• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA KECAMATAN SUNGAI MENANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN - Raden Intan Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA KECAMATAN SUNGAI MENANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN - Raden Intan Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA KECAMATAN

SUNGAI MENANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Oleh :

WAHYUDA SETIAWAN Npm : 1441010286

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(2)

PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA KECAMATAN

SUNGAI MENANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi

Oleh :

WAHYUDA SETIAWAN Npm : 1441010286

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Pembimbing I : Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M. Si Pembimbing II : Yunidar Cut Mutia Yanti, M.Sos.I

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA KECAMATAN

SUNGAI MENANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

OLEH

WAHYUDA SETIAWAN

Akhlak menempati kedudukan yang paling tinggi dalam Islam. Isu-isu tentang kemerosotan akhlak selalu menarik menjadi perbincangan baik di kalangan para ahli maupun masyarakat umum. Semakin canggihnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta semakin mudahnya untuk mengaksesnya menyebabkan semakin mudahnya segala hal yang kita butuhkan di dunia ini. Akan tetapi selain dampak positif tersebut, dewasa ini dampak negatif dari kemajuan teknologi pun mulai merusak kehidupan masyarakat. Dampak negatif ini sangat jelas terlihat pada kehidupan remaja dan perlu adanya solusi untuk mencegah agar generasi penerus bangsa tidak tercemari dengan hal-hal negatif dari perkembangan zaman ini.

Sebagai wadah yang tepat untuk menumbuhkan dan mengembangkan serta membina akhlak masyarakat khususnya remaja dan menumbuhkan kebutuhan agama adalah dengan melalui majelis ta’lim. Dalam meningkatkan pemahaman tentang ajaran agama Islam, peranan majelis ta’lim sebagai lembaga dakwah memiliki arti penting bagi masyarakat Islam dalam mentransformasikan nilai – nilai agama setiap individu, khususnya remaja yang saat ini sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Disamping transformasi nilai ajaran agama Islam, Majelis ta’lim juga berfungsi membina ukhuwah Islamiyah antara sesama manusia, membina akhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat.

Majelis ta’lim An-Nissa adalah salah satu dari sekian banyak majelis ta’lim yang ada. Awal dibentuk majelis ini adalah atas inisiatif pemuka agama dan para anggota pengurus. Majelis Ta’lim An-Nissa di desa Bumi Pratama Mandira didirikan oleh tokoh agama diantaranya adalah Ustadz Dadang, Ustadzah Maysaroh, dan Ustadz Ali Udin. Didirikan pada 10 februari 2005.

(4)

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh pengurus majelis ta’lim An-Nissa adalah komunikasi interpersonal. Metode dakwah yang digunakan adalah dakwah fardiyah (kegiatan pembinaan ramaja yang dilakukan pada waktu tertentu khususnya untuk proses pemberian bantuan kepada remaja yang ingin mengkonsultasikan permasalahannya), dakwah bil lisan (ceramah, menanamkan pendidikan agama langsung, dan dakwah bil haal (bakti sosial dan bimbingan mental remaja).

Beberapa faktor pendukung pembinaan akhlak remaja yaitu adanya kerjasama yang baik antara masyarakat sekitar dengan pengurus maupun anggota majelis ta’lim, banyaknya masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam membantu setiap kegiatan yang diadakan majelis ta’lim An-Nissa, banyak anggota yang ikut serta dalam memotivasi remaja untuk mengikuti segala kegiatan yang diadakan oleh majelis ta’lim An-Nissa, rutin mengadakan pengajian dan lomba-lomba qasidah yang dapat membangun rasa persaudaraan dan kebersamaan. Faktor penghambat dalam pembinaan akhlak remaja adalah semakin majunya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), waktu, keadaan desa, mata pencaharian orang tua sebagai petani tambak udang.

(5)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA KECAMATAN SUNGAI MENANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Nama : Wahyuda Setiawan Npm : 1441010286

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

MENYETUJUI

Untuk dimunaqosyahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.

Bandar lampung, Oktober 2018

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli , M.Si Yunidar Cut Mutia Yanti M.Sos.I NIP. 1961040919900310031002 NIP. 197010251999032001

Mengetahui

Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam

(6)

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

Alamat :Jl.Letkol H. EndroSuratminSukarame Bandar Lampung 35131 Telp/Fax : (0721) 704030

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul : PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA KECAMATAN SUNGAI MENANG KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN. Disusun Oleh: Wahyuda Setiawan Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam telah diajukan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Hari: Jum’at, 15 Agustus 2018.

TIM DEWAN PENGUJI

Ketua : Yunidar Cut Mutia Yanti, M. Sos. I (...)

Sekertaris : Septy Anggrainy, M. Pd (...)

Penguji I : Mardiyah, M.Pd (...)

Penguji II : Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M. Si (...)

Mengesahkan

Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

(7)

MOTTO





















(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Ayah dan Ibuku tercinta (Tri Hadi Ritanto dan Purwanti) terima kasih atas segala yang telah engkau beri untukku, atas semua cucuran keringat demi membiayai kuliahku dan semua untaian doa yang selalu mengiringiku untuk memberikan harta paling berharga di dunia yaitu ilmu yang menjadi bekal kehidupan di masa depan maupun di akhirat.

2. Adikku tersayang Naina Zulfa Nurhadi yang selalu memberikan dorongan dan nasihat.

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis diberi nama Wahyuda Setiawan, di lahirkan di Sinar Agung pada tanggal 30 April 1996 dari pasangan Bapak Tri Hadi Ritanto dan Ibu Purwanti, anak pertama dari dua bersaudara.

Pendidikan di mulai dari :

1. Taman Kanak-kanak Dharma Wanita Bumi Dipasena Abadi selesai pada tahun 2002.

2. Sekolah Dasar Negeri 01 Bumi Dipasena Abadi selesai pada tahun 2007. 3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Rawajitu Timur selesai pada tahun

2011.

4. Sekolah Menengah Akhir Negeri 1 Sidomulyo Selesai pada tahun 2014. 5. Di terima di perguruan tinggi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung di mulai tahun 2014.

Bandar Lampung, Oktober 2018 Penulis,

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Majelis Ta’lim An-Nissa Dalam Membina Akhlak Remaja Di Desa Bumi Pratama Mandira Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasul Muhammad SAW, yang telah membimbing kita kejalan yang di ridhai oleh Allah SWT dan semoga kita semua mendapatkan syafaatnya pada yaumul akhir kelak.

(11)

Pada kesempatan ini penulis juga hendak menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M. Si selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Raden Intan Lampung sekaligus sebagai dosen pembimbing pertama (PA) yang banyak memberi masukan dan arahan.

2. Bapak Bambang Budiwiranto, M.Ag, MA(AS), Ph.D sebagai ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Ibu Yunidar Cut Mutia Yanti, S.Sos M.Sos sebagai dosen pembimbing kedua (PA) yang banyak memberi masukan dan arahan.

4. Seluruh dosen dan staff Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung.

5. Keluarga besar perpustakaan UIN Raden Intan Lampung atas perkenankannya penulis meminjam buku sebagai literatur yang dibutuhkan.

(12)

7. Sahabat sekaligus partner terbaik Luthfi S.Sos, M. Rasyid Ridlo S, Asri Panji Prayuga, yang selalu bersamaku saat susah maupun senang dan saling bahu-membahu mengahadapi segala kesulitan.

8. Seluruh pengurus dan anggota majelis ta’lim An-Nissa dan remaja desa Bumi Pratama Mandira atas jasanya memberikan informasi berupa data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu turut serta membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat –Nya kepada kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna, begitu juga dengan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap karya sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta bisa menjadi bahan pembelajaran bagi penulis sendiri pribadi maupun pihak-pihak pembaca.

Bandar lampung, Oktober 2018 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

ABSTRAK...iii

HALAMAN PERSETUJUAN...v

HALAMAN PENGESAHAN...vi

MOTTO...vii

PERSEMBAHAN...viii

RIWAYAT HIDUP...ix

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xvi

BAB I PENDAHULUAN...1

A.Penegasan Judul...1

B. Alasan Memilih Judul...4

C.Latar Belakang Masalah...5

D.Rumusan Masalah...14

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...15

F. Metodologi Penelitian...16

BAB II PERAN MAJELIS TA’LIM DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA...23

A. Peran...23

1. Pengertian Peran...23

B. Majelis Ta’lim...26

1. Pengertian Majelis Ta’lim...26

2. Tujuan dan Fungsi Majelis Ta’lim...29

3. Peranan Majelis Ta’lim...30

4. Materi yang disampaikan dalam majelis ta’lim...31

(14)

C. Strategi Komunikasi Pembinaan...32

1. Pengertian strategi komunikasi...32

2. Bentuk strategi komunikasi...35

3. Proses komunikasi...39

D. Akhlak...41

1. Pengertian akhlak...41

2. Dasar-dasar akhlak...44

3. Macam-macam akhlak...44

4. Pembinaan akhlak menurut islam...46

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembinaan akhlak...48

E. Remaja...54

1. Pengertian remaja...54

2. Ciri-ciri remaja...55

3. Hal-hal pokok yang berkaitan dengan remaja...58

4. Tugas-tugas perkembangan masa remaja...59

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA...61

A. Profil majelis ta’lim An Nissa di desa Bumi Pratama Mandira...61

B. Keadaan remaja di desa Bumi Pratama Mandira...65

C. Upaya yang dilakukan Majelis Ta’lim An-Nissa Dalam Membina Akhlak Remaja Desa Bumi Pratama Mandira...69

D. Tujuan Pembinaan Akhlak Terhadap Remaja di Desa Bumi Pratama Mandira...73

E. Faktor pendukung dan penghambat...77

BAB IV PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA MANDIRA...80

A. Keberhasilan pengurus majelis ta’lim An-Nissa dalam membina akhlak remaja di desa Bumi Pratama Mandira...80

B. Strategi komunikasi dakwah pengurus majelis ta’lim An-Nissa...84

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...89 A. KESIMPULAN...89 B. SARAN...90

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara 2. Pedoman observasi 3. Pedoman dokumentasi 4. Daftar nama-nama sampel 5. Surat izin survey

6. Kartu konsultasi skripsi

7. Foto kegiatan majelis ta’lim An-Nissa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Judul merupakan gambaran pokok dalam karya ilmiah. Untuk memperjelas dan mempersatukan persepsi dalam memahami topik bahasan skripsi ini, maka diperlukan sebuah penegasan judul dengan memberikan makna atau definisi istilah yang terkandung untuk menghilangkan salah pengertian dalam memahami maksud judul skripsi.

Secara lengkap judul skripsi ini adalah “PERAN MAJELIS TA’LIM AN-NISSA DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA DI DESA BUMI PRATAMA

(17)

KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN”. Penegasan judul yang penulis maksud dalam proposal judul ini adalah sebagai berikut:

Peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu bergantung pada yang lain.1

Peran yang penulis maksud berdasarkan penjelasan tersebut adalah peran yang dilakukan oleh pengurus Majelis Ta’lim An-Nissa dalam membina akhlak remaja di Desa Bumi Pratama Mandira.

Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan kata ta’lim. Dalam bahasa arab kata majlis (سلجم) adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (سلج ) yang berarti tempat duduk ,tempat sidang, dan dewan.2 Dalam kamus bahasa indonesia pengertian Majelis Ta’lim adalah lembaga (orgnisasi) sebagai wadah pengajian dan kata majlis dalam kalangan ulama adalah lembaga masyarakat non pemerintah yang terdiri atas para ulama Islam. Majelis Ta’lim merupakan suatu lembaga Islam non formal yang memberikan pendidikan keagamaan dimana majelis ta’lim ada di dalam lingkungan masyarakat, sebab

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers,Edisi Baru.2009), h.212-213

(18)

secara teoritis Majelis Ta’lim merupakan lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki kurikulum tersendiri untuk bertakwa kepada Allah Swt.

Majlis Ta’lim dalam penelitian ini adalah Majlis Ta’lim An-Nissa yang ada di desa Bumi Pratama Mandira.

Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang. Yakni keadaan jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu.3

Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah merupakan Akhlak remaja yang mengikuti kegiatan yang diadakan oleh pengurus Majlis Ta’lim An-Nissa.

Remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai 20 tahun menjelang masa dewasa muda.4 Adapun remaja yang dimaksud disini adalah remaja berusia antara 13-19 tahun yang tinggal di Desa Bumi Pratama Mandira.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan judul diatas, maksud judul skripsi ini adalah suatu penelitian yang membahas peran pengururs Majelis Ta’lim An-Nissa

3 Khairul Anwar, Pengantar Studi Islam, h.216-219

(19)

dalam membina remaja yang bermasalah dengan akhlak yang tinggal di Desa Bumi Pratama Mandira Kecamatan Sungai Menang Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sumatera Selatan.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut :

1. Hakikatnya setiap manusia saling berinteraksi untuk mengembangkan ukhuwah islamiyah. Namun saat ini ukhuwah islamiyah umat Islam di Indonesia mulai mundur terlebih lagi di kalangan remaja. Aktivitas keagamaan majelis ta’lim sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan ajaran-ajarn Islam ditengah-tengah masyarakat, terutama kaum remaja di desa Bumi Pratama Mandira yang saat ini sangat membutuhkan bimbingan dan arahan nilai-nilai agama. Karena itu sangat menarik untuk diteliti bagaimana peran dari pengurus majelis ta’lim An-Nissa dalam membina akhlak remaja di desa Bumi Pratama Mandira.

(20)

labil akan sedikit rumit untuk melakukan pendekatan dengan remaja. Maka dari itu dibutuhkan komunikasi yang baik antara pengurus dengan remaja yang akan dibina. Penulis ingin meneliti bagaimana proses komunikasi yang dilakukan pengurus majlis ta’lim dalam upaya nya membina remaja di desa Bumi Pratama Mandira

3. Lokasi penelitian merupakan kampung halaman dari penulis, dan data-data yang diperlukan cukup tersedia sehingga sangat membantu dan memudahkan bagi penulis untuk melakukan penelitian.

C. Latar Belakang Masalah

Dekadensi moral yang terjadi pada saat ini di Indonesia tergambar dengan jelas akibat merosotnya pembinaan akhlak. Posisi umat Islam yang mayoritas masih berada dalam posisi tertinggal dan terbelakang terutam segi pembinaan akhlakul karimah. Krisis moral yang dianggap sebagai jurang yang mendekatkan manusia pada kekafiran dan perpecahan hendaknya dibentengi dengan implementasi syariat Islam ditengah kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga ajaran Islam betul-betul dapat mengubah kondisi umat menjadi lebih maju sebagai upaya peningkatan akhlakul karimah demi tercapainya kebahagiaan dunia akhirat.

(21)

negatif tersebut. Pentingnya menanamkan akhlakul karimah dalam kehidupan sudah ditegaskan oleh Rasulullah SAW.

Islam merupakan agama yang didalamnya berisi ajaran untuk melaksanakan dakwah secara kelompok maupun perorangan dan aktivitas atau usaha yang dilakukan secara sadar serta sengaja dalam upaya meningkatkan taraf dan tata hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan Rasulullah SAW.5

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai

rahmatan lil alamin. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manakala ajarannya dijadikan pedoman hidup dan dilaksanakan secara konsisten serta konsekuen.6 Islam secara sempurna memberi petunjuk bagi manusia untuk memperoleh kebahagiaan didunia maupun di akhirat. Islam yang

kaffah itu juga menempatkan akhlak sebagai tujuan pendidikannya, tidak ada pendidikan bila akhlak tidak dijadikan sebagai tujuan. Sebab para Nabi dan Rasul diutus untuk memperbaiki budi pekerti manusia.

Akhlak menempati kedudukan yang paling tinggi dalam Islam. Diantara risalah agama yang paling penting adalah menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

5 Alwisral Imam Zainal, Strategi Dakwah, (Jakarta:Kalam Mulia, Cet ke2,2005),h.1

(22)

ِق للْخ

ل ْلا لحِلالص لمِملتلِل لتْثِعلبالمَنِإ

Artinya : ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.(HR. Tirmidzi dan Ahmad).7

Akhlak juga merupakan bagian dari sempurnanya keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

ْملهلنلسْح

لأ اًنالمْيِإ لنْيِنِمْؤلمْلا لللمْكلأ

اًقلللخ

Artinya : “Orang beriman yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dari mereka” .(HR. Tirmidzi dan Ahmad).8

Begitu pentingnya akhlak dalam kehidupan umat manusia, sehingga Allah SWT mengutus Rasulnya ke dunia untuk menyempurnakan akhlak yang kurang baik sebab akhlak merupakan tumpuan dan ajaran Islam secara keseluruhan untuk dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam pengajaran Islam sebagai pembentukan akhlak yang Islami. Allah SWT berfirman :





































Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S Al-Ahzab/ 33: 21).

Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwa keutamaan akhlak yang harus dimiliki oleh setiap muslim pada dasarnya telah dicontohkan oleh

7 Ahmad Mu’adz Haqqi, Berhias Dengan 40 Akhlaqul Karimah, (Malang:Cahaya Tauhid Press,2003)h.21

(23)

uswatunhasanah yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan suri tauladan untuk kita semua yang patut kita jadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam perkataan (qouliyah), maupun perbuatan (fi’liyah), dan juga ketetapannya (taqriyyah).

Perintah untuk berdakwah dan memperbaiki akhlak manusia tersebut bukan hanya tugas dan kewajiban Nabi Muhammad SAW, akan tetapi juga menjadi tugas dan kewajiban setiap umat Islam. Kewajiban dakwah ini dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Kegiatan dakwah merupakan upaya untuk mengajak, menyeru, membina dan membimbing manusia.9 Perintah untuk melaksanakan dakwah, dalam artian mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar banyak terkandung didalam ayat-ayat Al-Qur’an, baik perintah itu ditujukan kepada umat Islam, agar mengajak manusia mengikuti ajaran Islam. Kewajiban bagi sebagian umat Islam dalam melaksanakan dakwah, memberi pengertian bahwa dakwah itu hendaklah dilakukan oleh orang – orang yang memiliki suatu kemampuan secara khusus dan dilakukan dengan kerjasama baik melalui lembaga dakwah atau lembaga pendidikan seperti Majelis Ta’lim.

Majelis ta’lim merupakan suatu lembaga Islam non formal yang memberikan pendidikan keagamaan dimana majelis ta’lim ada di dalam lingkungan masyarakat yang secara khusus mengajarkan ilmu pengetahuan agama, sebab secara teoritis majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan non formal Islam yang memiliki

(24)

kurikulum tersendiri di selenggarakan secara berkala dan teratur, dan di ikuti oleh jamaah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dan Allah SWT, antara manusia dengan sesamanya, dan antara manusia dengan lingkugannya dalam rangka membina masyarakat yang bertakwa kepada Allah Swt.10

Secara fungsional majelis ta’lim adalah menguatkan landasan hidup manusia khususnya di bidang mental spiritual keagamaan serta meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah, batiniahnya, duniawi dan ukhrawiyah. Arifin mengemukakan majelis ta’lim sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya, fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita.11 Dalam meningkatkan pemahaman tentang ajaran agama Islam, peranan majelis ta’lim sebagai lembaga dakwah memiliki arti penting bagi masyarakat Islam dalam mentransformasikan nilai – nilai agama setiap individu, khususnya remaja yang saat ini sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Disamping transformasi nilai ajaran agama Islam, Majelis ta’lim juga berfungsi membina

ukhuwah Islamiyah antara sesama manusia, membina akhlakul karimah dalam kehidupan bermasyarakat.

10 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Agama,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,1996) h.201

(25)

Ukhuwah Islamiyah adalah kekuatan iman dan spiritual yang dikaruniakan Allah kepada hambanya yang beriman dan bertakwa yang menumbuhkan perasaan kasih sayang, persaudaraan, kemuliaan dan rasa saling percaya terhadap saudara seakidah. Dalam Al-Quran dijelaskan:























Artinya: orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat (Al-Hujurat/ 49: 10)

Setiap mukmin adalah saudara yang diperintahkan Allah untuk saling mengikrarkan perdamaian dan berbuat kebajikan antara satu dengan yang lain dalam rangka taat kepada-Nya.12

Sebagai wadah yang tepat untuk menumbuhkan dan mengembangkan serta membina akhlak masyarakat khususnya remaja dan menumbuhkan kebutuhan agama adalah dengan melalui majelis ta’lim, dimana saat ini minat remaja Islam untuk memasuki atau menjadi anggota majelis cukup besar. Sehingga berpotensi besar remaja belajar memperdalam ilmu agama Islam. Majelis ta’lim sangat berkaitan sekali dengan masyarakat dimana di dalam sebuah majelis ta’lim akan terjadi interaksi sosial antara penceramah dengan jamaah, maupun jamaah antar jamaah. Dimana setelah adanya interaksi sosial akan terjadi yang namanya perilaku sosial remaja baik di dalam majelis ta’lim maupun di dalam lingkugan masyarakat. Namun pada kenyataan dilapangan setelah penulis mengamati remaja

(26)
(27)

cukup baik bagi masyarakat khusunya di desa Bumi Pratama Mandira. Sudah seharusnya pembinaan kepada masyarakat khususnya remaja diterapkan dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan selalu mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sesuai dengan firman-Nya:















































Artinya: “hai orang – orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,penjaganya malaikat – malaikat yang kasar,keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim/66: 6)

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa majelis ta’lim sangat besar sekali perannya dalam memelihara, membina dan mengarahkan anggotanya dari perbuatan buruk dan menyesatkan.

(28)

kali pertemuan, biasanya dipertengahan sama akhir bulan. itu seluruh pengurus

sub block hadir. Kalau pengajian rutin di block nya ya itu diatur sama ketua

pengajian sub block nya. Kalau saat pengajian di induk itu semua kalangan hadir

termasuk juga anak-anak yang punya masalah mau hadir”.13

Pengajian yang dilaksanakan majelis ta’lim An-Nissa terbilang rutin. Untuk pengajian induk nya dilaksanakan dua kali dalam sebulan di pertengahan dan akhir bulan. Tempat pelaksanaan pengajian ini di masjid Muawanah. Da’i yang mengisi ceramah dalam kegiatan pengajian itu adalah Ustadz Dadang. Untuk pengajian sub block nya rata-rata dilaksanakan pada hari jum’at atau minggu pada pukul 14.30 WIB sampai dengan selesai. Untuk di block Kilo yang mencakup jamaah yang tinggal dari jalur 70-80 kegiatan pengajian diawali dengan shalawatan, tadarus, lalu mendengar ceramah yang biasa diisi oleh Bapak Ainur Rochim. Jamaah yang hadir biasanya ada 18 ibu-ibu dan 10 remaja.14

Kegiatan yang dilakukan oleh pengurus majelis dalam membina akhlak remaja adalah dengan mengajak remaja berkumpul dimasjid ataupun mushola dan membentuk sebuah kelompok, lalu mendengarkan ceramah dari ustadz. Setelah mendengarkan ceramah remaja diajak untuk shalat berjamaah. Setelah selesai berjamaah remaja digiring ke lingkungan sekitar masjid dan melakukan bersih-bersih disekitar lingkungan masjid. Kegiatan ini dilakukan pada setiap hari jum’at

13 Ustadzah Maysaroh, 48 tahun, ketua umum majelis ta’lim An-Nissa, Wawancara, 10 April 2018

(29)

sebelum ashar dan selesai pada pukul 17.00 WIB yang biasanya dihadiri 9 orang remaja putri dan 6 orang remaja putra.

Namun dalam pelaksanaan kegiatan ini pun masih ada remaja yang kurang dalam hal perilakunya. Masih ada remaja yang tidak beradab walaupun dia mau menghadiri kegiatan ini. Seperti contohnya remaja pria yang hadir hanya menjadikan alasan agar ia bisa keluar dari rumah dengan tujuan lain selain menghadiri kegiatan pembinaan ini yaitu untuk merokok. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitasnya kegiatan yang dilakukan pengurus majlis ta’lim An-Nissa dalam upayanya membina akhlak remaja yang bermasalah di desa Bumi Pratama Mandira.

D. Rumusan Masalah

Setelah penulis mengemukakan latar belakang masalah di atas, maka penulis perlu merumuskan masalah guna mempermudah dalam membahas maksud dan tujuan dari skripsi ini, adapun rumusan masalah yang penulis maksud adalah sebagai berikut:

(30)

2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pengurus majelis ta’lim An-Nissa membina akhlak remaja di desa Bumi Pratama Mandira?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian a) Tujuan :

1. Untuk mengetahui keberhasilan pengurus majlis ta’lim An-Nissa dalam membina akhlak remaja di desa Bumi Pratama Mandira.

2. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pengurus majelis ta’lim An-Nissa membina akhlak remaja di desa Bumi Pratama Mandira.

b) Manfaat :

1. Akademis : penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber yang dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya, khususnya yang berkenaan dengan peran Majelis Ta’lim dan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan bagi studi ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(31)

F. Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian merupakan cara melakukan sesuatu menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan.15

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisisnya tidak menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika, melainkan dalam bentuk kata-kata.16

2. Jenis dan Sifat Penelitian a. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya.17 Sesuai dengan masalah yang akan diteliti, peneliti akan terjun langsung ke 15 Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian,(Jakarta:PT Bumi Aksara,2015) hlm 1.

16 Syaiful Sagala, Manajemen Strategi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,

(Bandung:Alfabeta,2007), h.5

(32)

lapangan tempat penelitian untuk melihat secara langsung bagaimana Majelis Ta’lim An-Nissa dalam membina akhlak kepada remaja di desa Bumi Pratam Mandira.

b. Sifat penelitian

Dilihat dari sifatnya, termasuk dalam penelitian deskriptif yakni suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah maupun buatan manusia. Fenomena bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan.18

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian artinya apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada di wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.19 Sebuah penelitian sosial disebutkan bahwa unit analisis menunjukkan siapa yang mempunyai karakteristik yang dimaksud disini adalah variabel yang menjadi perhatian peneliti.

Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini adalah anggota majelis ta’lim yang terdiri dari 14 orang pengurus majelis ta’lim dan 18 anggota. Total keseluruhan populasi ada 32 orang.

18 Sukmadinata,Nana Syaodih,Metode Penelitian Pendidikan,(Bandung:Remaja Rosdakarya:2011),h. 72.

(33)

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.20 Sampel merupakan pengambilan sebagian populasi baik subjek, tempat, atau keadaan untuk mewakili unsur populasi lainnya.

Adapun tekhnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik

non random sampling artinya tidak semua individu dalam populasi diberi peluang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel.21

Untuk lebih jelasnya penulis menggunakan jenis purposive sampling

yaitu memilih sekelompok subjek yang didasari atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkutan yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.22

Adapun yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah dengan kriteria :

a. Anggota Majlis Ta’lim yang terlibat sebagai pengurus. b. Anggota Majlis Ta’lim lebih dari 5 tahun.

c. Anggota yang aktif dalam mengikuti semua kegiatan yang diadakan Majlis Ta’lim.

d. Remaja yang pernah bermasalah.

e. Remaja yang sudah mengikuti kegiatan lebih dari setahun.

20 Sugiyono,Statistika untuk Penelitian,( Bandung: Alfabeta,2011)

21 Sutrisno Hadi, Metodologi Research. , h.80.

(34)

Adapun keseluruhan sample dari kriteria yang telah ditentukan diatas maka penulis mendapatkan jumlah sample sebanyak 10 orang yang terdiri dari 3 pengurus, 4 anggota majlis ta’lim, dan 3 orang remaja.

4. Metode Pengumpulan Data a. Metode Observasi

Metode observasi adalah cara dan tekhnik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.23 Tekhnik yang penulis gunakan adalah observasi terfokus yaitu salah satu jenis pengamatan yang secara cukup spesifik telah mempunyai rujukan pada rumusan masalah atau tema dalam penelitian ini. Fokus pengamatan dalam penelitian ini adalah majelis ta’lim An-Nissa dan kegiatan yang dilakukan pengurus majelis ta’lim An-Nisa dalam membina akhlak remaja.

b. Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan salah satu tekhnik pengumpulan data dalam metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden.24

23 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2001), h.79.

(35)

Adapun jenis wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin, yaitu jenis interview kombinasi antara wawancara tak terpimpin dan terpimpin, jadi yang dimaksud penulis adalah pewancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti. Lalu dalam proses wawancara yang berlangsung mengikuti situasi, pewancara harus pandai mengarahkan yang di wawancarai apabila menyimpang.25 Metode ini digunakan untuk mengetahui data tentang gambaran mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti diantaranya sistem kegiatan dakwah dan kegiatan pembinaan akhlak kepada remaja.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu berbentuk dokumen tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.26

Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer yang didapat dari sumber data yang berupa dokumentasi dan laporan. Dokumentasi diartikan sebagai usaha mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasati, notulen, dan sebagainya.27

25Ibid,. h.70.

26 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:CV. Alfabeta, 2013,cet ke19), h.240.

(36)

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun tekhnik analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan/fenomena yang ada dilapangan (hasil research) dengan dipilah-pilah secara sistematis menurut kategorinya dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat umum.28

Sesuai dengan jenis datanya , maka peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Setelah data terkumpul selanjutnya diidentifikasikan serta dikategorikan kemudian digambarkan berdasarkan logika dengan tidak melupakan hasil dari pengamatan, wawancara, dan mengambil keputusan. Adapun tahap-tahap analisis data tersebut sebagai berikut:

a. Analisis selama pengumpulan data

1) Pembahasan mengenai jenis kajian yang diperoleh. 2) Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan.

3) Merencanakan tahapan-tahapan pengumpulan data. 4) Menulis catatan bagi diri sendri mengenai hal yang dikaji. b. Analisis setelah pengumpulan data

(37)

tetapi dalam bentuk uraian atau gambaran tentang kondisi objek penelitian yang berkenaan dengan tema yang dikaji dalam penelitian ini.

Untuk mendapatkan data yang lebih relevan dan urgen terhadap data yang telah terkumpul, maka peneliti menggunakan beberapa tekhnik, yaitu mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek yang diteliti guna memahami gejala yang lebih mendalam terhadap peran majelis ta’lim An-Nissa dalam membina akhlak remaja di desa Bumi Pratam Mandira.

BAB II

PERAN MAJELIS TA’LIM DALAM MEMBINA AKHLAK REMAJA

A. PERAN

1. Pengertian Peran

Peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu bergantung pada yang lain.29

(38)

Menurut Dewi Wulan Sari peran adalah konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan perilaku dari masyarakat terhadap seseorang dan merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.30

Peran adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Selanjutnya dikatakan bahwa didalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu:

1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.

2. Harapan-harapan pemegan peran oleh masyarakat sedangkan pengertian dalam kamus besar bahasa indonesia adalah sesuatu yang menjadi bagian atau pemegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya hal atau peristiwa.

Sedangkan pengertian peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menjadi bagian atau pemegang pimpinan yang terutama terjadinya suatu hal atau peristiwa.31 Relevansi suatu peran itu akan bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat (biasanya supervisor dan kepala sekolah) terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi

30 Dewi Wulan Sari, Sosiologi: Konsep dan Teori, (PT.Refika Aditama,2009), h.106

(39)

peran atau role perception. Levinson dalam Soekanto mengatakan peranan mencakup 3 hal yaitu :

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalma kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial bagi masyarakat.32

Peran serta dapat pula dikenali dari keterlibatan, bentuk kontribusi, organisasi kerja, penetapan tujuan, dan peran. Parwoto mengungkapkan bahwa peran serta mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Keterlibatan dalam keputusan : mengambil dan menjalankan keputusan. b. Bentuk kontribusi : seperti gagasan, tenaga, materi dan lain-lain.

c. Organisasi kerja : bersama setara (berbagi peran).

d. Penetapan tujuan : ditetapkan kelompok bersama pihak lain. e. Peran masyarakat : sebagai subjek.

Struktur peran dibagi menjadi dua yaitu :

(40)

1. Peran formal (peran yang nampak jelas)

Peran formal yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogeny. Peran formal yang standar terdapat dalam kerluarga.

2. Peran informal (peran tertutup)

Peran informal yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkannya hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan. Pelaksana peran-peran informal yang efektif dapat mempermudah peran-peran formal.

B. MAJELIS TA’LIM

1. Pengertian Majelis Ta’lim

Majelis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata Majelis dan kata ta’lim. Dalam bahasa arab kata Majelis (سلجم) adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (سلج ) yang berarti tempat duduk ,tempat sidang, dan dewan.33 Kata Ta’lim dalam bahasa arab merupakan masdar dari kata kerja allama (ملع) yang mempunyai arti pengajaran.34

33 Ahmad Warson Munawir,Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia,(Yogyakarta:Pustaka Progresif,1997)cet. Ke-14,hlm 202.

(41)

Dalam kamus bahasa indonesia pengertian majelis ta’lim adalah lembaga (organisasi) sebagai wadah pengajian dan kata Majelis dalam kalangan ulama adalah lembaga masyarakat non pemerintah yang terdiri atas para ulama islam.35

Jadi menurut arti dan pengertian diatas dapat diartikan bahwa majelis ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal islam yang memiliki aturan sendiri yang diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak dan bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dan Allah SWT, manusia dan lingkungannya dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Dari pengertian diatas tentunya majelis ta’lim mempunyai perbedaan dengan lembaga lembaga yang lainnya, sebagai lembaga non formal majelis ta’lim memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sebagai lembaga non formal maka kegiatannya dilaksanakan dilembaga-lembaga khusus seperti masjid, mushola, atau rumah–rumah anggota bahkan sampai ke hotel-hotel.

b. Tidak ada aturan kelembagaan yang ketat sehingga sifatnya suka rela. Tidak ada kurikulum, yang materinya adalah segala aspek ajaran agama. c. Bertujuan mengkaji, mendalami, dan mengamalkan ajaran islam

disamping berusaha menyebarluaskan.

35 Departemen pendidikan dan kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,

(42)

d. Antara ustadz pemberi materi dengan jam’ah sebagai penerima materi berkomunikasi secara langsung.36

Berarti Majelis Ta’lim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin global dan maju.

Adapun anjuran dalam bermajelis telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Mujadilah ayat 11 :































































Artinya : Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu : “Berilah kelapangan di dalam majelis -majelis ,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti.(Q.A Al-Mujaddilah/58: 11).

Ayat di atas merupakan adab dari Allah SWT Kepada hamba-Nya yang mukmin, yaitu apabila mereka berkumpul dalam suatu majelis dan sebagian

(43)

mereka atau sebgaian orang yang datang butuh diberikan tepat duduk agar diberi kelapangan untukya. Hal itu tidaklah merugikan orang yang duduk sedikitpun sehingga tercapai maksud saudaranya tanpa ada kerugian yang diterimanya, dan balasan disesuaikan dengan jenis amalan, barang siapa yang melapangkan maka Allah SWT Akan memberi kelapangan untuknya. Hal ini pun berkaitan dengan kehidupan sosial atau dalam bertetangga, barang siapa yang berusaha meringankan beban saudaranya maka Allah akan meringankan bebannya juga. Oleh karena itu, Dia akan membalas setiap orang yang beramal dengan amalanya, jika baik maka akan dibalas dengan kebaikan dan jika buruk maka akan dibalas dengan keburukan pula.

2. Tujuan dan Fungsi Majelis Ta’lim

Setelah mengetahui tentang pengertian Majelis Ta’lim sebagai lembaga non formal yang mempunyai kedudukan dan fungsi sebagai alat dan sekaligus sebagai media pembinaan dalam beragama (dakwah islamiyah), hal ini dapat dirumuskan fungsi Majelis ta’lim sebagai berikut :

a. Membina dan mengembangkan ajaran islam dalam rangka membentuk masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.

(44)

c. Sebagai ajang berlangsungnya silaturahmi massa yang dapat menghidupkan dakwah dan ukhuwah islamiyah.

d. Sebagai sarana dialog berkesinambungan antara ulama dan umara dengan umat.

e. Sebagai media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa pada umumnya.37

Dilihat dari segi tujuan, Majelis ta’lim termasuk sarana dakwah islamiyah yang secara self standing dan self disciplined mengatur dan melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan Ta’lim islami sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan islam memegang peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran islam di Indonesia. Disamping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia, lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya islam tersebut ada yang berbentuk langgar, surau, rangkang.38

3. Peranan Majelis Ta’lim

37 Enung K Rukiati dan Fenti Hikmawati,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,

(Bandung:Pustaka Setia,2006)cet ke-1.hlm 134.

(45)

Majelis ta’lim merupakan lembaga pendidikan masyarakat yang tumbuh dan berkembang dari kalangan masyarakat islam itu sendiri yang kepentingannya untuk kemaslahatan umat manusia.

Pertumbuhan majelis ta’lim dikalangan masyarakat menunjukkan kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama. Pada kebutuhan dan hasrat anggota masyarakat yang lebih luas yakni sebagai usaha memecahkan masalah-masalah menuju kehidupan yang lebih bahagia. Meningkatkan tuntutan jama’ah dan peranan pendidikan yang bersifat non formal, menimnbulkan pula kesadaran diri dan inisiatif dari para ulama beserta para anggota untuk memperbaiki, meningkatkan dan mengembangkan kualitas serta kemampuan sehingga eksistensi dan peranan serta fungsi majelis ta’lim benar-benar berjalan dengan baik.39

4. Materi yang disampaikan dalam Majelis ta’lim

Menurut pedoman Majelis ta’lim materi yang disampaikan dalam Majelis ta’lim adalah :

a. Kelompok Pengetahuan Agama

Bidang pengajaran kelompok ini meliputi tauhid, tafsir, fiqih, hadist, akhlak, dan bahasa arab.

39 Enung K Rukiati dan Fenti Hikmawati,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,

(46)

b. Kelompok Pengetahuan Umum

Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema yang disampaikan adalah yang langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Semuanya itu dikaitkan dengan agama, artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut berdasarkan dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadist atau contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah SAW.

Sebagaimana diungkapkan pada ciri-ciri Majelis ta’lim diatas, maka Majelis ta’lim dengan perkembangannya tentunya juga adanya perkembangan sesuai dengan tuntutan zaman saat ini.sejalan dengan perkembangan dan tuntutan masyarakat maka pola pengembangan dakwah majelis ta’lim tidak cukup hanya berorientasi kepada tema-tema dakwah yang sifatnya menghibur dan menentramkan, tetapi juga bersifat memperluas dan meningkatkan yaitu meningkatkan wawasan dan kualitas keilmuan.40

5. Perbedaan yang ada pada Majelis ta’lim

Adapun yang membedakan majelis ta’lim dengan pendidikan lainya adalah: 1) Majelis taklim adalah lembaga pendidikan non formal Islam.

2) Waktu belajarnya berkala namun teratur, tidak setiap hari seperti madrasah atau sekolah.

(47)

4) Tujuannya adalah memasyarakatkan ajaran-ajaran Islam.41

C. STRATEGI KOMUNIKASI PEMBINAAN 1. Pengertian strategi komunikasi

Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan peristiwa komunikasi dimana-mana. Istilah komunikasi kian hari kian populer, begitu populernya sampai muncul berbagai macam istilah komunikasi. Ada komunikasi timbal balik, komunikasi tatap muka, komunikasi langsung, komunikasi kelompok dan sebagainya.

Sebelum mengemukakan pengertian strategi komunikasi, maka terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian strategi dan komunikasi. Strategi adalah suatu cara yang ditempuh dalam penyampaian pesan yang erat kaitannya dengan perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Strategi tidak hanya menunjukkan satu jalan saja, melainkan strategi harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.42 Sedangkan komunikasi secara umum yaitu kata komunikasi dalam bahasa Inggris disebut

Communication yang mempunyai makna hubungan, berita, dan pemberitahuan. Dalam bahasa Latin komunikasi disebut Communication atau

communis yang berarti sama, sama maknanya, atau mempunyai kesamaan 41 Enung Rukiati, Fenti Hikmawati, Sejarah pendidikan islam di Indonesia,(Bandung: CV Pustaka Setia, 2006), h.132

(48)

pandangan.43 Dalam pengertian ini dapat disimpulkan bahwa komunikasi berlangsung dengan baik apabila ada kesamaan makna atau pandangan antara pihak yang satu dengan yang lainnya.

Adapun pengertian komunikasi secara paradigmatik dan banyak didefinisikan oleh para ahli. Secara terminology, komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu mekanisme mengadakan hubungan antara sesama manusia dengan mengembangkan semua lambang-lambang dan pikiran bersama dengan arti yang menyertainya.44 Pengertian ini mengisyaratkan bahwa dalam komunikasi antara seseorang dengan yang lainnya terjadi hubungan secara bersama-sama mencurahkan seluruh pikirannya melalui lambang-lambang yang berarti.

Pendapat lain mengenai komunikasi yaitu menurut Brent D. Ruben yang dikutip oleh Arni Muhammad bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi dan dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.45

Menurut Andeson yang dikutip oleh Wahyu Ilahi komunikasi adalah sebuah proses dimana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain.

43 Arifuddin Tike, Dasar-Dasar Komunikasi, ( Yogyakarta: Kota Kembang, 2009, Cet.I) h.1

44 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikas: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosakarya,2006, Cet.I), h 12

(49)

Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku.46

Dapat diberi kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Komunikasi juga merupakan alat percakapan yang sangat penting dalam setiap aspek kehidupan. Dan tidak bisa dipungkiri khazanah keilmuan komunikasi dipengaruhi oleh ilmu-ilmu sosial, yang merupakan sebagai induk dari komunikasi serta didukung oleh disiplin ilmu lainnya.47 Manusia dalam berkomunikasi tidak hanya bertujuan untuk memberikan informasi saja, tapi juga memberikan hiburan, pendidikan dan memberikan pengaruh kepada orang lain agar mau melaksanakan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Dari beberapa pengertian diatas mengenai strategi dan komunikasi, maka dapat diberi kesimpulan bahwa strategi komunikasi adalah panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya secara praktis harus dilakukan. Dan strategi komunikasi juga menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif.

46 Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Mei 2010), h. 5

(50)

2. Bentuk strategi komunikasi

a. Komunikasi interpersonal (Antarpribadi)

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung secara face to face (tatap muka) antara dua orang atau lebih dengan membawakan pesan verbal maupun non-verbal sehingga masing-masing bisa memahami satu sama lain dan berinteraksi secara efektif. Dalam komunikasi interpersonal, hubungan yang baik antara komunikator dan komunikan juga harus dijaga dengan baik, karena berhasil tidaknya komunikasi tergantung pada hubungan yang baik di antara mereka. Adapun ciri-cirinya adalah :

1) Jumlah orang yang berkomunikasi terbatas, tidak banyak, hanya sekitar 4-5 orang. Walaupun jumlah ini relative dan bisa lebih banyak mencakup hingga 8-10 orang.

2) Pesan yang disampaikan (materi atau bahan pembicaraan) adalah hal-hal yang hanya menyangkut minat serta kepentingan orang per orang (pribadi).

3) Orang-orang yang melakukan atau terlibat dalam komunikasi interpersonal ini biasanya saling kenal dan telah berkenalan lebih dahulu beberapa saat sebelum melakukan komunikasi.

(51)

Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain karena dapat menggunakan kelima indra untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang kita komunikasikan. Sebagaian komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting sehingga kapan pun, selama manusia masih memiliki emosi kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar dan televisi atau telepon genggam.

Menurut Hafied Cangara, komunikasi interpersonal dibagi menjadi dua macam, diantaranya :

a) Komunikasi diadik

Komunikasi diadik adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang dalam situasi tatap muka. Komunikasi diadik menurut Wayne Pace yang dikutip oleh Hafied Cangara bahwa dapat dilakukan dalam tiga bentuk, yaitu percakapan, dialog dan wawancara. Percakapan berlangsung dalam suasana bersahabat dan informal. Dialog berlangsung dalam situasi yang lebih dalam dan personal, sedangkan wawancara sifatnya lebih serius karena adanya pihak yang dominan pada posisi bertanya dan yang lainnya pada posisi menjawab.

(52)

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.48 Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecah masalah, atau suatu komite yang tengah rapat mengambil sebuah keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.49

Hafied Cangara yang mengutip pendapat Judi C. Person, menyebutkan enam karakteristik yang menentukan proses dalam komunikasi interpersonal sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self), berbagai persepsi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berasal dari dalam diri kita sendiri, yang artinya dibatasi oleh siapa diri kita dan bagaimana pengalaman kita.

2. Komunikasi interpersonal bersifat transaksional, pengertian ini mengacu pada terjadinya proses pertukaran pesan yang bermakna diantara mereka yang berinteraksi.

48 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005)

(53)

3. Komunikasi interpersonal mencakup aspek-aspek isi pesan dan kualitas hubungannya, artinya dalam proses komunikasi interpersonal tidak hanya menyangkut pertukaran isi pesan saja. Akan tetapi berkaitan drngan sifat hubungan dalam arti siapa pasangan komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan pasangan.

4. Komunikasi interpersonal masyarakat adanya kedekatan fisik diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.

5. Komunikasi interpersonal melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lain dalam proses komunikasinya.

6. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang atau suatu pernyataan tidak dapat diulang dengan harapan mendapatkan hasil yang sama karena di dalam proses komunikasi antar manusia sangat tergantung dari respon pasangan komunikasi.50

Fungsi komunikasi interpersonal tidak sebatas pertukaran informasi atau pesan saja, tetapi merupakan kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide-ide agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif dan informasi yang disampaikan oleh komunikator dapat diterima dengan baik, maka komunikator perlu menyampaikan pola komunikasi yang baik pula.51

50 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2011, cet, XII), h.58

(54)

3. Proses komunikasi

Proses komunikasi terdiri dari beberapa unsur, yaitu : a. Komunikator

Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan tempat asal pesan, sumber berita, informasi atau pengertian yang disampaikan (dikomunikasikan) oleh pihak yang mengirim atau menyampaikan pesan.

b. Pesan

Pesan adalah pesan-pesan, informasi atau pengertian dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada komunikan (penerima) melalui penggunaan bahasa, lambang atau simbol. Lambang atau simbol tersebut dapat berupa tulisan, gambar, gerakan tubuh, lambaian tangan, kedipan mata, sura atau bahasa yang diucapkan manusia dan sebagainya.

c. Saluran

Saluran adalah sarana tempat berlalunya simbol-simbol atau lambanglambang yang mengandung makna berupa pesan (pengertian). Saluran tersebut berupa alat yang menyalurkan suara untuk pendengaran, tulisan dan gambar berupa handphone (hp), surat dan alat lainnya.

d. Komunikan

(55)

(berita, informasi, pengertian) berupa lambang-lambang yang mengandung arti atau makna.

e. Efek

Efek adalah hasil penerimaan pesan atau informasi oleh komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan. Efek dapat berlanjut dengan memberikan respos, tanggapan atau jawaban yang disebut umpan balik.

f. Umpan balik

Umpan balik adalah arus balik (yang berupa tanggapan atau jawaban) dalam rangka proses komunikasi. Umpan balik ini biasanya sangat diharapkan, dalam arti adanya umpan balik yang menyenangkan, kalau seseorang dan sekelompok orang yang melakukan kegiatan komunikasi ini melakukannya dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian atau memperoleh kesempatan bersama.52

D. AKHLAK

1. Pengertian akhlak

Dari sudut kebahasan, akhlak berasal dari bahasa yakni bentuk jamak kata

(56)

perangai, tingkah laku, atau tabi’at. Dalam kepustakaan , akhlak diartikan juga sikap yang melahirkan perbuatan (perilaku, tingkah laku) mungkin baik, mungkin buruk, seperti telah disebut diatas.53

Menurut Imam Al Ghazali akhlak merupakan jamak dari Al-khuluq yang berarti ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang konstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.54

Menurut sebagian ahli, akhlak merupakan insting (garizah) yang dibawa manusia sejak lahir. Akhlak merupakan pembawaan dari manusia sendiri, yaitu kecenderungan kepada kebaikan atau fitrah yang ada dalam diri manusia, dan dapat berupa kata hati dan intuisi yang selalu cenderung kepada kebenaran. Pandangan seperti ini menunjukkan bahwa akhlak akan tumbuh dengan sendirinya walaupun tanpa dibentuk atau diusahakan. Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras yang sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini umumnya datang dari para ulama-ulama islam yang cenderung pada akhlak seperti Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Imam Al Ghazali, dan lain-lain termasuk kelompok yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha.55

53 Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.346

54 Zainudin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h.102

(57)

Sedangkan Ibnu Maskawaih sebagai ahli dalam bidang akhlak mengungkapkan bahwa akhlak ialah :

الح

ًٌل

ِﺲْﻔّنلِل

ًٌﺔلﯿِﻋالد

الﮭلل

لﻰلإ

العْﻓلأ

الﮭِل

ْنِم

ِﺮﯿلﻏ

ِﺮْﻜِﻓ

ﯾِولرلو

ِﺔ

Artinya : “Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. 56

Sejalan dengan pendapat Ibnu Maskawaih dalam Ensiklopedia Islam

dikatakan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui pemikiran, pertimbangan, atau penelitian.57

Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwasannya akhlak adalah suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang melahirkan perbuatan-perbuatan baik maupun buruk tanpa adanya pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu sebelumnya.

Akhlak juga dapat dikenal dengan istilah eetika dan moral. Ketika istilah itu sama-sama menemukan nilai baik dan buruk sikap dan perubahan manusia. Perbedannya terletak pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya

56 Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf , (Jakarta: Karya Mulya, Cet. Ke-2, 2005), h.27

(58)

adalah Al-Quran dan Assunah, bagi etika standarnya adalah pertimbangan akal dan fikiran, dan bagi moral standarnya adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.58

2. Dasar-dasar akhlak

Al-Quran adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran islam, hukum-hukum islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya ada didalam Al-quran.59 Diantaranya :



































Artinya : Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (Q.S Al-Isra/17: 9)

Amat jelas bahwa dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat yang mengandung pokok-pokok akidah keagamaan, terutama akhlak dan prinsip-prinsip perbuatan.

58 Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia. 2010)hlm.33

(59)

3. Macam-macam akhlak

Pada dasarnya akhlak dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Akhlak terpuji (akhlakul mahmudah)

Akhlak terpuji merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa arab akhlaq mahmudah. Mahmudah merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida

yang berarti dipuji. Akhlak terpuji disebut pula dengan Akhlaq Karimah (Akhlak mulia), atau Makarim Al-Akhlaq (Akhlak mulia), atau Al-Akhlaq Al-Munjiyat (Akhlak yang menyelamatkan pelakunya).60

Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Sehingg mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim.61

Ada banyak contoh akhlak terpuji yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya :

1. Husnudzon, adalah setiap pikiran, anggapan, dan prasangka yang baik pada orang lain.

2. Tawadhu, adalah sikap yang senantiasa merendahkan diri dan hatinya dihadapan Allah SWT.

3. Tasamuh, adalah suatu sikap yang saling menghargai, memahami, dan bertenggang rasa terhadap orang lain.

60 Rosihon Anwar,Op.Cit, hlm.87

(60)

4. Ta’awun, adalah sikap saling menolong dan membantu antara sesama manusia.62

b. Akhlak tercela

Yang dimaksud dengan akhlak tercela adalah setiap perbuatan yang dilakukan seseorang pada orang lain yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, seperti contoh yakni :

1. Congkak. Yaitu sifat dan perilaku yang menyampaikan kesombongan.

2. Adu domba, yaitu perilaku suka memindahkan perkataan orang lain kepada orang lain dengan maksud agar hubungan mereka rusak. 3. Sikap kikir, yaitu sikap tidak mau memberi nilai materi dan jasa

kepada orang lain (pelit).

4. Iri hati, yaitu sikap kejiwaan yang selalu menginginkan yang dimiliki orang lain.

5. Mengumpat, yaitu sikap perilaku yang suka membicarakn orang lain kepada orang lain.

6. Berbuat aniaya, yaitu perbuatan yang merugikan orang lain baik kerugian materi maupun non materi.63

4. Pembinaan akhlak menurut Islam

62 Abuddin Nata, Op.Cit, hlm.37-42

(61)

Agama islam memandang akhlak sangat penting bagi manusia, bahkan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kepentingan akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia itu sendiri dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat bahkan dalam kehid

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dan pengembanagn yaitu: (1) instrumen penilaian hasil belajar fisika SMA kelas X, (2) kualitas instrumen yang diperoleh dari hasil validasi yaitu

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi Bentuk Aljabar setelah Penggunaan Alat Peraga Blok

1) Kombinasi dari dua ekstrak daun yaitu ektrak daun kelor ( Moringa oleifera Lamk) dan ektrak daun tin ( Ficus carica Linn) dapat digunakan sebagai larvasida terhadap

Dari pembagian tugas sebagai juru kamera hasil riset menunjukan bahwa banyak masyarakat yang menginginkan tayangan yang bermutu, yang mendidik serta tampilan yang

Dalam rangka menghasilkan benih bermutu varietas unggul tanaman pangan, kendala yang masih sering dihadapi adalah keragaman yang dijumpai di pertanaman, sehingga benih..

Durian umumnya memiliki lima ruang (juring=pangsa) dan setiap ruang terdapat beberapa biji yang dibungkus daging buah (pulp) berwarna putih-kuning dengan aneka sensasi rasa

Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien yang positif, artinya bahwa Kualitas Layanan yang telah dilakukan penelitian pada toko Discovery Sidoarjo bepengaruh

Dalam jasa ini factor juga mengusahakan cara-cara untuk mengamankan resiko tidak tertagihnya suatu piutang yang telah dibiayai oleh factor. Berdasarkan uraian diatas, dapat