• Tidak ada hasil yang ditemukan

Scientific News Magazine Edisi September 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Scientific News Magazine Edisi September 2016"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

E-ISSN: 2528-3049 11

Teknologi

Wireless Sensor Network

(WSN) dan

Over The Top

(OTT)

Service

Untuk Pertanian di Bali

I Putu Agus Eka Pratama

Jurusan Teknologi Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Udayana

Email: eka.pratama@unud.ac.id

Pendahuluan

Pertanian adalah sektor penting dan utama di Bali, yang telah berjalan berabad-abad lamanya dan menjadi ciri khas masyarakat Bali dan budaya Bali itu sendiri. Seiring dengan perkembangan jaman, mulai banyak generasi muda Bali yang meninggalkan sektor pertanian. Hal ini juga disebabkan oleh karena rendahnya pendapatan yang diterima oleh petani di sektor pertanian, berkurangnya lahan pertanian, rendahnya pemanfaatan teknologi, serta masih kurangnya peran serta pemerintah,

Permasalahan pertanian di Bali adalah permasalahan kompleks, tidak semata permasalahan pada sektor pertanian itu sendiri. Itu sebabnya, penangananya pun memerlukan peran serta banyak pihak dari berbagai disiplin ilmu. Misalkan saja untuk konsep dan praktek pertanian itu sendiri, dapat melibatkan para petani, pakar pertanian, dan akademisi di bidang pertanian (misalkan Fakultas Pertanian Universitas Udayana). Kemudian untuk melengkapi proses penanaman, pemeliharaan, panen, hingga pengolahan hasil pertanian dan pemasaran produknya, dapat melibatkan pihak dari bidang ilmu lainnya. Misalkan saja teknologi informasi, elektro, bisnis/ekonomi (dalam cakupan di Universitas Udayana, dapat meliputi Fakultas/Jurusan Teknik/Teknologi Informasi, Teknik/Elektro, dan Fakultas Ekonomi).

Kurangnya pemahaman petani terhadap pemanfaatan teknologi pendukung serta teknik mengolah hasil pertanian dan memasarkannya secara lebih baik dan lebih luas, turut menjadi penyebab parahnya permasalahan pertanian di Bali saat ini. Di dalam tulisan ini ini, akan disajikan uraian usulan ide pemanfaatan Wireless Sensor Network (WSN) dan Over The Top (OTT) sebagai salah satu solusi untuk

Highlight

Sektor pertanian di Bali telah lama mengalami permasalahan, yang mana solusi untuk permasalahan ini, tidak dapat diselesaikan oleh satu pihak ataupun satu disiplin ilmu, tapi melibatkan banyak pihak dan multi disiplin ilmu. Tulisan ini akan khusus membahas dari sudut pandang keilmuan teknologi informasi, mengenai perannya di dalam membantu pertanian di Bali, memanfaatkan teknologi Wireless Sensor Network (WSN) dan Over The Top (OTT) Service, dengan tetap melibatkan peran serta dari bidang ilmu lainnya (Pertanian, Bisnis, Elektro), serta bagaimana peran dari Universitas Udayana serta manfaat yang diperoleh.

Kata kunci : Pertanian, Wireless Sensor Network, Over The Top @2016. I Putu Agus Eka Pratama. All rights reserved

(2)

E-ISSN: 2528-3049 12 permasalahan pertanian di Bali, dilihat dari sisi bidang ilmu teknologi informasi. Tentunya, dengan tetap memerlukan peran serta dari bidang ilmu lainnya.

Uraian Isi

Sebelum membahas lebih lanjut, perlu dibahas lebih dulu mengenai Wireless Sensor Network (WSN) dan Over The Top (OTT). Secara umum dapat dikatakan bahwa Wireless Sensor Network (WSN) merupakan salah satu jenis teknologi

Wireless Network (intranet, internet, maupun keduanya) dengan seperangkat node sensor, sistem benam (Embedded System), dengan melibatkan komponen utama berupa Sensor, Actuator, dan Transducer, untuk melakukan pemindaian terhadap suatu objek atau lingkungan, memperoleh data, guna dikirimkan ke komputer tujuan ataupun komputer server, untuk diolah menjadi informasi [1]. Terdapat beberapa jenis node sensor yang umum diketahui saat ini. Antara lain, node sensor untuk mengukur keasaman tanah, getaran, gerakan, asap rokok, asap api (pembakaran), air, hewan, dan lain – lain.

Over The Top (OTT) merupakan salah satu bentuk aplikasi dan layanan di dalam jaringan komputer (khususnya di internet) pada Application Layer, yang terutamanya mengetengahkan layanan streaming multimedia, komunikasi (teks, audio, video), dan Social Media Social Network, melibatkan peran serta dari Telco World, OTT World, dan perangkat mobile (termasuk juga pada aplikasi-aplikasi mobile) [2]. Dapat dikatakan bahwa bisnis telekomunikasi saat ini, tidak lagi sebatas bisnis penyediaan jasa komunikasi telepon dan komunikasi berbasis pesan, tapi juga bentuk layanan digital lainnya berbasis internet, yang diakomodasi oleh Over The Top (OTT) dalam bentuk aplikasi dan layanan berupa

Over The Top Application (OTT Application) dan Over The Top Service (OTT

Service). Sebagai contoh, provider telekomunikasi di Indonesia maupun di seluruh dunia (di Indonesia misalkan Telkomsel, XL, Indosat, dan lainnya) tidak lagi hanya menjual jasa komunikasi dalam bentuk pulsa untuk telepon, SMS, dan MMS semata, tetapi juga dukungan komunikasi internet untuk jalannya OTT

Service dan OTT Application (misalkan saja Facebook, Twitter, Google, Yahoo, dan lain-lain). Sejatinya antara Telco (penyedia layanan telekomunikasi) dengan OTT ibarat simalaka. Di satu sisi, sayang untuk dilepas, namun di sisi lain, OTT (yang lebih banyak didominasi oleh pemain luar negeri) meraup banyak keuntungan tanpa adanya kontribusi besar terhadap Telco dan pemerintah (sebagai penyedia infrastruktur internet di negara bersangkutan). Untuk itulah, mulai tahun 2016 ini, Pemerintah Indonesia (melalui Kemkominfo RI) merangkul anak-anak muda Indonesia, untuk kreaktif menciptakan aplikasi dan layanan OTT, untuk kemudian dapat dibantu dipasarkan dan dipublikasikan di masyarakat (bekerja sama dengan gabungan penyedia telekomunikasi di Indonesia) [3].

Kembali lagi mengenai Wireless Sensor Network (WSN) dan Over The Top

(OTT) serta peran keduanya terhadap pertanian di Bali, maka dapat disebutkan bahwa WSN dapat dilibatkan sebagai teknologi pembantu di lapangan (dalam hal ini lahan pertanian di Bali) untuk membantu petani dan para ahli pertanian di dalam proses penyediaan benih pertanian, penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Kemudian, berbekalkan aplikasi dan layanan OTT di bidang pertanian

(3)

E-ISSN: 2528-3049 13 (saat ini telah ada 5 aplikasi dan layanan OTT untuk petani karya anak bangsa), petani dapat diajarkan untuk memanfaatkan teknologi informasi di dalam mengetahui harga pasar hasil pertanian dan pemasaran hasil pertanian secara lebih luas, tanpa harus ketergantungan dengan tengkulak/pengijon/pengepul/distributor serta mengurangi turunnya harga hasil pertanian yang disebabkan oleh panen raya (sebagaimana yang umum terjadi).

Pemanfaatan WSN di bidang pertanian, sejatinya bukanlah hal baru, baik di Indonesia maupun di negara-negara lainnya di dunia. Contoh pertama di Indonesia adalah penerapan WSN untuk memantau kondisi pertanian di Jawa Timur oleh Setiyo Budi dan Didik dari Universitas Brawijaya [4]. Selain itu, Husain, Rashid dan kawan-kawan yang menerapkan WSN untuk manajemen air dan irigasi pertanian di India, juga dapat dijadikan contoh lainnya. Mereka memanfaatkan WSN yang dikombinasikan ke dalam jaringan Cluster (Cluster Computing), DSSAT (Decision Support System for Agrotechnology Transfer), dan APSIM (Agricultural Production System Simulator) [5].

Di Amerika Serikat, penerapan WSN untuk bidang pertanian pun telah dilakukan. Herman Sahota dan kawan-kawan dari Iowa State University. USA serta Abhinav Valada dan kawan-kawan dari Carnegie Mellon University, telah mempublikasikan penelitian mereka mengenai pemanfaatan WSN pada pertanian di Amerika Serikat. Secara garis besarnya, penelitian keduanya ini, menerapkan WSN untuk membantu manajemen air dan irigasi pertanian, disertai dengan riset mengenai kehandalan (Scalability) dari jaringan WSN di dalam transmisi paket data, proses Routing, hingga manajemen data dan informasi [6] [7].

Selanjutnya mengenai Over The Top (OTT), selain turut meningkatkan kekuatan ekonomi digital Indonesia secara umum, adanya aplikasi OTT karya anak bangsa juga menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia bukan hanya bangsa pemakai saja, tapi juga bangsa produktif. Demikian juga untuk OTT karya anak bangsa yang dikhususkan untuk petani dan sektor pertanian. Pemerintah Indonesia melalui Kemkominfo RI, di tahun 2016 telah meluncurkan setidaknya 5 buah aplikasi OTT karya anak bangsa yang dikhususkan untuk membantu petani dan pertanian di seluruh Indonesia [8]. Kelima buah aplikasi OTT tersebut meliputi Tani Hub, Petani, Lima Kilo, Pantau Harga, dan Nurbaya. Kelima aplikasi OTT ini, tersedia baik dalam bentuk aplikasi mobile maupun berbasis web. Kelimanya menyajikan bukan saja informasi seputar pertanian untuk membantu petani dan masyarakat memperoleh ilmu mengenai pertanian, tapi juga membantu petani untuk memasarkan produk mereka secara langsung ke konsumen, memanfaatkan E-Commerce dan Mobile Commerce berbasis internet.

Teknologi Wireless Sensor Network dan Over The Top (OTT) tidak serta-merta hanya melibatkan para ahli dan mereka yang ada di dalam disiplin ilmu Teknologi Informasi, Informatika, ataupun Software Engineering, tapi juga yang berada di bidang elektronika, ekonomi/bisnis/manajemen bisnis, dan juga bidang pertanian. Apabila ide ini diterapkan untuk pertanian di Bali, tentunya Universitas Udayana memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih dari cukup untuk membantu mengimplementasikannya, baik dari sisi akademisi (dosen, mahasiswa), praktisi, dan para ahli, yang setidaknya mencakup Fakultas Teknik (Teknologi Informasi,

(4)

E-ISSN: 2528-3049 14 Elektro), Fakultas Pertanian, dan Fakultas Ekonomi. Tidak tertutup juga kemungkinan untuk melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah/pusat dan perguruan tinggi/institusi pendidikan lainnya, baik di Bali, luar Bali, maupun luar negeri.

Selain itu, terdapat dua buah peran serta tambahan lainnya lagi Universitas Udayana, terkait dengan pemanfaatan WSN dan OTT pada pertanian di Bali. Pertama, melalui kegiatan penelitian/hibah penelitian (Dosen Muda, HUPS, Unggulan, lainnya), pengabdian ke masyarakat, KKN, mahasiswa dan dosen dari setidaknya empat Fakultas/Jurusan tersebut (Teknik/Teknologi Informasi, Teknik/Elektro, Ekonomi, Pertanian) dapat diarahkan langsung ke lokasi-lokasi pertanian di seluruh Bali, yang memerlukan tenaga dan buah pikir dari akademisi-akademisi Universitas Udayana. Kedua, hasil penelitian dan terjun langsung ke lapangan tersebut, dapat dipublikasikan/diseminasikan pada jurnal dan

conference, baik skala nasional maupun internasional. Kedua hal tambahan ini, akan memberikan manfaat besar bagi Universitas Udayana (beserta civitas akademisi di dalamnya, yaitu dosen dan mahasiswa) dan juga masyarakat, dari sisi penyelesaian masalah, publikasi yang meningkat dan sisi kuantitas dan kualitas (yang berperan mengantarkan Universitas Udayana menuju ke World Class University), serta tambahan dari sisi finansial (pemasukan/uang/bisnis) sektor pertanian.

Kesimpulan

Sektor pertanian di Bali telah lama mengalami permasalahan berupa penurunan jumlah petani produktif, lahan pertanian produktif, hasil pertanian, dan pendapatan petani dari sektor pertanian. Berbagai solusi telah ditempuh oleh pemerintah, bekerja sama dengan masyarakat, swasta, dan akademisi, dari berbagai bidang ilmu. Pada bidang ilmu teknologi informasi, pemanfaatan WSN dan OTT, dapat menjadi salah satu solusi untuk permasalahan pertanian di Bali, berbekalkan kepada sejumlah referensi buku, paper, yang dilatar belakangi oleh kesuksesan penerapan hal yang sama di Indonesia dan luar negeri oleh para peneliti lainnya. Tentunya, usulan ide ini juga tetap melibatkan pihak lain dari bidang ilmu lainnya, yang dalam hal ini mengambil studi kasus civitas akademisi Universitas Udayana, meliputi Fakultas/Jurusan Teknik/Teknologi Informasi, Teknik/Elektro, Ekonomi, dan juga Pertanian. Selain diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan di bidang pertanian, usulan ide ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat berarti bagi Universitas Udayana dari sisi publikasi hasil penelitian dan kontribusi nyata ke masyarakat.

Referensi

1. Eka Pratama, I Putu Agus; Suakanto, Sinung. Wireless Sensor Network

Teori dan Praktek Berbasiskan Open Source. Informatika, Bandung. 2015. 2. Eka Pratama, I Putu Agus. Handbook Jaringan Komputer. Informatika.

(5)

E-ISSN: 2528-3049 15 3. Kemkominfo RI. ATSI Dan Kominfo Siap Membina 3 OTT Nasional Untuk Bersaing Dengan OTT Global. Kemkominfo RI. 2016.

https://kominfo.go.id/content/detail/7154/atsi-dan-kominfo-siap-membina-3-ott-nasional-untuk-bersaing-dengan-ott-global/0/berita_satker

4. Budi, Setiyo; R.S.,Didik. Wireless Sensor Network Untuk Pemantauan Lingkungan Pertanian. Universitas Brawijaya. 2012.

5. Husain, Rashid, et al. Application of WSN in Rural Development Agriculture Water. International Journal of Soft Computing And Engineering (IJSCE). 2012.

6. Sahota, Herman, et al. A Wireless Sensor Network for Precision Agriculture and Its Performance. Iowa State University. USA.

7. Valada, Abhinav, et al. Design and Development of a Wireless Sensor Network System for Precision Agriculture. Carnegie Mellon University. USA. 2010.

8. Kemkominfo RI. Sinergi Program Kominfo Luncurkan Aplikasi Khusus Petani. Kemkominfo RI. 2016. https://www.kominfo.go.id/content/detail /7269/sinergi-program-kominfo-luncurkan-aplikasi-khusus-petani/0/berita _satker

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan skripsi dengan judul "Pengaruh Kepercayaan, Komitmen, dan Kemampuan Komunikasi Terhadap Loyalitas Melalui Kepuasan pada Bank Mandiri Syariah di

Intersepsi hujan yang diperloeh pada penelitian in adalah sebanyak 36,34 % maka dapat diartikan bahwa keberadaan hutan dengan kondisi seperti saat pengukuran menyebabkan jumlah

An analysis of test items quality in English final examination at Language Development Center IAIN Antasari Banjarmasin Academic Year 2015- 2016.. Jurusan

Studi ini mengkaji model karakteristik pekerjaan dari Oldham dan Hackman yang diukur berdasarkan dimensi-dimensi task identity, task significant, feedback, skill variety dan

Pada tanaman 14 MST, perlakuan pemberian kompos eceng gondok, varietas dan interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh nyata diduga karena curah hujan yang

Di Indonesia, pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) ditegaskan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia “ Hak Asasi Manusia

Namun apabila periode studi dipecah menjadi dua, yaitu periode 1990 – 1997 (dimana transaksi berjalan mencatat defisit) dan periode 1998 – 2012 terlihat bahwa

Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya, atau dalam hal ini adalah data yang diperoleh dari SIMAK UII, data tersebut adalah mengenai jumlah mahasiswa