• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN MAHATHIR MOHAMAD SEBAGAI BAPAK MODERNISASI MALAYSIA TAHUN 1981-2003.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN MAHATHIR MOHAMAD SEBAGAI BAPAK MODERNISASI MALAYSIA TAHUN 1981-2003."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

PERANAN MAHATHIR MOHAMAD SEBAGAI BAPAK

MODERNISASI MALAYSIA TAHUN 1981-2003

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

Fani Nurlasmi Kusumah Dewi 0806649

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

ABSTRAK

(3)

Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

Peranan MAHATHIR MOHAMAD sebagai BAPAK MODERNISASI

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vii DAFTAR TABEL viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Tujuan Penelitian 5

1.4. Manfaat Penelitian 5

1.5. Struktur Organisasi Skripsi 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8

2.1. Kepemimpinan 8

2,2. Teori Pembangunan 13

2.3. Teori Lepas Landas W.W. Rostow 16

2.4. .Modernisasi 19

2.5. Penelitian Terdahulu 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30

3.1. Persiapan Penelitian 30

(4)

Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

3.1.3 Proses Bimbingan 32

3.2. Pelaksanaan Penelitian 33

3.2.1. Heuristik 33

3.2.2. Kritik Sumber 35

3.2.2.1. Kritik Eksternal 35

3.2.2.2. Kritik Internal 37

3.2.3. Interpretasi 38

3.2.4 Historiografi 39

BAB IV MODERNISASI MALAYSIA DI BAWAH KEPEMIMPINAN

PERDANA MENTERI MAHATHIR MOHAMAD 41

4.1. Gambaran Umum Malaysia 41

4.2. Biografi Singkat Mahathir Mohamad 45 4.3. Kondisi Malaysia sebelum Mahathir Mohamad menjabat sebagai

Perdana Menteri 47

4.3.1. Aspek Politik 48

4.3.2. Aspek Ekonomi 53

4.3.3. Aspek Sosial Budaya 56

4.3.4. Aspek Pendidikan 59

4.3.5. Aspek Agama 62

4.4. Kebijakan Mahathir Mohamad selama Menjabat sebagai Perdana

Menteri Malaysia 65

4.4.1. Aspek Politik 65

4.4.2. Aspek Ekonomi 71

4.4.3. Aspek Sosial Budaya 76

4.4.4. Aspek Pendidikan 79

4.4.5. Aspek Agama 81

4.5. Kendala yang Dihadapi Mahathir Mohamad dalam Memodernisasi

(5)

Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

Peranan MAHATHIR MOHAMAD sebagai BAPAK MODERNISASI

4.5.1. Kelompok Islam Radikal dan Komunis 84

4.5.2. Kesultanan Malaysia 86

4.5.3. Pro Kontra Wawasan 2020 87

4.5.4. Krisis Ekonomi 1983-1987 88

4.5.5. Krisis Ekonomi 1998-1999 90

4.6. Kemajuan yang Dicapai Malaysia setelah Proses Modernisasi 95 4.6.1. Aspek Politik 96

4.6.2. Aspek Pendidikan 99 4.6.3. Aspek Agama 101

4.6.4. Aspek Sosial Budaya 102

4.6.5. Aspek Ekonomi 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108

5.1. Kesimpulan 108

5.2. Saran 110

DAFTAR PUSTAKA 112 LAMPIRAN

(6)

Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

DAFTAR GAMBAR

1. Peta Malaysia 1981-2003 41

(7)

Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

Peranan MAHATHIR MOHAMAD sebagai BAPAK MODERNISASI

DAFTAR TABEL

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Ungkapan modernisasi sangat sulit didefinisikan karena mempunyai cakupan yang sangat luas dan selalu berganti mengikuti perkembangan zaman sehingga pengertian modernisasi selalu berubah. Kata modernisasi sangat erat hubungannya dengan perubahan, pembangunan, kemajuan atau sesuatu yang baru, contohnya kata modernisasi dapat disematkan dalam peristiwa revolusi industri yang terjadi di Inggris. Dalam peristiwa tersebut terlihat adanya suatu perubahan atau kemajuan dalam bidang industri yang sebelumnya proses industri masih menggunakan tenaga manual diganti dengan menggunakan mesin-mesin.

Modernisasi erat kaitannya dengan kemajuan, dan kemajuan tidak bisa dilepaskan dari kata pembangunan karena untuk mencapai kemajuan dibutuhkan pembangunan. W.W. Rostow mengungkapkan bahwa pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus yakni dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang lebih maju. Rostow sendiri kemudian membagi proses tersebut ke dalam lima tahapan yakni dari masyarakat tradisional sampai jaman konsumsi masal yang tinggi (oleh Rostow yang dikutip Budiman, 1995: 26).

Pendapat di atas senada dengan yang diungkapkan oleh Sidi Gazalba (1973:38) dalam bukunya Modernisasi Dalam Persoalan, yang menyatakan bahwa kemajuan adalah nilai yang terkandung dalam modernisasi. Segala aspek yang dirasa dan dapat dilihat seperti pada aspek politik, ekonomi, agama, pendidikan, maupun sosial budaya dirasakan lebih efektif dan efisien dibandingkan sebelumnya. Perkembangan yang terjadi pada aspek-aspek tersebut kemudian dapat memperlihatkan atau mengukur apakah suatu negara dan masyarakatnya sudah dapat dikatakan modern atau justru semakin mundur.

(9)

belum maju. Oleh sebab itu, ketika bangsa Asia dan Afrika memperoleh kemerdekaannya, negara-negara tersebut berusaha mengejar ketertinggalannya dari negara Barat. Dalam usahanya tersebut ada negara yang dengan cepat memperoleh kamajuannya dan ada juga yang sangat lambat.

Salah satu negara yang dengan cepat mencapai kemajuannya setelah merdeka adalah Malaysia. Bahkan Michael P. Todaro (1999: 49) dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, mengatakan bahwa Malaysia pada tahun 1997-an tampil sebagai salah satu macan Asia dan salah satu negara dari dunia ketiga dengan perekonomian yang paling berhasil se-Asia. Kemajuan yang secara cepat dicapai oleh Malaysia setelah terlepas dari Inggris sesuai dengan teori ketergantungan yang diungkapkan oleh Andre Gunder Frank (Budiman, 1995:64) yang menyatakan jika suatu negara pinggiran ingin maju maka putuskan dulu hubungan dengan negara pusat karena menurutnya hubungan negara pinggiran dengan negara pusat hanya akan menghasilkan pembangunan keterbelakangan.

Pendapat diatas berkaitan dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah lebih menguntungkan modal asing dan kaum borjuasi lokal sehingga kemakmuran bagi rakyat jelata dinomorduakan. Sejarah Malaysia mencatat ketika Inggris berkuasa di negara tersebut, Inggris lebih menganakemaskan Etnis Cina yang saat itu memonopoli sektor perekonomian (Mangandaralam, 1987: 49) sehingga seringkali Inggris membuat peraturan yang menguntungkan Cina tanpa memikirkan etnis lain terutama Etnis Melayu. Kedekatan Inggris dengan Etnis Cina menimbulkan rasa tidak suka Etnis Melayu yang merasa dinomorduakan.

(10)

Hubungan antaretnis di Malaysia sebenarnya sempat membaik ketika sedang memperjuangkan kemerdekaan Malaysia dari tangan Jepang yang menguasai Malaysia dengan kejam dibandingkan masa Inggris sehingga rasa persatuan antaretnis itu pun muncul. Akan tetapi rasa persatuan yang ada ternyata tak bertahan lama ketika Inggris datang kembali untuk keduakalinya pada tahun 1948 menggantikan kedudukan Jepang. Kedatangan Inggris lagi-lagi menimbulkan benih perseturuan antaretnis di Malaysia yang pernah ada karena Inggris memiliki tekad menyamakan kedudukan warga non-Melayu dengan Melayu, seperti yang diutarakan oleh Mahathir Mohamad bahwa,:

“Mereka (Melayu) segera menjadi kecewa ketika Inggris mengusulkan untuk memberikan kepada orang Cina dan India hak-hak yang sama dengan orang Melayu dalam sebuah Malayan Union yang baru. Sekali lagi antagonisme Melayu-Cina timbul, tetapi kali ini semuanya sudah dirasionalisasi dan didukung oleh kesadarn massa Melayu. Semenjak itu sikap mengenai persoalan Melayu-Cina menjadi persoalan politik nasional yang tidak lagi ditanggunglangi oleh penguasa lokal, tetapi oleh otoritas tertinggi di pusat (Mohamad, 1985: 13)”.

Setelah Inggris pergi ternyata permasalahan antaretnis di Malaysia tidak pernah selesai bahkan ketika Malaysia telah merengguk kemerdekaannya, akan tetapi kini meski keadaan masyarakat Malaysia selalu bergolak Malaysia telah menjadi salah satu negara modern dan maju. Kemajuan yang diperoleh Malaysia ini tentulah tidak terlepas dari adanya peran seorang pemimpin yang berusaha dengan keras untuk mewujudkannya. Pemimpin yang dianggap berhasil membawa kemajuan dan menjadikan Malaysia sebagai negara modern adalah Mahathir Mohamad, perdana menteri keempat Malaysia yang memerintah dari tahun 1981 sampai dengan tahun 2003.

(11)

berbagai perubahan dan pembangunan besar-besaran untuk mendukung tercapai Malaysia modern.

Wujud nyata dari pembangunan Malaysia antara lain, seperti berdirinya menara kembar Petronas, sirkuit internasional Sepang, jembatan Penang, dan bandara internasional Kuala Lumpur. Pembangunan yang dilakukan tersebut membuat nama Malaysia semakin dikenal di dunia internasional, padahal sebelum Mahathir Mohamad menjabat dinamika politik Malaysia tidak stabil dan masih dipandang sebelah mata oleh dunia internasional terlebih Malaysia merupakan negara yang baru merdeka pada tahun 1957. Apalagi setelah kemerdekaan Malaysia mengalami berbagai macam permasalahan.

Permasalahan tersebut antara lain adanya persaingan antaretnis, keluarnya Singapura yang sebelumnya tergabung dalam Federasi Malaysia pada tahun 1965, pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Malaysia dan kemudian adanya konfrontasi dengan Indonesia 1953 yang saat itu dipimpin oleh Presiden Soekarno yang tengah bergelora dengan slogannya “Ganyang Malaysia” membuat pekerjaan Mahathir Mohamad semakin sulit. Melihat permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana Mahathir Mohamad dengan gaya kepemimpinannya, dapat menjadikan Malaysia sebagai suatu negara maju dalam waktu yang relatif singkat. Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana “Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak Modernisasi Malaysia (1981-2003)”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana keterkaitan Mahathir Mohamad dalam modernisasi Malaysia tahun 1981-2003?”. Agar permasalahan yang ada di penelitian ini tetap terfokus dan terkaji dengan baik, maka penulis membatasi permasalahan tersebut ke dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

(12)

2. Bagaimana kebijakan-kebijakan politik, ekonomi, agama, pendidikan dan sosial budaya yang dikeluarkan Mahathir Mohamad dalam modernisasi Malaysia?

3. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi Mahathir Mohamad dalam memodernisasikan Malaysia?

4. Bagaimana kemajuan yang dicapai Malaysia setelah proses modernisasi yang dilakukan oleh Mahathir Mohammad?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

1. Memperoleh gambaran mengenai kondisi Malaysia pada masa sebelum Mahathir Mohamad.

2. Menganalisis kebijakan-kebijakan politik, ekonomi dan sosial yang diambil oleh Mahathir Mohamad di Malaysia.

3. menganalisis kendala-kendala yang dikeluarkan Mahathir Mohamad dalam memodernisasikan Malaysia.

4. Mengekplorasi kemajuan yang dicapai Malaysia setelah proses modernisasi yang dilakukan oleh Mahathir Mohamad.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang diharapkan dalam penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan sejarah terutama kajian mengenai peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak modernisasi Malaysia. Manfaat disusunnya penelitian ini adalah :

1. Mengenal tokoh dan pemikiran Mahathir Mohamad.

2. Memperkaya pemahaman mengenai salah satu tokoh intelektual di Malaysia.

3. Mengilhami masyarakat Indonesia untuk bagaimana menjadi sebuah negara modern yang berhasil.

(13)

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi ini, adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini akan dipaparkan masalah dan alasan penulis mengkaji penelitian mengenai Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak Modernisasi Malaysia tahun 1981-2003. Selain latar belakang pada bab 1 ini didalamnya terdapat beberapa sub bab yakni, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, akan memaparkan mengenai buku-buku ataupun sumber penelitian lainnya yang menjadi sumber utama penulis dalam melakukan penelitian mengenai Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak modernisasi Malaysia tahun 1981-2003, yang dapat berupa buku maupun koran serta sumber internet yang telah dianggap relevan oleh penulis.

Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini penulis memaparkan mengenai metode atau proses yang dilaksanakan dalam melakukan penelitian. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode historis serta studi literatur dan studi dokumentasi dalam melakukan heuristik. Proses penelitian disesuaikan dengan Pedoman Penelitian Karya Ilmiah UPI dan berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Bab IV Modernisasi Malaysia di Bawah Kepemimpinan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, bab ini akan memaparkan hasil penelitian yang didasarkan atas data dan fakta yang diperoleh selama penelitian dilakukan mengenai Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak Modernisasi Malaysia. Dalam bab ini akan dipaparkan kondisi Malaysia pada masa sebelum Mahathir Mohamad, kebijakan modernisasi yang dilakukan oleh Mahathir Mohamad di Malaysia, kendala-kendala yang dihadapi Mahathir Mohamad dalam memodernisasikan Malaysia. dan kondisi Malaysia setelah pemerintahan Mahathir Mohamad.

(14)

berisikan saran dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak yang terkait dengan penelitian ini.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab ini penulis akan memaparkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam mengkaji permasalahan penelitian skripsi berjudul Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak Modernisasi Malaysia Tahun 1981-2003. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode historis. Penulis banyak melakukan kegiatan membaca dan mengkaji berbagai sumber yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang sedang dilakukan. Selain menggunakan metode historis penulis juga menggunakan pendekatan indisipliner yaitu suatu pendekatan selain berdasarkan ilmu sejarah juga dibantu ilmu sosial lainnya.

3.1 Persiapan Penelitian

3.1.1 Penentuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal memulai penelitian dan merupakan salah satu tahap penelitian yang penting. Pada tahap ini penulis menentukan tema penelitian yang nantinya akan dikaji oleh penulis. Oleh sebab itu, penulis melakukan konsultasi dengan beberapa dosen untuk menggali tema sejarah yang menarik untuk diteliti. Hingga bermunculanlah banyak tema penelitian sejarah baik dari Indonesia hingga yang di luar negeri, dari sejarah kuno hingga kontemporer, juga dari politik sampai sosial budaya.

(16)

Akhirnya setelah memikirkan dan berdiskusi dengan dosen serta teman mengenai tema penelitian yang menarik untuk dikaji kawasan Asia Tenggara, terbesitlah untuk meneliti tokoh kontroversial Malaysia yakni Anwar Ibrahim. Penulis pun kembali bertanya kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS). Oleh sebab itu, penulis segera berusaha untuk mencari sumber-sumber mengenai Anwar Ibrahim, karena pengetahuan penulis sendiri mengenai tokoh tersebut masih terbatas dan hanya sepintas lalu.

Selama proses pencarian informasi mengenai Anwar Ibrahim, nama Mahathir Mohamad seringkali dikaitkan dengan Anwar Ibrahim sehingga secara tak sengaja penulis juga banyak mendapatkan informasi mengenai tokoh tersebut. Bagi penulis, informasi mengenai Mahathir Mohamad dirasakan lebih menarik dibandingkan dengan Anwar Ibrahim. Oleh karena itu, penulis kemudian mengganti tema penelitian menjadi Mahathir Mohamad dan saat kembali menanyakan ke TPPS, tema tersebut belum ada yang mengkaji. Penulis juga semakin semangat setelah diberitahu bahwa salah seorang dosen mempunyai sumber mengenai Mahathir Mohamad.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Setelah tema penelitian disetujui, penulis segera melakukan pencarian dan pengumpulan sumber yang terkait dengan tema penelitian, hal ini untuk mendukung penyusunan rancangan penelitian yang nantinya akan diseminarkan di depan para dosen. Penulis kemudian menelusuri berbagai perpustakaan, toko buku, museum serta tidak lupa pula pencarian melalui internet. Data dan fakta yang telah berhasil dikumpulkan kemudian disusun ke dalam sebuah proposal skripsi yang berjudul Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak Modernisasi Malaysia Tahun 1981-2003, dengan sistematika sebagai berikut :

1. Judul

(17)

5. Manfaat Penelitian 6. Kajian Kepustakaan 7. Metode Penelitian

8. Struktur Organisasi Skripsi 9. Daftar Pustaka

Rancangan proposal penelitian yang telah selesai dibuat tersebut kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Proposal itu kemudian diseminarkan di depan beberapa dosen serta mahasiswa yang juga akan mengikuti seminar. Setelah proposal penelitian dipresentasikan penulis kemudian mendapatkan banyak kritik, saran serta masukan dari para dosen. Akhirnya proposal penelitiaan tersebut diterima dan disetujui namun dengan berbagai perbaikan yang harus dilakukan penulis terhadap proposal tersebut. Setelah seminar, penulis pun mendapatkan dua dosen pembimbing yakni Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si. sebagai pembimbing I dan Bapak Dr. Encep Supriatna, M.Pd. sebagai pembimbing II. Penentuan dosen pembimbing ini dimaksudkan sebagai tempat berkonsultasi bagi penulis dalam penyusunan penelitian skripsi ini ke depannya agar semakin baik.

3.1.3 Proses Bimbingan

(18)

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada langkah ini penulis melakukan tahapan-tahapan metode sejarah atau historis, sebagai berikut:

3.2.1 Heuristik

Pada tahap pertama metode sejarah ini, penulis mencari, mengumpulkan dan menemukan sumber-sumber dan data-data yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian yang disebut heuristik. Seperti yang diungkapkan Corrard yang dikutip dalam Sjamsuddin (2007: 86) bahwa heuristik (heuristias) atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, materi sejarah, atau evidensi sejarah. Pengumpulan sumber meliputi dua cara yakni pengumpulan sumber tertulis dan lisan.

Akan tetapi dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan pada pengumpulan sumber tertulis. Dalam penelusuran sumber tertulis tersebut tempat-tempat yang dikunjungi oleh penulis antara lain, Perpustakaan Museum Konferensi Asia Afrika, Perpustakan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Lembaga Veteran Republik Indonesia (LVRI), Perpustakaan Bank Indonesia, Perpustakaan Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Perpustakaan Batoe Api di Jatinangor. Tidak semua tempat yang didatangi terdapat sumber yang berkaitan dengan kajian yang diteliti. berikut beberapa buku yang penulis temukan dari tempat-tempat tersebut :

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Pada perpustakaan ini sumber literatur yang berhubungan dengan kajian penulis bisa dikatakan cukup terbatas khususnya buku mengenai Malaysia, namun meski begitu buku yang didapatkan dari perpustakaan ini sangat membantu penulis dalam pengerjaan skripsi. Buku-buku tersebut antara lain yang berjudul Analisis Kepemimpinan karya Trimo S, Mengenal Dari Dekat Malaysia Negara

Tetangga Kita Dalam ASEAN karya Mangandaralam S, Jentera Pentadbiran

(19)

Pembangunan Dunia Ketiga karya Arif Budiman, buku Modernisasi Dalam

Persoalan karya Sidi Gazalba, buku Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan

karya Kuncoro Mudrajad. Selain buku penulis juga menemukan skripsi yang dapat membantu penelitian yakni skripsi yang ditulis oleh Tina Melinda dengan judul Peranan Abdul Aziz Ibnu Saud Dalam Memodernisasi Arab Saudi Tahun 1931-1953 dan skripsi Indra Sudrajat yang berjudulPolitik Luar

Negeri Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya

bagi Hubungan Indonesia - Amerika Serikat tahun 1961 - 1963. Skripsi

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Perpustakaan Lembaga Veteran Republik Indonesia (LVRI). Di perpustakaan ini penulis hanya menemukan satu buku namun sangat penting yaitu buku Dilema Melayu karena buku itu ditulis langsung oleh Mahathir Mohamad

sehingga penulis dapat melihat pandangan Mahathir mengenai kondisi Malaysia sebelum Mahathir mejabat.

c. Perpustakaan Konferensi Asia-Afrika (KAA). Di Perpustakaan ini penulis banyak sekali menemukan buku-buku yang berkaitan dengan Malaysia diantaranya adalah Kebudayaan Bangsa-Bangsa ASEAN Nuansa dan Kesenjangannya (Malaysia, Filiphina, Brunei) yang dibuat oleh Balitbang

Deplu Indonesia, Penjajahan Malaysia: Cabaran dan Warisannya karya A.R. Abdullah, dan Suka Duka Politik Mahathir karya H. Hamzah.

(20)

e. Selain dari perpustakaan penulis juga mendapatkan sumber atas bantuan dari dosen pembimbing, salah satunya sumber berupa skripsi karya Palanisamy, K. Yang berjudul “Tun Dr. Mahathir Mohamad di Pentas Dunia 1974 - 2003: Peranan Politik dan Ekonomi” yang merupakan Sarjana pada Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan, Universiti Kebangsaan Malaysia yang penulis dapatkan dari Dr. Encep Supriatna, M.Pd.

Selain dari perpustakaan, penulis juga menggunakan buku-buku koleksi penulis sebagai bahan rujukan dalam penelitian skripis ini. Buku tersebut antara lain buku Dilema Mahathir karyah Endi Haryono, Model Masyarakat Madani karya Hakim, M. dan Widjaya, T., buku Dasar-Dasar Kerajaan Malaysia Tinjauan Menyeluruh suntingan Yusuf Ismail dan Khayati Ibrahim. Penulis juga menggunakan

rujukan penelitian skripsi yang berkaitan dengan kajian penulis yakni skripsi karya Palanisamy yang berjudul Tun Dr. Mahathir Mohamad di Pentas Dunia 1974-2003: Peranan Politik dan Ekonomi.

3.2.2 Kritik Sumber

Tahap selanjutnya setelah heuristik adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan dan dikumpulkan oleh penulis pada tahap sebelumnya. Sjamsuddin (2007: 13) mengatakan bahwa fungsi kritik sadalah menjadikan karya sejarah menjadi suatu produk dari suatu proses ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi, atau fabrikasi sejarawan. Tahap kritik ini dibagi menjadi dua yakni kritik eksternal dan internal yang akan dijelaskan secara lebih rinci lagi.

3.2.2.1 Kritik Eksternal

(21)

sumber tulisan yang berupa buku kritik eksternal dilakukan dengan mengklasifikasikan penulisnya dari aspek latar belakang, tahun terbit dan siapa yang menerbitkannya dengan kriteria tersebut penulis dapat menentukan apakah sumber tertulis tersebut layak digunakan sebagai acuan dalam penelitian skripsi.

Di bawah ini beberapa buku yang telah dilakukan kritik eksternal oleh penulis:

1. Dilema Melayu karya dari Mahathir Mohamad yang merupakan seorang tokoh politisi asal Malaysia, dari segi fisik buku ini masih sangat bagus meski diterbitkan pada tahun 1985. Buku yang ditulis langsung oleh Mahathir Mohamad ini oleh penulis dijadikan sebagai sumber primer meskipun buku ini ditulis oleh Mahathir sebelum beliau menjabat. Buku ini sendiri telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia sehingga mempermudah penulis dalam memahami isi buku. Karena buku ini ditulis sendiri menurut sudut pandang Mahathir membuat buku ini sedikit subjektif.

2. Buku kedua adalah buku yang berjudul Dilema Mahathir karya Endi Haryono seorang warga Indonesia yang juga melakukan penelitian tentang Mahathir Mohamad untuk disertasinya. Buku ini diterbitkan pada tahun 2010 dan dari segi fisik buku ini masih sangat bagus dan ejaan yang ada dalam buku ini juga mudah dicerna karena menggunakan ejaan Indonesia baru dan dari penulisnya yang merupakan orang Indonesia membuat isi buku ini lebih obyektif memandang sepak terjang Mahathir.

(22)

4. Buku yang keempat adalah buku Mengenal Dari Dekat Malaysia: Negara Tetangga Kita Dalam ASEAN karya Syahbuddin Mangandaralam, seorang sejarawan asal Indonesia. Buku ini dibuat pada tahun 1987 dan penulisnya asli orang Indonesia. Buku ini menggunakan E.Y.D sehingga membantu penulis untuk memahami isi dari buku tersebut.

5. Buku yang kelima adalah buku Suka Duka Politik Mahathir karya Hamzah Hasan yang berasal dari Malaysia. Kondisi buku ini masih sangat bagus namun buku ini menggunakan bahasa Melayu sehingga untuk memahami buku ini tidak terlalu mudah. Buku ini terbit tahun 1990 ketika Mahathir masih menjabat sebagai perdana menteri selama kurang lebih Sembilan tahun .

Selain buku-buku yang penulis sebutkan di atas, masih terdapat beberapa buku lainnya yang juga penulis lakukan kritik eksternal.

3.2.2.2 Kritik Internal

Kritik internal melakukan pengujian terhadap substansi atau isi sumber. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Sjamsuddin (2007: 143) bahwa kritik internal mencoba untuk melihat atau menguji dari dalam reliabilitas dan kredibilitas isi dari sumber-sumber sejarah. Kritik internal dilakukan penulis dengan membaca serta memahami keseluruhan isi sumber kemudian dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang telah dibaca penulis sebelumnya dan hasil dari perbandingan sumber tersebut akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena sesuai dengan topik kajian penulis.

(23)

buku Dilema Mahathir, yang mengatakan bahwa wawasan 2020 adalah suatu pematangan rezim Mahathir dalam upayanya menjamin kelangsungan pencapaian pembangunan yang di dalam wawasan tersebut terdapat pencapaian bangsa Melayu tentang masyarakat, sistem sosial, dan politik.

Contoh lain adalah ketika penulis ingin melihat kondisi Malaysia sebelum Mahathir menjabat sebagai perdana menteri Malaysia. Pada buku Mengenal dari dekat Malaysia: Negara tetangga kita dalam ASEAN digambarkan bahwa kondisi Malaysia semenjak sebelum dan sesudah merdeka adalah adanya persaingan antaretnis yang ada di Malaysia khususnya antara Etnis Cina dan Melayu. Hal ini terjadi karena adanya kesenjangan yang tercipta antara kedua etnis tersebut dan Etnis Cina lebih maju dibandingkan etnis lainnya.

Apa yang disampaikan oleh Mangandaralam di atas sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mahathir Mohamad dalam bukunya Dilema Melayu. Menurut Mahathir Mohamad penyebab Etnis Cina lebih maju dibandingkan Melayu dikarenakan orang Cina yang tiba ke Malaysia saat itu adalah orang yang sudah kenyang kesulitan sehingga ketika tiba di Malaysia mereka mampu bertahan dan juga mampu mengambil hati pemerintah kolonial saat itu. Dari kedua buku tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa konflik antaretnis di Malaysia sudah sangat lama terjadi dan Etnis Melayu mulai berusaha mengejar ketertinggalannya dari etnis lainnya khususnya pada masa Mahathir Mohamad.

3.2.3 Penafsiran (Interpretasi)

(24)

setelah saling dihubungkan fakta tersebut diharapkan dapat menjadi suatu rekontruksi yang menggambarkan mengenai Peranan Mahathir Mohamad dalam Modernisasi Malaysia tahun 1981-2003.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan interdisipliner, sehingga penulis menggunakan ilmu-ilmu bantu lainnya yakni ilmu sosial dan politik. Penggunaan ilmu sosial diterapkan ketika penulis mengkaji proses pembangunan serta modernisasi yang dilakukan Mahathir Mohamad di Malaysia. Sedangkan ilmu politik diterapkan ketika menganalis bentuk kepemimpinan serta kebijakan-kebijakan yang diambil Mohathir Mohamad selama masa jabatannya sebagai Perdana Menteri dari tahun 1981-2003.

1.2.3. Historiografi

Tahap ini merupakan tahap keempat atau terakhir dari prosedur penelitian sejarah yang dilakukan oleh penulis. Tahap keempat ini disebut juga dengan istilah historiografi. Menurut Sjamsudin (2007: 155) tahap ini terbagi dalam tiga langkah yakni (1) penafsiran atau Auffasarung, (2) penjelasan mengenai hasil penelitian yang telah didapat, dan (3) melakukan penyajian. Penulisan historiografi sesuai dengan kaidah penelitian karya ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia yang disusun secara kronologi agar lebih mudah dipahami.

Dalam penulisan laporan mengenai Peranan Mahathir Mohamad dalam Modernisasi Malaysia tahun 1981-2003. Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan sistem Harvard. Penggunaan sistem ini digunakan penulis karena disesuaikan dengan hal yang lazim digunakan oleh pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia dalam kaidah penelitian karya ilmiah.

(25)

setiap bab terdapat perbedaan sesuai dengan titik berat pembahasan dan pokok tujuan tertentu dari setiap bab.

(26)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan judul “Peranan Mahathir Mohamad sebagai Bapak Modernisasi Malaysia (1981-2003)”. Kesimpulan yang dibuat penulis merujuk kepada pertanyaan dalam rumusan masalah yang terdapat pada bab 1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut:

Pertama, kondisi Malaysia sebelum Mahathir Mohamad menjabat masih

dalam suasana yang tak stabil baik dari segi keamanan, ekonomi, maupun politik. Adanya sisa-sisa anggota Partai Komunis yang bersembunyi di hutan-hutan perbatasan antara Malaysia dan Thailand memberikan ancaman kemungkinan mereka kembali ke Malaysia dan akan membuat kerusuhan. Selain itu, terjadinya kerusuhan antaretnis pada tahun 1969 semakin menimbulkan sikap permusuhan antara Etnis Melayu dan Etnis Cina yang sewaktu-waktu bisa kembali terjadi. Pemerintahan Malaysia pada masa itu (1970-an) sangat sensitif dalam menangani isu atau membuat kebijakan yang berhubungan dengan masalah antaretnis. Terlebih lagi adanya kesenjangan antara etnis Melayu yang tercipta semenjak Inggris datang belum juga terselesaikan hingga masa pemerintahan Perdana Menteri ke-3 Husein Onn (1975-1981). Oleh sebab itu ketika Mahathir Mohamad diangkat menjadi perdana menteri pada tahun 1982 banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikannya.

Kedua, berbagai permasalahan Malaysia yang diwarisi Mahathir

(27)

tingkat kemiskinan yang ada di Malaysia terutama orang Melayu, Mahathir Mohamad menekankan kepada pembangunan ekonomi nasionalis yang tidak bertumpu kepada negara Barat. Selain itu dalam menghadapi berbagai permasalahan agama khususnya agama Islam yang merupakan agama mayoritas penduduk Malaysia, Mahathir Mohamad berusaha untuk membaurkan berbagai prinsip Islam yang bersifat universal sebagai karakter yang dibangun untuk seluruh masyarakat Malaysia termasuk yang non muslim. Nilai Islam sangat ditekankan oleh Mahathir Mohamad, terlihat dari Islam dijadikan sebagai landasan masyarakat Malaysia dalam menerima budaya-budaya luar. Contoh lain adalah dalam mengatasi permasalahan keamanan baik dari ancaman para sisa anggota Partai Komunis Malaysia ataupun dari ancaman timbulnya kerusuhan antaretnis yang ada di Malaysia dibuatlah Undang Undang Keamanan Negara yang menurut Mahathir Mohamad sangat diperlukan dalam mencegah timbulnya berbagai hal yang dapat mengancam keamanan negara.

Ketiga, selama menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia, Mahathir

(28)

berbagai infrastruktur, diantaranya menara Petronas dan Sirkuit Sepang. Pembangunan tersebut sempat terancam gagal ketika krisis ekonomi 1997 menghantam Malaysia namun Mahathir Mohamad mampu mengatasi permasalahan tersebut.

Keempat, berbagai kebijakan yang diambil Mahathir Mohamad selama

menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia 1981-2003 telah mampu mengubah kondisi Malaysia yang sebelumnya masih negara berkembang menjadi negara maju dan modern. Pada masanya banyak dihasilkan berbagai mega proyek salah satunya adalah keberhasilan Malaysia untuk memproduksi mobil hasil buatan sendiri yang diberi nama Proton. Selain itu, dengan dibangunnya Sirkuit formula-1 Sepang dan Bandara Internasional Kuala Lumpur semakin menarik banyak orang asing untuk datang ke Malaysia. Hal tersebut tentu saja menguntungkan Malaysia karena dapat menghasilkan devisa selain itu nama Malaysia menjadi semakin terkenal di dunia. Semakin diperhitungkannya Malaysia di dunia internasional bukan hanya sebagai tempat pariwisata tetapi juga karena berbagai pandangan Mahathir Mohamad yang mendukung negara-negera berkembang dan dunia ketiga. Sikap keras yang sering dipertunjukkan Mahathir terhadap negara Barat juga semakin membuat Malaysia selama masa pemerintahannya membuat Malaysia tidak bisa dipandang remeh atau sebelah mata. Tak hanya itu Mahathir Mohamad juga mampu mengatasi kesenjangan antaretnis khususnya dalam aspek ekonomi sehingga akan mengurangi timbulnya pertikaian atau kerusuhan antaretnis yang pernah terjadi sebelumnya.

5.2 Saran

(29)

dengan berakhirnya Perang Dingin”. Malaysia sebagai salah satu negara tetangga Indonesia diharapkan dapat menjadi materi pembelajaran sejarah sesuai dengan SKKD tersebut. Menganalisis perkembangan Malaysia sebagai salah satu negara maju di dunia diharapkan dapat mentransfer nilai-nilai yang terkandung dalam penelitian ini.

(30)

Daftar Pustaka

A. Buku

Ahmad, S.A. (1980). Kerajaan Dan Pentadbiran Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia. Al’Alwi, A. (1993). Dasar Pandang ke Timur. Dasar-Dasar Kerajaan Malaysia.

Kuala Lumpur: A.S. Noordeen

Anderson, A. (1984). Modernisasi Pendidikan. Dalam Weiner: Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Bakar, M. A. (1988). Beberapa Dimensi Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES

Budiman, A. (1995). Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Bushra. (1993). Dasar Ekonomi Baru. Dalam Dasar-DasarKerajaan Malaysia. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen

Brabanti, R. (1984). Modernisasi Administrasi Negara. Dalam Weiner: Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Deplu, RI. (1985). Kebudayaan Bangsa-Bangsa ASEAN Nuansa dan Kesenjangannya (Malaysia, Filiphina, Brunei). Jakarta: Balitbang Deplu Indonesia,

Gazalba, S. (1973). Modernisasi Dalam Persoalan. Jakarta: Bulan Bintang.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Notosusanto. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hamzah, H. (1999). Suka Duka Politik Mahathir cetakan kedua. Kuala Lumpur: Media Printext

Hall, D.G.E. (1955). Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional.

Hakim, M. dan Widjaya, T. (2003). Model Masyarakat Madani. Jakarta: Intimedia

(31)

Harlina. (1993). Wawasan 2020. Dasar-Dasar Kerajaan Malaysia. Kuala Lumpur:A.S. Noordeen

Haryono. E. (2010). Dilema Mahathir. Yogyakarta: Tiara Wacana

Haryanto, A. & Mandal, S. K. (2004). Gugatan Terhadap Otoriterisme di Indonesia dan Malaysia. Menggugat Otoriterisme di Asia Tenggara Perbandingan dan Pertautan Antara Indonesia dan Malaysia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Hasan, K. (1988). Beberapa Dimensi Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES

Hendarsah, A. (2007). 11 Macan Asia Musuh Amerika. Jakarta: Buku Kita

Ibrahim A. (1996). Renaisans Asia: Gelombang Reformasi Di Ambang Alaf Baru. Bandung: Mizan

Institut Tadbiran Awam Negara (INTAN) Malaysia. (1994). Dasar-Dasar Pembangunan Malaysia. Kuala Lumpur: Institut Tadbiran Awam Negara

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press

Inkeles, A. (1984). Modernisasi Manusia. Dalam Weiner: Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Kelly, P. (2004). Mengembangkan Daya Kritis Masyarakat di Kantong-Kantong

Industri Masyarakat Madani di Pulau Pinang dan Batam. Menggugat Otoriterisme di Asia Tenggara Perbandingan dan Pertautan Antara Indonesia dan Malaysia. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia

Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN

Kuncoro, M. (1997). Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomi Pembangunan. Jakarta: Erlangga

Yoshihara, K. (1990). Kapitalisme Semu Asia Tenggara. Jakarta:LP3ES

(32)

Mangandaralam S. (1987). Mengenal Dari Dekat Malaysia Negara Tetangga Kita Dalam ASEAN

Mohamad, M. (1985). Dilema Melayu. Penerjemah Gerson Pyok. Jakarta: Sinar Harapan.

Musa, K. (1988). Geografi Asia Tenggara. Jakarta: Depdikbud

Mutalib, H. (1995). Islam dan Etnisitas:Perspektif Politik Melayu. Jakarta : LP3ES

Nazsir, N. (2008). Dinamika Kelompok & Kepemimpinan. Bandung: Widya Padjadjaran.

Norliza, S. (1993). Dasar Perindustrian Negara. Dalam Dasar-Dasar Kerajaan Malaysia. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen

Nurulaini. (1993). Dasar Kependudukan ke Arah 70 juta penduduk. Dasar-Dasar Kerajaan Malaysia. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen

Othman, N. (2004). Islamisasi dan Demokratisasi di Malaysia Dalam Konteks Regional dan Global. Menggugat Otoritarisme di Asia Tenggara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Pasolong, H. (2008). Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta

Rahim, A. (1985). Keamanan Dalam Negeri di Asia Tenggara Pada Tahun 1980-an. Asia Tenggara dalam Tahun 1980-1980-an. Jakarta: Centre For Strategic and International Studies.

Rahman, A. (1997). Penjajahan Malaysia: Cabaran dan Warisannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rahman, A. (1998). Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Aliran. Selangor: Dewan Pustaka.

Rivai, V. dan Mulyadi D. (2009). Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi.Jakarta: Rajawali Pers

Schoorl, JW. (1988). Modernisasi : Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang. Jakarta: Gramedia

Shills, E. (1984). Modernisasi dan Pendidikan Tinggi. Dalam Weiner: Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

(33)

Sudharmono. (2012). Sejarah Asia Tenggara Modern Dari Penjajahan Ke Kemerdekaan. Yogyakarta: Ombak

Trimo, S. (1984). Analisis Kepemimpinan. Bandung Angkasa

Thambi, A.R. (1985). Keamanan Dalam Negeri di Asia Tenggara Pada Tahun 1980 an. Jakarta: Centre For Strategic and International Studies.

Todaro, M. (1999). Pembangunan Ekonomi Dunia ketiga edisi keenam. Penerjemah Haris Munandar. Jakarta: Erlangga

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penelitian Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press

Weiner, M. (1984). Modernisasi dan Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Yusof, S. (1993). Dasar Luar Malaysia. Dasar-Dasar Kerajaan Malaysia. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen

Zakaria, A.A. (1987). Jentera Pentadbiran Kerajaan di Malaysia Suatu Pengenalan. Kuantan: Syarikat Percetakan Inderapura

Zamri, M. (1993) Dasar Penerapan Nilai-Nilai Islam Dalam Pentadbiran. Dalam Dasar-Dasar Kerajaan Malaysia. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen

B. Koran dan Majalah

Prabandar, P.D. (2003). “Klimaks Sebelum Lengser”. Tempo (2 November 2003). Salam, A. (2003). “DR M” .Tempo (2 November 2003).

Salim, E.Y. ( 2003). “Teriakan Terakhir Soekarno Kecil”. Gatra (1 November 2003).

_______. (1981). “Perasaan Anti Inggris Makin Menghebat di Malaysia”. Kompas ( 5 Oktober 1981).

_______. (1981). “Suksesi Keempat Kalinya di Malaysia”. Pikiran Rakyat (26 Juli 1981).

_______. (2003). “Warisan Mahathir Keajaiban Ekonomi”. Republika (1 November 2003).

(34)

_______. (2003). “Badawi Gantikan Mahathir,”. Republika (1 November 2003).

C. Jurnal

Adam, A. 2000. “Kelembagaan Rakyat Upaya Kaum Non-Melayu dan Kelompok Kiri Melayu Membina Nasion Malaya yang Multirasial”. Jurnal

of Historical Studies. Vol.2, No.7.

Azrin, K.M. 2008. “Sistem Pendidikan di Malaysia: Dasar, Cabaran dan Pelaksanaan ke arah Perpaduan Nasional”. Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan. Vol. 4, No.1.

Suadik, M dan Karulus, Y. 2010. “Teknologi Perubahan Amalan Pertanian dan Isu Rasionaliti Masyarakat Petani di Sabah, Malaysia”. Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan. Vol. 3, No.1,

Sulaiman, S.T.M. 2006. “Penerbitan Buku-Buku Islam dan Kecenderungan Intelektualisme di Malaysia”. Jurnal of Historical Studies. Vol. 7, No.2.

Mujani, K dan Yusuf N. 2010. “Islam dan Missionari di Sarawak: Kesan Terhadap Pendidikan pada Zaman Crown Colony 1841-1941”. Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan. Vol. 3, No.2.

D. Skripsi

Palanisamy, K. (2004). Tun Dr. Mahathir Mohamad di Pentas Dunia 1974 - 2003: Peranan Politik dan Ekonomi. Skripsi Sarjana pada Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia. Melinda, T. (2011). Peranan Abdul Aziz Ibnu Saud Dalam Memodernisasi Arab Saudi Tahun 1931-1953. Skripsi Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudrajat, I. (2011). Politik Luar Negeri Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia - Amerika Serikat tahun 1961 - 1963. Skripsi Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

(35)

Daga, D. (2001). Fear of The New Year in Malaysia. ONLINE]. Available at: http://www.asianweek.com/2001/02/02/fear-of-the-new-year-in-malaysia/. Januari 29, 2013.

Elegant, S. (2001). Just What Dr. M Ordered. ONLINE]. Available at:

http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,180570,00.html#ixzz2

JLNA2U1R. Januari 29, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena masalah mengenai kepatuhan upah kerja, berdasarkan pengamatan peneliti memiliki keterkaitan dengan beberapa faktor lain, di antaranya manajemen pengupahan dan pelaksanaan

Bukan sahaja daripada segi penguasaan ilmu dan kecekapan moden umat Islam lemah, tetapi mereka juga tidak patuh kepada ajaran Islam berkenaan dengan perpaduan dan persiapan

Kita pada zaman ini mesti bertanya mengapa umat Islam pada zaman itu boleh mengambil sikap demikian rupa sehingga mereka dapat menempa kemajuan yang begitu besar, terutama

Pada dekade ini Mahathir mengeluarkan kebijakan NDP (National Development Policy) yang merupakan kesinambungan dari NEP (New Economic Policy) yang bertujuan untuk

2007-2008 Sekretaris Jenderal Komite PKT Shaanxi 2008-2012 Sekretaris Jenderal Komite PKT Shaanxi Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Shaanxi 2012-2017 anggota

mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia. Faktor biaya seringkali menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan media

Halaman ini akan tampil jika user mempunyai hak sebagai administrator dengan melakukan login di halaman utama, di halaman administrator ini seorang user dapat

mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/ atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman