• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Robot pengantar surat berbasis mikrokontroler AT89S51 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TUGAS AKHIR - Robot pengantar surat berbasis mikrokontroler AT89S51 - USD Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

ROBOT PENGANTAR SURAT BERBASIS

MIKROKONTROLER AT89S51

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

disusun oleh :

ADI SAPUTRA

NIM : 055114005

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

POSTMAN ROBOT USING AT89S51

MICROCONTROLLER

In Partial Fullfilment of the requirements for the degree of Sarjana Teknik Electrical Engineering Study Program

Electrical Engineering Department

Science and Technology Faculty Sanata Dharma University

ADI SAPUTRA

NIM : 055114005

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)
(4)
(5)

v

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Adi Saputra

NIM : 055114005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Robot Pengantar Surat Berbasis Mikorokontroler AT89S51 (Postman Robot

Using AT89S51 Microcontroller).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma

hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun

memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 17 Agustus 2009

Yang menyatakan

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir ini tidak memuat karya

atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka

sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Agustus 2009

(7)

vii

Dalam kehidupan sehari – hari banyak ditemui kekurangan dalam proses penyampaian surat dalam suatu perusahaan atau universitas. Dari kekurangan tersebut maka dibuatlah suatu robot untuk mengatasinya. Dengan mikrokontroler sebagai ”otak”-nya dan prinsip line follower sebagai sistem pergerakkannya, dibuatlah robot pengantar surat otomatis.

Sensor Jalur pada robot dirancang untuk mendeteksi garis (line) dan akan memberi masukan pada mikrokontroler untuk menentukan arah gerak robot dengan cara mengubah kecepatan gerak roda kiri dan kanan. Lengan mekanik berfungsi untuk mengambil dan meletakkan surat. Aktuator untuk menggerakkan roda dan lengan mekanik pada robot menggunakan motor DC. Sensor surat pada robot untuk mendeteksi ada atau tidaknya surat di dalam loker.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa robot bekerja cukup baik. Robot akan bekerja semakin cepat jika lintasan yang dilalui tidak banyak tikungan. Selain itu robot juga akan bekerja semakin baik jika menggunakan catudaya dengan kemampuan daya yang besar.

Kata kunci : Robot, mikrokontroler, Line Follower, motor DC.

(8)

viii

In daily live, there are so many weakness on letter delivering process at company or university. From that weakness then a robot will be made to solve that problem. With microcontroller as the “brain” and line follower’s principle as moving system then postman robot delivery will be made.

Line sensors on robot are designed for detect the line and will give an input to microcontroller to decide robot movement direction with changing the movement speed on the left and right wheel. Mechanical arm’s function is to take and to put a letter. DC Motor used as Actuator to move the wheel and the mechanical arm. Robot’s letter sensor will detect if there is a letter or not in the locker.

Observation result show that the robot’s work was good enough. Robot’s work faster if the circuit that it through has less turn. Beside that, the robot also will work better if the power supply is used with big power capacity.

(9)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas karunia dan bimbingan-Nya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan perancangan Tugas Akhir “ Robot Pengantar Surat

Berbasis Mikrokontroler AT89S51” beserta penulisan laporan ini.

Tugas Akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Strata 1

(S1) pada jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Berkat dukungan dari banyak pihak, Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini

dengan baik. Dan dengan tulus hati, Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar –

besarnya kepada pihak yang telah membantu demi lancarnya penyelesaian Tugas Akhir ini :

1. Bapak Martanto, S.T., M.T., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan arahan kepada Penulis dari awal hingga Tugas Akhir ini selesai.

2. Keluarga, yang telah memberikan dukungan moral dan ekonomi sehingga Tugas

Akhir ini dapat selesai.

3. Bapak Damar Widjaja, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik yang telah

membantu dan memberi arahan dari awal hingga akhir masa kuliah.

4. Johfines Wijaya, yang telah membantu, dan mendukung hingga terselesaikannya

Tugas Akhir ini.

5. Rekan – rekan Teknik Elektro Angkatan 2005, terimakasih atas kebersamaan,

dukungan, dan bantuannya sehingga masa kuliah menjadi kenangan yang indah dan

menyenangkan.

6. Rekan – rekan satu kontrakan, Charli Liando Saputra, Silverius Yonan Saga,

(10)

x duka.

7. Para dosen, laboran, dan staf administrasi jurusan Teknik Elektro Universitas Sanata

Dharma dan semua pihak yang selama ini secara tidak langsung telah banyak

membantu Penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan yang

menjadikan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan adanya

kritik dan saran dari para Pembaca, dan dengan senang hati Penulis akan menerimanya.

Kiranya demikianlah beberapa hal yang ingin Penulis sampaikan, dengan harapan

semoga bermanfaat bagi Pembaca semuanya.

Yogyakarta, 10 Juli 2009

(11)

xi

Halaman Sampul (Bahasa Indonesia) ………... i

Halaman Sampul (Bahasa Inggris) ………... ii

Halaman Persetujuan ………... iii

Halaman Pengesahan ... ……... iv

Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... v

Pernyataan Keaslian Karya ………... vi

Intisari ………... vii

Abstract ………. viii

Kata Pengantar ………... ix

Daftar Isi ………... xi

Daftar Gambar ……….. xv

Daftar Tabel ……….. xviii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Judul ……… 1

1.2Latar Belakang ……… 1

1.3Tujuan dan Manfaat ……… 2

1.4Batasan Masalah ………. 3

1.5Metodologi Penelitian ………. 3

BAB II : DASAR TEORI 2.1 Robotika ……….. 5

2.1.1 Sistem Robot dan Orientasi fungsinya ………... 5

2.1.2 Sistem Kontrol Dasar Robot ……… 7

(12)

xii

2.2.2 Organisasi Memori AT89S51 ………... 8

2.2.2.1 Memori Data ………. 8

2.2.2.1.1 RAM Internal ………. 9

2.2.2.1.2 SFR (Special Function Register) ………... 10

2.2.3 Pewaktu / Pencacah (Timer / Counter) ……… 13

2.2.3.1 TMOD ………... 13

2.2.3.2 TCON ……… 14

2.2.4 Mode Timer ………..15

2.2.5 Rangkaian Oscillator ………... 16

2.2.6 Mekanisme Reset ………...16

2.3 Light – Dependent Resistor (LDR) ………. 17

2.4 Fotodioda (Photodiode) ……….. 18

2.5 Light Emitting Diode (LED) ………... 18

2.5.1 Tegangan dan Arus LED ………. 19

2.6 Optocoupler ……….20

2.7 Pembagi Tegangan ……….. 21

2.8 Saklar Batas (Limit Switch) ………. 22

2.9 Konparator ……….. 22

2.10 Voltage buffer (Penyangga tegangan) ………... 23

2.11 Aktuator Menggunakan Motor DC ………... 24

2.12 IC Driver L293 ………. 26

(13)

xiii

3.2.1 Sensor Pendeteksi Jalur Hitam ……… 30

3.2.2 Sensor Sensitivitas Cahaya Luar ……….. 33

3.3 Alur Perancangan Lengan Mekanik ………34

3.4 Perancangan Loker Surat / Kotak Surat ……….. 38

3.5 Perancangan Motor DC Sebagai Aktuator ……….. 42

3.6 Mikrokontroler AT89S51 ………... 43

3.7 Perancangan Daya dan Berat ……….. 45

3.7.1 Perhitungan Daya ………. 45

3.7.2 Pengukuran Berat ………. 48

3.8 Perangkat Lunak (Software) ………... 50

3.8.1 Diagram Alir Program Utama ……….. 50

3.8.2 Subrutin Proses Pengambilan Surat ………. 53

3.8.3 Subrutin Proses Peletakan Surat ……….. 54

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Robot ……….. 55

4.1.1 Uji Keberhasilan Mengambil Surat ………. 56

4.1.2 Uji Keberhasilan Mengantar Surat ………... 58

4.1.3 Uji Kecepatan Robot ……… 60

4.1.4 Konsumsi Arus dan Daya ……… 61

4.2 Pengujian Rangkaian Sensor Pendeteksi Jalur Hitam ... 63

4.3 Pengujian Rangkaian Sensor Tegangan Referensi ... 67

4.4 Pengujian Rangkaian Sensor Indikator Surat ... 69

(14)

xiv

4.6.1 Subrutin Proses Jalan ... 72

4.6.1 Subrutin Persimpangan ... 73

4.6.1 Subrutin Proses Ambil Surat ... 75

4.6.1 Subrutin Proses Peletakan Surat ... 75

4.6.1 Subrutin Proses Pulang ... 76

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... ... 80

(15)

xv

Halaman

Gambar 2.1 Peta Memory RAM ………... 9

Gambar 2.2 Special functions Register (SFR) ……….. 11

Gambar 2.3 Program Status Word (PSW) ……… 12

Gambar 2.4 Register – Register pada TMOD ………... 13

Gambar 2.5 Register – Register pada TCON ………... 14

Gambar 2.6 Rangkaian Oscillator ………16

Gambar 2.7 Rangkaian Reset ………16

Gambar 2.8 Simbol Rangkaian LDR ……… 17

Gambar 2.9 Karakteristik LDR ………. 17

Gambar 2.10 Simbol Rangkaian Fotodioda ……….. 18

Gambar 2.11 Simbol LED ……… 19

Gambar 2.12 Rangkaian LED ………. ……… 19

Gambar 2.13 Rangkaian Optocoupler ……….. 20

Gambar 2.14 Rangkaian Tiga Resistor Terhubung Seri ………... 21

Gambar 2.15 Kondisi Limit Switch NO dan Kondisi Limit Switch NC ... 22

Gambar 2.16 Op-amp Komparator dan Karakteristik Tegangan Output (Vo) ... 23

Gambar 2.17 Grafik Vout dan Vin Yang Sudah Dibandingkan Dengan Vref ... 23

Gambar 2.18 Rangkaian Buffer Tegangan ……… 24

Gambar 2.19 Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H ... 25

Gambar 2.20 Pulse-Width Modulation ………. 26

(16)

xvi

Gambar 3.2 Desain Jadi Robot Pengantar Surat ... 29

Gambar 3.3 Diagram Sistem Sensor Jalur Secara Umum ... 30

Gambar 3.4 Desain Sensor Jalur Bagian Depan ... 31

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Jalur Hasil Perancangan ... 32

Gambar 3.6 Level Tegangan Fotodioda Saat Rd 3k Ohm ... 33

Gambar 3.7 Rangkaian Pendeteksi Cahaya Luar / Pengatur Sensitivitas ... 34

Gambar 3.8 Lengan Mekanik dan Pergerakannya ... 35

Gambar 3.9 Proses Pengambilan Surat ………. 36

Gambar 3.10 Proses Peletakan Surat ... 37

Gambar 3.11 Rancangan Segitiga Penahan ... 38

Gambar 3.12 Perancangan Lintasan dan Ukuran Loker ... 39

Gambar 3.13 Skematik LED Indikator ………. 39

Gambar 3.14 Rancangan Skematik Rangkaian Penerima ... 41

Gambar 3.15 Rancangan Perangkat Keras Penerima ... 41

Gambar 3.16 Karakteristik Tegangan Keluaran LDR ……….. 41

Gambar 3.17 Rangkaian Skematik Untuk Penggerak Roda Kiri dan Kanan ... 43

Gambar 3.18 Rangkaian Skematik Untuk Penggerak Lengan Mekanik / Slider ... 43

Gambar 3.19 Port I/O AT89S51 dan Fungsinya ... 44

Gambar 3.20 Rangkaian Reset dan Rangkaian Oscillator ... 45

Gambar 3.21 Desain 3D Berdasarkan Berat Alat ... 49

Gambar 3.22 Diagram Alir Perangkat Lunak Robot ... 50

Gambar 3.23 Diagram Alir Subrutin Proses Pengambilan Surat ... 53

(17)

xvii

Gambar 4.2 Posisi Loker yang Benar (Kiri) dan Salah (Kanan) ... 58

Gambar 4.3 Posisi Lengan Mekanik yang Benar (Kiri) dan Salah (Kanan) ... 58

Gambar 4.4 Robot Saat Akan Meletakkan Surat ... 59

Gambar 4.5 Lintasan yang Digunakan ...60

Gambar 4.6 Metode Pengukuran Arus ………..62

Gambar 4.7 Hardware Sensor Pendeteksi Jalur Hitam ... 64

Gambar 4.8 Skematik Rangkaian Sensor Pendeteksi Jalur Hitam Satu Sisi ... 64

Gambar 4.9 Hardware Sensor Tegangan Referensi ... 68

Gambar 4.10 Hardware Rangkaian Sensor Indikator Surat ... 69

Gambar 4.11 Subrutin Waktu Tunda ……… 70

Gambar 4.12 Penggalan Program untuk Menentukan Kepala Robot ...……….. 72

Gambar 4.13 Subrutin Proses Jalan ..……… 72

Gambar 4.14 Subrutin Persimpangan ...……… 74

Gambar 4.15 Robot Melewati Loker ……… 74

Gambar 4.16 Robot Bergerak ke arah Loker ……… 74

Gambar 4.17 Subrutin Proses Ambil Surat ...……… 75

Gambar 4.18 Subrutin Proses Peletakan Surat ..………... 75

Gambar 4.19 Robot Melakukan Proses Peletakan Surat ...……… 76

(18)

xviii

Halaman

Tabel 2.1 Mode Pencacah / Waktu ………... 15

Tabel 3.1 Karakteristik Fotodioda Hasil Pra Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Karaktersistik LDR ………... 33

Tabel 3.3 Kondisi Limit Switch ...35

Tabel 3.4 Data Pra Penelitian Untuk Karakteristik LDR yang Ditutup Pipa ... 40

Tabel 3.5 Kondisi Kecepatan Roda Berdasarkan Sensor ………. 42

Tabel 3.6 Besar Daya Hasil Perhitungan Teoritis ... 47

Tabel 3.7 Berat Masing – Masing Alat ... 48

Tabel 4.1 Data Hasil Pengujian Kinerja Robot ... 56

Tabel 4.2 Data Keberhasilan Dalam Mengambil Surat ... 57

Tabel 4.3Data Keberhasilan Dalam Mengantarkan Surat ... 59

Tabel 4.4 Data Waktu Tempuh Untuk Proses Pengantaran Surat ... 60

Tabel 4.5 Data Kecepatan Robot ... 61

Tabel 4.6 Data Arus dan Daya Total yang Diserap ……….. 62

Tabel 4.7 Perbandingan Data Hasil Pengukuran dan Data Teoritis Pada Sensor Pendeteksi Jalur Hitam Sisi Depan ... 66

Tabel 4.8 Perbandingan Data Hasil Pengukuran dan Data Teoritis Pada Sensor Pendeteksi Jalur Hitam Sisi Belakang ... 67

Tabel 4.9 Data Perbandingan Hasil Pengukuran Dengan Hasil Perancangan Untuk Sensor Tegangan Referensi ...68

(19)

xix

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Judul

Robot Pengantar Surat Berbasis Mikrokontroler AT89S51 (Postman Robot Using

AT89S51 Microcontroller).

1.2.Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari banyak ditemui kekurangan dalam proses

penyampaian surat pada perusahaan atau universitas, seperti jauhnya tempat loker surat dari

ruang kerja sehingga menimbulkan rasa malas bagi seorang karyawan untuk mengambilnya.

Dari kekurangan tersebut, agar surat tersebut dapat diterima oleh karyawan yang dituju tanpa

perlu mengambil sendiri ke tempat loker surat maka dibuatlah suatu robot untuk

mengatasinya.

Robot yang akan dibuat menggunakan mikrokontroler karena dengan

mikrokontroler, memungkinkan untuk dibuat sebuah piranti elektronik yang dimensi

fisiknya jauh lebih ringkas. Penerapan mikrokontroler saat ini pun sudah sangat luas dan

telah memberi sumbangan yang besar bagi teknologi yang menunjang kehidupan manusia

terbukti dari banyaknya berbagai temuan yang terus dikembangkan untuk menyelesaikan

masalah kehidupan. Salah satunya yang sekarang mulai terkenal dan sering dilombakan

adalah Line Follower ( pengikut garis). Sesuai namanya, Line Follower adalah robot yang

akan bergerak mengikuti jalur yang sudah ditentukan. Dengan mikrokontroler sebagai

”otak”-nya dan prinsip line follower sebagai sistem pergerakkannya dibuatlah robot

(21)

Saat diberi catu daya, robot akan berjalan di samping loker. Di depan setiap loker

terdapat persimpangan, dan robot akan mendeteksi persimpangan tersebut. Jika sampai pada

persimpangan, robot akan berhenti dan akan mendeteksi cahaya dari arah loker. Jika robot

mendeteksi cahaya, maka lengan mekanik akan bergerak masuk ke loker dan mengambil

surat di dalam. Setelah surat terambil, robot akan berbelok di persimpangan dan akan

berjalan mengikuti jalur sampai di tempat tujuan, lengan mekanik akan meletakan surat. Jika

pada saat berhenti di persimpangan robot tidak mendeteksi cahaya selama 5 detik, robot

akan menganggap bahwa loker kosong dan akan bergerak lurus melewati persimpangan dan

berhenti di persimpangan berikutnya, begitu seterusnya sampai jalur habis. Jika robot sudah

sampai pada akhir jalur maka robot akan bergerak mundur sampai posisi awal dan akan

mengulangi proses yang sama.

1

.3.Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat robot yang dapat mengirim surat secara

otomatis.

Selama penelitian dalam merancang robot pengantar surat ini, diharapkan dapat diambil

manfaatnya antara lain :

a. Sebagai salah satu contoh penerapan Mikrokontroler dalam perancangan robot.

b. Sebagai acuan untuk perkembangan sistem pengiriman surat agar lebih efisien.

c. Sebagai acuan untuk dapat lebih memahami fungsi dan karakteristik komponen -

kompenen elektronik maupun mekanik yang digunakan dalam perancangan sehingga

(22)

1.4.Batasan Masalah

Agar perancangan sistem dan pembahasan laporan tentang robot pengantar surat

berdasarkan line follower berbasis mikrokontroller ini menjadi lebih spesifik maka diberikan

beberapa batasan sebagai berikut:

a. Motor penggerak roda adalah motor DC

b. Sensor cahaya menggunakan LED inframerah, fotodioda, dan LDR (Light Dependent

Resistor) yang kepekaan resistornya dapat diatur melalui resistor variable

(potensiometer).

c. Letak loker harus dekat dengan garis jalur pertama agar robot dapat mendeteksi dan

mengambil surat. Demikian juga lintasan yang akan digunakan tidak ada penghalang dan

panjang lintasan 2 meter.

d. Rangkaian lengan mekanik menggunakan sistem mekanik pada CD-ROM bekas untuk

pergerakan maju – mundur dan untuk sistem ini tidak dibahas dalam laporan

perancangan ini.

e. Jalur yang digunakan berwarna hitam.

f. Surat yang akan diantar berukuran 11 cm x 23 cm.

g. Digunakan rangkaian mikrokontroler Atmel AT89S51 untuk mengendalikan semua

proses yang berlangsung pada robot pengantar surat ini.

I.

5.Metodologi Penelitian

Penulisan skripsi ini menggunakan metode :

1. Studi pustaka, menggunakan buku – buku referensi dan jurnal – jurnal.

2. Perhitungan dan analisa dalam menentukan tegangan referensi untuk kepekaan sensor

(23)

3. Perancangan alat yang didasari oleh dasar teori

4. Implementasi hasil perancangan ke bentuk perangkat keras (hardware).

5. Pengujian alat dan mengambil data hasil pengujian dengan menggunakan alat ukur. Hal

– hal yang akan dikur atau diuji adalah:

• Keberhasilan mekanisme pengambil pada lengan robot

• Daya tahan robot

• Kecerdasan robot dalam memilih tempat tujuan

• Kemampuan robot dalam membawa surat

• Kecepatan robot dalam mengirim surat 6. Analisis data yang didapat dari pengujian alat.

(24)

BAB II

DASAR TEORI

2.1.Robotika

Keunggulan dalam teknologi robotik tak dapat dipungkiri telah lama dijadikan ikon

kebanggaan negara – negara maju di dunia. Kecanggihan teknologi yang dimiliki, gedung–

gedung tinggi yang mencakar langit, tingkat kesejahteraan rakyatnya yang tinggi,

kota-kotanya yang modern, belumlah terasa lengkap tanpa popularitas kepiawaian dalam dunia

robotika.

Kata robot yang berasal dari bahasa Czech, robota, yang berarti pekerja, mulai

popular ketika seorang penulis berbangsa Czech (Ceko), Karl Capek, membuat pertunjukan

dari lakon komedi yang ditulisnya pada tahun 1921 yang berjudul RUR (Rossum’s Universal

Robot).[1]

2.1.1.Sistem Robot dan Orientasi Fungsinya

1. Sistem kontroler

Adalah rangkaian elektronik yang setidak-tidaknya terdiri dari rangkaian prosesor (CPU,

Memori, komponen interface Input/Output), signal conditioning untuk sensor (analog

dan atau digital), dan driver untuk aktuator. Bila diperlukan bisa dilengkapi dengan

sistem monitor seperti seven segment, LCD (liquid crystal display) ataupun CRT

(25)

2. Mekanik robot

Adalah sistem mekanik yang dapat terdiri dari setidak-tidaknya sebuah fungsi gerak.

Jumlah fungsi gerak disebut sebagai derajat kebebasan atau degree of freedom (DOF).

Sebuah sendi yang diwakili oleh sebuah aktuator disebut sebagai satu DOF, sedangkan

derajat kebebasan pada struktur roda dan kaki diukur berdasarkan fungsi holonomic atau

non-holonomic.

3. Sensor

Adalah perangkat atau komponen yang bertugas mendeteksi (hasil) gerakan atau

fenomena lingkungan yang diperlukan oleh sistem kontroler. Dapat dibuat dari sistem

yang paling sederhana seperti sensor ON/OFF menggunakan limit switch, sistem analog,

sistem bus parallel, sistem bus serial, hingga sistem mata kamera.

4. Aktuator

Adalah perangkat elektronik yang menghasilkan daya gerakan. Dapat dibuat dari sistem

motor listrik (Motor DC (permanent magnet, brushless, shunt dan series), motor DC

servo, motor stepper, ultrasonic motor, linear motor, torque motor, solenoid, dsb),

Sistem pneumatik (perangkat kompresi berbasis udara atau gas nitrogen) dan perangkat

hidrolik (berbasis bahan cair seperti oli). Untuk meningkatkan tenaga mekanik aktuator

atau torsi gerakan dapat dipasang sistem gearbox, baik sistem direct-gear (sistem lurus,

sistem ohmic/worm-gear, planetary gear, dsb), sprochet-chain (gir-rantai, gir-belt,

ataupun sistem wire-roller, dsb).

5. Sistem Roda

Adalah sistem mekanik yang dapat menggerakkan robot untuk berpindah posisi. Dapat

(26)

(kiri-kanan independen ataupun sistem belt seperti tank), tiga roda (synchro drive atau

sistem holonomic), empat roda (Ackermann model/car like mobile robot ataupun sistem

mecanum wheels) ataupun lebih.[1]

2.1.2.Sstem Kontrol Dasar Robotika

Sistem kontrol ON/OFF, kadangkala disebut juga sebagai “bang-bang control”,

adalah kontrol yang paling dasar dalam robotika. Input sensor dan sinyal output pada

aktuator dinyatakan hanya dalam dua keadaan yaitu ON/OFF atau logika 1 atau 0. Dalam

berbagai aplikasi dasar cara ini sudah cukup memadai karena mampu mengontrol robot

untuk mencapai target yang dikehendaki. Teori kinematik apalagi dinamik robot belum

diperhitungkan dalam disain keseluruhan. Kestabilan gerak yang diperoleh hanya

berdasarkan pada rule sederhana tetapi mampu menjaga robot dari gerakan yang

menyebabkan tracking error (TE) menjadi membesar. Dalam hal ini pemasangan posisi

sensor, aktuator dan struktur mekanik robot sangat berperan. Meski kebanyakan belum

dihitung secara matematis, namun bagi mereka yang berpengalaman dalam mekanik dan

elektronik praktis, rancangan struktur mekanik, konfigurasi sensor-aktuator dan cara

pemasangannya bahkan seringkali cukup ‘diperkirakan’ saja. Sebagai contoh, robot-robot

yang dibuat untuk keperluan kontes seperti pada Kontes Robot Indonesia (KRI).[1]

2.2.Mikrokontroler AT89S51

AT89S51 adalah mikrokontroler 8 bit yang dibuat dengan teknologi non-volatile

memori oleh Atmel, sebuah perusahaan yang menguasai teknologi flash memory sehingga

mikrokontroler ini juga dilengkapi dengan 4 Kbyte flash PEROM (Programmable and

(27)

Teknologi flash memory ini memungkinkan untuk menyimpan program dalam media

penyimpan internal, membaca program yang telah disimpan, menghapus maupun

memprogram kembali dengan lebih mudah dan cepat. Dengan kemampuan hapus / tulis

sebanyak lebih kurang 1000 kali, membuat mikrokontroler ini fleksibel untuk digunakan

dalam berbagai sistem terutama sistem yang akan terus dikembangkan. Mikrokontroler ini

merupakan anggota keluarga MCS – 51, sebuah keluarga mikrokontroler yang dipelopori

oleh perusahaan intel dengan memproduksi mikrokontroler 8051. [2]

2.2.1.Fitur Yang Dimiliki AT89S51

Fasilitas yang dimilki mikrokontroler ini antara lain 4 Kbyte ROM, 128 Byte RAM,

4 buah I/O Port masing – masing 8 bit, 2 buah timer 16 bit, Serial interface, 64 Kbyte

External Data Memory Spaces, Boolean processor (pada operasi bit), dan 210 lokasi yang

dapat dialamati per bit. Diagram blok bagian – bagian mikrokontroler AT89S51 dan

hubungan antar bagian tersebut secara lebih jelas dapat dilihat pada lampiran data sheet.[3]

2.2.2.Organisasi Memori AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 memiliki memory data dan memory program yang terpisah

penyimpanannya. Data akan tersimpan di RAM (Random Access Memory) sedangkan

program disimpan di Flash PEROM. Secara umum mikrokontoler keluarga MCS51

mempunyai struktur memory yang terdiri atas memory data dan memory program.[2][3]

2.2.2.1.Memori Data

Memory data yaitu memory yang digunakan untuk menyimpan data sementara ketika

(28)

dimatikan (non-volatile). Memory ini dibagi menjadi dua yaitu RAM internal dan SFR

(Special Function Register).[3]

2.2.2.1.1.RAM Internal

RAM internal berfungsi sebagai penyimpan variable data yang bersifat sementara

(Volatile). RAM internal terdiri atas Register Bank, Bit Addressable RAM, General

Purphose RAM. RAM internal digunakan untuk memory data. Sifat dari RAM ini yaitu data

yang disimpan di dalamnya akan hilang ketika catu daya dimatikan (non – volatile). Gambar

2.1 mengilustrasikan peta memory RAM [3]

Gambar 2.1 Peta Memory RAM

a) Register Banks

Mikrokontroler MCS51 memiliki 4 buah Bank, setiap bank mempunyai 8 buah

register (R0 . . . R7).

Bank 0 pada alamat 00h – 07h; merupakan bank default

Bank 1 pada alamat 08h – 0Fh;

(29)

Bank 3 pada alamat 18h – 1Fh;

b) Bit Addressable RAM

Area RAM pada alamat 20h – 2Fh dapat diakses secara bit (bit addressable),

sehingga dengan sebuah instruksi setiap bit dalam area ini dapat dilakukan pengaksesan

(setb, clear dll). Dengan adanya pengaksesan bit pada area ini kita dapat melakukan

manipulasi bit dengan hanya 1 instruksi.

c) General purpose RAM

Area memory ini berawal pada alamat 30h – 7Fh. Dapat diakses dengan

pengalamatan langsung dan tak langsung, memory ini berfungsi sebagai tempat

penulisan sementara yang kemudian dapat diambil jika dibutuhkan. [3]

2.2.2.1.2.SFR (Special Function Register)

Special functions register / SFR seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.2 yaitu

register dengan fungsi khusus yang disediakan sebagai fasilitas pada keluarga MCS51

seperti timer/counters, port I/O, accumulator, PSW, DPTR, Interupt, serial communication

dan lain – lain. Mikrokontroler AT89S51 memilki 12 SFR yang terletak pada alamat 80h –

FFh yang sebagian dapat dialamati per-bit dan sebagian lain tidak bisa. [3]

SFR dipakai untuk mengatur perilaku mikrokontroler yang berisi register dasar,

register data input/output dan status register. Register data untuk menulis program, register

data input/output untuk menyimpan data pada port tertentu, register status berguna untuk

(30)

Gambar 2.2 Special Functions Register (SFR)

Register dasar memiliki beberapa register diantaranya Program Counter

(PC), Accumulator (A), Stack Pointer (SP), Program Status Word (PSW). Pada keluarga

MCS51 memilik register B dan data Pointer Register (DPTR).

1. Program Counter (PC) yaitu register 16 bit yang berisi alamat yang akan dikerjakan,

saat reset PC bernilai $0000. Nilai PC akan bertambah 1 setelah prosesor mengambil

instruksi 1 Byte.

2. Accumulator (A) yaitu register untuk menampung data. Register ini mempunyai

fungsi yang sangat luas unruk operasi aritmatik maupun logika dan bisa diakses

(31)

3. Stack Pointer (SP) yaitu register yang digunakan untuk menyimpan sementara dari

nilai PC sebelum subroutine dijalankan. Saat selesai mengerjakan subroutine nilai

PC akan dikembalikan dengan cara mengambil stack pointer.

4. Program Status Word (PSW) pada gambar 2.3 yaitu register 8 bit yang terdiri atas

bit CY, AC, F0, RS0, RS1, OV, dan O. Register ini digunakan untuk menyimpan

informasi status prosesor, dan bit ke 1 tak digunakan.

Gambar 2.3 Program Status Word (PSW)

fungsi – fungsi bit pada PSW yaitu:

CY : carry setelah operasi aritmatika

AC : auxiliary carry setelah operasi aritmatika

FO : flag yang berfungsi umum

RS1, RS2 : untuk memilih bank register

OV : Overflow setelah operasi aritmatika

P : Parity

5. Register B digunakan untuk membantu accumulator

6. Data Pointer Register (DPTR) yaitu register 16 bit yang terletak pada alamat 82h

dan 83h yang digunakan untuk mengakses kode operasi (Op-code) dari memory

eksternal dan sebagai operasi tabel tengok (Look Up table). Register ini dibagi

menjadi data pointer high byte (DPH) dan data pointer low byte (DPL) yang masing

(32)

2.2.3.Pewaktu / Pencacah (Timer / Counter)

Pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai dua buah pewaktu/pencacah 16 bit yang

berguna untuk mengukur interval waktu, lebar pulsa, penghitung kejadian dan sumber

interupsi.

Pada konfigurasi dari pewaktu (timer) maka isi register pewaktu ditambah ssatu

setiap siklus mesin, dan pada konfigurasi sebagai pencacah (counter) isi register pencacah

ditambah satu setiap ada transisi 0 ke 1 pada pin input eksternal. Dalam mikrokontroler ini

terdapat dua buah register pewaktu dan pencacah yaitu TMOD (timer mode control) dan

TCON (timer control). AT89S51 mempunyai dua buah timer yaitu timer 0 dan timer 1

keduanya dapat berfungsi sebagai timer ataupun counter. Sebetulnya secara fisik rangkaian

timer juga merupakan rangkaian flip – flop yang dapat diaktifkan atau dinonaktifkan setiap

saat. Perbedaan dari timer dan counter yaitu timer mempunyai sumber clock dengan

frekuensi tertentu yang sudah pasti sedangkan counter mendapat sumber clock dari pulsa

yang hendak dihitung jumlahnya. Untuk mengatur timer AT89S51 mempunyai 6 buah

Special Function Register (SFR). [2]

2.2.3.1.TMOD

Register TMOD mempunyai dua register kembar 4 bit yang terletak pada alamat 89h. Untuk lebih jelas perhatikan gambar 2.4.

Gambar 2.4 Register – Register pada TMOD.

(33)

1. Gate : timer akan berjalan jika bit ini diset dan INT0 (untuk

timer 0) atau INT1 (untuk timer 1) berkondisi high.

2. C / T : jika diberi logika 1 sebagai counter dan diberi logika

0 sebagai timer

3. M0 dan M1 : untuk memilih mode timer. [2]

2.2.3.2.TCON

Gambar 2.5 Register – Register pada TCON.

Perhatikan gambar 2.5. Register ini hanya mempunyai 4 bit saja dari 8 bit TCON,

yaitu TCON.4, TCON.5, TCON.6, TCON.7. keempat bit tersebut berhubungan dengan

fungsi timer. Register ini bersifat bit addressable, sehingga tiap bit TCON dapat

dimanipulasi sesuai dengan fungsinya masing – masing.

1. TCON.7 (TF1) : sebagai timer 1 overflow yang akan diset jika hitungan timer

overflow.

2. TCON.6 (TR1) : jika set (1) berfungsi mengaktifkan timer 1, jika clear (0) berfungsi

mematikan timer 1.

3. TCON.5 (TF0) : sebagai timer 0 overflow flag yang akan diset jika hitungan timer

overflow.

4. TCON.4 (TR0) : jika set (1) berfungsi mengaktifkan timer 0, jika clear (0) berfungsi

mematikan timer 0.

(34)

2.2.4.Mode Timer

Mode timer pada mikrokontroler ini mempunyai empat jenis yaitu :

1. Mode 0 yaitu merupakan pencacah atau pewaktu dengan menggunakan praskala.

Register TH0/TH1 bekerja sebagai pencacah 8 bit dan register TL0 dan TL1 sebagai

pencacah 5 bit.

2. Mode 1 yaitu mode dimana register TH0-TL0 dan TH1-TL1 digunakan sebagai

pencacah 16 bit.

3. Mode 2 yaitu pencacah atau pewaktu auto-reload. Register TL1/TL0 bekerja sebagai

pencacah 8 bit dan TH0/TH1 digunakan untuk menahan nilai tertentu yang akan

disimpan di TL1/TL0 pada setiap TL1/TL0 terjadi overflow karena berguling dari FF

ke 00 dan dibangkitkan pulsa untuk pengiriman dan penerimaan data pada port serial.

4. Mode 3 yaitu untuk pencacah 1, pengubahan ke mode 3 akan menghentikan pencacah

satu yang merupakan cara lain penggunaan TR1 untuk menghentikan dan

menjalankan pencacah 1. Untuk pencacah 0, TH0 sebagai pencacah 8 bit yang

diaktifkan oleh TR1 dan jika terjadi overflow bit TF1 akan diset. Sedangkan TF1

tidak dapat digunakan untuk mengendalikan pencacah 1. TL0 sebagai pencacah 8 bit

dikendalikan oleh GATE 0, C/T 0, TR0 dan TF0. [2]

Tabel 2.1 Mode Pencacah / Waktu

M1 M0 MODE

0 0 0

0 1 1

1 0 2

(35)

2.2.5.Rangkaian Oscillator

Pada mikrokontroler AT89S51 mempunyai oscillator internal (on-chip oscillator)

yang digunakan sebagai sumber clock CPU. Untuk dapat menggunakannya perlu

ditambahkan sebuah rangkaian sederhana menggunakan sebuah Kristal dan dua buah

kapasitor (C1 dan C2) seperti pada gambar 2.6. [2]

Gambar 2.6 Rangkaian Oscillator.

2.2.6.Mekanisme Reset

Reset bisa dikendalikan secara manual dan automatic, saat reset maka nilai default

register SFR dapat dilihat pada tabrl. Reset terjadi karena logika 1 selama 2 cycle ( 2 detik )

pada kaki reset. Setelah pin reset kembali low maka mikrokontroler akan memulai

menjalankan program dari alamat 0000h pada PC, namun kondisi RAM tidak berubah dari

kondisi terakhir walaupun sistem reset.

(36)

Pada gambar 2.7, R1 digunakan untuk membuang muatan pada kapasitor ( C ) sesaat

setelah tombol reset tertekan sehingga diperoleh tunda level high sekitar 2 detik untuk

mereset mikrokrontroler. [2]

2.3.Light-Dependent Resistor (LDR)

LDR adalah sebuah resistor yang nilai resistansinya dapat berubah – ubah tergantung

dari cahaya yang mengenainya. LDR terbuat dari kadmium sulfida. Unsur kimia yang

disebut kadmium sulfida memiliki sifat yang khas dimana resistansi listriknya akan

berkurang bila ada cahaya yang jatuh di atasnya. Efek ini dimanfaatkan dengan

menempatkan lapisan kimia ini pada kotak logam yang ditutup oleh jendela tembus

pandang. Dibandingkan dengan jenis optical transducer lainnya, tanggapan LDR sangat

lambat (dalam seperseratus detik). [4]

Untuk simbol rangkaian dan karakteristik resistansi LDR terhadap intensitas cahaya

dapat dilihat pada gambar 2.8 dan 2.9.

Gambar 2.8 Simbol Rangkaian LDR

(37)

2.4.Fotodioda (Photodiode)

Fotodioda adalah salah satu alat yang dibuat untuk berfungsi paling baik berdasarkan

kepekaannya terhadap cahaya. Pada dioda ini, sebuah jendela memungkinkan cahaya masuk

melalui pembungkus dan mengenai persambungan pn. Silikon, yaitu bahan material di mana

transistor dan rangkaian terintegrasi dibuat, akan mengalami perubahan resistansi listrik saat

dikenai cahaya. Fotodioda sebenarnya tidak berbeda dari dioda biasa yang ditempatkan di

dalam material transparan, sehingga memungkinkan cahaya mengenainya (sedangkan pada

dioda biasa, kotaknya berupa logam atau plastik). Pada saat dihubungkan dengan rangkaian

listrik, fotodioda dapat digunakan untuk menghasilkan sinyal listrik yang besarnya

tergantung pada jumlah cahaya yang mengenainya. [4]

Gambar 2.10 menunjukan lambang skematis fotodioda. Panah yang mengarah ke

dalam melambangkan cahaya yang datang. Sumber dan tahanan seri memberikan

prategangan balik pada fotodioda. Bila cahaya makin cerah, arus balik naik. Dalam

fotodioda yang lazim, arus balik tersebut besarnya sedikit puluhan mikroamper.[4]

Gambar 2.10 Simbol Rangkaian Fotodioda

2.5.Light Emiting Diode (LED)

LED adalah dioda berprategangan maju, dimana elektronbebas melintasi sambungan

(38)

elektron akan mengeluarkan energi. Pada diode biasa, energi dikeluarkan dalam bentuk

panas. Tetapi pada LED, energi dikeluarkan dalam bentuk sinar. Dengan menggunakan

elemen seperti gallium, arsenik, dan fosfor, pabrik dapat memproduksi LED berwarna

merah, hijau, kuning, biru, orange / jingga, dan inframerah / infrared (tak terlihat). Gambar

2.11 menunjukkan simbol LED. [4]

Gambar 2.11. Simbol LED

2.5.1.Tegangan dan Arus LED

LED mempunyai penurunan tegangan lazimnya dari 1,5 V sampai 2,5 V untuk arus

di antara 10 sampai 150 mA. Penurunan tegangan yang tepat tergantung dari arus LED,

warna, kelonggaran, dan sebagainya. Kecermelangan LED tergantung dari arusnya.

Idealnya, cara terbaik untuk mengendalikan kecermelangan ialah dengan menjalankan LED

dengan sumber arus. Berikut rangkaian LED pada gambar 2.12. [4][5]

Gambar 2.12 Rangkaian LED

(2.1)

(39)

Vs = Tegangan sumber (volt)

Rs = Resistor yang tersusun seri dengan LED (Ohm)

I = Arus (Ampere)

Makin besar tegangan sumber, makin kecil pengaruh VLED. Dengan kata lain Vs yang besar

menghilangkan pengaruh perubahan tegangan VLED. Biasanya, arus LED ada di antara 10

mA sampai 50 mA karena daerah ini memberikan cahaya yang cukup untuk banyak

pemakai.[4][5]

2.6.Optocoupler

Optocoupler disebut juga optoisolator adalah komponen yang terdiri dari dioda

pemancar radiasi sinar infra merah (LED inframerah) dan fotodioda atau fototransistor

sebagai penerima dalam satu kemasan. Dengan LED pada sisi masukan dan fotodioda pada

sisi keluaran. Perhatikan gambar 2.13, tegangan sumber V1 dan tahanan seri R1

menghasilkan arus melalui LED. Sebagai gantinya, cahaya dari led mengenai fotodioda, dan

ini menyebabkan timbulnya arus balik I2. Dengan menambahkan tegangan – tegangan

melingkari simpal keluaran, diperoleh

Gambar 2.13 Rangkaian Optocoupler

(40)

Atau

(2.3)

Perhatikan bahwa tegangan keluaran tergantung pada arus I2. Bila tegangan masukan

V1 berubah, intensitas cahayanya juga berubah. Ini berarti bahwa tegangan keluar berubah

sejalan dengan tegangan masuk. Itulah sebabnya mengapa gabungan LED dan fotodioda

disebut Optocoupler.[4]

Keuntungan utama optocoupler ialah pemisahan secara listrik antara rangkaian

masuk dan rangkaian keluarnya. Dengan optocoupler, hubungan yang ada antara masukan

dan keluaran hanya seberkas cahaya. Karena hal ini, kita dapat memperoleh resistansi

penyekatan di antara dua rangkaian itu dalam ribuan megaohm. [4]

2.7. Pembagi Tegangan

Seperangkat resistor terhubung seri seperti gambar 2.14 disebut pembagi tegangan

(voltage – divider). Konsep ini berlaku bukan saja untuk resistor tetapi juga berlaku untuk

impedansi yang terhubung seri. [6]

Gambar 2.14 Rangkaian Tiga Resistor Terhubung Seri

(41)

(2.4)

2.8.Saklar Batas (Limit Switch)

Saklar batas atau lebih dikenal dengan Limit switch merupakan salah satu jenis

kontak yaitu komponen yang berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan arus. Sifat

dari limit switch ini yaitu kontak yang terputus atau tersambung saat ditekan dan akan

kembali ke keadaan semula saat tidak ditekan (momentary contact). Pada limit switch

terdapat tiga terminal yaitu common (COM), terminal normally open (NO) dan terminal

normally closed (NC).

Terminal NO merupakan terminal yang pada kondisi normal berupa kontak terputus

atau tidak tersambung dengan COM sedangkan terminal NC berupa kontak pada kondisi

normal tersambung dengan COM. Setiap titik sambungan pada limit switch terbuat dari

bahan yang tahan busur api (arc) yang disebabkan saat arus terputus atau tersambung.

Simbol keadaan limit switch ada pada gambar 2.15. [7]

Gambar 2.15 Kondisi Limit Switch NO dan Kondisi Limit Switch NC.

2.9.Komparator

Rangkaian dengan op-amp dapat digunakan sebagai pembanding tegangan yang akan

(42)

keluaran (Vo) tergantung besarnya Vin apakah lebih besar daripada Vref atau lebih kecil dari

Vref

Gambar 2.16 Op-amp Komparator dan Karakteristik Tegangan Output (Vo)

Pada gambar 2.16 jika tegangan masukan (Vin) lebih besar daripada tegangan

referensi (Vref) maka tegangan keluaran (Vout) adalah positif jenuh tegangan V+ atau (+Vsat). Sebaliknya jika tegangan masukan (Vin) lebih kecil daripada tegangan referensi

(Vref) maka nilai tegangan keluaran (Vout) adalah negatif jenuh tegangan V- atau (-Vsat). Jadi Vout mempunyai nilai yang besarnya +Vsat dan –Vsat dan dapat pula bernilai 0V

tergantung pemberian catu pada kaki V+ dan V-. Gambar 2.17 menunjukan grafik antara Vin, Vout, dan Vref. [8]

(43)

2.10.Voltage Buffer (Penyangga Tegangan)

Buffer (penyangga) adalah rangkaian op-amp yang digunakan untuk mencegah

terjadinya drop tegangan. Buffer tegangan (voltage buffer) berarti mengisolasi sebuah sinyal

masukan dari sebuah beban dengan menggunakan rangkaian yang memiliki unity voltage

gain, dengan tanpa pembalikkan fasa atau polaritas, dan bekerja sebagai rangkaian ideal

dengan impedansi masukan yang sangat tinggi dan impedansi keluaran yang rendah. Gambar

2.18 menunjukkan koneksi op-amp yang menunjukan operasi buffer amplifier. Tegangan

keluaran pada buffer akan sama dengan tegangan masukannya.[8]

Gambar 2.18. Rangkaian Buffer Tegangan

2.11.Aktuator Menggunakan Motor DC

Motor DC merupakan salah satu penggerak (actuator) pada sistem kontrol yang

mudah diatur arah putar dan kecepatannya. Motor DC ada bermacam – macam dan pada

dasarnya dibedakan adalah voltase-nya dan jenis arah putarnya. Arah putar motor DC ada

dua yaitu CW (clock wise / searah jarum jam) dan CCW (Counter clock wise / berlawanan

arah jarum jam).

Pengaturan arah putar motor DC dilakukan dengan mengubah polaritas tegangannya

(44)

dilakukan dengan saklar, rangkaian control relay maupun rangkaian pensaklaran elektronik

dengan jembatan H.

Gambar 2.19 merupakan jembatan H yang digunakan untuk mengubah arah putar

motor DC.

Gambar 2.19. Kontrol Motor DC Menggunakan Jembatan H

Pada dasarnya motor akan berputar jika kondisi SW1 dan SW2 saling berlawanan

yaitu SW1 ON dan SW2 OFF atau SW1 OFF dan SW2 ON. Ketika SW1 ON dan SW2

OFF maka arus (I1) mengalir dari a melewati motor kemudian masuk d dan ke ground

sehingga motor akan berputar CW, begitu juga jika SW1 OFF dan SW2 ON maka arus (I2)

mengalir dari b melalui motor masuk ke c dan ke ground sehingga motor akan berputar

CCW.

Ketika SW1 dan SW2 pada kondisi ON pada saat yang bersamaan maka tidak ada

arus sampai ke ground sehingga motor tidak akan berputar. Hal serupa akan sama jika SW1

dan SW2 pada kondisi OFF pada saat yang sama maka tidak ada arus yang melewati motor

(45)

Untuk mengontrol kecepatan motor saklar penghubung antara catu daya dengan

motor dibuka dan ditutup, waktu saklar ditutup atau dibuka berbeda – beda yang bertujuan

untuk memberikan rata – rata tegangan ke motor berbeda – beda pula. Teknik ini dinamakan

dengan pulse-width modulation seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.20. V adalah

tegangan catu yang diberikan ke motor dan t adalah waktu. Kecepatan motor DC dapat

diatur dengan mengubah rasio pulse-width : [9]

!"#$% &' "( )*

+,-./0, (2.5)

Gambar 2.20 Pulse-Width Modulation

2.12.IC Driver L293

IC ini merupakan IC driver tegangan tinggi (high voltage) hingga mencapai 36 V.

keempat saluran driver berarus tinggi (600mA per-saluran dan 1,2A puncak arus keluaran

(non repetitive) persaluran) dirancang untuk level logika TTL atau DTL dan men-drive

beban induktif (seperti relay, solenoid, motor DC dan motor stepper) dan switching

(46)

Untuk memudahkan maka digunakan sebagai dua jembatan (bridge), setiap pasang

saluran (channel) dilengkapi dengan masukan enable. Di dalam IC ini juga sudah terdapat

dioda pengaman yang terdiri dari 4 buah. IC ini bisa digunakan untuk aplikasi switching

pada frekuensi sampai 5kHz. Masukan untuk supply terpisah agar mudah digunakan untuk

bekerja pada tegangan yang rendah. Gambar 2.21 merupakan gambar blok diagram dan pin

connections dari IC L293D.[10]

(47)

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

3.1.Model Sistem

Gambar 3.1 berikut adalah diagram sistem secara umum yang akan digunakan pada

penelitian. Sensor jalur akan mendeteksi garis (line) dan akan memberi masukan pada

mikrokontroler untuk menentukan arah gerak robot dengan cara merubah kecepatan gerak

roda kiri dan kanan. Sensor surat akan mendeteksi cahaya LED yang akan dipancarkan dari

loker surat sebagai penanda adanya surat pada loker tersebut. Sensor surat akan memberi

masukan pada mikrokontroler dan mikrokontroler akan menjalankan motor DC penggerak

lengan untuk mengambil surat tersebut. Jika surat sudah diantarkan di tempat tujuan, lengan

mekanik akan diputar 90o berlawanan dengan arah jarum jam dan meletakkan surat dari lengan dan diputar 900 lagi searah dengan jarum jam untuk kembali ke posisi semula.

(48)

Gambar 3.2 berikut merupakan desain jadi dari robot pengantar surat

Gambar 3.2. Desain Jadi Robot Pengantar Surat

3.2.Alur Perancangan Sensor Jalur (Line Sensor)

Terdapat dua bagian dasar pada sensor jalur, yaitu sensor pendeteksi cahaya luar dan

sensor pendeteksi jalur hitam. Sensor pendeteksi cahaya luar berfungsi sebagai penentu

tegangan referensi pada masukan komparator dan agar cahaya luar tidak mempengaruhi

(49)

dengan fotodioda dengan prinsip kerja seperti optocoupler. Keluaran sensor pendeteksi jalur

dan sensor sensivisitas cahaya luar sebagai masukan untuk komparator. Keluaran

komparator berupa sinyal digital berlogika 1 atau 0 dan akan menjadi masukan untuk

mikrokontroler. Gambar 3.3 merupakan diagram sistem secara umum

Gambar 3.3 Diagram Sistem Sensor Jalur Secara Umum

3.2.1Sensor Pendeteksi Garis Hitam

Sensor pendeteksi jalur hitam ini terdiri atas LED inframerah sebagai sumber cahaya

dan fotodioda sebagai penerimanya sehingga bekerja seperti optocoupler. Sensor ini

berfungsi untuk mendeteksi apakah ada jalur atau tidak. Jika terdeteksi jalur hitam maka

keluaran sensor akan berlogika 0, dan jika tidak ada jalur yang terdeteksi maka keluaran

sensor akan berlogika 1. Sensor ini terdapat lima buah dipasang dibagian paling depan pada

badan robot dan lima buah di bagian paling belakang badan robot. Keluaran komparator

akan langsung masuk ke port p1.0 – p1.4 pada AT89s51 untuk sensor bagian depan, dan ke

port p2.0 – p2.4 untuk sensor bagian belakang. Sensor jalur bagian depan robot dan bagian

belakang akan dibuat identik. Gambar 3.4 mengilustrasikan desain sensor jalur untuk bagian

(50)

Gambar 3.4 Desain Sensor Jalur Bagian Depan

Penjelasan berikut adalah penjelasan untuk salah satu sensor pendeteksi jalur hitam

karena kesepuluh sensor akan dibuat identik. Berdasarkan dasar teori di atas, arus maximum

LED adalah 150 mA dan VLED adalah 1,5 Volt. Dengan Vcc (catu daya) 5 Volt, maka dapat

dicari Rs maximum dan Rs minimum dengan persamaan 2.2 sebagai berikut :

5 1,5

150 23 Ω

5 1,5

10 350 Ω

Resistor yang digunakan dalam perancangan adalah 330 dikarenakan terdapat di pasaran

dan agar mendapat nilai arus yang kecil namun masih termasuk dalam nilai optimum (10m

A – 150mA), yaitu :

5 1,5

330 10,6

Berdasarkan perhitungan di atas didapat arus 10,6m A. Pengurangan arus bertujuan agar

intensitas cahaya yang dikeluarkan LED inframerah tidak terlalu besar sehingga jika

dipantulkan oleh benda berwarna hitam tidak akan mengaktifkan fotodioda.

Rind dapat dicari dengan menggunakan persamaan yang sama dengan Rs sehingga

memiliki besar resistansi yang sama dengan Rs. Rind merupakan resistor pengaman untuk

LED indikator (LED berwarna merah). LED indikator akan menyala (on) jika keluaran

(51)

berlogika 1 (5 volt / Vcc). Rd merupakan resistansi yang akan menentukan tegangan keluaran

fotodioda. Tabel 3.1 merupakan tabel data pra penelitian untuk mengetahui karakteristik

fotodioda dan Gambar 3.5 merupakan gambar rangkaian secara skematik.

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Jalur Hasil Perancangan

Tabel 3.1 Karakteristik Fotodioda Hasil Pra Penelitian

RD (k Ohm)

Kondisi Ruang VIR VD VD terpantul putih VD terpantul hitam 1 Terbuka (terang) 1,194 V 5,48 V 4,23 V 5,5 V

Tertutup (gelap) 1,194 V 5,54 V 4,10 V 5,37 V 2 Terbuka (terang) 1,194 V 4,9 V 2,68 V 5,48 V Tertutup (gelap) 1,194 V 5,38 V 3,57 V 5,5 V 3 Terbuka (terang) 1,194 V 4,78 V 1,70 V 4,78 V

Tertutup (gelap) 1,194 V 5,33 V 1,50 V 5,24 V 4 Terbuka (terang) 1,194 V 133,2 mV 97,5 mV 133,2 mV

Tertutup (gelap) 1,194 V 160 mV 100,5 mV 160 mV

Dari tabel 3.1, pada resistor RD = 3k Ohm memiliki beda tegangan ON – OFF yang cukup

tinggi saat cahaya inframerah terpantul benda berwarna putih dengan jarak pantul 1 cm,

yaitu:

∆ 4,78 1,7 3,08

(52)

3.2.2.Sensor Sensitivitas Cahaya Luar

Sensor ini berfungsi untuk penghasil tegangan referensi untuk masukan komparator.

Alat yang digunakan adalah LDR sebagai pendeteksi cahaya luar. Letak sensor ini dibagian

body robot yang mudah terkena cahaya lingkungan. Op-amp digunakan sebagai buffer dan

keluaran buffer akan dihubungkan ke sepuluh komparator (5 buah untuk tegangan referensi

sensor bagian depan dan 5 buah untuk tegangan referensi sensor bagian belakang).

Rpot untuk mengatur tegangan yang akan masuk ke buffer dengan prinsip pembagi

tegangan. Dari data percobaan yang dilakukan sendiri, diketahui karakteristik LDR sebagai

berikut :

Tabel 3.2 Karaktersistik LDR

Kondisi ruang Resistansi LDR (k Ohm) Intensitas cahaya (lux)

Terang 7,69 375

Gelap 15,5 55

Tertutup (sangat gelap) 105 5

Keterangan : Terang : kondisi ruang dengan lampu menyala dan terkena cahaya matahari.

Gelap : kondisi ruang tertutup dengan lampu tanpa cahaya matahari

Tertutup : keadaan ditutup sehingga tidak terkena cahaya lampu maupun matahari

Dengan nilai keluaran (Vref) yang diharapkan sebesar 3,2V atau nilai tengah antara

tegangan fotodioda saat OFF dan saat ON seperti gambar 3.6 berikut

(53)

Sehingga dapat dicari nilai Resistansi pada potensiometer saat tegangan keluaran 3,2V

adalah:

#$%

&

&' ()*

+ ,,

3,2 7,69.

7,69. ' ()* + 5

()*

7,69. 100 + 5 3,2 + 7,69. 100

3,2 4,325625 . 12

Potensiometer yang digunakan adalah 10k Ohm tujuannya adalah agar dapat diatur

kesensitifitas rangkaian sensor terhadap cahaya luar. Berikut gambar 3.7 adalah rangkaian

secara skematik :

Gambar 3.7 Rangkaian Pendeteksi Cahaya Luar / Pengatur Sensitivitas

3.3.Alur Perancangan Lengan Mekanik

Lengan mekanik diambil dari CD-ROM yang sudah tidak terpakai dan yang

dimanfaatkan adalah motor DC beserta mekaniknya yang berfungsi untuk membuka dan

(54)

Gambar 3.8 Lengan Mekanik dan Pergerakannya.

LS merupakan limit switch yang akan mengendalikan motor DC pengendali putaran lengan.

Berikut tabel kondisi yang terjadi saat logika LS1, LS2 , LS3 berubah.

Tabel 3.3 Kondisi Limit Switch

LS1 LS2 LS3 Kondisi

1 0 1 Kondisi awal, tidak mempengaruhi / mengendalikan apapun

1 0 0

Kondisi saat lengan membuka. Lengan membuka jika robot sudah berada didepan loker, ditandai dengan habisnya jalur. Setelah membuka penuh, sensor belakang akan aktif dan sensor depan akan off.

0 0 0

Kondisi ini terjadi saat lengan mekanik sedang berputar 90o. Lengan mulai berputar saat jalur yang menuju tempat tujuan habis.

0 1 0

Kondisi ini terjadi saat lengan sudah beputar 90o. badan lengan akan menekan LS2 sehingga akan berlogika 1. Jika LS2 sudah berlogika 1 maka lengan akan menutup.

0 1 1

(55)

Di ujung lengan yang bergerak untuk mengambil surat terdapat dua buah landasan

berbentuk segitiga, hal ini bertujuan untuk proses pengangkatan dan peletakan surat. Untuk

proses pengangkatan surat dapat dilihat gambar 3.9.

Gambar 3.9 Proses Pengambilan Surat

Terdapat empat kondisi yang akan dijelaskan. kondisi pertama merupakan kondisi

saat slider / lengan pengambil sedang bergerak mengambil surat. kondisi kedua adalah

kondisi saat surat dan lengan mulai kontak. Karena adanya segitiga di ujung maka surat akan

terangkat mengikuti landasan segitiga. Surat tidak akan jatuh ke belakang karena adanya

penahan di kedua sisi surat yang berada di dalam loker. Kondisi ketiga merupakan kondisi

dimana posisi segitiga sudah melebihi bagian tengah surat. Karena sisi depan lebih berat

daripada sisi belakang surat, maka surat akan jatuh ke arah lengan. Kondisi keempat

merupakan kondisi saat lengan sudah membuka penuh, diharapkan surat sudah berada di atas

lengan. Limit switch 1 akan terhubung ke port 3.5, limit switch 2 akan terhubung ke port

3.6, limit switch 3 akan terhubung ke port 3.7 pada AT89S51. Input motor pemutar body

lengan dikendalikan oleh AT89s51 melalui port 3.3 dan 3.4. Sedangkan input motor DC

(56)

Untuk proses peletakan surat dapat dilihat pada gambar 3.10 berikut ini

Gambar 3.10 Proses Peletakan Surat

Terdapat tiga kondisi yang terjadi selama proses. Kondisi pertama terjadi saat surat

sedang diantar dari loker ke tempat tujuan. Kondisi kedua terjadi saat Slider / lengan

pengambil mulai masuk ke body lengan. Body lengan bagian depan diberi penahan yang

terbuat dari akrelik untuk menahan surat sehingga tidak ikut masuk bersamaan dengan

slider. Surat akan terangkat ke atas mengikuti landasan segitiga seperti prinsip pengambilan

surat. Kondisi ketiga adalah kondisi terakhir dimana bila sisi depan surat sudah lebih berat

dari sisi belakang (posisi segitiga sudah berada lebih dari titik tengah surat) maka surat akan

jatuh mengikuti landasan segitiga sisi depan.

Perhatikan gambar 3.11, segitiga sisi depan lebih landai bila dibandingkan dengan

sisi belakang. Tujuannya adalah agar saat robot bergerak saat membawa surat, surat tidak

mudah jatuh terkena gaya tolak dari gerakan robot. Dengan kata lain, sisi belakang segitiga

(57)

.

Gambar 3.11 Rancangan Segitiga Penahan

Panjang body lengan adalah 20,2cm, lebar 14cm, dan tinggi 3,6cm. Panjang slider /

lengan pengambil 20cm, lebar 12,8cm, tinggi 1cm. Terdapat dua segitiga dengan masing –

masing Panjang segitiga penahan 1,5cm, lebar 1cm, dan tinggi 1cm.

3.4.Perancangan Loker Surat / Kotak Surat

Jumlah loker / kotak surat terdapat lima buah yang tersusun berjajar. Setiap kotak

berukuran 30 cm x 30 cm, terbuat dari papan triplek. Panjang lintasan/garis minimal 2 meter.

(58)

Gambar 3.12 Perancangan Lintasan dan Ukuran Loker

Didalam loker terdapat LED berwarna putih sebagai pendeteksi adanya surat atau

tidak. Jika terdapat surat, maka LED indikator akan aktif (ON). Gambar 3.13 adalah

rangkaian skematik untuk LED indikator.

Gambar 3.13 Skematik LED Indikator

Untuk penangkap cahaya dari indikator surat tersebut menggunakan LDR yang terpasang

pada body robot. Gambar 3.14 merupakan rancangan skematik untuk rangkaian penerima

(59)

ditutupi dengan pipa agar tidak terpengaruh cahaya dari lingkungan. Jika terdapat surat,

maka surat akan menekan limit switch yang terdapat di dalam loker dan akan menyalakan

LED indikator. Tinggi posisi LED pada kotak surat disesuaikan dengan tinggi posisi

penerima pada robot. Dari pra penelitian didapat data mengenai resistansi LDR saat ditutup

dengan pipa adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Data Pra Penelitian Untuk Karakteristik LDR yang Ditutup Pipa

kondisi Resistansi LDR

Tidak menerima cahaya dari LED putih Tak terhingga Menerima cahaya dari LED putih 16k

Berdasarkan resistansi terendah dari LDR maka ditentukan Rp = 16 k sehingga nilai

terendah yang dapat dicapai dengan prinsip pembagi tegangan adalah :

*$#$ 3 4

16 + 100

16 + 100' 16 + 100 + 5 567 2,5 567

Sedangkan untuk nilai tertinggi yang dapat dicapai adalah :

*$#* 88

16 + 100' ∞ + 5 567 5 567 ::

Dari nilai terendah dan tertinggi dapat dicari nilai tegangan referensi untuk masukan

komparator, yaitu :

#$%

*$#* 88 *$#$ 3 4

2 ' *$#$ 3 4

#$%

5 567 2,5 567

2 ' 2,5 567 1,25 567 ' 2,5 567 3,75 567

(60)

Gambar 3.14 Rancangan Skematik Rangkaian Penerima.

Gambar 3.15 Rancangan Perangkat Keras Penerima

Gambar 3.16 merupakan ilustrasi dari karakteristik tegangan keluaran LDR dan

tegangan referensi.

(61)

3.5.Perancangan Motor DC Sebagai Aktuator

Motor DC dipilih sebagai aktuator karena motor DC mudah diubah arah putarnya

yaitu hanya mengubah polaritas tegangan dan mudah dalam mengatur kecepatannya. Motor

DC yang digunakan dalam perancangan robot ini terdapat empat buah, dua buah untuk roda

kiri dan kanan, satu buah untuk pemutar body lengan, dan satu buah lagi untuk

mengeluarkan/memasukan lengan (slider). Masing – masing motor memerlukan driver yang

digunakan untuk menguatkan arus keluaran mikrokontroler. Driver motor yang digunakan

adalah IC driver, yaitu L293.

Untuk pengaturan kecepatan menggunakan prinsip PWM (Pulse Width modulation)

yang akan dihasilkan dari keluaran mikrokontroler. Masukan untuk motor DC pengendali

roda kiri dihubungkan ke port 1.6 dan port 2.6. Sedangkan untuk pengendali roda kanan

dihubungkan ke port 1.7 dan port 2.7. Gambar 3.17 merupakan rangkaian skematik untuk

penggerak roda kiri dan kanan. Tabel 3.5 berikut merupakan tabel kecepatan motor DC

untuk roda kiri dan roda kanan

Tabel 3.5 Kondisi Kecepatan Roda Berdasarkan Sensor

Kondisi Sensor Jalur Kecepatan roda kanan (%) Kecepatan roda kiri (%)

1 1 1 1 1 0 (diam) 0 (diam)

1 1 0 1 1 100% 100%

1 0 0 1 1 100% 75%

0 0 1 1 1 100% 50%

1 1 0 0 1 75% 100%

(62)

Gambar 3.17 Rangkaian Skematik Untuk Penggerak Roda Kiri dan Kanan

Pada motor penggerak lengan tidak dirancang dengan variasi kecepatan, hanya

dirancang untuk bergerak maju dan mundur untuk slider dan bergerak CW dan CCW untuk

pemutar body lengan. Gambar 3.18 merupakan rangkaian skematik untuk penggerak lengan

mekanik / slider.

Gambar 3.18 Rangkaian skematik untuk penggerak lengan mekanik / slider.

3.6.Mikrokontroller AT89S51

Semua program untuk sistem kendali robot ini dikendalikan oleh mikrokontroler

(63)

Gambar 3.19 Port I/O AT89S51 dan Fungsinya

Pada gambar 3.20, untuk rangkaian oscillator menggunakan kristal 12 MHz dan dua

buah kapasitor 33 pF sehingga frekuensi clock pada CPU 12 MHz. Pin EA/VPP diberi

logika tinggi (dihubungkan ke VCC) karena program hanya disimpan di dalam memory

internal saja dan tidak membutuhkan memory eksternal. Untuk rangkaian reset

menggunakan R1 = 100 dan R2 = 10 k . Saat tombol ditekan maka tegangan pada pin

reset (Vrst) yaitu:

# *

;

;' <

+ ::

# *

10 + 100

10 + 100' 100 + 5 567 4,95 567

(64)

Gambar 3.20 Rangkaian Reset dan Rangkaian Oscillator

3.7.Perancangan Daya dan Berat

Perancangan daya berfungsi untuk menentukan jenis baterai yang akan digunakan,

sedangkan pengukuran berat untuk menentukan letak rangkaian/desain agar robot tidak berat

hanya di salah satu sisi.

3.7.1.Perhitungan Daya Pada Rangkaian Sensor dan Mikrokontroller

Daya saat satu sensor jalur aktif :

)*)3 )3

:: =

3

5 0,7

3000 12 1,43

Vj adalah penurunan tegangan yang disebabkan sambungan pn dengan bahan silikon (dasar

(65)

yang melewati LED indikator yaitu 10,6m A. Sehingga arus total untuk satu sensor jalur

adalah

*)* > ?& ' )*)3 )3 ' 3 10,6 ' 1,43 ' 10,6 22,63

Sehingga daya yang dikonsumsi untuk satu sensor jalur adalah

@$ )# AA + *)* > 5 + 22,63 113,15 B

Daya rangkaian sensitivitas cahaya / penghasil tegangan referensi :

$ * C *

AA

& ' ()*

5

7,96. 12 ' 4,325. 12 0,407

@$ * C * AA + $ * C * 5 + 0,407 2,035 B

Perhitungan daya rangkaian sensitivitas menggunakan resistansi LDR saat kondisi terang

dan resistansi potensio sebesar 4,325k Ohm (sesuai hasil perhitungan teoritis). Karena

dihubungkan ke-sepuluh komparator maka daya total rangkaian sensitivitas cahaya adalah:

@$ * C * *)* > 10 + @$ * C * 20,35 B

Daya rangkaian penerima :

(D* E

::

(' &

5

16. 12 ' 16. 12 0,15625

(D* F

:: 1. 12 ' 3. 12

5

1. 12 ' 3. 12 1,25

*)* > (D* E' (D* F 0,15625 ' 1,25 1,40625

Sehingga daya yang dikonsumsi oleh rangkaian penerima saat menerima sinyal dari loker

(66)

@($ $# AA' *)* > 5 + 1,40625 7,03125 B

Perhitungan daya rangkaian penerima menggunakan resistansi LDR saat menerima cahaya

dari indikator pada loker yaitu 16k Ohm

Daya mikrokontroller:

@ G#) AA + AA 25 + 5 125 B

Icc didapat dari datasheet (terlampir), yaitu arus saat kondisi aktif pada frekuensi 12MHz.

Daya pada satu motor saat aktif:

@ )*)# AA + )*)# 5 + 105 525 B

Dengan Imotor adalah arus yang diserap beban saat berbeban = 105m A (datasheet). Pada

sistem kerja robot, hanya dua motor yang dimungkinkan aktif bersamaan sehingga daya

yang akan diserap adalah

@< )*)# 2 + @ )*)# 2 + 525 B 1050 B

Tabel 3.6 adalah tabel nilai daya hasil perhitungan teoritis secara keseluruhan.

Tabel 3.6 Besar Daya Hasil Perhitungan Teoritis

Rangkaian Daya hasil perhitungan

Sensor Jalur 113,15m W

Penghasil tegangan referensi 20,35m W

Penerima 7,03m W

Mikrokontroller 125m W

(67)

Dari hasil perhitungan daya pada tabel 3.6 maka baterai yang akan digunakan untuk

rangkaian sensor jalur, penghasil tegangan referensi, penerima, dan mikrokontroler harus

memiliki kemampuan daya diatas 265,53m W. Sedangkan baterai untuk catu daya motor

harus memiliki kemampuan daya diatas 1050m W.

3.7.2.Pengukuran Berat

Dari hasil pengukuran berat diketahui berat masing – masing rangkaian / alat sebagai berikut

pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Bera

Gambar

Gambar 2.1 Peta Memory RAM
Gambar 2.2 Special Functions Register (SFR)
Gambar 2.7 Rangkaian Reset.
Gambar 2.8 Simbol Rangkaian LDR
+7

Referensi

Dokumen terkait

The XIth International Gynecologic Cancer Society 2008/10/27 Bangkok, Thailand ④ Banno K, Yanokura M, Kobayashi Y, Kuwabara Y, Susumu N, Tsukazaki K, Aoki D.. The XIth

usul Tahun Cetak / Pem- belian HARGA Keterangan Nomor Register. Buku / Perpustakaan Barang Bercorak Kesenian

Dari paparan di atas dapat disimpulkan model pembelajaran problem terbuka (Open Ended) merupakan suatu pembelajaran dimana seorang guru telah menyajikan suatu problem/masalah

Gambar 1.8 Ilustrasi domain konveks (kiri) dan yang tidak konveks (kanan) Sebuah vektor P adalah titik ekstrim dari sebuah himpunan konveks jika ia tidak dapat dinyatakan sebagai

Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dasar teori terkait dengan Sistem Informasi Pelatihan Komputer Berbasis Web di LPK SMILE Group Yogyakarta dalam pembuatan web

NIRM NO INDUK NAMA J.K TMPT LAHIR TGL LAHIR ALAMAT MHS JUR/TH SMTA PEKERJAAN ORTU JURUSAN/PRODI : 26 - PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI).. TH.MASUK DATA SIM MAHASISWA : BARU

bedroom kamar tidur bee lebah beef daging sapi been telah beer bir before sebelum beg mengemis began mulai begin mulai beginning awal behalf kepentingan behave