• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2015"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Lampung pada Februari 2015 sebanyak 4.060,7 ribu orang,

bertambah 0,79 persen dibanding keadaan Februari 2014. Sementara itu, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Februari 2015 sebesar 69,55 persen atau turun 0,59 poin pada periode yang sama.

 Jumlah penduduk bekerja di Provinsi Lampung sebanyak 3.921,2 ribu orang atau mengalami

kenaikan penyerapan sekitar 2,54 persen dari keadaan setahun yang lalu.

 Tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 3,44 persen, turun 1,65 poin dibanding keadaan

Februari 2014. Penurunan terlihat dari sisi jumlah pencari kerja (pengangguran terbuka) sebanyak 65,3 ribu orang, berkurang 31,89 persen selama setahun terakhir.

 Perkotaan masih menjadi kantong pengangguran ditunjukkan dengan tingkat pengangguran terbuka

yang mencapai 5,7 persen dibanding perdesaan yang 2,45 persen. Atau secara absolut 70 ribu orang di perkotaan dibanding 69,5 ribu orang pengangguran di perdesaan.

 Sektor pertanian masih mendominasi lapangan pekerjaan utama penduduk yaitu sekitar 47,12 persen

dari seluruh penduduk yang bekerja. Selama periode setahun terakhir jumlah pekerja konstruksi mengalami kenaikan sebanyak 70 ribu pekerja. Diikuti sektor industri dan transportasi, pergudangan & komunikasi masing-masing sebanyak 58,7 ribu dan 13,6 ribu pekerja. Sektor yang paling banyak mengalami drop out tenaga kerja adalah perdagangan, rumah makan & jasa akomodasi sebanyak 31,8 ribu pekerja.

 Status pekerjaan sebagian besar penduduk bekerja di Provinsi Lampung adalah berusaha dibantu

buruh tidak tetap dan buruh/karyawan/pegawai yaitu masing-masing sebanyak 777,7 ribu orang dan 1.046,2 ribu orang. Dari status pekerjaan ini diperkirakan pekerja formal di Lampung sebesar 29,84 persen sedangkan pekerja informal 70,16 persen. Perkiraan proporsi pekerja informal pada tahun sebelumnya (kondisi Februari 2014) adalah sebesar 71,28 persen.

BPS PROVINSI LAMPUNG

No. 01/05/18/Th.VIII, 5 Mei 2014

K

EADAAN

K

ETENAGAKERJAAN

P

ROVINSI

L

AMPUNG

F

EBRUARI

2015

(2)

Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran

Kondisi makro ketenagakerjaan Lampung pada Februari 2015 menunjukan adanya perbaikan yang signifikan. Digambarkan dengan adanya kenaikan jumlah penduduk yang bekerja dan berkurangnya jumlah pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2015 bertambah sebanyak 202,8 ribu dibanding keadaan Agustus 2014 dan bertambah sebanyak 31,6 ribu dibanding keadaan Februari 2014. Penduduk yang bekerja pada Februari 2015 bertambah sebanyak 248 ribu dibanding keadaan Agustus 2014 dan bertambah sebanyak 97 ribu dibanding keadaan setahun yang lalu. Sementara jumlah penganggur mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebanyak 45,3 ribu jika dibanding keadaan Agustus 2014 dan berkurang sebanyak 65,3 ribu jika dibanding keadaan Februari 2014.

Meskipun jumlah angkatan kerja meningkat tetapi dalam setahun terakhir Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan 0,59 poin yakni dari 70,55 persen turun menjadi 69,95 persen. Turunnya TPAK ini merupakan indikasi adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi suplai tenaga kerja.

Tabel 1

Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Lampung, Februari 2013 - Februari 2015

Penurunan TPAK ini disebabkan kenaikan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja relatif lebih banyak dibanding kenaikan jumlah penduduk Angkatan Kerja. Dari dekomposisi angkatan kerja seperti ditunjukkan pada Tabel 1 di atas rupanya kenaikan jumlah terjadi pada seluruh aktivitas Bukan Angkatan Kerja yakni Sekolah, Mengurus Rumah tangga dan Lainnya (aktivitas pribadi dan sosial).

Secara relatif angka pengangguran Lampung menunjukan penurunan dari 4,79 persen pada Agustus 2014 menjadi 3,44 persen pada bulan Februari 2015. Bila dibandingkan dengan Februari 2014 (5,08 persen), angka pengangguran turun 1,65 poin. Angka pengangguran Lampung ini masih di bawah angka pengangguran nasional. Pada Februari 2015 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) nasional sebesar 5,81 persen. Jika dicermati angka ini melanjutkan tren penurunan dari 5,82 persen pada Februari 2013.

(3)

Gambar 1

Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Lampung, Februari 2013 - Februari 2015

Indikator lain yang lebih mendalam menyangkut angkatan kerja adalah jumlah setengah pengangguran yakni mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam kerja di bawah jam kerja normal (35 jam seminggu). Dikatakan lebih mendalam karena mampu mengungkap dibalik status bekerja ternyata tidak semua memiliki produktivitas yang tinggi sebagian dari mereka memiliki jam kerja rendah. Ada dua kelompok setengah pengangguran: yang masih mencari kerja (setengah pengangguran terpaksa) dan tidak mencari kerja lagi (setengah pengangguran sukarela). Pada Februari 2015, setengah pengangguran berjumlah 1.411,2 ribu atau 35,99 persen dari penduduk bekerja. Turun dibanding Februari 2014 yang 1.456,2 ribu atau 38,08 persen dari penduduk bekerja. Ini merupakan indikasi yang merepresentasikan naiknya produktivitas. Dari dua jenis setengah pengangguran, Setengah Pengangguran Terpaksa turun selama setahun terakhir dari 342,1 ribu pekerja menjadi 321,3 ribu pekerja. Fenomena ini biasanya dipengaruhi oleh peningkatan daya beli sehingga walaupun jam kerjanya pendek tetapi pendapatan yang diraih pekerja sudah mencukupi kebutuhannya.

Gambar 2

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Lampung dan Nasional, Februari 2013 - Februari 2015

Dilihat perbandingan kota-desa, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan (urban area). Sebanyak 5,07 persen angkatan kerja di perkotaan berstatus sebagai penganggur terbuka (pencari kerja), setara dengan 70 ribu orang. Sedangkan di wilayah perdesaan (rural area) tingkat pengangguran “hanya” 2,45

70.60 64.84 70.55 66.99 69.95 60.00 62.50 65.00 67.50 70.00 72.50

Feb 2013 Agt 2013 Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015

TPAK 5.02 5.69 5.08 4.79 3.44 5.82 6.17 5.70 5.94 5.81 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50

Feb 2013 Agt 2013 Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015

(4)

persen atau 69,5 ribu orang. Dibandingkan setahun yang lalu, jumlah pengangguran di perkotaan berkurang sebanyak 23,1 ribu. Sejalan dengan itu, jumlah pengangguran di perdesaan turun 42,2 ribu. Fenomena ini diduga berkaitan dengan meningkatnya aktivitas sektor pertanian yang mendominasi kegiatan ekonomi di desa.

Tabel 2

Pengangguran Terbuka menurut Daerah Kota-Desa Provinsi Lampung, Februari 2014 - Februari 2015

Disparitas jender pada partisipasi angkatan kerja sangat timpang. TPAK laki-laki sebesar 86,1 persen jauh lebih tinggi dibanding TPAK perempuan yang hanya 52,93 persen. Kondisi ini berkaitan dengan adanya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan di dalam rumahtangga. Laki-laki berperan sebagai pencari nafkah (breadwinner), sedangkan perempuan mengelola rumahtangga dan mengasuh anak-anaknya. Dibandingkan keadaan Februari 2014, partisipasi laki-laki di pasar tenaga kerja mengalami penurunan 1,6 poin sementara partisipasi perempuan naik 0,47 poin. Sementara itu, disparitas jender pada pengangguran direpresentasikan oleh TPT perempuan yang lebih tinggi dibanding TPT laki-laki yakni 4,71 persen berbanding 2,69 persen. TPT yang tinggi pada perempuan mengindikasikan adanya potensi yang tinggi pada partisipasi kerja perempuan.

Tabel 3

Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin Provinsi Lampung, Februari 2014 - Februari 2015

Selama setahun terakhir terlihat ada pergeseran komposisi angkatan kerja menurut latar belakang pendidikan. Persentase pencari kerja yang berpendidikan tinggi (diploma/sarjana) naik dari 5,51 persen menjadi 15,61 persen. Sebaliknya, pengangguran yang mengenyam pendidikan rendah (SMP ke bawah) turun dari 51 persen menjadi 41,26 persen. Sementara pada penduduk yang bekerja terlihat adanya sedikit penurunan pada

(5)

pekerja yang berpendidikan rendah. Kondisi yang sama dialami oleh pekerja yang berpendidikan tinggi. Sementara pekerja yang berpendidikan SMA (umum/kejuruan) mengalami peningkatan yakni dari 22,53 persen naik menjadi 23,73 persen. Secara makro perubahan komposisi ini dapat dimaknai belum terjadi peningkatan produktivitas yang dipicu oleh peningkatan kualitas tenaga kerja.

Tabel 4

Komposisi Angkatan Kerja dan Pengangguran menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2015 (Persen)

Gambar 3

Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 2014 - Februari 2015

Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Komposisi penduduk Lampung yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama sedikit mengalami perubahan dibanding keadaan Februari 2014. Sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu 47,12 persen. Disusul dua lapangan pekerjaan lain yakni berturut-turut perdagangan/rumah makan dan jasa akomodasi (18,47 persen) serta jasa kemasyarakatan/sosial dan perorangan (13,3 persen). Ketiga lapangan usaha utama tersebut menyerap lebih dari 75 persen tenaga kerja di Lampung. Lapangan usaha lain memiliki kontribusi penyerapan tenaga kerja kurang dari 10 persen.

Dilihat tren sektoral, hampir tidak ada lapangan pekerjaan yang konsisten naik atau turun dibanding setahun yang lalu. Secara absolut, lapangan pekerjaan konstruksi selama setahun yang lalu menyerap tenaga

2.86 5.68 11.28 6.11 6.38 2.43 2.25 4.37 8.73 11.40 8.17 4.92 1.77 2.79 6.01 6.17 5.55 6.98 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

<= SD SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I/II/III Universitas

(6)

kerja paling banyak yakni 70 ribu pekerja. Diikuti sektor industri dan transportasi, pergudangan & komunikasi masing-masing sebanyak 58,7 ribu dan 13,6 ribu pekerja. Sektor yang paling banyak mengalami drop out tenaga kerja adalah perdagangan, rumah makan & jasa akomodasi sebanyak 31,8 ribu pekerja.

Gambar 4

Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Lampung, Februari 2015

Tabel 5a

Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2015 (Ribuan)

Pertanian, Perkebun an, Kehutanan, Perb uruan&Perikanan 47.12% Pertambangan dan Penggalian 0.93% Industri 9.50% Listrik, Gas dan Air

Minum 0.11% Konstruksi 5.27% Perdagangan, Ruma h Makan&Jasa Akomodasi 18.47% Transportasi, Pergud angan&Komunikasi 3.78% Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan&Jasa Perusahaan 1.51% Jasa Kemasyarakatan, So sial&Perorangan 13.30%

(7)

Tabel 5b

Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2015

Daerah perkotaan di Lampung didominasi tenaga kerja di sektor Perdagangan/Rumah Makan/Jasa Akomodasi serta sektor Jasa Kemasyarakatan/Sosial/Perorangan yakni 32,34 persen dan 21,85 persen. Sedangkan daerah perdesaan lebih dari separuh tenaga kerja bekerja pada sektor pertanian (59,47 persen). Sektor Pertambangan dan Penggalian di perdesaan lebih banyak dibanding perkotaan, merepresentasikan sektor tersebut hanya berupa unit-unit usaha kecil seperti Galian C. Begitu juga dengan sektor industri yang jumlahnya jauh lebih banyak di perdesaan dibanding perkotaan menandakan banyaknya industri-industri kecil/industri rumah tangga.

Tabel 6

Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Daerah Kota-Desa di Provinsi Lampung, Februari 2015

(8)

Status Pekerjaan Utama

Dari seluruh penduduk bekerja pada Februari 2015, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan (26,68 persen) dan diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap (19,83 persen) dan pekerja keluarga (19,14 persen). Dalam periode setahun terakhir bertambahnya jumlah tenaga kerja dialami oleh status pekerjaan berusaha sendiri, buruh/karyawan/pegawai dan pekerja bebas. Penambahan tersebut didominasi pada pekerja dengan status berusaha sendiri yakni sebanyak 113,6 ribu pekerja. Diikuti pekerja dengan status buruh/karyawan (83,3 ribu pekerja) dan pekerja bebas (52,1 ribu pekerja).

Tabel 7

Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2015

Secara sederhana, kegiatan formal dan informal dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya sebagian besar termasuk pekerja informal. Berdasarkan pendekatan identifikasi ini, maka pada Februari 2015 sekitar 1.170,2 ribu pekerja (29,84 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 2.751 ribu pekerja (70,16 persen) bekerja pada kegiatan informal.

Gambar 5

Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal/Informal di Provinsi Lampung, Februari 2014 – Februari 2015 (Ribuan)

1 073.1 1 005.8 1 098.4 1 077.2 1 170.2 2 711.7 2 465.8 2 725.8 2 595.9 2 751.0 -1 000.0 2 000.0 3 000.0 4 000.0 5 000.0

Feb 2013 Agt 2013 Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015

(9)

Ketimpangan kegiatan ekonomi formal dan informal terlihat signifikan di perdesaan dibanding perkotaan. Pada Februari 2015, jumlah pekerja informal di perdesaan mencapai 2.125,6 atau lebih dari tiga kali jumlah pekerja formal. Pekerja di sektor informal umumnya berpendidikan rendah dan tidak mempunyai ketrampilan khusus. Kondisi ini terkait erat dengan rendahnya produktivitas di perdesaan. Sementara itu, jumlah pekerja formal dan informal di perkotaan relatif berimbang yakni sebanyak 532,8 ribu dan 625,5 ribu. Fenomena ini mengindikasikan pentingnya peran sektor informal dalam kegiatan ekonomi di perkotaan.

Gambar 6

Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal/Informal dan Kota-Desa di Provinsi Lampung, Februari 2015 - Februari 2015 (Ribuan)

Beberapa Konsep yang digunakan

Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah

The Labour Force Concept yang disarankan oleh the International Labour Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Batas bawah bervariasi antar Negara. Indonesia, menggunakan batas bawah usia 15 tahun, namun dalam survey dicatat 10 tahun ke atas, Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), Swedia, USA (16 tahun), Kanada (14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 tahun), Venezuela (10 dan 15 tahun). Batas atas, bervariasi antar Negara. Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia, Mexico (65 tahun). Banyak Negara termasuk Indonesia tidak ada batas atas.

2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan pengangguran.

3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumahtangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.

4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit dilakukan selama 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.

5. Penganggur terbuka, terdiri dari: a) Mereka yang mencari pekerjaan.

b) Mereka yang mempersiapkan suatu usaha.

444457 441 453 474 533 381 481 396 625 629 565 646 603 637 2,255 2,085 2,245 2,200 2,126 -500.0 1 000.0 1 500.0 2 000.0 2 500.0

Feb 2013 Agt 2013 Feb 2014 Agt 2014 Feb 2015

(10)

c) Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (bukan karena alasan kekurangan fisik).

d) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja (15+). 7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah angkatan kerja

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG

Jl. Basuki Rahmat No. 54 Teluk Betung Bandar Lampung 35215 Telepon (0721) 482909, 484329 Faksimili (0721) 484329

Email: bps1800@bps.go.id

Homepage: http://lampung.bps.go.id

Keterangan lebih lanjut hubungi : Bidang Statistik Sosial

Up. Mukhamad Mukhanif, S.Si., M.Si. Telepon (0721) 482909/484329 Pswt 120

Email: bps1800@bps.go.id Homepage: http://lampung.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Pemahaman tentang deteksi dini kanker payudara di kalangan masyarakat masih kurang, terutama pemahaman kepada remaja putri yang masih kurang sehingga dalam upaya mencegah

Oleh karena merubah sumberdaya manusia sangatlah sulit dilakukan maka melalui rekayasa kelembagaan (pengaturan di dalam batas yurisdiksi, hak kepemilikan, mekanisme

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tentunya pembaca yang melihat novelnya akan berasumsi bahwa novel ini akan menyajikan kehidupan para tokohnya di sebuah rig lengkap dengan landskap sebuah rig dan tantangan

Analisis Tobin’s Q &lt; 1 maka menunjukkan bahwa nilai buku aset perusahaan lebih besar dari nilai pasar perusahaan, sehingga perusahaan akan menjadi sasaran akuisisi

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan Kumon, diketahui bahwa Program “Coba Gratis” dari Kumon ditujukan untuk mengenalkan metode Kumon kepada anak, baik dari segi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan power otot tungkai terhadap kemampuan tendangan T pada pesilat putra

Sehingga dengan adanya anak inklusi yang di- terima disekolah ini mengharuskan seorang guru untuk bisa menyesuaikan dalam penggunaan kurikulum bahkan dalam