• Tidak ada hasil yang ditemukan

Palopokota | Website Resmi Pemerintah Kota Palopo BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Palopokota | Website Resmi Pemerintah Kota Palopo BAB II"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

14

BAB II.

DATA DAN INFORMASI KONDISI UMUM DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Aspek geografi dan demografi merupakan dua aspek yang dapat

memberikan informasi tentang kondisi fisik suatu wilayah sehingga didapatkan

gambaran umum suatu daerah. Dalam konteks RPJMD, aspek ini akan

mempengaruhi proses penentuan kebijakan pembangunan dalam kurun

waktu 5 tahun. Kondisi geografi dan perkembangan demografi suatu daerah

dapat memberikan kontribusi pada pengambilan kebijakan pembangunan

dan pelayanan pada masyarakat.

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Pelaksanaan pembangunan daerah di Kota Palopo tetap

memperhatikan kondisi dan karakteristik wilayah yang dimiliki daerah, agar

kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan sesuai daya dukung dan daya

tampung lingkungan. Karakterisitik wilayah Kota Palopo meliputi luas dan

batas wilayah, letak dan kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi,

klimatologi dan penggunaan lahan, yang dijelaskan sebagai berikut :

2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota

Palopo, luas wilayah Kota Palopo seluas 258,17 km2 dengan batas batas

wilayah administrasi sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu

(2)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

15

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

Posisi astronomis Kota Palopo terletak pada 2053’15”– 3004’08”

Lintang Selatan dan 120003’10” – 120014’34” Bujur Timur. Kota Palopo

terletak dibagian Utara Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi

geostrategis yang cukup baik. Wilayah Kota Palopo merupakan simpul

dari beberapa kegiatan pembangunan ekonomi bagi wilayah

hinterland-nya. Posisi geostrategis Kota Palopo tersebut memberikan peluang yang

cukup besar dalam pengembangan wilayahnya dan membangun

sinergitas antar wilayah disekitarnya.

Wilayah Kota Palopo memiliki daerah pesisir di bagian Timur,

pegunungan di bagian barat dan dataran rendah memanjang dari utara

sampai selatan. Dengan dimensi wilayah ini, Kota Palopo memiliki 3

perspektif pembangunan wilayah yaitu wilayah pegunungan, wilayah

dataran rendah dan wilayah pesisir. Perencanaan dan pelaksanaan

pembangunan pada 3 perspektif wilayah tersebut akan berbeda, namun

terangkum dalam sebuah konsep pembangunan yang terintegrasi.

2.1.1.3. Topografi

Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan

permukaan bumi secara global, regional atau di khususkan dalam bentuk

suatu wilayah tertentu. Variabel yang di gunakan dalam pengidentifikasian

kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas

permukaan laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan

geomorfologi yang bekerja.

Secara terminologi, lereng merupakan bagian dari bentang alam

yang memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu

sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dari sudut (kemiringan)

(3)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

16

bandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Kemiringan

lereng Kota Palopo dilihat dari titik ketinggiannya di atas permukaan air

laut antara 0 – 25, 26 – 100, 101 – 500, 501 – 1000, dan 1000+ dpl.

Adapun luas daerah dan ketinggian daerah di Kota Palopo dapat dilihat

pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Luas dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo

No Kecamatan Luas Wilayah (Km2)

Sumber : RTRW Kota Palopo Tahun 2012 - 2013

2.1.1.4. Geologi

Struktur batuan di Kota Palopo pada umumnya terdiri dari 3 jenis

batuan beku. Batuan metamorf dan batuan vulkanik serta endapan alluvial

yang hampir mendominasi seluruh wilayah Kota Palopo.

Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan

beku granit dan gebro serta beberapa intrusi kecil lainnya. Kemudian

dijumpai pula batua beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah

membeku yang bersusunan balstik hingga andesitik.

Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir,

(4)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

17

batuan meta sedimen. Batuan vulkanik yang dijumpai terdiri dari tufa dan

breksi vulkanik. Sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari

material-matrial bersusunan berangkal, kerakai, kerikil, pasir hingga lempung,

kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat

digunakan untuk mendukung pembangunan dan bangunan Kota Palopo.

Diwilayah Kota Palopo mempunyai struktur batuan yang

merupakan bahan galian sebagai bahan induk pembentuk tanah, secara

garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut;

a. Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan oleh

masyarakat di areal sawah di Kecamatan Wara, dan Wara selatan.

b. Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak terdapat

di sungai latuppa didominasi oleh batuan beku yang merupakan

batuan sedimen beku, ukurannjya bervariasi dari yang sangat besar

sampai yang kecil dan merupakan pecahan batu sampai butiran.

c. Bahan galian atau butiran emas, terdapat di sungai Latuppa pada

bagian hulu di atas bukit, merupakan daerah bekas penambangan

emas di beberapa tempat pada zaman belanda. Dan pada saat ini

masih diusahakan oleh masyarakat secara tradisional.

d. Batuan sedimen, menyebar di bagian barat yang berbatasan dengan

Kabupaten Tana Toraja

e. Batuan terobosan, yang menyebar di bagian utara yang merupakan

daerah pegunungan.

Jenis batuan lainnya yang meruoakan pelapukan bahan

pembentuk tanah, yang mempunyai kandungan potensial di Kota Palopo,

adalah ;

a. Batuan gamping dan marmer (limestone dan marble), dimana lokasi

(5)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

18

b. Batuan Granit dan Granodiorit, untuk bahan bangunan lantai rumah,

batu hias dinding dan sebagainya serta untuk pengerasan jalan

(aggrogat) dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Wara dan

Wara Selatan.

c. Batu sabak, filit, kuarsil, batu gamping, dan batu lamau, terdapat di

Kecamatan Wara, Wara Utara dan Bagian Barat Kota Palopo.

Jenis batuan ini dikelompokkan menurut umu pembentukannya

yang diurut dari batuan yang termuda hingga yang tertua, maka

batuan-batuan ini tersusun atas 5 (lima) kelompok, yaitu;

a. Kelompok endapan alluvial (termasuk didalamnya endapan Qal atau

terumbu lokal) yang termasuk didalamnya endapan alluvial berupa

karakal, kerikil, pasir dan batu, serta terumbu koral yang tersebar

disepanjang pantai dan alur aliran sungai Latuppa.

b. Batuan Tmb; terdiri dari napal dan sisipan batu gamping

setempat-tempat, mengandung batu pasir gamping, konglomerat dan breksi.

Selain itu terdapat beberapa kelompok intrusi batuan beku yang terdiiri

dari batuan beku granit dan gabro. Batuan granit ini dijumpai pada

Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.

c. Batu Tol, yaitu kelompok batuan hasil pembukuan aliran larva yang

bersusun balastik hingga andesitic, kemudian breksi vulkanik, batu

pasir dan batu lamau, serta batuan setempat-tempat mengandung

fieldsphatoid. Batuan ini terususun di Bagian Selatan Kota Palopo dan

banyak tersebar di daerah Kecamatan Wara Selatan.

d. Batuan Tet, yaitu terdiri dari serpih, batu gamping dan batu pasir

dengan sisipan konlomerat. Kelompok batuan ini terdapat di

Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua.

e. Batuan TKI, yaitu terdiri dari batuan-batuan yang mengalami

(6)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

2013-Keadaan Hidrologi di Kota Palopo umumnya dipengaruhi oleh

sumber air yang berasal dari Sungai Bambalu/Sungai Battang, Sungai

Latuppa, Sungai Boting dan anak sungai serta mata air dengan debit

yang bervariasi. Disatu sisi keberadaan sungai-sungai tersebut sangat

berpotensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata, misalnya wisata

permandian alam dan rafting.

Kondisi hidrologi Kota Palopo secara umum adalah sebagai berikut;

1. Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100

meter.

2. Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan

genangan-genangan.

Dalam hal ini, hidrologi di Kota Palopo untuk berbagai

kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan kelestariannya

harus tetap dijaga.Potensi sumberdaya air di Kota Palopo selain

dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh

beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi

sumberdaya air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan

pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya.

Potensi sumberdaya air di wilayah Kota Palopo yang telah

termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk

berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal (air permukaan

dan air tanah dalam air tanah dangkal/permukaan dapat berupa air

sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain sebagainya,

sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air melalui

(7)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

20

Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan pokok

penduduk di suatu daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi air

tanahnya terbatas dan kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari

aspek kesehatan. Meskipun demikian, pengadaan air minum masih

terbatas dan umumnya penduduk menggunakan sumur air tanah

dangkal, dalam (artesis), air permukaandan mata air yang bersumber dari

pegunungan.

Wilayah Kota Palopo terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai

baik yang melintas dalam pusat kota maupun dipinggiran Kota

Palopoterdiri dari 6 daerah terdiri dari :

1. DAS Purangi dengan luas cakupan area lebih kurang 1.037 hektar.

2. DAS Bua dengan luas cakupan area lebih kurang 1.168,04 hektar.

3. DAS Songkama’ti dengan luas cakupan area lebih kurang 136,20

hektar.

4. DAS Pacangkuda dengan luas cakupan area lebih kurang 6.412,80

hektar.

5. DAS Boting dengan luas cakupan area lebih kurang 3.087,25 hektar.

6. DAS Salubattang dengan luas cakupan area lebih kurang 13.760,59

hektar.

2.1.1.6. Klimatologi

Secara umum keadaan iklim Kota Palopo dipengaruhi oleh curah

hujan, suhu dan kelembaban udara.Metode klasifikasi iklim yang umum

digunakan adalah metode Schmidt Fergusson dengan menggunakan

data curah hujan dalam kurung waktu minimal 10 tahun terakhir. Data

curah hujan yang diterima dari Stasiun Klimatologi Maros, keadaan

curah hujan Kota Palopo dalam 10 tahun terakhir (2000 – 2009)

didapatkan informasi bahwa jumlah rata – rata bulan basah sebesar

(8)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

21

Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

2000 41.00 280.00 210.00 81.00 379.00 370.00 57.00 101.00 22.00 347.00 123.00 119.00

Nilai Q sebesar 0,068 yang didapatkan diatas menunjukkan

bahwa tipe iklim Kota Palopo adalah tipe iklim A karena nilai Q – nya

berada antara 0 < Q < 0,143. Secara umum kondisi curah hujan Kota

Palopo berfluktuasi rendah sehingga tidak ada perbedaan iklim yang

ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau.Kondisi iklim seperti ini

sangat mendukung untuk dilakukannya kegiatan pertanian oleh

masyarakat di wilayah perdesaan yang ada di Kota Palopo.Data curah

hujan Kota Palopo dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel

berikut,

Tabel 2.2 Data Curah Hujan Kota Palopo 10 Tahun Terakhir (2000 – 2009).

(9)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

22

2.1.1.7. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kota Palopo cukup bervariasi sesuai

dengan karakteristik wilayah yang dimukimi oleh masyarakat. Secara

umum, Kota Palopo ini memiliki 3 dimensi wilayah yaitu pegunungan dan

dataran tinggi, dataran rendah serta pesisir dan laut. Perbedaan dimensi

wilayah ini mempengaruhi aktifitas masing – masing masyarakat yang

bermukim ditempat tersebut.

Sesuai dengan pengelompokannya dalam rencana tata ruang

wilayah, penggunaan lahan terdiri atas 2 bagian yaitu kawasan lindung

dan kawasan budidaya. Kawasan lindung didefinisikan sebagai kawasan

yang fungsi utamanya melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Sedangkan

kawasan budidaya merupakan kawasan yang fungsi utamanya untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber

daya manusia dan sumberdaya buatan yang terdapat diwilayah tersebut,

dengan tetap menyerasikan pemanfaatan ruang dan pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Penentuan kedua jenis penggunaan lahan ini dilakukan dengan

memperhatikan beberapa faktor antara lain topografi, jenis tanah, jenis

batuan, klimatologi, penutupan lahan dan faktor lain yang dapat

berpengaruh terhadap kondisi lingkungannya.

Kawasan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan

hutan konservasi, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka

hijau, kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana dan kawasan

lindung lainnya.

Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari kawasan perumahan

(10)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

23

kawasan industri dan pergudangan, kawasan pariwisata, kawasan ruang

terbuka non hijau, kawasan evakuasi bencana, kawasan kegiatan sektor

informal dan kawasan peruntukan lainnya. Luas dari masing – masing

jenis penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut,

Tabel 2.3. Penggunaan Lahan Kota Palopo

NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS LAHAN

(Ha)

A. Kawasan Lindung

1. Kawasan hutan lindung 9.228,00

2. Kawasan hutan konservasi 3.250,00

3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

0

4. Kawasan perlindungan setempat 0

5. Kawasan ruang terbuka hijau 398,00

6. Kawasan cagar budaya 484,00

7. Kawasan rawan bencana 2.341,00

8. Kawasan lindung lainnya 4.121,22

B. Kawasan Budidaya

1. Kawasan perumahan & pemukiman 1.622,00

2. Kawasan perdagangan & Jasa 215,23

3. Kawasan perkantoran 62, 32

4. Kawasan industri & pergudangan 215,23

5. Kawasan pariwisata 2.772,00

6. Kawasan ruang terbuka non hijau 17,00

7. Kawasan ruang evakuasi bencana 0

8. Kawasan ruang kegiatan sektor informal 693,00

9. Kawasan peruntukan lainnya 398,00

JUMLAH 25.817

Sumber : Dinas Tata Ruang & Cipta Karya Kota Palopo, 2013

Berdasarkan informasi pada Tabel 2.3. diatas maka dapat diketahui

bahwa luas kawasan lindung adalah 9.228 Ha atau 35,74 % dari luas wilayah

Kota Palopo. Proporsi antara luas wilayah untuk kawasan lindung dan

(11)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

24

kebijakan penggunaan lahan baik oleh masyarakat, pemerintah, swasta dan

seluruh komponen masyarakat yang ada.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Memperhatikan deskripsi tentang karakteristik wilayah di Kota

Palopo, sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka dapat diketahui

bahwa wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup untuk

dikembangkan dalam menopang perekonomian daerah. Meskipun telah

berstatus kota, namun disebagian wilayah Kota Palopo masih memiliki

wilayah perdesaan yaitu disebelah barat, sedangkan wilayah perkotaan

terdapat disebelah timur.

Sebagaimana wilayah perdesaan pada umumnya yang aktifitas

masyarakatnya masih lebih banyak bergerak disektor primer, maka demikian

pula halnya di Kota Palopo. Kawasan pertanian tanaman pangan dan

hortikultura, perkebunan rakyat, dan budidaya ikan air tawar dapat dijumpai

pada masyarakat yang bermukim dipinggiran kota. Sedangkan sektor

perikanan banyak dilakukan oleh masyarakat yang bermukim diwilayah

pesisir.

Aktifitas masyarakat yang bergerak disektor sekunder seperti jasa,

perdagangan dan industri dapat dijumpai di wilayah perkotaan. Sektor jasa

dan perdagangan ini cukup berkembang dengan baik dalam beberapa

tahun terakhir. Kegiatan perindustrian juga mulai berkembang meskipun

masih dalam skala menengah. Kedua sektor ini masih berpotensi untuk

dikembangkan mengingat kebijakan Pemerintah Kota Palopo yang akan

terus mendorong perkembangan sektor jasa dan perdagangan.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Fenomena alam berupa bencana merupakan sesuatu yang tak

dapat diprediksi kapan dan dimana bisa terjadi. Namun demikian dengan

(12)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

25

terjadinya bencana tersebut. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian

peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam

maupun manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.

Selanjutnya, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin

topan dan tanah longsor. Guna mengantisipasi besarnya dampak buruk dari

terjadinya bencana alam, maka dibeberapa wilayah di Kota Palopo telah

ditentukan sebagai kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan bencana

tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang, kawasan rawan

bencana abrasi dan kawasan rawan kebakaran didalam dokumen Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota Palopo 2012 - 2032.

2.1.4. Demografi

Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Kota Palopo, jumlah

penduduk Kota Palopo pada tahun 2012 telah mencapai 152.703 jiwa, terdiri

dari laki – laki sebanyak 74.870 jiwa dan perempuan sebanyak 77.833 jiwa

dengan rasio jenis kelamin sebesar 96,19. Sebaran penduduk terlihat tidak

merata atau cukup bervariasi, dimana terdapat 3 (tiga) kecamatan dengan

kepadatan penduduk terbilang padat jika dibandingkan dengan kecamatan

lainnya, ketiga kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Wara dengan angka

kepadatan 2.787 jiwa per km2, Kecamatan Wara Timur dengan angka

kepadatan sebanyak 2.649 jiwa per km2 dan Kecamatan Wara Utara dengan

angka kepadatan sebesar 1.855 jiwa per km2.

Dua kecamatan dengan kepadatan sedang yaitu Kecamatan Bara

(13)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

26

980 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan lainnya yaitu Kecamatan

Mungkajang, Kecamatan Sendana dan Kecamatan Wara Barat kepadatan

penduduknya baru mencapai angka 134 jiwa – 179 jiwa per km2.

Laju pertumbuhan penduduk dalam waktu tiga tahun terakhir

mencapai 4,25 % pertahun yaitu dari 146.482 jiwa pada Tahun 2009 menjadi

152.703 jiwa pada tahun 2012, rata – rata anggota rumah tangga dalam

setiap rumah tangga berkisar 5 orang.

Jika dilihat menurut kelompok usia struktur usia penduduk didominasi

oleh kelompok usia produktif, hal ini terlihat dari 152.703 jiwa penduduk

KotaPalopo sekitar 30,14 % berada pada usia muda (0-14 tahun) dan 3,78 %

pada kelompok usia tua (65 tahun keatas), selebihnya 66,08 % yang berada

pada kelompok usia produktif (15 – 64 tahun ), dengan kata lain beban

tanggungan (dependency ratio) Kota Palopo Tahun 2012 sebesar 66,08 %.

Artinya, penduduk Kota Palopo yang berusia produktif (usia 15 – 64 tahun)

menanggung beban bagi penduduk yang belum dan atau tidak produktif

sekitar 59-60 persen dari jumlah penduduk secara total.

2.2. Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi

aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya

saing daerah. Masing – masing indicator dari setiap aspek tersebut akan

dijelaskan pada setiap bagian berikut,

2.2.1. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Hasil pengolahan data yang berhubungan dengan aspek

kesejahteraan masyarakat akan memberikan gambaran tetang kondisi

(14)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

27

ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Masing – masing

indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut,

2.2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Salah satu indikator pentng untuk mengetahui kondisi perekonomian

secara makro adalah data produk domestic regional bruto (PDRB).

Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan mendasar

sebagai konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan.

Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan, angka PDRB

juga bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah

dilaksanakan. Adapun beberapa kegunaan angka PDRB ini antara lain :

1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan

setiap sektor ekonomi, mencakup sektor pertanian; pertambangan dan

penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi;

perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi;

lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya;

2. Untuk mengetahui struktur perekonomian;

3. Untuk mengetahui besarnya PDRB perkapita penduduk sebagai salah

satu indikator tingkat kemakmuran/kesejahteraan;

4. Untuk mengetahui tingkat inflasi/deflasi, berdasarkan

pertumbuhan/perubahan harga produsen.

Demikian halnya dalam penyusunan RPJMD Kota Palopo, maka

indikator untuk mengukur pelaksanaan pembangunan ekonomi adalah

menggunakan data PDRB Kota Palopo dalam 5 tahun terkahir yaitu antara

2008 – 2012. Ketersediaan data ini didapatkan dari Buku Palopo Dalam

Angka tebitan Kantor Badan Pusat Statistik Kota Palopo dari beberapa edisi.

Kondisi pembangunan ekonomi Kota Palopo dilihat pada 9 sektor PDRB,

(15)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

28

kesembilan sektor pembangunan perekonomian tersebut dapat dilihat pada

(16)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

- 29

-

Tabel 2.4. Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku Kota Palopo (juta)

NO. SEKTOR

260.936,02 18,71 308.213,72 18,71 391.532,35 20,11 489.491,09 21,42 602.616,10 22,85

7. Pengangkutan

163.346,87 11,71 207.683,25 12,61 255.452,66 13,12 323.514,01 14,16 394.061,46 14,94

9. Jasa – jasa 208.062,47 14,92 280.104,66 17,01 368.387,12 18,92 447.298,37 19,58 517.884,82 19,64

PDRB 1.394.930,34 100,00 1.646.987,34 100,00 1.946.847,77 100,00 2.284.801,89 100,00 2.637.545,42 100,00

(17)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

30

Berdasarkan Tabel 2.4 diatas maka dapat diketahui nilai produksi dari 9

sektor PDRB Kota Palopo serta besaran persentasenya. Dalam kurun waktu 5 tahun

terakhir ( 2008 – 2012 ) kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB memperlihatkan

kecendrungan penurunan dari sisi presentase, tetapi mengalami peningkatan dalam

nilai produksi. Jumlah penurunan sektor ini sebesar 12,10 % dengan nilai produksi

pada Tahun 2008 sebesar Rp 407.662,20 juta atau 29,22 % turun menjadi 17,12 %

atau sebesar Rp 451.577,92 juta pada Tahun 2012.

Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor yang

memberikan kontribusi yang terkecil dalam pembentukan PDRB Kota Palopo.

Selama 5 tahun nilai produksi dari sektor ini mengalami kecendrungan peningkatan

dari tahun 2008 sebesar Rp. 2.412,22 juta menjadi Rp 3.562,17 juta. Meskipun

demikian peningkatan nilai produksi sektor ini tidak mempengaruhi persentase

terhadap PDRB. Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB pada Tahun

2008 sebesar 0,17 %, turun sebesar 0,03 % dalam 5 tahun sehingga pada Tahun

2012 hanya sebesar 0,14 % terhadap total PDRB Kota Palopo.

Sama halnya dengan sektor industri pengolahan yang mengalami

kecendrungan peningkatan nilai produksi namun persentase kontribusinya terhadap

PDRB mengalami penurunan. Nilai produksi sektor ini Tahun 2008 sebesar Rp

58.721,13 juta dan meningkat nilainya pada Tahun 2012 sebesar Rp 91.028,23 juta.

Namun persentasenya terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo mengalami

penurunan dari 4,21 % pada Tahun 2008 menjadi 3,45 % pada Tahun 2012 atau

turun sebesar 0,76 %.

Demikian juga sektor Listrik, Gas dan Air Bersih masih memberikan

kontribusi yang relatif kecil dimana pada tahun 2008 kontribusinya sebesar 1,66 %

dengan nilai produksi Rp. 32.199,40 juta, sedangkan pada tahun 2012 sedikit

meningkat dalam nilai produksi sebesar Rp. 45.552,84 dengan kontribusi sebesar

(18)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

31

Sebaliknya, kontribusi beberapa sektor tersier justru menunjukkan

peningkatan dari tahun ke tahun baik dari sisi kontribusi maupun dari nilai produksi.

Sektor-sektor tersebut antara lain sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan sektor Jasa-jasa. Peningkatan

kontribusi tertinggi terjadi pada sektor Jasa-Jasa.Pada tahun 2010, kontribusi sektor

ini sekitar 18,92 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 368.387,12 juta dan

meningkat 0,66 persen menjadi 19,58 persen pada tahun 2011 dengan nilai

produksi menjadi Rp. 447.298,37 juta.

Kontribusi dan nilai produksi yang terus meningkat juga dicatat oleh sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Jika pada tahun 2010 kontribusinya

terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo mencapai 13,12 persen, pada

tahun 2011 kembali meningkat menjadi 14,16 persen dengan nilai produksi

sebesar Rp. 323,514.01 juta,-. Untuk sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran,

jika pada tahun 2010 nilai produksinya sebesar Rp. 391.532,35 juta dengan

kontribusi sekitar 20,11 persen, maka pada tahun 2011 kontribusinya meningkat

menjadi 21,42 persen dengan nilai produksi Rp. 489,491,09 juta dan pada tahun

2012 kembali meningkat menjadi Rp. 602,616,10 juta dengan kontribusinya 22,85

persen.

Hal yang sama juga terjadi pada sektor Listrik, gas & air bersih.

Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo terus meningkat

setiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2010 kontribusinya masih berada dilevel

1,65 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 32.1899,40 juta, pada tahun 2011

kontribusinya meningkat menjadi 1,71 persen dengan peningkatan nilai produksi

menjadi Rp. 39.020,33 juta dan tahun 2012 tetap meningkat menjadi 1,73 persen

dengan nilai produksinya Rp. 45.551,84 juta atau meningkat 0,02 persen.

Penurunan kontribusi sektor Pertanian dalam struktur perekonomian Kota

Palopo namun tercatat mengalami peningkatan dari sisi nilai produktivitas

(19)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

32

pembentukan PDRB Kota Palopo. Hal tersebut disebabkan karena sektor-sektor

lain utamanya sektor jasa (tersier) berkembang lebih cepat dari perkembangan

(20)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

33

Tabel 2.5 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota

Palopo (juta Rp.)

NO. SEKTOR 2008 2009 2010 2011 2012

( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) %

1. Pertanian 249.913,38 31,27 250.141,20 29,01 238.571,82 25,79 218.612,21 21,85 230.849,62 21,23

2. Pertambangan & penggalian

1.414,28 0,18 1.559,14 0,18 1.479,38 0,16 1.541,70 0,15 1.617,26 0,15

3. Industri pengolahan 35.644,66 4,46 37.316,93 4,33 38.986,05 4,21 41.277,07 4,13 43.652,98 4,01

4. Listrik, gas & air bersih 11.397,05 1,43 12.785,13 1,48 14.563,10 1,57 17.045,20 1,70 18.257,01 1,68

5. Konstruksi 72.278,42 9,04 250.141,20 10,12 95.884,65 10,36 112.294,98 11,22 110.395,04 24,53

6. Perdagangan, hotel & restoran

156.136,07 19,53 170.073,94 19,73 201.605,55 9,91 233.885,48 23,38 266.722,09 22,90

7. Pengangkutan & komunikasi

77.842,14 9,74 83.312,84 9,66 91.633,01 13,28 104.789,50 10,47 116.516,79 8,74

8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan

89.492,03 11,20 106.852,46 12,39 122.847,42 13,28 142.316,82 14,22 165.656,04 11,03

9. Jasa – jasa 105.210,90 13,16 112.896,71 13,09 119.511,17 12,92 128.806,35 12,87 133.752,98 11,34

PDRB 799.328,94 100 862.192,23 100 925.082,15 100 1.000.569,31 100 1.087.419,80 100

(21)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

34

Kontribusi sektor atas dasar harga konstan menilai kontribusi tiap sektor

dalam perekonomian dengan menggunakan harga tahun dasar (base year) yaitu

menghitung nilai produksi per sektor dengan tidak memperhatikan perkembangan

harga namun mengikuti perkembangan nilai produksi dari tahun ke tahun dengan harga

konstan atau tetap pada tahun dasar sebagai basis perhitungan.

Perkembangan kontribusi sektoral atas dasar harga konstan dalam kurun

waktu 2008-2012 masih dipengaruhi oleh sektor Pertanian, sektor Konstruksi, sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-Jasa. Diantara

sektor-sektor tersebut, sektor-sektor pertanian menunjukkan perkembangan nilai produksi dan

kontribusi yang terus menurun. Jika pada tahun 2011, sektor pertanian masih

mampu menyumbang 21,85 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 218.612,21

juta namun pada tahun 2012 menurun menjadi 21,23 persen namun kontribusinya

meningkat menjadi Rp. 230.849,62 juta terhadap pembentukan PDRB.

Sebaliknya sektor yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kota

Palopo adalah sektor kontruksi. Sektor ini menunjukkan trend yang terus meningkat.

Tercatat pada tahun 2011 nilai produksi sektor ini sebesar Rp.112.294,98 juta

dengan kontribusi sekitar 11,22 persen dan kemudian meningkat menjadi 24,53

persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 110.395,04 juta pada tahun 2012.

Pergeseran kontribusi sektor dari sektor Pertanian ke Sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran mengindikasikan bahwa secara riil aktivitas

perekonomian masyarakat Kota Palopo bergerak kearah sektor Jasa, Khususnya

jasa perdagangan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya peranan sektor

Perdagangan, Hotel dan Restoran menjadi sektor yang dominan dalam

(22)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

35

Tabel 2.6 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan

harga Konstan (Hk) Kota Palopo

NO Sektor

2008 2009 2010 2011 2012

Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk

(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 1 Pertanian 29.22 31,27 25.56 29,01 21.96 25,79 18,03 21,85 17,12 21,23

2 Pertambangan &

Penggalian 0.17 0,18 0.17 0,18 0,15 0,16 0,14 0,15 0,14 0,15 3 Industri Pengolahan 4.21 4,46 4.03 4,33 3,80 4,21 3,65 4,13 3,45 4,01 4 Listrik,Gas & Air bersih 1.65 1,43 1.65 1,48 1,65 1,57 1,71 1,70 1,73 1,68 5 Konstruksi 9.86 9,04 11 10,12 11,29 10,36 12,11 11,22 11,01 24,53

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 18.7 19,53 18.7 19,73 20,11 21,79 21,42 23,38 22,85 22,90

7 Pengangkutan &

Komunikasi 9.55 9,74 9.25 9,66 8,99 9,91 9,21 10,47 9,13 8,74

8 Keuangan, sewa, & Js.

Perusahaan 11.7 11,20 12.6 12,39 13,12 13,28 14,16 14,22 14,94 11,63 9 Jasa-jasa 14.9 13,16 17 13,09 18,92 12,92 19,58 12,87 19,64 11,34

PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

(23)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

36

Kontribusi sektor pertanian atas dasar harga berlaku menurun sekitar

0,91 persen dari 17,12 persen tahun 2011 menjadi 18.03 persen pada tahun 2012

dan atas dasar harga konstan juga menurun sekitar 0,62 persen dari 21,85 persen

di tahun 2011 menjadi 18,03 persen di tahun 2012. Sektor Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi atas dasar harga berlaku dan konstan

sekitar 14,16 persen dan 14,22 persen tahun 2011 mengalami penurunan menjadi

17,22 persen dan 21,23 persen. Sektor Jasa pada tahun 2011 atas dasar harga

berlaku dan konstan memiliki kontribusi sebesar 19,58 persen dan 12,87 persen

namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 19,64 persen atas dasar

harga berlaku tapi menurun atas dasar harga konstan menjadi 11,34 persen.

Dalam perkembangan kontribusi sektor ini, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menunjukkan perkembangan peningkatan yang signifikan baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Peningkatan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dapat mencerminkan bahwa pertumbuhan perekonomian mengarah pada sektor jasa utamanya jasa Perdagangan menggantikan peranan sektor Pertanian yang selama ini menjadi sektor yang dominan dalam pertumbuhan ekonomi Kota Palopo.

Tabel 2.7 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kota Palopo Tahun 2012

NO Sektor Pertumbuhan

Hb (%) Hk (%)

1 Pertanian 13,50 23,44

2 Pertambangan & Penggalian -0,85 -0,84

3 Industri Pengolahan 2,73 3,17

4 Listrik,Gas & Air bersih 0,69 0,61

5 Konstruksi 10,35 13,06

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 19,77 20,95

7 Pengangkutan & Komunikasi 8,15 4,12

8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 7,11 12,06

9 Jasa-jasa 16,11 8,53

PDRB 77,54 85,17

(24)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

37

Struktur perekonomian Kota Palopo berdasarkan pertumbuhan sektor atas

dasar harga berlaku sampai dengan tahun 2012, sektor Pertanian, sektor Bangunan,

sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Jasa-Jasa masih menjadi sektor

yang berpengaruh bagi perkembangan perekonomian Kota Palopo dimana

sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan masing-masing di atas 10 persen.

Sedangkan atas dasar harga konstan, sektor yang mempunyai pertumbuhan

kontribusi di atas 10 persen masih dipengaruhi oleh sektor pertanian dengan

pertumbuhan kontribusi sebesar 23,44 persen, sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran sekitar 20,95 persen, sektor kontruksi sekitar 13,06 persen, dan sektor

Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan sebesar 12,06 persen.

Sebaliknya sektor yang mempunyai pertumbuhan kontribusi terkecil baik

atas dasar harga berlaku maupun harga konstan adalah sektor Listrik, Gas dan Air

Laju inflasi di Kota Palopo periode 2008-2012 menunjukkan pergerakan

penurunan yang signifikan. Pada tahun 2008, inflasi Kota Palopo berada pada

kisaran 17,58 persen. Tingginya inflasi ini disebabkan karena adanya gejolak

ekonomi akibat krisis ekonomi global. Selanjutnya pada kurun waktu 2009-2011 laju

inflasi relatif stabil dengan kecenderungan menurun dimana tahun 2009 inflasi Kota

(25)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

38

Palopo terus menurun menjadi 3,99 persen dan 3,35 persen, dan pada tahun 2012

(26)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

39

Tabel 2.10 PDRB Perkapita Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012

Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

Nilai PDRB (Rp) 1.394.930,34 1.646.987,34 1.946.847,77 2.284.801,89

2.637.545,42

Jumlah Penduduk (jiwa) 140.527 144.351 147.932 149.419

152.703

PDRB perkapita

(Rp/jiwa) 9.926.422 11.409.601 13.160.423 15.291.241

17.272.388

(27)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

40

PDRB per kapita Kota Palopo mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Pada tahun 2008, PDRB per kapita Kota Palopo adalah sebesar Rp.

9.926.422,- yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo

selama setahun adalah Rp. 9.926.000,- atau sebesar Rp. 827.000,- per bulan. Pada

tahun 2009, PDRB per kapita Kota Palopo adalah Rp. 11.409.601, yang berarti

rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo selama setahun adalah Rp.

11.409.000,- atau sebesar Rp. 950.000,- per bulan.

Pada tahun 2011 dan 2012, PDRB per kapita di Kota Palopo mengalami

peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB per kapita

mencapai Rp. 15,291.241,- selama setahun atau Rp. 3.058.248,- per bulan, dan

Rp. 17.272.388,- selama setahun atau Rp. 3.454.478,- per bulan dan Persentase

peningkatannya hingga 15,40 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

2.2.1.2. Kesejahteraan Sosial

Pengukuran kinerja daerah dari aspek kesejahteraan sosial

dapat dilihat dari sektor pendidikan, kesehatan, kemiskinan, kepemilikan

tanah, kesempatan kerja dan kriminalitas. Keenam indikator tersebut

dijelaskan masing – masing sebagai berikut,

2.2.1.2.1. Pendidikan

Pada sektor pendidikan indikator yang dapat diukur antara lain

Angka Melek Huruf (AMH), Angka Rata – Rata Lama Sekolah, Angka

Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka

Pedidikan yang Ditamatkan (APT).

Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk

berusia 15 Tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin

dan lainnya. AMH Kota Palopo dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada

(28)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

41

Tabel 2.12 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Palopo Tahun 2008 s/d

2012

No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012

1

Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis

102.856 106.513 101.642 103.675 101.390

2 Jumlah penduduk usia 15 tahun ke

atas 103.026 119.723 101.773 103.808 101.551

3 Angka melek huruf 0,998 0,890 0,999 0,999 0,998

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Palopo, 2013

Berdasarkan Tabel 2.12 diatas bahwa angka melek huruf

penduduk untuk usia 15 tahun keatas berkisar Antara 0,890 – 0,999. Jika

data tersebut ditinjau pada setiap kecamatan datanya dapat dilihat pada

(29)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

42

Tabel 2.13 Angka Melek Huruf menurut Kecamatan di Kota Palopo Tahun 2012

No. Kecamatan

Jumlah 101.390 101.551 0,99841

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Palopo, 2013.

Tabel 2.13 diatas menunjukkan bahwa Angka Melek Huruf

ditiap kecamatan di Kota Palopo rata – rata 0,99. Keadaan ini hampir

merata terjadi pada 9 kecamatan. Selanjutnya indikator kinerja

pendidikan dapat dilihat dari angka rata – rata lama sekolah. Lamanya

sekolah (years of schooling) adalah sebuah angka yang menunjukkan

lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai pada

Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT). Angka rata – rata lama sekolah di

(30)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

43

Tabel 2.14 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012

No. Kecamatan 2008 2009 2010 2011 2012

L P L P L P L P L P

1 Sendana 12,05 12,04 12,03 12,02 12,04 12,02 12,05 12,04 12,12 12,02

2 Wara Selatan 12,05 12,05 12,04 12,04 12,05 12,04 12,05 12,05 12,14 12,07

3 Wara Utara 12,03 12,03 12,05 12,05 12,03 12,02 12,03 12,04 12,06 12,06

4 Wara 12,05 12,03 12,05 12,04 12,05 12,04 12,06 12,05 12,11 12,06

5 Wara Barat 12,06 12,06 12,05 12,03 12,04 11,98 12,06 12,07 12,05 12,05

6 Wara Timur 12,03 12,04 12,04 12,02 12,07 12,01 12,03 12,03 12,14 12,04

7 Mungkajang 12,04 12,04 12,04 12,03 12,03 11,96 12,04 12,05 12,11 12,05

8 Bara 12,04 12,05 12,06 12,05 12,04 11,70 12,04 12,03 12,12 12,05

9 Telluwanua 12,06 12,06 12,05 12,06 11,08 12,01 12,06 12,05 12,10 12,04

Jumlah 12,05 12,04 12,05 12,04 11,94 11,98 12,05 12,05 12,11 12,05

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Palopo, 2013.

Indikator berikutnya di sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi

Murni (APM). APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 – 18

tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA

dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 – 18 tahun. Perkembangan

(31)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

- 44

-

Tabel 2.15 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012

NO JENJANG PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1 Jumlah siswa kelompok usia 7 - 12 tahun yang bersekolah di jenjang

pendidikan SD/MI 16.141 16.696 17.000 16.690 16.827

1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun 17.865 17.280 18.540 18.540 18.488

1.3 APM SD/MI 90,35 96,62 91,69 90,02 91,02

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah siswa kelompok usia 13 - 15 tahun yang bersekolah di jenjang

pendidikan SMP/MTs 7.316 7.144 5.996 6.347 6.496

2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun 9.473 8.361 9.493 9.493 9.727

2.3 APM SMP/MTs 77,23 85,44 63,16 66,86 66,78

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa kelompok usia 16 - 18 tahun yang bersekolah di jenjang

pendidikan SMA/MA/SMK 7.898 7.568 8.075 7.916 7.565

3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun 9.795 8.490 9.992 9.992 10.481

3.3 APM SMA/MA/SMK 80,63 89,14 80,81 79,22 72,18

(32)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

45

Hingga tahun 2012, APM SD/MI menunjukkan angka 91,02 persen.

Ini berarti jumlah siswa dengan usia 7-12 yang bersekolah di SD/MI

sebanyak 91,02 persen dari total jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Hal

yang sama juga ditunjukkan oleh SMP/MTs dimana angka APM tercatat

sebesar 66,78 persen yang artinya masih terdapat 33,22 persen dari total

jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang tidak/belum melanjutkan

pendidikannya ke tingkat SMP/MTs.

Angka APM SMA/MA/SMK pada tahun 2012 yang sebesar 72,18

persen mencerminkan jumlah siswa dengan usia 16-18 tahun yang

bersekolah di SMA/MA/SMK sebanyak 72,18 persen dari total jumlah

penduduk usia 18 tahun sehingga masih terdapat penduduk usia

16-18 tahun sebesar 27,82 persen yang tidak melanjutkan pendidikannya ke

tingkat SMA/MA/SMK.

Jika APM ditinjau pada setiap kecamatan di Kota Palopo, maka

(33)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

46

Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 menurut Kecamatan di Kota Palopo

NO Kecamatan

(34)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

47

Angka Partisipasi Murni (APM) menurut kecamatan di Kota Palopo

tahun 2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di

tingkat pendidikan tertentu pada setiap kecamatan. APM SD/MI tertinggi

berada di Kecamatan Wara yaitu 116,01 persen sedang yang terendah berada

di Kecamatan Wara Selatan sebesar 58,77 persen. Untuk tingkat SMP/MTs,

Kecamatan Mungkajang memiliki APM tertinggi yaitu sebesar 148,80 persen

dan Kecamatan Wara menjadi dari kecamatan dengan APM terendah yakni

sekitar 4,66 persen.

Di tingkat SMA/MA/SMK, APM tertinggi berada di Kecamatan Wara

Utara sebesar 152,64 persen sedangkan Kecamatan Mungkajang memiliki

APM terendah yaitu sebesar 0 persen. Variasi pencapaian APM SD/MI,

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat

partisipasi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan tertentu semakin

merata

Indikator selanjutnya di sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi

Kasar (APK). APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan

SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 – 18 tahun atau

rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat

pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan

dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi

penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator

yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di

masing – masing jenjang pendidikan. Perkembangan angka partisipasi kasar

(35)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

48

Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 S/D 2012 Kota Palopo

NO JENJANG PENDIDIKAN 2008 2009 2010 2011 2012

1 SD/MI

1.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI 18.882 19.328 19.364 19.395 19.518 1.2 Jumlah penduduk kelompok usia 7 - 12 tahun 17.865 17.280 18.540 18.540 18.488 1.3 APK SD/MI 105,69 111,85 104,44 104,61 105,57

2 SMP/MTs

2.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs 8.789 9.108 9.136 9.309 9.729 2.2 Jumlah penduduk kelompok usia 13 - 15 tahun 9.473 8.361 9.493 9.493 9.727 2.3 APK SMP/MTs 92,78 108,93 96,24 98,06 100,02

3 SMA/MA/SMK

3.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK 11.243 11.640 11.628 11825 11.392 3.2 Jumlah penduduk kelompok usia 16 - 18 tahun 9.795 8.490 9.992 9.992 10.481 3.3 APK SMA/MA/SMK 114,78 137,10 116,37 118,34 108,69

(36)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

49

Pada tahun 2012, APK SD tercatat sebesar 105,57 persen. Hal ini berarti

bahwa jumlah siswa bersekolah di tingkat SD/MI melebihi jumlah penduduk usia 7-12

tahun. Kelebihan jumlah siswa tersebut disebabkan adanya penduduk yang belum

mencapai usia sekolah SD/MI tapi telah bersekolah. Kondisi yang sama juga terjadi

pada APK SMP/MTs yang mencatat angka sebesar 100,02 persen. Sebaliknya APK

SMA/MA/SMK berada pada kisaran 108,69 persen. Artinya dari total jumlah

penduduk usia SMA/MA/SMK, yang bersekolah di jenjang tersebut telah mencapai

108,69.

. Kondisi Angka Partisipasi Kasar pada setiap kecamatan di Kota Palopo

(37)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

50

Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kecamatan Kota Palopo Tahun 2012

NO Kecamatan

(38)

RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO 2013-2018

51

Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut kecamatan di Kota Palopo tahun

2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat

pendidikan pada setiap kecamatan. Dari 9 kecamatan di Kota Palopo, Kecamatan

Wara Selatan memiliki APK terendah untuk jenjang SD/MI yaitu sebesar 68,25

persen sedangkan Kecamatan Wara memiliki APK tertinggi yaitu 134,55 persen.

Untuk tingkat SMP/MTs, Kecamatan dengan APM tertinggi berada di Kecamatan

Wara yaitu sebesar 5,83 persen dan Kecamatan Sendana yang terendah sebesar

84,10 persen.

Di tingkat SMA/MA/SMK, APK tertinggi berada di Kecamatan Wara Utara

sebesar 240,39 persen sedangkan Kecamatan Wara Timur memiliki APK terendah

yaitu sebesar 0,46 persen. Sama halnya dengan APM, pencapaian APK SD/MI,

SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat daya serap

penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan tertentu semakin

Gambar

Tabel  2.1  Luas dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo
Tabel  2.2  Data Curah Hujan Kota Palopo 10 Tahun Terakhir (2000 – 2009).
Tabel 2.3. Penggunaan Lahan Kota Palopo
Tabel 2.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena pengaruh orang tua (mewakili lingkungan berupa pergaulan, bacaan, pendidikan, dan lain sebagainya) dapat mempengaruhi manusia menjadi buruk, jahat dan seterusnya. Apabila

T ujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi terumbu karang serta kesehatan karang kaitannya dengan densitas zooxanthellae di Perairan Kawasan

Acara tersebut kemudian diakhiri dengan penandatanganan berita acara pelaksanaan hasil kesepakatan Musrenbang RKPD Kabupaten Cilacap Tahun 2022 oleh Wakil Bupati Syamsul Auliya

Walaupun impedansi bukan fasor, namun karena keduanya berupa pernyataan kompleks, maka operasi-operasi fasor dapat diterapkan pada keduanya.. tegangan dan arus

Uočeni su novi upitnici (koji pri- je nisu bili vidljivi zbog slabe rasvjete) te jama ostaje opremljena do daljnje- ga. Nastavak slijedi na međunarodnoj ekspediciji „Japage 2016“

Pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja para pengurus pencak silat PSHT Cabang Yogyakarta dapat dijelaskan oleh beberapa faktor. Dalam kaitanya sebagai bagian

5) Apabila prodi menyetujui tema dan judul tersebut maka prodi menunjuk dosen pembimbing bagi mahasiswa. 6) Setelah mendapatkan dosen pembimbing mahasiswa berhak

Dalam penyusunan Renja tahun 2017 ini berpedoman pada program dan kegiatan yang tertuang pada Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Pelayanan Perizinan dan Kantor