• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Promosi Kesehatan

Media pendidikan kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), alat-alat tersebut merupakan alat untuk memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat (Fitriani, 2011). Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media) maka dapat dibagi menjadi 3 (Fitriani, 2011), yakni:

1) Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer(selebaran), flipchart( lembar balik, rubrik, poster, foto.

a) Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambargambar dengan sedikit kata-kata. Kata- kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain- lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara

(2)

pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak (Notoatmodjo, 2010).

b) Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain- lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan-pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy (Notoatmodjo, 2010). c) Booklet, media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk

topik dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : Berisi informasi pokok tentang hal yang dipelajari, Ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi, Memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dengan booklet ada beberapa hal antara lain booklet itu sendiri, faktor-faktor atau kondisi lingkungan juga kondisi individual penderita. Oleh karena itu dalam pemakaiannya perlu mempertimbangkan kemampuan baca seseorang, kondisi fisik maupun

(3)

psikologis penderita dan juga faktor lingkungan dimana penderita itu berada. Di samping itu perlu pula diketahui kelemahan yang ada, oleh karena kadang informasi dalam booklet tersebut telah kadaluwarsa. Dan pada suatu tujuan instruksional tertentu booklet tidak tepat dipergunakan (Notoatmodjo, 2010). d) Flipchart ( lembar balik) adalah media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya didalam setiap lembaran buku berisi gambar peragaan dan dibaliknya terdapat kalimat yang berisi pesan-pesan dan informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut(Fitriani, 2011). Lembaran balik akan memudahkan pekerjaan untuk menerangkan dan memberikan informasi dengan gambar tahap demi tahap. Setiap tahapan memiliki satu gambar yang bernomor setelah selesai menyelesaikan isi satu nomor maka lembaran bergambar tersebut dibalikkan begitu sampai seterusnya hingga akhir Sekumpulan lembaran balik merupakan suatu pelajaran atau informasi yang lengkap sehingga akan dapat dipilih untuk segera digunakan seperlunya. Kelebihan lembar balik adalah gambar yang jelas dan dapat dilihat secara bersama-sama, menarik dan mudah dimengerti, (Sulaiman, 1985). .

e) Rubrik adalah tulisan dalam surat kabat atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal yang berkaitan dengan kesehatan(Fitriani, 2011).

f) Brosur adalah suatu alat publikasi resmi dari perusahaan yang berbentuk cetakan, yang berisi berbagai informasi mengenai suatu produk, layanan,

(4)

program dan sebagainya. Brosur berisi pesan yang selalu tunggal, dibuat untuk menginformasikan, mengedukasi, dan membujuk atau mempengaruhi orang. ( Anynomous)

2) Media elektronik yaitu televisi, film atau video dan radio.

a. Televisi yaitu media penyampaian pesan atau informasi melalui media televisi dapat bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau tanya jawab yang berkaitan dengan masalah kesehatan, pidato, TV spot, qiuz atau cerdas cermat dan sebagainya (Fitriani, 2011).

b. Radio yaitu penyampaian pesan atau informasi melalui berbagai obrolan seperti tanya jawab, sandiwara, ceramah, radio spot dan sebagainya (Fitriani, 2011).

c. Film atau video yaitu merupakan media yang dapat menyajikan pesan bersifat fakta maupun fiktif yang dapat bersifat informatif, edukatif maupun instruksional(Fitriani, 2011). Film atau video menjadi alat bantu belajar yang sangat baik, video dan film dapat mengatasi kekurangan keterampilan dalam membaca dan penguasaan bahasa, mengatasi keterbatasanpengelihatan, video dan film sangat baik untuk menerangkan suatu proses dengan menggunakan pengulangan gerakan secara lambat demi memperjelas uraian dan ilustrasi, memikat perhatian, merangsang dan memotivasi kelompok sasaran, video dan film sangat baik untuk menyajikan teori dan praktik, menghemat waktu untuk melakukan penjelasan ( Sadiman, 2006).

(5)

3) Media papan seperti billboard.

a. Media papan disini mencakup berbagai pesan yang ditulis pada kain, papan yang ditempel pada kendaraan umum ( mobil dan bus) (Fitriani, 2011).

2.2 Promosi Kesehatan

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatanpendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,

(6)

politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Green juga mengemukakan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposising factors), yang meliputi pengetahuan dan sikap seseorang.

2. Faktor pemungkin (enabling factors), yang meliputi sarana, prasarana, dan fasilitas yang mendukung terjadinya perubahan perilaku.

3. Faktor penguat (reinforcing factors) merupakan faktor penguat bagi seseorang untuk mengubah perilaku seperti tokoh masyarakat, undang-undang, peraturan peraturan, surat keputusan.

2.3 Perilaku Kesehatan 2.3.1. Pengertian

Perilaku kesehatan dapat dipahami melalui pengertian dan perilaku terlebih dahulu. Perilaku adalah aksi dari individu terhadap reaksi dari hubungan dengan lingkungannya dengan kata lain. Perilaku yang baru terjadi apabila ada sesuatu rangsangan tertentu yang akan menghasilkan untuk menimbulkan reaksi berupa perilaku (Adnani, 2011).

Skinner dalam bukunya Notoatmodjo, 2012. Seorang ahli Psikologi merumuskan bahwa perilaku itu merupakan respon atau reaksi orang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar. Dengan demikian perilaku manusia terjadi

(7)

denganadanya melalui proses Teori ini disebut teori S-O-R atau Stimulus-Organisme Respon.

Ada dua respon yang dikenal yaitu :

a. Respondent respon atau reflexise respons, yaitu respons yang ditimbulkan oleh stimulus tertentu. Misalnya : Cahaya menyilaukan menyebabkan mata menutup, menarik jari bila jari kena api atau mau digigit binatang, dan sebagainya. Stimulus seperti ini disebut elicting Stimulation, tidak lain karena stimulus ini merangsang timbulnya respons -respons yang tetap, respondent ini juga termasuk perilaku emosional, misalnya mendengar berita gembira (anak lahir, dapat hadiah, lulus ujian, dsb) . Menjadi bersemangat, mendengar berita musibah (kecelakaan, tidak lulus ujian, anak sakit, dsb) menjadi sedih.

b. Operant respons atau Instrumental respons, yaitu timbulnya respon d iikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforching stimulation atau reinforcer, reinforcer artinya penguat, hal ini dikarenakan perangsang itu memperkuat respons. Misalnya seorang staf mengerjakan pekerjaan dengan baik (dari respons tugas yang telah diberikan sebelumnya). Maka sebagai imbalannya petugas itu mendapat reward atau hadiah.

2.3.2. Bentuk Perilaku

Secara operasional, perilaku dapat diartikan sebagai respons seseorang terhadaprangsangan dari luar subject tersebut. Bentuk respons perilaku ada 2 yaitu: a. Bentuk pasif ( respons internal ): terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat orang lain.

(8)

b. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu perilaku mereka sudah tampak dalam tindakan nyata (over behaviour).

Perilaku manusia sebagian besar adalah perilaku yang dibentuk, atau perilaku yang dipelajari. Cara membentuk perilaku agar sesuai dengan yang diharapkanadalah: a. Pembentukan perilaku dengan kebiasaan (conditioning)

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight) c. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

2.3.3. Teori Perilaku

Beberapa teori perilaku yang dikenal adalah:

a. Teori Insting, yang dikemukakan Mc. Dougall. Menurutnya, perilaku itu disebabkan oleh Insting, yang merupakan perilaku yang innate, perilaku bawaan dan akan berubah karena pengalaman.

b. Teori Insentif (incentive theory), yang menyatakan bahwa dengan insentif akan mendorong organisme untuk berbuat atau berperilaku.

c. Teori Atribusi yaitu menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang, apakah karenadisposisi internal, (misalnya motif, sikap dan sebagainya), atau keadaan

external.(Walgito, 2003).

2.4 Diabetes Melitus

(9)

Diabetes melitus (DM) atau kencing manis, yang sering kali juga disapa dengan “Penyakit Gula” merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia. Dikatakan “Penyakit Gula” karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Dikatakan kencing manis karena di dalam urin atau air seni yang dalam keadaan normal tidak ada atau negative, maka pada penyakit ini akan mengandung glukosa atau gula pada urin tersebut. Agar tidak terjadi kesimpang siuran perlu diketahui bahwa glukosa atau gula yang dimaksud tidak sama dengan gula yang kita gunakan sehari-hari. Konsentrasi glukosa normal bila pada keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100 mg/dL. Dan seorang dikatakan mengidap diabetes mellitus, bila dalam pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari lebih atau sama dengan 126 mg/dL atau 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dL. Diabetes merupakan suatu penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi (Soegondo, 2008).

Pada penderita diabetes mellitus, urine atau air seninya terasa manis, karena mengandung gula (glukosa). Menurut Margatan (1995) faktor keturunan memegang peranan untuk timbulnya diabetes mellitus, yang berarti anggota keluarga dari penderita diabetes mellituslebih besar kemungkinannya untuk memperoleh penyakit ini. Mathur (1996) menyatakan bahwa diabetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolik yang mempunyai karakteristik kenaikan kadar gula (glukosa) darah yang terjadi akibat kelainan produksi dan kerja (action) insulin, atau ke dua-duanya. Menurut Subekti yang dikutip oleh Soewondo penyakit diabetes mellitus atau

(10)

kencing manis adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.

Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pancreas berfungsi membantu tubuh mendapatkan energy dari makanan. Sebagian makanan yang dimakan akan diubah menjadi glukosa. Glukosa beredar keseluruh tubuh melalui peredaran darah. Tubuh menyimpan glukosa didalam sel-sel (sel otot, jantung, lemak, hati dll) untuk kemudian digunakan sebagai sumber energi.

Penyakit diabetes dapat dengan mudah diketahui dengan cara memeriksa kadar gula darah, namun pada tahap permulaan perjalanan penyakit, gejala yang dirasakan bukanlah hal yang mengganggu ppasien, bahkan kadangkala menunjukan gejala yang tidak khas sehingga penyakit ini sering kali diketahui secara kebetulan ketika berobat ke dokter untuk suatu penyakit lain (soegondo, 2008).

2.4.2 Jenis-jenis Diabetes Melitus

Menurut Soegondo (2008) diabetes dibagi menjadi 4 yaitu : 1.Diabetes mellitus tipe I

Kebanyakan diabetes tipe I adalah anak-anak dan remaja yang pada umumnya tidak gemuk. Setelah penyakit diketahui mereka harus langsung menggunakan insulin. Pankreas sangat sedikit atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus tergantung insulin.

(11)

2.Diabetes melitus tipe II

Diabetes ini sering terjadi pada orang dewasa atau berusia lanjut, walaupun akhir-akhir ini sudah mulai banyak ditemukan pada anak dan remaja. Seorang baru saja terkena diabetes tipe II masih dapat diatasi dengan makan teratur karena pada tahap awal insulin yang dihasilkan masih cukup banyak untuk mencukupi kebutuhan. Pada diabetes tipe II dengan berat badan lebih atau obesitas penurunan berat badan masih dapat mengendalikan diabetes tanpa harus menggunakan obat atau insulin.

Pada penderita diabetes yang tidak gemuk peningkatan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh produksi insulin yang relative terlalu sedikit untuk dapat mempertahankan konsentrasi glukosa dalam darahdalam batas-batas normal., sehingga kadar glukosa darah akan meningkat.

Dalam perjalanan penyakit diabetes tipe II tubuh pada mulanya tidak dapat menggunakan insulin secara efektif dan kemudian terjadi gangguanj kemampuan sel ”beta” pancreas untuk menghasilkan hormone insulin atau terdapat gangguan terhadap kedua-duanya. Ketika insulin tidak cukup atau tidak dapat berfungsi dengan bebar, glukosa akan menetap dalam darah. Setelah cukup lama, glukosa akan bertambah banyak di dalam darah dan bila konsentrasi glukosa darah naik melebihi 160-180 mg/dL maka sebagian glukosa dikeluarkan melalui air seni (urin) dan terjadilah peningkatan glukosa didalamnya.

3.Diabetes Gestasional (kehamilan)

Diabetes ini hanya terjadi pada saat kehamilan dan menjadi normal kembali setelah persalinan.

(12)

4.Diabetes mellitus tipe lain

Kelainan pada diabetes tipe lain adalah akibat kerusakan atau kelainan fungsi kelenjar pancreas yang dapat disebabkan oleh bahan kimia, obat-obatan atau penyakit pada kelenjar tersebut.

Perbedaan diabetes mellitus tipe I dengan diabetes mellitustipe II menurut Soegondo (2008) adalah sebagai berikut:

1. Diabetes Mellitustipe I

a. Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.

b. Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.

c. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada asa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pancreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.

d. 90 % sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanent. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.

2. Diabetes Mellitus tipe II

a. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.

(13)

b. Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun.

c. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, dimana sekitar 80-90 % penderita mengalami obesitas.

d. Diabetes mellitus tipe II juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga.

2.4.3 Penyebab Diabetes Melitus

Margatan (1995) menyatakan bahwa penderita diabetes mellitusbiasanya dikarenakan kelenjar pankreas atau kelenjar ludah perut tidak mampu atau tidak cukup memprodusir hormon insulin yang dibutuhkan tubuh, sehingga pembakaran karbohidrat sebagai bahan bakar tubuh kurang sempurna. Beberapa faktor yang sering menyuburkan dan bisa menjadi pencetus adalah (1) Kurang gerak, (2) Makan secara berlebihan, (3) Kehamilan, (4) Kekurangan hormone insulin, dan (5) Hormon insulin yang terpacu berlebihan.

Adapun penyebab diabetes mellitus ada 3 macam, yaitu: (1) Gaya hidup, (2) Kondisi kesehatan, dan (3) Gen atau keturunan, sedangkan pendapat lain yang dikemukakan oleh Soegondo (2008) penyebab diabetes lainnya adalah: (1) Kadar kortikosteroid yang tinggi, (2) Kehamilan diabetes gestasional, akan hilang setelah melahirkan, (3) Obat-obatan yang dapat merusak pankreas, dan (4) Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

2.4.4 Faktor Risiko Terjadinya Diabetes Melitus

Banyak orang mempunyai gaya hidup seperti jarang melakukan aktifitas fisik atau latihan jasmani, makan terlalu banyak makanan yang mengandung lemak dan

(14)

gula, serta terlalu sedikit makanan yang mengandung serat dan tepung-tepungan. Gaya hidup seperti tadi dapat menjadi penyebab utama tercetusnya diabetes (Soegondo, 2008).

Resiko yang lebih besar mendapatkan diabetes adalah apabila :

 Faktor keturunan jika mempunyai saudara, orangtua atau kakek dan nenek dengan diabetes

 Berumur 45 tahun atau lebih

 Berat badan lebih atau obesitas

 Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas-batas normal (prediabetes atau toleransi glukosa terganggu)

 Tekanan darah tinggi yaitu lebih besar dari 130/85

 Kolestrol tinggi jika LDL kolestrol >130 mg/dL atau kolestrol total > 200 mg/dL

 Pernah mengalami diabetes gestasional

 Melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kilogram.

2.4.5 Patofisiologis

Pada penderita diabetes terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin dan gangguan skeresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel.

(15)

Resistensi insulin pada diabetes disertai dengan penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glikosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus didapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas diabetes mellitus, namun msih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetik jarang terjadi pada diabetes tipe II (Soewondo,2008).

2.4.6 Gejala Dan Tanda-Tanda Penyakit Diabetes Melitus

Beberapa gejala dan tanda-tanda awal yang perlu mendapat perhatian Menurut Imam Subekti yang dikutip oleh (Soewondo,2008) adalah sebagai berikut:

1. Keluhan klasik

a. Penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah. Penurunan BB yang berlangsung dalam waktu relative singkat harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi di sekolah dan olahraga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Rasa lelah yang terjadi

(16)

karena katabolisme protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel yang menggunakan glukosa sebagai energi.

b. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.

c. Polidipsi (peningkatan rasa haus), rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak, besarnya urin yang keluar menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi merangsang pengeluaran ADH (antidiuretik hormone) dan menimbulkan rasa haus.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar) terjadi akibat kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentuk antibody. Peningkatan konsentrasi glukosa disertai mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik.

2. Keluhan lain

a. Gangguan saraf tepi/kesemutan. Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki diwaktu malam, sehingga mengganggu tidur.

(17)

b. Gangguan penglihatan. Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali, agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

c. Gatal/bisul. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit, seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya.

d. Keputihan. Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering dirasakan.

e. Pada lelaki terkadang mengeluh impotensi hgal itu dikarenakan diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron dan system yang berperan.

2.4.7 Komplikasi

Menurut soegondo (2008) daibetes mellitus dapat mengalami komplikasi seperti berikut :

a. Komplikasi Akut

1. Keoasidosis diabetik adalah keadaan yang disebabkan karena tidak adanya insulin atau ketidakcukupan jumlah insulin, yang menyebabkan kekacauan metabolism karbohidrat, protein, lemak. Ada tiga gambaran klinis ketoasidosis diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.

2. Hipoglikemi adalah penurunan kadar glukosa darah kurang dari 60 mg/dL. Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, asupan karbohidrat kurang atau aktivitas fisik yang berlebihan.

(18)

3. Hiperglikemia/ hyperosmolar non ketotik adalah suatu dekompensasi metabolic pada pasien diabetes tanpa disertai adanya ketosis. Gejalanya pada dehidrasi berat, tanpa hiperglikemia berat dan gangguan neurologis.

b. Komplikasi kronis 1. Mikroangiopati

Retinopati diabetikum disebabkan karena kerusakan pembuluh darah retina. Faktor terjadinya retinopati diabetikum adalah lamanya menderita diabetes, umur penderita, control gula darah, faktor sistematik (hipertensi, kehamilan)

Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar protein yang tinggi dalam urin yang disebabkan adanya kerusakan pada glomerulus,

nefropati diabetikum merupakan faktor resiko dari gagal ginjal kronik.

Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangnya reflex. Selain ini juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan pada suatu atau lebih akar syaraf dan dapat disertai dengan kelemahan motoric, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.

2. Makroangiopati

 Penyakit jantung koroner ditandai dengan diawali dari berbagai bentuk dyslipidemia, hipertrigliseridemia dan penurunan kadar HDL. Pada diabetes mellitus sendiri tidak meningkatan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL

(19)

pada diabetes mellitussangat bersifat atherogemi karena mudah mengalami glikolisasi dan oksidasi.

 Penyakit Serebro vaskuler, pembuluh aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentuk emboli ditempat lain dalam system pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral yang mengakibatkan serangan iskemik dan stroke.

 Penyakit vaskuler perifer perubah aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremis bawah menyebabkan okulasi arteri ekstremitas bawah. Tanda dan gejalanya meliputi penurunan denyut nadi perifer dan klaudikatio intermiten (nyeri pada betis pada saat berjalan).

2.4.8 Perawatan Diabetes Melitus

Menurut Soewondo (2008) penatalaksanaan diabetes mellitus merupakan usaha untuk menurunkan gula darah pada penderita diabetes mellitus, adapun cara dilakukan secara terafi farmakologis atau menggunakan obat-obatan dan terapi non farmakologis atau tanpa obat-obatan. Adapun di jelaskan sebagai berikut :

1. Edukasi adalah pengelolahan mandiri diabetes secara optimal membutuhkan partisipasi aktif penderita dalam merubah prilaku yang tidak sehat. Tim kesehatan harus mendampingi penderita dalam perubahan prilaku tersebut, dan berlangsung seumur hidup. Kenberhasilan dalam pencapaian perubahan prilaku membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan (skill), dan upaya peningkatan motivasi.

(20)

2. Pengobatan dengan insulin

Jika anda seorang dengan diabetes mellitus tipe I, maka insulinlah penyelamat anda. Jika anda penderita diabetes mellitus tipe II maka tahap akhir anda akan membutuhkannya. Insulin merupakan obat yang baik namun saat ini penggunaannya masih menggunakan suntikan.

Beberapa tahun lalu insulin di ekstrak dari pankreas sapi, babi, salmon dan binatang lain. Pada tahun 1978, para peneliti menemukan cara memaksa bakreti

E.coli untuk membuat insulin manusia. Kini hampir semua insulin telah murni seperti insulin manusia (Soegondo, 2008).

Pada tubuh manusia insulin secara merespons secara konstan merespon naik-turunnya glukosa darah. Saat ini belum ada alat sederhana yang dapat mengukur kadar glukosa darah dan memberi insulin sebagaimana dilakukan pancreas. Berbagai bentuk insulin telah ditemukan dan bekerja pada waktu yang berbeda yaitu :

a. Insulin kerja cepat merupakan sedian terbaru dan paling cepat waktu kerjanya. Insulin mulai menurunkan gula darah dalam waktu 5 menit setelah diberikan, waktu puncak sekitar 1 jam. Insulin kerja-cepat merupakan kemajuan yang mutakhir karena membebaskan orang dengan diabetes untuk menyuntikan insuli sesaat sebelum makan.

b. Insulin regular kerja pendek merupakan insulin regular yang membutuhkan 30 menit untuk mulai menurunkan glukosa darah, puncaknya 3 jam dan hilang efeknya setelah 6-8 jam.

(21)

c. Insulin kerja menengah merupakan insulin yang menurunkan gula darah setelah waktu 2 jam setelah pemberian dan melanjutkan kerjanya selama 10-12 jam. Insulin ini aktif seampai 24 jam.

d. Insulin kerja panjang merupakan insulin yang mulai bekerja 6 jam dan mulai menyediakan insulin intensitas ringan selama 24 jam.

e. Insulin premix merupakan insulin yang mengandung NPH insulin 70% dan regular 30%, insulin ini membantu sangat membantu bagi orang yang memiliki kesulitan mencampur insulin dan mempunyai penglihatan yang buruk.

Pada usia anak-anak dan remaja sebaiknya segera memulai menyunyikan insulin untuk menghindari komplikasi kronis walaupun belum terjadi gejala-gejala yang disebabkan oleh konsentrasi glukosa darah yang tinggi.

3. Pengobatan dengan obat oral

Pada kenyataan tidak semua orang menyukai suntikan. Tetapi sebenarnya suatu saat penderita diabetes membutuhkannya. Sampai saat ini masih ada obat berbentuk tablet yang digunakan. Macam-macam obat diabetes yang dilakukan dengan oral.

a. Obat insulin sekretagok

b. Obat insulin biguanid

c. Obat golongan glitazone

d. Obat golongan alpha glukosidae

(22)

Pada beberapa penelitian, penderita diabetes mendapat 4-5 obat termasuk obat diabetes sering kali berintraksi dan dapat menimbulkan keracunan obat. Kadangk ala dokter memahami tidak memahami adanya intraksi obat tersebut.

4. Diet Diabetes

Bagi penderita diabetes diet diabetes merupakan perencanaan makan sesuai gizi masing-masing orang. Pada penderita diabetes sangat perlu ditekankan keteraturan makan dalam hal ini jadwal makan, jenis dan jumlah makanan.Sebenarnya bagi penderita diabetes tidak cocok disebut diet diabetes melainkan meal planning (Soegondo, 2008). Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan makan. Dietesan atau rang yang ahli dibidangnya dapat membantu perencanaan makan yang cocok. Perencanaan yang baik dibuat berdasarkan makanan dan minuman apa yang anda sukai, kapan anda ingin makan dan minum, berapa kebutuhan kalori, apa aktivitas yang anda lakukan, apa latihan jasmani yang dilakukan, kondisi kesehatan, obat apa yang diminum dan kebiasaan keluarga. Anjuran makan hendaknya sejauh mungkin mengikuti kebiasaan makan masing-msing penderita diabetes dalam arti kebiasaan yang baik di teruskan dan yang kurang baik atau tidak seimbang perlu diseimbangkan.

Makanan sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.

(23)

Kegiatan fisik dan olah raga teratur sangatlah penting selain untuk menghindari kegemukan, juga untuk mencegah dan mengobati diabetes. Olah raga dapat membantu penurunan berat badan, karena dengan berolag raga penggunaan tenaga (energy/kalori) bertambah. Pada waktu bergerak otot-otot memakai lebih banyak glukosa (gula) daripada pada waktu tidak bergerak, dengan demikian konsentrasi glukosa darah akan turun. Mulai olah raga atau aktivitas fisik insulin akan bekerja lebih baik, sehingga glukosa dapat masuk ke dalam otot untuk dibakar (soegondo, 2008).

Hal yang penting dalam olah raga adalah mencari jenis olah raga yang disenangi. Sebab hanya dengan demikian penderita diabetes akana bertahan melakukan aktivitas tersebut. Pilih olah raga yang mudah memasukannya ke dalam jadwal rutin sehari-hari dan sedikit persiapannya, pilih olah raga yang tidak mahal biaya dalam hal peralatannya, baju dan biaya.

Mulailah berolahraga sesudah lama tidak aktif dengan memulai secara bertahap. Melakukan sesuatu terlalu banyak dibandingkan kemampuan dapat menyebabkan cedera sehingga tidak dapat berolah raga lagi. Biasakan berolah raga selama 30-60 menit. Jika tidak melakukan olah raga paling sedikit usahakan lebih aktif. Usahakan selalu bergerak. Apabila bergerak akan digunakan 2 sampai 3 kali lebih banyak energy daripada bila duduk dan tidur (Soegondo, 2008).

(24)

2.5 Kerangka Teori

Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku terjadi melaui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon. Skinner membedakan dua respon, yaitu :

1. Respondent respon atau refleksif, yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation

karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan yang lezat menimbulkan keinginan kita untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta, dan sebagainya.

2. Operant respon instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut

reinforcing stimulation atau rainforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik kemudian mendapatkan penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melakukan tugasnya.

Berdasarkan teori diatas penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang merupakan suatu teori untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dan sikap (respon)

(25)

pada penderita diabetes melitus (organisme) setelah diberikan promosi kesehatan dengan media leafleat dan media brosur(stimulus).

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas yang menggunakan teori S-O-R maka kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Konsep utama penelitian adalah untuk melihat pengaruh media leaflet dan media brosur dalam peningkatan pengetahuan dan sikap dalam perawatan penderita diabetes mellitus.

BAB III

Promosi Kesehatan dengan Media Leaflet

dan Media Brosur

- Pengetahuan pasien tentang perawatan diabetes mellitus - Sikap pasien tentang perawatan diabetes mellitus

Gambar

Gambar 2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Atas limpahan karunia Allah SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “Pengaruh Strategi Example Non Example dengan Media Benda Konkret Terhadap Hasil

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayahNya, penulis dapat menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pedagang minuman dalam memilih jenis es batu di pasar tradisional sentral kota medan

Membayar uang pendaftaran khusus bagi calon siswa yang berdomisili di luar kota Blitar, sedangkan siswa yang berdomisili di kota Blitar bebas uang pendaftaran

Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri terbimbing meliputi: (a) perumusan masalah, (b) menyusun hipotesis, (c) mengumpulkan data, (d) menganalisis data, dan (e)

002 /POKJA/KUTOWINANGUN/2017 SRI WAHYUNI P PEKANBARU, 01 NOPEMBER 1970 DS TUNJUNGSETO RT 01/I KEC

Permasalahan ini kemudian menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian lebih dalam tentang hubungan antara antara umur, paritas dan pendampingan suami dengan

Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suhu dan waktu penggorengan, maka rendemen yang dihasilkan cenderung menurun, air yang terkandung dalam bahan semakin