• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya. Prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan memperoleh barang/jasa, dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Perpres Nomor 70 Tahun 2012).

Pengadaan barang dan jasa pemerintah merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan instansi pemerintah setiap tahun, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan aktivitas pemerintah dan peningkatan pelayanan publik. Hal tersebut dapat terwujud melalui penyediaan infrastruktur, telekomunikasi, fasilitas kesehatan, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan sebagai penunjang pertumbuhan perekonomian masyarakat.

Transparansi dalam proses lelang sangat dibutuhkan dalam upaya mencegah terjadinya kecurangan dan penyimpangan. Unit Pelayanan Pengadaan (ULP)/Panitia Pengadaan yang memiliki kewenangan melakukan penilaian calon penyedia barang dan jasa diharapkan mampu melakukan penilaian secara transparan, terutama dalam penilaian kompetensi perusahaan yang layak menjadi pemenang melalui evaluasi administrasi, evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi.

(2)

Menurut Wihandono (2004), kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan transparansi dan lelang proyek pembangunan dengan cara persaingan pasar adalah: (1) transparansi dengan pembatasan-pembatasan, misalnya rahasia negara; (2) masih ada sebagian masyarakat yang tidak mengerti sistem dan prosedur lelang proyek pembangunan; (3) persaingan pasar dapat membuka peluang terjadinya kolusi, korupsi, dan nepotisme. Kegiatan pemilihan penyedia barang dan jasa merupakan bagian dari pengambilan keputusan multi kriteria yang harus didukung oleh pertimbangan yang objektif, untuk dapat mencapai hal tersebut perlu adanya sistem pendukung keputusan dengan suatu metoda sistematis yang dapat memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemilihan kontraktor sebagai pelaksana suatu proyek.

Selama ini proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan cara konvensional di mana langsung mempertemukan pihak-pihak yang terkait dalam pengadaan seperti penyedia barang/jasa dan pengguna barang/jasa atau panitia pengadaan. Pengadaan yang dilakukan secara konvensional dinilai memiliki beberapa kelemahan yang banyak merugikan seperti mudahnya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) berkembang, serta kurang transparan (Lubis, 2006).

Menurut Purwanto (2008: 32), berbagai persoalan yang muncul dalam pengadaan barang dan jasa secara konvensional selama ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) minimnya monitoring; (2) penyalahgunaan wewenang; (3) penyimpangan kontrak; (4) kolusi antara pejabat publik dan rekanan; (5) manipulasi dan tidak transparan; (6) kelemahan SDM. Penyimpangan dalam

(3)

penyalahgunaan wewenang pejabat pengadaan serta pejabat terkait lainnya terutama dalam penetapan pemenang lelang.

Mengingat sumber dana dari pengadaan barang/jasa pemerintah berasal dari keuangan negara, maka seharusnya dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah menerapkan prinsip secara efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel. Sesuai yang tertuang pada bagian penjelasan pasal 5 atas Perpres R.I Nomor 70 Tahun 2012, adalah sebagai berikut. 1. Efisien berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah yang ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.

2. Efektif berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditentukan serta memberikan manfaat sebesar-besarnya. 3. Transparan berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan

barang/jasa bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas oleh penyedia barang/jasa yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.

4. Terbuka berarti pengadaan barang/jasa dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas.

5. Bersaing berarti pengadaan barang/jasa harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan

(4)

secara kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam pengadaan barang/jasa.

6. Adil/tidak diskriminatif berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. 7. Akuntabel berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang terkait

dengan pengadaan barang/jasa sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

Apabila prinsip-prinsip tersebut dapat dilaksanakan, dipastikan akan diperoleh barang/jasa yang sesuai dengan spesifikasinya dengan kualitas yang maksimal serta biaya pengadaan yang minimal. Demikian pula dari sisi penyedia barang/jasa akan terjadi persaingan yang sehat dan pada gilirannya akan terdorong untuk semakin meningkatnya kualitas dan kemampuan penyedia barang/jasa.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan setiap tahunnya selalu mengadakan proses lelang pengadaan barang/jasa dalam upaya penyediaan sarana dan prasarana kesehatan. Pelelangan yang dilakukan sebagian besar menggunakan pelelangan umum secara pascakualifikasi metoda satu sampul dengan evaluasi sistem gugur.

Menurut hasil penilaian kinerja penyedia barang/jasa di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2013, dalam proses evaluasi penawaran masih melakukan sistem manual, tidak dengan komputerisasi sehingga mengalami keterlambatan dalam penetapan pemenang lelang. Dalam pengarsipan dokumen tidak tertata dengan baik yang nantinya diperlukan dalam penyusunan

(5)

laporan pengadaan barang/jasa termasuk menjawab sanggahan dari peserta lelang serta pertanggungjawaban dalam pemeriksaaan, apabila ada temuan yang tidak sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Proses penetapan pemenang lelang merupakan bagian yang bersifat kritis, sehingga perlu didukung oleh pertimbangan yang objektif, sistem nilai dengan

Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam evaluasi penawaran menjanjikan proses penilaian yang lebih baik, dapat memberikan bobot kepada berbagai aspek penilaian secara menyeluruh. AHP merupakan suatu proses rasionalitas sistemik sehingga dimungkinkan mempertimbangkan suatu persoalan sebagai satu keseluruhan dan mengkaji interaksi serempak dari berbagai komponennya di dalam suatu hierarki (Saaty, 1993: 26).

Penetapan pemenang lelang dengan menggunakan sistem nilai, sangat baik bila metoda pengambilan keputusannya memakai Analytic Hierarchy Process

(AHP), karena metoda AHP dapat menentukan kriteria dan bobot setiap unsur penilaian yang akan digunakan. Penilaian masing-masing penyedia barang dilakukan dengan skoring menggunakan skala likert, hasilnya cukup signifikan dan dapat menunjukkan bahwa barang yang diminta sudah mengacu pada spesifikasi tertentu (Suliantoro, 2008).

Keserasian pencapaian tujuan dan sasaran memerlukan adanya skala prioritas yang ditentukan atas dasar kebutuhan jangka pendek dan jangka panjang dengan memperhatikan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang tersedia (Arsyad, 2005: 27). Metoda AHP adalah suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan

(6)

kuantitatif, menyusun suatu prioritas maupun tujuan dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multicriteria).

AHP mencerminkan cara berpikir untuk memilih elemen dari satu sistem ke dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang homogeny

dalam setiap tingkat. AHP memberikan suatu skala pengukuran dan metoda untuk menetapkan prioritas, juga dapat memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menentukan prioritas, sehingga dengan penggunaan AHP dapat melakukan evaluasi penawaran yang

lebih spesifik disesuaikan dengan keinginan owner (Ma’arif dan Tanjung, 2003: 25).

Ma’arif dan Tanjung (2003: 26), menerangkan Analytic Hierarchy Process

(AHP) merupakan suatu model pendekatan yang mampu memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok yang membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan-persoalan yang ada dengan cara membuat asumsi dan mendapatkanpemecahan yang diinginkan. AHP ini bergantung kepada imajinasi, pengalaman dan pengetahuan untuk mampu menyusun hierarki suatu persoalan, serta memperlihatkan hubungan elemen-elemen tertentu terhadap puncaknya, sehingga membentuk diagram pohon yang beranting.

Sistem gugur dan sistem nilai (merit point system) merupakan sistem evaluasi penawaran dengan menilai aspek administrasi, teknis, harga dan kualifikasi secara rinci sesuai dengan Peraturan Presiden R.I Nomor 70 Tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Penilaian dilakukan dengan cara memberikan bobot penilaian terhadap aspek

(7)

administrasi, teknis, harga dan kualifikasi berdasarkan tingkat kompleksitas dan kebutuhan proyek, tetapi tidak menyimpang dari peraturan pemerintah serta kriteria yang ditetapkan oleh panitia pengadaan.

Metoda evaluasi penawaran yang digunakan dalam proses penetapan pemenang lelang pengadaan barang dan jasa di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai sebagian besar dengan kriteria penawaran harga terendah, yang dikenal dengan sistem gugur. Penilaian dilakukan sesuai urutan evaluasi yang telah ditentukan, dimulai dari evaluasi administrasi, teknis, harga dan kualifikasi, apabila peserta lelang tidak lulus administrasi maka tidak di ikutkan untuk evaluasi teknis atau dinyatakan gugur.

Dalam kondisi yang berbeda, jika pihak pengguna jasa ingin memilih calon penyedia dengan mempertimbangkan aspek teknis sejalan dengan nilai penawaran biayanya, maka perlu digunakan sistem nilai dengan memperhatikan kriteria-kriteria lain yang sangat berpengaruh dalam penetapan pemenang lelang. Keadaan ini mendorong sebuah gagasan untuk merancang suatu sistem yang menjadi latar belakang untuk disajikan dalam penelitian ini yang berjudul, Metoda Penetapan Pemenang Lelang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Melalui Pendekatan

Analytical Hierarchy Process (Studi pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai).

1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process telah banyak dilakukan peneliti

(8)

sebelumnya. Sebagai acuan dan perbandingan, maka perlu diuraikan secara singkat beberapa penelitian terkait dalam bentuk Tabel 1.1 sebagai berikut.

Tabel 1.1 Matriks Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Alat

Analisis Lokasi Hasil Penelitian 1 Anagnostopoulus

dan Vavatsikos (2006)

AHP Greece Melakukan penelitian penilaian prakualifikasi kepada kontraktor konstruksi melalui metoda

Analytical Hierarchy Process (AHP), menunjukkan hasil bahwa AHP mampu memberikan kemudahan dan transparansi dalam situasi-situasi pemilihan multikriteria. Fleksibilitas dari model penambahan subkriteria yang kualitatif pada level dua dan level tiga tidak meningkat secara dramatis. 2 Chen (2007) AHP National

Cheng Kung University in Taiwan

Atribut/alternatif kecocokan fasilitas akomodasi untuk pertemuan adalah pemilihan tempat konvensi sebagai prioritas terpenting. 3 Sukarmei (2011) AHP Pemerintah

Kabupaten Tumanggung

Faktor dominan yang mempengaruhi passing grade/ambang lulus dan daftar simak pada proses penentuan pemenang pekerjaan jasa pemborongan dengan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Sistem nilai (daftar simak dan passing grade/ambang lulus) mempunyai dampak yang lebih baik dari segi hasil pekerjaan, keterperincian persyaratan, ketepatan memilih penyedia jasa.

4 Kendrick dan Saaty (2007)

AHP Virginia, USA Mengoptimalkan Six Sigma Portfolio melalui penggunaan AHP. Prioritas pertama yang teripilih adalah sistem perbaikan proses kinerja.

5 Saputra (2011) AHP Dinas PU Kabupaten Aceh Selatan

Penggunaan AHP dalam evaluasi penawaran, dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat dan akan memperkecil tingkat kesalahan dalam proses evaluasi. Sistem yang terkomputerisasi sangat efektif dan efesien jika dibandingkan dengan menggunakan sistem manual. 6 Astuti (2013) Fuzzy AHP Pembangunan Gedung Kuliah Fakultas Ekonomi Universitas Udayana

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) yang dibangun dengan metoda Fuzzy AHP untuk menilai dan menentukan pemenang tender pelaksanaan konstruksi (tidak komplek). Pengambilan keputusan (panitia tender) dalam menghasilkan total bobot akhir dan perangkingan peserta tender yang valid dan cepat.

(9)

Dalam kerangka teori penelitian ini akan ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan peneliti sebelumnya. Namun akan berbeda pada kriteria sebagai variabel dalam penelitian, sehingga hasil akhir dari penelitian akan berbeda, dengan lokasi penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan, Metoda evaluasi yang digunakan hanya dengan penawaran terendah dengan sistem gugur, tanpa memperhatikan aspek kriteria lain yang sama pentingnya meliputi: evaluasi administrasi, evaluasi teknik, evaluasi harga serta evaluasi kualifikasi sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah apakah evaluasi penawaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai sudah sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah. Kemudian apakah penerapan metoda penetapan pemenang lelang pengadaan barang/jasa pemerintah melalui Analytical Hierarchy Process (AHP) efektif dan efesien?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan prioritas kriteria terpenting dalam evaluasi penawaran dalam proses pengadaan barang/jasa. Sebagai hasil akhir berupa penentuan alternatif keputusan pemenang lelang pengadaan

(10)

barang/jasa di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui

Analytical Hierarchy Process (AHP).

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

1. Menjadi bahan masukkan bagi panitia pengadaan barang dan jasa terutama pada tahap evaluasi penawaran peserta lelang pengadaan barang/jasa di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

2. Bermanfaat dalam pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang pengambilan keputusan.

3. Dapat menjadikan bahan referensi bagi mahasiswa.

4. Memperkaya referensi sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.7 Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Tempat penelitian dilakukan pada proses lelang tahap evaluasi penawaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

2. Teknik analisis pengambilan keputusan dengan menggunakan metoda

Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan software Expert Choice.

3. Keluaran dari sistem ini berupa informasi pemenang lelang pengadaan barang dan jasa di Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Mentawai.

1.8 Sistematika Penulisan

Rancangan sistematika penulisan pada tesis ini terdiri dari 5 (lima) bagian utama dengan rincian sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, memuat latar

(11)

belakang pengambilan tema penelitian, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, memuat landasan teoritis dan kajian terhadap peneliti terdahulu yang berkaitan dengan proses penetapan pemenang pengadaan barang dan jasa pemerintah, serta model penelitian/kerangka penelitian. Bab III Metoda Penelitian, terdiri dari desain penelitian, metoda pengumpulan data, metoda penyampelan, definisi operasional, instrumen penelitian dan metoda analisis data. Bab IV Analisis, menampilkan deskripsi data, pengolahan data menggunakan metoda Analytic Hierarchy Process

dengan software expert choice v.11, Serta pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran, memberikan ringkasan hasil penelitian serta hal-hal yang perlu dilaksanakan di masa mendatang demi perbaikan.

Gambar

Tabel 1.1 Matriks Hasil Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana si penulis novel menggunakan gerund dalam bentuk dan fungsi yang beragam di dalam tulisannya. Dalam penelitian

Jika Anda sudah mengetahui kalau syirik bercampur dengan ibadah, maka akan merusaknya, menyebabkan gugurnya semua amalan pelakunya dan menyebabkan pelakunya menjadi orang yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kebijakan dan proses pelaksanaan mutasi tenaga pendeta yang dilakukan oleh Gereja Protestan Maluku dan juga

Apa ra tu r S ipil Negara ya ng selanju tnya disingkat ASN adalah profesi b agi pegawai negeri sipil da n pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja ya ng bekerja pada ins ta ns

[r]

Peningkatan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dapat mencerminkan bahwa pertumbuhan perekonomian mengarah pada sektor jasa utamanya jasa Perdagangan menggantikan

If your middle has already thickened and your waistline is no longer as slender as it used to be, what you can do is to look for a pair of jeans that flatter your figure rather

[r]