Rencana Terpadu dan Program Investasi
Jangka Menengah (RPIJM)
Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan
Tahun 2017-2021
BAB 6
6.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya
Kelembagaan daerah di Kabupaten Sinjai terkait erat dengan pelaksanaan program pembangunan infrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang fungsi kinerjanya dilakukan melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal dan intensif untuk tujuan sinkronisasi di dalam pelaksanaan program dengan instansi-instansi terkait. Untuk itu, peningkatan dari kapasitas kelembagaan diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan agar kegiatan investasi pengembangan infrastruktur dapat terjamin keberlanjutannya secara optimal.
Beberapa kebijakan yang merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM Kabupaten Sinjai, antara lain :
1. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
2. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota;
3. PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Daerah;
4. PP No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014;
5. Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025;
6. Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional
7. Permen PU No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimum;
8. Permendagri No. 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah;
9. Permendagri No. 57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan
Perkotaan;
10. Kepmen PAN No. 75 Tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.
menjadi kewenangan daerah yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan dengan memperhatikan kebutuhan, kemampuan keuangan, cakupan tugas, kepadatan penduduk, potensi, karakteristik serta sarana dan prasarana. Penataan organisasi perangkat daerah ini dilakukan melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang memadai, sehingga fungsi pelayanan yang terdapat dalam urusan yang menjadi kewenangannya dapat terlaksana secara lebih optimal.
Pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, membawa implikasi yang mendasar terhadap keberadaan, tugas, fungsi dan tanggung jawab lembaga serta aparatur pemerintah dalam mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang didasarkanpada prinsip-prinsip good governance.
Tujuan peningkatan kelembagaan daerah terkait langsung dengan
6.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini
6.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Kapasitas dan kewenangan instansi yang mendukung Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPIJM) PU Bidang Cipta Karya, menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit. Kondisi Kelembagaan pemerintahan Kabupaten Sinjai, saat ini memperlihatkan beberapa kendala dalam mendukung program pembangunan bidang ke Cipta Karyaan Kabupaten Sinjai, antara lain:
a) Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang
dibutuhkan;
b) SKPD yang membidangi Keciptakaryaan tidak satu atap sehingga
menyulitkan koordinasi serta pengambilan kebijakan;
c) Dukungan peraturan belum memadai;
d) Terbatasnya sumberdaya manusia yang dimiliki; dan
e) Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan.
Permasalahan yang sering dihadapi Dinas PU/Bid. Cipta Karya antara lain masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan dari aparatur/sumber daya manusia (SDM) yang menangani/mengelola berbagai bidang di berbagai Dinas/Badan dan Kantor di Kabupaten Sinjai. Peningkatan pendidikan formal para aparatur, kursus singkat,pelatihan dll masih sangat dibutuhkan dalam
pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) sehingga kualitas
6.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Di dalam pelaksanaan/implementasi RPIJM Bidang Cipta Karya di Kabupaten Sinjai melibatkan banyak komponen kelembagaan sehingga terjalin koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan di bidang keciptakaryaan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga.
Kapasitas dan kewenangan instansi dalam kerangka mendukung RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit. Untuk maksud tersebut peran kelembagaan bidang PU/Cipta Karya memiliki posisi yang cukup penting didalam implentasi program yang akan disepakati. Aspek kelembagaan yang dimaksud dalam pelaksanaan RPIJM bidang PU/Cipta Karya Kabupaten Sinjai akan bertugas untuk menjalaskan fungsinya melalui suatu koordinasi baik secara vertikal maupun horisontal. Dengan demikian akan diperlukan koordinasi yang intensif untuk tujuan singkronisasi didalam pelaksanaan program termasuk didalamnya Bappeda, Dinas-Dinas dan PDAM. Oleh karena RPIJM ini bersifat program jangka menengah, maka di perlukan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah baik kelembagaan masyarakat maupun swasta yang terkait langsung dengan program yang akan dilaksanakan.
Untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki masyarakat terhadap fasilitas yang akan dikembangkan perlu diperhatikan aspek sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk menghidari terjadinya pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah dan masyarakat. Juga untuk menghilangkan kesan bahwa fasilitas yang dibangun semata-mata untuk pemerintah, sehingga masyarakat tidak peduli dengan keberhasilannya. Oleh karena itu perlu adanya pendekatan dan sosialisasi yang terus-menerus sebelum proyek dilaksanakan. Masyarakat perlu dilibatkan pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan.
6.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan,seperti dijelaskan pada tabel 10.1. mengenai komposisi Struiktur dalam unit kerja bidang Perumahan dan Permukiman yang melaksanakan Kegiatan keCiptaKaryaan di Kabupaten Sinjai.
Tabel 6.1
Komposisi Struktur dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sinjai
Bidang Cipta Karya :
1. Seksi Perumahan dan Permukiman 2. Seksi Bangunan Gedung
3. Seksi Air Bersih
Sumber: Website Kab. Sinjai Tahun 2015
6.3 ANALISIS KELEMBAGAAN
Untuk program pengembangan kelembagaan ini dibagi dalam 3 tahap pengembangan yaitu
1. Tahap Konsolidasi
Dalam tahap konsolidasi, kegiatan peningkatan koordinasi lembaga baik itu lembaga vertikal maupun lembaga horizontal pada dinas atau instansi sangat penting, penambahan aparat pada bidang atau seksi yang terkait RPIJM sehingga kebutuhan aparat tercukupi, peningkatan kualitas aparat terkait dengan penyusunan program atau pelaksanaan RPIJM, melengkapi organisasi ekstrastruktural dan sebagainya.
Terciptanya kesinambungan penyusunan dan pelaksanaan program sangat penting sehingga diperlukan adanya tim ahli yang memberikan input terhadap pemerintah daerah dalam aspek pengembangan kota, teknis,
keuangan dan kelembagaan RPIJM yang bersifat in-house consultant yang
merupakan bantuan teknis dari Direktorat Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU.
Dalam tahap optimalisasi program berjalan terdapat kegiatan-kegiatan seperti optimalisasi kinerja struktur organisasi dinas atau instansi terkait keberlanjutan pelaksanaan program pembangunan, sehingga implikasi optimalisasi kinerja tersebut baik itu mampu atau kurang mampu dalam menangani program pembangunan dapat disempurnakan, penambahan sumber daya manusia pada dinas atau instansi sehingga kebutuhan sumber daya manusia tercukupi, peningkatan kualitas aparat yang berkaitan dengan pelaksanaan program dan sebagainya.
3. Tahap Penyempurnaan
Dalam tahapan penyempurnaan terdapat kegiatan evaluasi atau uji hasil terhadap pelaksanaan program pembangunan yang berjalan seperti penggunaan hasil evaluasi pelaksanaan program untuk memperbaiki pelaksanaan program yang belum optimal, merekomendasikan penggunaan aparatur yang telah terlatih dalam menangani program untuk tetap bekerja samapi akhir pelaksanaan program sehingga akan tercipta organisasi yang baik, kualitas yang baik dan kuantitas yang mencukupi dari segi aparatur khususnya dibidang perencana, bidang pelaksana dan bidang pengawas,
adanyan pelatihan-pelatihan teknis dan manajemen untuk lebih
meningkatkan kualitas aparatur.
6.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Sinjai yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;
b. SKPD yang membidangi Keciptakaryaan tidak satu atap sehingga menyulitkan koordinasi serta pengambilan kebijakan;
c. Dukungan peraturan belum memadai;
Adapun usulan program dalam rangka mengoptimalkan kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sinjai adalah:
1. Pengembangan struktur dinas atau instansi terkait RPIJM.
2. SKPD yang membidangi Keciptakaryaan agar disatukan dalam satu dinas agar memudahkan koordinasi dan dalam pengambilan kebijakan.
3. Menambah jumlah tenaga sarjana teknis untuk tugas membantu pimpinan dinas dalam perencanaan dan pemrograman, pemantauan dan supervisi. 4. Mengikutsertakan para pimpinan dan staf terpilih pada dinas atau instansi
terkait dalam program pelatihan baik teknis maupun manajemen.
5. Sistem rapat koordinasi pembangunan (Rakorbang) merupakan cara yang baik untuk pelaksanaan koordinasi antar dinas atau instansi terkait, diluar itu dapat pula dilakukan pertemuan-pertemuan antar sektor dalam bentuk lokakarya atau bentuk pertemuan lainnya.
6. Melaksanakan perbaikan sistem, prosedur dan koordinasi dalam perencanaan, pemrograman, pelaksanaan program dan proyek, pemantauan, supervisi, evaluasi, operasi dan pemeliharaan hasil-hasil proyek.
7. Menambah sarana-sarana penunjang kelembagaan untuk lebih
memperlancar tugas pada dinas atau instansi terkait.
6.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya
Sebagai antisipasi kebijaksanaan strategi pengembangan fisik sosial dan ekonomi maka aspek kelembagaan merupakan faktor penting dalam pelaksanaan dan pengawasan strategi pengembangannya. Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan:
a. Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh
perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi
perencanaan,penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian program. b. Memacu peningkatan sektor-sektor dalam rangka merealisasikan
Kabupaten Sinjai sebagai salah satu PKW di Provinsi Sulawesi Selatan.
Dengan rendahnya kualitas dan kapasitas aparatur sangat mengurangi efektifitas kelembagaan pemerintah. Dengan rendahnya SDM dalam kelembagaan dapat mengurangi efektifitas kerja dan banyak kegiatan yang tidak dapat diselesaikan tepat waktu, sehingga keinginan para investor untuk masuk ke Kabupaten Sinjai kurang berminat apalagi faktor keamanan belum menjamin dalam pelaksanaan program. Dengan masuknya berbagai investor dan pelaku usaha yang turut dan ingin membantu,sangat besar memperhatikan kepada kualitas SDM pada kelembagaan pemerintah daerah Kabupaten Sinjai.
Hal itu ditunjang dengan perkembangan dunia sekarang ini dan akan di berlakukannya pasar bebas, oleh karena itu telah menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga pemerintah daerah untuk mempersiapkan aparaturnya untuk mampu bersaing.
6.3.3 Analisis Sumberdaya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya
peningkatan profesionalisme aparatur sehingga pelaksanaan program yang tertuang dalam RPIJM dapat terlaksana sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Adapun prinsip dari pelaksanaan pengembangan dan peningkatan kapasitas adalah:
1. Pengembangan kapasitas bersifat multi-dimensional, mencakup beberapa kerangka waktu; jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek, 2. Pengembangan kapasitas menyangkut “multiple stakeholders”,
3. Pengembangan kapasitas harus bersifat “demand driven”, dimana kebutuhannya tidak ditentukan dari atas/luar, tetapi harus datang dari stakeholdernya sendiri, dan
4. Pengembangan kapasitas mengacu pada kebijakan nasional, seperti RPJMN
Faktor utama untuk terwujudnya upaya pengembangan dan peningkatan kapasitas yang berhasil adalah adanya komitmen dari Pimpinan Pemerintah Daerah dan atau Pimpinan Instansi/Unit Kerja yang bersangkutan atas niatnya yang sungguh-sungguh untuk melakukan program/proyek peningkatan kapasitas yang dimaksud, serta siap dengan semua konsekuensinya.
Kondisi dan potensi kelembagaan, khususnya yang terkait dengan yang dimiliki oleh Dinas PU Kabupaten Sinjai, dijelaskan pada tabel 12.2 berikut.
Tabel 6.2
Komposisi Jabatan Struktural Dinas PU Kabupaten Sinjai
Kepala Dinas;
Sekretariat terdiri dari
:
a. Sub Bagian Program
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Bidang Prasarana
Jalan dan Jembatan :
1. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan
2. Seksi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
3. Seksi Survey dan Lengger Jalan
dan Pertanaman :
1. Seksi Kebersihan Jalan, Tempat Umum dan Drainase
2. Seksi Pengangkutan Sampah, Penataan TPS dan TPA
3. Seksi Pertanaman dan Pemakaman
Bidang PSDA :
1. Seksi Pembangunan Sumber Daya Air
2. Seksi Pengelolaan & Pengendalian Wilayah Sungai
3. Seksi Rehabilitasi/Pemeliharaan Prasarana Pengairan
Bidang Tata Ruang :
1. Seksi Penyusunan Tata Ruang kota dan Perdesaan
2. Seksi Operasi dan Pemeliharaan Sumber Daya Air
3. Seksi Pembinaan dan Perizinan Sumber Daya Air
Bidang Bina Teknik/
Bina Program :
1. Seksi Peralatan dan Perbekalan
2. Seksi Pengendalian Mutu
3. Seksi Perencanaan Teknis
Sumber: Website Kab. Sinjai Tahun 2015
Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten
Sinjai sangat dibutuhkan sehingga mampu mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Untuk meningkatkan SDM dapat dilakukan melalui pemberian beasiswa untuk melanjutkan pendidikan formal, pelatihan, kursus singkat dll sangat diperlukan sehingga perlu dipersiapkan SDM yang mau dan mampu dalam meningkatkan kapasitasnya. Dengan Pengembangan teknologi dan informasi dunia yang sangat cepat dan ini perlu percepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, untuk itu sangat dibutuhkan. Bantuan teknis berupa pelatihan, kursus dalam berbagai sektor bidang dan peningkatan pendidikan formal (dari pendidikan SMA ke S-1, S-1 ke S-2) serta dukungan dari berbagai pihak dalam pengembangan
dan peningkatan kapasitas (capacity building) masih sangat dibutuhkan.
6.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan
menggunakan model SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Threath). Analisis tersebut akan mengacu kepada tingkat kebutuhan pada aspek kelembagaannya beserta perangkat pendukungnya dalam penyelenggaraan program RPIJM yang jelasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 6.3
Matriks Analisis SWOT Aspek Kelembagaan
Strategi
STRENGTH (S) / KEKUATAN
WEAKNESS (W) / KELEMAHAN
1. Potensi SDM yang cukup memadai
PELUANG STRATEGI S-O STRATEGI W-O
1. Dukungan
pelayanan
THREATS (T) /
HAMBATAN STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1. Globalisasi Ekonomi
Sumber: RPIJM Kab. Sinjai Tahun 2013
6.4 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN
Rencana pengembangan kelembagaan pemerintah Kabupaten Sinjai serta kapasitas dan kewenangan instansi untuk mendukung RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cendrung cukup rumit.
Kondisi kelembagaan dalam pelaksanaan dan implementasi program
keciptakaryaan, jika dikaji secara mendalam masih mengalami berbagai hambatan dan permasalahan. Hambatan dan permasalahan yang dimaksud sebagai berikut :
1. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;
2. Dukungan peraturan belum memadai;
3. Terbatasnya SDM yang dimiliki;
4. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;
Beberapa kebijaksanaan dasar dalam strategi pengembangan kelembagaan yang akan dikembangkan di Kabupaten Sinjai untuk mendukung pelaksanaan RPIJM 2016-2020 sebagai berikut :
1. Peningkatan fungsi dan peran serta setiap unit perencanaan di setiap
tingkatan pemerintahan dan dinas-dinas/lembaga/instansi beserta seluruh perangkat pemerintahan lainnya untuk menyamakan persepsi perencanaan tata ruang.
2. Memacu peningkatan sektor-sektor dalam rangka Kota Sinjai menjadi akan
direncanakan Pusat Pengembangan Kawasan Ekonomi Terpadu.
6.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian
Unit Kerja Bidang Cipta Karya Kabupaten Sinjai merupakan institusi yang menangani penyusunan dan implementasi program investasi Bidang Cipta Karya, memiliki kewenangan yang terbatas dalam pengambilan keputusan dalam proses perencanaan, penganggaran dan hubungan antar instansi terkait. Diusulkan untuk dibentuk satuan kerja yang terdiri dari seluruh unit kerja terkait Bidang Cipta Karya, perencanaan dan penganggaran antara lain Dinas Bappeda dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. Untuk mendukung pelaksanaan program keciptakaryaan Kabupaten Sinjai, maka diperlukan langkah-langkah koordinasi sebagai berikut:
a. Dalam hal penganggaran pelaksanaan program, maka Dinas PU Kabupaten Sinjai akan berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; dan
b. Dalam hal pelaksanaan program maka Dinas PU Kabupaten Sinjai, akan berkoordinasi dengan dinas/instansi yang terkait langsung dengan pelaksanaan program.
2013 tentang Pembentukan SATGAS RANDAL Kabupaten/Kota).Satgas Randal Kabupaten/Kota sebaiknya beranggotakan dengan melibatkan unsur-unsur dari:
1. Pokjanis Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP);
2. Pokja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Permukiman/Sanitasi (AMPL/Sanitasi) Kab/Kota;
3. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) kabupaten/Kota bidang Cipta Karya;
4. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Kab./Kota; 5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP).
Adapun penjelasan dari masing-masing unsur Satgas Randal Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
1. Pokjanis SPPIP
Kelompok kerja teknis (Pokjanis) SPPIP bertugas terutama untuk menghasilkan dokumen SPPIP dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) di bidang permukiman. Dokumen SPPIP dan RPKPP diperlukan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan permukiman melalui pengurangan luasan kawasan kumuh, peningkatan kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman. Dalam melakukan tugasnya Pokjanis SPPIP didampingi oleh tim tenaga ahli, untuk menghasilkan dokumen SPPIP kemudian dikonsultasikan kepada publik sebelum dirumuskan menjadi acuan dalam merencanakan pelaksanaan pembangunan infrastruktur permukiman perkotaan. Dokumen SPPIP dan RPKPP ini selanjutnya menjadi acuan dalam penyusunan RPIJM Kab/kota, maka keanggotaan Satgas Randal Kabupaten/kota harus melibatkan unsur Pokjanis SPPIP.
Pokja AMPL/Sanitasi merupakan wadah bagi para pelaku yang berkepentingan dalam penanganan masalah air minum dan sanitasi. Fokusnya adalah menyusun Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang merupakan portofolio yang diperlukan dalam menarik investasi sanitasi. Pemerintah daerah yang telah menyusun Buku Putih dan SSK, terbukti berhasil meningkatkan investasi sanitasinya dengan pelaksanaan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di kabupaten/kota.
3. Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD)
Kabupaten/kota adalah wadah koordinasi lintas sektor, lintas pemangku kepentingan dalam rangka menanggulangi kemiskinan di tingkat kab/kota. TKPKD kab/kota bertugas melakukan koordinasi dan mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan di kabupaten/kota sekaligus sesuai keputusan tim nasional. Anggota TKPKD terdiri dari unsur: pemerintah ,masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan organisasi perangkat daerah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi maupun tugas pembantuan yang dilimpah sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal ini yang di maksud SKPD terutama yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan bidang Cipta Karya di daerah.
5. Tim Koordinasi Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Kab/kota adalah tim yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan program pengentasan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat di tingkat Kabupaten. Kegiatan PPIP meliputi fasilitasi dan memobilisasi masyarakat dalam melakukan identifikasi permasalahan
minoritas terhadap pelayanan infrastruktur dasar perdesaan berbasis pemberdayaan masyarakat dalam tata kelola pemerintahan yang baik.
Guna memudahkan pelaksanaan koordinasi, akan sangat ditentukan oleh struktur organisasi yang telah terbentuk dan upaya penyempurnaan struktur organisasi Bidang Cipta Karya Kabupaten Sinjai sesuai peraturan pemerintah yang berlaku. Struktur Organisasi Bidang Cipta Karya Kabupaten Sinjai terdiri atas beberapa bidang dan seksi yang masuk ke dalam Satuan Tugas Perencanaan dan Pengendalian (SATGAS RANDAL) Kabupaten Sinjai. Adapun perincian SATGAS RANDAL Kabupaten Sinjai yang telah terbentuk sebagai berikut:
a. Tim Pengarah, terdiri atas : 1. Bupati Sinjai
2. Wakil Bupati Sinjai
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Sinjai
4. Kepala Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah 5. Asisten Administrasi Pembangunan
b. Satuan Tugas, terdiri atas :
Ketua : Kepala Bappeda dan Statistik
Sekretaris : Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Anggota : 1. Kepala Badan Lingkungan Hidup
2. Sekretaris Bappeda dan Statistik
3. Kabid Fispra Bappeda dan Statistik
4. Kabid Program Dinas PU dan PSDA 5. Kabag Penyusunan Program Setda
6. Kepala Kantor Kebersihan dan Pertamanan 7. Kepala Kantor Pemadam Kebakaran
8. Direktur PDAM c. Sekretariat, terdiri atas :
1. Sekretaris Dinas Pekerjaan Umum
2. Kasie Penataan Bangunan & Lingkungan 3. Kasie Perumahan & Permukiman
Untuk mendukung peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan pelaksanaan program RPIJM, maka Dinas PU Kabupaten Sinjai akan berinisiatif dengan mengarahkan tugas dan fungsi dari masing-masing lembaga/instansi terkait tersebut untuk pelaksanaan dan pengelolaan serta pengembangan program kegiatan RPIJM. Pengambilan kebijakan tersebut dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan dan tidak terjadi penumpukan program yang kurang terarah pelaksanaannya sesuai dengan usulan program yang dibuat.
6.4.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan
Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, maka diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sinjai, khususnya di bidang Cipta Karya.
Format umum dalam rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan terkait dengan bentuk kebijakan dan strategi dalam pengambilan keputusan untuk mendukung pelaksanaan program kegiatan RPIJM 5 (lima) tahun kedepan. Strategi tersebut dilakukan dengan peningkatan fungsi dan peran dari setiap tingkatan pemerintahan, dinas-dinas dan lembaga/instansi terkait lainnya untuk menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan aturannya dalam bentuk koordinasi untuk pelaksanaan program RPIJM dari proses awal hingga akhir.
Peningkatan kelembagaan dapat dilakukan dengan melakukan perubahan struktur yang dianggap tidak efektif, sehingga pelaksanaan pembangunan di berbagai sub bidang keciptakaryaan dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Rencana tindakan untuk peningkatan aspek kelembagaan juga dapat dilakukan dengan program pelatihan yang dilakukan oleh unit kerja Bidang Cipta Karya, untuk peningkatan SDM yang lebih berkualitas dalam mendukung pelaksanaan program RPIJM, yang sasarannya jelas agar memudahkan aparat dari instansi terkait tersebut lebih memahami dan memudahkan dalam pelaksanaan program RPIJM.
a. Satgas Pusat, didukung oleh Sekretariat RPIJM;
b. Satgas Provinsi, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan Konsultan; dan c. Satgas Kabupaten/Kota, didukung oleh Satker DJCK Provinsi dan
Konsultan.
Dari uraian tersebut di atas, diagram organisasi pelaksana kegiatan fasilitasi penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Sinjai sebagai berikut:
Salah satu aspek yang menjadi usulan adalah upaya untuk melakukan penguatan kelembagaan, khususnya pemerintah desa/kelurahan. Berbagai upaya yang dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan yaitu:
a. Diharapkan lahirnya kader-kader masyarakat kota yang akan memiliki kemampuan sebagai fasilitator kota yang memahami tentang sistem dan
mekanisme perencanaan partisipatif, sebagaimana petunjuk
Kepmendagri No. 66 tahun 2007 tentang KPMD; Satgas Pusat
Dukungan Sekretariat RPI2JM
Dukungan Satker DJCK Provinsi
Satgas Provinsi
DukunganKonsultan
Satgas Kabupaten/Kota
b. Tersusunnya RPJM Kelurahan dan beberapa data base desa yang sangat penting;
c. Membentuk tim yang memiliki kemampuan manajerial pelaksanaan pembangunan di kelurahan, dan memiliki kemampuan teknis tentang administrasi pelaporan keuangan proyek;
d. Memberikan penguatan kepada semua pelaku dalam bentuk pelatihan-pelatihan, baik yang sifatnya konsepsional maupun masalah-masalah teknis, dalam rangka mendorong pelaku untuk lebih professional dalam menjalankan tupoksi.
6.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Relatif masih terbatasnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan keterampilan dari aparatur/ sumber daya manusia (SDM) yang menangani/ mengelola pembangunan bidang Cipta Karya di Kabupaten Sinjai. Peningkatan pendidikan formal para aparatur melalui kursus singkat, pelatihan dan pemberdayaan masyarakat dalam penanganan sarana dan prasarana Keciptakaryaan masih sangat
dibutuhkan dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building)
sehingga kualitas SDM semakin meningkat.
Juga masih terbatasnya SDM, prasarana dan sarana kerja yang kondisi dalam jumlah yang terbatas serta pemanfaatan yang padat dan terbatasnya ruang kerja, perangkat komputer, perangkat survey, kendaraan operasional dan peralatan kantor menjadikan belum optimalnya kinerja kelembagaan.
Pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity building) di Kabupaten
Sinjai masih sangat dibutuhkan untuk mengikuti perkembangan waktu, informasi dan teknologi. Pengembangan teknologi dan informasi sangat cepat dan ini perlu kecepatan pula dalam menangkap dan meresponnya, sehingga sangat diperlukan peningkatan SDM personel kelembagaan yang terlibat di Kabupaten Sinjai.
Oleh karena itu peningkatan kualitas serta dukungan dari Kementrian
Pekerjaan Umum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas (capacity
Secara umum masalah yang dihadapi di dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya bidang Cipta Karya Kabupaten Sinjai yang dapat di identifikasi sebagai berikut :
1. Organisasi belum sesuai dengan kapasitas kewenangan yang dibutuhkan;
2. Dukungan peraturan belum memadai;
3. Terbatasnya kemampuan SDM yang dimiliki; 4. Manajemen pelayanan masih perlu ditingkatkan;
Untuk mendukung peningkatan kapasitas kelembagaan, bidang PU/Cipta Karya dalam kerangka pelaksanaan program beberapa hal yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas SDM melalui jalur pendidikan bagi staf yang tingkat pendidikannya masih sarjana muda dan non sarjana melalui jalur pendidikan formal;
2. Peningkatan kualitas SDM aparat bidang PU/Cipta Karya melalui pelatihan dan kursus di bidang teknis dan manajerial untuk pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan;
3. Penghargaan bagi karyawan yang berprestasi.
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, maka diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Tabel 6.4. Jenis Pelatihan Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara
Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan
Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan
Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat
Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang
Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata
Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan
Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam
Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik
Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional