• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan kadar kafein dalam kopi bubuk murni Robusta merek "X" dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) - Densitometri - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penetapan kadar kafein dalam kopi bubuk murni Robusta merek "X" dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) - Densitometri - USD Repository"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR KAFEIN DALAM KOPI BUBUK MURNI

ROBUSTA MEREK “X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) - DENSITOMETRI

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Galung Istri Setyoningsih NIM : 158114089

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENETAPAN KADAR KAFEIN DALAM KOPI BUBUK MURNI

ROBUSTA MEREK “X” DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) - DENSITOMETRI

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Galung Istri Setyoningsih NIM : 158114089

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Success is not final,

failure is not fatal: it is

the courage to continue

that counts

-Wirston

Churchill-Karya ini kupersembahkan untuk: Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Bapak, Ibu, Adik-adik, serta seluruh keluarga besarku yang penuh cinta Semua sahabat dan temanku yang telah menemaniku dan menyemangatiku

(6)
(7)
(8)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Penetapan Kadar Kafein dalam Kopi Bubuk Murni Robusta Merek “X” dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) - Densitometri” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dr. Christine Patramurti, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus selaku Dosen Pembimbing skripsi dan pengganti orang tua bagi saya yang sangat baik dan sabar memberikan banyak kritik, saran, motivasi dan bimbingan selama penelitian dan penyusunan skripsi.

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin untuk penggunaan segala fasilitas laboratorium selama penelitian.

5. Bapak Maywan Hariono, Ph.D., Apt., selaku dosesn penguji atas kritik dan saran yang diberikan selama penyusunan skripsi.

6. Bapak Michael Raharja Gani, M.Farm., Apt., selaku dosesn penguji atas kritik dan saran yang diberikan selama penyusunan skripsi.

(9)

viii

8. Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang memberikan informasi selama perkuliahan dan ujian.

9. Mas Bimo, Pak Kayatno, Pak Markus Suparlan, dan Pak Kunto selaku Laboran yang dengan baik hati membantu dan menemani dalam kelancaran penelitian skripsi ini di laboratorium.

10.Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

11.Keluarga terkasih, Bapak Hariyanto, Ibu Sutiyem, dan Adik-adikku Kadek Ayu Gita Widyantari dan Komang Candra Handewi Intan yang selalu memberikan segala kasih, cinta, doa, menyemangati dan memberi dukungan setiap waktu.

12.Teman-teman Pejuang Skripsi Ku, Cindy Widya Linita dan Ariel Stanley yang telah bersama-sama berjuang tanpa lelah mengerjakan skripsi ini.

13.Rekan satu bimbingan Aris, Willy Agusta, Ricky, Elisa, Neti Karut, Gaurine, dan Stella. Terima kasih atas semangat dan kerja samanya.

14.Sahabatku tercinta, Mayla Kusuma Dewi, Risma Emiliana, Putu Ayu yang selalu ada saat saya menjalani kesulitan, memberi motivasi dan semangat dalam menjalani kuliah dan menyusun skripsi ini.

15.Teman-teman kos Dewi 2, Monica, Filza, Cindy, Vany, dan Mariana yang selalu menghibur dan menyemangati dalam mengerjakan skripsi ini

16.Teman-teman “Lambe Squad” yang selalu ada dan menyemangati saya dalam membuat skripsi ini.

17.Teman-teman “Upik Abu”, Vinanda, Tea, Yulinda, dan Danti yang selalu menemani dan menyemangati.

18.Teman-teman FSM C 2015 dan seluruh angkatan 2015 yang telah berdinamika bersama, baik panitia maupun perkuliahan.

19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah membantu selama proses penyusunan skripsi ini.

(10)

ix

oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membantu demi kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasiaan.

Yogyakarta, 2 Januari 2019

(11)

x ABSTRAK

Kopi merupakan salah satu minuman yang berasal dari biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan dan dikethui mengandung kafein. Kafein tersebut dapat meningkatkan kewaspadan, insomnia, sakit kepala, gugup, dan pusing apabila dikonsumsi secara berlebihan. Menurut keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.23.3644 (2004) batas konsumsi kafein maksimum adalah 150mg/hari dalam tiga dosis terbagi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kafein yang terdapat dalam kopi bubuk murni jenis robusta dengan merek “X” untuk menentukan tingkat keamanan konsumsi kopi berdasarkan dosis yang dianjurkan. Penelitian ini bersifat non-eksperimental deskriptif yang dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)-densitometri dengan menggunakan fase diam silika gel 60 GF254 dan komposisi fase gerak campuran metanol : etil asetat : ammonia (13: 77:10). Analisis hasil yang dilakukan adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil kualitatif dari penelitian ini menunjukkan Rf dari kafein berada pada rentang 0,72-0,77, kadar yang terkandung pada sampel kopi memiliki rata-rata 112,99 mg/kemasan dengan nilai CV 4,59 %.

(12)

xi ABSTRACT

Coffee is one of drinks that is produced from coffee beans by roasting and mashing it while it is known contain caffeine. Caffeine can increase allertness, insomnia, headaches, nervousness, and dizziness when consumed in excess. According to the regulation by Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.23.3644 (2004) the maximum caffeine consumption is 150mg / day in three divided doses. This study aims to determine the caffeine content in the "X" brand of robusta coffee powder to ensure the safety level of coffee consumption based on the recommended dosage. This research is categorized as descriptive non-experimental. The method being used was thin layer chromatography (TLC)-densitometry using the stationary phase of silica gel 60 GF254 and the mobile phase composition of methanol: ethyl acetate: ammonia 25% (13: 77: 10). The results is analyzed quantitatively and qualitatively. The qualitive results show that Rf of caffeine is in the range of 0.72-0.77, the constituent in the coffee sample has an average of 112.99 mg / package with a CV value of 4.59%.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keseragaman bobot kopi bubuk murni robusta ... 7

Tabel II. Data kurva baku kafein ... 9

Tabel III. Hasil replikasi penetapan kadar kafein dalam sampel kopi ... 11

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Spektrum serapan maksimum kafein ... 8

Gambar 2. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan AUC ... 9

Gambar 3. Kromatogram larutan baku ... 10

Gambar 4. Kromatogram larutan sampel ... 10

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

(17)

1 PENDAHULUAN

Kopi merupakan salah satu minuman yang berasal dari biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan. Kopi sangat digemari oleh masyarakat, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh Indonesia. Orang dapat meminum kopi 3-4 cangkir dalam sehari. Minum kopi yang berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan (Meramis dkk, 2013).

Kopi mengandung berbagai senyawa organik, salah satunya adalah kafein. Kafein merupakan alkaloid yang tergolong dalam keluarga methylxanthine. Selain pada kopi, kafein dapat ditemukan pada teh, cocoa, coklat,

beberapa minuman berenergi dan obat. Pada minuman berenergi dan soft drink, kafein digunakan sebagai komponen tambahan atau perasa (Aly, et al., 2013). Secara farmakologis kafein dapat menstimulasi sistem saraf pusat, stimulus otot jantung, dan relaksasi otot polos bronkus (Choudury, et al.¸ 2012). Apabila kafein dikonsumsi pada dosis berlebih dapat meningkatkan kewaspadaan, menyebabkan insomnia, sakit kepala, gugup, dan pusing (Aly, et al., 2013).

Terdapat lebih dari 120 spesies kopi yang telah telah diidentifikasi di dunia (Sekjen Pertanian, 2015). Tetapi kopi yang dibudidayakan di Indonesia secara umum ada dua jenis yaitu kopi robusta dan kopi arabika. Kopi arabika merupakan kopi yang memiliki cita rasa lebih baik dari kopi robusta, sedangkan kopi robusta rasanya lebih pahit, sedikit asam dan mengandung kafein lebih tinggi dari pada kopi arabika (Tarigan, dkk, 2015).

(18)

2

Salah satu jenis kopi yang beredar dipasaran adalah kopi bubuk murni jenis robusta merk “X”. Kadar kafein dalam kopi robusta merek “X” perlu dipastikan kandungannya untuk memastikan bahwa kadar kafein yang terdapat dalam satu kemasan kopi robusta merek “X” sesuai dengan batasan yang telah ditentukan. Penetapan kadar kafein dalam kopi robusta merek “X” dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)-densitometri. Metode KLT-densitometri ini digunakan karena metode sederhana, tidak membutuhkan banyak waktu, biaya rendah, serta tidak membutuhkan banyak sampel. Selain itu metode KLT-densitometri memiliki kemampuan untuk memisahkan senyawa identitas dalam sebuah campuran (Bele and Khale , 2011).

Penelitian ini mengacu pada studi yang telah dilakukan oleh Riswanto, dkk (2015), namun pada penelitian kali ini akan dilakukan modifikasi yaitu sampel yang digunakan adalah minuman berenergi sedangkan pada penelitian kali ini digunakan sampel kopi bubuk. Fase gerak yang digunakan juga mengacu pada Riswanto, dkk (2015) yaitu metanol, etil asetat, dan amonia 25 % dengan perbandingan 13 : 77 :10.

METODE PENELITIAN

Bahan Penelitian

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sampel kopi bubuk robusta murni merek “X”, baku kafein anhidrat dengan Certificate of Analysis No. 001/WS/I/2018, metanol, kloroform, dan etil asetat.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat densitometer (CAMAG KLT Scanner 3 CAT. No. 0277.6485 SER. No. 160602), autosampler (CAMAG Linomat 5 CAT. No. 027.7808. SER. No. 170610), neraca

(19)

3 Metode

Penetapan kadar kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X” dengan KLT-Densitometri dilakukan dengan menggunakan fase gerak metanol:etil asetat: ammonia 25 % (13:77:10). Volume totolan sampel adalah 2 µL. Sampel yang digunakan adalah kopi bubuk murni robusta dengan nomor batch yang sama sebanyak tiga puluh bungkus yang diperoleh dari salah satu swalayan di Yogyakarta. Sampel diuji dengan melakukan enam kali replikasi. Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah bubuk kopi murni robusta yang beredar dipasaran. Sampel kopi dipilih 20 bungkus dengan nomor batch yang sama. Menurut Farmakope Indonesia V (2014), sebanyak 20 kemasan kopi bubuk murni robusta merek “X” diuji keseragaman bobot dengan cara ditimbang satu persatu dan diambil 10 kemasan yang akan digunakan sebagai sampel uji pada uji penetapan kadar.

Pembuatan Fase Gerak

Fase gerak yang digunakan adalah metanol, etil asetat, dan ammonia 25 % dengan perbandingan 13:77:10. Diambil 10,0 mL ammonia 25% dan telah diinpregnansi kertas saring di satu sisi. Chamber kromatografi ditutup dan dibiarkan jenuh (45 menit) yang ditandai dengan kertas saring yang terbahasi seluruhnya (Depkes RI, 2014).

Preparasi dan Aktivasi Plat KLT Silika Gel F254

(20)

4

Dari larutan stok kafein, diambil berturut-turut 200, 250 ,300 , 350, 400, dan 450 µL yang kemudian dimasukkan ke dalam mikrotube yang berbeda dan ditambah pelarut metanol hingga volumenya menjadi 1 mL sehingga diperoleh 6 larutan seri dengan konsentrasi 200, 250, 300, 350, 400, dan 450 ppm.

Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kafein

Larutan seri konsentrasi 200, 250, 300, 350, 400, dan 450 ppm ditotolkan sebanyak 2 µl menggunakan autosampler pada plat KLT yang sudah disiapkan, dengan jarak tiap totolan 1 cm dari titik tengah, dari samping kanan-kiri 2 cm, dan dari bawah 2 cm. Plat dielusi sepanjang 7,5 cm, dikeringkan. Bercak dibaca serapannya pada range panjang gelombang 200-400 nm dengan menggunakan densotimeter (Riswanto, 2015).

Penetapan Kurva Baku

Larutan seri 200, 250 ,300, 350, 400, dan 450 ppm ditotolkan ke plat KLT yang telah diaktivasi sebanyak 2 µL dengan menggunakan autosampler. Totolan dilakukan pada jarak 2 cm dari batas bawah plat, 2 cm dari samping kanan dan kiri plat. Jarak antar totolan adalah 1 cm dari titik tengah totolan. Kemudian plat KLT tersebut dielusi pada chamber yang telah dijenuhkan hingga jarak 7,5 cm. Plat diangin-anginkan kemudian dideteksi dengan densitometer pada panjang gelombang maksimal yang diperoleh. Dibuat persamaan kurva baku hubungan antara konsentrasi dengan AUC, sehingga diperoleh persamaan kurva baku.

Preparasi Sampel

(21)

5

panas (100o) lalu diaduk hingga larut. Larutan sampel diambil 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam mikrotube dan ditambahkan dengan 1 mL aquadest.

Penetapan Kadar

Larutan sampel ditotolkan 2 µL pada plat KLT yang telah diaktivasi dan dilakukan replikasi totolan sebanyak 6 kali autosampler. Totolan dilakukan pada jarak 2 cm dari batas bawah plat, 2 cm dari samping kanan dan kiri plat. Jarak antar totolan adalah 1,5 cm dari titik tengah totolan. Kemudian plat KLT tersebut dielusi pada chamber yang telah dijenuhkan hingga jarak 7,5 cm. Plat diangin-anginkan kemudian dideteksi dengan densitometer pada panjang gelombang maksimal yang diperoleh.

Analisis kualitatif

Analisis kualitatif pada KLT-Densitometri dilakukan dengan cara membandingkan nilai Rf analit dan standart. Ditotolkan larutan standard, sampel, dan adisi pada plat KLT yang telah diaktivasi dengan linomat. Totolan dilakukan pada jarak 2 cm dari batas bawah plat, 2 cm dari samping kanan dan kiri plat. Jarak antar totolan adalah 1,5 cm dari titik tengah totolan. Kemudian plat KLT tersebut dielusi pada chamber yang telah dijenuhkan hingga jarak 7,5 cm. Plat diangin-anginkan kemudian dideteksi dengan densitometer pada panjang gelombang yang diperoleh.

Analisis Kuantitatif

Penetapan kadar kafein dalam sampel kopi bubuk murni robusta merek “X” dapat dihitung dengan memasukkan AUC sampel ke dalam persamaan regresi linear yang telah diperoleh, dimana AUC sebagai y dan konsentrasi adalah x. Kadar kafein dalam kopi bubuk murni dinyatakan dalam mg/kemasan. Kemudian ditentukan nilai SD (Standar Deviation) dan CV (Coefisien of Variability). Berikut adalah rumus penetapan kadar :

% Kadar = ( ) ( )

(22)

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-Densitometri dengan fase gerak yang terdiri dari metanol, etil asetat, dan amonia 25% (13:77:10) dan fase diam berupa plat silika G F254. Pada rangkaian penelitian ini telah dilakukan validasi dengan parameter validasi, diantaranya selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan rentang.

Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah bubuk kopi murni robusta yang beredar dipasaran. Sampel kopi dipilih 20 bungkus dengan nomor batch yang sama. Sampel dengan nomor batch yang sama diasumsikan memiliki perlakuan dengan kondisi yang sama, sehingga diperoleh homogenitas sampel. Uji Keseragaman Bobot

Sampel bubuk kopi yang akan dianalisis dilakukan uji keseragaman bobot terlebih sahulu. Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang satu persatu sampel kopi bubuk murni robusta merek “X” dan dicatat hasilnya. Sampel yang akan diuji dihomogenkan dengan cara digerus. Sampel yang akan dianasis harus representatif, yakni sampel yang akan dianalisis harus mencerminkan populasi yang diwakilinya.

(23)

7

Tabel I. Keseragaman bobot kopi bubuk murni robusta

Bobot sampel (g)

Standard deviation (SD) 0,0425

Coefficient of variation (CV) 2,03%

Penyimpangan 10 % 2,0953 ± 0,2095 g 1,8858-2,3048 g Penyimpangan 15 % 2,0953 ± 0,3144 g 1,7809-2,4097 g

Dari hasil penujian keseragaman bobot yang diperoleh tidak ada satu kemasanpun yang menyimpang dari ketentuan. Semua sampel serbuk kopi bubuk murni robusta memiliki bobot dalam rentang penyimpangan 10 % dan 15 % sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut memenuhi persyaratan.

Penentuan panjang gelombang

(24)

8

Gambar 1. Spektrum serapan maksimum baku kafein

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa panjang gelombang maksimum dari kafein adalah 275 nm. Berdasarkan Farmakope Indonesia V (2014), panjang gelombang maksimum dari kafein adalah 275 nm sehingga dapat dilihat bahwa panjang gelombang kafein yang diperoleh sudah sesuai dengan literatur.

Pembuatan kurva baku

Pembuatan kurva baku dibuat dengan tujuan untuk melihat hubungan antara konsentrasi dengan AUC. Dari hubungan tersebut nantinya akan diperoleh persamaan kurva baku yang digunakan untuk menghitung kadar kafein yang terkandung pada sampel. Linieralitas suatu kurva baku menunjukkan bahwa respon dari senyawa uji berbanding lurus dengan kenaikan dari konsentrasi baku. Menurut AOAC (2013) linearitas suatu kurva baku ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) lebih besar dari 0,99.

Seri larutan baku dengan konsentrasi 200, 250, 300, 350, 400, dan 450 ppm ditotolkan pada plat KLT sebanyak 2 µl yang kemudian dielusi dan dideteksi dengan densitometer. Hasil pengukuran dengan densitometer adalah berupa AUC.

(25)

9

Persamaan regresi linier dibuat dengan menghubungkan antara konsentrasi dengan AUC. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Data kurva baku kafein

Konsentrasi Kurva hubungan antara konsentrasi dengan AUC dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kurva hubungan antara konsentrasi dengan AUC

Analisis kualitatif

(26)

10

0,72-0,77. Dari hasil tersebut dapat diperkirakan bahwa pada rentang Rf tersebut peak yang mencul merupakan kafein. Pada pengukuran sampel diambil peak

yang berada pada rentang 0,72-0,77. Diperoleh hasil Rf dari sampel dan adisi berada pada rentang tersebut yang berarti pada rentang tersebut merupakan peak dari kafein sampel.

Gambar 3. Kromatogram larutan baku

Gambar 4. Kromatogram larutan sampel

Gambar 5. Kromatogram larutan adisi

Analisis kuantitatif

(27)

11

yang diperoleh. Kadar kafein dihitung berdasarkan persamaan kurva baku y =33,78x + 492,76. Perhitungan kadar kafein dalam sampel dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Hasil replikasi penetapan kadar kafein dalam sampel kopi

Replikasi

Data penetapan kadar diperoleh rata-rata kadar kafein dalam satu kemasan sampel kopi bubuk murni robusta merek “X” pada enam replikasi yaitu 112,99 mg/kemasan dengan nilai CV 4,59 %. Menurut AOAC (2013), persyaratan penerimaan CV replikasi adalah ≤ 6 % sehingga hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan. Selain melakukan replikasi dilakukan pula repetisi dan diperoleh hasil pada Tabel IV.

(28)

12

Tabel IV. Hasil repetisi penetapan kadar kafein dalam sampel kopi

Replikasi

Menurut Surat Keputusan Kepala Badan POM No.HK.00.05.23.3644 batas konsumsi kafein yaitu kurang dari 50 mg per sajian. Berdasarkan data yang telah diperoleh kadar kafein dalam kopi bubuk murni robusta merek “X” rata-rata 117,62 mg perkemasan kopi sehingga tidak memenuhi ajuran yang disarankan. Namun menurut SNI 2983:2014 syarat mutu kopi instan yaitu mengandung kafein minimal 2,5 %. Hasil yang diperoleh pada Tabel IV menunjukkan bahwa rata-rata dari kadar kafein dalam sampel adalah 5,65% sehingga dapat dikatakan bahwa kopi bubuk murni robusta merek “X” sudah memenuhi persyaratan mutu.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kadar kafein yang terdapat pada satu kemasan kopi bubuk murni robusta merek “X” adalah 112,986 mg/kemasan.

SARAN

(29)

13

DAFTAR PUSTAKA

Aly, A.A., 2013. Determination of Caffeine in Roasted and Irradiated Coffee Beans with Gamma Rays by High Performance Liquid Chromatography. Food Science and Quality Management. 22, 28–34.

AOAC, 2013. Guideline for dietary supplements and botanicals. Association of Official Analytical Chemists, 3.

Bele, A.A., and Khale, A., 2011. An Overview on Thin Layer Chromatography. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Researchi. Vol. 2(2): 256-267.

Chowdhury, S.R., Maleque, M., and Shihan, M.H., 2012. Development and Validation of a Simple RP-HPLC Method for Determination of Caffeine in Pharmaceutical Dosage Forms. Asian Pharma Press. 2 (1), 1–4.

Chrismaaji, Y.D., 2018. Penetapan Kadar Kafein Dalam Kopi Bubuk Murni

Robusta Merek “X” Dengan Metode High Performance Liquid

Chromatography (HPLC) Fase Terbalik. Universitas Sanata Dharma.

Depkes RI, 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 728.

Maramis, R, K., Citraningtyas G., Wehantouw F, 2013. Analisis Kafein Dalam Kopi Bubuk Di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Manado: UNSRAT Vol.2 No.04.

Riswanto, F.D.O., Lukitaningsih, RR.E., Martono, S., 2015. Analytical Method Validation And Determination of Pyridoxine, Nicotinamide, and Caffeine in Energy Drinks Using Thin Layer Chromatography-Densitometri. Indones. J. Chem. 15 (1), 9 – 15.

Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian, 2015. Outlook Kopi. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jendral – Kementrian Pertanian. 1. Sitanggang, J.T.N., dan Sembiring, S.A., 2013. Pengembangan Potensi Kopi

Sebagai Komoditas Unggulan Kawasan Agropolitan Kabupaten Dairi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan. Vol. 1 No.6.

SNI 2983, 2014. Kopi Instan. Badan Standarisasi Nasional.

Tarigan, E.B., Pranowo, D., and Iflah, T., 2015. Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Kopi Campuran Robusta Dengan Arabika. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia. 7 (1), 12–17.

(30)
(31)
(32)
(33)

17

Lampiran 4. Contoh perhitungan konsentrasi larutan stok hingga seri kafein

a. Perhitungan konsentrasi larutan stok baku kafein 50 mg kafein dilarutkan dengan pelarut hingga 50 mL Konsentrasi larutan stok kafein = 50 mg / 50 mL

= 1 mg/mL = 1000 µg/mL b. Perhitungan larutan seri baku kafein

(34)

18

Lampiran 5. Kromatogram larutan seri baku kafein

1. Konsentrasi 200 ppm

2. Konsentrasi 250 ppm

(35)

19 4. Konsentrasi 350 ppm

5. Konsentrasi 400 ppm

(36)

20

Lampiran 6. Hasil pembacaan absorbansi kafein menggunakan densitometer

(37)

21 Lampiran 7. Perhitungan kadar kafein

Persamaan regresi y = 33,78x - 492,76 Replikasi I

Dengan menggunakan cara perhitungan diatas maka diperoleh :

(38)

22

Lampiran 8. Kromatogram sampel replikasi enam kali

1. Kromatogram sampel replikasi I

(39)

23 3. Kromatogram sampel replikasi III

4. Kromatogram sampel replikasi IV

(40)
(41)

25

Lampiran 9. Kromatogram sampel repetisi lima kali

1. Kromatogram sampel repetisi I

2. Kromatogram sampel repetisi II

(42)

26 4. Kromatogram sampel repetisi IV

(43)

27

BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Tabel II. Data kurva baku kafein ....................................................................
Gambar 1. Spektrum serapan maksimum kafein ............................................
Tabel I. Keseragaman bobot kopi bubuk murni robusta
Gambar 1. Spektrum serapan maksimum baku kafein
+5

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui nilai Q10dan umur simpan tiga merek produk kopi bubuk komersial menggunakan metode

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa penetapan kadar kurkumin dengan metode KLT-Densitometri memenuhi parameter-parameter validasi yaitu selektivitas, linearitas,

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa metode KLT-Densitometri dapat digunakan untuk memisahkan nikotin dari senyawa alkaloid lain dalam fraksi