• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEROKSIDASI LIPID PADA AKAR PADI (Oryza sativa L.) SEBAGAI RESPON FISIOLOGIS TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEROKSIDASI LIPID PADA AKAR PADI (Oryza sativa L.) SEBAGAI RESPON FISIOLOGIS TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEROKSIDASI LIPID PADA AKAR PADI (Oryza sativa L.) SEBAGAI RESPON FISIOLOGIS TERHADAP CEKAMAN ALUMINIUM

Sri Aninda Wulansari, Utut Widyastuti Suharsono, Hamim, Miftahudin

Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB ABSTRAK

Aluminium (Al) merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pada tanah asam dengan pH di bawah 4.5. Penghambatan pertumbuhan akar dan terjadinya peroksidasi lipid membran sel merupakan respon tanaman terhadap keberadaan Al di rizhosfer. Dalam penelitian ini dipelajari pengaruh keracunan Al terhadap pertumbuhan akar dan peroksidasi lipid pada akar padi varietas IR64 dan Krowal. Akar padi varietas IR64 dan Krowal yang mendapat cekaman Al3+ (dalam bentuk AlCl3) 0, 15, 30, 45, dan 60 ppm selama 24 jam telah mengalami penghambatan pertumbuhan akar pada konsentrasi Al 15 ppm. Akar yang mengalami penghambatan pertumbuhan juga terlihat lebih tebal dan kerdil. Penghambatan pertumbuhan juga terjadi pada akar samping. Hasil analisis histokimia peroksidasi lipid menggunakan reagen Schiff’s untuk mendeteksi peroksidasi lipid pada membran akar menunjukkan kompleks warna merah yang tidak berbeda antara akar yang mendapat cekaman Al 0, 15, 30, dan 45 ppm pada kedua varietas. Hasil analisis histokimia ini didukung oleh hasil analisis kuantitatif peroksidasi lipid menggunakan metode uji

Thiobarbituric Acid (TBA). Konsentrasi Malondyaldehyde (MDA) sebagai produk akhir peroksidasi lipid baru mengalami peningkatan secara signifikan pada konsentrasi cekaman Al 60 ppm mulai jam ke-12, dan terus meningkat sampai jam ke-48. Pada semua konsentrasi dan periode cekaman Al, konsentrasi MDA pada varietas Krowal lebih rendah dari konsentrasi MDA pada varietas IR64. Perbedaan respon tanaman terhadap Al pada penghambatan pertumbuhan akar dan pola peroksidasi lipid menunjukkan bahwa pada padi, peroksidasi lipid tidak berhubungan langsung dengan penghambatan pertumbuhan akar.

Kata kunci : Padi, aluminium, peroksidasi lipid

PENDAHULUAN Latar Belakang

Aluminium (Al) adalah faktor pembatas utama pertumbuhan tanaman pada tanah asam. Al dapat berada dalam berbagai bentuk tergantung pH disekitarnya. Pada pH di bawah 4,5, bentuk Al yang dominan adalah Al(H2O)63+. Seiring dengan meningkatnya pH, bentuk ini akan

berubah menjadi Al(OH)2+ dan Al(OH)2+. Al(H2O)63+ yang biasa disebut Al3+ dipercaya sebagai

bentuk yang paling beracun bagi tanaman dibandingkan Al(OH)2+ dan Al(OH)2+ (Matsumoto

2000).

Situs utama keracunan dan akumulasi Al adalah daerah meristem akar karena daerah ini merupakan daerah yang sensitif dan aktif membelah. Targetnya adalah dinding sel pektin, permukaan luar membran plasma dan ligan donor oksigen (seperti gugus karboksil dan gugus fosfat) (Yamamoto et al 2001). Interaksi aluminium dengan ketiga target di atas dapat memberikan efek yang berbeda-beda, yang semuanya berdampak terhadap metabolisme pada membran plasma. Pada dinding sel, aluminium menggantikan posisi Ca+ dalam ikatan Ca-pektat (Blamey 2001). Tergantikannya posisi Ca+ oleh Al3+ serta terikatnya Al3+ dengan gugus fosfat intraseluler pada DNA menyebabkan dinding sel tidak dapat memperbesar volumenya dan mengakibatkan terhentinya perpanjangan dan pembesaran sel-sel akar. Selain itu terikatnya Al3+ dengan gugus fosfat pada membran menyebabkan hilangnya permeabilitas membran sehingga membran mengalami kekakuan dan terhalanginya kanal Ca+ sehingga terjadi beda potensial yang cukup tinggi antara di dalam dengan di luar sel. Perbedaan potensial serta struktur membran yang kaku dan tidak permeabel menyebabkan terjadinya retakan pada membran sehingga sel mengalami kematian (Yamamoto et al 2001).

Gejala yang tampak akibat interaksi Al dengan lipid pada membran plasma adalah terjadinya peroksidasi lipid (Yamamoto et al 2001). Peroksidasi lipid adalah suatu reaksi autooksidasi dimana lipid membran mengalami kelebihan oksigen radikal bebas (superoksida). Interaksi aluminium dengan protein dan lipid membran bisa meningkatkan produksi Reactive Oxygen Species (ROS) seperti O2- yang akan menyebabkan lipid membran terperoksidasi. Gejala

lanjutan dari keracunan aluminium adalah tidak berkembangnya sistem perakaran akibat terhambatnya perpanjangan sel (Gauer dan Horst 1990).

Tingkat kerusakan pada sel akibat peroksidasi lipid berbeda untuk setiap spesies, bahkan setiap varietas dalam satu spesies. Perbedaan tingkat peroksidasi lipid dapat dipelajari melalui studi akar dengan menggunakan dua varietas padi yang mempunyai tingkat ketahanan yang berbeda terhadap cekaman aluminium.

(2)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari peroksidasi lipid pada akar tanaman padi pada berbagai konsentrasi dan periode cekaman Al.

BAHAN DAN METODE Bahan

Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas Krowal dan IR64 asal Balai Penelitian Biologi Molekuler dan Sumber Daya Genetika (BALITBIOGEN) Cimanggu Bogor.

Metode

Penanaman benih. Benih padi yang telah disterilisasi dengan 0.5 % (v/v) natrium hipoklorit selama 15 menit dikecambahkan, kemudian ditanam pada screen plastik yang mengambang di atas larutan hara tanpa penambahan unsur Fosfor dengan komposisi 0.4 mM CaCl2.2H2O, 0.25 mM MgSO4.6H2O, 0.65 mM K2SO4, 0.04 mM NH4NO3, 0.01 mM NH4Cl,

dan pH 4.0. Larutan hara tersebut diganti setiap hari. Hari ke-3 tanaman ditumbuhkan dalam larutan hara yang mengandung Al (dalam bentuk AlCl3) konsentrasi 0, 15, 30, 45, dan 60 ppm

selama 24 jam, dan konsentrasi 60 ppm selama 0, 6, 12, 24, dan 48 jam.

Root Regrowth. Pengaruh alumunium terhadap penghambatan panjang akar dapat diukur menggunakan metode Root Regrowth. Tanaman yang ditumbuhkan dalam kultur hara selama 24 jam diberi perlakuan aluminium konsentrasi 0, 15, 30, 45, dan 60 ppm selama 24 jam. Kemudian diukur panjangnya sebagai panjang awal dan ditumbuhkan kembali pada larutan hara tanpa aluminium. Setelah 48 jam akar diukur kembali panjangnya sebagai panjang akhir dan dikurangi panjang awal untuk mengetahui pertumbuhan akarnya setelah mendapat cekaman.

Analisis Histokimia Peroksidasi Lipid. Pendeteksian terjadinya peroksidasi lipid secara histokimia dilakukan dengan mengikuti metode Pompella et al (1987). Akar diwarnai dengan reagen Schiff‟s selama 20 menit untuk mendeteksi aldehid fungsional hasil peroksidasi lipid. Kemudian akar dicuci dengan larutan sulfit (K2S2O5 0.5 % (w/v)) dalam 0.05 M HCl. Akar yang

telah diwarnai disimpan dalam larutan sulfit untuk mempertahankan warna, kemudian diamati dan diambil gambarnya.

Analisis Kuantitatif Peroksidasi Lipid. Metode Analisis kuantitatif peroksidasi lipid merujuk pada Mihara et al (1980) yang dimodifikasi. Akar yang dipotong (masing-masing 80 tanaman untuk tiap perlakuan), digerus menggunakan mortar dalam 0.5 ml larutan Trichlor Acetic Acid (TCA) 0.1% (w/v) yang mengandung 1 mM Butylated Hydroxytoluene (BHT) pada suhu 4oC. Homogenat tersebut kemudian ditambah 3 ml larutan H3PO4 2% (v/v) dan 1 ml

Thiobarbituric Acid (TBA) 0.6 % (w/v) dalam 20% TCA. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 100oC selama 30 menit, kemudian didinginkan sampai mencapai suhu ruang. Saat masih hangat, campuran ditambah 4 ml n-butanol lalu dikocok dengan kuat menggunakan vortex. Fase butanol dan fase larutan dipisahkan dengan sentrifugasi 4200 rpm selama 30 menit (Labofuge 400R). Absorbansi TBA-MDA (Malondyaldehyde) kompleks pada fase butanol diukur dengan spektrofotometer pada  532 nm, sedangkan untuk nilai absorban non spesifik diukur pada  520 nm. Konsentrasi MDA sebagai produk akhir peroksidasi lipid dapat dihitung dengan mengurangi nilai absorban pada  532 nm oleh nilai absorban pada  520 nm (ε = 155 mM-1 cm-1). Tingkat peroksidasi lipid dicerminkan oleh konsentrasi MDA yang terbentuk.

Analisis data. Data hasil percobaan dianalisis dengan Analisis varian berdasarkan percobaan faktorial dengan varietas tanaman sebagai faktor pertama dan konsentrasi Al sebagai faktor kedua yang disusun secara acak kelompok (RAK) dengan model linear yang diuji adalah:

Yijk= + i + j + ()ij +k + ijk

Yijk = pengamatan pada konsentrasi Al i, varietas j dan ulangan k.

 = rataan umum

i = pengaruh konsentrasi Al i

j = pengaruh varietas j

()ij = pengaruh konsentrasi Al i pada varetas j

k = kelompok ke k

(3)

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 0 15 30 45 60 Konsentrasi Aluminium (ppm) P e r ta m b a h a n P a n ja n g A k a r (c m ) IR 64 Krowal 0 1 2 3 4 5 0 15 30 45 60 Konsentrasi Aluminium (ppm) R o o t R e g ro w th ( c m ) IR64 Krowal HASIL Morfologi Akar

Akar yang mendapat cekaman Al, mengalami gangguan dalam beberapa proses metabolisme selnya. Hal ini berdampak pada penghambatan pembentukkan akar samping pada akar padi IR64 dan Krowal. Selain pemanjangan akar terhambat, akar juga menjadi lebih tebal. Gejala ini mulai terlihat pada konsentrasi Al 15 ppm (Gambar 1).

Gambar 1. Morfologi akar padi varietas IR64 dan Krowal setelah mendapat cekaman Al 0, 15, 30, 45, dan 60 ppm selama 24 jam.

Root Regrowth

Akar padi IR64 dan Krowal yang mendapat cekaman Al mengalami penghambatan pemanjangan akar bila dibandingkan dengan kontrol (konsentrasi Al 0 ppm) (Gambar 1). Penghambatan ini terus meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi Al yang diberikan (Gambar 2).

Setelah ditumbuhkan kembali dalam kultur hara tanpa Al selama 48 jam, pemanjangan akar mengalami recovery (pemulihan) (Gambar 3).

Gambar 2. Rata-rata pertambahan panjang akar padi varietas IR64 dan Krowal selama mendapat cekaman Al 0, 15, 30, 45, dan 60 ppm selama 24 jam.

Gambar 3. Rata-rata Root Regrowth pada padi Varietas IR64 dan Krowal setelah ditumbuhkan kembali dalam kultur hara tanpa Al selama 48 jam.

Analisis Histokimia Peroksidasi Lipid

Hasil analisis histokimia peroksidasi lipid menunjukkan warna yang tidak berbeda antara akar yang mendapat cekaman Al 15, 30, dan 45 ppm pada IR64 dan Krowal. Perbedaan warna baru terlihat pada akar yang mendapat cekaman Al 60 ppm (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa baik IR64 maupun Krowal baru mengalami cekaman pada perlakuan cekaman Al 60 ppm. Ujung akar IR64 terwarnai lebih yang menandakan akar IR64 mengalami peroksidasi lipid lebih banyak daripada akar Krowal.

Krowal IR64

(4)

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 0 ppm 45 ppm

Konse ntrasi Alumunium (ppm)

[M D A ] nm ol / g a ka r IR 64 Lumut 0 50 100 150 200 250 300 0 6 12 24 48

Lama Pe rlakuan Alumunium (jam)

[M D A ] n m o l/ g a k a r IR 64 Krowal A B

Gambar 4. Analisis Histokimia peroksidasi lipid pada akar padi IR64 (A) dan Krowal (B) setelah perlakuan Al 0, 15, 30, 45, dan 60 ppm selama 24 jam.

Analisis Kuantitatif Peroksidasi Lipid

Malondyaldehyde (MDA) adalah produk akhir peroksidasi lipid, dan diakumulasi ketika tanaman mengalami stres oksidatif. Oleh karena itu MDA dianggap sebagai indikator umum peroksidasi lipid. Gambar 5 menunjukkan bahwa perlakuan Al meningkatkan konsentrasi MDA pada kedua varietas. Namun peningkatan konsentrasi MDA ini baru terlihat berbeda nyata pada perlakuan Al 60 ppm dibandingkan dengan kontrol (0 ppm).

0 50 100 150 200 250 300 0 15 30 45 60

Konse ntrasi Alumunium (ppm)

[M D A ] n m o l/ g a k a r IR 64 Krowal

Gambar 5. Konsentrasi MDA pada ujung akar padi IR64 dan Krowal setelah perlakuan aluminium konsentrasi 0, 15, 30, 45, dan 60 ppm selama 24 jam.

Nilai yang diperoleh dari penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian-penelitian serupa sebelumnya yang dilakukan oleh Cakmak dan Horst (1991) pada tanaman kedelai (Glycine max) dan Yamamoto et. al. (2001) pada tanaman kapri (Pisum sativum). Menurut hasil penelitian mereka, akar tanaman yang diberi perlakuan Al mengalami peroksidasi lipid yang meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi aluminium yang diberikan pada media tumbuh. Konsentrasi MDA yang tidak berbeda nyata sampai 45 ppm Al baik pada IR64 maupun Krowal menunjukkan bahwa padi termasuk tanaman yang toleran terhadap Al bila dibandingkan dengan spesies lain seperti kedelai (Gambar 6).

Karena sampai konsentrasi Al 45 ppm kedua varietas belum menunjukkan peningkatan konsentrasi MDA, maka uji periode cekaman Al dilakukan menggunakan konsentrasi Al 60 ppm. Akar tanaman yang mendapat perlakuan Al 60 ppm selama 48 jam menunjukkan peningkatan konsentrasi MDA mulai jam ke-12, dan terus meningkat sampai jam ke-48. Kedua varietas belum menunjukkan respon yang positif terhadap perlakuan Al pada jam ke-6 (Gambar 7).

Gambar 6. Efek Al konsentrasi 0 dan 45 ppm terhadap akar padi IR64 kedelai Varietas Lumut.

Gambar 7. Konsentrasi MDA pada ujung akar padi IR64 dan Krowal setelah Mendapat perlakuan 60 ppm AL 0,

(5)

PEMBAHASAN

Penghambatan panjang akar adalah gejala awal yang terlihat akibat cekaman Al. Alumunium menghalangi kanal Ca pada membran plasma sel akar, menyebabkan peroksidasi lipid dan kerusakan membran (Cakmak dan Horst, 1991). Pemanjangan akar berhubungan dengan pembelahan dan pemanjangan sel. Alumunium menyebabkan akumulasi polisakarida dinding sel, khususnya polisakarida hemiselulosa pada daerah pertumbuhan (Tabuchi dan Matsumoto, 2001) yang berakibat pada penebalan dinding sel. Alumunium berinteraksi dengan pektin yang berada pada dinding sel menggantikan posisi Ca menyebabkan dinding sel kaku dan menghambat proses pertukaran kation, sehingga sel tidak dapat membesar dan memanjang (Blamey 2001). Selain itu, Kollmeier et al (2000) menemukan bahwa pada Al dapat menyebabkan penghambatan transport auksin ke pangkal akar yang diduga sebagai salah satu mekanisme Al dalam menginduksi penghambatan pemanjangan sel akar. Akar-akar yang mengalami penghambatan panjang, juga terlihat lebih tebal atau gemuk, kerdil, serta lebih sedikit jumlah akar sampingnya bila dibandingkan dengan tanaman kontrol.

Selain menghambat pertumbuhan akar, Al juga berinteraksi dengan komponen membran dan menyebabkan peroksidasi lipid. MDA adalah produk oksidasi lipid membran, dan keberadaannya bisa menunjukkan tingkat cekaman oksidatif yang dialami tanaman. Pada penelitian ini, konsentrasi MDA meningkat secara signifikan dengan kontrol ketika tanaman mendapat perlakuan Al 60 ppm. Perlakuan ini menyebabkan tanaman mengalami stres oksidatif sehingga memproduksi superoksida radikal dan meningkatkan peroksidasi lipid. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara kedua varietas dalam konsentrasi MDA pada perlakuan 15, 30, dan 45 ppm. Tidak berbedanya konsentrasi MDA pada ketiga konsentrasi perlakuan Al tersebut mengindikasikan bahwa sampai perlakuan Al 45 ppm, kedua varietas tanaman belum mengalami cekaman oksidatif yang cukup berarti.

Menurut Gutteridge (1985), Al tidak bisa mengkatalisis reaksi peroksidasi lipid sendirian, melainkan dengan bantuan Fe, seperti yang dilaporkan juga oleh Cakmak dan Horst (1991) pada akar kedelai dan Yamamoto et. al. (2001) pada kultur tembakau. Namun pada penelitian ini Al dapat menyebabkan peroksidasi lipid tanpa penambahan Fe selama perlakuan Al. seperti halnya pada Pisum sativum (Yamamoto et al, 2001), pada akar padi diduga terdapat Fe endogen yang dapat memfasilitasi Al untuk meningkatkan peroksidasi lipid atau efek Al pada peroksidasi lipid mungkin terjadi karena suatu mekanisme yang belum diketahui. Seperti halnya pada penelitian kedelai (Horst et al, 1992), pada padi Al dapat meningkatkan peroksidasi lipid tanpa penambahan Fe walaupun meningkatnya peroksidasi lipid baru terdeteksi setelah 12 jam perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa padi masih dapat mentoleransi keberadaan Al sampai jam ke-6, bahkan pada varietas yang dipercaya sensitif terhadap Al seperti IR64.

Menurut Cakmak dan Horst (1991), modifikasi struktur membran karena interaksi Al dengan protein dan lipid membran dapat meningkatkan produksi spesies oksigen reaktif (reactive oxygen species - ROS) seperti O2- dan H2O2 berikut peroksidasi lipid. Oksigen reaktif (O2-)

berasal dari beberapa proses metabolik seperti respirasi pada membran plasma. Sedangkan H2O2

diproduksi oleh dismutasi enzimatik dan dismutasi spontan dari O2-. Kombinasi O2- dan H2O2,

membentuk radikal hidroksi reaktif tinggi yang menginisiasi rantai reaksi radikal bebas yang menghasilkan peroksidasi lipid.

KESIMPULAN

Padi IR64 dan Krowal mempunyai daya sensitivitas yang sama terhadap Al berdasarkan terjadinya peroksidasi lipid sampai pada perlakuan Al 45 ppm, 24 jam, dan 60 ppm 6 jam. Peroksidasi lipid akibat perlakuan Al baru terlihat pada konsentrasi 60 ppm jam ke-12. Sedangkan untuk pertumbuhan akar, konsentrasi Al 15 ppm telah dapat menyebabkan pemanjangan akar terhambat. Data tersebut menunjukkan bahwa pada padi, peroksidasi lipid tidak berhubungan langsung dengan penghambatan panjang akar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi yang telah membiayai Hibah Bersaing ini.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Blamey, F. P. C. 2001. The role of the root cell wall in aluminum toxicity, p. 201-226. In:N. Ae, J. Arihara, K. Okada, and A. Srinivasan (Eds.). Plant Nutrient Acquisition. Tokyo. Springer.

Cakmak, I. and W. J. Horst. 1991. Effect of aluminum on lipid peroxidation, superoxide dismutase, catalase, and peroxidase activities in root tips of soybean (Glycine max L.). J. Physiol. Plant 83: 463-468.

Gauer, U. E. and W. J. Horst. 1990. Effect of pH and nitrogen source on alumunium tolerance of rye (Secale cereale L.) and yellow lupin (Lupinus luteus L.). Plant and Soil 127:13-21. Gutteridge, J. M. C, G. J. Quinlan, I. Clark, and B. Halliwell. 1985. Aluminum salt accelerate

peroxidation of membrane lipids stimulated by iron salt. Biochim. Biophys. Acta. 835: 441-447.

Horst, W. J, C. J. Asher, I. Cakmak, P. Szulkiewica, and A. H. Wissemier. 1992. Short-term responses of soybean roots to aluminum. J. Plant Physiol. 140:174-178.

Kollmeier, M., H. H. Felle, and W. J. Horst. 2000. Genotypical differences in aluminum resistance of maize are expressed in the distal part of the transition zone. Is reduced basipetal auxin flow involved in inhibition of root elongation by aluminium? Plant Physiology 122:945-956.

Matsumoto, H. 2000. Cell biology of aluminum toxicity and tolerance in higher plants. Int. Rev. Cytol. 200:1-46.

Mihara, M., M. Uchiyama, and K. Fukazawa. 1980. Thiobarbituric acid value on fresh homogenate of rat as parameter of lipid peroxidation in aging, CCl4 intoxication and

vitamin edeficiency. Biochem. Med.23:302-311.

Pompella, L. A., E. Maellaro, A. F. Casini, and M. Comporti. 1987. Histochemical detection of lipid peroksidation in the liver of bromobenzene-poisoned mice. Am. J. Pathol. 129:295-301.

Tabuchi, A. and H. Matsumoto. 2001. Changes in cell wall properties of wheat (Triticum aestivum) roots during aluminum-induced growth inhibition. Physiol. Plant. 112:353-358. Yamamoto, Y., K. Yukiko, and M. Hideaki. 2001. Lipid peroxidation is an early symptom triggered by alumunium, but not primary cause of elongation inhibition in pea roots. Plant Physiol. 125:199-208.

Gambar

Gambar 1. Morfologi akar padi  varietas IR64 dan Krowal setelah  mendapat cekaman Al  0, 15,  30, 45, dan 60 ppm selama 24 jam
Gambar  6.  Efek  Al  konsentrasi  0  dan  45  ppm  terhadap  akar  padi  IR64  kedelai Varietas Lumut

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan dosis β -carotene dapat memberikan efek yang berbeda terhadap penurunan stres oksidatif. Hal ini sesuai dengan penelitian Azza, membuktikan bahwa dengan

melakukan kajian pengumpulan tersedianya laporan ilmiah Universitas Sudah dilaksanakan data yang dilakukan secara yang meliputi dampak Hasanuddin. periodik pemanfaatan

 Tentukan invers dari nilai peubah acak transformasi itu, sehingga akan diperoleh duanilai peubah acak lama yang merupakan fungsi dari nilai peubah

Akumulasi etiologi dan factor resiko (infeksi, mikroorganisme, penggunaan steroid dlm  jangka panjang,usia lanjut,anomaly saluran kemih,cidera Makanan terkontaminasi

 Filter FIR realtime yang diperoleh dengan MATLAB, Dev-C++, metoda buffer sirkular, dan metode bilangan fraksioal menampilkan output hasil konvolusi yang sama.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan hasilnya adalah, tingkat pengetahuan ibu berpengaruh terhadap pemberian

Peningkatan kerusakan ini menunjukkan bahwa formalin yang digunakan pada dosis subletal selama 12 minggu dapat mempengaruhi gambaran histopatologi duodenum

Pengukuran kinerja menurut Robertson (2002 :145) adalah sebagai berikut : “Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran