• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN POLA PEMBERIAN ASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN KELUARGA, DUKUNGAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN POLA PEMBERIAN ASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

28

Arina Madjidi1, Sri Adiningsih2

1Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya 2Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRAK

Pemerintah t el a h melakukan promosi tentang ASI eksklusif. Meskipun demikian, angka ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Nelayan mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir dan hanya 11,82% o r a n g ibu yang memberikan ASI eksklusif pada tahun 2010 sedangkan target nasional untuk ASI eksklusif adalah 80%. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti karakteristik ibu, dukungan keluarga dan dukungan layanan kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap), dukungan keluarga, dukungan layanan kesehatan dengan pola pemberian ASI. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah 79 ibu yang mempunyai bayi berusia 6–11 bulan di wilayah Puskesmas Nelayan dan dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dukungan keluarga dan layanan kesehatan diukur menggunakan acuan Hughes Breastfeeding Support Scale dan panduan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan 5%. Pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Nelayan adalah 19,0%. Mayoritas ibu berusia 20–35 tahun, berpendidikan SMA, tidak bekerja, mempunyai sikap negatif terhadap pemberian ASI eksklusif, dukungan keluarga dan dukungan layanan kesehatan termasuk dalam kategori sedang, tidak mengerti akan pengertian dan manfaat ASI eksklusif serta dampak pemberian makanan tambahan terlalu dini. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p = 0,003), sikap (p = 0,006), dukungan keluarga (p = 0,002), dukungan layanan kesehatan (p = 0,001) dengan pola pemberian ASI. Untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, keluarga dan layanan kesehatan harus memberikan dukungan kepada ibu menyusui dengan cara memberi pujian, penilaian, informasi dan bantuan.

Kata kunci: ASI eksklusif, karakteristik ibu, dukungan keluarga, dukungan layanan kesehatan ABSTRACT

The government had been promoting exclusive breastfeeding. In contras, there was reduction number of exclusive breastfeeding in the last three years at Nelayan Public Health Centre and only 11,82% in 2010 (target was 80%). It maybe caused by multi factors such as maternal characteristic, family and health care support. The objective of this research was to analyze the correlation between maternal characteristic, family support and health care support with the pattern of breast feeding. This research was observational analytic with cross sectional design, which subjects were 79 mothers of 6–11 months baby at Nelayan Public Health Centre’s areas and selected by simple random sampling. Data about family and health care support were measured by questionnaire that had been modifi ed from Hughes Breastfeeding Support Scale and ten steps to success breastfeeding then analyzed by chi-square test (α = 5%). The exclusive breastfeeding was 19.0%, the majority of mothers was 20–35 years old, high school educated, did not work, maternals knowledge was high, have negative attitude to exclusive breastfeeding, family support and health care support were categorized moderate. There were correlation between knowledge (p = 0.003), attitude (p = 0.006), family support (p = 0.002), health care support (p = 0.001) with the pattern of breastfeeding. The family and health care should be support breastfeed mother by giving praise, valuation, help and information.

Keywords: exclusive breastfeeding, maternal characteristics, family support, health care support

PENDAHULUAN

Pola pemberian Air Susu Ibu (ASI) dibedakan menjadi dua macam yaitu ASI eksklusif dan non eksklusif (Depkes RI, 2004). ASI eksklusif bermanfaat bagi bayi untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi serta melindungi dari penyakit infeksi (Suradi, 2004; Roesli, 2000). ASI juga bermanfaat bagi ibu untuk mengurangi perdarahan, mencegah kanker ovarium dan payudara (Roesli, 2000; Insel et al., 2010). Meskipun pemberian

(2)

ASI eksklusif sangat bermanfaat, pemberian ASI eksklusif di Indonesia sangat rendah, yaitu 32,3% (Direktorat Statistik dan Kependudukan, 2007).

Kabupaten Gresik, Jawa Timur merupakan salah satu kabupaten dengan angka cakupan ASI eksklusif di atas angka nasional tahun 2007, namun mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir yaitu 61,65% (2008), 58,82% (2009) dan 59,03% (2010) (Dinkes Gresik, 2010). Puskesmas Nelayan adalah salah satu puskesmas di Kabupaten Gresik yang angka cakupan ASI eksklusifnya paling rendah dan mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir yaitu 18,42% (2008), 14,21% (2009) dan 11,93% (2010) (Dinkes Gresik, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa semakin jauh dari target nasional, yaitu 80% (Depkes RI, 2004).

Menurut Notoatmodjo (2003), rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif kemungkinan dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang menurut teori Green ditentukan oleh tiga faktor, yaitu predisposisi, pendukung dan pendorong. Faktor predisposisi yaitu umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan pekerjaan ibu serta sosial budaya (Notoatmodjo, 2003). Sebagian wanita di wilayah Puskesmas Nelayan ini hanya mengenyam pendidikan menengah serta ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga. Faktor pendukung yaitu dukungan layanan kesehatan dan pendapatan (Notoatmodjo, 2003). Dukungan layanan kesehatan mempunyai pengaruh terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI (Declerq et al., 2009; Zulfayeni, 2004). Puskesmas Nelayan telah menyediakan fasilitas ruang bersalin dan melaksanakan upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif berupa penyuluhan, program Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan rawat gabung namun puskesmas belum mempunyai Standart Operating Procedure (SOP) terkait manajemen laktasi. Praktik bidan swasta di wilayah ini masih memberikan sampel susu formula pada bayi meski sudah menerapkan program Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Faktor pendorong yaitu dukungan keluarga, perilaku masyarakat dan kelompok referensi (Notoatmodjo, 2003). Keluarga mempunyai pengaruh atas keputusan ibu dalam memberikan ASI (Widodo dkk, 2003). Di wilayah ini, suami merupakan pemegang keputusan dalam rumah

tangga namun dalam masalah pemberian ASI dan perawatan bayi masih sepenuhnya sebagai urusan wanita. Orang tua mempunyai peranan dalam pengambilan keputusan dan perawatan bayi karena dianggap lebih berpengalaman sedangkan pengetahuan keluarga mengenai ASI eksklusif dan pemberian makan bayi yang tepat masih kurang.

Berdasarkan uraian faktor yang kemungkinan berkaitan dengan pemberian ASI serta belum pernah dilakukan penelitian tentang pola pemberian ASI di wilayah Puskesmas Nelayan maka penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap), dukungan keluarga dan layanan kesehatan dengan pola pemberian ASI.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Nelayan Kabupaten Gresik yaitu Kelurahan Karangturi, Kelurahan Tlogopojok, Kelurahan Lumpur dan Kelurahan Sukodono. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 6–11 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Nelayan pada saat penelitian dilakukan. Sampel adalah sebagian populasi yang tercatat di posyandu dan bersedia menjadi responden, diambil menggunakan teknik simple random sampling. Besar sampel adalah 79 orang ibu.

Data sampling frame didapatkan dari kohort bayi di puskesmas dan data di masing-masing kelurahan. Variabel terikat penelitian adalah pola pemberian ASI sedangkan variabel bebasnya adalah karakteristik ibu (usia, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap), dukungan keluarga ibu, dan dukungan layanan kesehatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan Hughes Breastfeeding Support Scale dan panduan sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui. Data yang telah diperoleh dihitung mean dan standar deviasinya kemudian diklasifi kasikan menjadi beberapa kategori. Untuk sikap dikategorikan menjadi: (1) positif (≥ mean);

(3)

(2) negatif (< mean). Pengetahuan dikategorikan menjadi: (1) rendah (< 60% jawaban benar); (2) sedang (60–80% jawaban benar); (3) tinggi (> 80% jawaban benar). Dukungan keluarga dan layanan kesehatan dikategorikan menjadi: (1) rendah (< mean – 1 SD); (2) sedang (mean ± 1 SD); (3) tinggi (< mean – 1 SD). Data disajikan dalam bentuk tabulasi silang dan analisis hubungan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) sebesar 5%.

HASIL PENELITIAN

Pola pemberian ASI dibedakan menjadi dua yaitu pola ASI eksklusif dan ASI non eksklusif. Distribusi pola pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas Nelayan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memberikan kolostrum pada bayinya (87,3%), mulai memberikan makanan/minuman tambahan sejak usia 0 bulan (44,3%), jenis makanan/ minuman tambahan pertama kali yang diberikan

Tabel 1. Distribusi Pola Pemberian ASI di Wilayah

Puskesmas Nelayan Variabel Jumlah n % Pemberian kolostrum Ya 69 87,3 tidak 10 22,7

Umur pertama kali mendapat makanan/minuman tambahan

0 bulan 35 44,3

1–3 bulan 20 25,3

4–5 bulan 9 11,4

6 bulan 15 19,0

Jenis makanan/minuman tambahan pertama

Susu formula 52 81,3

Bubur bayi 5 7,8

Pisang 7 10,9

Pola Pemberian ASI

ASI eksklusif 15 19,0

ASI noneksklusif 64 81,0

Tabel 2. Distribusi Tabulasi Silang dan Uji Statistik Karakteristik Ibu, Dukungan Keluarga dan Layanan Kesehatan dengan Pola

Pemberian ASI

Variabel Penelitian Pola Pemberian ASI

Jumlah Nilai p

(α = 5%)

Variabel Klasifi kasi ASI non eksklusif ASI eksklusif

Usia < 20 tahun 100,0% 0,0% 5,1% 0,164

20–35 tahun 82,4% 17,6% 86,1%

> 35 tahun 57,1% 42,9% 8,9%

Pendidikan Tidak sekolah 100,0% 0,0% 1,3% 0,943

SD 77,8% 22,2% 11,4% SMP 85,7% 14,3% 26,6% SMA 78,4% 21,6% 46,8% PT 81,8% 18,2% 13,9% Pekerjaan Bekerja 90,5% 9,5% 26,6% 0,330 Tidak Bekerja 77,6% 22,4% 73,4% Pengetahuan Rendah 100,0% 0,0% 8,9% 0,003 Sedang 82,4% 17,6% 44,3% Jumlah Tinggi 57,1% 42,9% 46,8% Sikap Negatif 92,7% 7,3% 51,9% 0,006 Positif 68,4% 31,6% 48,1%

Dukungan Keluarga Rendah 100,0% 0,0% 13,9% 0,002

Sedang 84,2% 15,8% 72,2%

Tinggi 45,5% 54,5% 13,9%

Dukungan Layanan Rendah 100,0% 0,0% 12,7% 0,001

Kesehatan Sedang 84,7% 15,3% 74,6%

(4)

pada bayi < 6 bulan berupa susu formula (81,3%). Dari 79 responden hanya 15 orang (19,0%) yang memberikan ASI eksklusif

.

Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara pengetahuan (p = 0,003), sikap (p = 0,006), dukungan keluarga (p = 0,002), dukungan layanan kesehatan (p = 0,001) dengan pola pemberian ASI. Tabel 2 juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berusia 20 –35 tahun (86,1%), berpendidikan SMA (46,8%), tidak bekerja (73,4%), berpengetahuan tinggi dan bersikap negatif. Pengetahuan yang tidak dipahami ibu adalah pengertian ASI eksklusif, manfaatnya bagi ibu dan dampak pemberian makanan tambahan dini. Mayoritas ibu bersikap tidak setuju untuk memberikan ASI saja hingga usia 6 bulan dan tidak memberikan susu formula pada bayi < 6 bulan. Dukungan

layanan kesehatan (74,6%) dan keluarga (72,2%) yang diterima ibu mayoritas terkategori sedang.

Dari Tabel 3 diketahui bahwa dukungan yang diterima ibu mayoritas berupa informasi mengenai cara menyusui, meningkatkan produksi ASI dan merawat diri agar tetap menarik; bantuan

menjaga dan merawat bayi, memecahkan masalah menyusui, memahami tangisan bayi; menunjukkan cara menggendong dan merawat bayi; serta mendengarkan keluhan ibu tentang bayi, memuji dan memperhatikan kondisi ibu.

Dari Tabel 4 diketahui bahwa dukungan yang tidak diterima ibu adalah penjelasan mengenai manfaat IMD dan pemberian kolostrum (53,2%), cara tetap menyusui meski ibu dan bayi terpisah (64,6%), memahami tangisan bayi (59,5%) serta tidak memberikan susu formula pada bayi (64,6%). Dukungan layanan kesehatan ini, mayoritas diperoleh dari bidan praktik swasta.

Tabel 3. Dukungan Keluarga yang Diterima Ibu

Item Dukungan Selalu (%) Sering (%) Jarang (%) Tidak (%)

Memberi tahu cara menyusui dan meningkatkan jumlah ASI 16,5 58,2 17,7 7,6

Memberi tahu cara merawat diri agar tetap menarik 17,7 53,2 19,0 10,1

Menyarankan tidak memberikan tambahan makanan/minuman pada bayi sebelum usia 6 bulan

7,6 13,9 7,6 70,9

Membantu membelanjakan beberapa kebutuhan 16,5 22,8 24,1 36,7

Mengantar ke manapun ingin pergi 34,2 22,8 24,1 19,0

Membantu merawat bayi 15,2 41,8 19,0 24,1

Membantu membersihkan rumah 10,1 43,0 13,9 32,9

Membantu menyiapkan makanan 10,1 35,4 10,1 44,3

Membantu memahami tangisan bayi 12,7 59,5 20,3 7,6

Memberi uang tambahan untuk keperluan bayi 60,8 25,3 8,9 5,1

Menjaga bayi ketika pergi/bekerja 54,4 24,1 8,9 12,7

Menunjukkan cara menggendong bayi 6,3 63,3 10,1 20,3

Menunjukkan cara merawat bayi 5,1 68,4 8,9 17,7

Membantu memecahkan masalah menyusui 13,9 74,7 8,9 2,5

Membantu memecahkan masalah kondisi bayi 20,3 69,6 7,6 2,5

Mendengarkan keluhan tentang kondisi bayi 19,0 65,8 10,1 5,1

Memuji ibu adalah ibu yang baik 10,1 40,5 30,4 19,0

Memuji karena menyusui bayi 12,7 43,0 22,8 21,5

Memperhatikan kondisi 32,9 59,5 6,3 1,3

(5)

PEMBAHASAN

Pola pemberian ASI dibedakan menjadi dua yaitu ASI eksklusif dan ASI non eksklusif (Depkes RI, 2004). ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan tanpa tambahan apa pun kecuali obat-obatan sedangkan ASI non eksklusif adalah pemberian ASI yang ditambah dengan makanan atau minuman lain sebelum bayi berusia 6 bulan (Depkes RI, 2004). Pemberian ASI diawali dengan pemberian kolostrum yang sudah dilakukan oleh 87,1% orang ibu bayi. Hal ini merupakan langkah yang baik, karena kolostrum mempunyai manfaat diantaranya mengandung zat anti infeksi dan mengandung lebih banyak protein (Insel et al., 2010). Meskipun demikian, pemberian kolostrum tidak dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif. Sebagian besar ibu mulai memberikan makanan/minuman selain ASI sejak lahir (64,6%) dan sebanyak 81,3% berupa susu formula. Ironisnya, susu formula ini berasal dari layanan kesehatan tempat ibu bersalin padahal pemberian makanan atau minuman selain ASI baru boleh diberikan ketika anak menginjak usia 6 bulan (Roesli, 2000). Dikarenakan

pemberian makanan atau minuman selain ASI terlalu dini, hal ini dapat mengakibatkan gangguan pencernaan, mudah diare, alergi, kegemukan dan mengganggu produksi ASI (Widodo, 2010; Siregar, 2004). Menurut Direktorat Statistik dan Kependudukan (2007) dan Rolfes (2009), pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat tidak hanya bagi bayi melainkan juga bagi ibu. Meskipun demikian, di wilayah Puskesmas Nelayan hanya sebesar 19,0% orang ibu yang memberikan ASI eksklusif. Angka ini lebih tinggi dari data yang ada di puskesmas namun tetap saja masih termasuk rendah dan jauh dari target nasional yaitu 80% (Depkes RI, 2004).

Pola pe mber ia n ASI ke mu ngk ina n dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang menurut teori Green dalam Notoatmodjo ( 2 003) ditentukan oleh tiga faktor yaitu predisposisi karakteristik ibu dan sosial budaya), pendukung (layanan kesehatan dan media informasi) dan pendorong (dukungan keluarga, masyarakat dan kelompok referensi). Berdasarkan hasil penelitian, usia ibu mayoritas a d ala h 20–35 tahun. Usia 20–35 tahun merupakan usia dewasa yang matang

Tabel 4. Dukungan Layanan Kesehatan yang Diterima Ibu

Dukungan yang Diterima Ibu Ya (%) Tidak (%)

Menjelaskan tentang ASI eksklusif 84,8 15,2

Menjelaskan manfaat ASI eksklusif 72,2 26,8

Memberi kesempatan ibu untuk menyusui bayi tanpa di jadwal 57,0 43,0

Memberi tahu cara memperlancar ASI 79,7 20,3

Menunjukkan cara tetap memberi ASI meski ibu dan bayi terpisah 35,4 64,6

Menunjukkan posisi menyusui yang benar 92,4 7,6

Membantu ibu untuk menyusui bayi segera setelah lahir 78,5 21,5

Menjelaskan tentang inisiasi menyusu dini 58,2 41,8

Menjelaskan manfaat menyusui segera dan pemberian kolostrum 46,8 53,2

Menjawab pertanyaan seputar masalah menyusui 86,1 13,9

Rawat gabung 53,2 46,8

Tidak memberikan susu formula 35,4 64,6

Menunjukkan cara menggendong bayi 58,2 41,8

Menunjukkan cara merawat bayi 53,2 46,8

Membantu memahami tangisan bayi 40,5 59,5

Mengajarkan cara merawat payudara 54,4 45,6

Mendengarkan cerita tentang kondisi bayi 89,9 10,1

Memuji ibu adalah ibu yang baik 59,5 39,5

Memuji karena mau menyusui bayi 55,7 34,3

(6)

untuk berpikir, bersikap dan bertindak sehingga dapat menyikapi permasalahan dengan tenang (Hurlock, 2004) namun berdasarkan hasil uji statistik, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan pola pemberian ASI. Hal ini mungkin disebabkan adanya faktor lain seperti informasi yang diterima ibu serta gaya hidup yang ada di masyarakat (Roesli, 2000).

Pendidikan ibu mayoritas adalah SMA. Pendidikan ini cukup tinggi dan merupakan bekal yang menentukan cara berpikir ibu dan penerimaan terhadap informasi (Nursalam, 2001). Berdasarkan hasil uji statistik, tidak terdapat hubungan yang ber makna antara pendidikan dengan pola pemberian ASI. Hal ini mu ngkin disebabkan adanya pergeseran budaya (modernisasi) yang menganggap bahwa menyusui adalah hal yang kuno dan memberikan susu formula dianggap lebih bergengsi (Depkes RI, 2001). Selain itu, mungkin juga disebabkan oleh informasi atau perilaku dari petugas kesehatan yang salah yaitu memperbolehkan pemberian susu formula pada bayi yang berusia <6 bulan.

Mayor itas peker jaan ibu adalah tidak bekerja. Ibu yang tidak bekerja mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk menyusui bayi dibanding ibu yang bekerja (Roesli, 2000). Meskipun demikian, sebenar nya ibu yang bekerja pun masih tetap bisa memberikan ASI eksklusif dengan cara memberikan ASI perah saat ibu di tempat kerja (Roesli, 2000; Depkes RI, 2001). Namun berdasarkan hasil uji statistik, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan pola pemberian ASI. Hal ini kemungkinan juga disebabkan adanya pergeseran budaya (modernisasi) yang menganggap bahwa menyusui adalah hal yang kuno dan memberikan susu formula dianggap lebih bergengsi (Depkes RI, 2001). Faktor pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan layanan kesehatan mempunyai hubu ngan yang ber mak na dengan pola pemberian ASI di wilayah Puskesmas Nelayan. Menu r ut Notoatmodjo ( 2003), pengetahuan merupakan bagian yang sangat penting dan hal dasar dalam terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan ibu sebagian besar terkategori tinggi. Namun pengetahuan mengenai pengertian ASI eksklusif, manfaatnya bagi ibu dan dampak

pemberian makanan tambahan terlalu dini masih banyak yang tidak mengerti. Pengetahuan tersebut merupakan hal dasar sehingga memungkinkan ibu tetap memberikan makanan tambahan pada bayi <6 bulan. Sikap ibu mayoritas negatif terhadap pemberian ASI secara eksklusif (51,9%) yaitu tidak setuju untuk tidak menambahkan susu formula pada bayi usia <6 bulan dan tetap memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan. Sikap negatif ini yang memungkinkan ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini dikarenakan sikap merupakan kecenderungan subyek merespons suka atau tidak suka terhadap suatu obyek dan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003). Dukungan keluarga diperlukan untuk ketenangan, ketenteraman dan kenyamanan ibu menyusui yang dapat meningkatkan produksi hormon oksitosin sehingga produksi ASI akan lancar (Insel et al., 2010). Nasihat dari orang yang berpengalaman akan membantu keberhasilan menyusu i ( Nursala m, 2001). Dukunga n dapat berupa mengatasi kesulitan menyusui, meningkatkan pengetahuan tentang ASI, memberi perhatian, mengerjakan pekerjaan yang biasa dikerjakan ibu, memberi kesempatan ibu untuk istirahat serta tidak memberi kritik pada ibu (Kementerian PP RI., 2010).

Sebagian ibu masih tinggal bersama atau berdekatan dengan orang tua, mertua atau saudara. Hal ini memungkinkan keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu. Dukungan keluarga yang diterima ibu berupa informasi, penilaian terhadap ibu, bantuan mengerjakan pekerjaan sehari-hari dan merawat bayi serta memuji dan memperhatikan kondisi ibu. Namun dukungan yang diberikan tidak sepenuhnya mendukung ibu untuk memberi ASI eksklusif. Hal ini terlihat dari pernyataan 70,9% o r a n g ibu bahwa keluarga menyarankan memberikan makanan tambahan sebelum bayi berusia 6 bulan. Hal ini perlu diperhatikan karena saran dari keluarga akan lebih didengarkan karena dianggap berpengalaman (Depkes RI, 2001; Widodo dkk, 2003).

Dukungan dari layanan kesehatan sangat penting dalam pencapaian keberhasilan menyusui (Zulfayeni, 2004; Declerq et al., 2009). Bentuk dukungan adalah dengan menerapkan sepuluh

(7)

langkah menuju keberhasilan menyusui (Depkes RI., 2001; Kementerian PP RI, 2010). Layanan kesehatan yang sering dikunjungi ibu adalah praktik bidan dan tenaga kesehatan yang sering kontak dengan ibu adalah bidan. Dukungan layanan kesehatan yang diterima ibu mayoritas (74,7%) terkategori sedang.

Praktik bidan yang sering dikunjungi ibu, dijalankan oleh bidan swasta yang bukan merupakan bagian dari puskesmas sehingga perlu adanya koordinasi antara puskesmas dan layanan kesehatan lain tentang program ASI eksklusif agar tidak terjadi tindakan yang bertentangan, seperti pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Karena sebanyak 64,6% or a ng ibu mengaku mendapatkan susu formula dari bidan di mana ibu melakukan persalinan dan keseluruhannya dialami oleh ibu yang bersalin di praktik bidan ataupun rumah sakit bersalin swasta.

Pemberian susu formula oleh sebagian tenaga kesehatan ini menunjukkan adanya pelanggaran dan ketidakkonsistenan petugas akan program ASI eksklusif. Hal ini memungkinkan timbulnya persepsi yang salah pada ibu bahwa pemberian susu formula itu diperbolehkan bahkan baik untuk bayi. Menurut Widodo dkk (2003) dan Insel et al. (2010), pemberian susu formula pada bayi dapat mengganggu proses penyusuan, lebih mudah tercemar bakteri dan mudah untuk terserang diare. Dukungan yang tidak diberikan layanan kesehatan, selain tidak memberikan susu formula, adalah tidak memberikan penjelasan mengenai manfaat IMD dan kolostrum serta cara agar tetap bisa menyusui meski ibu terpisah dari bayinya. Penjelasan cara agar tetap bisa menyusui meski ibu terpisah dari bayi sangat dibutuhkan terutama oleh ibu yang bekerja. Apalagi di wilayah ini sebanyak 26,6% merupakan ibu bekerja. Akibat tidak adanya penjelasan ini, hanya 9,5% orang ibu bekerja yang dapat memberikan ASI eksklusif dengan cara memberikan ASI perah pada saat ibu di tempat kerja. Penjelasan manajemen laktasi dan fasilitas yang mendukung akan mempermudah ibu bekerja untuk memberikan ASI eksklusif (Insel et al., 2010).

KESIMPULAN

Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Nelayan hanya sebesar 19,0%. Mayoritas ibu mempunyai karakteristik antara lain berusia 20 –35 tahun, berpendidikan SMA dan tidak bekerja. Pengetahuan yang tidak dimengerti ibu antara lain pengertian dan manfaat ASI eksklusif serta dampak pemberian makanan/minuman tambahan dini. Sikap negatif ibu antara lain setuju untuk memberikan susu formula pada bayi usia < 6 bulan serta kurang setuju untuk memberikan ASI saja pada bayi hingga usia 6 bulan.

Dukungan keluarga ibu berupa informasi, penilaian, bantuan (instrumental) dan pujian (emotional). Dukungan yang tidak diberikan keluarga adalah informasi mengenai ASI eksklusif dan membantu pekerjaan ibu sehari-hari di rumah. Dukungan layanan kesehatan sebagian besar diperoleh dari bidan praktik. Dukungan layanan kesehatan yang tidak diberikan berupa penjelasan tentang manfaat IMD dan pemberian kolostrum, cara agar tetap bisa menyusui bayi meskipun ibu dan bayi terpisah dan tidak memberikan susu formula. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu, sikap ibu, dukungan keluarga, dukungan layanan kesehatan dengan pola pemberian ASI.

SARAN

Diharapkan Puskesmas Nelayan untuk tetap melanjutkan penyuluhan ASI eksklusif pada ibu dan keluarga, melakukan koordinasi dengan layanan kesehatan di wilayah kerjanya mengenai program ASI eksklusif dan pemantauan promosi susu formula. Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik melakukan koordinasi dengan seluruh layanan kesehatan untuk menerapkan sepuluh langkah keberhasilan menyusui serta membuat larangan promosi PASI di layanan kesehatan. K eluarga juga diharapkan memberikan dukungan pada ibu menyusui baik dalam bentuk informasi, perhatian dan pujian serta bantuan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan merawat bayi.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Declerq, Eugene, Miriam H.L, Carol Sakala, Marry Ann O’hara. 2009. Hospital Practices and Women’s Likelihood of Fulfi lling their Intention to Exclusively Breastfeed. American Journal of Public Health, 99: 5–929.

Depkes RI. 2001. Manajemen Laktasi, Buku Panduan bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Dirjen Binkesmas.

Depkes RI. 2004. Kepmenkes 450/SK/MENKES/ VIII/2004: Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan. Depkes RI. 2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan

Minimal, Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Jakarta: Dirjen Binkesmas. Dinkes Gresik. 2010. Laporan Tahunan Dinas

Kesehatan Kabupaten Gresik Tahun 2010. Gresik: Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik. Direktorat Statistik dan Kependudukan. 2007.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Biro Pusat Statistik.

Hur lo ck, E liz a bet h B. 2004. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5. Jakarta: EGC. Insel, R. Paul, Elaine Turner, Don Ross, 2010.

Discovering Nutrition. Boston: Jones and Bartlett Publishers.

Kementerian PP RI., 2010. Peraturan Menteri Negara No. 3 tahun 2010: Pedoman Peningkatan Penerapan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang Responsif

Gender bagi Pusat dan Daerah. Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2001. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Info Media.

Rolfes, Sharon R. 2009. Understanding Normal and Clinical Nutrition. Australia: Wadsworth Cengage Learning.

Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Eksklusif, seri 1. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Siregar, Arifi n. 2004. Pemberian ASI eksklusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Laporan Penelitian. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Suradi. 2004. Beberapa Masalah yang Berhubungan dengan Laktasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widodo, Rahayu. 2010. Pemberian Makanan,

Suplemen dan Obat pada Anak. Jakarta: EGC. Widodo, Yekti, Bambang Udji D.R., Zulaela.

2003. Pertumbuhan Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif dan ASI Tidak Eksklusif. Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Universitas Indonesia.

Zulfayeni. 2004. Pengaruh Dukungan Pelayan Kesehatan terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi sampai 4 Bulan di Kota Pekanbaru. Tesis. Yogyakarta; Universitas Gajah Mada.

Gambar

Tabel 1.  Distribusi Pola Pemberian ASI di Wilayah  Puskesmas Nelayan Variabel Jumlah n % Pemberian kolostrum  Ya 69 87,3  tidak 10 22,7
Tabel 2 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil  uji statistik terdapat hubungan antara pengetahuan  (p = 0,003), sikap (p = 0,006), dukungan keluarga  (p = 0,002),  dukungan layanan  kesehatan  (p =  0,001)  dengan pola  pemberian  ASI
Tabel 4.  Dukungan Layanan Kesehatan yang Diterima Ibu

Referensi

Dokumen terkait

Standar kompetensi terbentuk atas kata standar dan kompetensi. Standar diartikan sebagai ”Ukuran” yang disepakati, sedangkan kompetensi telah.. didefinisikan sebagai

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, besarnya masukan energi pada proses pengolahan di setiap tahapan proses mulai dari pelayuan pucuk teh, penggilingan dan

Pada beberapa penelitian lain juga memperlihatkan bahwa buku sebagai bahan ajar masih mengandung teks dan ilustrasi yang bias gender yakni (1) Ng Yun Jin dkk menunjukkan

Beberapa penelitian di atas memberikan sebuah pemahaman bahwa manajemen pemasaran dalam konteks rumah sakit merupakan upaya yang dapat dilakukan agar

Hasil penelitian menunjukkan Nilai-nilai humanistis yang ada dalam proses pembelajaran PAI di SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School (ICMBS) Sidoarjo

Penelitian ini adalah mengisolasi khitin yang terdapat dalam kilit udang untuk di buat membran komposit khitosan-selulosa yang dipersiapkan dengan proses inversi

Membran komposit khitosan dengan komposisi optimum dipotong menjadi potongan-potongan kecil (1,6 cm x 5,0 cm) dan direndam dalam larutan asam sulfat dengan variasi

Downloader adalah sebuah memori untuk menyimpan program pada Bascom AVR, sebagai in-system programmer yang dapat dihubungkan ke komputer melalui port USB untuk