Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Wahyu Eko Mardani NIM : 049114108
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
MOTTO
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya
( Pengkotbah 3:11 )
“ Rancangan-Ku adalah rancangan damai
sejahtera. Untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan
(Yeremia 29:11)
v
Karya ini kupersembahkan Untuk …… :
Tuhanku,Yesus Kristus buat Kasih dan
Berkat-Nya……….
Papa dan Mamaku tersayang atas Doa, Kasih
Sayang dan Kesabarannya menjagaku.
Adek – adekku tercinta Nia & Lidya
Ari Tunggul S. Christanto S.T . yang setia, sabar
menunggu, menemani dan memotivasiku.
Serta
teman
dan
Sahabatku
yang
selalu
vii
Kerja dan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen. Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Sikap Terhadap Penempatan Kerja dengan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum yang diberikan para bidan desa.
Subyek dalam penelitian ini adalah para bidan desa di Kabupaten Kebumen dan berjumlah 58 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran skala sikap terhadap penempatan kerja, sedangkan mutu pelayanan umum bidan desa diperoleh dari hasil penilaian 2 rater. Data sikap yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00. Koefisien reliabilitas dari skala sikap terhadap penempatan kerja adalah 0,953, sedangkan reliabilitas antar rater penilaian mutu pelayanan umum bidan desa adalah sebesar 0,896. Untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum para bidan desa digunakan korelasi Product Moment Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum umum para bidan desa di Kabupaten Kebumen dengan koefisien korelasi sebesar 0,585 dengan taraf signifikansi 0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi atau positif sikap terhadap penempatan kerja yang dijalani semakin tinggi atau baik pula mutu pelayanan yang diberikan.
viii ABSTRACT
Wahyu Eko Mardani (2009). The midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. Yogyakarta: Sanata Dharma University.
The aim of the research was to find the correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. The hypothesis of this research was there was a positive correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality.
The sample of this study were the midwives in Kebumen and there were 58 participant. The data was collected by distributing the scale of attitude toward job placement and the midwives service quality collected by took 2 rater. For the data analysis, this study used SPSS for Windows version 16.00. The. Reliability coefficient for the scale of attitude toward job placement was 0,953 and reliability coefficient for quality service was 0,896. This study used Product Moment Pearson to find the relationship between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen.
The result show there was a positive correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. It was shown by the amount of correlation coefficient, which was 0,585 at the level of significant 0,01. We can conclude that the higher or positive the midwives attitude toward job placement gets, the higher midwives service quality will gets too.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan atas limpahan berkat, arahmat, dan kasih-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, berupa moral, material maupun spiritual, sehingga pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan matur sembah nuwun kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis,
1. Pak Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi dan wakil-wakilnya, atas segala kesempatan dan kemudahan yang diberikan selama menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi.
2. Mbak Henrietta P.D.A.D.S., S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih buat bimbingan dan dukungannya sampai saya bisa menyelesaikan study di fakultas psikologi ini. Makasih Mbak…
3. Pak Agung terima kasih atas bimbingan serta pengetahuan tentang statistiknya. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
xi
6. Kepala Dinas Kabupaten Kebumen Bpk. Drs. Dr. Budi Satrio M.Kes serta Kepala Puskesmas Kutowinangun,Poncowarno, Ambal II dan Alian. Terima kasih telah memberikan ijin kepada saya untuk mengadakan penelitian ini. 7. Bapak Milyono. SH selaku kepala badan Kesbang Polinmas Kabupaten
Kebumen dan Bapak Sukamto. S.Sos,M.T selaku kepala BAPPEDA Kabupaten Kebumen. Terima kasih atas bantuan dan kerja samanya
8. Seluruh keluargaku khususnya mama, papa adekku ( Nia & Lidya ) yang selalu mendoakan,memberi kasih sayang, dukungan,motivasi,nasehat serta keceriaan yang tak pernah habis buatku. I luv u all,,,,,,
9. Ari Tunggul S.C terima kasih buat kesetiaan, kesabaran, dukungan, motivasi dan buat semua yang udah dikasih sampai akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini. ( Akhirnya adek nepati janji lulus tahun ini n nyusul mas….lup u…^_^) 10. “ The Three Sista”, 3 beruang, 3 kurcaci ( Dhany,Lita, Fenny ). Tenkyu sist,
buat semua keceriaan yang udh kalian kasih. Suka, duka, tawa, tangis. Pokoknya kalian the best. Jaga komunikasi ya, coz qta bakal pulang ke daerah masing2. Pokoknya keep contact. Mpe kapanpun qta tetep 3 sodara perempuan. ( ayo semangat, qta wisuda bareng….)
xii
lagi kesepian or lagi butuh bantuan kekosmu ya!!!hahaha….Susi tenkyu udah
diajarin spss yo.
12. Temen2 Smanda Boement yang masih sering kumpul. Wah gokil abis pokoknya. Sasa, Pena, Ardhy, Tyo, Aji, Nana, Icha, Ubus…..dll. Ayo cah ndang nyusul Pena wkwkwkkkk…..
13. Temen-temenku gereja. Aku bosen denger kalian tanya kapan aku lulus tau……….!!!!!. Mas Pur ( mas pendeta.heee…) yang seneng banget ngerjain dengan kata ndang luluso nduk…..( duh panas nie kuping). Tapi tengkyu jadi termotivasi kok…
14. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu saya hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih banyak.
Akhir kata, penulis juga hendak menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Semoga skripsi ini bisa berguna untuk siapa saja yang membacanya.
Penulis
xiii
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Motto ... iv
Halaman Persembahan ... v
Halaman Pernyataan Keaslian Karya... vi
Abstrak ... vii
Abstract ... viii
Halaman Persetujuan Publikasi Karya ... ix
Kata Pengantar... x
Daftar Isi... xiii
Daftar Tabel... xvii
Daftar Lampiran... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
xiv
C. TujuanPenelitian………. 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
1. Manfaat Teoritis ... 7
2. Manfaat Praktis ... 7
BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 8
A. Sikap ... 8
1. Sikap... 8
2. Karakteristik Sikap... 9
3.Komponen Sikap... 10
4.Faktor-faktor Pembentuk Sikap ... 10
5.Penempatan Kerja di Desa... 12
6.Sikap Terhadap Penempatan Kerja ... 15
B. Mutu Pelayanan Umum... 16
1. Pelayanan Umum ... 16
2. Standar Pelayanan Umum... 17
3. Mutu Pelayanan Umum ... 19
4. Faktor – Faktor Mutu Pelayanan Kesehatan... 20
xv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Identifikasi Variabel... 25
C. Definisi Operasional... 26
D. Subjek Penelitian ... 27
E. Metode Pengumpulan Data... 27
F. Validitas dan Reliabilitas ... 33
1. Validitas ... 33
2. Analisis Item... 33
3. Reliabilitas... 36
G. Analisis Data ... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Pelaksanaan Penelitian ... 38
B. Deskripsi Data Penelitian ... 39
xvi
1. Uji Normalitas ... 42
2. Uji Linearitas ... 43
3. Uji Hipotesis ... 44
D.Analisis Tambahan... 45
E. Pembahasan ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan... 50
B. Saran... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
xvii
Tabel 3.1 Distribusi Item Untuk Skala Sikap terhadap Penempatan Kerja ... 29
Tabel 3.2 Distribusi Item Untuk Skala Sikap terhadap Penempatan Kerja ( setelah analisis item) ... 35
Tabel 4.1 Persentase Berdasarkan Usia ... 39
Tabel 4.2 Persentase Berdasarkan Status Kepegawaian ... 40
Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor... 41
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Sikap Terhadap Penempatan Kerja ... 41
Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Mutu Pelayanan umum ... 42
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 43
Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas... 44
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
1. Skala Sikap Terhadap Penempatan Kerja
2. Tugas – tugas Standar Pelayanan Minimal Bidan
3. Kategorisasi Standar Pelayanan Bidan
Lampiran 2. Reliabilitas Antar Rater
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 4. Uji Normalitas
Lampiran 5. Uji Linearitas
1
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kesehatan adalah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan serta
perkembangan suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang
bekerja keras dalam menangani masalah kesehatan khususnya kesehatan ibu
dan anak. Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu masih
merupakan suatu masalah yang besar. Angka kematian ibu masih mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini 3-6 kali lebih besar di wilayah
ASEAN serta merupakan angka tertinggi (Media Indonesia, 28 Juni 2008).
Tingginya angka ini menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga belum
terwujud dengan baik, padahal kesejahteraan sebuah keluarga merupakan
tonggak bagi terwujudnya kesejahteraan bangsa yang baik (Setyowanto,
2005).
Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka
kematian ibu, salah satunya disebabkan oleh kualitas pertolongan persalinan
yang dilakukan oleh dukun beranak yang tidak atau kurang memenuhi standar
kesehatan sehingga membahayakan jiwa pasien tersebut, hal seperti ini biasanya terjadi di daerah pedesaan (Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004).
Menurut Manuaba (1998), 70% masyarakat Indonesia tinggal di daerah
pedesaan yang jauh dari layanan kesehatan yang memadai karena situasi
2
Sebagai upaya untuk menangani permasalahan ini pemerintah melalui
Departemen Kesehatan Republik Indonesia berusaha mempercepat penurunan
angka kematian ibu dengan meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan
khususnya kebidanan kepada setiap masyarakat atau ibu yang membutuhkan
yaitu dengan cara menempatkan bidan di setiap desa yang disebut sebagai
bidan desa melalui badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Yayasan
Pendidikan Kesehatan Perempuan Indonesia, 2004).
Mutu pelayanan itu sendiri adalah merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goetsch dan Davis, 1994). Menurut
Azwar (1994) mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan
pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan
kepuasan pada salah satu pihak dalam hal ini pasien atau masyarakat yang
membutuhkan dan di lain pihak merupakan kesesuaian antara pelayanan dan
standar pelayanan profesi yang diterapkan. Baik buruknya atau keberhasilan
mutu pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berkaitan dengan pelayanan
perawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasiennya
(Kretartho, 1999). Pelayanan perawatan ini juga merupakan sikap dan tingkah
laku bidan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya (Keraf dalam
Hartanti, 1995).
Tidak mudah bagi seorang bidan untuk memberikan kualitas pelayanan yang bermutu karena banyak faktor yang harus dihadapi. Tiffin &
pekerjaan digolongkan menjadi 2 hal, yaitu variabel individu itu sendiri dan
variabel lingkungan. Dalam hal ini setiap bidan desa pasti mempunyai kondisi
yang berbeda satu sama lain dan menghadapi hal yang berbeda baik dalam
lingkungan kerjanya maupun diluar kerjanya.
Seorang bidan desa harus siap memberikan pelayanan kesehatan
secara mandiri dan selama 24 jam penuh dan terkadang harus rela
mengesampingkan kepentingan pribadinya. Selain hal ini, seorang bidan desa
pasti mempunyai permasalahan lain di dalam keluarganya maupun
dilingkungan masyarakatnya. Situasi seperti ini akan mempengaruhi baik fisik maupun psikis yang harus dirasakan seorang bidan desa dalam menjalani
tugas penempatan kerjanya di sebuah desa sehingga akan menimbulkan
respon emosional serta kognitif yang akan terorganisir menjadi sebuah sikap
(Mac.Dougall dalam Gerungan, 1998).
Sikap itu sendiri adalah sejumlah afeksi positif atau negatif yang
ditunjukkan oleh seseorang terhadap suatu objek (Thurstone Louis,dalam
Azwar, 1988). Menurut Mac.Dougall (dalam Gerungan, 1998) menambahkan
bahwa sikap merupakan totalitas dari instink – instink yang terorganisir, yang
berkaitan erat dengan emosi – emosi dan semuanya menjadi sumber
penyebab tingkah laku manusia sehingga menimbulkan bentuk tingkah laku
yang berkesinambungan, teratur dan berlangsung cukup lama. Sikap terhadap
4
tugas, rasa senang dan puas, kerja keras untuk menjalankan tugasnya
(Mulyono, 2002).
Penyebaran dan penempatan bidan desa ini dilakukan di seluruh
propinsi dan kabupaten di Indonesia dengan harapan agar pelayanan
kesehatan mudah dijangkau dan merata pada semua lapisan masyarakat.
Pemerintah berupaya dengan cara melakukan program penempatan kerja
melalui program Pegawai Tidak Tetap (PTT) di seluruh propinsi dan
kabupaten untuk lebih mendekatkan sarana kesehatan di desa. Salah satunya
adalah di propinsi Jawa Tengah khususnya di kabupaten Kebumen. Angka kematian ibu dan bayi di kabupaten Kebumen masih tergolong tinggi yaitu
sebesar 102 per 100.000 (KebumenKab.go.id) sehingga peran tenaga
kesehatan masih sangat dibutuhkan khususnya adalah para bidan.
Peran dan tanggung jawab seorang bidan desa tidak hanya dalam
usaha menurunkan angka kematian ibu dan bayi namun juga meningkatkan
pelayanan kesehatan masyarakat di wilayahnya serta berbagai usaha untuk
pencegahan dan penanggulangan berbagai macam penyakit seperti TBC,
Aids, malaria, demam berdarah, diare (SPK, 1999). Dilihat dari tanggung
jawab mereka inilah maka peran seorang bidan desa sangat penting.
Kompleksitas kerja yang telah dibahas menunjukkan bahwa penempatan
kerja tidak hanya sekedar pemerataan kesejahteraan kesehatan saja tetapi juga
menyangkut implikasi psikologis yang bidan desa hadapi selama menjalani penempatan kerja tersebut. Pelayanan yang diberikan bidan desa tidak
dengan masyarakat berarti bidan desa berinteraksi secara langsung dengan
berbagai aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat desa
adalah masyarakat yang masih sangat kuat dalam memegang prinsip adat atau
tradisi dalam komunitasnya. Kondisi sosial seperti ini akan memberikan
tekanan serta kecemasan tersendiri bagi para bidan desa dalam menjalani
tugasnya secara profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan karena
seorang bidan desa mendapatkan lokasi penempatan kerjanya sesuai dengan
kebijakan pemerintah.
Seorang bidan desa mengalami ketakutan – ketakutan tertentu untuk berhadapan dengan masyarakat, misalnya bagaimana mereka harus bersikap
atau berperilaku terhadap masyarakat. Di dalam kode etik internasional juga
diungkapkan bahwa dalam praktik kebidanan, bidan bertidak sebagai panutan
(Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004). Seorang bidan dalam menjalankan
tugasnya harus menghormati norma – norma yang berlaku didalam
masyarakat (Sofyan,2001). Aktivitas kerja seorang bidan desa membutuhkan
kerja langsung ke setiap sudut desa. Hal inilah yang mungkin saja
menimbulkan ketidaksiapan dalam merespon tugas penempatan kerjanya.
Respon emosi dan kognitif seorang bidan desa akan terorganisir
menjadi sebuah sikap. Sikap terhadap penempatan kerja dapat dikatakan
merupakan suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan seorang bidan desa
yang mempunyai kecenderungan respon baik positif atau negatif dan merupakan penggabungan dari komponen afektif, kogitif dan konatif yang
6
puas terhadap pekerjaannya ,kerja keras dan sukses dalam menjalankan
kewajibannya ketika dia ditempatkan di wilayah – wilayah kerjanya yaitu
desa hingga memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Jika
seorang bidan menunjukkan suatu respon positif terhadap suatu stimulus yaitu
penempatan kerja maka dia akan bekerja dengan baik dan memberikan
pelayanan yang baik, begitu pula sebaliknya.
Penelitian yang hampir sama telah dilakukan oleh Sa’dijah (1997)
pada mahasiswa Matematika di IKIP Malang. Dia menyatakan bahwa sikap
yang positif terhadap suatu obyek maka dia akan memberikan prestasi yang tinggi begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti
hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan
umum yang diberikan oleh bidan desa kepada masyarakat di kabupaten
Kebumen.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara sikap para bidan desa
terhadap tugas penempatan kerja di desa dengan mutu pelayanan umum yang
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
sikap terhadap penempatan kerja di desa dengan mutu pelayanan umum yang
diberikan para bidan desa kepada masyarakat.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Secara teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
bidang psikologi khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi serta diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi
ataupun sebagai sumber informasi dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya.
2. Secara praktis:
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan
refleksi bagi puskesmas dan khususnya bagi para bidan desa dalam
menyikapi tugas penempatan kerja yang sedang dijalaninya yang tentunya
tanggung jawabnya dapat meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan
yang bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang sebaik –
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Sikap
1. Sikap
Sikap atau attitudes merupakan istilah populer dalam dunia
psikologi. Thurstone dalam Azwar (1988) mendefinisikan sikap sebagai
suatu jumlah afeksi positif atau negatif yang dirasakan seseorang terhadap
suatu obyek. Sikap seseorang terhadap suatu perasaan yang mendukung
(favorable) atau perasaan yang tidak mendukung (unfavorable) pada objek
tersebut. Sedangkan Sudibyo (2003) yang menyatakan bahwa sikap adalah
merupakan suatu organisasi keyakinan yang mengandung komponen
kognitif, konatif dan afeksif (emosional) yang relatif akan bersifat tetap
dan berkembang melalui pengalaman serta merupakan suatu kesiapan
untuk mereaksi terhadap obyek tertentu secara positif maupun negatif dan
dapat bervariasi kualitas dan intensitasnya.
Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut disimpulkan bahwa
sikap adalah suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan yang mempunyai
kecenderungan respon baik positif maupun negatif pada suatu obyek yang
dihadapinya dan merupakan penggabungan dari komponen afektif, kogitif
2. Karakteristik Sikap
Sikap juga mempunyai beberapa karakteristik, menurut Bringham
(1991). Karakteristik dasar dari sikap adalah sebagai berikut :
a. Sikap mempunyai arah
Sikap terbagi atas dua arah yaitu setuju atau tidak setuju,
mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu obyek sikap. Dimana
sikap setuju,mendukung ini berarti mempunyai arah positif dan tidak
setuju, tidak mendukung berarti mempunyai arah yang negatif.
b. Sikap memiliki intensitas
Yaitu kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu
sama meskipun mempunyai arah yang tidak berbeda.
c. Sikap mempunyai konsistensi
Yaitu kesesuaian antara pernyataan sikap dan responnya terhadap
obyek sikap termaksud, dimana konsistensi sikap diperlihatkan oleh
kesesuaian sikap antar waktu.
d. Sikap memiliki spontanitas
Yaitu sejauh mana kesiapan individu untuk mengungkapkan
sikapnya secara spontan. Dimana apabila spontanitas yang tinggi dapat
diungkapkan secara terbuka tanpa harus melakukan desakan untuk
10
3. Komponen Sikap
Menurut skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen.
Komponen – komponen sikap menurut skema triadik:
1. Komponen kognitif (cognitive)
Representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
2. Komponen afektif (affective)
Komponen afektif adalah merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki
terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif (conative)
Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu
sesuai dengan objek sikap yang dihadapi seseorang. Hal ini didasari oleh
asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.
4. Faktor – faktor Pembentuk Sikap
Sikap sosial terbentuk adanya interaksi sosial yang dialami oleh
seorang individu. Dalam interaksi sosialnya seorang individu akan
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologisnya.ada
banyak hal yang mendukung pembentukan sikap seseorang , yaitu :
1. Pengalaman pribadi
Untuk memberikan tanggapan yang baik terhadap suatu objek sikap
dengan objek psikologis. Middlebrook, 1974 mengatakan bahwa tidak
adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung
akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.
2. Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap kita.
3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen
sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Orang yang dianggap penting
bagi kita atau yang berarti khusus merupakan significant othersyang akan
mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.
4. Media massa
Media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini
dan kepercayaan orang. Dalam memberikan informasi sebagai tugasnya,
media massa membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat
mengarahkan opini seseorang. Walaupun media massa perannya tidak
sebesar interaksi individu secaara langsung, namun peran media massa
tidak kecil artinya.
5. Institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama
Lembaga pendidikan atau lembaga agama sebagai suatu sistem
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
12
6. Emosi dalam diri individu
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang. Terkadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai sarana
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Bimo (1978) juga berpendapat adanya faktor – faktor yang menentukan
dalam pembentukan dan perubahan sikap:
a. Faktor internal
Faktor internal disini adalah bagaimana cara individu menerima atau
menanggapi secara seleksi pengaruh dari luar sehingga tidak semua yang
datang diterima atau dibuang.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal disini adalah keadaan yang ada diluar individu yang dapat
mempengaruhi individu untuk membentuk atau menggubah sikapnya.
5. Penempatan kerja di desa
Tugas adalah suatu tanggung jawab serta peran yang diberikan
kepada seseorang dan wajib untuk dilaksanakan. Penempatan kerja bidan di
desa adalah salah satu progam pemerintah melalui Departemen Kesehatan
(DepKes) yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di
daerah pedesaan. Kebijakan ini didasarkan oleh surat edaran dari Direktorat
jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor 429/Binkesmas/DJ/III/89
Peraturan Menteri Kesehatan RI Pasal 8 nomor
572/MENKES/PER/VI/1996 mengungkapkan bahwa penempatan bidan
dimaksudkan dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan
kesehatan ditetapkan dengan urutan prioritas yaitu desa, Puskesmas/
Puskesmas Pembantu, Puskesmas/ Rumah Sakit di ibukota daerah tingkat I
atau tingkat I.
Tahun 1993 Depkes RI mengungkapkan juga bahwa bidan desa
ditempatkan pada setiap desa yang belum terdapat fasilitas pelayanan
kesehatan sehingga seorang bidan harus bertempat tinggal di desa tersebut
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Hal ini dilakukan
dengan adanya program Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang telah berlangsung
sejak tahun 1991 (Depkes RI, 2005). Bidan PTT ini ditempatkn di daerah
terpencil dalam kurun waktu 3 tahun. Tujuan dari penempatan seorang bidan
di desa adalah untuk pemerataan peningkatan pelayanan kesehatan melalui
puskesmas dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Program
KB, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.
Jadi tugas penempatan kerja bidan di desa adalah program pemerintah
yang dimaksudkan untuk memeratakan pelayanan kesehatan masyarakat agar
lebih mudah dijangkau hingga unit terkecil terutama di daerah pedesaan
hingga memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Menurut Manuaba (1998) terdapat hambatan – hambatan dalam
penempatan seorang bidan desa diwilayah :
14
b. Kesulitan menyesuaikan diri dalam masyarakat
c. Kemampuan desa untuk membangun Polindes masih terbatas sehingga
banyak di antara bidan desa yang kurang mendapat dukungan dari
masyarakat
d. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan desa dan berpindah
mengikuti suami
e. Bidan belum mendapat kepercayaan dari masyarakat sehingga
orientasi terhadap dukun masih dominan
Bidan desa adalah tenaga profesional dalam bidang kesehatan untuk
masyarakat khususnya ibu dan anak yang telah mengikuti program
pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku
(KEPMENKES No.900/MENKES/SK/VII/2002). Bidan juga bertugas
memberikan penyuluhan – penyuluhan tentang kesehatan pada ibu di daerah
wilayah binaannya. Bidan desa bertanggung jawab atas daerah binaannya
tersebut yang terdiri dari 1-2 desa. Baik dalam peningkatan ibu dan anak
maupun peningkatan kesehatan masyarakatnya.
Hambatan – hambatan pada bidan desa:
a. Umur bidan relatif muda dan bukan berasal dari daerah sendiri.
b. Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat.
c. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan dan pindah ikut suaminya.
d. Pendidikan belum cukup untuk mandiri sehingga bidan kurang berfungsi.
e. Karena berusia muda maka bidan desa belum mendapat kepercayaan
Para bidan PTT atau yang mengikuti program penempatan kerja
adalah mereka yang baru saja lulus dari pendidikan bidan maupun mereka
yang baru saj adiangkat sebagai PNS. Bidan desa tersebut masih dalam tahap
perkembangan dewasa awal. Dewasa awal menurut Hurlock (1999) adalah
periode penyesuaian diri terhadap pola – pola dan harapan sosial yang baru.
Menurut Erikson mereka berada dalam tahap keintiman vs isolasi yang
berada pada rentang usia 20-30 tahun. Sebagai individu yang sedang
menjalani proses menuju dewasa mereka terus saja menanyakan tentang siapa
dirinya. Dalam perenungan inilah mereka sangat dipengaruhi oleh tuntutan
sosial dan tuntutan sosial ini mungkin saja akan menimbulkan stress pada
berbagai perubahan hidup.
6. Sikap terhadap penempatan kerja
Sikap terhadap penempatan kerja merupakan bagian dari sikap
seseorang terhadap suatu profesi yang sedang dijalaninya. Bidan desa juga
merupakan suatu profesi yang sangat penting bagi kesejahteraan kesehatan di
Indonesia. Sikap seorang bidan desa terhadap penempatan kerja merupakan
sikapnya terhadap profesi bidan yang menjalani tugas penempatan kerja
didesa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendapat ahli tentang sikap
terhadap profesi.
Mulyono (2002) mengungkapkan bahwa sikap terhadap profesi dapat
diartikan sebagai suatu keyakinan, pikiran dan perasaan, keinginan dan
16
profesinya, mencintai tugas yang diembannya serta menjalankan panggilan
tugas tersebut dengan suka cita yang berhubungan dengan manfaat tugas yang
dijalaninya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras dalam
menjalankan kewajibannya atau pekerjaannya.
Jadi, berdasarkan uraian tersebut sikap terhadap profesi dalam hal ini
adalah profesi bidan dalam menjalankan penempatan kerja adalah suatu
bentuk reaksi atau evaluasi perasaan seorang bidan desa yang mempunyai
kecenderungan respon baik positif atau negatif dan merupakan penggabungan
dari komponen afektif, kogitif dan konatif yang berhubungan dengan manfaat
tugasnya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras
menjalankan kewajibannya ketika dia ditempatkan di wilayah – wilayah
kerjanya yaitu desa hingga memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh.
B. Mutu Pelayanan Umum
1. Pelayanan Umum
Pelayanan umum itu sendiri adalah dapat didefinisikan sebagai
segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun
jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
(Http://www.gemari.com/). Sedangkan pelayanan umum dalam penelitian
ini adalah dalam bentuk pelayanan kesehatan yaitu bentuk jasa yang
diberikan pada publik dalam rangka meningkatkan kesehatan baik secara
fisik, sosial dan mental. Menurut Yacobalis dalam Rusmawati (1998)
menyatakan bahwa pelayanan merupakan sutu kebutuhan yang sifatnya
membantu atau mengarahkan sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.
Sedangkan menurut Depkes RI (1988) menyatakan bahwa pelayanan
kesehatan adalah segala upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan
penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan pemulihan kesehatan
yang dilaksanakan para ahli pelayanan medis dan orang yang
membutuhkan. Tujuan utama pelayanan kesehatan adalah tercapainya
keadaan hidup sehat dan belum sampai pada hidup produktif. Pengertian
tersebut sampai saat ini masih mempengaruhi upaya pelayanan kesehatan.
2. Standar Pelayanan Umum
Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat
kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Suatu
standar akan efektif apabila dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah
dilakukan dan dibutuhkan (SPK, 2005). Maka pelayanan berkualitas dapat
dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, standar penting untuk pelaksanaan,
18
Menurut peraturan Bupati Kabupaten Kebumen Nomor 109 tahun
2007 tentang pedoman standar pelayanan minimal pada dinas kesehatan
Kabupaten Kebumen, disebutkan beberapa pelayanan yang harus
dilakukan oleh tenaga bidan yaitu :
A. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat
1. Mengaktifkan Posyandu
2. Memberikan penyuluhan KIA
3. Pemeriksaan anak pra sekolah dan anak sekolah
4. Pemberian vitamin A pada balita
5. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6. Memberikan penyuluhan tentang KB
7. Memberikan 90 tablet Fe pada ibu hamil
8. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
9. Memberikan berbagai jenis imunisasi
10. Menimbang balita pada saat Posyandu
B. Pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang
1. Melakukan kunjungan neonatus
2. Melakukan pertolongan persalinan
3. Mampu bekerja sama dengan dukun bayi
4. Melaporkan adanya ibu hamil resiko tinggi
5. Melakukan pengukuran pita LILA pada ibu hamil
6. melakukan pengukuran pita LILA pada wanita usia subur
8. Memberikan pembinaan pada dukun bayi
9. Memberikan stiker P4K pada semua ibu hamil
10. Memberikan pelayanan selama 24 jam
3. Mutu Pelayanan Umum
Goetsch dan Davis (1994, p. 4) membuat definisi mengenai mutu
yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah mutu merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan
Sujudi (1996) menyatakan bahwa pengertian mutu sebenarnya
mengandung arti yang relatif karena itu harus dikaitkan dengan suatu
pembanding atau standar yang digunakan.
Menurut Azwar (1994) mutu pelayanan umum para tenaga
kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu
pihak menimbulkan kepuasan pada tiap pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata- rata, sedangkan dilain pihak tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik dan standar profesi yang telah ditetapkan. Untuk
menilai mutu pelayanan yang telah diberikan menurut Marr & Giebing
(1996) diperlukan adanya sebuah evaluasi yang mengkaji kesesuaian
pelayanan yang diberikan dengan standar yang ditetapkan. Dia juga
menjelaskan bahwa proses evaluasi meliputi pengamatan, pengumpulan
dan pengorganisasian data secara sisitematis dan merupakan suatu proses
20
pelayanan umum ini berkaitan dengan standar pelayanan yang diterapkan.
Melalui standar ini dapat dilakukan penilaian atau pengkajian apakah
pelayanan kebidanan yang diberikan bermutu/ berkualitas dan apakah
tujuan kebidanan telah tercapai. Karena itu sesuai dengan pengertian dan
tujuan standar sebagai acuan yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan
pelayanan kebidanan dan harus dapat bertanggung jawab terhadap kualitas
pelayanan yang dilaksanakan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu
pelayanan umum yang diberikan bidan desa adalah tingkat kesempurnaan
pelayanan perawatan yang diberikan sesuai dengan standar kebidanan
yang telah ditentukan.
4. Faktor – faktor Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut JCAHO (1993), ada beberapa faktor yang menentukan mutu
pelayanan kesehatan yaitu :
1. Kelayakan. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan
yang dilakukan relevan terhadap kebutuhan pasien dan memperoleh
pengetahuan yang berhubungan dengan keadaannya.
2. Kesiapan. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau
tindakan yang layak dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai
3. Kesinambungan. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau
tindakan bagi pasien terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim
kesehatan dalam organisasi
4. Efektifitas. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan
terhadap pasien dilakukan dengan benar, serta mendapat penjelasan dan
pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam rangka memenuhi harapan
pasien.
5. Kemanjuran. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan
yang diterima pasien dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk
menyempurnakan hasil sesuai harapan pasien.
6. Efisiensi. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien
terhadap sumber-sumber yang dipergunakan dalam memberikan layanan
bagi pasien.
7. Penghormatan dan perhatian. Penghormatan dan perhatian ini adalah
tingkat dimana pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang
perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan pasien serta harapan-harapannya dihargai.
8. Keamanan. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan
perawatan diminimalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain,
termasuk petugas kesehatan.
9. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau
tindakan diberikan kepada pasien tepat waktu sangat penting dan
22
C. Hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dan mutu
pelayanan umum para bidan desa.
Peran seorang bidan sangat komplek dalam sebuah masyarakat.
Bekerja sebagai bidan di masyarakat tentunya melayani masyarakat dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Selain itu pula
seorang bidan harus bisa mengajak masyarakat untuk bekerja sama agar
mampu melakukan hidup sehat dan dapat menyebarkannya di lingkungan
sekitar. Secara umum tugasnya adalah memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Dalam memberikan pelayanan pada masyarakat tentunya
membutuhkan respon atau sikap yang positif pada tugas yang dia terima
dalam hal ini penempatan kerja.
Sikap adalah suatu respon terhadap suatu stimulus yang diperlihatkan
oleh seorang individu. Thurstone dalam Azwar (1994) juga mendefinisikan
sikap sebagai suatu jumlah afeksi positif atau negatif yang dirasakan
seseorang terhadap suatu obyek. Sikap juga merupakan sekumpulan elemen
kognitif,afektif serta konatif dalam diri seorang individu yang berhubungan
dengan manfaat tugasnya, pelaksanaan tugas, rasa senang, kepuasan, kerja
keras dan keinginan untuk mencapai kesuksesan. Robbins (2002)
mengungkapkan bahwa sikap itu penting karena mempengaruhi kinerja
seseorang. Hal inilah yang dibutuhkan seorang bidan desa dalam menjalankan
tugas penempatan kerja di desa. Sikap terhadap tugas penempatan kerja dapat
dikatakan merupakan kecenderungan respon baik positif atau negatif dan
berhubungan dengan manfaat tugasnya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang,
puas, kerja keras dan sukses dalam menjalankan kewajibannya ketika dia
ditempatkan di wilayah – wilayah kerjanya yaitu desa.
Sikap yang dimiliki bidan desa akan mempengaruhi kinerjanya.
Apabila seorang bidan desa mempunyai sikap yang positif terhadap
penempatan kerja yang dijalaninya, maka dia akan siap melakukan tindakan
yang dibutuhkan pasien, tepat waktu dan tentu saja bermanfaat bagi pasien
tersebut. Tindakan perawatan akan dilakukan juga secara berkesinambungan
dan akan terkoordinasi dengan baik setiap saat. Perilaku kerja yang baik tentu
saja memenuhi standar pelayanan yang telah ditentukan, hal ini tentu saja
akan menunjukkan kualitas atau mutu pelayanan yang diberikan baik.
Mutu itu sendiri adalah paduan sifat – sifat barang atau jasa, yang
menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik
kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Sedangkan untuk mencapai
mutu yang tinggi dalam menjalankan profesinya perlu adanya standar profesi
yang ditetapkan dan diberlakukan oleh organisasi profesinya dalam hal ini
IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Pelayanan perawatan kesehatan ini merupakan
sikap dan prilaku seorang tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya
(Keraf dalam Hartanti 1995). Sedangkan baik atau buruknya pelayanan
perawatan yang diberikan akan menentukan mutu pelayanan yang ada
(Gunarsa,1995).
Sikap yang ditunjukkan bidan desa pada penempatan kerja yang
24
Apabila seorang bidan desa memiliki sikap yang positif terhadap tugas
penempatan yang harus dia jalani maka dia akan siap memberikan tindakan
tepat waktu, benar dan memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan
pasien serta melakukannya secara berkesinambungan sehingga mutu
pelayanan kesehatan yang dia lakukan atau berikan baik. Begitu juga
sebaliknya, apabila bidan desa tersebut menunjukkan sikap negatif maka
pelayanan kesehatan atau tindakan yang diberikan tidak sesuai dengan
kebutuhan dan keperluan pasien serta dalam memberikan tindakan tidak
terkoordinasi dengan baik sehingga mutu pelayanan umum yang ada juga
akan cenderung jelek. Akan tetapi perlu disadari bahwa individu adalah
makhluk yang unik, dimana satu dengan yang lain berbeda, baik dalam
berpendapat, bertindak atau mengekspresikan sesuatu.
D. Hipotesis
Dari penjelasan tersebut, peneliti membuat hipotesis yaitu ada
hubungan positif antara sikap terhadap tugas penempatan kerja di pedesaan
dengan mutu pelayanan umum kesehatan yang diberikan pada bidan desa.
Semakin tinggi sikap terhadap penempatan kerja semakin baik pula mutu
25 A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional. Penelitian
korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk melihat atau menguji
hubungan antara dua variabel atau lebih berdasarkan koefisien korelasi. Jadi
dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui ada tidaknya
hubungan antara variabel sikap terhadap penempatan kerja dan variabel mutu
pelayanan bidan desa di kabupaten kebumen.
B. Identifikasi Variabel
Variabel adalah sebuah simbol atau lambang yang padanya kita lekatkan
bilangan atau nilai. Salah satu jenis variabel adalah variabel bebas
(independent) dan variabel terikat / tergantung (dependent). Variabel bebas
adalah sebab yang dipandang sebagai sebab kemunculan variabel terikat yang
dipandang (diduga) sebagai akibatnya (Kerlinger, 2004). Identifikasi variabel
penelitian perlu dilakukan sebelum pengumpulan data. Hal ini akan
mempermudah dalam menentukan alat pengumpulan data yang sesuai.
Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Variabel bebas : Sikap terhadap tugas penempatan kerja di desa
26
C. Definisi Operasional
Definisi operasional suatu penelitian adalah sebagai suatu
penjelasan terhadap suatu konstruk dengan mengkhususkan dalam bentuk
kegiatan yang dapat diukur.
a. Sikap terhadap penempatan kerja
Skala sikap terhadap tugas penempatan kerja di desa
dikembangkan dengan berlandaskan pada manfaat tugasnya,
pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras dalam
menjalankan kewajibannya. Sikap itu sendiri juga merupakan
penggabungan dari elemen kognitif, afektif dan konatif. Sikap
terhadap penempatan kerja ini akan diungkap dengan
menggunakan skala sikap. Sikap yang positif terhadap penempatan
kerja dapat diungkap dengan skor total skala yang tinggi,
sedangkan sikap yang negatif terhadap tugas penempatan kerja
dapat diungkap dengan skor total skala yang rendah.
b. Mutu Pelayanan Umum
Mutu pelayanan umum ini berkaitan dengan standar pelayanan
yang diterapkan. Untuk melihat mutu pelayanan yang diberikan
para bidan desa kepada masyarakat peneliti menggunakan
instrument penilaian penerapan standar yang telah ada dengan
melakukan proses evaluasi sehingga akan diperoleh skor totalnya.
Instrument ini merupakan pedoman untuk menilai keberhasilan
Minimum) bagi bidan dan bidan desa di Kabupaten Kebumen.
Pengumpulan data dan penilaian pelaksanaan akan dilakukan oleh
bidan yang berkompeten dan berpengalaman dengan melakukan
observasi.
D. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah 58 bidan desa di kabupaten
Kebumen. Subyek tinggal di Polindes ( Poliklinik Desa ) selama sekitar
3-6 bulan. Subyek penelitian didapatkan melalui data yang diperoleh dari
Puskesmas atau Dinas Kesehatan yang ada di wilayah tersebut.
E. Metode Pengumpulan Data
Untuk melihat sikap terhadap profesi metode yang digunakan
adalah metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings).
Metode ini dikenal sebagai penskalaan model Likert yang merupakan
metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon
sebagai dasar penentuan nilai skala. Skala adalah alat pengumpulan data
yang didasarkan pada respon dari subyek terhadap pernyataan –
pernyataan yang telah disusun sebelumnya. Dalam skala ini ini akan
menggunakan 4 kategori respon yaitu : SS (Sangat Setuju), S
(Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Dimana
28
Peneliti meniadakan pilihan jawaban netral atau ragu – ragu, Hal
ini menurut Hadi (1991) didasarkan pada alasan: pertama, kategori
undedicated, yaitu mempunyai arti ganda bisa diartikan belum
memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga
diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu.
Kedua, terjadinya jawaban yang ditengah itu menimbulkan kecenderungan
menjawab ke tengah (control tendency effect) terutama bagi mereka yang
ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, kearah setuju atau kearah
tidak setuju. Ketiga, maksud jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk
melihat kecenderungan pendapat responden, kearah setuju atau kearah
tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu, akan menghilangkan
banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang
dapat dijaring dari responden.
Untuk item favorauble, skor bergerak dari 3 untuk Sangat Sesuai
(SS), 2 untuk Sesuai (S), 1 untuk Tidak Sesuai (SS) dan 0 untuk Sangat
Tidak Sesuai (STS). Demikian sebaliknya untuk item Unfavourable skor 0
untuk Sangat Sesuai (SS), 1 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), 3
untuk Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tinggi rendahnya skor total subyek untuk setiap skala diperoleh
dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (metode of
summated ratings), yaitu pengukuran dengan menjumlahkan seluruh skor
yang dimiliki subyek berdasarkan respon terhadap penyataan pada tiap
kasus tersebut semakin tinggi pula. Demikian sebaliknya, semakin rendah
skor total yang diperoleh subyek maka semakin rendah respon terhadap
kasus tersebut.
Tabel 3.1
Distribusi item untuk skala sikap terhadap penempatan kerja
Indikator Komponen sikap Jumlah Afektif Kognitif Konatif
Manfaat tugas Favorable Unfavorabel 30 6 4,27,39,7 2,16,24,44 13 11 Pelaksanaan tugas Favorable Unfavorabel 23 15,37 31,34,46 3,8,12,18 17,22,47 13
Rasa senang dan puas Favorabel Unfavorabel 1,9,21,26,36 11,19,29,35,41,48 33,42 13 Kerja keras Favorable unfavorabel
14, 45 20 10,43
25,32,38,40 5,28
11
total 16 16 16 48
Data mutu pelayanan umum diperoleh dengan menggunakan
instrument penilaian standar yang telah digunakan oleh dinas kesehatan
setempat, yaitu : Nomor 109 tahun 2007 tentang pedoman standar
pelayanan minimal pada dinas kesehatan Kabupaten Kebumen, disebutkan
beberapa pelayanan yang harus dilakukan oleh tenaga bidan yaitu :
A. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat
1. Mengaktifkan Posyandu
2. Memberikan penyuluhan KIA
30
4. Pemberian vitamin A pada balita
5. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
6. Memberikan penyuluhan tentang KB
7. Memberikan 90 tablet Fe pada ibu hamil
8. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
9. Memberikan berbagai jenis imunisasi
10. Menimbang balita pada saat Posyandu
B. Pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang
1. Melakukan kunjungan neonatus
2. Melakukan pertolongan persalinan
3. Mampu bekerja sama dengan dukun bayi
4. Melaporkan adanya ibu hamil resiko tinggi
5. Melakukan pengukuran pita LILA pada ibu hamil
6. Melakukan pengukuran pita LILA pada wanita usia subur
7. Memberikan penyuluhan pada kader kesehatan
8. Memberikan pembinaan pada dukun bayi
9. Memberikan stiker P4K pada semua ibu hamil
10. Memberikan pelayanan selama 24 jam
Setiap tugas akan diberikan skor berdasarkan kategori yang telah
ada yaitu baik (3),sedang (2) dan buruk (1). Untuk melihat hal ini peneliti
kurang kompeten sehingga peneliti meminta orang yang lebih kompeten
untuk melakukan proses evaluasi. Orang tersebut adalah bidan yang lebih
memadai. Observer telah bekerja sebagai bidan selama 10-15 tahun, dan
juga menduduki jabatan sebagai kepala bagian KIA dan gizi di Puskesmas
Wonosari I dan Puskesmas Poncowarno Kabupaten Kebumen.. Skor total
didapat didasarkan pada sejauh mana bidan desa tersebut mencapai target
yang telah ada dalam setiap kategori dalam instrument penilaian tersebut.
Kategori tersebut dapat dilihat pada lampiran.
Proses pengumpulan data dilakukan selama 3 minggu yaitu mulai
tanggal 17 April-11 Mei 2009. Kedua observer tersebut melakukan
pengamatan dan penilaian dokumen pada setiap subyek penelitian. Setiap
observer mendapatkan data yaitu dengan cara mendatangi subyeeek
ketika sedang melaksanakan Posyandu di wilayahnya. Observer tersebut
memberikan penilaian sesuai dengan standar dan kategori yang telah ada.
Setiap observer mengamati dan melakukan penilaian pada performance
dan dokumen yang dimiliki para bidan desa tersebut. Para observer telah
terbiasa menggunakan standar tersebut untuk melakukan penilaian
terhadap kualitas bidan desa di suatu daerah binaannya. Hasil yang
didapatkan oleh observer I tidak diketahui oleh observer II, sehingga
diharapkan hasil penilaian yang mereka berikan murni dari pengamatan
mereka sendiri. Data yang digunakan untuk analisis adalah data dari
observer I ( kepala BKIA ), sedangkan data dari observer II digunakan
untuk mengecek hasilnya.
a. Pengumpulan data melalui pengamatan pada saat Posyandu :
32
2. Memberikan penyuluhan KIA
3. Melakukan pengukuran pita LILA pada ibu hamil
4. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
5. Pemberian vitamin A pada balita
6. Memberikan 90 tablet Fe pada ibu hamil
7. Melakukan pengukuran pita LILA pada wanita usia subur
8. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)
9. Memberikan berbagai jenis imunisasi
10. Menimbang balita pada saat Posyandu
b. Pengumpulan data melalui penilaian dokumen yang telah ada :
1. Melakukan kunjungan neonatus
2. Melakukan pertolongan persalinan
3. Mampu bekerja sama dengan dukun bayi
4. Melaporkan adanya ibu hamil resiko tinggi
5. Pemeriksaan anak pra sekolah dan anak sekolah
6. Memberikan penyuluhan tentang KB
7. Memberikan penyuluhan pada kader kesehatan
8. Memberikan pembinaan pada dukun bayi
9. Memberikan stiker P4K pada semua ibu hamil
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan alat ukurnya.
Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitytinggi bila alat ukur tersebut
menjalankan fungsinya sebagai alat ukur atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud diadakannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997).
Valid tidaknya alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur
tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.
Suatu alat ukur yangvalid, tidak sekedar mampu mengungkapkan
data dengan tepat, tetapi juga memberikan gambaran yang cermat
mengenai data tersebut. Cermat berarti pengukuran itu mampu
memberikan gambaran mengenai perbedaan sekecil-kecilnya diantara
subyek satu dengan yang lain (Azwar, 1997).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi skala, yaitu sejauh
mana skala tersebut isinya telah dianggap dapat mengukur hal-hal yang
mewakili keseluruhan tentang hal-hal yang hendak diukur (Suryabrata,
1983).
Pada skala sikap terhadap penempatan kerja, peneliti sebelumnya
telah melakukan uji validitas isi yaitu dengan menggunakan professional
judgement. Cara ini adalah membandingkan isi item dengan indikator yang
34
beberapa orang yang dianggap lebih berkompeten. Uji validitas ini
dilakukan dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Sedangkan
validitas dari standar penilaian mutu pelayanan umum kebidanan juga
menggunakan professional judgement dari ahli di bidang ini, yaitu Dinas
Kesehatan kabupaten Kebumen. Hal ini dikarenakan standar penilaian ini
telah digunakan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk melihat hasil kinerja
atau kualitas para bidan desa di Kabupaten Kebumen.
2. Analisis Item
Pada penelitian ini akan dilakukan try outyang dimaksudkan untuk
menyeleksi ítem- ítem yang digunakan dalam penelitian ini. Namun,
penelitian ini menggunakan try out terpakai dikarenakan keterbatasan
subyek penelitian.
Untuk menghindari kesalahan pada analisis data, data hasil
penyebaran kuesioner terlebih dahulu akan dilakukan seleksi terhadap
item kuesioner dalam penelitian ini. Suatu instrumen dinyatakan valid
jika memiliki nilai koefisien korelasi > 0,3 karena dianggap bahwa daya
bedanya memuaskan. Namun apabila jumlah item yang lolos masih idak
mencukupi, maka menurut Azwar (2000) dapat mempertimbangkan
untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25. Setelah itu
akan dilakukan analisis data. Analisis item ini akan menggunakan
Item dapat dikatakan sahih adalah item yang mempunyai memiliki
daya diskriminasi ≥ 0,30. Dari 48 item, item yang gugur adalah sebanyak 5
item, yaitu item nomor 20,32,43,46 dan 48.
Untuk menyeimbangkan proporsi item tiap aspek atau komponen,
maka peneliti mengugurkan item yang memiliki skor korelasi terkecil dari
setiap komponen hingga didapatkan jumlah yang seimbang. Item – item
yang digugurkan untuk menyeimbangkan komposisi tiap aspek adalah
item nomor 6, 12, 17, dan 21.
Tabel 3.2
Distribusi item untuk skala sikap terhadap penempatan kerja
( setelah analisis item)
Indikator Komponen sikap Jumlah Afektif Kognitif Konatif
Manfaat tugas Favorable Unfavorabel 30 (6) 4,27,39,7 2,16,24,44 13 10 Pelaksanaan tugas Favorable Unfavorabel 23 15,37 31,34,(46) 3,8,(12),18 (17),22,47 10
Rasa senang dan puas Favorabel Unfavorabel 1,9,(21),26,36 11,19,29,35,41,(48) 33,42 11 Kerja keras Favorable unfavorabel
14, 45 (20) 10,(43)
25,(32),38,40 5,28
8
total 13 13 13 39
Keterangan :
( ) adalah item yang gugur dan yang sengaja digugurkan.
36
3. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability. Meskipun reliabilitas
mempunyai nama lain seperti: keterpercayaan, keterandalan, keajegan,
kestabilan, konsistensi, dan lain sebagainya, ide pokok yang terkandung
dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya (Azwar, 1997). Reliabilitas skala pengukuran dalam penelitian
ini didapat dengan metode konsistensi internal. Dalam metode ini
prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada
sekelompok individu sebagi subyek (single trial administration). Analisis
reliabilitasnya dilakukan dengan teknik Alpha dari Cronbach (Azwar,
1997). Pendekatan ini dianggap memiliki nilai praktis dan efisiensi yang
tinggi (Azwar, 1998). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisiensi yang
angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. semakin tinggi
koefisien reliabilitasnya mendekati 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka
0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Uji reliabilitas alat ukur dalam
penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach
dengan bantuan program SPSS versi 16,0 for windows evaluation.
Skala sikap terhadap penempatan kerja ini mempunyai koefisien
reliabilitas sebesar 0,953 dengan jumlah subyek sebanyak 58. Hal ini
berarti koefisien tersebut termasuk sangat baik karena mendekati nilai r
tinggi sehingga alat ukur tersebut dapat dipercaya mampu mengungkap
sikap yang sesungguhnya melalui skala tersebut.
Nilai mutu pelayanan umum diperoleh dari observasi dan
pengumpulan data yang dilakukan oleh kepala bagian KIA dan gizi. Bidan
desa diamati oleh bidan yang mempunyai pengalaman yang cukup
memadai. sehingga masing – masing bidan desa mempunyai penilaian.
Penilaian reliabilitas pada bidan desa mempunyai reliabilitas antar rater,
karena setiap bidan desa dinilai oleh 2 orang observer. Standar penilaian
pelayanan Kebidanan ini mempunyai reliabilitas yaitu sebesar 0,896. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lembar lampiran.
G. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini akan
digunakan tehnik statistik. Mengingat data yang diperoleh dalam
penelitian ini berupa angka-angka, maka pengolahan dan analisis data
mengunakan analisis kuantitatif. Data yang telah diperoleh akan diskor
sesuai penilaian terhadap skala. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini akan diuji dengan menggunakan teknik korelasi Product Momentdari
Pearson. Teknik ini digunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum peneliti melakukan proses perijinan untuk melakukan penelitian. Perijinan untuk melakukan penelitian diawali dengan surat permohonan ijin dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor: 50.h/D/KP/Psi/USD/IV/2009 pada tanggal 22 April 2009 yang ditujukan kepada Bupati Kabupaten Kebumen melalui Kepala Dinas Kesbangpolinmas. Selanjutnya setelah mendapat balasan dari Kepala Dinas Kesbangpolinmas dengan nomor : 072/283 tertanggal
23 April 2009 dilanjutkan kepada Kepala BAPPEDA Kabupaten Kebumen. Pada tanggal 24 April 2009 peneliti memperoleh ijin untuk melakukan penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai, dimana semua skala tersebut digunakan untuk analisis uji coba alat. Hasil uji coba ini kemudian akan digunakan untuk analisis item, estimasi validitas dan reliabilitas sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid dan reliabel. Setelah digunakan untuk analisis item dan estimasi validitas serta reliabilitas, data uji coba ini digunakan untuk membuat analisis data penelitian. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan subyek penelitian.
B. Deskripsi Data Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah bidan desa yang berada di Kabupaten Kebumen dan mempunyai pendidikan akademi kebidanan. Karakterisik demografi subyek dapat dilihat berdasarkan usia, status kepegawaian. Berikut ini disajikan data demografi subyek dalam penelitian ini.
1. Persentase berdasarkan usia.
Tabel 4.1
Persentase berdasarkan Usia
Usia Jumlah Persentase
20-25 tahun 26-30 tahun
32 26
55,17% 44,83%
40
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa subyek dalam penelitian ini berusia antara 20-30 tahun, dimana mayoritas subyek dalam penelitian ini berusia antara 20 – 25 tahun.
2. Persentase berdasarkan status kepegawaian. Tabel 4.2
Persentase berdasarkan status kepegawaian
Status Jumlah Persentase
PTT PNS
38 20
65,52% 34,48%
Total 58 100%
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek pada penelitian ini adalah mereka yang berstatus PTT ( Pegawai Tidak Tetap ) yaitu sebanyak 38 orang sedangkan 20 lainnya sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pegawai Tidak Tetap ( PTT) adalah pegawai yang hanya terikat kontrak dengan pemerintah daerah. Para PTT ini mendapatkan gaji yang seadanya. Secara tidak langsung mereka memiliki masa depan yang tidak jelas karena hanya terikat kontrak kerja sesuai kesepakatan dengan pemerintah daerah. Seorang PTT ini harus menunggu waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan PNS mereka mendapatkan fasilitas – fasilitas yang disediakan oleh pemerintah baik sarana maupun prasarana yang menunjang.
Selain itu sikap terhadap penempatan kerja dan mutu pelayanan
teoritik (µ). Penggunaan kategori jenjang bertujuan menempatkan subjek ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari lima kategori, yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Azwar,2000). Norma kategori skor dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.3 Norma kategorisasi skor
Skor Kategori
(µ +1,5 ) < X Sangat Tinggi (µ +0,5 ) < X ≤ (µ +1,5 ) Tinggi (µ -0,5 ) < X ≤ (µ+ 0,5 ) Sedang (µ -1,5 )< X ≤ (µ -0,5 ) Rendah
X≤(µ-1,5 ) Sangat Rendah
Untuk skala sikap terhadap penempatan kerja mempunyai mempunyai rentang minimum 1x39=39 dan rentang maksimum 4x39=156. Sehingga jarak luas sebarannya sebesar 117. Sehingga mempunyai deviasi standar sebesar 117:6=19,5 serta mean teoritik sebesar 97,5. Sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma diperoleh kategorisasi skor sebagai berikut
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor sikap terhadap penempatan kerja
Skor Kategori Jml.Subyek Persentase
126,5<X Sangat tinggi 33 56,89%
107,25<X≤126,5 Tinggi 22 37,93%
87,75<X≤107,25 Sedang 3 5,18%
74<X≤87,75 Rendah -
-42
Dari hasil kategori diatas dapat dilihat ada 3 bidan desa yang berada dalam kategori sedang, 22 bidan desa dalam kategori tinggi dan 33 bidan desa yang masuk dalam kategori sangat tinggi.
Untuk mutu pelayanan umum ini penilaian didapatkan dari para supervisor berdasarkan kategori penilaian dalam standar pelayanan minimum. Didapatkan rentang minimum 0 dan maksimum 60. Sehingga
sebesar60:6=10 dan mean 30.
Tabel 4.5
Kategorisasi skor mutu pelayanan umum
Skor Kategori Jml.Subyek Persentase
45<X Sangat tinggi 29 50%
35<X≤45 Tinggi 25 43,10%
25<X≤35 Sedang 4 6,9%
15<X≤25 Rendah -
-X≤15 Sangat rendah -
-Untuk skor mutu pelayanan umum ini subyek yang memperoleh skor sangat tinggi sebanyak 29 dan 25 lainnya masuk dalam kategori tinggi dan 4 lainnya dalam kategori sedang.
C. Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Jika data penelitian berdistribusi secara normal, maka uji statistik yang digunakan adalah statistik parametrik (korelasi product moment). Namun jika data penelitian tidak berdistribusi secara normal, maka uji statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik (Tau-Kendall). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov-Z. Hasil uji normalitas yang telah dilakukan dengan
menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas
Skor mutu
pel.umum
Skor sikap thd penempatan kerja
Kolmogorov Smirnov-Z 0,756 0,664
Asymp. Significant 0,617 0,771
Berdasarkan hasil uji normalitas pada kedua variabel seperti yang disajikan pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai signifikansi > 0,05 ( p > 0,05 ), maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada kedua variabel dalam penelitian ini adalah normal.
2. Uji Linearitas
44
linieritas, yaitu memiliki probabilitas 0,000 atau memiliki probabilitas kurang dari 0.05 (p < 0,05).
Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas
F Sig.
mutu * sikap
Between Groups
(Combined)
1.718 .081
Linearity 27.118 .000
Deviation from
Linearity .872 .644
Within Groups Total
Berdasarkan hasil uji linearitas pada kedua variabel diatas dapat diketahui semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai probabilitas (p) < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada semua variabel dalam penelitian ini adalah linier.
3. Uji Hipotesis
Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara sikap
terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum para bidan desa maka digunakan analisis korelasi product moment dari pearson dan diolah menggunakan spss v