44
A. Analisis Regresi Linear
Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu harus menentukan nilai normal arus kas operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner, karena nilai abnormal arus kas operasi, biaya produksi, dan biaya diskresioner merupakan selisih dari nilai aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum pengujian dengan nilai normal yang dihitung dengan menggunakan koefisien estimasi, maka diperlukan analisis regresi linear untuk menentukan nilai normal yang dibantu dengan program IBM SPSS Statistik v19.
1. Nilai abnormal arus kas kegiatan operasi
Model regresi untuk mencari nilai normal arus kas kegiatan operasi:
CFOt/At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β1(St/At-1) + β2(ΔSt/At-1) + єt
Yang dapat dihitung dari hasil koefisien estimasi regresi pada tabel 4.1, dengan contoh perhitungan salah satu perusahaan sampel yaitu PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk.
CFOt/At-1 = 0.239 + (-47393037753.055) (0.00) + (-0.60) (4,5759) + 0.57
(0,9737) + єt
Sehingga diperoleh nilai normal arus kas kegiatan operasi yang digunakan untuk mencari nilai abnormal arus kas kegiatan operasi yang dihitung dengan koefisien estimasi : ABN_CFO = CFOt – CFOt/At-1
yaitu nilai arus kas kegiatan operasi aktual yang diskalakan dengan total aktiva satu tahun sebelum pengujian dikurangi dengan arus kas kegiatan operasi normal. Contoh perhitungan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk yaitu:
ABN_CFO= 0,2425 - 0,0485 ABN_CFO= 0,1940
Hasil perhitungan seluruh sampel lihat di lampiran2.
Tabel 4.1
Hasil Koefisien Regresi Arus Kas Kegiatan Operasi Normal
2. Nilai abnormal biaya produksi
Model regresi untuk mencari nilai normal biaya produksi, yaitu:
Coefficientsa
Model Coefficients t-Statistic Sig.
1 (Constant) .239 3.298 .002
1/At-1 -47393037753.055 -6.526 .000
SALESt/At-1 -.060 -1.019 .314
ΔSALESt/At-1 .057 .472 .639
a. Dependent Variable: CFOt/At-1 Sumber: Output SPSS, diolah
PRODt/At-1= α0 + α1(1/At-1) + β1(St/At-1) + β2(ΔSt/At-1) + β3(ΔSt-1/At-1) +
єt
Yang dapat dihitung dari hasil koefisien estimasi pada tabel 4.2, contoh perhitungan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, yaitu:
PRODt/At-1 = -0.415 + 1.868 (0,00) + 0.348 (4,5759) + (-0.239) (0,9737) +
2.396 (0,9766) + єt
PRODt/At-1 = 3,6108
Dari hasil perhitungan nilai normal biaya produksi maka nilai abnormal biaya produksi dapat ditentukan dengan model regresi ABN_PROD =
PRODt - PRODt/At-1 yaitu : nilai biaya produksi aktual yang diskalakan
dengan total aktiva satu tahun sebelum pengujian dikurangi dengan biaya produksi normal. Contoh perhitungan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk yaitu:
ABN_PROD = 3,8889 – 3,6108 ABN_PROD = 0,2781
Tabel 4.2
Hasil Koefisien Regresi Biaya Produksi Normal
Coefficientsa
Model Coefficients t-Statistic Sig.
1 (Constant) -.415 -1.276 .209
1/At-1 1.868E11 5.299 .000
SALESt/At-1 .348 1.076 .288
ΔSALESt/At-1 -.239 -.368 .715
ΔSALESt-1/At-1 2.396 3.037 .004
a. Dependent Variable: PRODt/At-1 Sumber: Output SPSS, diolah
3. Nilai abnormal biaya diskresioner
Model regresi untuk mencari nilai normal biaya diskresioner:
DISEXPt/At-1= α0 + α1(1/At-1) + β(St-1/At-1) + єt
Yang dapat dihitung dari hasil koefisien estimasi regresi pada tabel 4.3, contoh perhitungan perusahaan PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, yaitu:
DISEXPt/At-1 = 0.712+ (-1.187) (4,3353) + (-0.006) (3,6022) + єt
DISEXPt/At-1 = 0,4208
Sehingga diperoleh nilai normal biaya diskresioner yang digunakan untuk mencari nilai abnormal biaya diskresioner yang dihitung dengan koefisien estimasi : ABN_DISEXP = DISEXPt - DISEXPt/At-1 yaitu biaya
pengujian dikurangi dengan biaya diskresioner normal. Contoh perhitungan pada PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk yaitu:
ABN_DISEXP = 0,4848 – 0,4208
ABN_DISEXP = 0,0640
Hasil perhitungan seluruh sampel lihat di lampiran2
Tabel 4.3
Hasil Koefisien Regresi Biaya Diskresioner Normal
Coefficientsa
Model Coefficients t-statistic Sig.
1 (Constant) .712 13.793 .000
1/At-1 -1.187E10 -1.966 .056
SALESt-1/At-1 -.006 -.483 .632
a. Dependent Variable: DISEXPt / At-1 Sumber: Output SPSS, diolah
B. Analisis Deskriptif dan Uji Hipotesis
1. Analisis Deskriptif
Untuk pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan diduga melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner yang ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi, biaya produksi
dan biaya diskresioner. Nilai rerata arus kas kegiatan operasi abnormal diperoleh dari statistik deskriptif seluruh sampel dan pengujian signifikansi menggunakan one samples t test dengan pengujian hipotesis 2 arah (two tail).
Deskriptf yang digunakan dalam penelitian ini melliputi: nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi yang dihitung menggunakan alat bantu perangkat statistik SPSS 19. Hasil perhitungan statistik deskriptif variabel ditampilkan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Variabel-variabel Penelitian
Descriptive Statistics
Variabel N Minimum Maximum Mean
ABN_CFO 45 -3.3965 .5215 -.2339
ABN_PROD 45 -3.4970 13.0556 .3045
ABN_DISEXP 45 -.6173 1.4005 -.0927
Valid N (listwise) 45 Sumber: Output SPSS, diolah
Tabel 4.5 Uji One Sample t-Test
One-Sample Test Variabel T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference ABN_CFO -3.021 44 .004 -.2339 ABN_PROD .944 44 .350 .3045 ABN_DISEXP -1.995 44 .052 -.0927
2. Pengujian Hipotesis
a. H1: Perusahaan yang IPO melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi pada periode sebelum penawaran.
Dapat dijelaskan dari hasil analisis deskriptif pada tabel 4.4 diatas, ABN_CFO yang memiliki nilai rata-rata dibawah 0 (-0,233908363733 < 0 ) menunjukkan bahwa dari keseluruhan populasi yaitu 45 perusahaan yang IPO tahun 2009 s/d 2011 melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi karena nilai mean ABN_CFO < 0. Dalam penelitian Roychowdhury (2006), perusahaan yang terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi cenderung akan memperlihatkan arus kas kegiatan operasi yang rendah yaitu dengan nilai rata-rata arus kas kegiatan operasi di bawah 0 dan nilai mean abnormal tidak sama dengan 0.
Dilihat dari nilai signifikansi t (tabel 4.5) variabel ABN_CFO yaitu 0,004 yang menunjukan arus kas kegiatan operasi memiliki nilai signifikan sebesar 0,004. Oleh karena nilai signifikansi di bawah α=5% (0,004 < 5%) maka hipotesis 1 yang menyatakan bahwa perusahaan yang IPO melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi pada periode sebelum penawaran menunjukan sampel penelitian berbeda secara nyata. b. H2: Perusahaan yang IPO melakukan manipulasi aktivitas riil melalui
Pada tabel 4.4 diatas, maka untuk ABN_PROD yang memiliki nilai rata-rata diatas 0 (0,30453775687 < 0) juga mengindikasikan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya produksi. Peningkatan biaya produksi tersebut dikarenakan manajemen melakukan overproduction
periode sebelum penawaran yang mengakibatkan harga pokok produksi yang tinggi dibanding periode penawaran saham perdana.
Menururt Roychowdhury (2006), perusahaan yang terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas riil melalui biaya produksi cenderung memperlihatkan biaya produksi yang luar biasa tinggi yaitu dengan nilai rata-rata biaya produksi di atas nilai 0 dan nilai mean abnormal biaya produksi tidak sama dengan 0. Pada tingkat signifikansi t (tabel 4.5) menunjukkan biaya produksi memiliki nilai signifikan sebesar 0.350 yang jauh diatas α=5% menunjukan sampel penelitian tidak berbeda secara nyata pada variabel biaya produksi.
c. H3: Perusahaan yang IPO melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya diskresioner pada priode sebelum penawaran.
Pada tabel 4.4 diatas, maka untuk ABN_DISEXP yang memiliki nilai rata-rata dibawah 0 (-.092726709156 < 0 ) juga mengindikasikan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya diskresioner karena nilai mean ABN_DISEXP < 0. Menururt Roychowdhury (2006), perusahaan yang terbukti melakukan tindakan manipulasi aktivitas riil melalui biaya diskresioner cenderung memperlihatkan biaya diskresioner yang rendah yaitu
dengan nilai rata-rata biaya diskreioner di bawah nilai 0 dan nilai mean abnormal biaya diskresioner tidak sama dengan 0. Hal ini disebabkan adanya pengurangan biaya riset, penjualan, dan administrasi dan umum yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Nilai signifikansinya pada tabel 4.6 yaitu sebesar 0,052 yang berada diatas nilai signifikan α=5%, menunujkan sampel penelitian tidak berbeda secara nyata pada variabel biaya diskresioner.
C. Pembahasan
Penelitian ini mengindikasikan apakah terjadi manajemen laba terhadap perusahaan non keuangan yang melakukan IPO tahun 2009-2011 sebelum periode penawaran saham perdananya dengan memanipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi, biaya produksi dan biaya diskresioner. Berdasarkan analisa manipulasi aktivitas riil yang dilakukan terhadap sampel sebanyak 45 perusahaan non keuangan menunjukan nilai rata-rata abnormal arus kas kegiatan operasi dibawah 0 yang menyatakan perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil dengan manajemen penjualan yang bertujuan meningkatkan laba.
Contoh manajer melakukan tambahan penjualan atau mempercepat penjualan dari periode mendatang ke periode sekarang dengan cara menawarkan potongan harga yang terbatas. Perusahaan juga dapat menawarkan jangka waktu kredit yang lebih lunak, contohnya perusahaan retailer dan otomobil sering menawarkan tingkat bunga kredit yang rendah
sampai dengan akhir periode akuntansi. Hal ini menyebabkan volume penjualan meningkat dan mengakibatkan laba tahun berjalan tinggi namun arus kas menurun karena arus kas masuk kecil akibat penjualan kredit dan potongan harga. Oleh karena itu, aktivitas manajemen penjualan menyebabkan arus kas kegiatan operasi periode sekarang menurun dibanding level penjualan normal dan pertumbuhan abnormal dari piutang.
Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dimana Oktorina (2008) dan Sahabu ( 2009) yang berhasil menemukan bukti bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas nyata melalui aktivitas kas kegiatan operasi, Gunny (2005) juga menyatakan bahwa manajemen laba nyata berhubungan sangat signifikan dengan laba dan arus kas masa depan yang rendah.
Nilai rata-rata abnormal biaya produksi yang lebih besar dari 0 mengindikasikan manajemen laba melalui biaya produksi yang dilakukan dengan produksi besar-besaran (overproduction) yaitu memproduksi barang lebih besar daripada yang dibutuhkan dengan tujuan mencapai permintaan yang diharapkan sehingga laba meningkat. Produksi dalam skala besar menyebabkan biaya overhead tetap dibagi dengan jumlah unit barang yang besar sehingga rata-rata biaya per unit dan harga pokok penjualan menurun. Penurunan harga pokok penjualan ini akan berdampak pada peningkatan margin operasi. Dampak lain dari penurunan harga pokok perunit barang
yang di produksi besar-besaran adalah arus kas kegiatan operasi lebih rendah dari pada tingkat penjualan normal.
Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya dimana Roychowdhury (2006), Sari (2008) , dan Andayani yang berhasil membuktikan bahwa perusahaan melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya produksi dengan melakukan overproduksi, memberi diskon, dan memberi kelonggaran kredit sebagai indikasi adanya manajemen laba, yang menyebabkan biaya produksi mnjasi tinggi. Tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan sahabu (2009) dan annisaa’rahman (2007) yang tidak berhasil membuktikan adanya manipulasi aktivitas riil melalui biaya produksi.
Begitu juga dengan nilai rata-rata abnormal biaya diskresioner yang lebih kecil dari 0 mengindikasikan terjadinya manipulasi aktivitas riil melalui biaya diskresioner berupa pengurangan biaya riset, iklan, penjualan, dan administrasi dan umum yang berdampak meningkatkan laba. Hasil ini konsisten dengan peneliian sebelumnya dimana Roychowdhury (2006), Sari (2008), dan Andayani(2008) yang berhasil membuktikan adanya praktek manajemen laba nyata melalui biaya diskresioner, karena biaya diskresioner, umumnya dicatat pada saat terjadinya. Tetapi perusahaan mengurangi biaya diskresioner yang dilaporkan.