyawan perusahaan tersebut serta para pembantu

rumah Habibie.

Adapun proses wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara

langsung dengan mendatangi tempat tinggal para narasumber. Teknik wawancara

secara individual dipilih karena narasumber satu dengan yang lainnya berbeda

kesibukannya. Pada umumnya pelaksanaan wawancara dibedakan menjadi dua

jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur. Wawancara

berstruktur yaitu suatu tanya jawab yang semua pertanyaan telah dirumuskan

sebelumnya dengan cermat atau biasanya secara tertulis. Jadi, ketika wawancara

berlangsung dengan responden, daftar pertanyaan telah disusun. Wawancara

berstruktur ini tidak memberikan kebebasan berpendapat bagi responden.

Sedangkan wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang tidak mempunyai

persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan susunan kata – kata

dan tidak berurutan tapi tetap harus dipatuhi peneliti (Koentjaraningrat,

1994:138).

Teknik wawancara yang digunakan penulis dalam penelitian ini

merupakan gabungan antara wawancara berstruktur dan tak berstruktur.

Wawancara dilakukan secara individual, yaitu dilakukan berdua antara pelaku

atau saksi dengan penulis. Sebelum wawancara dilaksanakan, penulis menyusun

daftar pertanyaan terlebih dahulu. Daftar pertanyaan tersebut dijabarkan secara

garis besar. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan tersebut diatur dan diarahkan

sehingga pembicaraan berjalan sesuai dengan pokok permasalahan. Apabila

informasi yang diberikan narasumber kurang jelas, penulis mengajukan kembali

pertanyaan yang masih terdapat dalam kerangka pertanyaan besar.

(33)

mengingat kembali peristiwa sehingga informasi menjadi lebih lengkap.

Penggunaan wawancara sebagai teknik dalam memperoleh data, didasarkan

karena sumber tertulis mengenai peran Habibie sebagai Menristek sangat kurang

dan didasarkan atas pertimbangan bahwa pelaku benar-benar mengalami peristiwa

tersebut, terutama yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini yaitu mereka

yang terlibat atau sebagai tenaga kerja di perusahaan yang pernah Habibie pimpin

serta orang yang dekat dengan Habibie.

Dalam hasil wawancara penulis mengelompokan hasil data wawancara

menurut kategori yang sudah penulis tentukan, seperti hasil wawancara dari pihak

staf humas bersama staf personalia perusahaan, penulis menargetkan berhasil

mendapatkan sejumlah keterangan mulai dari perkembangan, sistem manajemen,

serta kontribusi perusahaan terhadap teknologi kedirgantaraan di Indonesia. Hasil

wawancara ke bagian Humas PT. Dirgantara Indonesia, penulis berusaha

mendapatkan informasi mengenai gaya kepemimpinan Habibie di perusahaan

tersebut serta apa saja prestasi yang telah dicapai perusahaan tersebut di bawah

pimpinan Habibie. Bagian Humas merupakan sebagai jajaran terdepan yang

mewakili lembaga perusahaan dalam menyampaikan informasi mengenai keadaan

perusahaan sendiri. Hasil wawancara kepada mantan sekretaris pribadi Habibie,

penulis mengharapkan mendapatkan sebuah keterangan mengenai latarbelakang

Habibie dan mendapatkan informasi mengenai kepribadian Habibie dimata

mantan sekretaris pribadinya. Sementara hasil wawancara kepada pembantu

rumah tangga di kediaman Habibie, penulis mengharapkan mendapatkan sebuah

keterangan mengenai sosok Habibie di mata para pembantu rumah tangga.

3.2.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan tahap heuristik, tahapan selanjutnya adalah melakukan

kritik sumber. Pada tahap ini peneliti mencoba untuk menguji sumber-sumber

yang telah dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian skripsi ini. Kritik sumber

ini dimaksudkan untuk mengkaji kebenaran dan ketepatan dari sumber yang

didapat dengan cara menyaring sumber-sumber tersebut sehingga diperoleh

(34)

Sjamsuddin yang menjelaskan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat

kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran

(2007:118). Dengan kritik itu maka akan memudahkan dalam penulisan karya

ilmiah yang benar-benar objektif tanpa rekayasa sehingga dapat

dipertanggungjawabkan secara keilmuan.

Kritik sumber adalah suatu proses menyelidiki serta menilai secara kritis

apakah sumber-sumber yang terkumpul sesuai dengan permasalahan penelitian,

baik bentuk maupun isinya yang didasari oleh etos ilmiah yang menginginkan,

menemukan atau mendekati kebenaran. Abdurahman (2007: 68-69) menyatakan

bahwa otentisitas sumber sejarah dapat diketahui dengan mengujinya berdasarkan

pertanyaan-pertanyaan seperti:

a. Kapan sumber itu dibuat?

b. Dimana sumber itu dibuat?

c. Siapa yang membuat?

d. Dari bahan apa sumber itu dibuat?

e. Apakah sumber itu dalam bentuk asli?

Dalam proses kritik sumber, pertama yang harus dilakukan oleh peneliti

sebelum melakukan kritik sumber adalah mencari serta mengumpulkan berbagai

sumber yang relevan berhubungan dengan tema penelitian dengan cara

mengunjungi tempat-tempat yang menyimpan sumber-sumber tertulis, baik

perpustakaan maupun lembaga-lembaga yang menyimpan dokumen yang

berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji peneliti di dalam skripsi ini.

Setelah sumber-sumber yang berkenaan dengan masalah skripsi ini diperoleh dan

dikumpulkan, kemudian dilakukan verifikasi terhadap sumber-sumber tersebut.

Dalam metode sejarah dikenal dua jenis kritik sumber, yaitu kritik eksternal

dan kritik internal. Kritik eksternal yaitu cara melakukan verifikasi atau pengujian

terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah, sedangkan kritik internal lebih

menekankan kepada aspek “dalam” yaitu isi dari sumber yang berupa kesaksian (Sjamsuddin, 2007:104-111). Adapun kritik yang dilakukan oleh penulis dalam

(35)

3.2.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal merupakan cara melakukan klasifikasi atau pengujian dilihat

dari aspek luarnya. Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal usul dari

sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk

mendapatkan semua informasi yang mungkin dan untuk mengetahui apakah pada

suatu waktu sejak awal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu

atau tidak (Sjamsuddin, 2007 : 104-105). Aspek eksternal bertujuan untuk menilai

otentisitas dan integritas sumber, sedangkan aspek internal bertujuan untuk

menguji realibilitas dan kredibilitas sumber. Peneliti melakukan kritik eksternal

dengan cara menelaah, menganalisis secara seksama terhadap sumber-sumber

yang diperoleh sehingga diketahui unsur latar belakang peneliti, penerbit, tahun

terbit dan keasliannya. Kritik eksternal ini dilakukan untuk memperoleh apakah

sumber tersebut otentik (asli) atau tidak.

Kritik eksternal yang dilakukan peneliti pada sumber lisan adalah dengan

melihat dan mengidentifikasi apakah narasumber tersebut mengalami dan hidup

sezaman dengan peristiwa yang dikaji oleh peneliti dan apakah latar belakang

narasumber tersebut sesuai dengan yang peneliti butuhkan. Sumber kritik

eksternal harus menerangkan fakta dan kesaksian bahwa:

a. Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu

authenticity atau otensitas.

b. Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan,

atau penambahan dan penghilangan fakta-fakta yang substansial, karena memori

manusia dalam menjelaskan peristiwa sejarah terkadang berbeda setiap individu,

adapun ada yang ditambah ceritanya atau dikurangi tergantung pada sejauh mana

narasuber mengingat peristiwa sejarah yang dikaji.

Untuk mengkritik sumber lisan, penulis mengamatinya dari aspek usia para

narasumber untuk melihat ketepatan antara kurun waktu kajian, dengan usia

mereka pada waktu itu, sehingga dapat diputuskan bahwa mereka benar-benar

telah bekrja di salah satu perusahaan yang pernah dipimpin Habibie serta

mengetahui kepribadian Habibie sejak remaja. Daya ingat narasumber sangat

(36)

memberikan informasi yang benar-benar sesuai dengan apa yang dialami olehnya

dan apa yang benar-benar terjadi pada kurun waktu 1978-1998 ketika bekerja di

perusahaan tersebut dan ketika Habibie menjabat sebagai Menristek mereka masih

mengingatnya. Selain itu, kesehatan fisik dan mental serta kejujuran narasumber

sangat penting diperhatikan.

3.2.2.2 Kritik Internal

Kritik internal atau dalam untuk menilai kredibilitas sumber dengan

mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya

(Ismaun, 2005:50). Dalam tahapan ini penulis melakukan kritik internal terhadap

sumber-sumber yang berkaitan dengan penelitian penulis. Kritik internal yang

telah diperoleh berupa buku-buku referensi dilakukan dengan membandingkannya

dengan sumber lain.

Kritik internal dilakukan penulis untuk melihat layak tidaknya isi dari

sumber-sumber yang telah diperoleh tersebut untuk selanjutnya dijadikan penelitian dan

penulisan skripsi. Kritik internal mencoba melihat atau menguji dari dalam

realibilitas dan kredibilitas isi dari sumber-sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007:

118). Menurut Gottschalk (1985:114) membandingkan sumber yang satu dengan

sumber yang lainnya adalah mencari dukungan sumber-sumber yang digunakan

penulis sehingga mendapatkan fakta-fakta yang tegak.

Kritik internal yang dilakukan penulis diawali ketika penulis memperoleh

sumber, penulis membaca keseluruhan isi sumber kemudian dibandingkan dengan

isi sumber-sumber lainnya yang telah dibaca lebih dulu oleh penulis. Pokok

pikiran apa saja yang terkandung dalam setiap kajian dari beberapa penulis serta

apa yang menjadi fokus kajiannya. Hasil perbandingan sumber tersebut, maka

akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena

sesuai dengan topik kajian.

Kritik internal untuk sumber tertulis dilaksanakan peneliti dengan melakukan

konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu sumber dengan

sumber yang lain yang membahas masalah yang serupa. Untuk melakukan kritik

internal terhadap sumber tertulis berupa buku, penulis melakukan perbandingan

(37)

membuat klasifikasi sumber-sumber tertulis ke dalam tiga bagian untuk

mempermudah dalam memahami suatu peristiwa. Buku yang ditulis baik itu oleh

pelaku sejarah, saksi sejarah, maupun oleh penulis yang berlatar belakang

akademis, sama-sama memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini. Penulis

menggolongkan sumber-sumber tersebut ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sumber yang khusus membahas tentang Habibie, diantaranya The True

Life of Habibie : Cerita dibalik Kesuksesan yang ditulis oleh Makmur

Makka (2008), buku BJH : Bacharuddin Jusuf Habibie, Kisah Hidup dan

Kariernya yang ditulis oleh Makmur Makka (1987), buku Jejak Pemikiran B. J. Habibie : Peradaban Teknologi untuk Kemandirian bangsa karya B. J. Habibie (2010), dan buku 100 Tokoh Mengubah Indonesia karya Siagian (2006).

2. Sumber yang menggambarkan pembangunan di Indonesia, terutama pada

periode 1978 sampai tahun 1990-an, diantaranya buku Teori

Pembangunan Dunia Ketiga karya Arief Budiman (1995), buku proyek- Proyek Pembangunan Nasional karya Departemen Penerangan RI, buku Ekonomi Pembangunan karya M. Kuncoro (2003), dan 50 Tahun Indonesia Merdeka karya Mulyani et al. (1995), buku 30 Tahun Indonesia Merdeka yang ditulis oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia (1981),

dan buku Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga Edisi Keenam karya M.

Todaro (1999).

3. Sumber yang membahas tentang teknologi di Indonesia, diantaranya buku

Teknologi di Nusantara : 40 Hambatan Inovasi yang ditulis oleh Besari

(2008), buku Konsep Teknologi karya Keluarga Mahasiswa Industri

Institut Teknologi Bandung (1975), buku Sains Teknologi Masyarakat

karya Poedjiadi (2010), buku Perspektif dari Pembangunan Ilmu dan

Teknologi karya B. Rifai (1986), dan buku Sains dan Teknologi 4: Berbagai Ide untuk Menjawab Tantangan dan Kebutuhan yang ditulis

oleh Sulaswatty, dkk (2011).

Penggolongan di atas dapat mempermudah penulis dalam memahami dan

(38)

terlihat persamaan dan perbedaaannya, serta apa yang menjadi titik berat seorang

penulis dalam tulisannya. Selain itu, unsur subjektivitas penulis juga akan terlihat

berdasarkan latar belakang institusi yang diwakilinya.

Untuk sumber lisan, peneliti melakukan perbandingan antar hasil wawancara

narasumber satu dengan narasumber yang lain (cross checking) dengan tujuan

untuk mendapatkan kecocokan dari fakta-fakta yag ada guna meminimalisasi

subjektivitas narasumber. Selain itu, peneliti juga melakukan proses perbandingan

antara sumber tertulis dengan sumber lisan yang didapat oleh penulis. Tahap ini

bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer

dan sekunder yang diperoleh sesuai dengan judul penelitian.

Adapun dalam melaksanakan kritik internal terhadap sumber lisan, caranya

adalah dengan melihat kredibilitasnya dalam menyampaikan informasi.

Kredibilitas narasumber tersebut dikondisikan oleh kualifikasi-kualifikasi seperti

usia, watak, pendidikan dan kedudukan (Lucey dalam Sjamsuddin, 2007 : 115).

Cara lainnya adalah dengan melihat perbandingan antara hasil wawancara

narasumber satu sama lain dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokkan dari

fakta-fakta yang ada. Selain itu, dilakukan pula kaji banding antara sumber lisan

dengan sumber tertulis untuk mendapatkan kebenaran dari fakta-fakta yang telah

didapat.

3.2.3 Interpretasi

Setelah melakukan kritik sumber, penulis melaksanakan tahap interptretasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengolah, menyusun,

dan menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Kemudian fakta yang

telah diperoleh tersebut dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain sehingga

menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke

dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melengkapinya (Ismaun, 2005: 131),

atau menurut Sjamsuddin, interpretasi merupakan kegiatan analitis (menguraikan)

dan sintesis (menyatukan) data-data yang diperoleh (2007:117).

Penafsiran dilakukan dengan jalan mengolah beberapa fakta-fakta yang telah

(39)

kerangka dasar dalam penyusunan skripsi ini. Berdasarkan penjelasan tersebut,

dalam tahap ini, penulis mencoba menyusun fakta-fakta dan menafsirkannya

dengan cara saling dihubungkan dan dirangkaikan, sehingga akan terbentuk

fakta-fakta yang kebenarannya telah teruji dan dapat menjawab

permasalahan-permasalahan yang dikaji.

Setelah fakta yang satu dengan fakta yang lainnya dihubungkan maka akan

diperoleh suatu rekonstruksi sejarah yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya menjadi sebuah satu kesatuan yang

dibantu dengan “Historical Thinking”, yaitu dengan cara peneliti memikirkan dan mencoba memposisikan diri seakan-akan menjadi pelaku pada peristiwa masa lalu

itu sehingga peneliti akan memperoleh gambaran mengenai permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini.

Interpretasi diperlukan karena pada dasarnya fakta-fakta yang berasal dari

sumber-sumber sejarah tidak dapat berbicara sendiri mengenai apa yang terjadi

pada masa lampau. Berbagai fakta yang berbeda antara satu dengan yang lainnya

harus disusun dan dihubungkan sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras,

dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam keseluruhan konteks

peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya. Dalam penyusunan fakta-fakta, penulis

menyesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas mengenai Peranan

Habibie dalam Mengembangkan Riset dan Teknologi di Indonesia (1978-1998).

Fakta yang telah disusun kemudian ditafsirkan, sehingga dapat ditarik menjadi

suatu rekonstruksi imajinatif yang memuat penjelasan terhadap pokok-pokok

permasalahan penelitian. Dengan demikian diharapkan dapat memperoleh

gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

Pada tahapan ini peneliti berusaha memilah dan menafsirkan setiap fakta yang

dianggap sesuai dengan bahasan dalam penelitian. Setiap fakta-fakta yang

diperoleh dari sumber primer yang diwawancarai dibandingkan dan dihubungkan

dengan fakta lain yang diperoleh baik dari sumber tulisan maupun sumber lisan.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi sebagian data yang diperoleh tidak

mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut dapat diterima dan

(40)

dapat menjadi sebuah rekonstruksi yang menggambarkan keadaan riset dan

teknologi Indonesia tahun 1978-1998.

Dalam melakukan interpretasi, penulis juga menggunakan pendekatan

interdisipliner, yakni pendekatan dalam ilmu sejarah yang menganalisis suatu

masalah dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu lain yang

serumpun dalam ilmu sosial, seperti ilmu psikologi dan ilmu ekonomi. Dari kedua

ilmu tersebut, penulis meminjam beberapa teori dan konsep, seperti teori motivasi

berprestasi dan konsep pembangunan nasional. Pemakaian konsep-konsep ini

dapat membantu penulis dalam menjelaskan peranan Habibie di tengah proses

pembangunan di Indonesia pada masa pemerintahan Soeharto, sehingga dapat

memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

Penulis juga menggunakan landasan pemikiran yang berupa filsafat

deterministik. Filsafat deterministik ini menolak semua penyebab yang

berdasarkan kebebasan manusia dalam menentukan dan mengambil keputusan

sendiri dan menjadikan manusia semacam robot atau manusia yang ditentukan

oleh kekuatan yang berada di luar dirinya (Sjamsuddin, 2007: 163). Dalam hal ini,

dapat dikatakan bahwa sejarah tidak hanya ditentukan oleh faktor manusia saja,

melainkan faktor-faktor lain juga ikut berpengaruh, misalnya faktor geografis,

faktor etnologi, ataupun faktor sistem ekonomi dan sosial. Filsafat deterministik

ini dijadikan landasan berpikir oleh penulis karena berbagai permasalahan dan

peristiwa yang dikaji dalam penelitian ini banyak dilatarbelakangi oleh faktor di

luar individu manusia, yaitu kondisi sosial politik yang menentukan keputusan

manusia dalam sejarah.

Dari berbagai bentuk penafsiran yang berlandaskan pada filsafat deterministik,

penulis memilih untuk menggunakan penafsiran sintesis. Menurut Barnes

(Sjamsuddin, 2007: 170), penafsiran sintesis ini menolak adanya sebab-sebab

tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase dan periode perkembangan

sejarah. Dengan demikian, penafsiran ini mencoba menggabungkan seluruh faktor

yang menjadi penentu sejarah. Penulis menggunakan penafsiran sintesis karena

peranan Habibie yang dikaji dalam penelitian ini ditentukan oleh banyak faktor,

Referensi

Dokumen terkait