• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU. 2.1 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografi dan Demografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU. 2.1 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografi dan Demografi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EVALUASI PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

2.1 Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1.1 Aspek Geografi

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang berada 200 km arah barat daya dari kota Surabaya dan 800 km dari ibu kota Jakarta. Kabupaten Ponorogo terletak pada 111’7’ hingga 111’52’ Bujur Timur dan 7’49 hingga 8’20’ Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Ponorogo secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Nganjuk disebelah Utara. Disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek. Disebelah Selatan dengan Kabupaten Pacitan. Sedangkan disebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah.

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Ponorogo

(2)

Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 1.371,78 km2 terbagi dalam 21 kecamatan yang terdiri dari 307 desa/ kelurahan dengan topografi yang bervariasi mulai dari daratan rendah sampai pegunungan dengan sebaran 79% terletak di ketinggian kurang dari 500m dpl meliputi 245 desa/ kelurahan, 14,4% berada diantara 500m dpl hingga 700m dpl meliputi 44 desa dan sisanya 5,9% pada ketinggian diatas 700m dpl meliputi 18 desa. Luas wilayah untuk masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Ponorogo Menurut Wilayah Kecamatan Tahun 2012

No Kecamatan Luas Wilayah (km2)

1 Ngrayun 148,76 2 Slahung 90,34 3 Bungkal 54,01 4 Sambit 59,83 5 Sawoo 124,71 6 Sooko 55,33 7 Pudak 48,92 8 Pulung 127,55 9 Mlarak 37,20 10 Siman 37,95 11 Jetis 22,41 12 Balong 56,96 13 Kauman 36,61 14 Jambon 57,48 15 Badegan 52,35 16 Sampung 80,61 17 Sukorejo 59,58 18 Ponorogo 22,31 19 Babadan 43,93 20 Jenangan 59,44 21 Ngebel 59,50

(3)

2.1.1.2 Aspek Demografi

Data penduduk berdasarkan survey kependudukan yang dilakukan badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo pada tahun 2011 sebesar 860.093 jiwa dengan sebaran di kecamatan Ponorogo mempunyai jumlah penduduk terbesar yakni 74.795 jiwa, dikuti Kecamatan Babadan sebesar 62.968 jiwa dan kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pudak sebesar 8.943 jiwa.

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2011

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Rasio

1 Ngrayun 27.880 27.849 55.729 100,11 2 Slahung 24.359 25.284 49.543 96,72 3 Bungkal 16.958 17.477 34.435 97,03 4 Sambit 17.751 18.016 35.767 98,53 5 Sawoo 27.035 27.969 55.004 96,66 6 Sooko 10.854 11.035 21.889 98,36 7 Pudak 4.432 4.511 8.943 98,25 8 Pulung 23.147 23.106 46.253 100,18 9 Mlarak 20.398 15.949 36.347 127,90 10 Siman 21.331 20.559 41.890 103,76 11 Jetis 14.238 14.974 29.212 95,08 12 Balong 20.454 21.343 41.797 95,83 13 Kauman 19.945 20.294 40.239 98,28 14 Jambon 19.289 19.859 39.148 97,13 15 Badegan 14.569 14.667 29.236 99,33 16 Sampung 17.846 18.202 36.048 98,04 17 Sukorejo 25.288 24.558 49.846 102,97 18 Ponorogo 37.103 37.692 74.795 98,44 19 Babadan 31.624 31.344 62.968 100,89 20 Jenangan 26.061 25.737 51.798 101,26 21 Ngebel 9.764 9.442 19.206 103,41 TOTAL 2011 430.326 429.767 860.093 100,13 TOTAL 2010 427.592 427.689 855.281 100,00 TOTAL 2009 443.305 456.023 899.328 97,21

(4)

Gambar 2.2

Jumlah penduduk di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

Komposisi pendudukKabupaten Ponorogo antara penduduk laki-laki dengan perempuan hampir seimbang. Dari jumlah penduduk 860.093 jiwa yang laki-laki sebanyak 430.326 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 429.767 jiwa. Lebih jelas dapat dilihat dalam gambar 2.3.

Gambar 2.3

(5)

Jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2011 tercatat sebesar 4.030 orang mengalami penurunan 34 persen dibanding pada tahun 2010 yang mencapai angka 6.113 orang dan pada tahun 2009 jumlah pencari kerja mencapai angka yang cukup besar yaitu 36.341 orang. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan jumlah pencari kerja yang paling besar adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sebesar 1.873 orang dan terkecil pada tingkat pendidikan Sarjana Muda berjumlah 162 orang. Dengan demikian terlihat bahwa tingkat pendidikan akan menggambarkan kualifikasi jenjang dari pencari kerja.

Gambar 2.4

Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

Tingkat Partispasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan tingkat penduduk usia kerja 15 tahun ke atas yang mempunyai pekerjaan selama seminggu yang lalu baik baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panenan. TPAK kabupaten Ponorogo tahun 2011 mencapai 70,05%, sementara Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) mencapai 95,63% dan Tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 4,37% mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 3,83%.

(6)

Tabel 2.3

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas menurut kegiatan Kabupaten PonorogoTahun 2011 KEGIATAN Tahun 2011 Orang % Angkatan Kerja 472.067 70,05 1 Bekerja 451.450 66,99 2 Mencari Pekerjaan 10.711 1,58 3 Mempersiapkan Usaha 556 0,08

4 Tidak Mungkin Mendapatkan Pekerjaan 9.174 1,36

5 Sudah Punya Pekerjaan Tetapi Belum

Bekerja 176 0,02

Bukan Angkatan Kerja 201.826 29,95

1 Sekolah 38.598 5,72

2 Mengurus Rumah Tangga 123.246 18,28

3 Lainnya 39.982 5,93

Total 673.893 100,00

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 70,05

Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 95,63

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 4,37

Sementara itu berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang bekerja bergerak pada sektor pertanian, industri pengolahan dan lainya sebagaimana dalam tabel berikut :

(7)

Tabel 2.4

Penduduk Berumur 15 tahun ke atas Yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

Orang %

1 Pertanian 230.896 51,14

2 Industri Pengolahan 43.330 9,59

3 Bangunan 32.193 7,13

4 Perdagangan 72.298 16,01

5 Angkutan dan Komunikasi 6.063 1,34

6 Keuangan dan Jasa 4.640 1,03

7 Pertambangan dan Penggalian, LGA 62.020 13,76

Jumlah 451.450 100,00

2.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

A. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Ponorogo

Perekonomian Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 menunjukkan tren pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni tahun 2010, utamanya di sektor pengangkutan dan komunikasi, perdagangan hotel dan restoran serta sektor kontruksi. Dinamika positif perekonomian tersebut memberikan dorongan dan sekaligus harapan dalam mempercepat akselerasi perbaikan ekonomi sehingga ekonomi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2011 mampu tumbuh sebesar 6,21 persen dari target RPJMD sebesar 5,97 persen dan mengalami kenaikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada tahun 2010 sebesar 5,89 persen.

(8)

Perkembangan dan pergeseran struktur ekonomi menunjukkan perkembangan kegiatan pembangunan yang terjadi baik yang dilakukan secara sektoral maupun lintas sektor. Sektor ekonomi yang mendukung PDRB meliputi sektor primer, sekunder dan tersier. Kontribusi sektor primer sebesar 36,46% meliputi: sektor pertanian, pertambangan dan galian. Sektor sekunder mempunyai kontribusi sebesar 8,49% terdiri dari sektor industri pengolahan, sektor LGA dan kontruksi sedangkan sektor Tersier meliputi sektor PHR, Angkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi sebesar 55,06%.

Gambar 2.5

Struktur Ekonomi Kabupaten Ponorogo Tahun 2011

A.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000

Nilai PDRB ADHK Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 mencapai Rp. 3.537.868.110.000,00 mengalami kenaikan sebesar Rp. 206.809.700.000,00 (6,20%) dari tahun 2010 sebesar Rp. 3.331.058.410.000,00. Apabila dilihat dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir pertumbuhan nilai PDRB ADHK

(9)

mengalami peninhgkatan secara terus menerus sebagaiman terlihat dalam tabel berikut.

Gambar 2.5

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Ponorogo Tahun 2007 - 2011

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan sebagaimana disampaikan diatas tersebut berasal dari sektor pertanian; Perdagangan Hotel dan restoran; Jasa-jasa; Persewaan; Angkutan dan komunikasi; Industri pengolahan; Pertambangan dan penggalian; konstruksi bangunan serta Listrik, Gas dan Air.

(10)

Tabel 2.5

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHK Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2010-2011

No Sektor 2010 2011

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 1.174.625,55 35,26 1.193.914,57 33,75

2 Pertambangan dan Penggalian 74.228,39 2,23 77.532,95 2,19

3 Industri Pengolahan 151.929,44 4,56 160.532,22 4,54

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 56.079,61 1,68 59.215,40 1,67

5 Konstruksi 70.569,91 2,12 77.856,46 2,20

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 920.381,59 27,63 1.019.089,52 28,81

7 Pengangkutan dan Komunikasi 176.337,36 5,29 197.618,46 5,59 8 Keuangan, Sewa, Jasa

Perusahaan 239.007,96 7,18 260.509,18 7,36

9 Jasa – Jasa 467.989,60 14,05 491.599,36 13,90

PDRB ADHK 3.331.058,41 100,00 3.537.868,11 100,00

A.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) 2000

Nilai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 mencapai Rp. 8.404.945.130.000,00. Naik dari tahun 2010 sebesar Rp. 7.449.685.320.000,00. Selama tiga tahun terakhir yakni tahun 2010, 2011 dan 2012 struktur Perekonomian Kabupaten Ponorogo didominasi oleh Sektor Pertanian, Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran dan Sektor Jasa – Jasa. Sektor Pertanian dari tahun ke tahun mengalami penurunan sebesar 1,18 point, Tahun 2010 memberikan kontribusi sebesar 35,73 % dan tahun 2011 sebesar 34,55 % sedangkan sektor Perdagangan Hotel dan Restoran, Sektor Bangunan, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor Keuangan Jasa Perusahaan mengalami peningkatan.

(11)

Tabel 2.6

Nilai dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB ADHB Tahun Dasar 2000 Kabupaten Ponorogo (juta rupiah) 2010-2011

No Sektor 2010 2011

Rp. % Rp. %

1 Pertanian 2.661.965,76 35,73 2.903.580,37 34,55

2 Pertambangan dan Penggalian 142.094,11 1,91 160.467,67 1,91

3 Industri Pengolahan 373.755,34 5,02 417.086,30 4,96

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 102.956,98 1,38 110.568,43 1,32

5 Konstruksi 155.707,45 2,09 185.843,36 2,21

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 2.064.054,83 27,71 2.410.135,46 28,68

7 Pengangkutan dan Komunikasi 389.974,80 5,23 456.360,23 5,43 8 Keuangan, Sewa, Jasa

Perusahaan 539.503,87 7,24 620.435,30 7,38

9 Jasa – Jasa 1.019.672,17 13,69 1.140.468,01 13,57

PDRB ADHB 7.449.685,32 100,00 8.404.945,14 100,00

B. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo dapat dilihat dari Product Domestic Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) tahun dasar 2000 yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo pada tahun 2009 sebesar 5,16%, tahun 2010 sebesar 5,78% naik 0,62 point dan pada tahun 2011 ekonomi mampu tumbuh sebesar 6,21%. Sementara itu capaian pertumbuhan ekonomi Tahun 2012 pada posisi angka sangat sementara mampu tumbuh sebesar 6,52%. Dengan demikian ekonomi Kabupaten Ponorogo tahun 2012 mampu tumbuh melebihi target dalam RPJMD Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2015 sebesar 6,15 % dan melebihi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011, bahkan kalau dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional lebih tinggi 0,32 digit dimana ekonomi nasional tahun 2012 tumbuh sebesar 6,20%.

(12)

Gambar 2.6

Pertumbuhan ekonomi Nasional, Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Ponorogo Tahun 2007 – 2012

Nilai PDRB ADHK 2000 yang merupakan indikator pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 mencapai 3.768.417,45 juta. Apabila dilihat dari struktur PDRB maka sektor paling dominant adalah sektor Pertanian memberikan kontribusi sebesar 33,84 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 2,98%, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 29,42% dengan tingkat pertumbuhan sebesar 10,17% sedangkan jasa-jasa memberikan kontribusi sebesar 13,46% dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,89%. Kalau dilihat trend selama 5 tahun terakhir maka tampak pada sektor pertanian, kontribusi terhadap PDRB terus mengalami penurunan sedangkan pada sektor perdagangan, hotel restoran dan Jasa-jasa kontribusi terhadap PDRB mengalami peningkatan terus menerus. Penurunan kontribusi sektor pertanian pada PDRB merupakan indikasi adanya transformasi structural dari perekonomian yang bertumpu pada sektor primer (sektor pertanian) menuju perekonomian yang bertumpu

(13)

pada sektor skunder (sektor perdagangan dan industri) atau sektor tersier (sector jasa dan keuangan).

Tabel 2.7

Capaian PDRB ADHK dan PDRB ADHB Kabupaten Ponorogo Tahun 2006 - 2012 NO TAHUN PDRB ADHB (Juta Rupiah) PDRB ADHK (Juta Rupiah) 1 2006 4.396.397,29 2.694.520,72 2 2007 5.002.064,19 2.871.341,71 3 2008 5.805.450,60 3.034.363,54 4 2009 6.575.434,92 3.190.837,45 5 2010 7.449.774,32 3.331.058,41 6 2011 8.404.945,13 3.537.868,11 7 2012 9.486.200,08 3.768.417,45

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

B.1 Pertumbuhan Menurut Sektor

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo tahun 2012 sebesar 6,52 %. Secara sektoral laju pertumbuhan yang paling besar adalah sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (10,17 %), sektor Angkutan dan Komunikasi (9,45 %) dan sektor keuangan, persewaan jasa perusahaan mampu tumbuh sebesar 8,430 %. Ke empat sektor tersebut apabila dilihat selama kurun waktu empat tahun terakhir mulai tahun 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012 mengalami pertumbuhan yang terus meningkat. Sementara itu sektor yang laju pertumbuhannya paling kecil adalah sektor pertambangan dan galian yang hanya mampu tumbuh sebesar 2,40 % dan tingkat pertumbuhannya mengalami penurunan terus menerus yakni 2009 tumbuh sebesar 3,95 % tahun 2010 tumbuh sebesar 4,20 % dan tahun 2011 tumbuh sebesar 4,45%.

(14)

Gambar 2.7

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ponorogo menurut Sektor Tahun 2008 – 2012

B.2 PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita

Salah satu indikator yang juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan kemajuan ekonomi suatu daerah adalah PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita. Kedua indikator tersebut dipengaruhi oleh jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB Perkapita Kabupaten Ponorogo pada tahun 2011 Rp. 9,77 juta meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar Rp. 8,71 juta, dan tahun 2009 mencapai Rp. 7,53 juta. Sedangkan pendapatan regional perkapita Kabupaten Ponorogo tahun 2011 sebesar Rp. 9,13 juta, naik dari tahun 2010 dan tahun 2009 masing – masing sebesar Rp. 8.135 juta dan Rp. 7,030 juta. 0 2 4 6 8 10 12 14 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan L, G dan Air Bersih Bangunan PHR

Angkutan & Kom Keuangan, P & JSP Jasa-jasa

(15)

Gambar 2.8

PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011 -2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 14,000.00 16,000.00 18,000.00 20,000.00 2008 2009 2010 2011 Pendapatan Perkapita PDRB Perkapita C. Inflasi

Inflasi suatu barang dapat dilihat dari tingkat perkembangan harga suatu barang dan dapat dihitung dengan melihat perubahan indek implisit yang diturunkan dari pembagian PDRB ADHB dengan PDRB ADHK. Perkembangan laju inflasi barang – barang di Kabupaten Ponorogo mengalami fluktuatif dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Inflasi tahun 2011 sebesar 6,23 % lebuh rendah dibanding tahun 2010 sebesar 9,49 %, tahun 2009 sebesar 7,82 % dan tahun 2008 sebesar 9,12 %.

(16)

Gambar 2.9

Inflasi menurut Indeks Implisit PDRB Tahun 2008 – 2011

D. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan (pangan), pakaian (sandang), tempat berlindung (papan), terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan dasar pendidikan dan terbatasnya aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk miskin Tahun 2010 secara nasional mencapai 13,33 % atau 31,02 juta jiwa penduduk hidup dibawah garis kemiskinan dan tingkat Provinsi sebesar 15,25 % sedangkan Kabupaten Ponorogo sebesar 13,22 % atau 127.514 jiwa mengalami penurunan sebesar 14.508 jiwa dari tahun 2009 sebesar 14,63 % atau 113.006 jiwa dengan garis kemiskinan tahun 2009 sebesar Rp. 177.006,00 per bulan dan tahun 2010 sebesar Rp. 193.047,00 per bulan. Pada tahun 2011 prosentase penduduk miskin sebesar 109.792 jiwa atau 12,84 %, masih belum memenuhi target RPJMD 2010 – 2015 sebesar 8,79 % dan diharapkan pada tahun 2012 akan mampu mencapai target RPJMD sebesar 7,65 %, tahun 2013 turun menjadi 7,08 % dan tahun 2014

(17)

Tabel 2.8

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional Tahun 2008 – 2012

Tahun Nasional (%) Provinsi (%) Jumlah Ponorogo %

2008 15,42 18,51 144.480 16,13

2009 14,15 16,68 127.514 14,63

2010 13,33 15,26 113.006 13,22

2011 12,49 13,85 109.792 12,84

2012 11,70 13,08 96.965* 11,34*

Sumber Data : TNP2K Tahun 2012

* Target terkoreksi Gambar 2.10

Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Ponorogo, Provinsi dan Nasional Tahun 2008 – 2012

Keterangan :

Angka Tahun 2012 merupakan target RPJMD sedangkan capaianya masih pada tahap penghitungan oleh BPS Kabupaten Ponorogo

(18)

E. Angka Kriminalitas

Kriminalitas merupakan segala macam bentuk tindakan dan perbuatan yang merugikan secara ekonomis dan psikologis yang melanggar hukum yang berlaku dalam Negara Indonesia dengan norma – norma sosial dan agama. Kriminalitas yang terjadi di Kabupaten Ponorogo dengan jenis tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pencurian dengan kekerasan, pencurian kendaraan bermotor, pencurian kayu jati (illegal loging), pencurian hewan/ternak, penganiayaan berat, penganiayaan ringan, pembunuhan, pembakaran, judi, miras, sajam, korupsi, migas (BBM) dan lain – lain dari tahun 2008, 2009, 2010 dan 2011 cenderung mengalami peningkatan.

Tabel 2.9

Angka Kriminalitas di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2012

No Uraian 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012

1 Jumlah Tindak

Kriminalitas 372 591 558 798 1.300

2 Jumlah Penduduk 895.921 899.328 855.281 856.573 857.623 3 Angka Kriminalitas (%) 0,04 0,06 0,06 0,09 0,15

2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial A. Angka Melek Huruf

Angka Melek Huruf di cerminkan dari kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan baca tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Hal ini terkait langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Angka Melek Huruf atau disebut juga Angka Melek Aksara adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia yang didasarkan pada pemikiran bahwa melatih orang yang mampu baca tulis lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara. Secara rata – rata Angka Melek Huruf di Kabupaten

(19)

mengalami peningkatan sebesar 0,98 %. Artinya penduduk usia 15 tahun keatas yang buta huruf berkurang sebesar 0,98 %. Sedangkan untuk Tahun 2010 dan 2011 berturut – turut angka melek huruf Kabupaten Ponorogo adalah 85,73% dan 87,26%.

Gambar 2.11

Angka Melek Huruf Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

B. Angka Rata - Rata Lama Sekolah

Indikator yang digunakan untuk mengetahui rata – rata tingkat pendidikan adalah dengan mengetahui rata – rata lama sekolah yaitu rata – rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk diseluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Rata – rata lama sekolah (MYS) penduduk Kabupaten Ponorogo tahun 2009 mencapai 6,61 tahun meningkat dari tahun 2008 sebesar 6,46 tahun.

(20)

Gambar 2.12

Rata – rata Lama Sekolah Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

C. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Kasar (APK) menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) adalah presentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk dari usia yang sama. APK pada jenjang pendidikan SD/MI/Paket A tahun 2010 sebesar 106,48 untuk jenjang SLPT/MTs sebesar 97,73 dan jenjang SMU/SMK/MA sebesar 70,11.

Tabel 2.10

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni pada jenjang Pendidikan SD/MI/Paket A di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

No Tahun APK APM

1 2008 113,73 97,42

2 2009 113,30 97,71

3 2010 112,30 97,08

4 2011 112,67 97,16

(21)

Tabel 2.11

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni pada jenjang Pendidikan SLTP/MTs di Kabupaten Ponorogo

Tahun 2008 - 2011

No Tahun APK APM

1 2008 99,74 82,62

2 2009 101,70 85,44

3 2010 102,09 85,94

4 2011 102,12 85,96

Sumber: Inmakro Provinsi Jatim, 2012

Tabel 2.12

Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni pada jenjang Pendidikan SMU/SMK/MA di Kabupaten Ponorogo

Tahun 2008 - 2011

No Tahun APK APM

1 2008 67,53 49,69

2 2009 71,43 51,96

3 2010 73,70 53,37

4 2011 73,78 54,97

Sumber: Inmakro Provinsi Jatim, 2012

D. Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator pencapaian target MDGs. AKB Kabupaten Ponorogo dari tahun 2008 sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi yang cukup tinggi, hal ini memberikan gambaran adanya naik turunnya kualitas hidup dan pelayanan kesehatan masyarakat. Disamping Angka Kematian Bayi indikator lain dalam melihat derajad kesehatan masyarakat dengan melihat Angka Kematian Ibu.

(22)

Tabel 2.13

Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

No Tahun AKB AKI

1 2008 13,50 103,39

2 2009 8,31 115,70

3 2010 13,90 123,38

4 2011 15,20 105,20

5 2012 15,15 98,82

E. Usia Harapan Hidup

Indikator derajad Kesehatan dapat dilihat dari Usia Harapan Hidup (Life Expectancy Rate). Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya meningkatnya gizi dan meningkatnya tingkat kesadaran terhadap pentingnya hidup sehat. Usia harapan hidup masyarakat Kabupaten Ponorogo dari tahun 2008 – 2011 mengalami peningkatan. Tahun 2008 sebesar 60 th, Tahun 2009 sebesar 69,3 th, tahun 2010 sebesar 69,60 th dan tahun 2011 sebesar 69,90 th.

Gambar 2.13

(23)

F. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Mengacu kepada Ponorogo Dalam Angka Tahun 2012 bahwa jumlah penduduk yang bekerja yang masuk pada angkatan kerja di Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 berjumlah 451.450 orang dari angkatan kerja berjumlah 472.067 orang, terdiri dari laki – laki 273.549 orang dan perempuan berjumlah 177.901 orang. Dari data penduduk yang bekerja dibandingkan dengan angkatan kerja akan diperoleh angka rasio penduduk yang bekerja.

Tabel 2.14

Jumlah Penduduk yang Bekerja, Angkatan Kerja dan Rasio di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

Tahun Penduduk yang Bekerja Angkatan Kerja Rasio Penduduk Bekerja / Angkatan Kerja (%)

2008 493.096 512.193 96,27

2009 527.254 546.117 96,55

2010 474.044 492.942 96,17

2011 451.450 472.067 95,63

2012 478.573 494.714 96,74

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2012

2.1.2.3 Fokus Seni Budaya dan Olah Raga

Dalam rangka mengembangkan sektor kepariwisataan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan seni budaya melalui beberapa even regional, nasional maupun internasional. Untuk melihat perkembangan seni dan budaya dilakukan dengan mengevaluasi jumlah, jenis, organisasi kesenian yang ada di masing – masing Kecamatan. Organisasi kesenian yang cukup dikenal di Kabupaten Ponorogo adalah Reog. Melalui berbagai even untuk melestarikan sekaligus mengembangkan kesenian Reog dimaksud cukup berhasil, hal ini dapat dilihat perkembangan kesenian Reog dari tahun 2008 – 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

(24)

Tabel 2.15

Perkembangan Seni Budaya dan Olah Raga di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2012

No Capaian 2008 2009 2010 2011 2012

1 Jumlah Group Kesenian 776 784 824 754 767

2 Jumlah Gedung

Kesenian 1 1 1 1 1

3 Jumlah Club Olah Raga 156 156 156 156 156

4 Jumlah lapangan Olah

Raga 148 148 176 176 176

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2012

2.1.3 ASPEK PELAYANAN UMUM 2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib Urusan Pendidikan

Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah. APS merupakan ukuran daya serap pemerataan dan akses terhadap Pendidikan khususnya penduduk usia sekolah. APS terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan sedangkan APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah ditingkat pendidikan tertentu.

APS pada kelompok usia 7 – 12 tahun Kabupaten Ponorogo Tahun 2011 sebesar 98,86 % dan untuk usia 13 – 15 tahun sebesar 96,78 % dan usia 16 – 18 tahun sebesar 65,60 % sedangkan untuk angka buta huruf usia 15 tahun keatas sebesar 12,74 %.

(25)

Gambar 2.14

Perkembangan APS menurut kelompok Usia di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2012 2.1.3.2

2.1.4 ASPEK DAYA SAING DAERAH 2.1.4.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani yaitu dengan membandingkan kemampuan tukar produk / komoditas yang dihasilkan / yang dijual petani dengan produk yang dihasilkan petani baik untuk produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2006 NTP mencapai 112,23, tahun 2007 mencapai 115,99, tahun 2008 mencapai 118,89 dan tahun 2009 mencapai 118,06.

0 20 40 60 80 100 120 16 - 18 tahun 13 - 15 tahun 7 - 12 tahun 2011 2010 2009 2008

(26)

Gambar 2.15

Nilai Tukar Petani di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2013

2.2.1.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur

Berdasarkan penggunaan lahan di Kabupaten Ponorogo meliputi lahan untuk pekarangan/bangunan, tegal, kebon, ladang, hutan negara seluas 39.199 Ha dan untuk lahan sawah seluas 34.800 Ha. Dari luas lahan sawah tersebut yang merupakan sawah dengan pengairan teknis seluas 30.091 Ha, sedangkan sisanya lahan sawah berpengairan setengah teknis, non teknis dan tadah hujan.

(27)

Gambar 2.16

Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

Gambar 2.17

Luas Areal Pertanian dan Produksi Pertanian di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

(28)

2.2.1.3. Fokus Iklim Investasi A. Angka Kriminalitas

Tindak kejahatan yang terjadi di Kabupaten Ponorogo dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi (naik turun), tahun 2008 jumlah total 372 kali tindak kejahatan meningkat menjadi 591 kali tindak kejahatan pada tahun 2009. Namun demikian pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 558 kali dibanding tahun 2009, tetapi meningkat pada tahun 2011 menjadi 798 kali.

Tabel 2.16

Jenis dan Jumlah Kejahatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

Uraian 2009 2010 2011

1. Pencurian dengan pemberatan 100 133 97

2. Pencurian dengan kekerasan 4 2 2

3. Curanmor 56 42 35 4. Pencurian kayu 19 12 18 5. Pencurian Hewan 0 4 0 6. Penganiayaan berat 15 13 7 7. Penganiayaan ringan 21 10 8 8. Pembunuhan 0 2 3 9. Pembakaran 2 1 3 10. Judi 153 90 156 11. Miras 38 68 275 12. Sajam 2 4 3 13. Korupsi 2 1 1 14. BBM 1 1 1 15. Lain – lain 179 175 189 Jumlah 591 558 798

2.2.1.4 Fokus Sumber Daya Manusia A. Kualitas Tenaga Kerja

Kualitas tenaga kerja sangat tergantung dari tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang yang didukung oleh keterampilan yang memadai, maka akan semakin tinggi pula kualitas tenaga kerja,

(29)

Gambar 2.18

Tingkat Pendidikan Pencari Kerja di Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 - 2011

B. Tingkat Ketergantungan

Tingkat ketergantungan dihitung berdasarkan perbandingan antara banyaknya penduduk yang belum produktif (umur dibawah 15 tahun) dan tidak produktif (umur diatas 65 tahun) dengan jumlah penduduk yang termasuk usia produktif secara ekonomi (umur 15 – 64 tahun).

Tabel 2.17

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

No Uraian 2009 2010 2011

1 Umur <15 tahun 194.278 187.694 188.757

2 Umur 15 – 64 tahun 641.337 575.390 579.629

3 Umur diatas 64 tahun 63.713 97.197 92.707

(30)

Gambar 2.19

Tingkat Ketergantungan Usia Produktif di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 - 2011

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Lalu.

Pada hakekatnya tujuan Pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pelaksanaan Program dan Kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen perencanaan tahunan yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih. Untuk dapat menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah pada tahun n+1 atau tahun yang akan dating maka diperlukan data dasar dan capaian kinerja tahun sebelumnya (n-1) dan tahun berjalan. RKPD Tahun 2014 disusun berdasarkan capaian target kinerja RKPD Tahun 2012 sebagaimana tertuang dalam Perbup Nomor 18 Tahun 2011 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2012. RKPD Tahun 2012 memuat 13 Program prioritas dan 3 Program prioritas lainnya yang merupakan hasil usulan aspirasi masyarakat melalui Musrenbang (perencanaan partisipatif), program prioritas Pemerintah dan Pemerintah Daerah Provinsi

(31)

Adapun capaian kinerja Program dan Kegiatan dalam RKPD Tahun 2012 adalah sebagai berikut :

1. Pertumbuhan Ekonomi yang Inklusif dan Berkeadilan

Pertumbuhan Ekonomi merupakan tolok ukur perkembangan suatu daerah yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan pertumbuhan maka akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya meningkat pula pendapatannya. Capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 6,21 % menandakan bahwa ekonomi Kabupaten Ponorogo bergerak kearah positip dari tahun sebelumnya yang juga tumbuh sebesar 5,78 %. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ponorogo banyak dipicu oleh sector dominan yaitu sector pertanian, sector perdagangan, hotel dan restoran dan sector jasa lainnya. Walaupun kenyataanya sector pertanian tingkat pertumbuhannya dari tahun ke tahun mengalami penurunan, sedangkan untuk sector perdagangan, hotel dan restoran dalam kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat positip. Hal ini merupakan pertanda adanya pergeseran transpormasi structural dari sector primer menuju ke sector sekunder.

Gambar 2.20

Target dan Capaian Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Ponorogo Tahun 2009 – 2011

(32)

2. Pendidikan Berkualitas dan Terjangkau

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga Negara yang harus tersedia, terjangkau dan sekaligus berkualitas. Pendidikan juga sebagai upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, pendewasaan pola pikir, upaya merubah tingkah laku menuju kea rah yang lebih baik. Untuk melihat tingkat kualitas pendidikan dapat dilihat dari angka melek huruf, angka partisipasi sekolah, angka partisipasi murni, angka partisipasi kasar, angka putus sekolah, angka kelulusan, rata – rata nilai Ujian Nasional, rasio pendidik yang memiliki sertifikat pendidik, tingkat pendidikan yang ditamatkan dan rata – rata lama sekolah.

Tabel 2.18

Target dan Realisasi Kinerja Pendidikan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2011

No Uraian Target 2010 2011

(%) Capaian (%) Target (%) Capaian (%)

1 APK PAUD 56,12 60,88 65,44 61,46

2 Tidak buta Aksara (penduduk > 15 th) 98,87 98,89 99,05 99,20

3 APS SD / MI 0,08 0,07 0,06 0,08 4 APS SMP / MTs 0,57 0,55 0,50 0,36 5 APS SMA / SMK / MA 1,32 0,95 0,90 1,58 6 AL SD / MI 99,02 99,27 99,28 98,60 7 AL SMP / MTs 97,67 97,85 97,94 97,94 8 AL SMA / SMK / MA 95,03 95,59 96,09 98,14 9 Rata-rata Nilai UN SD / MI 7,15 7,20 7,25 7,55 10 Rata-rata Nilai UN AL SMP / MTs 7,40 7,43 7,46 7,60 11 Rata-rata Nilai UN AL SMA / SMK / MA 7,55 7,57 7,59 7,75 12 Rasio Pendidik yg bersertifikat 4,76 10,77 15,73 26,49

(33)

3. Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan

Kompleksnya permasalahan di Bidang Kesehatan seperti infrastruktur kesehayan yang masih belum optimal, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan yang terbatas merupakan kendala yang harus diatasi sehingga kinerja bidang kesehatan akan menjadi optimal. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja kesehatan adalah mendorong masyarakat hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat terhadap kesehatan, memberikan subsidi pembiayaan kepada masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui jaminan kesehatan. Kinerja bidang kesehatan dapat dilihat dari meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu melahirkan dan menurunnya prevalensi gizi buruk pada balita.

Tabel 2.19

Target dan Realisasi Kinerja Kesehatan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2011

No Uraian Target 2010 2011

(%) Capaian (%) Target (%) Capaian (%) 1 Cakupan Balita Gizi buruk yg mendapat perawatan 70,83 100,00 100,00 100,00 2 Cakupan kunjungan Bayi 84,59 65,34 87,00 97,97 3 Cakupan kunjungan Ibu hamil 82,99 63,25 87,00 91,66 4 Cakupan pelayanan Anak Balita 87,95 55,74 88,00 75,43 5 Cakupan peserta KB aktif 91,53 35,09 69,00 78,92 6 Cakupan pelayanan dasar Maskin 35,34 28,74 15,00 28,84 7 Cakupan pelayanan Kesehatan rujukan Maskin 2,79 2,26 1,50 1,50

8 Indeks Harapan Hidup 74,68 69,93 75,17 70,24

4. Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur

Infrastruktur menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat dalam kerangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebagai sector penggerak. Seperti kita yakini bersama bahwa infrastruktur merupakan pemicu pembangunan suatu kawasan dimana pembangunan infrastruktur berbasis wilayah semakin penting untuk di

(34)

prioritaskan. Penyediaan infrastruktur seperti transportasi, ketenagalistrikan, jalan, jembatan, sumber daya air, perumahan, sarana air minum dan infrastruktur pedesaan menjadi hal yang wajib untuk diutamakan.

Tabel 2.20

Target dan Realisasi Kinerja Infrastruktur di Kabupaten Ponorogo Tahun 2010 – 2011

No Uraian Target 2010 2011

(%) Capaian (%) Target (%) Capaian (%) 1 Panjang Jalan Kabupaten dalam kondisi baik 41,71 44,91 46,06 46,06 2 Luas Irigasi Kabupaten dalam kondisi baik 3,53 15,48 16,35 89,90 3 Rumah Tangga bersanitasi 80,47 87,59 87,76 87,76

4 Kawasan Kumuh 2,80 2,76 2,75 2,58

5. Penanganan Kemiskinan

Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan terbatasnya aksebilitas terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan. Masalah kemiskinan merupakan masalah nasional yang harus menjadi perhatian semua pihak untuk diupayakan penurunannya melalui program kegiatan yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat.

Tabel 2.21

Prosentase Target dan Realisasi Kinerja Penangan Kemiskinan Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

Tahun Target RPJMD (%) Capaian (%) Keterangan

1 2008 10,68 16,13

2 2009 10,68 14,63

3 2010 9,72 13,22

4 2011 8,79 12,84

(35)

Program penanganan kemiskinan harus dikoordinasikan dengan sungguh sungguh agar sasarannya tidak tumpang tindih antara program satu dengan program program yang lainnya antara sumber pendanaan yang satu dengan lainnya, mengingat bahwa penanganan kemiskinan menjadi atensi dan tanggug jawab semua pihak yakni pemerintah, pemerintah daerah, swasta dan masyarakat melaui wadah TKPKD (Tim koordinasi penanggulangan kemiskinan daerah).

6. Perluasan Kesempatan Kerja

Perluasan penciptaan lapangan kerja merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran yang dari ke hari semakin bertambah cukup besar seiring dengan bertambahnya lulusan sekolah yang memasuki usia kerja dan tidak dibarengi dengan tersedianya lapangan kerja yanag memadai. Dampak social dari bertambahnya pengangguran sangat significant yakni bersifat multidimensional. Ditahun 2011 saja jumlah penduduk yang bekerja mencapai 451.450 jiwa dari angkatan kerja yang ada 472.067 orang atau rasio penduduk yang bekerja disbanding dengan angkatan kerja hanya mencapai 95,63%. Tingkat pengangguran terbuka tahun 2010 mencapai 3,83% masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan TPT propinsi yang mencapai 4,25% dan TPT nasional mencapai 7,14%.

Tabel 2.22

Prosentase Target dan Realisasi Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten Ponorogo Tahun 2008 – 2011

Tahun Target RPJMD (%) Capaian (%) Keterangan

1 2008 3,73 3,73

2 2009 3,45 3,45

3 2010 3,83 3,83

4 2011 2,02 4,37

5 2012 1,86 3,26

Upaya terus menerus dilakukan untuk semaskin mengurangi pengangguran dengan melaksanakan program kegiatan dalam upaya menciptakan peluang kesempatan kerja baik melalui program kegiatan yang langsung menyentuh atau menyerap tenaga kerja maupun melalui upaya pemberdayaan.

Gambar

Gambar 2.1  Peta Kabupaten Ponorogo

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang GIS juga telah diaplikasikan pada Sistem Informasi Geografis Pencarian Data Penduduk (Rusidy, 2003) yang di dalamnya membahas tentang kelebihan

Revisi karena penggunaan anggaran belanja yang bersumber dari PNBP di atas pagu APBN untuk satker BLU terkait perubahan rincian anggaran yang disebabkan panambahan

Provinsi Lampung adalah daerah yang kaya dengan potensi Sumber Daya. Alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan (hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, semua media perlakuan yang dicobakan pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh mampu mendorong organogenesis eksplan

Adanya pengaruh model problem based learning terhadap keterampilan proses sains siswa pada penelitian ini dapat dilihat dari nilai rata-rata keterampilan proses sains

Demikian Berita Acara Pembukaan (download) Penawaran File I ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat diketahui dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Desfa

bahwa untuk melakukan penyesuaian jenis dan tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Riset dan Teknologi sebagaimana diatur