51
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISA
Dalam bab ini berisi tentang persiapan pendataan, proses pengumpulan data untuk selanjutnya diolah menjadi informasi yang akan di analisis. Pendataan dilakukan melalui proses pengukuran pada titik-titik pengukuran (test point) yang telah ditetapkan serta dilakukan sebanyak 3 kali pengukuran untuk mendapatkan hasil yang lebih presisi.
Hasil pendataan disusun dalam bentuk tabel dengan beberapa kondisi dan perlakuan pada rangkaian sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas.
4.1 Standar Operasional Prosedur
Standar operasional prosedur atau biasa disebut SOP merupakan tahap-tahap yang harus dilakukan pengguna agar dalam pengoperasiannyatidak terjadi suatu kesalahan sehingga alat dapat lebih panjang usia pemakaiannya.Untuk menggunakan elektro stimulator ini maka tahapan yang harus dilakukan adalah perangkat utama dan aksesoris terlebih dahulu dipersiapkan, selanjutnya elektrode dihubungkan ke perangkat utama, kabel power dihubungkan ke catu daya PLN, jika aksesories dan sumber tegangan telah dipastikan terhubung baik maka alat
sudah dapat dihidupkan dengan menekan saklar on/off ke posisi on. Sebelum elektrode diletakkan di tubuh pasien, pastikan selektor intensitas pada posisi nol (0) kemudian atur frekuensi dengan menekan tombol “up/down” setelah itu tekan “enter”, tekan “enter” sekali lagi untuk pemilihanwaktu terapi, pengaturan lamawaktu terapi juga diatur melalui tombol “up/down” setelah itu tekan enter. Jika seluruh pengaturan telah sesuai maka untuk menjalankan seluruh program tekan “enter” kembali.Tetapi, apabila ada kesalahan pengaturan frekuensi atau waktu terapi kita dapat kembali ke program sebelumnya dengan menekan tombol “down” dan setelah itu tekan “enter”. Pasien yang akan diterapi sebaiknya dalam keadan rileks agar pelaksanaan terapi lebih efektif, setelah itu letakkan elektrode pada bagian tubuh yang akan diterapi (posisi peletakkan elektrode pada bab 2 teori dasar), terakhir atur intensitas. Alat ini pun dilengkapi dengan tombol “stop”, tombol ini berguna apabila pada saat proses terapi berlangsung tiba-tiba pasien merasa tidak nyaman.
4.2 Metode Pendataan
Metode pendataan yang akan digunakan adalah metode kualitatif berupa pengukuran dan uji fungsi. Pengukuran dilakukan pada titik pengukuran sebagai berikut:
1. Titik pengukuran 1 (TP1), merupakan keluaran pembangkit frekuensi pada pin PC.5 IC Atmega8.
Gambar 4.2 Titik pengukuran 1
2. Titik pengukuran 2 (TP2), merupakan titik ukur output frekuensi pada electrode
Gambar 4.3 Titik pengukuran 2 TP1
3. Titik pengukuran 3 (TP3), merupakan titik ukur intensitas tegangan pada electrode
Gambar 4.4 Titik pengukuran 3
Untuk melakukan pengukuran, penulis menggunakan osiloskop dengan menitik beratkan pada dua buah parameter yaitu tegangan dan frekuensi. Pada alat ukur osiloskop, tegangan (V) didapatkan dari hasil kali tinggi pulsa (amplitudo) dengan volt/div yang digunakan atau dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut :
V = tinggi pulsa x Volt/div (Volt)
Dan untuk menghitung frekuensi dapat ditentukan dengan mengetahui nilai periode. Periode (T) merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu gelombang penuh dan dapat dihitung dengan cara berikut ini :
T = lebar pulsa x Time/div (second).
Setelah didapatkan nilai periode, karena frekuensi adalah banyaknya pulsa yang dihasilkan pada suatu peristiwa periodik (berulang) dalam satu detik, maka nilai
frekuensi merupakan suatu nilai berkebalikan dengan periode. Hasil perhitungan ini dinyatakan dalam satuan Hertz.
Gambar 4.5 Pulsa Sinus
Uji fungsi dilaksanakan dengan mencoba alat kepada 3 (tiga) orang yang berbeda.
4.3 Pendataan dan Analisis
Untuk mendapatkan tingkat keakurasian dari setiap titik pengukuran digunakan rumus sebagai berikut :
... 4.1
Hasil pendataan dan proses pengolahan yang telah dilakukan oleh penulis,hingga didapatkan informasi untuk dapat dianalisis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
4.3.1 Titik pengukuran 1 (TP1) : keluaran pembangkit frekuensi pada pin PC.5 IC Atmega8
a. Setting pembangkit frekuensi 1Hz
Gambar 4.6 Sinyal pembangkit frekuensi 1Hz b. Setting pembangkit frekuensi5 Hz
c. Setting pembangkit frekuensi10Hz
Gambar 4.8 Sinyal pembangkit frekuensi 10Hz d. Setting pembangkit frekuensi20 Hz
e. Setting pembangkit frekuensi 30 Hz
Gambar 4.10 Sinyal pembangkit frekuensi 30Hz f. Setting pembangkit frekuensi 40 Hz
g. Setting pembangkit frekuensi 50 Hz
Gambar 4.12 Sinyal pembangkit frekuensi 50Hz h. Setting pembangkit frekuensi60Hz
Tabel 4.1 Pendataan dan keakurasian pembangkit frekuensi pada pin PC.5 IC Atmega8 (TP1) No Setting Frekuensi (Hz) Hasil Pendataan (Hz)
Proses Pengolahan Keakurasian
1 1 1,00 100% 2 5 5,00 100% 3 10 10,00 100% 4 20 20,00 100% 5 30 29,76 99,2% 6 40 39,68 99,2% 7 50 50,00 100% 8 60 60,24 99,6% Rata-rata keakurasian 99,75%
Dari titik pengukuran 1 (TP1) yaitu keluaran pembangkit frekuensi di pin PC.5 IC ATmega8 didapatkan tingkat keakurasian sebesar 99,75%.
4.3.2 Titik pengukuran 2 (TP2) : mengukur frekuensi pada electrode a. Setting frekuensi output 1Hz
Gambar 4.13 Titik pengukuran 2 pada frekuensi 1Hz b. Setting frekuensi output 5Hz
c. Setting frekuensi output 10Hz
Gambar 4.15 Titik pengukuran 2 pada frekuensi 10Hz d. Setting frekuensi output 20Hz
e. Setting frekuensi output 30Hz
Gambar 4.17 Titik pengukuran 2 pada frekuensi 30Hz f. Setting frekuensi output 40Hz
g. Setting Frekuensi ouput 50Hz
Gambar 4.19 Titik pengukuran 2 pada frekuensi 50Hz h. Setting frekuensi output 60Hz
Tabel 4.2 Pendataan frekuensi pada elektrode (TP2)
No
Setting Hasil Pendataan
Rata-rata (Hz) Frekuensi Frekuensi (Hz) (Hz) I II III 1 1 0,9901 1,02 0,996 1,00 2 5 4,951 4,97 5,04 4,99 3 10 9,901 9,8 9,89 9,86 4 20 20,01 19,62 19,69 19,77 5 30 29,76 29,41 29,41 29,53 6 40 39,66 39,68 39,07 39,47 7 50 49,08 50,03 50 49,70 8 60 59,48 60,24 59,51 59,74
Tabel 4.3 Keakurasian frekuensi pada elektrode
No
Setting
Rata-rata
(Hz) Proses pengolahan Keakurasian
Frekuensi (Hz) 1 1 1,00 100% 2 5 4,99 99,80% 3 10 9,86 98,60% 4 20 19,77 98,85%
5 30 29,53 98,44%
6 40 39,47 98,68%
7 50 49,70 99,40%
8 60 59,74 99,57%
Rata-rata keakurasian 99,17%
Dari titik pengukuran 2 (TP2) yaitu frekuensi pada elektrode didapatkan tingkat keakurasian sebesar 99,17%.
4.3.3 Titik pengukuran 3 (TP3) : Intensitas tegangan output pada electrode a. Setting intensitas output 10 Volt
b. Setting intensitas output 20 Volt
Gambar 4.22 Titik pengukuran 3 intensitas tegangan 20V Diketahui : V/div = 1V
Perbesaran probe = 10x Vpp = 2,08V
Maka : Vout = 1V x 10 x 2,08V = 20,8V c. Setting intensitas output 30 Volt
Diketahui : Perbesaran probe = 10x Vpp = 3,00V
Maka : Vout = 10 x 3,00V = 30,00V d. Setting intensitas output 40 Volt
Gambar 4.24 Titik pengukuran 3 intensitas tegangan 40V Diketahui : Perbesaran probe = 10x
Vpp = 4,00V
Maka : Vout = 4,00V x 10 = 40,00V e. Setting intensitas output 50 Volt
Diketahui : Perbesaran probe = 10x Vpp = 5,04V
Maka : Vout = 5,04V x 10 = 50,40V f. Setting intensitas output 60 Volt
Gambar 4.26 Titik pengukuran 3 intensitas tegangan 60V Diketahui : Perbesaran probe = 10x
Vpp = 6,08V
Maka : Vout = 6,08V x 10 = 60,80V g. Setting intensitas output 70 Volt
Diketahui : Perbesaran probe = 10x Vpp = 7,20V
Maka : Vout = 7,20V x 10 = 72,00V h. Setting intensitas output 100 Volt
Gambar 4.28 Titik pengukuran 3 intensitas tegangan 100V Diketahui : Perbesaran probe = 10x
Vpp = 9,60V
Maka : Vout = 9,60V x 10 = 96,00V
Tabel 4.4 Hasil pendataan intensitas tegangan (TP3)
No
Setting Hasil Pendataan
Rata-rata (Volt)
Intensitas Intensitas (Volt)
(Volt) I II III
1 10 10,40 11,20 10,40 10,67
2 20 20,80 21,60 23,20 21,87
4 40 39,20 40,00 40,80 40,00
5 50 49,60 50,40 48,80 49,60
6 60 60,00 62,00 60,40 60,80
7 70 71,20 72,00 72,80 72,00
8 100 96,00 102,00 112,00 103,33
Tabel 4.5 Keakurasian intensitas tegangan pada elektrode No
Setting Rata-rata (Volt)
Proses pengolahan Keakurasian Intensitas 1 10 10,67 93,30% 2 20 21,87 90,65% 3 30 29,87 99,57% 4 40 40,00 100% 5 50 49,60 99,2% 6 60 60,80 98,67% 7 70 72,00 97,14% 8 100 103,33 96,67% Rata-rata keakurasian 96,90%
Dari titik pengukuran 3 (TP3) yaitu intensitas tegangan pada elektrode didapatkan tingkat keakurasian sebesar 96,90%.
4.4 Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui alat telah berfungsi seperti yang telah direncanakan. Pelaksanaan uji fungsi dilakukan kepada tiga orang yang berbeda. Gambar 4.29 sampai dengan gambar 4.32 menampilkan uji fungsi.
a. Data orang pertama
Usia : 47th
Jenis Kelamin : Perempuan Berat Badan : 65kg Tinggi Badan : 158cm
Gambar 4.29 Peletakkan elektrode di lengan orang pertama b. Data orang kedua
Usia : 24th
Jenis Kelamin : Perempuan Berat Badan : 46kg
Tinggi Badan : 162cm
Gambar 4.30 Peletakkan elektrode di lengan orang kedua c. Data orang ketiga
Usia : 57th
Jenis Kelamin : Laki-laki Berat Badan : 57kg
Tinggi Badan : 162cm
Gambar 4.30 Peletakkan elektrode di lengan orang kedua
Setelah dilakukan uji fungsi kepada tiga orang yang berbeda, alat dapat digunakan dengan baik dan mampu memberikan rasa nyaman selama proses terapi