• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Sikap Terhadap Penempatan kerja dan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan Antara Sikap Terhadap Penempatan kerja dan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Wahyu Eko Mardani NIM : 049114108

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya

( Pengkotbah 3:11 )

“ Rancangan-Ku adalah rancangan damai

sejahtera. Untuk memberikan kepadamu hari depan

yang penuh harapan

(Yeremia 29:11)

(5)

v

Karya ini kupersembahkan Untuk …… :

Tuhanku,Yesus Kristus buat Kasih dan

Berkat-Nya……….

Papa dan Mamaku tersayang atas Doa, Kasih

Sayang dan Kesabarannya menjagaku.

Adek – adekku tercinta Nia & Lidya

Ari Tunggul S. Christanto S.T . yang setia, sabar

menunggu, menemani dan memotivasiku.

Serta

teman

dan

Sahabatku

yang

selalu

(6)
(7)

vii

Kerja dan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen. Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Sikap Terhadap Penempatan Kerja dengan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum yang diberikan para bidan desa.

Subyek dalam penelitian ini adalah para bidan desa di Kabupaten Kebumen dan berjumlah 58 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran skala sikap terhadap penempatan kerja, sedangkan mutu pelayanan umum bidan desa diperoleh dari hasil penilaian 2 rater. Data sikap yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00. Koefisien reliabilitas dari skala sikap terhadap penempatan kerja adalah 0,953, sedangkan reliabilitas antar rater penilaian mutu pelayanan umum bidan desa adalah sebesar 0,896. Untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum para bidan desa digunakan korelasi Product Moment Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum umum para bidan desa di Kabupaten Kebumen dengan koefisien korelasi sebesar 0,585 dengan taraf signifikansi 0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi atau positif sikap terhadap penempatan kerja yang dijalani semakin tinggi atau baik pula mutu pelayanan yang diberikan.

(8)

viii ABSTRACT

Wahyu Eko Mardani (2009). The midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

The aim of the research was to find the correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. The hypothesis of this research was there was a positive correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality.

The sample of this study were the midwives in Kebumen and there were 58 participant. The data was collected by distributing the scale of attitude toward job placement and the midwives service quality collected by took 2 rater. For the data analysis, this study used SPSS for Windows version 16.00. The. Reliability coefficient for the scale of attitude toward job placement was 0,953 and reliability coefficient for quality service was 0,896. This study used Product Moment Pearson to find the relationship between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen.

The result show there was a positive correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. It was shown by the amount of correlation coefficient, which was 0,585 at the level of significant 0,01. We can conclude that the higher or positive the midwives attitude toward job placement gets, the higher midwives service quality will gets too.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan atas limpahan berkat, arahmat, dan kasih-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, berupa moral, material maupun spiritual, sehingga pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan matur sembah nuwun kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis,

1. Pak Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi dan wakil-wakilnya, atas segala kesempatan dan kemudahan yang diberikan selama menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi.

2. Mbak Henrietta P.D.A.D.S., S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih buat bimbingan dan dukungannya sampai saya bisa menyelesaikan study di fakultas psikologi ini. Makasih Mbak…

3. Pak Agung terima kasih atas bimbingan serta pengetahuan tentang statistiknya. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

(11)

xi

6. Kepala Dinas Kabupaten Kebumen Bpk. Drs. Dr. Budi Satrio M.Kes serta Kepala Puskesmas Kutowinangun,Poncowarno, Ambal II dan Alian. Terima kasih telah memberikan ijin kepada saya untuk mengadakan penelitian ini. 7. Bapak Milyono. SH selaku kepala badan Kesbang Polinmas Kabupaten

Kebumen dan Bapak Sukamto. S.Sos,M.T selaku kepala BAPPEDA Kabupaten Kebumen. Terima kasih atas bantuan dan kerja samanya

8. Seluruh keluargaku khususnya mama, papa adekku ( Nia & Lidya ) yang selalu mendoakan,memberi kasih sayang, dukungan,motivasi,nasehat serta keceriaan yang tak pernah habis buatku. I luv u all,,,,,,

9. Ari Tunggul S.C terima kasih buat kesetiaan, kesabaran, dukungan, motivasi dan buat semua yang udah dikasih sampai akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini. ( Akhirnya adek nepati janji lulus tahun ini n nyusul mas….lup u…^_^) 10. “ The Three Sista”, 3 beruang, 3 kurcaci ( Dhany,Lita, Fenny ). Tenkyu sist,

buat semua keceriaan yang udh kalian kasih. Suka, duka, tawa, tangis. Pokoknya kalian the best. Jaga komunikasi ya, coz qta bakal pulang ke daerah masing2. Pokoknya keep contact. Mpe kapanpun qta tetep 3 sodara perempuan. ( ayo semangat, qta wisuda bareng….)

(12)

xii

lagi kesepian or lagi butuh bantuan kekosmu ya!!!hahaha….Susi tenkyu udah

diajarin spss yo.

12. Temen2 Smanda Boement yang masih sering kumpul. Wah gokil abis pokoknya. Sasa, Pena, Ardhy, Tyo, Aji, Nana, Icha, Ubus…..dll. Ayo cah ndang nyusul Pena wkwkwkkkk…..

13. Temen-temenku gereja. Aku bosen denger kalian tanya kapan aku lulus tau……….!!!!!. Mas Pur ( mas pendeta.heee…) yang seneng banget ngerjain dengan kata ndang luluso nduk…..( duh panas nie kuping). Tapi tengkyu jadi termotivasi kok…

14. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu saya hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih banyak.

Akhir kata, penulis juga hendak menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Semoga skripsi ini bisa berguna untuk siapa saja yang membacanya.

Penulis

(13)

xiii

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Motto ... iv

Halaman Persembahan ... v

Halaman Pernyataan Keaslian Karya... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Halaman Persetujuan Publikasi Karya ... ix

Kata Pengantar... x

Daftar Isi... xiii

Daftar Tabel... xvii

Daftar Lampiran... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

(14)

xiv

C. TujuanPenelitian………. 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 8

A. Sikap ... 8

1. Sikap... 8

2. Karakteristik Sikap... 9

3.Komponen Sikap... 10

4.Faktor-faktor Pembentuk Sikap ... 10

5.Penempatan Kerja di Desa... 12

6.Sikap Terhadap Penempatan Kerja ... 15

B. Mutu Pelayanan Umum... 16

1. Pelayanan Umum ... 16

2. Standar Pelayanan Umum... 17

3. Mutu Pelayanan Umum ... 19

4. Faktor – Faktor Mutu Pelayanan Kesehatan... 20

(15)

xv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Identifikasi Variabel... 25

C. Definisi Operasional... 26

D. Subjek Penelitian ... 27

E. Metode Pengumpulan Data... 27

F. Validitas dan Reliabilitas ... 33

1. Validitas ... 33

2. Analisis Item... 33

3. Reliabilitas... 36

G. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Pelaksanaan Penelitian ... 38

B. Deskripsi Data Penelitian ... 39

(16)

xvi

1. Uji Normalitas ... 42

2. Uji Linearitas ... 43

3. Uji Hipotesis ... 44

D.Analisis Tambahan... 45

E. Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan... 50

B. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(17)

xvii

Tabel 3.1 Distribusi Item Untuk Skala Sikap terhadap Penempatan Kerja ... 29

Tabel 3.2 Distribusi Item Untuk Skala Sikap terhadap Penempatan Kerja ( setelah analisis item) ... 35

Tabel 4.1 Persentase Berdasarkan Usia ... 39

Tabel 4.2 Persentase Berdasarkan Status Kepegawaian ... 40

Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor... 41

Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Sikap Terhadap Penempatan Kerja ... 41

Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Mutu Pelayanan umum ... 42

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 43

Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas... 44

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian

1. Skala Sikap Terhadap Penempatan Kerja

2. Tugas – tugas Standar Pelayanan Minimal Bidan

3. Kategorisasi Standar Pelayanan Bidan

Lampiran 2. Reliabilitas Antar Rater

Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 4. Uji Normalitas

Lampiran 5. Uji Linearitas

(19)

1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kesehatan adalah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan serta

perkembangan suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang

bekerja keras dalam menangani masalah kesehatan khususnya kesehatan ibu

dan anak. Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu masih

merupakan suatu masalah yang besar. Angka kematian ibu masih mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini 3-6 kali lebih besar di wilayah

ASEAN serta merupakan angka tertinggi (Media Indonesia, 28 Juni 2008).

Tingginya angka ini menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga belum

terwujud dengan baik, padahal kesejahteraan sebuah keluarga merupakan

tonggak bagi terwujudnya kesejahteraan bangsa yang baik (Setyowanto,

2005).

Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka

kematian ibu, salah satunya disebabkan oleh kualitas pertolongan persalinan

yang dilakukan oleh dukun beranak yang tidak atau kurang memenuhi standar

kesehatan sehingga membahayakan jiwa pasien tersebut, hal seperti ini biasanya terjadi di daerah pedesaan (Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004).

Menurut Manuaba (1998), 70% masyarakat Indonesia tinggal di daerah

pedesaan yang jauh dari layanan kesehatan yang memadai karena situasi

(20)

2

Sebagai upaya untuk menangani permasalahan ini pemerintah melalui

Departemen Kesehatan Republik Indonesia berusaha mempercepat penurunan

angka kematian ibu dengan meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan

khususnya kebidanan kepada setiap masyarakat atau ibu yang membutuhkan

yaitu dengan cara menempatkan bidan di setiap desa yang disebut sebagai

bidan desa melalui badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Yayasan

Pendidikan Kesehatan Perempuan Indonesia, 2004).

Mutu pelayanan itu sendiri adalah merupakan suatu kondisi dinamis

yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goetsch dan Davis, 1994). Menurut

Azwar (1994) mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan

pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan

kepuasan pada salah satu pihak dalam hal ini pasien atau masyarakat yang

membutuhkan dan di lain pihak merupakan kesesuaian antara pelayanan dan

standar pelayanan profesi yang diterapkan. Baik buruknya atau keberhasilan

mutu pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berkaitan dengan pelayanan

perawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasiennya

(Kretartho, 1999). Pelayanan perawatan ini juga merupakan sikap dan tingkah

laku bidan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya (Keraf dalam

Hartanti, 1995).

Tidak mudah bagi seorang bidan untuk memberikan kualitas pelayanan yang bermutu karena banyak faktor yang harus dihadapi. Tiffin &

(21)

pekerjaan digolongkan menjadi 2 hal, yaitu variabel individu itu sendiri dan

variabel lingkungan. Dalam hal ini setiap bidan desa pasti mempunyai kondisi

yang berbeda satu sama lain dan menghadapi hal yang berbeda baik dalam

lingkungan kerjanya maupun diluar kerjanya.

Seorang bidan desa harus siap memberikan pelayanan kesehatan

secara mandiri dan selama 24 jam penuh dan terkadang harus rela

mengesampingkan kepentingan pribadinya. Selain hal ini, seorang bidan desa

pasti mempunyai permasalahan lain di dalam keluarganya maupun

dilingkungan masyarakatnya. Situasi seperti ini akan mempengaruhi baik fisik maupun psikis yang harus dirasakan seorang bidan desa dalam menjalani

tugas penempatan kerjanya di sebuah desa sehingga akan menimbulkan

respon emosional serta kognitif yang akan terorganisir menjadi sebuah sikap

(Mac.Dougall dalam Gerungan, 1998).

Sikap itu sendiri adalah sejumlah afeksi positif atau negatif yang

ditunjukkan oleh seseorang terhadap suatu objek (Thurstone Louis,dalam

Azwar, 1988). Menurut Mac.Dougall (dalam Gerungan, 1998) menambahkan

bahwa sikap merupakan totalitas dari instink – instink yang terorganisir, yang

berkaitan erat dengan emosi – emosi dan semuanya menjadi sumber

penyebab tingkah laku manusia sehingga menimbulkan bentuk tingkah laku

yang berkesinambungan, teratur dan berlangsung cukup lama. Sikap terhadap

(22)

4

tugas, rasa senang dan puas, kerja keras untuk menjalankan tugasnya

(Mulyono, 2002).

Penyebaran dan penempatan bidan desa ini dilakukan di seluruh

propinsi dan kabupaten di Indonesia dengan harapan agar pelayanan

kesehatan mudah dijangkau dan merata pada semua lapisan masyarakat.

Pemerintah berupaya dengan cara melakukan program penempatan kerja

melalui program Pegawai Tidak Tetap (PTT) di seluruh propinsi dan

kabupaten untuk lebih mendekatkan sarana kesehatan di desa. Salah satunya

adalah di propinsi Jawa Tengah khususnya di kabupaten Kebumen. Angka kematian ibu dan bayi di kabupaten Kebumen masih tergolong tinggi yaitu

sebesar 102 per 100.000 (KebumenKab.go.id) sehingga peran tenaga

kesehatan masih sangat dibutuhkan khususnya adalah para bidan.

Peran dan tanggung jawab seorang bidan desa tidak hanya dalam

usaha menurunkan angka kematian ibu dan bayi namun juga meningkatkan

pelayanan kesehatan masyarakat di wilayahnya serta berbagai usaha untuk

pencegahan dan penanggulangan berbagai macam penyakit seperti TBC,

Aids, malaria, demam berdarah, diare (SPK, 1999). Dilihat dari tanggung

jawab mereka inilah maka peran seorang bidan desa sangat penting.

Kompleksitas kerja yang telah dibahas menunjukkan bahwa penempatan

kerja tidak hanya sekedar pemerataan kesejahteraan kesehatan saja tetapi juga

menyangkut implikasi psikologis yang bidan desa hadapi selama menjalani penempatan kerja tersebut. Pelayanan yang diberikan bidan desa tidak

(23)

dengan masyarakat berarti bidan desa berinteraksi secara langsung dengan

berbagai aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat desa

adalah masyarakat yang masih sangat kuat dalam memegang prinsip adat atau

tradisi dalam komunitasnya. Kondisi sosial seperti ini akan memberikan

tekanan serta kecemasan tersendiri bagi para bidan desa dalam menjalani

tugasnya secara profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan karena

seorang bidan desa mendapatkan lokasi penempatan kerjanya sesuai dengan

kebijakan pemerintah.

Seorang bidan desa mengalami ketakutan – ketakutan tertentu untuk berhadapan dengan masyarakat, misalnya bagaimana mereka harus bersikap

atau berperilaku terhadap masyarakat. Di dalam kode etik internasional juga

diungkapkan bahwa dalam praktik kebidanan, bidan bertidak sebagai panutan

(Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004). Seorang bidan dalam menjalankan

tugasnya harus menghormati norma – norma yang berlaku didalam

masyarakat (Sofyan,2001). Aktivitas kerja seorang bidan desa membutuhkan

kerja langsung ke setiap sudut desa. Hal inilah yang mungkin saja

menimbulkan ketidaksiapan dalam merespon tugas penempatan kerjanya.

Respon emosi dan kognitif seorang bidan desa akan terorganisir

menjadi sebuah sikap. Sikap terhadap penempatan kerja dapat dikatakan

merupakan suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan seorang bidan desa

yang mempunyai kecenderungan respon baik positif atau negatif dan merupakan penggabungan dari komponen afektif, kogitif dan konatif yang

(24)

6

puas terhadap pekerjaannya ,kerja keras dan sukses dalam menjalankan

kewajibannya ketika dia ditempatkan di wilayah – wilayah kerjanya yaitu

desa hingga memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Jika

seorang bidan menunjukkan suatu respon positif terhadap suatu stimulus yaitu

penempatan kerja maka dia akan bekerja dengan baik dan memberikan

pelayanan yang baik, begitu pula sebaliknya.

Penelitian yang hampir sama telah dilakukan oleh Sa’dijah (1997)

pada mahasiswa Matematika di IKIP Malang. Dia menyatakan bahwa sikap

yang positif terhadap suatu obyek maka dia akan memberikan prestasi yang tinggi begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan

umum yang diberikan oleh bidan desa kepada masyarakat di kabupaten

Kebumen.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara sikap para bidan desa

terhadap tugas penempatan kerja di desa dengan mutu pelayanan umum yang

(25)

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

sikap terhadap penempatan kerja di desa dengan mutu pelayanan umum yang

diberikan para bidan desa kepada masyarakat.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Secara teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

bidang psikologi khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi serta diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi

ataupun sebagai sumber informasi dalam mengembangkan penelitian

selanjutnya.

2. Secara praktis:

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan

refleksi bagi puskesmas dan khususnya bagi para bidan desa dalam

menyikapi tugas penempatan kerja yang sedang dijalaninya yang tentunya

tanggung jawabnya dapat meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan

yang bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang sebaik –

(26)

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Sikap

1. Sikap

Sikap atau attitudes merupakan istilah populer dalam dunia

psikologi. Thurstone dalam Azwar (1988) mendefinisikan sikap sebagai

suatu jumlah afeksi positif atau negatif yang dirasakan seseorang terhadap

suatu obyek. Sikap seseorang terhadap suatu perasaan yang mendukung

(favorable) atau perasaan yang tidak mendukung (unfavorable) pada objek

tersebut. Sedangkan Sudibyo (2003) yang menyatakan bahwa sikap adalah

merupakan suatu organisasi keyakinan yang mengandung komponen

kognitif, konatif dan afeksif (emosional) yang relatif akan bersifat tetap

dan berkembang melalui pengalaman serta merupakan suatu kesiapan

untuk mereaksi terhadap obyek tertentu secara positif maupun negatif dan

dapat bervariasi kualitas dan intensitasnya.

Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut disimpulkan bahwa

sikap adalah suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan yang mempunyai

kecenderungan respon baik positif maupun negatif pada suatu obyek yang

dihadapinya dan merupakan penggabungan dari komponen afektif, kogitif

(27)

2. Karakteristik Sikap

Sikap juga mempunyai beberapa karakteristik, menurut Bringham

(1991). Karakteristik dasar dari sikap adalah sebagai berikut :

a. Sikap mempunyai arah

Sikap terbagi atas dua arah yaitu setuju atau tidak setuju,

mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu obyek sikap. Dimana

sikap setuju,mendukung ini berarti mempunyai arah positif dan tidak

setuju, tidak mendukung berarti mempunyai arah yang negatif.

b. Sikap memiliki intensitas

Yaitu kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu

sama meskipun mempunyai arah yang tidak berbeda.

c. Sikap mempunyai konsistensi

Yaitu kesesuaian antara pernyataan sikap dan responnya terhadap

obyek sikap termaksud, dimana konsistensi sikap diperlihatkan oleh

kesesuaian sikap antar waktu.

d. Sikap memiliki spontanitas

Yaitu sejauh mana kesiapan individu untuk mengungkapkan

sikapnya secara spontan. Dimana apabila spontanitas yang tinggi dapat

diungkapkan secara terbuka tanpa harus melakukan desakan untuk

(28)

10

3. Komponen Sikap

Menurut skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen.

Komponen – komponen sikap menurut skema triadik:

1. Komponen kognitif (cognitive)

Representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen afektif (affective)

Komponen afektif adalah merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap sesuatu.

3. Komponen konatif (conative)

Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan objek sikap yang dihadapi seseorang. Hal ini didasari oleh

asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

4. Faktor – faktor Pembentuk Sikap

Sikap sosial terbentuk adanya interaksi sosial yang dialami oleh

seorang individu. Dalam interaksi sosialnya seorang individu akan

membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologisnya.ada

banyak hal yang mendukung pembentukan sikap seseorang , yaitu :

1. Pengalaman pribadi

Untuk memberikan tanggapan yang baik terhadap suatu objek sikap

(29)

dengan objek psikologis. Middlebrook, 1974 mengatakan bahwa tidak

adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung

akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

2. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita.

3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Orang yang dianggap penting

bagi kita atau yang berarti khusus merupakan significant othersyang akan

mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

4. Media massa

Media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini

dan kepercayaan orang. Dalam memberikan informasi sebagai tugasnya,

media massa membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat

mengarahkan opini seseorang. Walaupun media massa perannya tidak

sebesar interaksi individu secaara langsung, namun peran media massa

tidak kecil artinya.

5. Institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama

Lembaga pendidikan atau lembaga agama sebagai suatu sistem

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan

(30)

12

6. Emosi dalam diri individu

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Terkadang, suatu bentuk sikap merupakan

pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai sarana

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Bimo (1978) juga berpendapat adanya faktor – faktor yang menentukan

dalam pembentukan dan perubahan sikap:

a. Faktor internal

Faktor internal disini adalah bagaimana cara individu menerima atau

menanggapi secara seleksi pengaruh dari luar sehingga tidak semua yang

datang diterima atau dibuang.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal disini adalah keadaan yang ada diluar individu yang dapat

mempengaruhi individu untuk membentuk atau menggubah sikapnya.

5. Penempatan kerja di desa

Tugas adalah suatu tanggung jawab serta peran yang diberikan

kepada seseorang dan wajib untuk dilaksanakan. Penempatan kerja bidan di

desa adalah salah satu progam pemerintah melalui Departemen Kesehatan

(DepKes) yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di

daerah pedesaan. Kebijakan ini didasarkan oleh surat edaran dari Direktorat

jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor 429/Binkesmas/DJ/III/89

(31)

Peraturan Menteri Kesehatan RI Pasal 8 nomor

572/MENKES/PER/VI/1996 mengungkapkan bahwa penempatan bidan

dimaksudkan dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan

kesehatan ditetapkan dengan urutan prioritas yaitu desa, Puskesmas/

Puskesmas Pembantu, Puskesmas/ Rumah Sakit di ibukota daerah tingkat I

atau tingkat I.

Tahun 1993 Depkes RI mengungkapkan juga bahwa bidan desa

ditempatkan pada setiap desa yang belum terdapat fasilitas pelayanan

kesehatan sehingga seorang bidan harus bertempat tinggal di desa tersebut

dan bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Hal ini dilakukan

dengan adanya program Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang telah berlangsung

sejak tahun 1991 (Depkes RI, 2005). Bidan PTT ini ditempatkn di daerah

terpencil dalam kurun waktu 3 tahun. Tujuan dari penempatan seorang bidan

di desa adalah untuk pemerataan peningkatan pelayanan kesehatan melalui

puskesmas dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Program

KB, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

Jadi tugas penempatan kerja bidan di desa adalah program pemerintah

yang dimaksudkan untuk memeratakan pelayanan kesehatan masyarakat agar

lebih mudah dijangkau hingga unit terkecil terutama di daerah pedesaan

hingga memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

Menurut Manuaba (1998) terdapat hambatan – hambatan dalam

penempatan seorang bidan desa diwilayah :

(32)

14

b. Kesulitan menyesuaikan diri dalam masyarakat

c. Kemampuan desa untuk membangun Polindes masih terbatas sehingga

banyak di antara bidan desa yang kurang mendapat dukungan dari

masyarakat

d. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan desa dan berpindah

mengikuti suami

e. Bidan belum mendapat kepercayaan dari masyarakat sehingga

orientasi terhadap dukun masih dominan

Bidan desa adalah tenaga profesional dalam bidang kesehatan untuk

masyarakat khususnya ibu dan anak yang telah mengikuti program

pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku

(KEPMENKES No.900/MENKES/SK/VII/2002). Bidan juga bertugas

memberikan penyuluhan – penyuluhan tentang kesehatan pada ibu di daerah

wilayah binaannya. Bidan desa bertanggung jawab atas daerah binaannya

tersebut yang terdiri dari 1-2 desa. Baik dalam peningkatan ibu dan anak

maupun peningkatan kesehatan masyarakatnya.

Hambatan – hambatan pada bidan desa:

a. Umur bidan relatif muda dan bukan berasal dari daerah sendiri.

b. Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat.

c. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan dan pindah ikut suaminya.

d. Pendidikan belum cukup untuk mandiri sehingga bidan kurang berfungsi.

e. Karena berusia muda maka bidan desa belum mendapat kepercayaan

(33)

Para bidan PTT atau yang mengikuti program penempatan kerja

adalah mereka yang baru saja lulus dari pendidikan bidan maupun mereka

yang baru saj adiangkat sebagai PNS. Bidan desa tersebut masih dalam tahap

perkembangan dewasa awal. Dewasa awal menurut Hurlock (1999) adalah

periode penyesuaian diri terhadap pola – pola dan harapan sosial yang baru.

Menurut Erikson mereka berada dalam tahap keintiman vs isolasi yang

berada pada rentang usia 20-30 tahun. Sebagai individu yang sedang

menjalani proses menuju dewasa mereka terus saja menanyakan tentang siapa

dirinya. Dalam perenungan inilah mereka sangat dipengaruhi oleh tuntutan

sosial dan tuntutan sosial ini mungkin saja akan menimbulkan stress pada

berbagai perubahan hidup.

6. Sikap terhadap penempatan kerja

Sikap terhadap penempatan kerja merupakan bagian dari sikap

seseorang terhadap suatu profesi yang sedang dijalaninya. Bidan desa juga

merupakan suatu profesi yang sangat penting bagi kesejahteraan kesehatan di

Indonesia. Sikap seorang bidan desa terhadap penempatan kerja merupakan

sikapnya terhadap profesi bidan yang menjalani tugas penempatan kerja

didesa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendapat ahli tentang sikap

terhadap profesi.

Mulyono (2002) mengungkapkan bahwa sikap terhadap profesi dapat

diartikan sebagai suatu keyakinan, pikiran dan perasaan, keinginan dan

(34)

16

profesinya, mencintai tugas yang diembannya serta menjalankan panggilan

tugas tersebut dengan suka cita yang berhubungan dengan manfaat tugas yang

dijalaninya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras dalam

menjalankan kewajibannya atau pekerjaannya.

Jadi, berdasarkan uraian tersebut sikap terhadap profesi dalam hal ini

adalah profesi bidan dalam menjalankan penempatan kerja adalah suatu

bentuk reaksi atau evaluasi perasaan seorang bidan desa yang mempunyai

kecenderungan respon baik positif atau negatif dan merupakan penggabungan

dari komponen afektif, kogitif dan konatif yang berhubungan dengan manfaat

tugasnya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras

menjalankan kewajibannya ketika dia ditempatkan di wilayah – wilayah

kerjanya yaitu desa hingga memberikan pelayanan kesehatan secara

menyeluruh.

B. Mutu Pelayanan Umum

1. Pelayanan Umum

Pelayanan umum itu sendiri adalah dapat didefinisikan sebagai

segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun

jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan

dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di

lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah

dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam

(35)

(Http://www.gemari.com/). Sedangkan pelayanan umum dalam penelitian

ini adalah dalam bentuk pelayanan kesehatan yaitu bentuk jasa yang

diberikan pada publik dalam rangka meningkatkan kesehatan baik secara

fisik, sosial dan mental. Menurut Yacobalis dalam Rusmawati (1998)

menyatakan bahwa pelayanan merupakan sutu kebutuhan yang sifatnya

membantu atau mengarahkan sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.

Sedangkan menurut Depkes RI (1988) menyatakan bahwa pelayanan

kesehatan adalah segala upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan

penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan pemulihan kesehatan

yang dilaksanakan para ahli pelayanan medis dan orang yang

membutuhkan. Tujuan utama pelayanan kesehatan adalah tercapainya

keadaan hidup sehat dan belum sampai pada hidup produktif. Pengertian

tersebut sampai saat ini masih mempengaruhi upaya pelayanan kesehatan.

2. Standar Pelayanan Umum

Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat

kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Suatu

standar akan efektif apabila dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah

dilakukan dan dibutuhkan (SPK, 2005). Maka pelayanan berkualitas dapat

dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah

ditetapkan. Dengan demikian, standar penting untuk pelaksanaan,

(36)

18

Menurut peraturan Bupati Kabupaten Kebumen Nomor 109 tahun

2007 tentang pedoman standar pelayanan minimal pada dinas kesehatan

Kabupaten Kebumen, disebutkan beberapa pelayanan yang harus

dilakukan oleh tenaga bidan yaitu :

A. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat

1. Mengaktifkan Posyandu

2. Memberikan penyuluhan KIA

3. Pemeriksaan anak pra sekolah dan anak sekolah

4. Pemberian vitamin A pada balita

5. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

6. Memberikan penyuluhan tentang KB

7. Memberikan 90 tablet Fe pada ibu hamil

8. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

9. Memberikan berbagai jenis imunisasi

10. Menimbang balita pada saat Posyandu

B. Pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang

1. Melakukan kunjungan neonatus

2. Melakukan pertolongan persalinan

3. Mampu bekerja sama dengan dukun bayi

4. Melaporkan adanya ibu hamil resiko tinggi

5. Melakukan pengukuran pita LILA pada ibu hamil

6. melakukan pengukuran pita LILA pada wanita usia subur

(37)

8. Memberikan pembinaan pada dukun bayi

9. Memberikan stiker P4K pada semua ibu hamil

10. Memberikan pelayanan selama 24 jam

3. Mutu Pelayanan Umum

Goetsch dan Davis (1994, p. 4) membuat definisi mengenai mutu

yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah mutu merupakan

suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan

Sujudi (1996) menyatakan bahwa pengertian mutu sebenarnya

mengandung arti yang relatif karena itu harus dikaitkan dengan suatu

pembanding atau standar yang digunakan.

Menurut Azwar (1994) mutu pelayanan umum para tenaga

kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu

pihak menimbulkan kepuasan pada tiap pasien sesuai dengan tingkat

kepuasan rata- rata, sedangkan dilain pihak tata cara penyelenggaraannya

sesuai dengan kode etik dan standar profesi yang telah ditetapkan. Untuk

menilai mutu pelayanan yang telah diberikan menurut Marr & Giebing

(1996) diperlukan adanya sebuah evaluasi yang mengkaji kesesuaian

pelayanan yang diberikan dengan standar yang ditetapkan. Dia juga

menjelaskan bahwa proses evaluasi meliputi pengamatan, pengumpulan

dan pengorganisasian data secara sisitematis dan merupakan suatu proses

(38)

20

pelayanan umum ini berkaitan dengan standar pelayanan yang diterapkan.

Melalui standar ini dapat dilakukan penilaian atau pengkajian apakah

pelayanan kebidanan yang diberikan bermutu/ berkualitas dan apakah

tujuan kebidanan telah tercapai. Karena itu sesuai dengan pengertian dan

tujuan standar sebagai acuan yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan

pelayanan kebidanan dan harus dapat bertanggung jawab terhadap kualitas

pelayanan yang dilaksanakan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu

pelayanan umum yang diberikan bidan desa adalah tingkat kesempurnaan

pelayanan perawatan yang diberikan sesuai dengan standar kebidanan

yang telah ditentukan.

4. Faktor – faktor Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut JCAHO (1993), ada beberapa faktor yang menentukan mutu

pelayanan kesehatan yaitu :

1. Kelayakan. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan

yang dilakukan relevan terhadap kebutuhan pasien dan memperoleh

pengetahuan yang berhubungan dengan keadaannya.

2. Kesiapan. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau

tindakan yang layak dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai

(39)

3. Kesinambungan. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau

tindakan bagi pasien terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim

kesehatan dalam organisasi

4. Efektifitas. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan

terhadap pasien dilakukan dengan benar, serta mendapat penjelasan dan

pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam rangka memenuhi harapan

pasien.

5. Kemanjuran. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan

yang diterima pasien dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk

menyempurnakan hasil sesuai harapan pasien.

6. Efisiensi. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien

terhadap sumber-sumber yang dipergunakan dalam memberikan layanan

bagi pasien.

7. Penghormatan dan perhatian. Penghormatan dan perhatian ini adalah

tingkat dimana pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang

perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap

pemenuhan kebutuhan pasien serta harapan-harapannya dihargai.

8. Keamanan. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan

perawatan diminimalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain,

termasuk petugas kesehatan.

9. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau

tindakan diberikan kepada pasien tepat waktu sangat penting dan

(40)

22

C. Hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dan mutu

pelayanan umum para bidan desa.

Peran seorang bidan sangat komplek dalam sebuah masyarakat.

Bekerja sebagai bidan di masyarakat tentunya melayani masyarakat dengan

memberikan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Selain itu pula

seorang bidan harus bisa mengajak masyarakat untuk bekerja sama agar

mampu melakukan hidup sehat dan dapat menyebarkannya di lingkungan

sekitar. Secara umum tugasnya adalah memberikan pelayanan kesehatan

kepada masyarakat. Dalam memberikan pelayanan pada masyarakat tentunya

membutuhkan respon atau sikap yang positif pada tugas yang dia terima

dalam hal ini penempatan kerja.

Sikap adalah suatu respon terhadap suatu stimulus yang diperlihatkan

oleh seorang individu. Thurstone dalam Azwar (1994) juga mendefinisikan

sikap sebagai suatu jumlah afeksi positif atau negatif yang dirasakan

seseorang terhadap suatu obyek. Sikap juga merupakan sekumpulan elemen

kognitif,afektif serta konatif dalam diri seorang individu yang berhubungan

dengan manfaat tugasnya, pelaksanaan tugas, rasa senang, kepuasan, kerja

keras dan keinginan untuk mencapai kesuksesan. Robbins (2002)

mengungkapkan bahwa sikap itu penting karena mempengaruhi kinerja

seseorang. Hal inilah yang dibutuhkan seorang bidan desa dalam menjalankan

tugas penempatan kerja di desa. Sikap terhadap tugas penempatan kerja dapat

dikatakan merupakan kecenderungan respon baik positif atau negatif dan

(41)

berhubungan dengan manfaat tugasnya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang,

puas, kerja keras dan sukses dalam menjalankan kewajibannya ketika dia

ditempatkan di wilayah – wilayah kerjanya yaitu desa.

Sikap yang dimiliki bidan desa akan mempengaruhi kinerjanya.

Apabila seorang bidan desa mempunyai sikap yang positif terhadap

penempatan kerja yang dijalaninya, maka dia akan siap melakukan tindakan

yang dibutuhkan pasien, tepat waktu dan tentu saja bermanfaat bagi pasien

tersebut. Tindakan perawatan akan dilakukan juga secara berkesinambungan

dan akan terkoordinasi dengan baik setiap saat. Perilaku kerja yang baik tentu

saja memenuhi standar pelayanan yang telah ditentukan, hal ini tentu saja

akan menunjukkan kualitas atau mutu pelayanan yang diberikan baik.

Mutu itu sendiri adalah paduan sifat – sifat barang atau jasa, yang

menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, baik

kebutuhan yang dinyatakan maupun yang tersirat. Sedangkan untuk mencapai

mutu yang tinggi dalam menjalankan profesinya perlu adanya standar profesi

yang ditetapkan dan diberlakukan oleh organisasi profesinya dalam hal ini

IBI (Ikatan Bidan Indonesia). Pelayanan perawatan kesehatan ini merupakan

sikap dan prilaku seorang tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya

(Keraf dalam Hartanti 1995). Sedangkan baik atau buruknya pelayanan

perawatan yang diberikan akan menentukan mutu pelayanan yang ada

(Gunarsa,1995).

Sikap yang ditunjukkan bidan desa pada penempatan kerja yang

(42)

24

Apabila seorang bidan desa memiliki sikap yang positif terhadap tugas

penempatan yang harus dia jalani maka dia akan siap memberikan tindakan

tepat waktu, benar dan memberikan perawatan sesuai dengan kebutuhan

pasien serta melakukannya secara berkesinambungan sehingga mutu

pelayanan kesehatan yang dia lakukan atau berikan baik. Begitu juga

sebaliknya, apabila bidan desa tersebut menunjukkan sikap negatif maka

pelayanan kesehatan atau tindakan yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan dan keperluan pasien serta dalam memberikan tindakan tidak

terkoordinasi dengan baik sehingga mutu pelayanan umum yang ada juga

akan cenderung jelek. Akan tetapi perlu disadari bahwa individu adalah

makhluk yang unik, dimana satu dengan yang lain berbeda, baik dalam

berpendapat, bertindak atau mengekspresikan sesuatu.

D. Hipotesis

Dari penjelasan tersebut, peneliti membuat hipotesis yaitu ada

hubungan positif antara sikap terhadap tugas penempatan kerja di pedesaan

dengan mutu pelayanan umum kesehatan yang diberikan pada bidan desa.

Semakin tinggi sikap terhadap penempatan kerja semakin baik pula mutu

(43)

25 A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian korelasional. Penelitian

korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk melihat atau menguji

hubungan antara dua variabel atau lebih berdasarkan koefisien korelasi. Jadi

dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk dapat mengetahui ada tidaknya

hubungan antara variabel sikap terhadap penempatan kerja dan variabel mutu

pelayanan bidan desa di kabupaten kebumen.

B. Identifikasi Variabel

Variabel adalah sebuah simbol atau lambang yang padanya kita lekatkan

bilangan atau nilai. Salah satu jenis variabel adalah variabel bebas

(independent) dan variabel terikat / tergantung (dependent). Variabel bebas

adalah sebab yang dipandang sebagai sebab kemunculan variabel terikat yang

dipandang (diduga) sebagai akibatnya (Kerlinger, 2004). Identifikasi variabel

penelitian perlu dilakukan sebelum pengumpulan data. Hal ini akan

mempermudah dalam menentukan alat pengumpulan data yang sesuai.

Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

Variabel bebas : Sikap terhadap tugas penempatan kerja di desa

(44)

26

C. Definisi Operasional

Definisi operasional suatu penelitian adalah sebagai suatu

penjelasan terhadap suatu konstruk dengan mengkhususkan dalam bentuk

kegiatan yang dapat diukur.

a. Sikap terhadap penempatan kerja

Skala sikap terhadap tugas penempatan kerja di desa

dikembangkan dengan berlandaskan pada manfaat tugasnya,

pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras dalam

menjalankan kewajibannya. Sikap itu sendiri juga merupakan

penggabungan dari elemen kognitif, afektif dan konatif. Sikap

terhadap penempatan kerja ini akan diungkap dengan

menggunakan skala sikap. Sikap yang positif terhadap penempatan

kerja dapat diungkap dengan skor total skala yang tinggi,

sedangkan sikap yang negatif terhadap tugas penempatan kerja

dapat diungkap dengan skor total skala yang rendah.

b. Mutu Pelayanan Umum

Mutu pelayanan umum ini berkaitan dengan standar pelayanan

yang diterapkan. Untuk melihat mutu pelayanan yang diberikan

para bidan desa kepada masyarakat peneliti menggunakan

instrument penilaian penerapan standar yang telah ada dengan

melakukan proses evaluasi sehingga akan diperoleh skor totalnya.

Instrument ini merupakan pedoman untuk menilai keberhasilan

(45)

Minimum) bagi bidan dan bidan desa di Kabupaten Kebumen.

Pengumpulan data dan penilaian pelaksanaan akan dilakukan oleh

bidan yang berkompeten dan berpengalaman dengan melakukan

observasi.

D. Subjek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah 58 bidan desa di kabupaten

Kebumen. Subyek tinggal di Polindes ( Poliklinik Desa ) selama sekitar

3-6 bulan. Subyek penelitian didapatkan melalui data yang diperoleh dari

Puskesmas atau Dinas Kesehatan yang ada di wilayah tersebut.

E. Metode Pengumpulan Data

Untuk melihat sikap terhadap profesi metode yang digunakan

adalah metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings).

Metode ini dikenal sebagai penskalaan model Likert yang merupakan

metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon

sebagai dasar penentuan nilai skala. Skala adalah alat pengumpulan data

yang didasarkan pada respon dari subyek terhadap pernyataan –

pernyataan yang telah disusun sebelumnya. Dalam skala ini ini akan

menggunakan 4 kategori respon yaitu : SS (Sangat Setuju), S

(Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Dimana

(46)

28

Peneliti meniadakan pilihan jawaban netral atau ragu – ragu, Hal

ini menurut Hadi (1991) didasarkan pada alasan: pertama, kategori

undedicated, yaitu mempunyai arti ganda bisa diartikan belum

memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya), bisa juga

diartikan netral, setuju tidak, tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu.

Kedua, terjadinya jawaban yang ditengah itu menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah (control tendency effect) terutama bagi mereka yang

ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, kearah setuju atau kearah

tidak setuju. Ketiga, maksud jawaban SS-S-TS-STS adalah terutama untuk

melihat kecenderungan pendapat responden, kearah setuju atau kearah

tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu, akan menghilangkan

banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang

dapat dijaring dari responden.

Untuk item favorauble, skor bergerak dari 3 untuk Sangat Sesuai

(SS), 2 untuk Sesuai (S), 1 untuk Tidak Sesuai (SS) dan 0 untuk Sangat

Tidak Sesuai (STS). Demikian sebaliknya untuk item Unfavourable skor 0

untuk Sangat Sesuai (SS), 1 untuk Sesuai (S), 2 untuk Tidak Sesuai (TS), 3

untuk Sangat Tidak Sesuai (STS).

Tinggi rendahnya skor total subyek untuk setiap skala diperoleh

dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (metode of

summated ratings), yaitu pengukuran dengan menjumlahkan seluruh skor

yang dimiliki subyek berdasarkan respon terhadap penyataan pada tiap

(47)

kasus tersebut semakin tinggi pula. Demikian sebaliknya, semakin rendah

skor total yang diperoleh subyek maka semakin rendah respon terhadap

kasus tersebut.

Tabel 3.1

Distribusi item untuk skala sikap terhadap penempatan kerja

Indikator Komponen sikap Jumlah Afektif Kognitif Konatif

Manfaat tugas Favorable Unfavorabel 30 6 4,27,39,7 2,16,24,44 13 11 Pelaksanaan tugas Favorable Unfavorabel 23 15,37 31,34,46 3,8,12,18 17,22,47 13

Rasa senang dan puas Favorabel Unfavorabel 1,9,21,26,36 11,19,29,35,41,48 33,42 13 Kerja keras Favorable unfavorabel

14, 45 20 10,43

25,32,38,40 5,28

11

total 16 16 16 48

Data mutu pelayanan umum diperoleh dengan menggunakan

instrument penilaian standar yang telah digunakan oleh dinas kesehatan

setempat, yaitu : Nomor 109 tahun 2007 tentang pedoman standar

pelayanan minimal pada dinas kesehatan Kabupaten Kebumen, disebutkan

beberapa pelayanan yang harus dilakukan oleh tenaga bidan yaitu :

A. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat

1. Mengaktifkan Posyandu

2. Memberikan penyuluhan KIA

(48)

30

4. Pemberian vitamin A pada balita

5. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

6. Memberikan penyuluhan tentang KB

7. Memberikan 90 tablet Fe pada ibu hamil

8. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

9. Memberikan berbagai jenis imunisasi

10. Menimbang balita pada saat Posyandu

B. Pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang

1. Melakukan kunjungan neonatus

2. Melakukan pertolongan persalinan

3. Mampu bekerja sama dengan dukun bayi

4. Melaporkan adanya ibu hamil resiko tinggi

5. Melakukan pengukuran pita LILA pada ibu hamil

6. Melakukan pengukuran pita LILA pada wanita usia subur

7. Memberikan penyuluhan pada kader kesehatan

8. Memberikan pembinaan pada dukun bayi

9. Memberikan stiker P4K pada semua ibu hamil

10. Memberikan pelayanan selama 24 jam

Setiap tugas akan diberikan skor berdasarkan kategori yang telah

ada yaitu baik (3),sedang (2) dan buruk (1). Untuk melihat hal ini peneliti

kurang kompeten sehingga peneliti meminta orang yang lebih kompeten

untuk melakukan proses evaluasi. Orang tersebut adalah bidan yang lebih

(49)

memadai. Observer telah bekerja sebagai bidan selama 10-15 tahun, dan

juga menduduki jabatan sebagai kepala bagian KIA dan gizi di Puskesmas

Wonosari I dan Puskesmas Poncowarno Kabupaten Kebumen.. Skor total

didapat didasarkan pada sejauh mana bidan desa tersebut mencapai target

yang telah ada dalam setiap kategori dalam instrument penilaian tersebut.

Kategori tersebut dapat dilihat pada lampiran.

Proses pengumpulan data dilakukan selama 3 minggu yaitu mulai

tanggal 17 April-11 Mei 2009. Kedua observer tersebut melakukan

pengamatan dan penilaian dokumen pada setiap subyek penelitian. Setiap

observer mendapatkan data yaitu dengan cara mendatangi subyeeek

ketika sedang melaksanakan Posyandu di wilayahnya. Observer tersebut

memberikan penilaian sesuai dengan standar dan kategori yang telah ada.

Setiap observer mengamati dan melakukan penilaian pada performance

dan dokumen yang dimiliki para bidan desa tersebut. Para observer telah

terbiasa menggunakan standar tersebut untuk melakukan penilaian

terhadap kualitas bidan desa di suatu daerah binaannya. Hasil yang

didapatkan oleh observer I tidak diketahui oleh observer II, sehingga

diharapkan hasil penilaian yang mereka berikan murni dari pengamatan

mereka sendiri. Data yang digunakan untuk analisis adalah data dari

observer I ( kepala BKIA ), sedangkan data dari observer II digunakan

untuk mengecek hasilnya.

a. Pengumpulan data melalui pengamatan pada saat Posyandu :

(50)

32

2. Memberikan penyuluhan KIA

3. Melakukan pengukuran pita LILA pada ibu hamil

4. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

5. Pemberian vitamin A pada balita

6. Memberikan 90 tablet Fe pada ibu hamil

7. Melakukan pengukuran pita LILA pada wanita usia subur

8. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

9. Memberikan berbagai jenis imunisasi

10. Menimbang balita pada saat Posyandu

b. Pengumpulan data melalui penilaian dokumen yang telah ada :

1. Melakukan kunjungan neonatus

2. Melakukan pertolongan persalinan

3. Mampu bekerja sama dengan dukun bayi

4. Melaporkan adanya ibu hamil resiko tinggi

5. Pemeriksaan anak pra sekolah dan anak sekolah

6. Memberikan penyuluhan tentang KB

7. Memberikan penyuluhan pada kader kesehatan

8. Memberikan pembinaan pada dukun bayi

9. Memberikan stiker P4K pada semua ibu hamil

(51)

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan alat ukurnya.

Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitytinggi bila alat ukur tersebut

menjalankan fungsinya sebagai alat ukur atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud diadakannya pengukuran tersebut (Azwar, 1997).

Valid tidaknya alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur

tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.

Suatu alat ukur yangvalid, tidak sekedar mampu mengungkapkan

data dengan tepat, tetapi juga memberikan gambaran yang cermat

mengenai data tersebut. Cermat berarti pengukuran itu mampu

memberikan gambaran mengenai perbedaan sekecil-kecilnya diantara

subyek satu dengan yang lain (Azwar, 1997).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi skala, yaitu sejauh

mana skala tersebut isinya telah dianggap dapat mengukur hal-hal yang

mewakili keseluruhan tentang hal-hal yang hendak diukur (Suryabrata,

1983).

Pada skala sikap terhadap penempatan kerja, peneliti sebelumnya

telah melakukan uji validitas isi yaitu dengan menggunakan professional

judgement. Cara ini adalah membandingkan isi item dengan indikator yang

(52)

34

beberapa orang yang dianggap lebih berkompeten. Uji validitas ini

dilakukan dengan berkonsultasi dengan dosen pembimbing. Sedangkan

validitas dari standar penilaian mutu pelayanan umum kebidanan juga

menggunakan professional judgement dari ahli di bidang ini, yaitu Dinas

Kesehatan kabupaten Kebumen. Hal ini dikarenakan standar penilaian ini

telah digunakan oleh Dinas Kesehatan setempat untuk melihat hasil kinerja

atau kualitas para bidan desa di Kabupaten Kebumen.

2. Analisis Item

Pada penelitian ini akan dilakukan try outyang dimaksudkan untuk

menyeleksi ítem- ítem yang digunakan dalam penelitian ini. Namun,

penelitian ini menggunakan try out terpakai dikarenakan keterbatasan

subyek penelitian.

Untuk menghindari kesalahan pada analisis data, data hasil

penyebaran kuesioner terlebih dahulu akan dilakukan seleksi terhadap

item kuesioner dalam penelitian ini. Suatu instrumen dinyatakan valid

jika memiliki nilai koefisien korelasi > 0,3 karena dianggap bahwa daya

bedanya memuaskan. Namun apabila jumlah item yang lolos masih idak

mencukupi, maka menurut Azwar (2000) dapat mempertimbangkan

untuk menurunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25. Setelah itu

akan dilakukan analisis data. Analisis item ini akan menggunakan

(53)

Item dapat dikatakan sahih adalah item yang mempunyai memiliki

daya diskriminasi ≥ 0,30. Dari 48 item, item yang gugur adalah sebanyak 5

item, yaitu item nomor 20,32,43,46 dan 48.

Untuk menyeimbangkan proporsi item tiap aspek atau komponen,

maka peneliti mengugurkan item yang memiliki skor korelasi terkecil dari

setiap komponen hingga didapatkan jumlah yang seimbang. Item – item

yang digugurkan untuk menyeimbangkan komposisi tiap aspek adalah

item nomor 6, 12, 17, dan 21.

Tabel 3.2

Distribusi item untuk skala sikap terhadap penempatan kerja

( setelah analisis item)

Indikator Komponen sikap Jumlah Afektif Kognitif Konatif

Manfaat tugas Favorable Unfavorabel 30 (6) 4,27,39,7 2,16,24,44 13 10 Pelaksanaan tugas Favorable Unfavorabel 23 15,37 31,34,(46) 3,8,(12),18 (17),22,47 10

Rasa senang dan puas Favorabel Unfavorabel 1,9,(21),26,36 11,19,29,35,41,(48) 33,42 11 Kerja keras Favorable unfavorabel

14, 45 (20) 10,(43)

25,(32),38,40 5,28

8

total 13 13 13 39

Keterangan :

( ) adalah item yang gugur dan yang sengaja digugurkan.

(54)

36

3. Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata rely dan ability. Meskipun reliabilitas

mempunyai nama lain seperti: keterpercayaan, keterandalan, keajegan,

kestabilan, konsistensi, dan lain sebagainya, ide pokok yang terkandung

dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya (Azwar, 1997). Reliabilitas skala pengukuran dalam penelitian

ini didapat dengan metode konsistensi internal. Dalam metode ini

prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan sebuah tes kepada

sekelompok individu sebagi subyek (single trial administration). Analisis

reliabilitasnya dilakukan dengan teknik Alpha dari Cronbach (Azwar,

1997). Pendekatan ini dianggap memiliki nilai praktis dan efisiensi yang

tinggi (Azwar, 1998). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisiensi yang

angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai 1,00. semakin tinggi

koefisien reliabilitasnya mendekati 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitasnya sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka

0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Uji reliabilitas alat ukur dalam

penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach

dengan bantuan program SPSS versi 16,0 for windows evaluation.

Skala sikap terhadap penempatan kerja ini mempunyai koefisien

reliabilitas sebesar 0,953 dengan jumlah subyek sebanyak 58. Hal ini

berarti koefisien tersebut termasuk sangat baik karena mendekati nilai r

(55)

tinggi sehingga alat ukur tersebut dapat dipercaya mampu mengungkap

sikap yang sesungguhnya melalui skala tersebut.

Nilai mutu pelayanan umum diperoleh dari observasi dan

pengumpulan data yang dilakukan oleh kepala bagian KIA dan gizi. Bidan

desa diamati oleh bidan yang mempunyai pengalaman yang cukup

memadai. sehingga masing – masing bidan desa mempunyai penilaian.

Penilaian reliabilitas pada bidan desa mempunyai reliabilitas antar rater,

karena setiap bidan desa dinilai oleh 2 orang observer. Standar penilaian

pelayanan Kebidanan ini mempunyai reliabilitas yaitu sebesar 0,896. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lembar lampiran.

G. Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian ini akan

digunakan tehnik statistik. Mengingat data yang diperoleh dalam

penelitian ini berupa angka-angka, maka pengolahan dan analisis data

mengunakan analisis kuantitatif. Data yang telah diperoleh akan diskor

sesuai penilaian terhadap skala. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini akan diuji dengan menggunakan teknik korelasi Product Momentdari

Pearson. Teknik ini digunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel

(56)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum peneliti melakukan proses perijinan untuk melakukan penelitian. Perijinan untuk melakukan penelitian diawali dengan surat permohonan ijin dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dengan nomor: 50.h/D/KP/Psi/USD/IV/2009 pada tanggal 22 April 2009 yang ditujukan kepada Bupati Kabupaten Kebumen melalui Kepala Dinas Kesbangpolinmas. Selanjutnya setelah mendapat balasan dari Kepala Dinas Kesbangpolinmas dengan nomor : 072/283 tertanggal

23 April 2009 dilanjutkan kepada Kepala BAPPEDA Kabupaten Kebumen. Pada tanggal 24 April 2009 peneliti memperoleh ijin untuk melakukan penelitian.

(57)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan try out terpakai, dimana semua skala tersebut digunakan untuk analisis uji coba alat. Hasil uji coba ini kemudian akan digunakan untuk analisis item, estimasi validitas dan reliabilitas sehingga alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikatakan valid dan reliabel. Setelah digunakan untuk analisis item dan estimasi validitas serta reliabilitas, data uji coba ini digunakan untuk membuat analisis data penelitian. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan subyek penelitian.

B. Deskripsi Data Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah bidan desa yang berada di Kabupaten Kebumen dan mempunyai pendidikan akademi kebidanan. Karakterisik demografi subyek dapat dilihat berdasarkan usia, status kepegawaian. Berikut ini disajikan data demografi subyek dalam penelitian ini.

1. Persentase berdasarkan usia.

Tabel 4.1

Persentase berdasarkan Usia

Usia Jumlah Persentase

20-25 tahun 26-30 tahun

32 26

55,17% 44,83%

(58)

40

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa subyek dalam penelitian ini berusia antara 20-30 tahun, dimana mayoritas subyek dalam penelitian ini berusia antara 20 – 25 tahun.

2. Persentase berdasarkan status kepegawaian. Tabel 4.2

Persentase berdasarkan status kepegawaian

Status Jumlah Persentase

PTT PNS

38 20

65,52% 34,48%

Total 58 100%

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subyek pada penelitian ini adalah mereka yang berstatus PTT ( Pegawai Tidak Tetap ) yaitu sebanyak 38 orang sedangkan 20 lainnya sudah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pegawai Tidak Tetap ( PTT) adalah pegawai yang hanya terikat kontrak dengan pemerintah daerah. Para PTT ini mendapatkan gaji yang seadanya. Secara tidak langsung mereka memiliki masa depan yang tidak jelas karena hanya terikat kontrak kerja sesuai kesepakatan dengan pemerintah daerah. Seorang PTT ini harus menunggu waktu yang cukup lama untuk menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sedangkan PNS mereka mendapatkan fasilitas – fasilitas yang disediakan oleh pemerintah baik sarana maupun prasarana yang menunjang.

Selain itu sikap terhadap penempatan kerja dan mutu pelayanan

(59)

teoritik (µ). Penggunaan kategori jenjang bertujuan menempatkan subjek ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang yang digunakan terdiri dari lima kategori, yaitu: sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi (Azwar,2000). Norma kategori skor dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.3 Norma kategorisasi skor

Skor Kategori

(µ +1,5 ) < X Sangat Tinggi (µ +0,5 ) < X ≤ (µ +1,5 ) Tinggi (µ -0,5 ) < X ≤ (µ+ 0,5 ) Sedang (µ -1,5 )< X ≤ (µ -0,5 ) Rendah

X≤(µ-1,5 ) Sangat Rendah

Untuk skala sikap terhadap penempatan kerja mempunyai mempunyai rentang minimum 1x39=39 dan rentang maksimum 4x39=156. Sehingga jarak luas sebarannya sebesar 117. Sehingga mempunyai deviasi standar sebesar 117:6=19,5 serta mean teoritik sebesar 97,5. Sehingga setelah dimasukkan ke dalam norma diperoleh kategorisasi skor sebagai berikut

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor sikap terhadap penempatan kerja

Skor Kategori Jml.Subyek Persentase

126,5<X Sangat tinggi 33 56,89%

107,25<X≤126,5 Tinggi 22 37,93%

87,75<X≤107,25 Sedang 3 5,18%

74<X≤87,75 Rendah -

(60)

-42

Dari hasil kategori diatas dapat dilihat ada 3 bidan desa yang berada dalam kategori sedang, 22 bidan desa dalam kategori tinggi dan 33 bidan desa yang masuk dalam kategori sangat tinggi.

Untuk mutu pelayanan umum ini penilaian didapatkan dari para supervisor berdasarkan kategori penilaian dalam standar pelayanan minimum. Didapatkan rentang minimum 0 dan maksimum 60. Sehingga

sebesar60:6=10 dan mean 30.

Tabel 4.5

Kategorisasi skor mutu pelayanan umum

Skor Kategori Jml.Subyek Persentase

45<X Sangat tinggi 29 50%

35<X≤45 Tinggi 25 43,10%

25<X≤35 Sedang 4 6,9%

15<X≤25 Rendah -

-X≤15 Sangat rendah -

-Untuk skor mutu pelayanan umum ini subyek yang memperoleh skor sangat tinggi sebanyak 29 dan 25 lainnya masuk dalam kategori tinggi dan 4 lainnya dalam kategori sedang.

C. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

(61)

Jika data penelitian berdistribusi secara normal, maka uji statistik yang digunakan adalah statistik parametrik (korelasi product moment). Namun jika data penelitian tidak berdistribusi secara normal, maka uji statistik yang digunakan adalah statistik non-parametrik (Tau-Kendall). Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov-Z. Hasil uji normalitas yang telah dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas

Skor mutu

pel.umum

Skor sikap thd penempatan kerja

Kolmogorov Smirnov-Z 0,756 0,664

Asymp. Significant 0,617 0,771

Berdasarkan hasil uji normalitas pada kedua variabel seperti yang disajikan pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai signifikansi > 0,05 ( p > 0,05 ), maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada kedua variabel dalam penelitian ini adalah normal.

2. Uji Linearitas

(62)

44

linieritas, yaitu memiliki probabilitas 0,000 atau memiliki probabilitas kurang dari 0.05 (p < 0,05).

Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas

F Sig.

mutu * sikap

Between Groups

(Combined)

1.718 .081

Linearity 27.118 .000

Deviation from

Linearity .872 .644

Within Groups Total

Berdasarkan hasil uji linearitas pada kedua variabel diatas dapat diketahui semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai probabilitas (p) < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data pada semua variabel dalam penelitian ini adalah linier.

3. Uji Hipotesis

Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan antara sikap

terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum para bidan desa maka digunakan analisis korelasi product moment dari pearson dan diolah menggunakan spss v

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.2Persentase berdasarkan status kepegawaian
Tabel 4.3Norma kategorisasi skor
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terciptanya sikap disiplin belajar di sekolah akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang ada, sehingga siswa akan dapat memperoleh prestasi yang

Kekuatan marah akan menjadi indah apabila pengeluaran marah dan penahannya sesuai dengan tuntutan hikmah dan kekuatan syahwat akan indah dan baik apabila berada dalam perintah akal

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi SIMAK UI Matematika Dasar Kode 961, 2009

Adapun langkah-langkah pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: (1) studi pendahuluan yaitu mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan sesuai

merumuskan karakteristik bahan ajar mata kuliah Penulisan Kreatif bermuatan nilai-nilai pendidikan karakter religius bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan diterapkannya model pembelajaran POE (Predict – Observe -

Dehidrasi yang dilakukan yaitu dengan cara adsorbsi menggunakan molecular sieve 3A, silica gel, dan kombinasi dari molecular sieve 3A + silica gel. Dari percobaan adsorbsi dari

Diana Wisnu Wardani dkk... Diana Wisnu