• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 38

Analisis Psikologis dan Nilai Moral

dalam Roman

‘T Spookhuis

Karya Suparto Brata

Oleh: Syahriyatun Nikmah

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

syahriyatun@gmail.com

Abstrak: penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan aspek psikologis dalam roman ‘T Spookhuis karya Suprapto Brata. (2) Untuk medeskripsikan nilai moral yang terkandung dalam roman ‘T Spookhuis karya Suprapto Brata. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, Sumber data penelitian yaitu roman ‘T Spoookhuis. Data penelitian adalah aspek psikologis dan nilai moral yang terdapat dalam roman ‘T Spoookhuis. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik pustaka, teknik simak dan catat. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan kartu pencatat data. Teknik keabsahan data menggunakan teknik peningkatan ketekunan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Analisis psikologi dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata membahas tiga tokoh yaitu Totje, Sonia dan Jaan. Pada analisis psikologis tokoh Totje lebih cenderung dominan dalam kepribadian superego dari pada id dan ego. Sedangkan pada Sonia cenderung pada kepribadian ego. Sama halnya pada Sonia, Jaan juga cenderung kepada kepribadian ego. 2) Nilai moral yang terdapat dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata terbagi atas tiga pembahasan yaitu hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang meliputi semangat, sikap waspada, berpendirian teguh, dan takut, nilai moral hubungan manusia dengan sesama manusia lain meliputi perhatian, memberi nasihat, tidak patuh pada printah orangtua, curiga, mengkhawatirkan keselamatan teman, dan rasa ingin melindungi, sementara itu nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi kepercayaan tentang takdir Tuhan.

Kata kunci : psikologis, nilai moral, roman Pendahuluan

Karya sastra sebagai hasil dari olah pikir manusia mengungkapkan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, sehingga karya sastra selalu menampilkan sosok manusia dengan segala tindakannya. Penggambaran permasalahan tersebut dapat berisi penggambaran pengalaman-pengalaman batin dari beberapa orang yang berhubungan satu dengan yang lain dalam suatu keadaan tertentu yang dapat diungkapkan dalam sebuah cerita yang berbentuk roman. Roman lebih banyak melukiskan seluruh kehidupan pelaku, mendalami sifat watak, dan melukiskan sekitar tempat hidup. Oleh karena itu, roman

(2)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 39 menggambarkan pengalaman dan kejadian yang berkaitan dengan kenyataan dari kisah hidup manusia dalam suatu kurun waktu tertentu.

Salah satu karya sastra yang berbentuk roman adalahroman yang berjudul ‘T Spookhuis karya Suparto Brata yang merupakan roman berbahasa Jawa yang diterbitkan tahun 2010. Roman menggambarkan kehidupanseseorang secara mendetail dalam bertingkah laku dan berfikir yang dilandasi oleh unsur kejiwaan. Untuk dapat memahami lebih lanjut tentang jiwa dari tokoh diperlukan disiplin ilmu yang mendalami tentang kejiwaan yaitu ilmu psikologi. Teori psikologi sastra dipilih sebagai metode analisis karena peneliti ingin memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan aspek psikologis yang terkandung dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata. Selain menggambarkan aspek psikologis roman juga mengandung nilai moral yang dapat dijadikan contoh dalam kehidupan bermasyarakat sehingga dalam suatu bacaan perlu adanya kandungan moral yang baik yang dapat di contoh oleh pembaca. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan aspek psikologis dalam roman ‘T Spookhuis Karya Suparto Brata dan mendeskripsikan nilai moral dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Ismawati (2011: 112) penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut jenisnya untuk memperoleh suatu kesimpulan. Sumber data penelitian yaitu roman ‘T Spoookhuis. Data penelitian berupa kutipan-kutipan yang mengandung aspek psikologis dan nilai moral yang terdapat dalam roman yang berjudul ‘T Spookhuis karya Suparto Brata. Teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik pustaka, teknik simak dan catat. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan kartu pencatat data. Teknik keabsahan data menggunakan teknik peningkatan ketekunan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis isi (content analysis)yang merupakan teknik peneliti untuk mendeskripsikan secara obyektif, sistematis dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak (Ismawati, 2011: 81). Teknik penyajian hasil analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal yaitu

(3)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 40 perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambing (Sudaryanto, 1993: 145).

Hasil Penelitian

Data yang akan dibahas oleh peneliti adalah aspek psikologis (id, ego dan

superego) dan nilai moral (hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia

dengan manusia lain dan hubungan manusia dengan Tuhan) dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto brata.

1. Aspek Psikologis Roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata

Analisis Psikologis yang dilakukan dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata ini berfokus pada teori psikoanalisa yang dikemukakan oleh Sigmund Freud yaitu berupa id, ego dan superego. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut. a. Id

Id adalah suatu kepribadian yang memang sudah ada pada diri seseorang. Kepribadian id pada roman ‘T Spookhuis terlihat pada saat tokoh Totje, Sonia dan Jaan berada di gedhong setan, hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:

Aneh! Nalika gebyare blitz ngenani dheweke mau, sinyo duwur

brangasan kuwi katon jlalatan! Wedi? Keweden? Mentas weruh?

Weruh apa kok nganti wandane pucet kaya ngono?” (‘T Spookhuis, 2010: 46)

Terjemahan:

‘Aneh! Ketika cahaya kamera mengenainya, sinyo tinggi brangasan itu terlihat jlalatan! Takut? Ketakutan? Habis melihat? Melihat apa sampai raut mukanya pucat seperti itu?’

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa Jaan memiliki kepribadian id. Kepribadian id terlihat dalam bentuk ketakutan yang dirasakan Jaan ketika memasuki gedhong setan tersebut. Rasa takut yang dirasakan Jaan akibat ia melihat suatu penampakan yang ada di dalam salah satu kamar ketika ia mengintip dari lubang kunci yaitu berupa mata yang besar.

(4)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 41 b. Ego

Sosialisasi dengan dunia luar akan menciptakan kepribadian ego dan kepribadian ini berdasarkan kenyataan. Di dalam roman ‘T Spookhuis kepribadian ego terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Ora. Aku ora konsultasi sapa- sapa. Karepku dhewe! Aku ngerti kowe kabeh butuh seksi menawa kowe bener-bener mlebu gedhong setan kuwi ing wayah bengi, mbuktekake menawa ing kono ora ana dhemite (‘T Spookhuis, 2010: 20)

Terjemahan:

‘Tidak. Saya tidak konsultasi siapa-siapa. Keinginanku sendiri! Saya tahu kalian membutuhkan saksi mengenai kamu masuk gedung setan itu di malam hari, membuktikan bahwa di situ tidak ada hantu.’ Dari kutipan di atas terlihat bahwa Jaan memiliki kepribadian ego. Kepribadian ini terlihat dalam bentuk tindakannya untuk menemani Totje ke gedhong setan dalam misi membuktikan bahwa hantu tidak ada.

c. Superego

Kepribadian hasil dari manifestasi dari norma-norma yang ada di masyarakat disebut dengan superego. Superego yang terdapat dalam roman ‘T Spookhuis terlihat dari kutipan di bawah ini:

“Aku kudu nulungi Sonia! Aku kudu nylametake dheweke!” (‘T Spookhuis, 2010: 92)

Terjemahan:

‘Saya harus menolong Sonia! Saya harus menyelamatkannya!’

Kutipan di atas menerangkan bahwa Totje memiliki kepribadian Superego. Kepribadian superego ini terlihat dari keputusannya untuk menolong dan melindungi Sonia yang sedang ketakutan.

(5)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 42 2. Nilai Moral dalam Roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata

a. Hubungan manusia dengan diri sendiri 1) Semangat

Rasa semangat dalam hidup yang terdapat dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata ditunjukkan oleh tokoh Totje dalam menjalankan misinya untuk membuktikan bahwa hantu itu tidak ada dengan memasuki gedhong setan tersebut. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini:

Pancen isih sore. Nanging atiku wis gupuh wae. Merga saiki dina kemis wage, dina sing dakjanjekake kudu mlebu menyang gedhong setan. Nglunasi utang, menangke totohan.” (‘T Spookhuis, 2010: 6) Terjemahan:

‘Memang masih sore. Tetapi hatiku sudah tidak sabar lagi. Karena sekarang hari Kamis wage, hari yang saya janjikan harus masuk ke gedhong setan. Melunasi hutang, memenangkan totohan.’

Nilai moral yang dapat diambil adalah hendaklah setiap orang memiliki rasa semangat dalam menjalankan segala kegiatannya apalagi kalau kegiatan itu merupakan kegiatan yang dijanjikan. Dengan menjalankan segala kegiatan yang didasari rasa semangat akan membuat kegiatan yang dilakukan terasa ringan tanpa beban dan menghasilkan hasil yang baik.

2) Sikap Waspada

Sikap waspada dalam roman ‘T Spookhuis terlihat pada saat Totje sedang mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukannya untuk di bawa ke gedhong setan. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini:

“La yen ketemu tikus? Apa asu sing terus nyerang aku? Wong urip genah ora wani. Nanging asu kucing tikus, rak bisa wae nyerang, marga mlebu rono ngganggu lan ngeget-egeti anggone saba mrono? Dadi kenthes karet ya dakgawa wae.” (‘T Spookhuis, 2010: 7)

(6)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 43 ‘Kalau ketemu tikus? Atau anjing yang kemudian nyerang aku? Orang hidup pasti tidak berani. Tetapi anjing kucing tikus. Bisa saja menyerang, karena masuk kesitu mengganggu dan mengejutkan ketika masuk kesitu? Jadi kenthes karet ya saya bawa saja.’

Nilai moral yang dapat diambil dari kutipan di atas adalah sikap waspada terhadap kemungkinan adanya bahaya yang mengancam perlu dimiliki seseorang ketika akan memasuki suatu wilayah atau bangunan yang baru baginya. Hal ini perlu dilakukan sebagai rasa kehati-hatian dan menjaga keselamatan diri sendiri.

3) Berpendirian teguh

Berpendirian teguh sangat perlu dimiliki oleh seseorang dalam hidup. Dalam roman ini, sikap ini ditunjukkan oleh Totje ketika ia memutuskan untuk memfokuskan pada masalah pendidikan dan keputusannya untuk memasuki gedhong setan. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini:

Terus terang wae, aku isih arep ngepengake sekolah. Aku

inlander, bumiputra kang langka bisa mlebu ing HBS. Yen ora pinter, yen ora lulus, sapa meneh sing kudu ngleboni masyarakat tingkat dhuwur, tingkat Europees sosieteit ing natarane kaum pribumi? Eman ta, yen kelonggaran sinau iki daklirwakake! Mula perkara wong wadon, aku emoh kepencut dhisik.” (‘T Spookhuis, 2010: 24)

Terjemahan:

‘Terus terang saja, saya masih ingin menyelesaikan sekolah. saya inlander, anak Bangsa yang jarang dapat masuk di HBS. Kalau tidak pandai, kalau tidak lulus, siapa lagi yang harus memauki mayarakat tingkat atas, tingkat Europees sosieteit di antara kaum pribumi? Sayang, kalau kemudahan belajar ini saya lewatkan! Maka persoalan anak perempuan, saya tidak mau terlena.’

Nilai moral yang dapat diambil dari kutipan di atas adalah kita harus memiliki pendirian yang kuat dalam hidup agar segala sesuatu yang kita ingikan dapat tercapai. Hal ini di lakukan Totje karena baginya ia dapat memasuki sekolah HBS merupakan suatu keberuntungan apalagi ia orang pribumi dan jarang orang yang bisa masuk sekolah HBS.

(7)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 44 4) Rasa Takut

Rasa takut pada roman ini dirasakan oleh Sonia ketika memasuki gerbang gedhong setan, hal ini karena pada saat ia memasuki gerbang gedhong tersebut ia merasa ada sesuatu yang menghalanginya masuk dari arah belakang. Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini:

“Aku kaget, mbaleke awak, tangan tengene nyorotke sentolop, tangan kiwa ngagari kenthes, semangsa ana bebaya kari pres ngono wae. Dipadhangi sentolopku lan duweke Jaan, Sonia ayu kuwi mripate pandirangan, wedi.” (‘T Spookhuis, 2010: 36)

Terjemahan:

‘Saya terkejut, membalikan badan, tangan kanannya menyorotkan lampu, tangan kiri memegang kenthes, kalau ada bahaya tinggal pukul. Disinari lampuku dan miliknya Jaan, Sonia cantik itu terlihat ketakutan.’

Nilai moral yang terlihat dari kutipan di atas adalah rasa takut akan membuat seseorang bertindak di luar akal fikirannya. Oleh karena itu dalam mengekspresikan rasa takut setiap orang akan berbeda-beda.

b. Hubungan manusia dengan manusia lain 1) Sikap Perhatian

Sikap perhatian adalah salah satu sikap yang ditunjukkan kepada seseorang yang kita sayangi. Sikap perhatian ini dapat terlihat dalam bentuk ucapan maupun tingkah laku yang ditunjukkannya. Berikut merupakan suatu kutipan yang menunjukan suatu sikap perhatian untuk menenangkan hati yang ditunjukkan Sonia kepada Totje.

“Si ayu ngadhep lan ngulurake tangane marang aku kanggo ngedhem-edhemi atiku (‘T Spookhuis, 2010: 26)

Terjemahan:

‘Si cantik menghadap dan mengulurkan tangannya kepadaku untuk menenangkan hatiku’

Nilai moral yang terlihat dari kutipan di atas adalah perhatian yang ditunjukkan untuk menenangkan hati yang sedang marah. Selain itu,

(8)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 45 perhatian merupakan tindakan dari rasa peduli yang dimiliki kepada seseorang.

2) Memberikan Nasihat

Nasihat atau petuah tidak memandang siapa yang memberikan tetapi dilihat apa isi nasihat tersebut, bukan dilihat dari siapa yang memberikan nasihat tersebut. Selain itu, apabila ada yang sedang memberikan nasihat harus kita dengarkan karena dengan adanya nasihat akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik lagi. Hal tersebuat terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Kuwi barang larang. Kudu ana pajege! Ngati-ati, ngger, yen nganggo barang silihan!” (‘T Spookhuis, 2010: 8)

Terjemahan:

‘Itu barang mahal. Harus ada pajaknya! Hati-hati, kalau memakai barang pinjaman!’

Nilai moral yang terlihat dari kutipan di atas adalah apabila kita mendapatkan suatu kepercayaan kita harus menjaga kepercayaan tersebut. Karena dengan menjaga kepercayaan walau dari hal kecil akan membuat orang percaya kepada kita.

3) Tidak patuh pada perintah orangtua

Tidak patuh kepada perintah orangtua adalah salah satu sikap yang tidak baik dan sebaiknya dijauhi. Sesungguhnya setiap orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya dan keinginan itu terkadang diwujudkan dalam sebuah larangan. Suatu larangan yang diperintahkan orangtua kepada anaknya semata-mata karena menurut orangtua suatu hal tersebut bersifat buruk bagi anak tersebut tetapi terkadang si anak berpendapat lain sehingga menghasilkan sikap tidak patuh kepada orangtua atau menentang. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini:

(9)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 46 “Nanging kowe nekad wae kudu ucul bebarengan dolan karo priya!” (‘T Spookhuis, 2010: 15)

Terjemahan:

‘Tetapi kamu nekad harus bebas bermain dengan laki-laki!’

Nilai moral yang dapat diambil dari kutipan di atas adalah janganlah lakukan perbuatan yang memang dilarang orangtua, karena sesungguhnya apa yang dilarang orangtua adalah yang baik untuk kita. Oleh karena itu jauhilah segala sesuatu yang memang dilarang orang tua karena sesungguhnya orangtua lebih tahu apa yang baik dan buruk untuk kita dan setiap orangtua pasti menginginkan segala yang baik untuk anaknya dan anaknya bahagia.

4) Curiga

Curiga biasanya ditunjukkan kepada orang lain yang biasanya tidak disukai atau kepada seseorang yang bertingkah aneh. Dalam roman ini, sikap ini ditunjukkan oleh Totje kepada Jaan yang menurutnya memiliki sikap kriminalitas yang tiba-tiba ingin ikut bersama Totje memasuki gedhong setan. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini:

Lo, wong sing dakkenal akeh sipat kriminale ngono kok ndadak arep melu aku! Ing mangsa kritis kaya ngene! Aneh banget.” (‘T Spookhuis, 2010: 19)

Terjemahan:

‘Lo, orang yang saya kenal banyak sifat kriminalnya kok tiba-tiba ingin ikut saya! Di waktu kritis seperti ini! Aneh sekali!’

Nilai moral dari kutipan di atas adalah sikap curiga memang perlu dimiliki untuk membuat kita berhati-hati dalam bersosialisasi dengan orang lain, namun sikap ini jangan terlalu berlebihan karena sesungguhnya belum tentu apa yang kita curigakan itu bener.

(10)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47 5) Mengkhawatirkan keselamatan teman

Antar teman haruslah saling peduli oleh karena itu apabila terjadi sesuatu hal yang dialami oleh teman rasa khawatir pasti muncul. Mengkhawatirkan keselamatan teman adalah salah satu bentuk rasa sayang dan peduli yang dimiliki seseorang. Dalam roman ini rasa khawatir dirasakan oleh Sonia terhadap Jaan selain itu rasa ini juga ia miliki untuk dirinya dan juga Totje. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Sonia wedi banget karo ilange Jaan! Yen mara mrana, mesthine kene ya melu ilang kaya Jaan, ilang apa mati? Mati diuntal dhemit?” (‘T Spookhuis, 2010: 39)

Terjemahan:

‘Sonia takut atas hilangnua Jaan! kalu ikut kesana, pasti akan ikut hilang juga, hilang atau mati? Mati dimakan hantu.’

Nilai moral yang dapat diambil dari kutipan di atas adalah rasa khawatir terhadap keselamatan temannya menandakan seseorang memiliki rasa peduli oleh karena itu rasa ini perlu dimiliki semua orang. Dengan adanya rasa khawatir terhadap keselamatan akan menimbulkan kehati-hatian sehingga dalam bertindak akan di pertimbangkan terlebih dahulu apakah itu aman atau tidak.

6) Rasa ingin melindungi

Rasa ingin melindungi dimiliki oleh seseorang yang memiliki hati yang baik dan biasanya ditunjukkan kepada seseorang yang ia sayangi. Rasa ini ditunjukkan Totje kepada Sonia yang pada saat itu sedang ketakutan. Hal ini terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Pas op! awas!’ aku omong santak. Terus ngedhangi Sonia supaya neng mburiku. Dakayomi.” (‘T Spookhuis, 2010: 46)

Terjemahan:

‘Awas! saya bicara keras. Kemudian menghalangi agar Sonia di belakangku. Saya lindungi.’

(11)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 48 Nilai moral yang terlihat dalam kutipan di atas adalah rasa ingin melindungi sebaiknya dimiliki oleh setiap orang dan rasa ini harus benar-benar dilakukan. Rasa melindungi sebaiknya dilakukan kepada semua orang apalagi kepada seseorang yang kita kenal yang sedang mengalami musibah.

c. Hubungan manusia dengan Tuhan seperti percaya dengan takdir Tuhan ditunjukkan oleh Totje, hal tersebut sesuai dengan kutipan di bawah ini:

“Kabeh mupakat, yen jiwane utawa nyawane wong mati ora wajar, upamane diprejaya apa gantung dhiri, kuwi padha ora ditrima bali ing Allah.(‘T Spookhuis, 2010: 72)

Terjemahan:

‘Semua sepakat, kalau jiwa atau nyawanya orang yang mati tidak wajar, seperti dianiaya atau gantung diri, itu tidak diterima di sisi Allah.’ Nilai moral yang dapat diambil adalah manusia hidup harus percaya dengan takdir Tuhan. Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di dunia dalam kehidupan manusia. Umat Islam memahami takdir adalah ketentuan nasib manusia yang sudah dituliskan oleh Allah. Oleh karena itu, kita harus selalu berdoa kepada Tuhan karena semua yang ada di dunia ini sudah dituliskan dan ditakdirkan oleh-Nya, namun kita juga harus tetap berusaha karena dengan usaha yang kita lakukan akan menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan usaha tersebut.

Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas disimpulkan bahwa analisis psikologi dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata membahas tiga tokoh yaitu Totje, Sonia dan Jaan. Pada analisis psikologis tokoh Totje lebih cenderung dominan dalam kepribadian superego, pada Sonia cenderung pada kepribadian ego sementara Jaan juga cenderung kepada kepribadian ego. Sementara itu, nilai moral yang terdapat dalam roman ‘T Spookhuis karya Suparto Brata terbagi atas tiga pembahasan yaitu nilai moral hubungan manusia dengan diri sendiri yang meliputi semangat, sikap waspada,

(12)

Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 49 berpendirian teguh, dan takut, nilai moral hubungan manusia dengan sesama manusia lain meliputi perhatian, memberi nasihat, tidak patuh pada printah orangtua, curiga, mengkhawatirkan keselamatan teman, dan rasa ingin melindungi sedangkan nilai moral hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi kepercayaan tentang takdir Tuhan.

Daftar Pustaka

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma Pustaka.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: duta Wacana Univercity Press.

Referensi

Dokumen terkait

Penulis dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tanggal 15 Desember 1955 oleh Bapak dan Ibu Pawirodikromo. Penulis adalah putra ke enam dari tujuh bersaudara. Tahun 1974

Mekanisme fisiologis yang berkontribusi terhadap kecenderungan perdarahan meningkat pada pasien PGK stadium 5 termasuk uremia yang menyebabkan disfungsi trombosit,

Pada tampilan histogram tersebut terlihat sebagian besar data memperlihatkan kurva yang mendatar, akan tetapi ada satu, dua atau tiga data yang memberikan nilai diluar sebagian

berat terhadap simbol-simbol perilaku klien tetapi mereka ingin perilaku nyata dan realistis. d) Pentingnya hubungan antara terapis dengan klien, hubungan akrab,

parti yang mendapat majoriti dalam pilihan raya umum Perdana Menteri menjalankan kuasa eksekutif dengan dibantu oleh kabinet atau Jemaah Menteri yang dipilih daripada kalangan

Kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis bahwa kalau ketidakpuasan didefinisikan sebagai suatu kondisi atau perasaan tidak senang dan berharap sesuatu yang lebih

Untuk menerapkan sistem bergilir dalam penyaluran Raskin memerlukan langkah sebagai berikut: (a) mengadakan rapat untuk menyampaikan jumlah Raskin yang telah diterima

Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat pengaruh signifikan peran persepsi terhadap tagline merek dalam iklan televisi melalui hasil uji hipotesis pada brand