FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI
MODERATING VARIABEL (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
TESIS
Oleh
MARTOGI MARITO SITORUS 107017086/Akt
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI
MODERATING VARIABEL (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Akuntansi Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Oleh
MARTOGI MARITO SITORUS 107017086/Akt
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Penelitian : FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI
MODERATING VARIABEL (STUDY EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
Nama Mahasiswa : Martogi Marito Sitorus
Nomor Pokok : 107017086
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA)
Ketua Anggota
(Drs. Erwin Abubakar, MBA, Ak)
Ketua Program Studi Dekan Fakultas Ekonomi
Telah Diuji Pada
Tanggal : Oktober 2013
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS., MBA., CPA
1.
Drs. Erwin Abubakar, MBA,Ak
2.
Dr. HB. Tarmizi, SU
3.
Dra. Sri Mulyani, MBA,Ak
PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI
MODERATING VARIABEL (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)
Dengan ini peneliti menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi Ilmu Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya peneliti sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang peneliti lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah peneliti cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya peneliti sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, peneliti bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang peneliti sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Oktober 2013
Yang membuat pernyataan,
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI MODERATING VARIABEL (STUDI EMPIRIS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diwakili Dividen Payout Ratio (DPR),
Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment
Opportunity Set (IOS) dan komisaris independen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, serta menguji dan menganalisis apakah Dividen Payout Ratio (DPR),
Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment
Opportunity Set (IOS) dan komisaris independen sebagai hasil uji faktor
berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap nilai perusahaan serta corporate social responsibility variabel moderating mempengaruhi hubungan Dividen Payout Ratio (DPR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Ukuran Perusahaan (Size), Investment Opportunity Set (IOS) dan
Komisaris Independen terhadap nilai perusahaan. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 131 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 13 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji KaiserMeyer-Olkin (KMO) untuk hipotesis pertama, metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis kedua, dan uji residual untuk hipotesis ketiga dengan menggunakan software SPSS. Hasil Penelitian ini membuktikan pada hipotesis pertama Variabel Faktor-Faktor Perusahaan (DPR, DER, ROE, size, IOS dan komisaris independen) berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui uji factor. Pada hipotesis pertama bahwa DPR, DER, ROE,
size, IOS dan komisaris independen secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial variabel ROE dan IOS yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ketika CSR digunakan sebagai variabel moderating pada pengujian kedua, variabel CSR bukan merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel DPR, DER, ROE, size,
IOS dan komisaris independen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kata kunci : Dividen Payout Ratio (DPR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on
Equity (ROE), Ukuran Perusahaan (Size), Investment Opportunity
THE FACTORS INFLUENCING THE COMPANY VALUE AND ITS INFLUENCE ON THE SHARE PRICE WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
AS MODERATING VARIABLE (AN EMPIRICAL STUDY ON THE GO PUBLIC MANUFACTURING COMPANY REGISTERED
IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE)
ABSTRACT
The purpose of this study was to test and analyze the factors influencing the value of the company represented by Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment Opportunity Set (IOS ) and the independent commissioner registered in the Indonesian Stock Exchange, to test and analyze whether or not the Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment Opportunity Set (IOS) and the independent commissioner as the resultsof factors test simultaneously or partially had influence on the value of the company and whether the corporate social responsibility as the moderating variable had influence on relationship between Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size , Investment Opportunity Set (IOS) and the independent commissioner on the value of company. The population of this study was 131 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange from 2008-2011, and 13 of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. For the first hypothesis, the data obtained were processed and tested through KaiserMeyer-Olkin (KMO) method. For the second hypothesis, the data obtained were tested through multiple linear regression statistical test, and test residuals is using SPSS program. The results of this study through factors test showed that, in the first hypothesis, the variable of the company factor (DPR, DER, ROE, size, IOS and independent commissioner) had influence on value of company. In the first hypothesis that DPR, DER, ROE, size, IOS and the independent commissionersimultaneously had influence on the value of company, but partially only the variables of ROE and IOS had influence on the value of the company. When CSR was used as a moderating variable in the second test, a variable of CSR was not a moderating variable that could strengthen or weaken the relationship between the variables of DPR, DER, ROE, size, IOS and independent commissioner and the value of the manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia- Nya, sehingga peneliti berhasil menyelesaikan tesis yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Perusahaan dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Dengan Corporate Social Responsibility
(CSR) Sebagai Moderating Variabel (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” sebagai salah satu persyaratan pemenuhan untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Akuntansi Ilmu Ekonomi Sumatera Utara.
Peneliti telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTH&H,M.Sc (CTM),Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,CA, selaku Dekan Fakultas Pascasasrjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara beserta seluruh stafnya.
3. Ibu Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA, selaku Ketua Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing utama penulis yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
4. Bapak Drs. Erwin Abu Bakar, M.Si,Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan saran-saran kepada penulis didalam menyusun tesis ini.
5. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA,Ak dan Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan Staf pada Program Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
tercinta Grace Priscilla Sitompul yang selalu menjadi motivasi bagi peneliti dalam menyelesaikan penulisan tesis ini.
8. Kak Dory, Kak Yusna dan staf bagian administrasi lainnya yang telah banyak membantu dalam pengurusan administrasi untuk selesai dari Sekolah Pascasarjana ini.
9. Pak Fauzion Alwi (Branch Manager Medan periode 2010 - 2012), Ramses Hutagalung (PIC BM Medan periode Jan – May 2013) dan Fery Irawan (PIC BM Medan periode 2013) serta Bapak Nofizar (Area Finance Manager Sumatera Area), terima kasih banyak atas izinnya, saran, dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini dan juga kepada rekan kerja saya Yulia Bachtiar (Human Resource Medan Branch) yang selalu bersedia menjadi tempat sharing selama pembuatan tesis ini.
10. Sahabat terbaik peneliti, Nisha Nauli Sinaga dan Bayu Wulandari, terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan masukan dalam menyelesaikan tesis ini.
11. Teman-teman seperjuangan menyusun tesis Choms, Rike, Imes, Devry, Mitha, Duma, Lias, Enda, Kak Widy, terima kasih banyak atas segala bantuan dan supportnya.
12. Teman-teman sesama stambuk 2011 lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan memberikan dukungan dan motivasi.
Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan, sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Namun demikian besar harapan peneliti, tesis ini bermanfaat bagi para investor dalam memprediksi harga saham, serta bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti pada bidang yang sama.
Medan, 20 Desember 2013
Peneliti,
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Martogi Marito Sitorus
2. Tempat/Tgl Lahir : Medan/3 Juli 1981
3. Agama : Kristen Protestan
4. Pekerjaan : Pegawai Swasta PT Trakindo Utama Cabang Medan
a. Department : Accounting
b. Jabatan : Accounting Supervisor
5. Orang tua:
a. Bapak : Besli Sitorus (+)
b. Ibu : Tio Rugun Sibuea (+)
6. Keluarga:
a. Suami : Pariang H.Sitompul, SP
b. Anak : Grace Priscilla Sitompul
7. Alamat : Perumahan Oma Deli Blok.D No.20
8. Pendidikan:
a. 1986-1987 : TK Sampali Medan
b. 1987-1993 : SD Negeri 064016 Medan
c. 1993-1996 : SMP Budi Murni 4
d. 1996-1999 : SMIP Yayasan Pendidikan Indonesia Medan (YAPIM)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRCT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang…. ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Originalitas ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Landasan Teori ... 10
2.1.1. Nilai Perusahaan ... 10
2.1.2. Corporate Social Responsibility (CSR) ... 14
2.1.3. Investment Opportunity Set (IOS) ... 17
2.1.4. Profitabilitas ... 18
2.1.5. Dividen Payout Ratio (DPR) ... 20
2.1.7. Size ... 24
2.1.8. Debt To Equity Ratio (DER) ... 26
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 29
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 35
3.1. Kerangka Konsep ... 35
3.2. Hipotesis Penelitian ... 39
BAB IV METODE PENELITIAN ... 40
4.1. Jenis Penelitian ... 40
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40
4.3. Populasi dan Sampel ... 40
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 42
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 43
4.5.1. Variabel Dependen (Y) ... 43
4.5.2. Variabel Independen (X) ... 43
4.5.3. Moderating Variabel ... 44
4.6. Metode Analisis Data ... 45
4.6.1. Uji Faktor ... 45
4.6.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 46
4.6.2.1 . Uji Normalitas ... 46
4.6.2.2. Uji Multikolonieritas ... 47
4.6.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.6.2.4. Uji Autokorelasi ... 48
4.6.3.2. Pengujian Hipotesis Kedua ... 52
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
5.1. Analisis Faktor ... 54
5.1.1. Analisis Faktor Pertama ... 54
5.2. Deskriptif Data ... 56
5.3. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... 59
5.3.1. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Pertama Sebelum Transformasi ... 59
5.3.1.1. Uji Normalitas ... 59
5.3.1.2. Uji Multikolonieritas ... 61
5.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas ... 63
5.3.1.4. Uji Autokorelasi ... 64
5.3.2 . Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Pertama Setelah Transformasi ... 64
5.3.2.1. Uji Normalitas ... 64
5.3.2.2. Uji Multikolonieritas... 66
5.3.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 67
5.3.2.4. Uji Autokolerasi ... 67
5.4. Uji Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 68
5.4.1. Uji Normalitas ... 68
5.4.2. Uji Multikolinieritas ... 70
5.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 71
5.4.4. Uji Autokolerasi ... 72
5.5. Uji Hipotesis Pertama ... 72
5.5.2. Uji Signifikansi Pasial ... 74
5.5.3. Koefisien Determinasi……… . 77
5.6. Uji Hipotesis Kedua ... 78
5.7. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 85
6.1. Kesimpulan ... 85
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 86
6.3. Saran ... 86
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 32
Tabel 4.1. Daftar Pemilihan Sampel ... 41
Tebel 4.2. Daftar Nama Sampel ... 42
Tebel 4.3. Definisi Operasional ... 44
Tabel 5.1. Kaiser-Meyer-Olkin ... 55
Tebel 5.2. Anti-image Matrices Pertama ... 55
Tabel 5.3. Stastistik Deskriptif ... 56
Tabel 5.4. One Sample Kolmogorov-Smirnov Test... 61
Tabel 5.5. Hasil Uji Multikolonieritas Sebelum Transformasi ... 62
Tabel 5.6. Tabel Autokorelasi Sebelum Transformasi... 64
Tabel 5.7. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 66
Tabel 5.8. Hasil Uji Multikolonieritas Steleah Transformasi ... 66
Tabel 5.9. Tabel Uji Aoutokorelasi Setelah Transformasi ... 67
Tebel 5.10. Uji Kolmogorov-Smirnov Hipotesis Kedua ... 70
Tabel 5.11. Hasil Uji Multikolonieritas Hipotesis Kedua ... 71
Tabel 5.12. Tabel Uji Aoutokorelasi Hipotesis Kedua ... 72
Tabel 5.13. Hasil Uji Statistik ... 73
Tabel 5.14. Uji Signifikansi Parsial ... 74
Tabel 5.15. Koefisien Determinasi... 78
Tabel 5.16. Hasil Pengujian ... 79
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 1.1. Price Book Value ... 5
Gambar 3.1. Kerangka Konsep sebelum Uji Faktor ... 35
Gambar 3.2. Kerangka Konsep setelah Uji Faktor ... 39
Gambar 5.1. Normal P-Plot ... 60
Gambar 5.2. Grafik Histogram ... 60
Gambar 5.3 Regression Studentized Residual ... 63
Gambar 5.4 Observed Cum Prob ... 64
Gambar 5.5. Scatterplot hipotesis pertama ... 67
Gambar 5.6. Normal P-Plot ... 69
Gambar 5.7. Grafik Histogram Hipotesis Kedua ... 69
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI MODERATING VARIABEL (STUDI EMPIRIS
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diwakili Dividen Payout Ratio (DPR),
Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment
Opportunity Set (IOS) dan komisaris independen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia, serta menguji dan menganalisis apakah Dividen Payout Ratio (DPR),
Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment
Opportunity Set (IOS) dan komisaris independen sebagai hasil uji faktor
berpengaruh secara simultan maupun secara parsial terhadap nilai perusahaan serta corporate social responsibility variabel moderating mempengaruhi hubungan Dividen Payout Ratio (DPR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), Ukuran Perusahaan (Size), Investment Opportunity Set (IOS) dan
Komisaris Independen terhadap nilai perusahaan. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak 131 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 13 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji KaiserMeyer-Olkin (KMO) untuk hipotesis pertama, metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis kedua, dan uji residual untuk hipotesis ketiga dengan menggunakan software SPSS. Hasil Penelitian ini membuktikan pada hipotesis pertama Variabel Faktor-Faktor Perusahaan (DPR, DER, ROE, size, IOS dan komisaris independen) berpengaruh terhadap nilai perusahaan melalui uji factor. Pada hipotesis pertama bahwa DPR, DER, ROE,
size, IOS dan komisaris independen secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial variabel ROE dan IOS yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ketika CSR digunakan sebagai variabel moderating pada pengujian kedua, variabel CSR bukan merupakan variabel moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel DPR, DER, ROE, size,
IOS dan komisaris independen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Kata kunci : Dividen Payout Ratio (DPR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on
Equity (ROE), Ukuran Perusahaan (Size), Investment Opportunity
THE FACTORS INFLUENCING THE COMPANY VALUE AND ITS INFLUENCE ON THE SHARE PRICE WITH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
AS MODERATING VARIABLE (AN EMPIRICAL STUDY ON THE GO PUBLIC MANUFACTURING COMPANY REGISTERED
IN THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE)
ABSTRACT
The purpose of this study was to test and analyze the factors influencing the value of the company represented by Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment Opportunity Set (IOS ) and the independent commissioner registered in the Indonesian Stock Exchange, to test and analyze whether or not the Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size, Investment Opportunity Set (IOS) and the independent commissioner as the resultsof factors test simultaneously or partially had influence on the value of the company and whether the corporate social responsibility as the moderating variable had influence on relationship between Dividend Payout Ratio (DPR), Debt to Equity Ratio (DER), Return on Equity (ROE), size , Investment Opportunity Set (IOS) and the independent commissioner on the value of company. The population of this study was 131 manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange from 2008-2011, and 13 of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. For the first hypothesis, the data obtained were processed and tested through KaiserMeyer-Olkin (KMO) method. For the second hypothesis, the data obtained were tested through multiple linear regression statistical test, and test residuals is using SPSS program. The results of this study through factors test showed that, in the first hypothesis, the variable of the company factor (DPR, DER, ROE, size, IOS and independent commissioner) had influence on value of company. In the first hypothesis that DPR, DER, ROE, size, IOS and the independent commissionersimultaneously had influence on the value of company, but partially only the variables of ROE and IOS had influence on the value of the company. When CSR was used as a moderating variable in the second test, a variable of CSR was not a moderating variable that could strengthen or weaken the relationship between the variables of DPR, DER, ROE, size, IOS and independent commissioner and the value of the manufacturing companies registered in the Indonesian Stock Exchange.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada umumnya setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama perusahaan
menurut Gapenski (2006), yaitu meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Perusahaan
didirikan dan dijalankan untuk mencapai tujuan kesejahteraan pemilik, yang
ditunjukkan oleh harga saham. Harga pasar saham juga menunjukkan nilai
perusahaan. Bila harga saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan
kesejahteraan pemilik perusahaan meningkat.
Nilai perusahaan dapat mencerminkan nilai asset yang dimiliki
perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat
berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan, tinggi rendahnya harga saham banyak
dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga
saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. (Matono dan Harjito;
2005:3)
Go public adalah salah satu cara yang dirasakan lebih efisien dalam
memperoleh sumber dana, namun tidak mudah untuk menarik dana dari investasi,
mengingat adanya perbedaan karakteristik para investor di dalam menilai sebuah
investasi. Dibutuhkan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan investasi
perusahaan. Oleh sebab itu, laporan keuangan digunakan sebagai sumber
informasi yang dibutuhkan oleh investor sebagai salah satu dasar pertimbangan
dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal, dan dari laporan
keuangan tersebut investor mengetahui nilai dari suatu perusahaan yang tercermin
dari harga saham yang diperdagangkan. Pada pasar modal yang efisien, harga
saham mencerminkan semua informasi yang relevan dari suatu perusahaan dan
pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi baru.
Jehsen dan Meckling (1976), Walts dan Zimmerman (1986) menyatakan
bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi yang benar
diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai
pertanggungjawaban kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan
mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraannya serta sebagai dasar pemberian kompensasi kepada agen. Investor
juga dapat melihat gambaran kondisi perusahaan secara fundamental sebagai
dasar pengambilan keputusan investasinya.
Mengingat pentingnya laporan keuangan maka perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), setiap tahunnya wajib melaporkan
laporan keuangan dan laporan tahunan kepada Bursa Efek, investor dan publik.
Laporan keuangan dan laporan tahunan yang dilaporkan tersebut dipergunakan
para investor untuk mengetahui perkembangan kinerja perusahaan serta sebagai
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek,
salah satunya adalah dengan harga pasar saham perusahaan karena harga pasar
saham perusahaan mencerminkan penilaian investor secara keseluruhan atas
setiap ekuitas yang dimiliki. Menurut Horne et al (1998) “value is represented by
the market price of the company’s common stock which in turn, is a function of
the firm’s investment, financing and dividen decision”. Harga pasar saham
menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar saham
bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan. Jika nilai suatu
perusahaan dapat diproksikan dengan harga saham maka memaksimumkan nilai
pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Hal ini dapat
dijelaskan secara sederhana sebagai berikut: nilai perusahaan (V=value) adalah
hutang (D=debt) ditambah modal sendiri (E=equity). Jika diasumsikan hutang
tetap, nilai perusahaan naik maka modal sendiri naik. Naiknya modal sendiri akan
meningkatkan harga per lembar saham perusahaan dan berdampak positif pada
nilai perusahaan itu sendiri.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar
dividen. Besarnya dividen ini dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen
yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai
perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila dividen yang dibayarkan kecil maka
harga saham perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan
membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book
value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas prospek
perusahaan ke depan. Hal ini juga menjadi keinginan para pemilik perusahaan,
sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang
saham juga tinggi (Soliha dan Taswan, 2002). Dalam realitasnya tidak semua
perusahaan menginginkan harga saham tinggi (mahal), karena takut tidak laku
dijual atau tidak menarik investor untuk membelinya. Hal ini bisa dibuktikan
dengan adanya perusahaan-perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia
yang melakukan stock split (memecah saham). Itulah sebabnya harga saham harus
dapat di buat seoptimal mungkin. Artinya harga saham tidak boleh terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Harga saham yang terlalu murah dapat berdampak buruk pada
citra perusahaan dimata investor. Gambar 1.1 berikut ini merupakan perhitungan
rata-rata nilai perusahaan berdasarkan price book value dari tahun 2008 sampai
dengan tahun 2011 di BEI.
Gambar 1.1 Price Book Value (PBV)
Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data Diolah)
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa nilai perusahaan yang
dihitung dengan price book value dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
menunjukkan perubahan setiap tahun yang sangat bervariasi dan menunjukkan
fluktuasi naik turun di tiap tahun yang berbeda dan menunjukkan gejala yang
sama di semua perusahaan sampel.
Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan suatu konsep
sebagai sebuah gagasan menjadikan perusahaan tidak lagi dihidupkan pada
tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan
(firm value) yang di reflesikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi
tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada konsep triple bottom lines yaitu
juga memperhatikan kesejahteraan sosial dan lingkungan (Elkington, 1997 dalam
CSR Indonesia.com). Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai
perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD),
mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha
untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi
dari komunitas setempat atau pun masyarakat luas, bersamaan dengan
peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya. CSR masih kerap
menunjukkan kecenderungan sebagai kegiatan kosmetik. Ia menjadi sekedar
fungsi kepentingan public relation, citra korporasi atau reputasi dan kepentingan
perusahaan untuk mendongkrak nilai di bursa saham. CSR hanya dilakukan
sebagai pemenuhan kecendrungan global tanpa substansi distribusi kesejahteraan
konsep triple bottom line. Terlepas dari pro dan kontra tersebut hasil penelitian
yang dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Yuniasih & Wirakusuma
(2007) menunjukkan hasil bahwa kinerja keuangan dan CSR berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan,.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Apakah Dividen Payout Ratio (DPR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), ukuran perusahaan (Size), Investment Opportunity Set
(IOS) dan komisaris independen berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah variabel Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara
Dividen Payout Ratio (DPR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on
Equity (ROE), ukuran perusahaan (Size), Investment Opportunity Set (IOS)
dan komisaris independen terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dividen Payout Ratio (DPR),
(Size), Investment Opportunity Set (IOS) dan komisaris independen secara
simultan dan parsial terhadap nilai perusahaan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah variabel Corporate Social
Responsibility (CSR) dapat memoderasi hubungan antara Dividen Payout
Ratio (DPR), Debt Equity to Ratio (DER), Return on Equity (ROE), ukuran
perusahaan (Size), Investment Opportunity Set (IOS) dan komisaris
independen dengan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pelatihan intelektual yang
diharapkan dapat menambah pemahaman terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai perusahaan.
2. Bagi Manajemen
Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dan sumbangan
informasi dalam pengambilan keputusan dan penentuan strategi
perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan bagi
investor, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
Penelitian ini diharapkan akan melengkapi temuan-temuan empiris yang
telah ada di bidang akuntansi untuk kemajuan dan pengembangan ilmiah
dimasa yang akan dating.
1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dari Jurnal Rinawati dan Wardoyo
yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Automotive Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2006-2010). Kesimpulan dalam penelitian ini,
menyebutkan bahwa Pengaruh insider ownership dan size (ukuran perusahaan)
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hal ini dibuktikan dengan nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Perusahaan besar lebih banyak disorot oleh
masyarakat dibandingkan perusahaan kecil. Nilai koefisien determinasi yang
ditunjukkan dengan adjusted R square adalah sebesar 0,610. Hal ini dapat di
artikan bahwa variabel independen (ukuran perusahaan, insider ownership dan
interaksi manajemen laba dengan ukuran perusahaan) dapat menjelaskan variabel
bebas (nilai perusahaan) sebesar 61%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak diamati dalam penelitian ini, seperti rasio fundamental perusahaan.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya:
1. Data sekunder yang digunakan peneliti sebelumnya menggunakan data tahun
2006 – 2010, sedangkan penelitian ini menggunakan data tahun 2008 – 2011.
2. Variabel independen yang digunakan oleh peneliti terdahulu adalah size dan
variabel DPR, DER, ROE, Size, IOS dan komisaris independen dan
menambah variabel moderating yaitu CSR.
Alasan melakukan replikasi adalah peneliti ingin melihat apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, hasilnya masih konsisten pada
tahun-tahun belakangan ini. Penelitian sebelumnya dilakukan pada tahun-tahun 2006-2010,
sedangkan pada penelitian ini dilakukan selama 4 tahun berturut-turut yaitu
2008-2011 dengan asumsi penelitian dilakukan untuk melihat apakah faktor-faktor
tersebut memiliki konsistensi terhadap hasilnya ketika tahun pengamatannya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LandasanTeori 2.1.1. Nilai Perusahaan
Pinches (1994, p.6) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai: “the total
value firm is a function of the claims of both stockholder and bondholders on the
firm. Market value of the firm is equal to the total of the market value of the stocks
and the market value of firm’s bond (and other debts)”. Menurut Weston dan
Copeland (1997, P.20), nilai total perusahaan berarti nilai pasar seluruh komponen
struktur keuangan perusahaan. Dari pengertian-pengertian ini dapat disimpulkan
bahwa nilai perusahaan merupakan total nilai pasar saham, obligasi dan hutang
perusahaan.
Van Horne (2002,p.3) menyatakan bahwa,”value is represented by the
market price of the company’s common stock, which, in turn, is reflection of the
firm’s investment, financing and dividend decisions”. Maksudnya adalah nilai
perusahaan ditunjukkan oleh harga saham perusahaan yang mencerminkan
keputusan-keputusan investasi, pendanaan dan dividen. Bagi perusahaan yang
telah go public, nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. “Harga saham
merupakan harga yang terjadi pada saat saham diperdagangkan di pasar”
(Fakhruddin & Hadianto, 2004, p.316). Karena dengan nilai perusahaan yang
tinggi akan menunjukkan prospek perusahaan ini di mata investor, selain itu nilai
dimana kemakmuran merupakan tujuan utama dari setiap perusahaan, dan salah
satu cara untuk meningkatkan nilai perusahaan adalah dengan menaikkan harga
sahamnya.
Nilai perusahaan tidak hanya terdiri atas harga (contoh lain nilai yang
harus dibayar atas suatu bisnis) tetapi terkait atas syarat dan kesepakatan. Nilai
yang berbeda atas suatu bisnis bisa terjadi karena adanya jenis operasi yang
berbeda, struktur kesepakatan, syarat pembayaran,dll. Bukan karena penggunaan
metode penilaian yang berbeda.
Beberapa nilai perusahaan ditentukan oleh:
1. Future Performance
Nilai bisnis atau perusahaan sangat ditentukan pada kinerja masa depannya,
bukan pada kinerja masa lalu. Sejarah bisnis yang relevan sejauh itu
membantu memproyeksikan kinerja masa depan yang diharapkan di tangan
pembeli baru. Kinerja masa depan bisnis tergantung pada kondisi bisnis saat
ini dan apa yang akan dilakukan oleh new buyer atas bisnis tersebut. Oleh
karena itu nilai-nilai bisnis tergantung pada pembeli dan harapannya.
i. Arus Kas: Merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan nilai
bisnis
ii. Pendapatan: Umumnya pendapatan merupakan faktor sekunder dalam
menentukan nilai. Jika dua perusahaan memiliki pendapatan yang sama,
tetapi satu memiliki dua kali arus kas, perusahaan tersebut tentu saja
arus kas yang sama tetapi salah satu perusahaan memiliki dua kali lipat
pendapatan, perusahaan tersebut kemungkinan memiliki nilai yang tinggi.
2. Financial Leverage
Nilai bisnis sangat tergantung pada pengaruh keuangan pasca akuisisi.
Financial leverage yang lebih tinggi, umumnya terkait dengan basis asset
yang tinggi, yang berarti biaya rata-rata atas modal lebih rendah maka nilai
perusahaan dinilai lebih tinggi. Financial Leverage tergantung pada nilai
asset, jenis asset, ukuran bisnis, kondisi pasar, kelayakan kredit pembeli,
kualitas pendapatan, pasca akuisisi manajemen, dll. Asset perusahaan
merupakan faktor penting dalam menentukan nilai perusahaan.
3. Financial Return Expectation
Nilai bisnis sangat bergantung pada kembalinya hasil atas investasi. Tingginya
harapan Return on Investment (ROI) oleh pembeli menyebabkan turunnya
nilai bisnis.
4. Cash Flow, Not Profits
Nilai bisnis sangat bergantung pada arus kas, bukan laba. Sebuah bisnis yang
memiliki asset yang tinggi membutuhkan modal kerja yang tinggi cenderung
membutuhkan lebih dari keuntungan yang akan diinvestasikan kembali dalam
bisnis, sehinga mengurangi kas yang tersedia untuk membayar utang. Oleh
karena itu nilai perusahaan dihargai lebih rendah. Sebaliknya adalah benar
untuk bisnis dengan asset yang rendah membutuhkan modal kerja yang
akan diinvestasikan kembali dalam bisnis, sehingga dana kas yang ada dapat
diinvestasikan kembali.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang
sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai
perusahaan juga tinggi. Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm
adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahan (value of the firm)
(Salvatore, 2005). Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi
suatu perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan. Menurut Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atau
surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar. Harga saham yang
tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan
membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga
pada prospek perusahaan di masa depan.
Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi,
perkiraan, dan judgement. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu: nilai
ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada
harga yang wajar; penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu.
Harga pasar dari perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual
disaat terjadi transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham
dianggap cerminan dari nilai asset perusahaan sesungguhnya. Nilai perusahaan
yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh
positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai
sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan
utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham.
Menurut (Brigham & Gapenski, 2006) sendiri price book value adalah
perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per saham. Di mana nilai
buku per saham (book value per share) adalah perbandingan antara modal dengan
jumlah saham yang beredar (shares outstanding). Formula price book value dan
book value adalah sebagai berikut (Brigham & Gapenski, 2006, p.631; Brigham
& Ehrhardt, 2002, p.87-89):
Share
2.1.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
Pertanggung jawaban sosial perusahaan atau CSR adalah mekanisme bagi
suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders.
CSR adalah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai
perusahaan. Salah satu dasar pemikiran yang melandasi CSR yang pada saat ini
dianggap sebagai inti etika bisnis adalah kesadaran bahwa perusahaan tidak hanya
memiliki kewajiban ekonomi dan legal terhadap pemegang saham (shareholder)
kepentingan) seperti pemerintah, customers, investor, masyarakat, pegawai dan
bahkan competitor.
Beberapa tahun terakhir banyak perusahaan semakin menyadari
pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya, ini
berkaitan dengan tuduhan bahwa industri adalah penyumbang terbesar dari
terjadinya pemanasan global jelas tidak terbantahkan lagi. Penggunaan energy
yang boros hingga buangan limbah gas karbon akibat proses produksi merupakan
dampak negatif operasi perusahaan yang terjadi setiap harinya. Pemanasan global
selalu menjadi isu yang didengungkan perusahaan besar di dunia. Kondisi ini
berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia. Menurut data yang dihimpun
melalui
menampilkan beragam perusahaan yang telah mengimplementasikan program
CSR baru-baru ini, nampak jelas terlihat bahwa isu yang dibangun belum
menyentuh masalah pemanasan global sama sekali. Banyak perusahaan
menyatakan dengan gagah bahwa dengan programnya secara nyata akan
mengurangi permasalahan bangsa dan masyarakat Indonesia terutama kemiskinan,
pengembangan masyarakat, hingga pendidikan dan kesehatan.
Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori
perusahaan. Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan 15 progresif. Tentu
saja dalam kenyataannya, kategori ini bisa saja saling bertautan.
a. Perusahaan Minimalis.
Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang rendah.
Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori ini.
b. Perusahaan Ekonomis
Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggaran CSR-nya
rendah. Perusahaan yang termasuk kategori ini adalah perusahaan besar,
namun pelit.
c. Perusahaan Humanis
Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi anggaran CSR nya relatif
tinggi. Perusahaan pada kategori ini disebut perusahaan dermawan atau
baik hati.
d. Perusahaan Reformis
Perusahaan ini memiliki profit dan anggaran CSR yang tinggi. Perusahaan
seperti ini memandang CSR bukan sebagai beban, melainkan sebagai
peluang untuk lebih maju.
2. Berdasarkan tujuan CSR: apakah untuk promosi atau pemberdayaan
masyarakat:
a. Perusahaan Pasif
Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas, bukan untuk
promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, sekedar melakukan kegiatan
karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan CSR sebagai hal yang
b. Perusahaan Impresif
CSR lebih diutamakan untuk promosi daripada untuk pemberdayaan.
Perusahaan seperti ini lebih mementingkan “tebar pesona” daripada “tebar
karya”.
c. Perusahaan Agresif
CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan daripada promosi. Perusahaan
seperti ini lebih mementingkan karya nyata daripada tebar pesona.
d. Perusahaan Progresif
Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi dan sekaligus
pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang sebagai kegiatan yang
bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajuan perusahaan.
2.1.3. Investment Opportunity Set (IOS)
IOS dikenalkan pertama kali oleh Myers (1977). IOS menurut Myers
(1977) adalah kombinasi antara aktiva yang dimiliki perusahaan (assets in place)
dan pemilihan investasi pada masa yang akan datang dengan Net Present Value
(NPV) positif. IOS meliputi pengeluaran modal untuk pengenalan produk baru,
atau memperluas jangkauan pasar produk yang ada, alternative pengeluaran untuk
menekan biaya restrukturisasi perusahaan, pilihan kebijakan akuntansi yang
menguntungkan. Lebih lanjut Myers (1977), menyatakan bahwa semua biaya
variabel adalah bagian dari IOS.
Investasi adalah pengelola sumber-sumber dalam jangka panjang untuk
Martono dan Agus, (2005) IOS merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh
suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh
pendapatan dimasa yang akan datang.
Jenis pengeluaran modal tampaknya besar pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan, karena jenis informasi tersebut akan membawa informasi tentang
pertumbuhan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang. MC Connell
dan Muscarella (1984) menguji gagasan dalam kaitannya dengan tingkat
pengeluaran research dan development perusahaan. Ternyata kenaikan dalam
pengeluaran modal, relatif terhadap harapan-harapan sebelumnya, mengakibatkan
kenaikan return atas saham sekitar waktu pengumuman, dan sebaliknya return
negative atas perusahaan melakukan penurunan pengeluaran modal.
2.1.4. Return on Equity (ROE)
ROE merupakan salah satu bagian dari Profitabilitas. Profitabilitas adalah
suatu pengertian relative mengenai laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan
dengan jumlah modal yang tertanam dalam perusahaan yang bersangkutan dengan
tidak dibedakan apakah modal itu merupakan kekayaan sendiri (seperti modal
saham) ataukah kekayaan asing (kredit bank, obligasi) yang terdapat dalam
perusahaan itu (Moekijat; 1999, p.471). Menurut Brigham dan Gapenski (2006,
p.629), “Profitability is the net result of a number of policies and decisions.”
Maksudnya, profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
merupakan kemampuan suatu perusahaan didalam menghasilkan laba melalui
kegiatan manajemen perusahaan tersebut.
Profitabilitas menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi investor
dalam keputusan investasi. “profitability yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan yang baik, sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan
nilai perusahaan akan meningkat” (Sujoko & Soebiantoro, 2007,p.43).
Profitabilitas dapat diproksi melalui ROE sebagai ukuran profitabilitas
perusahaan. Menurut Brigham and Houston (2001) ROE adalah rasio laba bersih
setelah pajak terhadap modal sendiri. Maksud dari definisi ROE yang
dikemukakan oleh Brigham and Houston tersebut adalah bahwa rasio ini
mengukur tingkat pengembalian atas investasi bagi para pemegang saham. Dari
definisi ROE di atas dapat disimpulkan bahwa, tingkat pengembalian modal atau
ROE adalah rasio yang mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh
pemilik perusahaan (pemegang saham) atas modal yang disetorkannya untuk
perusahaan tersebut. Secara umum, semakin tinggi ROE, semakin baik kedudukan
pemilik perusahaan sehingga akan meyebabkan baiknya penilaian investor
terhadap perusahan yang menyebabkan meningkatnya harga saham dan nilai
perusahaan.
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi perusahaan yang memperoleh laba yang
besar, maka dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja yang baik, sebaliknya
kalau laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil atau menurun dari periode
kinerja yang kurang baik. Laba yang menjadi ukuran kinerja perusahaan harus
dievaluasi dari suatu periode ke periode berikutnya dan bagaimana laba aktual
dibandingkan dengan laba yang direncanakan.
Dewasa ini banyak pimpinan mendasarkan kinerja perusahaan yang
dipimpinnya pada financial performance. Paradigma yang dianut oleh banyak
perusahaan tersebut adalah profit oriented. Perusahaan yang dapat memperoleh
laba besar, maka dapat dikatakan berhasil atau kinerja yang baik. Profitabilitas
adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan
(Brigham dan Gapenski, 2006).
2.1.5. Dividen Payout Ratio (DPR)
Motivasi atau tujuan utama investor menanam modal pada saham
perusahaan, yaitu ingin mendapatkan dividend selain capital gain. Menurut
Fakhruddin dan Hadianto (2006, p.6), “Dividen yaitu pembagian keuntungan yang
diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan
perusahaan, sedangkan capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga
jual untuk kurun waktu tertentu.
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut tentang
penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba
tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Perusahaan bisa membagi dividen dalam bentuk uang tunai atau dalam bentuk
saham (stock dividen). Kebijakan dividen masih merupakan masalah yang
Pertama, pendapat yang mengatakan dividen dibagi sebesar-besarnya (dividend
relevant); Kedua, kebijakan dividen tidak relevan; dan ketiga perusahaan
membagi dividen sekecil mungkin.
Ross (1977) menyatakan bahwa perusahaan yang menaikkan pembayaran
dividennya memberi sinyal bahwa arus kas di masa mendatang cukup besar untuk
memenuhi pembayaran dividen tanpa meningkatkan kemungkinan kebangkrutan.
Karena itu, diharapkan akan diperoleh bukti empiris bahwa nilai perusahaan
meningkat karena dividen diterima sebagai sinyal bahwa perusahaan akan
memperoleh arus kas di masa mendatang yang lebih besar (Ross, 1977;
Battacharya,1979; Hakansson, 1982 dan Miller et al., 1985). Sehingga untuk
melihat relevansi dividen, khususnya mengenai dampak sinyalnya, dalam studi ini
rasio total dividen terhadap total earnings dimasukkan ke dalam model
penelitian.
Miller dan Modigliani (1961) menemukan bahwa nilai perusahaan tidak
dipengaruhi oleh kebijakan dividen apabila tidak ada pajak atau biaya transaksi
serta setiap orang mendapatkan informasi lengkap mengenai distribusi arus kas di
masa mendatang dari perusahaan. Namun bila pajak pendapatan personal dan
perusahaan diperhitungkan, maka akan lebih optimal bila tidak membagikan
dividen sama sekali karena pengenaan pajak tersebut akan melebihi capital gain
2.1.6. Komisaris Independen
Terdapat dua sistem manajemen yang berbeda yang berasal dari dua
system hukum yang berbeda (FCGI, 2011) yang membedakan mekanisme
pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris, yaitu :
1. Sistem satu tingkat atau one tier system
Sistem satu tingkat berasal dari sistem hukum aglo saxon. Dalam sistem ini
perusahaan hanya mempunyai satu dewan direksi yang pada umumnya
merupakan kombinasi antara manajer atau pengurus senior (direktur eksekutif)
dan direktur independen yang bekerja dengan prinsip paruh waktu.
Negara-negara yang menggunakan sistem satu tingkat misalnya adalah Amerika
Serikat dan Inggris.
2. Sistem dua tingkat atau Two Tiers System
Sistem dua tingkat berasal dari sistem hukum kontinental Eropa. Dalam sistem
ini perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu dewan pengawas (dewan
komisaris) dan dewan manajemen (dewan direksi). Dewan direksi bertugas
mengelola dan mewakili perusahaan dibawah pengarahan dan pengawasan
dewan komisaris. Dewan direksi juga harus memberikan informasi kepada
dewan komisaris dan menjawab hal-hal yang diajukan oleh dewan komisaris.
Sehingga dewan komisaris terutama bertanggung jawab untuk mengawasi
tugas-tugas manajemen. Negara-negara yang menggunakan sistem dua tingkat
Dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan
nasehat kepada direksi
serta memastikan bahwa perusahaan melaksanaan tata kelola sesuai dengan
aturan. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam
mengambil keputusan operasional. Dewan komisaris terdiri dari komisaris
independen dan komisaris non independen. Komisaris independen merupakan
komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi, sedangkan komisaris
non-independen merupakan komisaris yang terafiliasi. Terafiliasi adalah pihak yang
mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan pemegang saham
pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu
sendiri.
Keberadaan Komisaris independen telah diatur oleh Bursa Efek Indonesia
melalui peraturan BEJ tanggal 1 juli 2000 dikutip dari (FCGI, 2011).
Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di Bursa harus mempunyai komisaris
independen yang secara proporsional sama dengan jumlah saham yang dimiliki
pemagang saham minoritas. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal
komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris.
Dikarenakan Dewan Komisaris memiliki tanggung jawab dan kewenangan
untuk mengawasi kebijakan dan kegiatan yang dilakukan direksi dan manajemen
atas pengelolaan sumber daya perusahaan agar dapat berjalan secara efektif,
efisien, dan ekonomis dalam rangka mencapai tujuan organisasi, serta
penting dalam perusahaan, kemampuan dan pemahaman komisaris terhadap
bidang usaha dan emiten akan sangat mempengaruhi persetujuan dan keputusan
yang dibuat, sehingga komisaris harus memiliki dan menguasai latar belakang
pendidikan di bidang ekonomi.
Komisaris independen diharapkan mampu meningkatkan pengawasan
jalan kegiatan usaha dari praktik-praktik kecurangan sehingga pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan, dengan pengambilan keputusan yang efektif,
tepat, dan cepat, serta dapat bertindak secara independen. Sesuai dengan teori
sinyal (signal model), bahwa tingginya dividen yang dibagikan menunjukkan
tingginya performance perusahaan. Pada kondisi informasi tidak seimbang
(disparity) tinggi antara manajer dan investor, perusahaan akan memberikan
sinyal dengan membayar dividen yang tinggi.
2.1.7. Ukuran Perusahaan (Size)
Size dapat diketahui dari total aktiva perusahaan, semakin besar jumlah
aktiva perusahaan maka semakin besar size tersebut (Jin dan Machfoedz, 1998,
p.180). Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007, p.43), “Firm size menunjukkan
aktivitas perusahaan yang dimiliki perusahaan. Semakin besar size berarti semakin
besar aktiva yang bisa dijadikan jaminan untuk memperoleh hutang, sehingga
leverage akan meningkat.” Jadi dapat disimpulkan bahwa besar-kecilnya asset
yang dimiliki perusahaan dapat menunjukkan besar-kecilnya perusahaan.
Elton dan Gruber (1994, dalam Indriantoro, 2004,P.289) menyatakan
kecil dibandingkan dengan perusahaan yang kecil, karena perusahaan yang besar
dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal sehingga dianggap mempunyai
beta yang lebih kecil. Salah satu cara untuk memperoleh dana selain masuk ke
pasar modal adalah hutang kepada pihak ketiga atau kreditur. Brigham dan
Gapenski (1999, dalam Soliha & Taswan, 2002, P.169) menyatakan bahwa
perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
membutuhkan dana dari sumber eksternal yang besar.
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) size yang besar menunjukkan
perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif
dan nilai perusahaan akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan-perusahaan yang memilki size yang cukup besar, umumnya sudah berada pada
tahap maturity dan akan memiliki prospek pembagian dividen yang baik di masa
yang akan datang serta pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan
lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga
nilai perusahaan akan meningkat. Kemudian pada umumnya perusahaan dengan
ukuran yang besar memilki total aktiva yang besar pula sehingga dapat menarik
investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut dan akhirnya
saham tersebut mampu bertahan pada harga yang tinggi. Pada umumnya
perusahaan dengan size kecil sangat riskan terhadap perubahan kondisi ekonomi
dan cenderung kurang menguntungkan dibandingkan dengan peusahaan dengan
size besar.
Semakin besar size, biasanya informasi yang tersedia untuk investor dalam
tersebut semakin banyak. Size dapat diproksikan ke dalam logaritma natural dari
total aktiva (Brigham and Houston, 2001).
Size merupakan salah satu hal yang dipertimbangkan perusahaan dalam
menentukan kebijakan hutangnya. Perusahaan besar diantaranya memiliki
keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan
perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih
tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan maka
perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada
pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman
karena semakin dipercaya oleh kreditur.
2.1.8 Debt To Equity Ratio (DER)
Rasio utang terhadap ekuitas adalah ukuran dari hubungan modal yang
disumbangkan oleh kreditur dan kontribusi modal pemegang saham. Hal ini juga
menunjukkan sejauh mana ekuitas dapat memenuhi kewajiban perusahaan kepada
kreditur dalam hal terjadi likuidasi. Ada banyak cara untuk menghitung rasio
utang terhadap ekuitas, dan oleh karena itu penting untuk menjadi jelas tentang
apa jenis hutang dan ekuitas yang digunakan ketika membandingkan utang
terhadap ekuitas rasio. Misalnya, definisi analis utang mungkin tidak mencakup
semua kewajiban tetap jangka pendek dan jangka panjang, termasuk utang
konversi subordinasi, kewajiban operasi seperti kewajiban hutang dan masih harus
dibayar, dan sewa, kewajiban kontrak, atau bentuk lain dari pembiayaan yang
tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mungkin tidak dapat menghasilkan cukup
uang untuk memenuhi kewajiban utangnya. Namun, rendahnya utang terhadap
ekuitas rasio juga dapat menunjukkan bahwa suatu perusahaan tidak mengambil
keuntungan dari keuntungan yang meningkat.
Industri padat modal cenderung memiliki utang yang tinggi terhadap
ekuitas rasio dibandingkan industri menengah karena industri padat modal harus
membeli properti lebih, tanaman, dan peralatan untuk beroperasi. Inilah sebabnya
mengapa perbandingan utang terhadap ekuitas rasio umumnya paling berarti
antara perusahaan dalam industri yang sama, dan definisi rasio "tinggi" atau
"rendah" harus dilakukan dalam konteks ini. Pemberi pinjaman dan investor
biasanya lebih suka suatu perusahaan memiliki utang yang rendah terhadap
ekuitas rasio karena kepentingan mereka lebih terlindungi jika terjadi penurunan
bisnis. Dengan demikian, perusahaan dengan utang yang tinggi terhadap ekuitas
rasio mungkin tidak dapat menarik modal tambahan.
“Modigliani Miller (1958) dalam artikelnya menggunakan asumsi perfect
market (tidak ada pajak dan kesenjangan informasi). Modigliani Miller (MM)
menyimpulkan tidak ada struktur modal yang optimal. Besar kecilnya hutang
tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam kenyataannya, ada perbedaan
teori Modigliani Miller (MM), seperti adanya perbedaan perlakuan pajak terhadap
bunga dan dividen serta adanya asymmetric information. Dengan mengadakan
asumsi-asumsi ini, dimana teori Modigliani Miller menjadi dasarnya terdapat
pengembangan tentang teori struktur modal ini, yakni Balancing Theory atau
1. Balancing Theory atau Trade-Off model
Model Trade-Off atau Balancing ini merupakan evolusi atau pengembangan
dari teori irrelevance-nya Modigliani dan Miller dan saat ini merupakan
mainstream dari teori struktur modal. “kunci balancing theory (Miller Model)
adalah menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan hutang dalam
struktur modal, sehingga disebut pula sebagai trade-off theory” (Brigham &
Ehrhardt, 2002,p.681). “Perusahaan yang memiliki laba yang besar, akan
memiliki rasio hutang (debt ratio) yang besar pula” (Panggalo, 2004, p.77).
Brigham dan gapenski (2006, p.396) menjelaskan bahwa, “According to the
models, each firm should set its target capital structure such that its cost and
benefits of leverage are balanced at the margin, because such a structural will
maximaze its value.” Maksudnya, berkenaan dengan model, masing-masing
perusahaan hendaknya menyusun target struktur modal, sehingga biaya dan
manfaat utang dapat seimbang dan menguntungkan, karena struktur modal
akan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Setiawan et al. (2002, p.25), “Pada balancing theory,
perusahaan yang memperoleh keuntungan besar justru termotivasi untuk
mendapatkan hutang, karena bunga hutang dapat mengurangi pajak. Sehingga dari
pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada balancing theory,
debt ratio atau kebijakan hutang berbanding lurus dengan profitability. Dengan
kata lain, jika perusahaan menerapkan balancing theory pada struktur hutangnya
maka proporsi hutangnya akan tetap besar meskipun perusahaan mendapatkan
2. Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu tindakan
yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Dalam
Brigham dan Houston (2001), perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain,
termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal.
Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung
untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang
prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan
penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan
menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif
yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan
cerah.
2.2 Review Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti mencoba untuk menjelaskan nilai perusahaan, tetapi
penelitian empiris membuktikan bahwa yang mempengaruhi nilai perusahaan
berbeda-beda. Perbedaan ini mungkin saja disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya data yang digunakan, perbedaan tempat penelitian, perbedaan periode
pengamatan penelitian dan lain sebagainya.
Mempengaruhi Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Automotive
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006 – 2010). Dalam
penelitian ini size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hal ini dibuktikan
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000< 0,05. Size berpengaruh terhadap nilai
perusahaan yang dimoderasi oleh kepemilikan manajerial.
Dalam penelitian Hermuningsih (2009) menguji Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Malaysia dan Bursa Efek Indonesia. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Malaysia kebijakan dividen dipengaruhi oleh insider ownership dan kebijakan
hutang, sedangkan di Indonesia tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa
undang-undang yang diterapkan di Malaysia berkaitan dengan perlindungan hukum
investor dirasa lebih efektif untuk mengendalikan manajer dan insider ownership,
sehingga insider tidak mungkin meningkatkan nilai perusahaan karena
kepentingan antara pemilik dan agen diselaraskan karena kontrol pasar dan
tindakan disiplin manajer.
Dalam penelitian Herawaty (2008) Peran Praktek Corporate Governance
Sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap
Nilai Perusahaan. Hasil analisa menyatakan:
a. Earning management berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
b. Variabel corporate governance yang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan bervariasi tergantung model
c. Penelitian ini juga membuktikan bahwa komisaris independen, Kualitas
audit dan kepemilikan institusional merupakan variabel pemoderasi antara
earnings management dan nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan
manajerial bukan merupakan variabel pemoderasi
d. Earnings management dapat diminimumkan dengan mekanisme
monitoring oleh komisaris independen dan peran auditor.
Dalam penelitian Gunawan dan Utami (2008) Peranan CSR Dalam Nilai
Perusahaan. CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, artinya bahwa
CSR meruipakan faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya nilai
perusahaan.
Dalam penelitian Nirmalasari (2010) Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Nilai Perusahaan yang Dimediasi Oleh Profitabilitas Sebagai
Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan Otomotif dan Komponen yang
Listed di BEI Tahun 2004–2009). Dari hasil pengujian hipotesis didapatkan
bahwa size, kebijakan hutang dan efektivitas asset secara tidak langsung
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan melalui profitabilitas.
Hariani (2012) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan (Studi
Pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Periode 2007 - 2010).
Secara simultan CSR, leverage, IOS, Size, kepemilikan manajerial, profitabilitas,
komisaris independen, cash holding, dan DPR berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode pengamatan
2007-2010. Secara Parsial hanya variabel IOS dan Profitabilitas yang berpengaruh
Hasil-hasil penelitian terdahulu secara singkat dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Review Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian
1 Rinawati dan
Dalam penelitian ini size berpengaruh positif di Bursa Efek Malaysia kebijakan dividen dipengaruhi oleh insider
ownership dan kebijakan hutang, sedangkan di Indonesia tidak. Hal ini mengindikasikan bahwa
dan insider ownership, sehingga insider tidak