ISSN: 1907-1396 Vol.07 No.02 Edisi November 2014
SURVEY PEMBERI AN MP-ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA
PULODARAT PECANGAAN JEPARA
Oleh:
Triana Widiastuti1 , Luluk Hidayah 2, dan,Umu Lathifah3
Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara, Jl. Raya Mayong Km.24 Mayong Jepara
Email :tria_dias@yahoo.com
ABSTRACT
Composition and kosistensi baby food additives adapted to biological development and adjusted for age. The purpose of this study was to determine the type assignments of complementary feeding in infants aged 6-12 months in the village Pulodarat Pecangaan District of Jepara. The research is a descriptive survey approach. The population in this study of 105 babies, a sample of 105 infants. The sampling technique used total sampling technique. Primary data type giving the type of survey on complementary feeding in infants aged 6-12 months in the Desa Pulodarat period in February 2013 and then processed in editing, scoring, coding, tabulating the data, and analyzed by univariate entry. Based on the results, the results of most of the infants given solid foods as much as 37 respondents (35.26%), infants aged 6 months up to 12 respondents (11.42%) is given creamed foods, infants aged 9 months were 13 respondents (12.38% ) given soft foods and 11-12 month old babies as much as 14 respondents (13.34%) is given solid food. Conclusions fed infants aged 6-9 creamed, infants aged 9-11 were given soft food and infants aged 11-12 were given solid food. It is expected that the public attention to food additives in accordance with the age of the baby.
Keyword: MP-ASI, infants aged 6-12 months
PENDAHULUAN
Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan
yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya (Depkes RI,2011).
ISSN: 1907-1396 Vol.07 No.02 Edisi November 2014 Menurut WHO (World Health Organization) dan United Nation Children’s Found (UNICEF) menganjurkan agar ASI eksklusif diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan dan ASI diteruskan bersamaan dengan pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) yang memadai sampai 2 tahun atau lebih (Budiasih, 2008). MP-ASI dibuat dari makanan pokok yang disiapkan secara khusus untuk bayi, dan diberikan 2-3 kali sehari sebelum anak berusia 12 bulan. Kemudian pemberian ditingkatkan 3-5 kali sehari sebelum anak berusia 24 bulan. MP-ASI harus bergizi tinggi dan mempunyai bentuk yang sesuai dengan umur bayi dan baduta. Sementara itu ASI harus tetap diberikan secara teratur dan sering (Hidayat, 2008)
Setelah bayi berumur 6 bulan, maka untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya demi pertumbuhan dan perkembangannya diperlukan makanan pendamping ASI. Makanan pendaping ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti : tempe, kacang-kacangan, telor ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Pengolahan bahan makanan untuk bayi disesuaikan dengan umurnya. Sistem pencernaan pada bayi dalam masa perkembangan kemampuan kemampuan yang berbeda-beda (Proverawati dan Asfuah, 2009).
Menginjak usia 6 bulan keatas, ASI sebagai sumber nutrisi sudah tidak
mencukupi lagi kebutuhan gizi yang terus berkembang sehingga perlu diberikan makanan pendamping ASI. Bayi dilahirkan dengan kemampuan refleks makan, seperti menghisap, menelan, dan akhirnya
mengunyah. Pemberian makanan
pendamping ASI harus disesuaikan dengan perkembangan sistem alat pencernaan bayi, mulai dari makanan bertekstur cair, kental, semi padat, hingga akhirnya makanan padat (Jusup, 2010).
Bayi usia 6-9 bulan tekstur makanan yang diberikan sebaiknya makanan cair, lembut atau saring, seperti bubur buah, bubur susu atau bubur sayuran saring/yang dihaluskan. Menginjak usia 10-12 bulan, bayi mulai beralih ke makanan kental dan padat, namun tetap bertekstur lunak, seperti aneka nasi tim (Marimbi, 2010; h.26-27). Komposisi dan konsistensi makanan tambahan bayi disesuaikan dengan perkembangan fisiologis dan psikomotorik atau disesuaikan dengan umurnya. Selain itu faktor-faktor sepert budaya, sosial-ekonomi, dan kebiasaan turut berperan. (Suhardjo, 2010).
Keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat. Ketidaktahuan ibu tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak,
ISSN: 1907-1396 Vol.07 No.02 Edisi November 2014 khususnya pada anak usia di bawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2005).
Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan di Desa Pulodarat Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara terhadap 20 ibu dengan bayi umur 6-12 bulan yang peneliti temui dan mengadakan wawancara langsung, diperoleh hasil 12 ibu (60%) telah memberikan MP-ASI sesuai dengan jenis pemberian MP-ASI usia bayi 6-12 bulan yaitu makanan lumat (bubur lumat, bubur formula dan pisang kerok) pada bayi umur 6-7 bulan dan makanan padat (nasi tim lemas dengan sayur, telor dan ikan) pada bayi usia 10-12 bulan. Terdapat 8 ibu (40%) yang memberikan MP-ASI yang tidak sesuai dengan usia bayi 6-12 bulan dengan memberikan makanan padat (makanan orang dewasa) pada bayi usia 6-7 bulan yang seharusnya masih diberikan makanan lumat.
Dari uraian dan studi pendahuluan di atas, peneliti tertarik mengangkat judul “Bagaimanakah Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi umur 6-12 bulan di Desa Pulodarat Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara?”.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif atau desain dengan pendekatan survey. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
ibu di Desa Pulodarat Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara yang memiliki bayi usia 6-12 bulan sebanyak 105 responden, sampling yang digunakan total sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi kepada responden. Variabel penelitian ini Survey pemberian jenis MP-ASI pada bayi usia 6-12 bulan di Desa Pulodarat Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan distribusi frekuensi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pemberian Jenis MP-ASI pada Bayi Umur 6-12 bulan berdasarkan umur bayi
Umur
Jenis makanan Total Lumat Lunak Padat
f % f % f % F % 6 bulan 12 11,42 3 2,86 - - 15 14,28 7 bulan 10 9,52 5 4,76 - - 15 14,28 8 bulan 10 9,52 5 4,76 - - 15 14,28 9 bulan 3 2,86 13 12,38 - - 16 15,24 10 bulan - - 5 4,76 9 8,58 14 13,34 11 bulan - - 2 1,90 14 13,34 16 15,24 12 bulan - - - - 14 13,34 14 13,34 Total 35 33,32 33 31,42 37 35,26 10 5 100
Bayi umur 6 bulan sebanyak 12 responden (11,42%) diberikan makanan lumat, bayi umur 9 bulan sebanyak 13 responden (12,38%) diberikan makanan lunak dan bayi umur 11-12 bulan sebanyak 14 responden (13,34%) diberikan makanan padat.
ISSN: 1907-1396 Vol.07 No.02 Edisi November 2014 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari usia 6-12 bulan yang sebagian besar telah diberikan makanan yang sesuai pada usia 6 bulan diberikan makanan lumat 12 responden (11,42); usia 7-8 bulan yang sesuai diberikan makanan lunak sebanyak 10 responden (9,52), sedangkan usia 9-12 bulan jenis makanan yang sudah sesuai 37 responden (35,26).
Pemberian makanan yang tidak sesuai menurut jenis usia pada penelitian hanya sebagian kecil saja untuk usia 6 bulan terdapat jenis makanan yang tidak sesuai terdapat 3 responden (2,86) diberikan makanan lumat, usia 7-8 bulan jenis makanan yang tidak sesuai diberikan paling banyak 20 responden (19,04) diberikan makanan lumat, sedangkan usia 9-12 bulan jenis makanan yang tidak sesuai diberikan untuk makanan lumat 3 responden (2,86) dan 20 responden (18,07) diberikan makanan lunak.
Fenomena dilapangan menunjukkan bayi umur 7-8 bulan kebanyakan diberikan makanan lumat. Pemberian makanan lumat dikarenakan gigi yang tumbuh pada bayi belum sempurna atau masih jarang dan bayi biasanya tertelan (keloloden). Makanan yang seharusnya diberikan merupakan makanan peralihan yaitu makanan lunak.
Menurut Moehji dalam Pardosi, 2009 makanan yang diberikan pada bayi usia 7-8 bulan harus sudah bervariasi, terutama dalam memilih bahan makanan yang akan
digunakan. Bahan makanan lauk pauk seperti telur, hati, daging sapi, daging ayam, ikan basah, ikan kering, udang atau tempe tahu dapat diberikan secara bergantian untuk meningkatkan nafsu makan pada bayi. Sehingga masih perlu diberikan pengertian mengenai pemberian makanan yang sesuai kebutuhan bayi pada usia tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi umur 7-8 bulan sebaiknya diberikan makanan lunak karena melihat kondisi pencernaan dan giginya.
SIMPULAN DAN SARAN
Survey pemberian makanan MP-ASI pada bayi usia 6-12 Bulan didapatkan hasil pemberian makanan yang tidak sesuai paling banyak terdapat pada usia 7-8 bulan yaitu berupa makanan lumat. Sedangkan pemberian makanan yang sudah sesuai antara usia 9-12 bulan berupa makanan padat. Didarapkan pemberian informasi melalui penyuluhan pada ibu mengenai pemberian makanan yang sesuai usia bayi waktu posyandu dan pertemuan PKK serta diajari cara pembuatan makanan untuk bayi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI, Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Bagi Bayi.Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak. Jakarta. 2011
ISSN: 1907-1396 Vol.07 No.02 Edisi November 2014 2. Budiasih, S. K. Buku Saku Ibu
Menyusui.Bandung: Hayati Qualita. 2008
3. Hidayat, Aziz Alimul.. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2008. h.170
4. Proverawti, A. dan Asfuah, S. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. 2009. H.119-21
5. Jusup, Lenny. Makanan Peningkat Daya Tahan Tubuh Bayi dan Balita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. h.13-14
6. Marimbi, H. Tumbuh Kembang, Status Gizi Dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. h. 26-7 7. Suhardjo. Pemberian Makanan pada
Bayi dan Anak. Yogyakarta: Kanisius. 2010. h. 80
8. Yuliarti, Nurheti. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Andi Offset. 2010. h.70 9. Nurhaeni, Arief. ASI dan Tumbuh
Kembang Bayi, 2009.Jakarta : MedIndo. h.118-9
10. Depkes RI, 2005. Profil Kesehatan Indonesia. http://www.depkes.go.id/Profil Kesehatan Indonesia 2005.
11. Depkes RI. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI Lokal). Diakses tanggal 22 Nopember 2012 di www.depkes.org,id, 2006
12. Depkes RI. Pedoman Pengenalan Makanan Pendamping Air Susu Ibu.
Diakses tanggal 22 Nopember 2012 di www.depkes.org,id, 2004
13. Pardosi, Renata. Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi Usia Kurang dari Enam Bulan di
Kelurahan Mangga Perumnas
Simalingkar Medan. Skripsi. Medan : USU. 2009
14. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2006. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2006 15. Sembiring, T. Ragam Pediatrik Praktis.
Medan: USU Press. 2009.
16. Sulistijani, D.A. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta: Puspa Swara. 2004. 17. Safitri, D. Prinsip Pembeian MP-ASI.
Jakarta: Puspa Swara, 2007
18. Proverawati A. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.h.121-2
19. Krisnatuti, D. & Yenrina, R. Menyiapkan Makanan Pendampiing ASI. Jakarta: Puspa Swara. 2000
20. Pudjiadi, S. Sifat-sifat dan Kegunaan Pelbagai Jenis Formula Bayi dan makanan Padat yang Beredar di Indonesia. Jakarta: FKUI. 2000
21. Nursalam. Konsep dan Penerapan
Metodelogi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta; Salemba Medika; 2003. h. 57, 80
22. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2010. h. 61