• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA SDK Ganjuran Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar dan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA SDK Ganjuran Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
259
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS

PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Endarini NIM: 091134181

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS

PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Endarini NIM: 091134181

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus penopang dan pemberiku harapan

2. Alm. Ayah sumber inspirasiku

3. Ibuku tercinta yang tiada henti berdoa untukku

4. Kakak-kakakku terkasih mas Totok, mbak Naning,

mbak Asih, mas Thomas, mas Didik, dan mbak Ningsih

5. Keponakkanku-keponakkanku tersayang Tika, Netta,

Pudya, dan Dio

6. Seseorang yang selalu mendukungku dan memberiku

semangat Fransiskus Asisi Dwi Herwanto

7. Bapak Yakobus Rubiyo Roso Cahyono, ibu Yuliana

(6)

MOTTO

Banyaklah rancangan dihati manusia tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana (Amsal 19:21).

Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu

(1 Tesalonika 5:18).

Kadang Tuhan membawaku berjalan berputar,

kadang Tuhan seolah diam, namun sebenarnya Tuhan sedang membawaku lebih percaya bahwa Dia menyertaiku, dahulu, sekarang, dan

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini

adalah karya asli saya yang tidak memuat bagian orang lain, terkecuali yang telah

disebutkan dalam kutipan daftar referensi sebagaimana layaknya sebuah karya

ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juli 2011

Penulis

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Endarini

NIM : 091134181

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA

Beserta perangkat yang diperlukan (apabila ada). Dengan demikian saya

memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 22 Juli 2011

Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh metode inkuiri terhadap prestasi belajar; (2) pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan di SDK Ganjuran.

Penelitian ini dilaksanakan di SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011, pada tanggal 21 sampai 31 Maret 2011 dengan sampel siswa kelas VA dan VB yang berjumlah 54 siswa. Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan, dengan variabel bebas yaitu metode inkuiri dan variabel terikat yaitu prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis afektif khusus. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing, jenis penelitian quasi experimental tipe

nonequivalent control group design. Teknik pengumpulan data dengan pre-test dan post-test yaitu tes berupa soal pilihan ganda dan non tes berupa kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Uji T yaitu membandingkan skor pre-test dan skor post-test.

Hasil penelitian pada uji perbandingan mean prestasi belajar kelompok eksperimen propabilitas Sig. 0,000<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara pre-test dengan post-test. Probabilitas Sig. perbandingan mean prestasi belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol 0,015<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada uji rangking prestasi belajar nilai probabilitas Sig. 0,166>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara data-data tiap aspek. Berdasarkan uji perbandingan mean kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus kelompok eksperimen nilai probabilitas Sig. 0,48<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara pre-test dengan post-test. Berdasarkan uji perbandingan mean kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus kelompok eksperimen dan kontrol nilai probabilitas Sig. 0,917>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada uji rangking kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus nilai probabilitas Sig. 0,054>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara data-data tiap aspek.

(10)

ABSTRACT

This research is aimed to find out: (1) effect of inquiry method of learning achievement, (2) the influence of inquiry method of critical thinking skills in specific affective categories in material science subjects due to rock weathering soil formation at SDK Ganjuran.

The research was conducted in SDK Ganjuran Yogyakarta in Semester Academic Year 2010/2011, on 21 until March 31, 2011 with a sample of VA and VB graders were around 54 students. The study was limited in material science subjects due to rock weathering soil formation, with the method of inquiry independent variable and the dependent variable that was the learning achievement and critical thinking skills specific affective. The method used was the method of guided inquiry, the type of quasi experimental study of type nonequivalent control group design. Data collection techniques with pre-test and post-test is a test of multiple choice questions and a non-test questionnaire. Data analysis techniques using T test comparing scores pre-test and post-test scores.

The results on the comparison test the mean learning achievement propabilitas Sig experimental groups. 0,000<0,05 means there is a significant difference between pre-test to post-test. Probabilitas Sig. Probability Sig. comparison of mean achievement between the experimental group with the control group 0.015 <0.05 means there is a significant difference between the control and experimental groups. In the ranking of learning achievement test probability value Sig. 0.166> 0.05 means no significant difference between the data of each aspect. Based on the comparison test the mean critical thinking skills specific affective category of the experimental group probability value Sig. 0.48 <0.05 means there is a significant difference between pre-test to post-test. Based on the comparison test the mean critical thinking skills specific affective category of the experimental group and control probability value Sig. 0,917>0,05 means no significant difference between the experimental group with the control group. In the ranking test critical thinking skills specific affective category probability value Sig. 0,054>0,05 means no significant difference between the data of each aspect.

Key words: methods of guided inquiry, learning achievement, critical thinking specific affective

(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar dan

Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Pada Mata Pelajaran IPA SDK

Ganjuran”.

Skripsi ini diajukan dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikkan Guru Sekolah

Dasar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar.

3. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc, dosen pembimbing satu yang

memberikan banyak kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., dosen pembimbing dua

yang telah banyak berupaya agar penulis dapat segera menyelesaikan

skripsinya.

5. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

6. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen penguji tiga, yang telah banyak

(12)

7. FX. Sukaryana, A.Ma.Pd., kepala sekolah SDK Ganjuran yang telah

memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.

8. C. Warsirah, A.Ma.Pd., guru mitra dalam penelitian ini yang sangat

membantu selama proses penelitian.

9. Ibuku, kakak-kakakku, keponakkan-keponakkanku, mas Dwi terimakasih

atas semangat dan doanya.

10.Suci dan Ria terimakasih atas kerjasamanya selama penelitian di SDK

Ganjuran.

11.Ika, Evi, Lisye, Desi, Nining, Ika, Lisa, Eva, Sr. Vero, Sisil, Sr. Anjar,

Mbak Silvi, Dau, Ririn, Mbak Wiwin, terimakasih sudah memberikan

dukungan serta doa.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun jauh dari sempurna penulis berharap skripsi ini bisa digunakan sebagai

bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Untuk itu saran dan kritik yang

membangun menjadi masukkan berharga bagi penulis.

Yogyakarta, 15 Juli 2011

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Sistematika Penyajian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.1.1 Teori Belajar Siswa ... 6

2.1.2 Metode Inkuiri ... 7

2.1.2.1 Pengertian Metode Inkuiri ... 7

2.1.2.2 Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 8

2.1.2.3 Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri ... 10

2.1.2.4 Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 11

2.1.2.5 Keunggulan Metode Inkuiri ... 14

2.1.3 Prestasi Belajar ... 15

(14)

2.1.5 Afektif ... 16

2.1.5.1 Sikap Umum ... 17

2.1.5.2 Sikap Khusus ... 17

2.1.6 IPA ... 19

2.1.7 Pelapukan Batuan dan Proses Terbentuknya Tanah ... 19

2.1.7.1 Batuan ... 19

2.1.7.2 Pelapukan Batuan Membentuk Tanah ... 24

2.1.7.3 Komposisi dan Jenis-jenis Tanah ... 26

2.1.8 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28

2.2 Kerangka Berpikir ... 35

2.3 Hipotesis ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Jenis Penelitian ... 38

3.2 Populasi dan Sampel ... 39

3.3 Variabel Penelitian ... 39

3.3.1 Variabel Bebas ... 40

3.3.2 Variabel Terikat ... 40

3.4 Definisi Operasional ... 41

3.5 Instrumen Penelitian ... 42

3.5.1 Tes ... 42

3.5.2 Non Tes ... 43

3.6 Uji Validitas ... 44

3.7 Uji Reliabilitas ... 48

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.8.1 Teknik Tes ... 50

3.8.2 Teknik Non Tes ... 50

3.8.3 Teknik Observasi ... 51

3.9 Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57

(15)

4.1.1 Deskripsi Data ... 57

4.1.1.1 Data Prestasi Belajar ... 59

4.1.1.2 Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 64

4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 69

4.1.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar ... 69

4.1.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 90

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117

4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar ... 117

4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 120

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124

5.1 Kesimpulan ... 124

5.1.1 Prestasi Belajar ... 124

5.1.2 Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 125

5.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ... 126

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Jenis-jenis batuan beku... 21

Gambar 2. Jenis-jenis batuan endapan ... 23

Gambar 3. Jenis-jenis batuan malihan ... 24

Gambar 4. Batu yang mengalami pelapukan karena pengaruh cuaca ... 25

Gambar 5. Pelapukan batuan karena tumbuhan ... 26

Gambar 6. Bagian-bagian tanah ... 26

Gambar 7. Jenis-jenis tanah ... 28

Gambar 8. Grafik Uji Normalitas Data Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 69

Gambar 9. Grafik Uji Normalitas Data Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 71

Gambar 10. Grafik Rata-rata Pre-test dan Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 74

Gambar 11. Grafik Rata-rata Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 75

Gambar 12. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 76

Gambar 13. Grafik Rata-rata Kenaikan Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 79

Gambar 14. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Interpretasi Kelompok Eksperimen ... 80

Gambar 15. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 82

Gambar 16. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen ... 83

Gambar 17. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen ... 85

Gambar 18. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi Kelompok Eksperimen ... 86

(17)

Gambar 20. Grafik Kenaikan Masing-masing Aspek Prestasi Belajar Kelompok

Eksperimen ... 90

Gambar 21. Grafik Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori Afektif KhususKelompok Eksperimen ... 90

Gambar 22. Grafik Uji Normalitas Data Post-test Kemampuan Berpikir Kritis

Kategori Afektif KhususKelompok Eksperimen ... 92

Gambar 23. Grafik Pre-test dan Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 95

Gambar 24. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 96

Gambar 25. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis

Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 97

Gambar 26. Grafik Kenaikan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 101

Gambar 27. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 1 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen... 102

Gambar 28. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 2 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperiman ... 103

Gambar 29. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 3 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 105

Gambar 30. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 4 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 106

Gambar 31. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 5 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 108

Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 6 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 109

Gambar 33. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 7 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 111

Gambar 34. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 8 Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 112

Gambar 35. Grafik Pre-test dan Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

(18)

Gambar 36. Grafik Kenaikan Masing-masing Kemampuan Berpikir Kritis

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Soal ... 42

Tabel 2. Konversi Nomor-nomor Soal ... 42

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner ... 43

Tabel 4. Uji Validitas Instrumen Soal Tes ... 45

Tabel 5. Uji Beda Instrumen ... 47

Tabel 6. Koefisien Reliabilitas ... 49

Tabel 7. Reliabilitas Instrumen ... 49

Tabel 8. Jadwal Penelitian di SDK Ganjuran... 58

Tabel 9. Tabulasi Skor Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 60

Tabel 10. Tabulasi Skor Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen... 61

Tabel 11. Tabulasi Skor Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 62

Tabel 12. Tabulasi Skor Post-test Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 63

Tabel 13. Tabulasi Skor Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 65

Tabel 14. Tabulasi Skor Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 66

Tabel 15. Tabulasi Skor Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 67

Tabel 16. Tabulasi Tabulasi Skor Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 68

Tabel 17. Uji Normalitas Data Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 70

Tabel 18. Uji Normalitas Data Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 71

Tabel 19. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 73

Tabel 20. Uji Normalitas Data Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 75

Tabel 21. Uji Normalitas Data Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Kontrol 77 Tabel 22. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 78

(20)

Tabel 24. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 82

Tabel 25. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen .. 84

Tabel 26. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen . 86

Tabel 27. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi Kelompok

Eksperimen ... 87

Tabel 28. Uji Rangking Prestasi Belajar ... 88

Tabel 29. Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 91

Tabel 30. Uji Normalitas Data Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 92

Tabel 31. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Kontrol ... 94

Tabel 32. Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 96

Tabel 33. Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 98

Tabel 34. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 100

Tabel 35. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 1 Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen ... 102

Tabel 36. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 2 Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen ... 104

Tabel 37. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 3 Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen ... 105

Tabel 38. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 4 Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen ... 107

Tabel 39. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 5 Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen ... 108

Tabel 40. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 6 Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen ... 110

Tabel 41. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 7 Berpikir Kritis Kategori Afektif

(21)

Tabel 42. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 8 Berpikir Kritis Kategori Afektif

Khusus Kelompok Eksperimen ... 113

Tabel 43. Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus

(22)

LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Kelompok Eksperimen ... 130

Lampiran 2. RPP Kelompok Kontrol ... 148

Lampiran 3. LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa... 159

Lampiran 4. LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa ... 173

Lampiran 5. Uji Validitas ... 181

Lampiran 6. Uji Reliabilitas dan Uji Beda Instrumen ... 184

Lampiran 7. Soal Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 185

Lampiran 8. Soal Pre-test dan Post-test Prestasi Belajar, Kunci Jawaban, dan

Jawaban Siswa ... 196

Lampiran 9. Kuesioner Kecakapan Berpikir Kritis dan Jawaban Siswa ... 205

Lampiran 10. Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Prestasi Belajar

Kelompok Eksperimen ... 210

Lampiran 11. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan

Uji Normalitas Data Rata-rata Kenaikan Prestasi Belajar Kelompok

Eksperimen ... 211

Lampiran 12. Uji Normalitas Data Rata-rata Kenaikan Prestasi Belajar Kelompok

Kontrol dan Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok

Eksperimen dan Kontrol ... 212

Lampiran 13. Uji Normalitas Kenaikan Aspek Interpretasi, Analisis, Evaluasi,

Inferansi, Eksplanasi, dan Rangking Prestasi Belajar ... 213

Lampiran 14. Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Kemampuan Berpikir

Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 216

Lampiran 15. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 217

Lampiran 16. Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

Afektif Khusus Kelompok Eksperimen dan Uji Normalitas Data

Kenaikan Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 218

Lampiran 17. Uji Perbandingnan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori

(23)

Lampiran 18. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8

Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus dan Uji

Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 220

Lampiran 19. Surat Izin Penelitan ... 225

Lampiran 20. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 227

(24)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia yang sangat penting

karena di dalam pendidikan terdapat berbagai macam komponen yang menunjang

terbentuknya kepribadian manusia. Pendidikan menjadi hal yang mendasar bagi

manusia untuk mengembangkan diri sehingga kualitas hidupnya semakin

meningkat.

Dalam mengembangkan diri dapat ditempuh melalui pendidikan formal

dan non formal. Pendidikan formal dilakukan di suatu lembaga salah satunya

adalah sekolah. Kegiatan pendidikan di sekolah diwujudkan dengan kegiatan

pembelajaran di kelas yang dilakukan antara guru dengan siswa. Untuk

mewujudkan kualitas pendidikan yang baik perlu adanya kelas yang hidup atau

kelas yang aktif. Suatu kelas dikatakan aktif apabila kelas itu penuh rasa ingin

tahu sehingga mendorong siswa untuk bertanya pada guru dan berupaya untuk

menemukan pengetahuannya sendiri. Saat ini masih kita jumpai pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar yang cenderung menggunakan metode ceramah. Dalam

penggunaan metode ceramah komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja. Guru

memegang kendali di kelas, guru yang lebih aktif dari siswa, dan siswa hanya

sebagai pendengar yang hanya menerima informasi saja. Pembelajaran IPA

dengan menggunakan metode ceramah dapat mengakibatkan siswa merasa bosan

dalam mengikuti pelajaran tersebut, akibatnya siswa menjadi ramai dan sibuk

(25)

adalah prestasi mereka dalam pelajaran IPA kurang. Permasalahan seperti itu juga

terjadi di SDK Ganjuran. Beban nilai KKM IPA di SDK Ganjuran adalah 62.

Melihat kenyataan seperti itu hendaknya guru mencoba menggunakan metode

yang dapat menumbuhkan pemahaman siswa akan pembelajaran IPA.

Ada banyak metode yang dapat digunakan. Dalam penelitian ini penulis

mencoba untuk menerapkan salah satu metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan pengetahuan konsep IPA bagi siswa yaitu dengan metode inkuiri.

Metode inkuri memaksimalkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya. Siswa dapat memperoleh pengetahuannya

sendiri, dengan demikian pengetahuan siswa dapat melekat dalam diri siswa.

Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba menggunakan metode inkuiri untuk

membuktikan pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi

pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi belajar dan berpikir

kritis kategori afektif khusus siswa kelas V SDK Ganjuran.

Penelitian ini dibatasi pada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Variabel bebas adalah metode inkuiri, sedangkan variabel terikat adalah

prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus. Penelitian

dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran

IPA. Standar Kompetensi 7 yaitu memahami perubahan yang terjadi di alam dan

hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi Dasar 7.1

mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan 7.2 yaitu

(26)

pelapukan batuan. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing,

jenis penelitian quasi experimental tipe nonequivalent control group design.

1.2Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi

belajar siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap

Tahun Ajaran 2010/2011?

2. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA

materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap kemampuan

berpikir kritis kategori afektif khusus siswa kelas V SDK Ganjuran

Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011?

1.3Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar

siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun

Ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah

akibat pelapukan batuan.

2. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri kemampuan berpikir

kritis pada kategori afektif khusus siswa kelas V SDK Ganjuran

Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 pada mata

(27)

1.4Manfaat

Bagi guru

1. Dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat

dikembangkan untuk materi pokok lain dan di kelas yang berbeda.

2. Menjadi sumber inspirasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Bagi sekolah

Laporan penelitian dapat menambah referensi bacaan di sekolah

Bagi Siswa

1. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus

pada matapelajaran IPA.

2. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Memperoleh kegiatan belajar yang menyenangkan.

Bagi peneliti sendiri

1. Mendapatkan pengalaman berharga menggunakan metode inkuiri dalam

kegiatan pembelajaran di kelas.

2. Menjadi sumber inspirasi dalam melakukan kegiatan mengajar

selanjutnya.

1.5Sistematika penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini dapat diuraikan secara singkat

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, penelitian ini membahas latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penyajian. Latar belakang masalah

(28)

adalah permasalahan yang akan diteliti. Tujuan merupakan pencapaian yang akan

diperoleh setelah melakukan penelitian. Manfaat berisi apa saja yang akan

didapatkan oleh pihak-pihak terkait setelah melakukan penelitian. Sistematika

penyajian memudahkan pembaca mengetahui isi proposal secara menyeluruh.

BAB II Landasan Teori, landasan teori ini berisi kajian pustaka, kerangka

berpikir, hipotesis. Landasan teori merupakan pendapat-pendapat dari para ahli.

Kerangka berpikir adalah hubungan antara faktor yang menjadi masalah dalam

penelitian ini. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah.

BAB III Metode Penelitian, metode penelitian merupakan cara atau

prosedur untuk memecahkan masalah yang ada. Unsur-unsur metode penelitian

tersebut adalah: jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi

operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini akan dibahas

mengenai deskripsi data, analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil

penelitian.

BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari penelitian dan saran

(29)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II adalah landasan teori. Dalam bab dua ini akan dibahas mengenai

(1) kajian pustaka meliputi: teori belajar sisiwa, metode inkuiri, prestasi belajar,

berpikir kritis, afektif, IPA, terbentuknya tanah, hasil penelitian sebelumnya, (2)

kerangka berpikir, dan (3) hipotesis.

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Belajar Siswa

Teori Piaget mengatakan bahwa perkembangan intelektual manusia itu

berkembang secara bertahap melalui empat tahapan. Urutan tahap-tahap itu tetap

bagi setiap orang, namun usia kronologisnya pada orang yang memasuki tahap

berpikir lebih tinggi berbeda-beda bergantung kepada masing-masing individu.

Tahap-tahap berpikir itu adalah: tahap sensori-motor (0-2 tahun), tahap

pra-operasional kongkret (7-11 tahun), tahap pra-operasional formal (11 tahun ke atas).

Berdasarkan teori piaget tersebut biasanya siswa SD berusia 7-12 tahun.

Pada usia 7-11 tahun ia memasuki tahap operasional kongkret. Pada usia 11 tahun

ke atas anak memasuki tahap operasional formal. Untuk kelas V SD biasanya

anak berusia 11 tahun sehingga anak sudah dalam tahap operasional formal.

Berpikir operasional formal mempunyai dua sifat yang penting (Monks,

223-224):

1. Sifat deduktif-hipotetis: bila anak yang berpikir operasional konkrit

harus menyelesaikan suatu masalah maka ia langsung memasuki

(30)

hanya melihat akibat langsung dari usaha-usahanya untuk

menyelesaikan masalah itu. Anak yang berpikir formal akan bekerja

dengan cara lain. Ia akan memikirkan dulu secara teoritis. Ia

menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis

yang mungkin ada. Ia lalu membuat suatu strategi penyelesaiannya.

2. Berpikir operasional formal juga berpikir kombinatoris. Sifat ini

merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan

cara bagaimana dilakukan analisisnya. Berpikir operasional formal

memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem

solving.

Berdasarkan usia siswa kelas V SD yang rata-rata berusia 11 tahun yang

memiliki tahap berpikir operasional formal yang sudah dapat memikirkan dahulu

permasalahan yang ada secara teoritis dan mampu menganalisis masalahnya

dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada kemudian dapat

membuat suatu strategi penyelesaiannya maka penulis memilih salah satu metode

yang sesuai dengan tahap berpikir siswa tersebut yaitu metode inkuiri.

2.1.2 Metode Inkuiri

2.1.2.1Pengertian metode Inkuiri

Gulo (dalam Trianto, 2007:135) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu

rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis

sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya

(31)

berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban

dari suatu masalah yang dipertanyakan.

2.1.2.2Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Piaget (dalam Sanjaya, 2007:196-197) Strategi inkuiri menekankan pada

pengembangan intelektual siswa. Perkembangan mental (Intelektual) itu menurut

Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu maturation, physical experience, social

eferience, dan equilibration.

Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan

anatomis yaitu proses perubahan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh,

pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan

salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.

Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu

terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik

yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas/daya

pikir. Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.

Melalui pengalaman sosial anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan

atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi menumbuhkan kesadaran bahwa

ada aturan lain di samping aturannya sendiri. Equilibration adalah proses

penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang

ditemukannya.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penggunaan metode inkuiri

terdapat beberapa prinsip yang harus kita perhatikan. Menurut Sanjaya

(2007:197-199) prinsip-prinsip tersebut adalah:

(32)

Tujuan utama strategi inkuiri adalah kemampuan berpikir. Strategi

pembelajaran ini tidak hanya berorientasi pada hasil belajar tetapi juga

proses belajar. Jadi siswa tidak hanya sekedar tahu materi, menguasai

materi, tetapi bagaimana siswa menemukan materi tersebut.

2. Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik

antara siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan.

Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru

bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau

pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (direct) agar

siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya (Sanjaya

2007:198).

3. Prinsip bertanya

Kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan pada dasarnya sudah

merupakan proses berpikir. Sebagai seorang guru kita harus

menguasai berbagai jenis dan teknik bertanya, misalnya: bertanya

untuk hanya meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, dan

bertanya untuk menguji kemampuan siswa.

4. Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar itu merupakan proses berpikir yakni mengembangkan potensi

seluruh otak. Anak diajak belajar untuk berpikir logis dan rasional

yang menggunakan otak kiri, selain itu dalam belajar anak juga perlu

(33)

estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dengan demikian

anak juga memanfaatkan otak kanannya.

5. Prinsip keterbukaan

Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan,

segala sesuatu dalam kegiatan belajar bisa terjadi. Oleh karena itu

sebagai seorang guru kita perlu menyiapkan pembelajaran yang

bermakna. Menurut Sanjaya (2007:199) pembelajaran yang bermakna

adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan

sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Siswa

diberikan kesempatan untuk mengembangkan hipotesis dan secara

terbuka membuktikan kebenaran hipotesis itu.

2.1.2.3Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan inferensi guru

terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada

siswanya. Ketiga jenis pendekatan itu adalah:

1. Inkuiri Terbimbing

Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri di mana guru

membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan

awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.

2. Inkuiri Bebas

Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah

berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dalam pendekatan

inkuiri bebas ini siswa ditempatkan seolah-olah bekerja seperti

(34)

3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan

Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua

pendekatan inkuiri sebelumnya yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing

dan inkuiri bebas (Mirza, 2010).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan inkuiri terbimbing dengan

alasan dalam inkuiri terbimbing siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan

bimbingan guru, jadi siswa tidak lepas begitu saja dari guru. Guru dapat

mengontrol aktivitas siswa apabila siswa ada yang menyimpang dari kegiatan

belajar maka guru dapat mengarahkan kembali.

2.1.2.4Langkah-langkah Metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2007:199-201) secara umum proses pembelajaran

inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) Orientasi, (2)

merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5)

menguji hipotesis, dan (6) menarik kesimpulan. Berikut ini adalah penjelasan

mengenai langkah-langkah tersebut di atas:

1. Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Tugas guru adalah mengkondisikan agar

siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi

merupakan langkah yang penting untuk keberhasilan pembelajaran

dengan menggunakan metode inkuiri.

2. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan tersebut dapat

membantu siswa untuk berpikir dan mendorongnya menemukan

(35)

dapat memperoleh pengalaman sendiri yang dapat mengembangkan

proses berpikirnya.

3. Merumuskan hipotesis, hipotesis sendiri adalah jawaban sementara

dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban

sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Siswa dapat

merumuskan hipotesis dengan bantuan dari guru. Guru dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa

merumuskan jawaban sementara.

4. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan

data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan

tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan

potensi berpikirnya. Guru mempunyai peranan mendorong siswa

untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan, misalnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

5. Menguji Hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh

berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:138) proses pembelajaran inkuiri

adalah sebagai berikut: (1) mengajukan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis,

(3) mengumpulkan data, (4) analisis data (5) membuat kesimpulan. Berikut ini

(36)

1. Mengajukan masalah adalah kegiatan inkuiri dimulai ketika

permasalahan diajukan.

2. Merumuskan hipotesis, siswa dapat menemukan jawaban sementara

atas pertanyaan dengan pertanyaan dari guru.

3. Mengumpulkan data, data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik,

atau grafik.

4. Analisis data, siswa bertanggung jawab menguji hipotesis dengan

menganalisis data yang telah diperolehnya.

5. Membuat kesimpulan, siswa membuat kesimpulan dari data yang

diperolehnya.

Dari beberapa langkah pembelajaran inkuiri tersebut yang digunakan

dalam penelitian ini adalah: (1) Orientasi, (2) merumuskan masalah, (3)

merumuskan hipotesis, (4) melakukan percobaan, (5) menarik kesimpulan, (6)

mempresentasikan hasil, (7) evaluasi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai

langkah-langkah tersebut di atas:

1. Orientasi adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menjelaskan

topik, tujuan dan hasil belajar.

2. Merumuskan masalah adalah kegiatan yang dilakukan siswa dengan

bantuan guru untuk menentukan masalah yang akan dipelajari.

3. Merumuskan hipotesis adalah dugaan jawaban sementara oleh siswa

dengan bantuan guru.

4. Melakukan percobaan adalah kegiatan siswa mengumpulkan data

(37)

5. Menarik kesimpulan, berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh siswa,

siswa membuat kesimpulan.

6. Mempresentasikan hasil, siswa membacakan hasil percobaannya,

sehingga teman yang lain tahu.

7. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang

telah dipelajari.

2.1.2.5 Keunggulan Metode Inkuiri

Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan

karena strategi ini mempunyai banyak keunggulan. Menurut Sanjaya (2007:208)

keunggulan itu antara lain:

1. Strategi Pembelajaran yang menekankan pengembangan aspek

kognitif, afektif, psikomotorik secara seimbang sehingga

pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

2. Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

3. Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan

perkembangan psikologis belajar modern yang menganggap belajar

adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.

4. Strategi Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang

memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki

kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang

lemah dalam belajar, bahkan siswa yang lemah menjadi terbantu

(38)

rata, dalam satu kelompok ada siswa yang bagus dalam belajar dan

ada yang lemah. Siswa yang bagus dalam belajar akan mendampingi

siswa yang lemah.

2.1.3 Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) yang dimaksud dengan

prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).

Menurut Slameto (1999:2) belajar ialah suatu usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya

Pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata

pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan

oleh guru.

Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa, prestasi belajar

dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa

sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya pada

periode tertentu.

2.1.4 Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan

(39)

menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah

tersebut (Lubis, 2010).

Glaser menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah sikap yang siap untuk

mempertimbangkan dengan seksama masalah-masalah yang ada dalam jangkauan

pengalaman seseorang atau pengetahuan tentang metode inkuiri dan bernalar yang

logis; dan kecakapan untuk menerapkan metode tersebut (Glaser dalam Ricketts,

2004). Richard Paul menyebutkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu cara

berpikir yang unik dan memiliki tujuan tertentu di mana pemikir secara sistematis

menetapkan criteria dan standar intelektual dalam berpikir, dalam mengonstruksi

pemikiran, mengarahkan konstruksi berpikir sesuai dengan standar tertentu, dan

menilai efektivitas berpikir sesuai tujuan, criteria, dan standar berpikir (Paul

dalam Ricketts, 2004).

Menurut Facione (1990) berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan

terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi,

dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual,

metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut.

2.1.5 Afektif

Menurut Andersen (1981) afektif mencangkup watak perilaku manusia

seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.

Menurut Winkel (1987:41) ciri khas belajar afektif terletak dalam belajar

menghayati nilai dari objek-objek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah

objek itu berupa orang, benda, atau kejadian; ciri yang lain terletak dalam belajar

(40)

Facione (1990) menjelaskan bahwa disposisi afektif lebih merupakan sikap

yang menjadi dasar dalam mendekati permasalahan. Dalam disposisi afektif masih

dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu sikap umum dan sikap khusus.

Sikap umum adalah sikap terhadap permasalahan-permasalahan umum

lebih menggarisbawahi sikap seseorang terhadap pendapat-pendapat umum. Sikap

khusus adalah sikap terhadap pertanyaan-pertanyaan atau

permasalahan-permasalahan khusus lebih menggarisbawahi preferensi sikap seseorang terhadap

permasalahan-permasalahan yang dihadapi secara langsung, konkret, dan khusus.

2.1.5.1Sikap Umum

Menurut Facione (1990) sikap umum dalam berpikir kritis adalah:

1. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai permasalahan.

2. Berusaha untuk selalu mendapatkan informasi yang memadai.

3. Sadar untuk berpikir kritis.

4. Mengedepankan proses inkuiri yang rasional.

5. Percaya akan kemampuan diri sendiri untuk bernalar.

6. Berpikiran terbuka terhadap berbagai pandangan yang berbeda.

2.1.5.2Sikap Khusus

Menurut Facione (1990) sikap khusus dalam berpikir kritis adalah:

1. Kejelasan dalam merumuskan permasalahan.

Yang dimaksud adalah kemampuan menangkap suatu permasalahan

yang ada atau yang disajikan kemudian dapat merumuskan masalah

tersebut sehingga dapat memberikan penjelasan kepada orang lain.

(41)

Ketika dihadapkan pada soal yang sulit, permasalahan yang rumit

tidak begitu saja meninggalkan soal itu tetapi dengan sabar memahami

dan menemukan jawaban atas soal atau permasalahan yang ada.

3. Tekun mencari informasi yang relevan.

Yang dimaksud tekun tidak hanya sekedar rajin mengerjakan tugas

tetapi ketika dihadapkan pada persoalan dan tidak dapat mengerjakan,

anak mau mencari tahu, mencari informasi dari buku, guru, teman,

orangtua, internet, dan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya.

4. Rasional dalam menyeleksi dan menerapkan suatu kriteria.

Dalam hal ini anak tidak begitu saja menerima suatu kriteria tetapi

menyeleksinya dengan memikirkan suatu kebenaran berdasarkan

sumber-sumber yang relevan.

5. Memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan.

Ketika dihadapkan pada satu permasalahan dan dihadapkan pada

permasalahan kedua selagi permasalahan satu belum terselesaikan

anak tidak begitu saja pindah ke permasalahan kedua tetapi tetap

fokus pada masalah satu.

6. Daya tahan dalam menghadapi kesulitan.

Dihadapkan pada permasalahan yang sulit tidak langsung menyerah

tetap mau bertahan dan berusaha untuk menyelesaikan masalah

tersebut.

(42)

Ketika menghadapi suatu permasalahan tidak langsung menjawab

tetapi memahami terlebih dahulu suatu permasalahan tersebut

kemudian menjawabnya.

2.1.6 IPA

Menurut Darmadjo (1991:17) IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa

pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang

diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain

penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan.

2.1.7 Pelapukan Batuan dan Proses Terbentuknya Tanah 2.1.7.1 Batuan

Kita sering menjumpai beberapa macam batuan. Batu-batuan tersebut

memiliki bentuk, warna, ukuan, dan sifat-sifat yang berbeda-beda. Perbedaan ini

disebabkan oleh perubahan suhu dari panas menjadi dingin dan adanya tekanan

yang sangat besar.

Menurut Hermana (2009:159) semua batuan pada mulanya berasal dari

magma. Magma keluar di permukaan bumi melalui puncak gunung berapi.

Magma yang sudah mencapai permukaan bumi kemudian membeku. Magma yang

membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku ini akan terurai, hancur

dan melapuk karena adanya panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan hewan.

Batuan yang hancur tersebut akan mengendap yang kemudian disebut batuan

(43)

yang sangat lama karena temperatur dan tekanan. Batuan yanng berubah bentuk

itu disebut batuan malihan atau metamorf.

Batuan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) batuan beku, (2)

batuan endapan, dan (3) batuan malihan atau metamorf.

1. Batuan beku

Menurut Haryanto (2004:194) batuan beku adalah batuan yang

terbentuk karena pembekuan magma dan lava. Menurut Hermana

(2009:160) Magma adalah bahan batuan yang cair, kental, dan panas yang

terdapat di dalam bumi. Sementara lava adalah magma yang mengalir di

permukaan bumi.

Batuan beku memiliki beberapa jenis diantaranya menurut

Haryanto (2004:194) adalah sebagai berikut: (1) batu apung, (2) batu

Obsidian, (3) batu granit, dan (4) batu basal. Batuan tersebut memiliki cara

terbentuk dan ciri-cirinya yang berbeda. (1) Batu apung cara terbentuknya

dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas. Batu ini

berwarna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung

dalam air. (2) Batu obsidian terbentuk dari lava yang mendingin dengan

cepat, berwarna hitam, seperti kaca, tidak berkristal-kristal. Batu granit

terbentuk dari pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah

permukaan bumi. (3) Batu granit terdiri atas kristal-kristal kasar, warna

putih sampai abu-abu, kadang kadang jingga. (4) Batu basal terbentuk dari

pendinginan lava yang mengandung gelembung gas tetapi gasnya telah

menguap. Batu basal terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna

(44)

batu basal berwarna abu-abu gelap, warna kristal abu-abu, gelap, hitam

dan juga putih, ukuran kristal kecil-kecil.

Hermana (2009:160-161) menambahkan jenis batuan beku yang

lain yaitu batuan andesit. Batu andesit berwarna abu-abu, warna kristal

abu-abu dan putih. Ukuran kristal kecil-kecil. Berdasarkan cara

terbentuknya serta ciri-cirinya batuan tersebut memiliki kegunaan,

menurut Haryanto (2004:194-195) kegunaan tersebut antara lain: (1) Batu

apung digunakan untuk menghaluskan kayu. (2) batu granit digunakan

sebagai bahan bangunan. (3) batu obsidian oleh manusia purba serin

dipakai untuk alat pemotong atau ujung tombak. Menurut Hermana

(2009:161) batu Andesit berguna sebagai bahan bangunan.

Azmiyawati, 2008:126

Gambar 1. Jenis-jenis batuan beku

2. Batuan endapan

Menurut Hermana (2009:161) batuan endapan adalah batuan yan

terbentuk akibat proses pengendapan. Batuan endapan terbentuk akibat

        

a) Batu obsidian b) batu granit c) batu basal

(45)

pelapukan dan pengikisan oleh angin dan air, kemudian mengendap dan

mengeras akibat adanya tekanan serta zat-zat lain yang merekatkannya.

Batuan endapan memiliki beberapa jenis diantaranya menurut

Haryanto (2004:195) adalah sebagai berikut: (1) batu konglomerat, (2)

batu pasir, (3) batu serpih, (4) batu gamping, dan (5) batu breksi. Batuan

tersebut memiliki cara terbentuk dan ciri-cirinya yang berbeda. Batu

konglomerat terbentuk dari bahan yang lepas-lepas, karena gaya beratnya

menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri utamanya batu konglomerat ini

terdiri dari material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan pasir yang merekat

satu sama lainnya. (2) batu pasir terbentuk dari bahan yang lepas-lepas,

karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri-cirinya

tersusun dari butir-butir pasir, warna abu-abu, kuning, merah. (3) batu

serpih terbentuk dari bahan yang lepas-lepas dan halus, karena gaya

beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri-ciri batu serpih lunak,

baunya seperti tanah liat, butir-butir batuan halus, warna hijau, hitam,

kuning, merah, abu-abu. (4) batu gamping terbentuk dari cangkang

binatang lunak. Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak musnah, tetapi

memadat membentuk batu kapur. Ciri batu kapur agak lunak, warna putih

keabu-abuan, membentuk gas karbondioksida kalau ditetesi asam. (5) batu

breksi terbentuk karena bahan-bahan ini terlempar tinggi ke udara dan

mengendap di suatu tempat. Ciri-cirinya adanya gabungan

pecahan-pecahan yang berasal dari gunung berapi.

Batuan-batuan tersebut memiliki kegunaan. Menurut Haryanto

(46)

batu pasir digunakan untuk bahan bangunan. Batu kapur atau gamping

digunakan untuk bahan baku semen.

Azmiyawati, 2008:127

Gambar 2. Jenis-jenis batuan endapan.

3. Batuan malihan

Menurut Haryanto (2004:196) batuan malihan adalah batuan yang

berasal dari batu sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan

karena panas dan tekanan.

Batuan malihan memiliki beberapa jenis diantaranya menurut

Haryanto (2004:195) adalah sebagai berikut: (1) batu pualam, (2) batu

sabak. Batu pualam terbentuk bila batu kapur mengalami perubahan suhu

dan tekanan yan sangat tinggi. Ciri utama batu pualam adalah campuran

warna yang berbeda-beda, dapat mempunyai pita-pita warna

kristal-kristalnya sedang sampai kasar, bila ditetesi asam mengeluarkan bunyi

mendesis. Kegunaannya untuk membuat lantai atau ubin. Batu sabak

terbentuk bila batu serpih terkena suhu dan tekanan tinggi. Ciri-cirinya

berwarna abu-abu, kehijau-hijauan, dan hitam, dapat dibelah-belah

           

a) batu konglomerat b) batu breksi c) batu serpih

(47)

menjadi lempeng tipis. Batu sabak sebelum ada alat tulis seperti sekarang

ini digunakan sebagai alat tulis karena itu batu sabak sering disebut batu

tulis. Selain itu masih ada batu genes ciri-ciri berwarna putih keabu-abuan

dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan

seperti asbak dan patung.

Azmiyawati, 2008:128

Gambar 3. Jenis-jenis batuan malihan.

2.1.7.2Pelapukan Batuan Membentuk Tanah

Tanah terbentuk karena pelapukan batuan. Ada beberapa jenis pelapukan

batuan. Pelapukan itu terjadi secara fisika, kimia dan biologi. (1) Pelapukan fisika

disebabkan oleh iklim, cuaca, suhu, angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat

besar antara siang dan malam menyebabkan batuan mudah melapuk (Hermana,

2009:163).

Pembekuan dan penyusutan karena suhu di permukaan bumi berakibat

retaknya batu-batuan karena pada saat permukaan bumi dingin dan kemudian

suhu berubah menjadi panas, pori-pori batuan mengembang dan batuan dapat

mengalami keretakan kemudian hancur. (Hermana, 2009:164).

     

(48)

(

tersebut ber

batuan. Abu

Pelapukan K

2009:164). A

ngenai batu

reaksi denga

u yang mene

p melalui p

atuan berlan

urut Haryan

al dari karbo

ksi dengan

ujan asam. H

kis. Saat ini

g ada di ruan

Pelapukan b

dup (Harya

mbuhan dan h

n. Misalnya

uan maka ak

an air maka

empel pada

pori-pori ba

ngsung lebih

nto (2004:19

ondioksida.

uap air dan

Hujan asam m

akibat huja

g terbuka.

biologi adala

anto, 2004:1

hewan. Tum

a, lumut k

yang sedikit d

yawati, 2008   alami pelapu

h pelapukan

k mengandun

kan menyeb

akan semak

batuan akan

atuan. Hal i

h cepat.

99) Air hujan

Selain itu,

n gas-gas

mengakibatk

an asam dap

ah pelapuka

99). Makhl

mbuhan dapa

kerak yang

demi sedikit 8:129

ukan karena p

yang terjad

ng zat asam

babkan batu

kin memperc

n semakin m

inilah yang

n secara ala

adanya gas

lain di udar

kan kerusaka

pat kamulih

an yang dise

luk hidup y

at menyebabk

tumbuh d

t menghancu

pengaruh cu

di karena pr

. Apabila ab

uan melapuk

cepat proses

melekat bila

menyebabk

ami mengand

s-gas buanga

ra akan me

an pada batu

at pada ban

ebabkan ole

yang dimaks

kan lapukny

di batuan. L

urkan batuan uaca 

roses kimia

bu vulkanik

k. Jika abu

pelapukan

terkena air

kan proses

dung asam

an industri

enyebabkan

uan, batuan

ngunan dan

eh aktivitas

sud adalah

ya berbagai

Lumut ini

(49)

2 n tengah, lapi

Keterangan:

O: Lapisan a

A: Lapisan b

B: Lapisan te

C: Lapisan in

kut ini adala apisan atas, atuan dan s merupakan tan

Sulist

ar 5. Pelapuk

nah dan Jeni

an bagian dar isan bawah,

Rosit nah yang pa

tyanto, 2008

kan batuan k

is-jenisnya

ri kerak Bum dan lapisan

awati, 2008:

Bagian-bag

n dari bagian n lapisan yan

akhluk hidu aling subur.

:150

karena tumb

mi. Kerak Bu batuan indu

:119

gian tanah

n-bagian tana ng terbentuk up yang tel

uhan

umi terdiri a uk.

ah:

k dari hasil lah mati. L

atas lapisan

(50)

2. Lapisan tengah, terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa disebut tanah liat. 3. Lapisan bawah, merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahan-bongkahan

batu. Di sela-sela bongkahan terdapat hasil pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara sempurna.

4. Lapisan batuan induk, berupa bebatuan yang padat (Rositawati, 2008:119-120).

Jenis tanah dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. Jenis tanah

berbeda-beda bergantung pada kompisisinya. Jenis tanah menurut Haryanto

(2004:199-200) adalah sebagai berikut: (1) tanah berpasir, (2) tanah berhumus, (3)

tanah liat, (4) tanah berkapur.

(1) Tanah berpasir mudah dilalui air, tanah ini hanya mengandung sedikit

bahan organik sehingga tidak begitu subur. Bahan organik adalah zat yang berasal

dari mahkluk hidup. (2) tanah berhumus berwarna gelap dan banyak mengandung

humus. Humus berasal dari sisa-sisa tumbuhan. Tanah ini cenderung dapat

menahan air. Tanah ini paling subur dibanding yang lain. (3) tanah liat termasuk

jenis tanah yang berat. Tanah ini sulit dilalui air. Jika basah tanah ini sangat

lengket dan elastis. Hal inilah yang membuat tanah liat dijadikan bahan dasar

keramik. (4) tanah berkapur mengandung bebatuan, tanah ini sangat mudah dilalui

(51)

2

dari 30 sisw

siswa kelas

inkuiri. Tern

dengan men

melihat hasi

dilakukan pe

yang menca

dilakukan p

siswa yang

KKM ada 2

ode inkuiri.

wa. Penelitia

IV materi

nyata peneli

nggunakan m

il KKM yan

embelajaran

apai KKM

post-test den

tidak dapat

8 siswa, dan

a seluruh si

nggunakan m

uh siswa yait berpasir

Sulist

Gambar

n Sebelumny membahas e

ahan lingkun

mencapai K

n mengalam

iswa hanya

metode inkuir

ngan fisik di

elitian diamb

n untuk men

perubahan

lajaran peny

iri dapat me

ditentukan ol

yang tidak m

2 %. Setel

gunakan met

KKM atau 6

i peningkata

4,5, namun

ri siswa men berhumus

:151

is tanah

encapaian ha

i Sekolah Da

bil dari sisw

ngetahui pe

lingkungan

yebab perub

encapai hasil

leh sekolah

mencapai atau

lah dilakuk

tode inkuiri

6,66%, seda

an mencapai

n setelah di

ngalami pen

c) tanah

asil belajar

asar Kanisiu

wa kelas IV y

encapaian ha

fisik denga

bahan lingku

l sangat efek

yaitu 6,5.

siswa pada

us Kintelan

yang terdiri

asil belajar

an metode

ungan fisik

ktif dengan

Pada awal

dan 5 siswa

ajaran dan

g, hanya 2

g mencapai

lai rata-rata

mbelajaran

(52)

Raras (2010) membahas penggunaan metode inkuiri untuk mengetahui

efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dalam hal

pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Sampel dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDK Protakan. Pengumpulan datanya dengan

pemberian pre-test dan post-test. Efektivitas pencapaian hasil belajar dalam penelitian

ini ditentukan dengan membandingkan mean pre-test dan post-test. Hasil analisis

data menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing pada materi

perpindahan dan penghantar panas cukup efektif untuk siswa kelas IV SD

Kanisius Prontakan. Dibuktikan dengan adanya peningkatan pencapaian hasil

belajar. Pada waktu dilakukan pre-test hanya 2 atau sekitar 15,38 % siswa yang

mencapai KKM, sedang pada post-test, jumlah siswa yang mencapai KKM

meningkat menjadi 7 atau sekitar 53,84% siswa. Setelah dihitung, mean

pre-testnya sebesar 15,85; mean post test sebesar 22,31, dan setelah dilakukan uji t

didapat tobs sebesar 6,66 sedangkan harga kritis pada taraf signifikansi 5 % adalah

2,179. Oleh karena tobs lebih besar daripada tkrit , berarti ada perbedaan yang

signifikan antara mean pre-test dan mean post-test.

Vitalis (2010) membahas penggunaan metode inkuiri terbimbing untuk

mengetahui efektivitas pembelajaran IPA pada materi benda terapung, melayang

dan tenggelam dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius

Pugeran. Sampel sebanyak 33 siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran. Metode yang

dipakai yaitu metode inkuiri terbimbing. Adapun materi yang diajarkan adalah

benda terapung, melayang dan tenggelam. KKM mata pelajaran IPA 75. Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji T (Paired T Test) yaitu

(53)

telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: Melalui metode inkuiri

terbimbing, hasil belajar siswa dari skor pre-test menjadi post-test mengalami

kenaikan sebesar 20,6% dan jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami

peningkatan sebesar 75,8%. Hasil uji T menunjukkan Tobs = 10,4 dan Ttabel =

2,042 sehingga Hi diterima. Maka metode inkuiri terbimbing efektif diterapkan

dalam pembelajaran IPA pada materi benda terapung, melayang dan tenggelam

dalam hal pencapaian hasil belajar.

Sugiyarti (2005) membahas penggunaan teknik pembelajaran berbasis

masalah untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II-C SMPN I TambakromoTahun

Pelajaran 2004/2005 yang berjumlah 46 siswa. Hasil Penelitian menunjukkan

adanya peningkatan ketrampilan berpikir kritis dan hasil belajar dengan

menggunakan teknik pembelajaran berbasis masalah. Hal tersebut dapat

ditunjukkan dengan rata-rata evaluasi pada siklus I adalah pre-test 53,51 dengan

ketuntasan 28,89% dan post-test 71,78 dengan ketuntasan 60,86%, rata-rata tes

keterampilan berpikir kritis siswa 7,82 dari skor maksimal 30. Hasil pre-test siklus

II adalah 71,13 dengan ketuntasan 56,52% sedangkan hasil pos-test siklus II

diperoleh nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan 89,13%. Rata-rata keterampilan

berpikir kritis siswa dalam siklus II ini juga sudah meningkat menjadi 17,87.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran tergolong baik, skor rata-rata pada siklus I

adalah 17 dan pada siklus II adalah 20.

Wardani (2008) membahas Pengaruh Kemampuan Berpikir Kreatif dan

Kritis terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Madiun

(54)

korelasional. Populasi penelitian berjumlah 233 orang, pengambilan sampel

menggunakan teknik cluster sampling dengan jumlah sampel sebanyak 149 siswa

yang dihitung dengan formula Slovin. Pengambilan data menggunakan tes

berpikir kreatif, tes berpikir kritis, dan tes prestasi belajar fisika. Hasil uji validitas

didapatkan butir valid variabel kemam-puan berpikir kreatif sebanyak 7 butir,

kemampuan berpikir kritis 15 butir, dan prestasi belajar fisika 10 butir. Hasil uji

reliabilitas pada skor uji coba didapatkan nilai Cronbach's Alpha variabel

kemampuan berpikir kreatif sebesar 0,610, kemampuan berpikir kritis 0,884, dan

prestasi belajar fisika 0,687. Hasil uji taraf kesukaran didapatkan soal mudah,

sedang, dan sukar sebanyak 1 butir, 8 butir, dan 6 butir. Hasil uji daya beda

menunjukkan bahwa 12 butir dapat membedakan siswa pandai dan kurang pandai.

Hubungan antar variabel dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari

Pearson. Sumbangan efektif dari kemampuan berpikir kreatif dan kritis terhadap

prestasi belajar fisika diketahui dari analisis regresi ganda setelah dilaku-kan uji

normalitas, linearitas, dan homogenitas. Hasil analisis deskriptif menunjukkan

mean kemampuan berpikir kreatif yaitu 14,75 atau 40,97%, kemampuan berpikir

kritis 20,76 atau 30,53%, dan prestasi belajar 3,85 atau 32,08%. Variabel

kemampuan berpikir kreatif dan kritis mempengaruhi variabel prestasi belajar

secara signifikan (β1 = 0,082 dan β2 = 0,062). Sumbangan relatif kemampuan

berpikir kreatif dan kritis terhadap prestasi belajar fisika sebesar 49,14%, dan

50,78%, sedangkan sumbangan efektifnya sebesar 20,20% dan 20,87%, sisanya

yaitu 58,9% merupakan kontribusi variabel lain di luar penelitian.

Astuti (2010) Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

(55)

dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan

partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMA Negeri 3

Surakarta tahun ajaran 2009/2010, yang berjumlah 34 siswa. Teknik pengumpulan

data dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes, dan

(d) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b)

pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan interprestasi, dan (d) analisis dan refleksi.

Sebelum diterapkan metode pembelajaran role playing berbasis problem nilai

rata-rata kelas adalah 74,76 atau dengan persentase 52,94%. Sedangkan keaktifan

siswa pada aspek visual activities 52,94%, oral activities 14,70%, listening

activities 64,71%, dan writing activities 52,94%. Pada siklus I kemampuan

berpikir kritis siswa yang dilihat dari prestasi belajar mengalami peningkatan

yaitu dengan nilai rata-rata 75,44 atau dengan persentase 67,64%. Sedangkan

keaktifan siswa pada aspek visual activities 88,23%, oral activities 79,41%,

listening activities 88,23% dan writing activities 67,65%. Pada siklus II

kemampuan berpikir kritis yang dilihat dari prestasi belajar diperoleh peningkatan

rata-rata menjadi 86,65 atau dengan persentase 91,18%. Sedangkan keaktifan

siswa pada aspek visual activities, oral activities, listening activities dan writing

activities mencapai 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan

penerapan metode pembelajaran role playing berbasis problem dapat

meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran

ekonomi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode inkuiri terbimbing

untuk meningkatkan prestasi belajar dan kecakapan berpikir kritis afektif khusus

Gambar

Gambar 36. Grafik Kenaikan Masing-masing Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 43. Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus
Gambar 1. Jenis-jenis batuan beku
Gambar 2. Jenis-jenis batuan endapan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan pemahaman melalui penelitian tentang pengaruh struktur modal dengan performa keuangan (yang digambarkan rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan

Syaraf tiruan Algoritma Backpropagation menghasilkan nilai korelasi yang baik antara Debit prediksi dan Debit aktualnya, hal ini juga dipengaruhi oleh Pola data

Pada kasus penyimpangan dana berdasarkan temuan BPKP berjumlah 170 kasus, dengan nilai penyimpangan mencapai 10 Milliar dan yang telah kembali mencapai 8,9 Milliar

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 huruf a, Undang–Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1

Proses penentuan ke cluster mana suatu data akan masuk juga dilakukan juga untuk setiap data yang lain, sehingga setiap data akan tergabung ke dalam suatu cluster

Sedangkan Market Value Added (MVA) merupakan hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang diantisipasi

Hal ini memberi konsekuensi bagi upaya pencegahan dan penanganan risiko atau dampak keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipikirkan dan diperhatikan guru

Berdasarkan sebaran responden mengenai keragaman menu, sebesar 57,5 persen responden menyatakan sangat penting dengan rata-rata skala variabel ini adalah 4, 49 yang