PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS
PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Endarini NIM: 091134181
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS
PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh:
Endarini NIM: 091134181
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus penopang dan pemberiku harapan
2. Alm. Ayah sumber inspirasiku
3. Ibuku tercinta yang tiada henti berdoa untukku
4. Kakak-kakakku terkasih mas Totok, mbak Naning,
mbak Asih, mas Thomas, mas Didik, dan mbak Ningsih
5. Keponakkanku-keponakkanku tersayang Tika, Netta,
Pudya, dan Dio
6. Seseorang yang selalu mendukungku dan memberiku
semangat Fransiskus Asisi Dwi Herwanto
7. Bapak Yakobus Rubiyo Roso Cahyono, ibu Yuliana
MOTTO
Banyaklah rancangan dihati manusia tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana (Amsal 19:21).
Mengucap syukurlah dalam segala hal sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu
(1 Tesalonika 5:18).
Kadang Tuhan membawaku berjalan berputar,
kadang Tuhan seolah diam, namun sebenarnya Tuhan sedang membawaku lebih percaya bahwa Dia menyertaiku, dahulu, sekarang, dan
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini
adalah karya asli saya yang tidak memuat bagian orang lain, terkecuali yang telah
disebutkan dalam kutipan daftar referensi sebagaimana layaknya sebuah karya
ilmiah.
Yogyakarta, 15 Juli 2011
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Endarini
NIM : 091134181
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH PENERAPAN METODE INKUIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DAN BERPIKIR KRITIS KATEGORI AFEKTIF KHUSUS PADA MATA PELAJARAN IPA SDK GANJURAN YOGYAKARTA
Beserta perangkat yang diperlukan (apabila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 22 Juli 2011
Yang menyatakan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh metode inkuiri terhadap prestasi belajar; (2) pengaruh metode inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan di SDK Ganjuran.
Penelitian ini dilaksanakan di SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011, pada tanggal 21 sampai 31 Maret 2011 dengan sampel siswa kelas VA dan VB yang berjumlah 54 siswa. Penelitian ini dibatasi pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan, dengan variabel bebas yaitu metode inkuiri dan variabel terikat yaitu prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis afektif khusus. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing, jenis penelitian quasi experimental tipe
nonequivalent control group design. Teknik pengumpulan data dengan pre-test dan post-test yaitu tes berupa soal pilihan ganda dan non tes berupa kuesioner. Teknik analisis data menggunakan Uji T yaitu membandingkan skor pre-test dan skor post-test.
Hasil penelitian pada uji perbandingan mean prestasi belajar kelompok eksperimen propabilitas Sig. 0,000<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara pre-test dengan post-test. Probabilitas Sig. perbandingan mean prestasi belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol 0,015<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pada uji rangking prestasi belajar nilai probabilitas Sig. 0,166>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara data-data tiap aspek. Berdasarkan uji perbandingan mean kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus kelompok eksperimen nilai probabilitas Sig. 0,48<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan antara pre-test dengan post-test. Berdasarkan uji perbandingan mean kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus kelompok eksperimen dan kontrol nilai probabilitas Sig. 0,917>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada uji rangking kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus nilai probabilitas Sig. 0,054>0,05 berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara data-data tiap aspek.
ABSTRACT
This research is aimed to find out: (1) effect of inquiry method of learning achievement, (2) the influence of inquiry method of critical thinking skills in specific affective categories in material science subjects due to rock weathering soil formation at SDK Ganjuran.
The research was conducted in SDK Ganjuran Yogyakarta in Semester Academic Year 2010/2011, on 21 until March 31, 2011 with a sample of VA and VB graders were around 54 students. The study was limited in material science subjects due to rock weathering soil formation, with the method of inquiry independent variable and the dependent variable that was the learning achievement and critical thinking skills specific affective. The method used was the method of guided inquiry, the type of quasi experimental study of type nonequivalent control group design. Data collection techniques with pre-test and post-test is a test of multiple choice questions and a non-test questionnaire. Data analysis techniques using T test comparing scores pre-test and post-test scores.
The results on the comparison test the mean learning achievement propabilitas Sig experimental groups. 0,000<0,05 means there is a significant difference between pre-test to post-test. Probabilitas Sig. Probability Sig. comparison of mean achievement between the experimental group with the control group 0.015 <0.05 means there is a significant difference between the control and experimental groups. In the ranking of learning achievement test probability value Sig. 0.166> 0.05 means no significant difference between the data of each aspect. Based on the comparison test the mean critical thinking skills specific affective category of the experimental group probability value Sig. 0.48 <0.05 means there is a significant difference between pre-test to post-test. Based on the comparison test the mean critical thinking skills specific affective category of the experimental group and control probability value Sig. 0,917>0,05 means no significant difference between the experimental group with the control group. In the ranking test critical thinking skills specific affective category probability value Sig. 0,054>0,05 means no significant difference between the data of each aspect.
Key words: methods of guided inquiry, learning achievement, critical thinking specific affective
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan petunjuk yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Prestasi Belajar dan
Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Pada Mata Pelajaran IPA SDK
Ganjuran”.
Skripsi ini diajukan dan disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikkan Guru Sekolah
Dasar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
3. Drs. A. Tri Priantoro, M.For.Sc, dosen pembimbing satu yang
memberikan banyak kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ, S.S., BST., M.A., dosen pembimbing dua
yang telah banyak berupaya agar penulis dapat segera menyelesaikan
skripsinya.
5. Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
6. Dra. Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., dosen penguji tiga, yang telah banyak
7. FX. Sukaryana, A.Ma.Pd., kepala sekolah SDK Ganjuran yang telah
memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian.
8. C. Warsirah, A.Ma.Pd., guru mitra dalam penelitian ini yang sangat
membantu selama proses penelitian.
9. Ibuku, kakak-kakakku, keponakkan-keponakkanku, mas Dwi terimakasih
atas semangat dan doanya.
10.Suci dan Ria terimakasih atas kerjasamanya selama penelitian di SDK
Ganjuran.
11.Ika, Evi, Lisye, Desi, Nining, Ika, Lisa, Eva, Sr. Vero, Sisil, Sr. Anjar,
Mbak Silvi, Dau, Ririn, Mbak Wiwin, terimakasih sudah memberikan
dukungan serta doa.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Meskipun jauh dari sempurna penulis berharap skripsi ini bisa digunakan sebagai
bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya. Untuk itu saran dan kritik yang
membangun menjadi masukkan berharga bagi penulis.
Yogyakarta, 15 Juli 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
PRAKATA ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Sistematika Penyajian ... 4
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
2.1 Kajian Pustaka ... 6
2.1.1 Teori Belajar Siswa ... 6
2.1.2 Metode Inkuiri ... 7
2.1.2.1 Pengertian Metode Inkuiri ... 7
2.1.2.2 Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri ... 8
2.1.2.3 Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri ... 10
2.1.2.4 Langkah-langkah Metode Inkuiri ... 11
2.1.2.5 Keunggulan Metode Inkuiri ... 14
2.1.3 Prestasi Belajar ... 15
2.1.5 Afektif ... 16
2.1.5.1 Sikap Umum ... 17
2.1.5.2 Sikap Khusus ... 17
2.1.6 IPA ... 19
2.1.7 Pelapukan Batuan dan Proses Terbentuknya Tanah ... 19
2.1.7.1 Batuan ... 19
2.1.7.2 Pelapukan Batuan Membentuk Tanah ... 24
2.1.7.3 Komposisi dan Jenis-jenis Tanah ... 26
2.1.8 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28
2.2 Kerangka Berpikir ... 35
2.3 Hipotesis ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1 Jenis Penelitian ... 38
3.2 Populasi dan Sampel ... 39
3.3 Variabel Penelitian ... 39
3.3.1 Variabel Bebas ... 40
3.3.2 Variabel Terikat ... 40
3.4 Definisi Operasional ... 41
3.5 Instrumen Penelitian ... 42
3.5.1 Tes ... 42
3.5.2 Non Tes ... 43
3.6 Uji Validitas ... 44
3.7 Uji Reliabilitas ... 48
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.8.1 Teknik Tes ... 50
3.8.2 Teknik Non Tes ... 50
3.8.3 Teknik Observasi ... 51
3.9 Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
4.1.1 Deskripsi Data ... 57
4.1.1.1 Data Prestasi Belajar ... 59
4.1.1.2 Data Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 64
4.1.2 Analisis Data Penelitian ... 69
4.1.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar ... 69
4.1.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 90
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 117
4.2.1 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Prestasi Belajar ... 117
4.2.2 Pengaruh Metode Inkuiri terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 120
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 123
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124
5.1 Kesimpulan ... 124
5.1.1 Prestasi Belajar ... 124
5.1.2 Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 125
5.2 Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ... 126
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Jenis-jenis batuan beku... 21
Gambar 2. Jenis-jenis batuan endapan ... 23
Gambar 3. Jenis-jenis batuan malihan ... 24
Gambar 4. Batu yang mengalami pelapukan karena pengaruh cuaca ... 25
Gambar 5. Pelapukan batuan karena tumbuhan ... 26
Gambar 6. Bagian-bagian tanah ... 26
Gambar 7. Jenis-jenis tanah ... 28
Gambar 8. Grafik Uji Normalitas Data Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 69
Gambar 9. Grafik Uji Normalitas Data Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 71
Gambar 10. Grafik Rata-rata Pre-test dan Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 74
Gambar 11. Grafik Rata-rata Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 75
Gambar 12. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 76
Gambar 13. Grafik Rata-rata Kenaikan Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 79
Gambar 14. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Interpretasi Kelompok Eksperimen ... 80
Gambar 15. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 82
Gambar 16. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen ... 83
Gambar 17. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen ... 85
Gambar 18. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi Kelompok Eksperimen ... 86
Gambar 20. Grafik Kenaikan Masing-masing Aspek Prestasi Belajar Kelompok
Eksperimen ... 90
Gambar 21. Grafik Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori Afektif KhususKelompok Eksperimen ... 90
Gambar 22. Grafik Uji Normalitas Data Post-test Kemampuan Berpikir Kritis
Kategori Afektif KhususKelompok Eksperimen ... 92
Gambar 23. Grafik Pre-test dan Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 95
Gambar 24. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 96
Gambar 25. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis
Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 97
Gambar 26. Grafik Kenaikan Rata-rata Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 101
Gambar 27. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 1 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen... 102
Gambar 28. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 2 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperiman ... 103
Gambar 29. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 3 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 105
Gambar 30. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 4 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 106
Gambar 31. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 5 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 108
Gambar 32. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 6 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 109
Gambar 33. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 7 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 111
Gambar 34. Grafik Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 8 Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Khusus Kelompok Eksperimen ... 112
Gambar 35. Grafik Pre-test dan Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Gambar 36. Grafik Kenaikan Masing-masing Kemampuan Berpikir Kritis
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kisi-kisi Soal ... 42
Tabel 2. Konversi Nomor-nomor Soal ... 42
Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner ... 43
Tabel 4. Uji Validitas Instrumen Soal Tes ... 45
Tabel 5. Uji Beda Instrumen ... 47
Tabel 6. Koefisien Reliabilitas ... 49
Tabel 7. Reliabilitas Instrumen ... 49
Tabel 8. Jadwal Penelitian di SDK Ganjuran... 58
Tabel 9. Tabulasi Skor Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 60
Tabel 10. Tabulasi Skor Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen... 61
Tabel 11. Tabulasi Skor Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 62
Tabel 12. Tabulasi Skor Post-test Prestasi Belajar Kelompok Kontrol ... 63
Tabel 13. Tabulasi Skor Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 65
Tabel 14. Tabulasi Skor Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 66
Tabel 15. Tabulasi Skor Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 67
Tabel 16. Tabulasi Tabulasi Skor Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 68
Tabel 17. Uji Normalitas Data Pre-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 70
Tabel 18. Uji Normalitas Data Post-test Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 71
Tabel 19. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 73
Tabel 20. Uji Normalitas Data Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen ... 75
Tabel 21. Uji Normalitas Data Kenaikan Skor Prestasi Belajar Kelompok Kontrol 77 Tabel 22. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 78
Tabel 24. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Analisis Kelompok Eksperimen ... 82
Tabel 25. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Evaluasi Kelompok Eksperimen .. 84
Tabel 26. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Inferensi Kelompok Eksperimen . 86
Tabel 27. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek Eksplanasi Kelompok
Eksperimen ... 87
Tabel 28. Uji Rangking Prestasi Belajar ... 88
Tabel 29. Uji Normalitas Data Pre-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 91
Tabel 30. Uji Normalitas Data Post-test Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 92
Tabel 31. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Kontrol ... 94
Tabel 32. Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 96
Tabel 33. Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 98
Tabel 34. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 100
Tabel 35. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 1 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen ... 102
Tabel 36. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 2 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen ... 104
Tabel 37. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 3 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen ... 105
Tabel 38. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 4 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen ... 107
Tabel 39. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 5 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen ... 108
Tabel 40. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 6 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen ... 110
Tabel 41. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 7 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Tabel 42. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 8 Berpikir Kritis Kategori Afektif
Khusus Kelompok Eksperimen ... 113
Tabel 43. Uji Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. RPP Kelompok Eksperimen ... 130
Lampiran 2. RPP Kelompok Kontrol ... 148
Lampiran 3. LKS Kelompok Eksperimen yang Sudah Diisi Siswa... 159
Lampiran 4. LKS Kelompok Kontrol yang Sudah Diisi Siswa ... 173
Lampiran 5. Uji Validitas ... 181
Lampiran 6. Uji Reliabilitas dan Uji Beda Instrumen ... 184
Lampiran 7. Soal Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 185
Lampiran 8. Soal Pre-test dan Post-test Prestasi Belajar, Kunci Jawaban, dan
Jawaban Siswa ... 196
Lampiran 9. Kuesioner Kecakapan Berpikir Kritis dan Jawaban Siswa ... 205
Lampiran 10. Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Prestasi Belajar
Kelompok Eksperimen ... 210
Lampiran 11. Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen dan
Uji Normalitas Data Rata-rata Kenaikan Prestasi Belajar Kelompok
Eksperimen ... 211
Lampiran 12. Uji Normalitas Data Rata-rata Kenaikan Prestasi Belajar Kelompok
Kontrol dan Uji Perbandingan Mean Prestasi Belajar Kelompok
Eksperimen dan Kontrol ... 212
Lampiran 13. Uji Normalitas Kenaikan Aspek Interpretasi, Analisis, Evaluasi,
Inferansi, Eksplanasi, dan Rangking Prestasi Belajar ... 213
Lampiran 14. Uji Normalitas Data Pre-test dan Post-test Kemampuan Berpikir
Kritis Kategori Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 216
Lampiran 15. Uji Perbandingan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen ... 217
Lampiran 16. Uji Normalitas Data Kenaikan Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Afektif Khusus Kelompok Eksperimen dan Uji Normalitas Data
Kenaikan Afektif Khusus Kelompok Kontrol ... 218
Lampiran 17. Uji Perbandingnan Mean Kemampuan Berpikir Kritis Kategori
Lampiran 18. Uji Normalitas Data Kenaikan Aspek 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8
Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus dan Uji
Rangking Kemampuan Berpikir Kritis Kategori Afektif Khusus ... 220
Lampiran 19. Surat Izin Penelitan ... 225
Lampiran 20. Foto-foto Kegiatan Penelitian ... 227
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia yang sangat penting
karena di dalam pendidikan terdapat berbagai macam komponen yang menunjang
terbentuknya kepribadian manusia. Pendidikan menjadi hal yang mendasar bagi
manusia untuk mengembangkan diri sehingga kualitas hidupnya semakin
meningkat.
Dalam mengembangkan diri dapat ditempuh melalui pendidikan formal
dan non formal. Pendidikan formal dilakukan di suatu lembaga salah satunya
adalah sekolah. Kegiatan pendidikan di sekolah diwujudkan dengan kegiatan
pembelajaran di kelas yang dilakukan antara guru dengan siswa. Untuk
mewujudkan kualitas pendidikan yang baik perlu adanya kelas yang hidup atau
kelas yang aktif. Suatu kelas dikatakan aktif apabila kelas itu penuh rasa ingin
tahu sehingga mendorong siswa untuk bertanya pada guru dan berupaya untuk
menemukan pengetahuannya sendiri. Saat ini masih kita jumpai pembelajaran IPA
di Sekolah Dasar yang cenderung menggunakan metode ceramah. Dalam
penggunaan metode ceramah komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja. Guru
memegang kendali di kelas, guru yang lebih aktif dari siswa, dan siswa hanya
sebagai pendengar yang hanya menerima informasi saja. Pembelajaran IPA
dengan menggunakan metode ceramah dapat mengakibatkan siswa merasa bosan
dalam mengikuti pelajaran tersebut, akibatnya siswa menjadi ramai dan sibuk
adalah prestasi mereka dalam pelajaran IPA kurang. Permasalahan seperti itu juga
terjadi di SDK Ganjuran. Beban nilai KKM IPA di SDK Ganjuran adalah 62.
Melihat kenyataan seperti itu hendaknya guru mencoba menggunakan metode
yang dapat menumbuhkan pemahaman siswa akan pembelajaran IPA.
Ada banyak metode yang dapat digunakan. Dalam penelitian ini penulis
mencoba untuk menerapkan salah satu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan pengetahuan konsep IPA bagi siswa yaitu dengan metode inkuiri.
Metode inkuri memaksimalkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis. Sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya. Siswa dapat memperoleh pengetahuannya
sendiri, dengan demikian pengetahuan siswa dapat melekat dalam diri siswa.
Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba menggunakan metode inkuiri untuk
membuktikan pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA materi
pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi belajar dan berpikir
kritis kategori afektif khusus siswa kelas V SDK Ganjuran.
Penelitian ini dibatasi pada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas adalah metode inkuiri, sedangkan variabel terikat adalah
prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus. Penelitian
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran
IPA. Standar Kompetensi 7 yaitu memahami perubahan yang terjadi di alam dan
hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Kompetensi Dasar 7.1
mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan 7.2 yaitu
pelapukan batuan. Metode yang digunakan adalah metode inkuiri terbimbing,
jenis penelitian quasi experimental tipe nonequivalent control group design.
1.2Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap prestasi
belajar siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap
Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Bagaimana pengaruh penerapan metode inkuiri pada mata pelajaran IPA
materi pembentukan tanah akibat pelapukan batuan terhadap kemampuan
berpikir kritis kategori afektif khusus siswa kelas V SDK Ganjuran
Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011?
1.3Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri terhadap prestasi belajar
siswa kelas V SDK Ganjuran Yogyakarta pada Semester Genap Tahun
Ajaran 2010/2011 pada mata pelajaran IPA materi pembentukan tanah
akibat pelapukan batuan.
2. Mengetahui pengaruh penerapan metode inkuiri kemampuan berpikir
kritis pada kategori afektif khusus siswa kelas V SDK Ganjuran
Yogyakarta pada Semester Genap Tahun Ajaran 2010/2011 pada mata
1.4Manfaat
Bagi guru
1. Dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran yang dapat
dikembangkan untuk materi pokok lain dan di kelas yang berbeda.
2. Menjadi sumber inspirasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Bagi sekolah
Laporan penelitian dapat menambah referensi bacaan di sekolah
Bagi Siswa
1. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis kategori afektif khusus
pada matapelajaran IPA.
2. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Memperoleh kegiatan belajar yang menyenangkan.
Bagi peneliti sendiri
1. Mendapatkan pengalaman berharga menggunakan metode inkuiri dalam
kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Menjadi sumber inspirasi dalam melakukan kegiatan mengajar
selanjutnya.
1.5Sistematika penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, penelitian ini membahas latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika penyajian. Latar belakang masalah
adalah permasalahan yang akan diteliti. Tujuan merupakan pencapaian yang akan
diperoleh setelah melakukan penelitian. Manfaat berisi apa saja yang akan
didapatkan oleh pihak-pihak terkait setelah melakukan penelitian. Sistematika
penyajian memudahkan pembaca mengetahui isi proposal secara menyeluruh.
BAB II Landasan Teori, landasan teori ini berisi kajian pustaka, kerangka
berpikir, hipotesis. Landasan teori merupakan pendapat-pendapat dari para ahli.
Kerangka berpikir adalah hubungan antara faktor yang menjadi masalah dalam
penelitian ini. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah.
BAB III Metode Penelitian, metode penelitian merupakan cara atau
prosedur untuk memecahkan masalah yang ada. Unsur-unsur metode penelitian
tersebut adalah: jenis penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi
operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, dalam bab ini akan dibahas
mengenai deskripsi data, analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil
penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan dari penelitian dan saran
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II adalah landasan teori. Dalam bab dua ini akan dibahas mengenai
(1) kajian pustaka meliputi: teori belajar sisiwa, metode inkuiri, prestasi belajar,
berpikir kritis, afektif, IPA, terbentuknya tanah, hasil penelitian sebelumnya, (2)
kerangka berpikir, dan (3) hipotesis.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Belajar Siswa
Teori Piaget mengatakan bahwa perkembangan intelektual manusia itu
berkembang secara bertahap melalui empat tahapan. Urutan tahap-tahap itu tetap
bagi setiap orang, namun usia kronologisnya pada orang yang memasuki tahap
berpikir lebih tinggi berbeda-beda bergantung kepada masing-masing individu.
Tahap-tahap berpikir itu adalah: tahap sensori-motor (0-2 tahun), tahap
pra-operasional kongkret (7-11 tahun), tahap pra-operasional formal (11 tahun ke atas).
Berdasarkan teori piaget tersebut biasanya siswa SD berusia 7-12 tahun.
Pada usia 7-11 tahun ia memasuki tahap operasional kongkret. Pada usia 11 tahun
ke atas anak memasuki tahap operasional formal. Untuk kelas V SD biasanya
anak berusia 11 tahun sehingga anak sudah dalam tahap operasional formal.
Berpikir operasional formal mempunyai dua sifat yang penting (Monks,
223-224):
1. Sifat deduktif-hipotetis: bila anak yang berpikir operasional konkrit
harus menyelesaikan suatu masalah maka ia langsung memasuki
hanya melihat akibat langsung dari usaha-usahanya untuk
menyelesaikan masalah itu. Anak yang berpikir formal akan bekerja
dengan cara lain. Ia akan memikirkan dulu secara teoritis. Ia
menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis
yang mungkin ada. Ia lalu membuat suatu strategi penyelesaiannya.
2. Berpikir operasional formal juga berpikir kombinatoris. Sifat ini
merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan
cara bagaimana dilakukan analisisnya. Berpikir operasional formal
memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem
solving.
Berdasarkan usia siswa kelas V SD yang rata-rata berusia 11 tahun yang
memiliki tahap berpikir operasional formal yang sudah dapat memikirkan dahulu
permasalahan yang ada secara teoritis dan mampu menganalisis masalahnya
dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada kemudian dapat
membuat suatu strategi penyelesaiannya maka penulis memilih salah satu metode
yang sesuai dengan tahap berpikir siswa tersebut yaitu metode inkuiri.
2.1.2 Metode Inkuiri
2.1.2.1Pengertian metode Inkuiri
Gulo (dalam Trianto, 2007:135) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan.
2.1.2.2Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
Piaget (dalam Sanjaya, 2007:196-197) Strategi inkuiri menekankan pada
pengembangan intelektual siswa. Perkembangan mental (Intelektual) itu menurut
Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu maturation, physical experience, social
eferience, dan equilibration.
Maturation atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan
anatomis yaitu proses perubahan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh,
pertumbuhan otak, dan pertumbuhan sistem saraf. Pertumbuhan otak merupakan
salah satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
Physical experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu
terhadap benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Aksi atau tindakan fisik
yang dilakukan individu memungkinkan dapat mengembangkan aktivitas/daya
pikir. Social experience adalah aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain.
Melalui pengalaman sosial anak bukan hanya dituntut untuk mempertimbangkan
atau mendengarkan pandangan orang lain, tetapi menumbuhkan kesadaran bahwa
ada aturan lain di samping aturannya sendiri. Equilibration adalah proses
penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru yang
ditemukannya.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dalam penggunaan metode inkuiri
terdapat beberapa prinsip yang harus kita perhatikan. Menurut Sanjaya
(2007:197-199) prinsip-prinsip tersebut adalah:
Tujuan utama strategi inkuiri adalah kemampuan berpikir. Strategi
pembelajaran ini tidak hanya berorientasi pada hasil belajar tetapi juga
proses belajar. Jadi siswa tidak hanya sekedar tahu materi, menguasai
materi, tetapi bagaimana siswa menemukan materi tersebut.
2. Prinsip interaksi
Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik
antara siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungan.
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru
bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau
pengatur interaksi itu sendiri. Guru perlu mengarahkan (direct) agar
siswa bisa mengembangkan kemampuan berpikirnya (Sanjaya
2007:198).
3. Prinsip bertanya
Kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan pada dasarnya sudah
merupakan proses berpikir. Sebagai seorang guru kita harus
menguasai berbagai jenis dan teknik bertanya, misalnya: bertanya
untuk hanya meminta perhatian siswa, bertanya untuk melacak, dan
bertanya untuk menguji kemampuan siswa.
4. Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar itu merupakan proses berpikir yakni mengembangkan potensi
seluruh otak. Anak diajak belajar untuk berpikir logis dan rasional
yang menggunakan otak kiri, selain itu dalam belajar anak juga perlu
estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dengan demikian
anak juga memanfaatkan otak kanannya.
5. Prinsip keterbukaan
Belajar merupakan suatu proses mencoba berbagai kemungkinan,
segala sesuatu dalam kegiatan belajar bisa terjadi. Oleh karena itu
sebagai seorang guru kita perlu menyiapkan pembelajaran yang
bermakna. Menurut Sanjaya (2007:199) pembelajaran yang bermakna
adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan
sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Siswa
diberikan kesempatan untuk mengembangkan hipotesis dan secara
terbuka membuktikan kebenaran hipotesis itu.
2.1.2.3Jenis-jenis Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri terbagi menjadi tiga jenis berdasarkan inferensi guru
terhadap siswa atau besarnya bimbingan yang diberikan oleh guru kepada
siswanya. Ketiga jenis pendekatan itu adalah:
1. Inkuiri Terbimbing
Pendekatan inkuiri terbimbing yaitu pendekatan inkuiri di mana guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan
awal dan mengarahkan pada suatu diskusi.
2. Inkuiri Bebas
Pada umumnya pendekatan ini digunakan bagi siswa yang telah
berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Dalam pendekatan
inkuiri bebas ini siswa ditempatkan seolah-olah bekerja seperti
3. Inkuiri Bebas yang Dimodifikasikan
Pendekatan ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua
pendekatan inkuiri sebelumnya yaitu: pendekatan inkuiri terbimbing
dan inkuiri bebas (Mirza, 2010).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan inkuiri terbimbing dengan
alasan dalam inkuiri terbimbing siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan
bimbingan guru, jadi siswa tidak lepas begitu saja dari guru. Guru dapat
mengontrol aktivitas siswa apabila siswa ada yang menyimpang dari kegiatan
belajar maka guru dapat mengarahkan kembali.
2.1.2.4Langkah-langkah Metode Inkuiri
Menurut Sanjaya (2007:199-201) secara umum proses pembelajaran
inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: (1) Orientasi, (2)
merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5)
menguji hipotesis, dan (6) menarik kesimpulan. Berikut ini adalah penjelasan
mengenai langkah-langkah tersebut di atas:
1. Orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Tugas guru adalah mengkondisikan agar
siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Langkah orientasi
merupakan langkah yang penting untuk keberhasilan pembelajaran
dengan menggunakan metode inkuiri.
2. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan tersebut dapat
membantu siswa untuk berpikir dan mendorongnya menemukan
dapat memperoleh pengalaman sendiri yang dapat mengembangkan
proses berpikirnya.
3. Merumuskan hipotesis, hipotesis sendiri adalah jawaban sementara
dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Siswa dapat
merumuskan hipotesis dengan bantuan dari guru. Guru dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa
merumuskan jawaban sementara.
4. Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan
data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan
potensi berpikirnya. Guru mempunyai peranan mendorong siswa
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
5. Menguji Hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh
berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendiskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007:138) proses pembelajaran inkuiri
adalah sebagai berikut: (1) mengajukan permasalahan, (2) merumuskan hipotesis,
(3) mengumpulkan data, (4) analisis data (5) membuat kesimpulan. Berikut ini
1. Mengajukan masalah adalah kegiatan inkuiri dimulai ketika
permasalahan diajukan.
2. Merumuskan hipotesis, siswa dapat menemukan jawaban sementara
atas pertanyaan dengan pertanyaan dari guru.
3. Mengumpulkan data, data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik,
atau grafik.
4. Analisis data, siswa bertanggung jawab menguji hipotesis dengan
menganalisis data yang telah diperolehnya.
5. Membuat kesimpulan, siswa membuat kesimpulan dari data yang
diperolehnya.
Dari beberapa langkah pembelajaran inkuiri tersebut yang digunakan
dalam penelitian ini adalah: (1) Orientasi, (2) merumuskan masalah, (3)
merumuskan hipotesis, (4) melakukan percobaan, (5) menarik kesimpulan, (6)
mempresentasikan hasil, (7) evaluasi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
langkah-langkah tersebut di atas:
1. Orientasi adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk menjelaskan
topik, tujuan dan hasil belajar.
2. Merumuskan masalah adalah kegiatan yang dilakukan siswa dengan
bantuan guru untuk menentukan masalah yang akan dipelajari.
3. Merumuskan hipotesis adalah dugaan jawaban sementara oleh siswa
dengan bantuan guru.
4. Melakukan percobaan adalah kegiatan siswa mengumpulkan data
5. Menarik kesimpulan, berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh siswa,
siswa membuat kesimpulan.
6. Mempresentasikan hasil, siswa membacakan hasil percobaannya,
sehingga teman yang lain tahu.
7. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai materi yang
telah dipelajari.
2.1.2.5 Keunggulan Metode Inkuiri
Metode inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan
karena strategi ini mempunyai banyak keunggulan. Menurut Sanjaya (2007:208)
keunggulan itu antara lain:
1. Strategi Pembelajaran yang menekankan pengembangan aspek
kognitif, afektif, psikomotorik secara seimbang sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
dengan gaya belajar mereka.
3. Inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologis belajar modern yang menganggap belajar
adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
4. Strategi Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki
kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang
lemah dalam belajar, bahkan siswa yang lemah menjadi terbantu
rata, dalam satu kelompok ada siswa yang bagus dalam belajar dan
ada yang lemah. Siswa yang bagus dalam belajar akan mendampingi
siswa yang lemah.
2.1.3 Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) yang dimaksud dengan
prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).
Menurut Slameto (1999:2) belajar ialah suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya
Pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru.
Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa, prestasi belajar
dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa
sejauhmana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya pada
periode tertentu.
2.1.4 Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta kecerdasan
menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapat memecahkan masalah
tersebut (Lubis, 2010).
Glaser menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah sikap yang siap untuk
mempertimbangkan dengan seksama masalah-masalah yang ada dalam jangkauan
pengalaman seseorang atau pengetahuan tentang metode inkuiri dan bernalar yang
logis; dan kecakapan untuk menerapkan metode tersebut (Glaser dalam Ricketts,
2004). Richard Paul menyebutkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu cara
berpikir yang unik dan memiliki tujuan tertentu di mana pemikir secara sistematis
menetapkan criteria dan standar intelektual dalam berpikir, dalam mengonstruksi
pemikiran, mengarahkan konstruksi berpikir sesuai dengan standar tertentu, dan
menilai efektivitas berpikir sesuai tujuan, criteria, dan standar berpikir (Paul
dalam Ricketts, 2004).
Menurut Facione (1990) berpikir kritis adalah penilaian yang terarah dan
terukur yang menghasilkan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi,
dan juga penjelasan terhadap pertimbangan-pertimbangan faktual, konseptual,
metodologis, kriterilogis, atau kontekstual yang menjadi dasar penilaian tersebut.
2.1.5 Afektif
Menurut Andersen (1981) afektif mencangkup watak perilaku manusia
seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai.
Menurut Winkel (1987:41) ciri khas belajar afektif terletak dalam belajar
menghayati nilai dari objek-objek yang dihadapi melalui alam perasaan, entah
objek itu berupa orang, benda, atau kejadian; ciri yang lain terletak dalam belajar
Facione (1990) menjelaskan bahwa disposisi afektif lebih merupakan sikap
yang menjadi dasar dalam mendekati permasalahan. Dalam disposisi afektif masih
dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu sikap umum dan sikap khusus.
Sikap umum adalah sikap terhadap permasalahan-permasalahan umum
lebih menggarisbawahi sikap seseorang terhadap pendapat-pendapat umum. Sikap
khusus adalah sikap terhadap pertanyaan-pertanyaan atau
permasalahan-permasalahan khusus lebih menggarisbawahi preferensi sikap seseorang terhadap
permasalahan-permasalahan yang dihadapi secara langsung, konkret, dan khusus.
2.1.5.1Sikap Umum
Menurut Facione (1990) sikap umum dalam berpikir kritis adalah:
1. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai permasalahan.
2. Berusaha untuk selalu mendapatkan informasi yang memadai.
3. Sadar untuk berpikir kritis.
4. Mengedepankan proses inkuiri yang rasional.
5. Percaya akan kemampuan diri sendiri untuk bernalar.
6. Berpikiran terbuka terhadap berbagai pandangan yang berbeda.
2.1.5.2Sikap Khusus
Menurut Facione (1990) sikap khusus dalam berpikir kritis adalah:
1. Kejelasan dalam merumuskan permasalahan.
Yang dimaksud adalah kemampuan menangkap suatu permasalahan
yang ada atau yang disajikan kemudian dapat merumuskan masalah
tersebut sehingga dapat memberikan penjelasan kepada orang lain.
Ketika dihadapkan pada soal yang sulit, permasalahan yang rumit
tidak begitu saja meninggalkan soal itu tetapi dengan sabar memahami
dan menemukan jawaban atas soal atau permasalahan yang ada.
3. Tekun mencari informasi yang relevan.
Yang dimaksud tekun tidak hanya sekedar rajin mengerjakan tugas
tetapi ketika dihadapkan pada persoalan dan tidak dapat mengerjakan,
anak mau mencari tahu, mencari informasi dari buku, guru, teman,
orangtua, internet, dan sumber-sumber lain yang dapat dipercaya.
4. Rasional dalam menyeleksi dan menerapkan suatu kriteria.
Dalam hal ini anak tidak begitu saja menerima suatu kriteria tetapi
menyeleksinya dengan memikirkan suatu kebenaran berdasarkan
sumber-sumber yang relevan.
5. Memfokuskan perhatian dalam menghadapi suatu permasalahan.
Ketika dihadapkan pada satu permasalahan dan dihadapkan pada
permasalahan kedua selagi permasalahan satu belum terselesaikan
anak tidak begitu saja pindah ke permasalahan kedua tetapi tetap
fokus pada masalah satu.
6. Daya tahan dalam menghadapi kesulitan.
Dihadapkan pada permasalahan yang sulit tidak langsung menyerah
tetap mau bertahan dan berusaha untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
Ketika menghadapi suatu permasalahan tidak langsung menjawab
tetapi memahami terlebih dahulu suatu permasalahan tersebut
kemudian menjawabnya.
2.1.6 IPA
Menurut Darmadjo (1991:17) IPA adalah hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain
penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan.
2.1.7 Pelapukan Batuan dan Proses Terbentuknya Tanah 2.1.7.1 Batuan
Kita sering menjumpai beberapa macam batuan. Batu-batuan tersebut
memiliki bentuk, warna, ukuan, dan sifat-sifat yang berbeda-beda. Perbedaan ini
disebabkan oleh perubahan suhu dari panas menjadi dingin dan adanya tekanan
yang sangat besar.
Menurut Hermana (2009:159) semua batuan pada mulanya berasal dari
magma. Magma keluar di permukaan bumi melalui puncak gunung berapi.
Magma yang sudah mencapai permukaan bumi kemudian membeku. Magma yang
membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan beku ini akan terurai, hancur
dan melapuk karena adanya panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan hewan.
Batuan yang hancur tersebut akan mengendap yang kemudian disebut batuan
yang sangat lama karena temperatur dan tekanan. Batuan yanng berubah bentuk
itu disebut batuan malihan atau metamorf.
Batuan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: (1) batuan beku, (2)
batuan endapan, dan (3) batuan malihan atau metamorf.
1. Batuan beku
Menurut Haryanto (2004:194) batuan beku adalah batuan yang
terbentuk karena pembekuan magma dan lava. Menurut Hermana
(2009:160) Magma adalah bahan batuan yang cair, kental, dan panas yang
terdapat di dalam bumi. Sementara lava adalah magma yang mengalir di
permukaan bumi.
Batuan beku memiliki beberapa jenis diantaranya menurut
Haryanto (2004:194) adalah sebagai berikut: (1) batu apung, (2) batu
Obsidian, (3) batu granit, dan (4) batu basal. Batuan tersebut memiliki cara
terbentuk dan ciri-cirinya yang berbeda. (1) Batu apung cara terbentuknya
dari pendinginan magma yang bergelembung-gelembung gas. Batu ini
berwarna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung
dalam air. (2) Batu obsidian terbentuk dari lava yang mendingin dengan
cepat, berwarna hitam, seperti kaca, tidak berkristal-kristal. Batu granit
terbentuk dari pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di bawah
permukaan bumi. (3) Batu granit terdiri atas kristal-kristal kasar, warna
putih sampai abu-abu, kadang kadang jingga. (4) Batu basal terbentuk dari
pendinginan lava yang mengandung gelembung gas tetapi gasnya telah
menguap. Batu basal terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna
batu basal berwarna abu-abu gelap, warna kristal abu-abu, gelap, hitam
dan juga putih, ukuran kristal kecil-kecil.
Hermana (2009:160-161) menambahkan jenis batuan beku yang
lain yaitu batuan andesit. Batu andesit berwarna abu-abu, warna kristal
abu-abu dan putih. Ukuran kristal kecil-kecil. Berdasarkan cara
terbentuknya serta ciri-cirinya batuan tersebut memiliki kegunaan,
menurut Haryanto (2004:194-195) kegunaan tersebut antara lain: (1) Batu
apung digunakan untuk menghaluskan kayu. (2) batu granit digunakan
sebagai bahan bangunan. (3) batu obsidian oleh manusia purba serin
dipakai untuk alat pemotong atau ujung tombak. Menurut Hermana
(2009:161) batu Andesit berguna sebagai bahan bangunan.
Azmiyawati, 2008:126
Gambar 1. Jenis-jenis batuan beku
2. Batuan endapan
Menurut Hermana (2009:161) batuan endapan adalah batuan yan
terbentuk akibat proses pengendapan. Batuan endapan terbentuk akibat
a) Batu obsidian b) batu granit c) batu basal
pelapukan dan pengikisan oleh angin dan air, kemudian mengendap dan
mengeras akibat adanya tekanan serta zat-zat lain yang merekatkannya.
Batuan endapan memiliki beberapa jenis diantaranya menurut
Haryanto (2004:195) adalah sebagai berikut: (1) batu konglomerat, (2)
batu pasir, (3) batu serpih, (4) batu gamping, dan (5) batu breksi. Batuan
tersebut memiliki cara terbentuk dan ciri-cirinya yang berbeda. Batu
konglomerat terbentuk dari bahan yang lepas-lepas, karena gaya beratnya
menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri utamanya batu konglomerat ini
terdiri dari material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan pasir yang merekat
satu sama lainnya. (2) batu pasir terbentuk dari bahan yang lepas-lepas,
karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri-cirinya
tersusun dari butir-butir pasir, warna abu-abu, kuning, merah. (3) batu
serpih terbentuk dari bahan yang lepas-lepas dan halus, karena gaya
beratnya menjadi terpadatkan dan terikat. Ciri-ciri batu serpih lunak,
baunya seperti tanah liat, butir-butir batuan halus, warna hijau, hitam,
kuning, merah, abu-abu. (4) batu gamping terbentuk dari cangkang
binatang lunak. Rangkanya yang terbuat dari kapur tidak musnah, tetapi
memadat membentuk batu kapur. Ciri batu kapur agak lunak, warna putih
keabu-abuan, membentuk gas karbondioksida kalau ditetesi asam. (5) batu
breksi terbentuk karena bahan-bahan ini terlempar tinggi ke udara dan
mengendap di suatu tempat. Ciri-cirinya adanya gabungan
pecahan-pecahan yang berasal dari gunung berapi.
Batuan-batuan tersebut memiliki kegunaan. Menurut Haryanto
batu pasir digunakan untuk bahan bangunan. Batu kapur atau gamping
digunakan untuk bahan baku semen.
Azmiyawati, 2008:127
Gambar 2. Jenis-jenis batuan endapan.
3. Batuan malihan
Menurut Haryanto (2004:196) batuan malihan adalah batuan yang
berasal dari batu sedimen dan batuan beku yang mengalami perubahan
karena panas dan tekanan.
Batuan malihan memiliki beberapa jenis diantaranya menurut
Haryanto (2004:195) adalah sebagai berikut: (1) batu pualam, (2) batu
sabak. Batu pualam terbentuk bila batu kapur mengalami perubahan suhu
dan tekanan yan sangat tinggi. Ciri utama batu pualam adalah campuran
warna yang berbeda-beda, dapat mempunyai pita-pita warna
kristal-kristalnya sedang sampai kasar, bila ditetesi asam mengeluarkan bunyi
mendesis. Kegunaannya untuk membuat lantai atau ubin. Batu sabak
terbentuk bila batu serpih terkena suhu dan tekanan tinggi. Ciri-cirinya
berwarna abu-abu, kehijau-hijauan, dan hitam, dapat dibelah-belah
a) batu konglomerat b) batu breksi c) batu serpih
menjadi lempeng tipis. Batu sabak sebelum ada alat tulis seperti sekarang
ini digunakan sebagai alat tulis karena itu batu sabak sering disebut batu
tulis. Selain itu masih ada batu genes ciri-ciri berwarna putih keabu-abuan
dan keras. Batu genes dimanfaatkan untuk membuat barang kerajinan
seperti asbak dan patung.
Azmiyawati, 2008:128
Gambar 3. Jenis-jenis batuan malihan.
2.1.7.2Pelapukan Batuan Membentuk Tanah
Tanah terbentuk karena pelapukan batuan. Ada beberapa jenis pelapukan
batuan. Pelapukan itu terjadi secara fisika, kimia dan biologi. (1) Pelapukan fisika
disebabkan oleh iklim, cuaca, suhu, angin, dan air. Perbedaan suhu yang sangat
besar antara siang dan malam menyebabkan batuan mudah melapuk (Hermana,
2009:163).
Pembekuan dan penyusutan karena suhu di permukaan bumi berakibat
retaknya batu-batuan karena pada saat permukaan bumi dingin dan kemudian
suhu berubah menjadi panas, pori-pori batuan mengembang dan batuan dapat
mengalami keretakan kemudian hancur. (Hermana, 2009:164).
(
tersebut ber
batuan. Abu
Pelapukan K
2009:164). A
ngenai batu
reaksi denga
u yang mene
p melalui p
atuan berlan
urut Haryan
al dari karbo
ksi dengan
ujan asam. H
kis. Saat ini
g ada di ruan
Pelapukan b
dup (Harya
mbuhan dan h
n. Misalnya
uan maka ak
an air maka
empel pada
pori-pori ba
ngsung lebih
nto (2004:19
ondioksida.
uap air dan
Hujan asam m
akibat huja
g terbuka.
biologi adala
anto, 2004:1
hewan. Tum
a, lumut k
yang sedikit d
yawati, 2008 alami pelapu
h pelapukan
k mengandun
kan menyeb
akan semak
batuan akan
atuan. Hal i
h cepat.
99) Air hujan
Selain itu,
n gas-gas
mengakibatk
an asam dap
ah pelapuka
99). Makhl
mbuhan dapa
kerak yang
demi sedikit 8:129
ukan karena p
yang terjad
ng zat asam
babkan batu
kin memperc
n semakin m
inilah yang
n secara ala
adanya gas
lain di udar
kan kerusaka
pat kamulih
an yang dise
luk hidup y
at menyebabk
tumbuh d
t menghancu
pengaruh cu
di karena pr
. Apabila ab
uan melapuk
cepat proses
melekat bila
menyebabk
ami mengand
s-gas buanga
ra akan me
an pada batu
at pada ban
ebabkan ole
yang dimaks
kan lapukny
di batuan. L
urkan batuan uaca
roses kimia
bu vulkanik
k. Jika abu
pelapukan
terkena air
kan proses
dung asam
an industri
enyebabkan
uan, batuan
ngunan dan
eh aktivitas
sud adalah
ya berbagai
Lumut ini
2 n tengah, lapi
Keterangan:
O: Lapisan a
A: Lapisan b
B: Lapisan te
C: Lapisan in
kut ini adala apisan atas, atuan dan s merupakan tan
Sulist
ar 5. Pelapuk
nah dan Jeni
an bagian dar isan bawah,
Rosit nah yang pa
tyanto, 2008
kan batuan k
is-jenisnya
ri kerak Bum dan lapisan
awati, 2008:
Bagian-bag
n dari bagian n lapisan yan
akhluk hidu aling subur.
:150
karena tumb
mi. Kerak Bu batuan indu
:119
gian tanah
n-bagian tana ng terbentuk up yang tel
uhan
umi terdiri a uk.
ah:
k dari hasil lah mati. L
atas lapisan
2. Lapisan tengah, terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa disebut tanah liat. 3. Lapisan bawah, merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahan-bongkahan
batu. Di sela-sela bongkahan terdapat hasil pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara sempurna.
4. Lapisan batuan induk, berupa bebatuan yang padat (Rositawati, 2008:119-120).
Jenis tanah dapat berbeda dari satu tempat dengan tempat lain. Jenis tanah
berbeda-beda bergantung pada kompisisinya. Jenis tanah menurut Haryanto
(2004:199-200) adalah sebagai berikut: (1) tanah berpasir, (2) tanah berhumus, (3)
tanah liat, (4) tanah berkapur.
(1) Tanah berpasir mudah dilalui air, tanah ini hanya mengandung sedikit
bahan organik sehingga tidak begitu subur. Bahan organik adalah zat yang berasal
dari mahkluk hidup. (2) tanah berhumus berwarna gelap dan banyak mengandung
humus. Humus berasal dari sisa-sisa tumbuhan. Tanah ini cenderung dapat
menahan air. Tanah ini paling subur dibanding yang lain. (3) tanah liat termasuk
jenis tanah yang berat. Tanah ini sulit dilalui air. Jika basah tanah ini sangat
lengket dan elastis. Hal inilah yang membuat tanah liat dijadikan bahan dasar
keramik. (4) tanah berkapur mengandung bebatuan, tanah ini sangat mudah dilalui
2
dari 30 sisw
siswa kelas
inkuiri. Tern
dengan men
melihat hasi
dilakukan pe
yang menca
dilakukan p
siswa yang
KKM ada 2
ode inkuiri.
wa. Penelitia
IV materi
nyata peneli
nggunakan m
il KKM yan
embelajaran
apai KKM
post-test den
tidak dapat
8 siswa, dan
a seluruh si
nggunakan m
uh siswa yait berpasir
Sulist
Gambar
n Sebelumny membahas e
ahan lingkun
mencapai K
n mengalam
iswa hanya
metode inkuir
ngan fisik di
elitian diamb
n untuk men
perubahan
lajaran peny
iri dapat me
ditentukan ol
yang tidak m
2 %. Setel
gunakan met
KKM atau 6
i peningkata
4,5, namun
ri siswa men berhumus
:151
is tanah
encapaian ha
i Sekolah Da
bil dari sisw
ngetahui pe
lingkungan
yebab perub
encapai hasil
leh sekolah
mencapai atau
lah dilakuk
tode inkuiri
6,66%, seda
an mencapai
n setelah di
ngalami pen
c) tanah
asil belajar
asar Kanisiu
wa kelas IV y
encapaian ha
fisik denga
bahan lingku
l sangat efek
yaitu 6,5.
siswa pada
us Kintelan
yang terdiri
asil belajar
an metode
ungan fisik
ktif dengan
Pada awal
dan 5 siswa
ajaran dan
g, hanya 2
g mencapai
lai rata-rata
mbelajaran
Raras (2010) membahas penggunaan metode inkuiri untuk mengetahui
efektivitas pembelajaran IPA tentang perpindahan dan penghantar panas dalam hal
pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius Prontakan. Sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDK Protakan. Pengumpulan datanya dengan
pemberian pre-test dan post-test. Efektivitas pencapaian hasil belajar dalam penelitian
ini ditentukan dengan membandingkan mean pre-test dan post-test. Hasil analisis
data menunjukkan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing pada materi
perpindahan dan penghantar panas cukup efektif untuk siswa kelas IV SD
Kanisius Prontakan. Dibuktikan dengan adanya peningkatan pencapaian hasil
belajar. Pada waktu dilakukan pre-test hanya 2 atau sekitar 15,38 % siswa yang
mencapai KKM, sedang pada post-test, jumlah siswa yang mencapai KKM
meningkat menjadi 7 atau sekitar 53,84% siswa. Setelah dihitung, mean
pre-testnya sebesar 15,85; mean post test sebesar 22,31, dan setelah dilakukan uji t
didapat tobs sebesar 6,66 sedangkan harga kritis pada taraf signifikansi 5 % adalah
2,179. Oleh karena tobs lebih besar daripada tkrit , berarti ada perbedaan yang
signifikan antara mean pre-test dan mean post-test.
Vitalis (2010) membahas penggunaan metode inkuiri terbimbing untuk
mengetahui efektivitas pembelajaran IPA pada materi benda terapung, melayang
dan tenggelam dalam hal pencapaian hasil belajar siswa kelas IV SD Kanisius
Pugeran. Sampel sebanyak 33 siswa kelas IV SD Kanisius Pugeran. Metode yang
dipakai yaitu metode inkuiri terbimbing. Adapun materi yang diajarkan adalah
benda terapung, melayang dan tenggelam. KKM mata pelajaran IPA 75. Teknik
analisis data dalam penelitian ini menggunakan Uji T (Paired T Test) yaitu
telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: Melalui metode inkuiri
terbimbing, hasil belajar siswa dari skor pre-test menjadi post-test mengalami
kenaikan sebesar 20,6% dan jumlah siswa yang mencapai KKM mengalami
peningkatan sebesar 75,8%. Hasil uji T menunjukkan Tobs = 10,4 dan Ttabel =
2,042 sehingga Hi diterima. Maka metode inkuiri terbimbing efektif diterapkan
dalam pembelajaran IPA pada materi benda terapung, melayang dan tenggelam
dalam hal pencapaian hasil belajar.
Sugiyarti (2005) membahas penggunaan teknik pembelajaran berbasis
masalah untuk meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas II-C SMPN I TambakromoTahun
Pelajaran 2004/2005 yang berjumlah 46 siswa. Hasil Penelitian menunjukkan
adanya peningkatan ketrampilan berpikir kritis dan hasil belajar dengan
menggunakan teknik pembelajaran berbasis masalah. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan rata-rata evaluasi pada siklus I adalah pre-test 53,51 dengan
ketuntasan 28,89% dan post-test 71,78 dengan ketuntasan 60,86%, rata-rata tes
keterampilan berpikir kritis siswa 7,82 dari skor maksimal 30. Hasil pre-test siklus
II adalah 71,13 dengan ketuntasan 56,52% sedangkan hasil pos-test siklus II
diperoleh nilai rata-rata 80 dengan ketuntasan 89,13%. Rata-rata keterampilan
berpikir kritis siswa dalam siklus II ini juga sudah meningkat menjadi 17,87.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran tergolong baik, skor rata-rata pada siklus I
adalah 17 dan pada siklus II adalah 20.
Wardani (2008) membahas Pengaruh Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Kritis terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Madiun
korelasional. Populasi penelitian berjumlah 233 orang, pengambilan sampel
menggunakan teknik cluster sampling dengan jumlah sampel sebanyak 149 siswa
yang dihitung dengan formula Slovin. Pengambilan data menggunakan tes
berpikir kreatif, tes berpikir kritis, dan tes prestasi belajar fisika. Hasil uji validitas
didapatkan butir valid variabel kemam-puan berpikir kreatif sebanyak 7 butir,
kemampuan berpikir kritis 15 butir, dan prestasi belajar fisika 10 butir. Hasil uji
reliabilitas pada skor uji coba didapatkan nilai Cronbach's Alpha variabel
kemampuan berpikir kreatif sebesar 0,610, kemampuan berpikir kritis 0,884, dan
prestasi belajar fisika 0,687. Hasil uji taraf kesukaran didapatkan soal mudah,
sedang, dan sukar sebanyak 1 butir, 8 butir, dan 6 butir. Hasil uji daya beda
menunjukkan bahwa 12 butir dapat membedakan siswa pandai dan kurang pandai.
Hubungan antar variabel dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari
Pearson. Sumbangan efektif dari kemampuan berpikir kreatif dan kritis terhadap
prestasi belajar fisika diketahui dari analisis regresi ganda setelah dilaku-kan uji
normalitas, linearitas, dan homogenitas. Hasil analisis deskriptif menunjukkan
mean kemampuan berpikir kreatif yaitu 14,75 atau 40,97%, kemampuan berpikir
kritis 20,76 atau 30,53%, dan prestasi belajar 3,85 atau 32,08%. Variabel
kemampuan berpikir kreatif dan kritis mempengaruhi variabel prestasi belajar
secara signifikan (β1 = 0,082 dan β2 = 0,062). Sumbangan relatif kemampuan
berpikir kreatif dan kritis terhadap prestasi belajar fisika sebesar 49,14%, dan
50,78%, sedangkan sumbangan efektifnya sebesar 20,20% dan 20,87%, sisanya
yaitu 58,9% merupakan kontribusi variabel lain di luar penelitian.
Astuti (2010) Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan
partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-3 SMA Negeri 3
Surakarta tahun ajaran 2009/2010, yang berjumlah 34 siswa. Teknik pengumpulan
data dilakukan melalui kegiatan berupa: (a) observasi, (b) wawancara, (c) tes, dan
(d) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b)
pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan interprestasi, dan (d) analisis dan refleksi.
Sebelum diterapkan metode pembelajaran role playing berbasis problem nilai
rata-rata kelas adalah 74,76 atau dengan persentase 52,94%. Sedangkan keaktifan
siswa pada aspek visual activities 52,94%, oral activities 14,70%, listening
activities 64,71%, dan writing activities 52,94%. Pada siklus I kemampuan
berpikir kritis siswa yang dilihat dari prestasi belajar mengalami peningkatan
yaitu dengan nilai rata-rata 75,44 atau dengan persentase 67,64%. Sedangkan
keaktifan siswa pada aspek visual activities 88,23%, oral activities 79,41%,
listening activities 88,23% dan writing activities 67,65%. Pada siklus II
kemampuan berpikir kritis yang dilihat dari prestasi belajar diperoleh peningkatan
rata-rata menjadi 86,65 atau dengan persentase 91,18%. Sedangkan keaktifan
siswa pada aspek visual activities, oral activities, listening activities dan writing
activities mencapai 100%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
penerapan metode pembelajaran role playing berbasis problem dapat
meningkatkan keaktifan dan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran
ekonomi.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan prestasi belajar dan kecakapan berpikir kritis afektif khusus