BAB II
PROFIL KABUPATEN KLUNGKUNG
2.1 Wilayah Administrasi
Luas wilayah Kabupaten Klungkung adalah 315 km² atau 5,60% dari luas wilayah Provinsi Bali secara
keseluruhan, terdiri atas 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusa Penida memiliki luas terbesar mencapai 202,84 km2atau
64,40% dari luas Kabupaten, diikuti oleh Kecamatan Banjarangkan 45,73 km2 (14,52%), Kecamatan Dawan 37,38
km²(11,87%) dan yang terakhir adalah Kecamatan Klungkung, yang mana merupakan wilayah terkecil diantara tiga
kecamatan lainnya dengan luas wilayah 29,05km² atau 9,22% dari wilayah kabupaten. Letak geografis Kabupaten
Klungkung adalah 115.21’28”- 115.37’43’ Bujur Timur dan 008.27º37º- 008.49º00º Lintang Selatan.
9% 15%
12% 64%
Prosentase Luas Lahan
Per Kecamatan Tahun …
Klungkung
Banjarangkan
Dawan
Nusa Penida
Wilayah Kabupaten Klungkung sepertiga bagian (112,16 km²) terletak di daratan pulau Bali dan dua pertiga bagian
(202,84 km²) lagi merupakan kepulauan yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Pulau Nusa Penida
bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh ±1 jam perjalanan,
lewat Sanur dengan menumpang perahu boat jarak tempuh ± 1,5 jam perjalanan, lewat Kusamba dengan menumpang
jukung/sampan jarak tempuh ±1,5 jam perjalanan, sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang perahu boat
dengan waktu tempuh ± 1 jam perjalanan atau dengan menggunakan Kapal Ferry Roro dengan jarak waktu ± 1,5 jam
perjalanan.
Secara administrasi Kabupaten Klungkung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara adalah Kabupaten Bangli
- Sebelah timur adalah Kabupaten Karangasem
- Sebelah selatan adalah Samudera Hindia
Peta 2.1
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Klungkung
2.2.1
Potensi EkonomiMelihat pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung menunjukkan bahwa perkembangan struktur perekonomian
Klungkung dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan pergeseran dari sektor primer (pertanian dan penggalian)
ke sektor tersier (perdagangan, hotel & restoran, dan jasa-jasa), dan ke sektor sekunder (industri, listrik & air minum,
dan bangunan). Pergeseran ini dipacu oleh meningkatnya alih fungsi lahan pertanian dan berkembangnya sektor
perdagangan dan jasa yang berkaitan dengan kepariwisataan.
Tabel 2.2.1
Distribusi PDRB Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen)
Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 2.11 2.13 2.01 2.19 2.20 2.21 2.31
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
3.75 3.74 3.70 3.88 3.90 4 4.11
Jasa Lainnya 2.19 2.17 2.12 2.15 2.15 2.13 2.12
Jumlah 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS, Klungkung Dalam Angka 2016
Selama periode tahun 2010-2016 struktur perekonomian Klungkung tidak banyak mengalami perubahan yang
berarti. Tabel di atas, memperlihatkan 2 (dua) kategori penyumbang PDRB terbesar di Klungkung yakni industri
pertanian, kehutanan dan perikanan dan industri pariwisata. Industri pariwisata Klungkung yang diwakili oleh
Penyediaan akomodasi dan makan minum selama tahun 2010-2016 sumbangannya mengalami kecendrungan
meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi pada industri pertanian yang justru mengalami kecendrungan menurun.
Selain dua kategori tersebut, kategori konstruksi, dan perdagangan besar eceran juga memiliki kontribusi yang cukup
besar terhadap PDRB Klungkung. Di tahun 2016, kedua lapangan usaha ini memberikan share masing- masing sebesar
9,24 persen, dan 7,96 persen.
Share lapangan usaha pertanian di Kabupaten Klungkung pada tahun 2010 mencapai angka 26,33 persen namun di
tahun 2016 share tersebut menurun menjadi 23,11 persen. Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum
mempunyai kontribusi terbesar kedua setelah pertanian dalam pembentukan nilai tambah bruto Klungkung. Kategori ini
memiliki kecendrungan kontribusi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, terbukti di tahun 2010 kategori ini memiliki
share 9,85 persen kemudian meningkat menjadi 17,76 persen di tahun 2016. Sementara kontribusi pertanian cenderung
menurun, dari 26,33 persen (2010) menjadi 23,11 pada tahun 2016.
2.2.2
Potensi PendidikanDitinjau tingkat pendidikan penduduk dapat tercemin pada angka partisipasi murni (APM) masuk sekolah, hasil
pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Klungkung yang telah dilaksanakan selama ini tercermin dalam APM
sebagai berikut:
a. APM penduduk usia sekolah SD telah mencapai 96,47 %
b. APM penduduk usis sekolah SMP baru mencapai 87,68 %
Tabel 2.2.2
Tingkat Pendidikan dilihat dari Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 s/d 2015 di Kabupaten Klungkung
NO Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015
1 APM SD/MI (%) 92,82 96,08 97,63 97,66 96,47
2 APM SMP/MTs (%) 67,88 68,69 70,66 79,01 87,68
3 APM SMA/MA/SMK (%) 70 68,33 74,09 83,56 82,29
Sumber : BPS Prov. Bali 2012-2016
Berdasarkan tabel diatas terlihat secara umum terjadi peningkatan APM baik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK
Kabupaten Klungkung. Untuk APM SD terjadi penurunan pada tahun 2015 menjadi 96,47 persen dimana tahun 2014
APM SD/MI 97,66. APM SMP/MTs terjadi peningkatan secara signifikan dimana jumlahnya 79,47 persen pada tahun
2014 menjadi 87,68 persen pada tahun 2015. APM SMA/MA/SMK sedikit menurun dari tahun sebelumnya dimana tahun
2014 jumlahnya 83,56 persen turun menjadi 82,29 persen di tahun 2015.
2.2.3
Potensi WilayahPola ruang di Kabupaten Klungkung diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 1 Tahun
2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Klungkung Tahun 2013-2033. Berdasarkan perda tersebut maka
pola ruang di Kabupaten Klungkung terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung merupakan kawasan yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada
satu wilayah kabupaten dan sebagaimana diatur dalam pasal 31 perda nomor 1 tahun 2013 ditetapkan memiliki luas
yaitu 804,50 hektar atau mencapai 2,55 persen dari total luas wilayah kabupaten klungkung. Kawasan lindung di
kabupaten klungkung yaitu hutan lindung sauna, hutan lindung sakti, hutan lindung lembongan,kawasan bukit mimba
abah, kawasan pulau nusa penida, kawasan suci, kawasan ruang terbuka hijau kota (RTHK), kawasan pantai berhutan
bakau, kawasan taman wisata alam laut nusa lembongan, kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil
sebarannya, kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan
konservasi perairan
Kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas potensi dan
kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
2.2.4
Potensi PariwisataKabupaten Klungkung memiliki berbagai potensi pariwisata yang perlu digarap sehingga mengalami
perkembangan yang baik. Jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di kabupaten klungkung terus mengalami
peningkatan khususnya dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan mencapai 280.871 orang, di
Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam tiga tahun terakhir telah memprioritaskan pembangunan infrastruktur
khusunya infrastruktur jalan. Pembangunan infrastruktur jalan diupayakan untuk mengatasi ketimpangan antara
pembangunan di klungkung daratan dengan pembangunan di kepulauan Nusa Penida.
a. Wisata Pantai
Obyek wisata di Kabupaten Klungkung tersebar di Klungkung Daratan dan di Kepulauan Nusa Penida. Untuk di
Klungkung daratan, yang menjadi obyek wisata andalan adalah diantaranya : Kerta Gosa, Pura Goa Lawah dan Rafting
di Tukad Unda.
Pariwisata di Kabupaten Klungkung terus mengalami peningkatan khususnya di Kawasan Nusa Penida. Perkembangan
pariwisata di Nusa Penida yang mulanya di Pulau Lembongan, akhir-akhir ini terus berkembang ke Pulau Nusa Gede.
Beberapa pantai dan objek wisata baru mulai dikenal dan menjadi sasaran kunjungan wisatawan sebagaimana dalam
beberapa foto di bawah ini.
b. Wisata Mata Air
Meskipun Pulau Nusa Penida terkenal dengan kondisi geografis yang kering dan tandus, namun di Pulau Nusa
Penida terdapat banyak mata air yang menghasilkan debit air yang cukup tinggi. Hanya saja mata air – mata air
tersebut cenderung terdapat di wilayah bibir pantai yang menyulitkan masyarakat untuk mengakses mata air tersebut,
mengingat Pulau Nusa Penida memiliki kontur lahan berbukit. Namun, lokasi mata air di bukit yang terjal justru menjadi
pemandangan alam yang indah dan menarik para wisatawan untuk datang berkunjung. Beberapa mata air yang sering
dikunjungi oleh para wisatawan adalah :
Mata Air Guyangan
Gambar 1. Pemandangan Mata Air Guyangan
Awalnya mata air Guyangan berfungsi untuk mengalirkan air bersih ke penduduk setempat. Namun dengan
berjalannya waktu, karena lokasinya yang menarik hati,mata air Guyangan menjadi salah satu objek wisata favorit
wisatawan. Terletak di Desa Batu Kandik, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.Objek wisata ini berjarak
sekitar 25 km dari pelabuhan Nusa Penida. Tetapi sebelum mencapai mata air Guyangan, pengunjung akan dihadapkan
oleh tantangan yang menegangkan dan cukup menguras keringat. Untuk mencapai mata air Guyangan dibutuhkan nyali
menuruni anak tangga harus berhati – hati karena dibawah sudah menanti lautan Samudera Hindia yang luas. Jarak
turun ke mata air sekitar 450 meter dengan kemiringan hampir 80 derajat. Kemiringan jurang yang curam inilah yang
memacu adrenaline para pengunjung. Setelah sampai di bawah pengunjung akan disuguhkan derasnya air yang
mengalir dari tebing, karena itu mata air Guyangan juga disebut air terjun Guyangan. Di sebuah bak penampungan yang
lebih dikenal dengan kolam alami ini, pengunjung dapat berendam merelaksasikan diri dan melepas rasa lelah saat
menuruni tangga ditemani suasana alam yang eksotis. Aliran sumber mata air yang ditampung dalam sebuah kolam
besar di bibir tebing merupakan tempat pemandian yang disediakan bagi wisatawan. Ketika pengunjung berenang di
kolam mata air, pemandangan deretan tebing, pulau – pulau kecil dan lautan lepas yang biru menjadikan panorama luar
biasa membuat pengunjung seperti berada di kolam renang hotel berbintang atau villa mewah sehingga menjadikan
pengunjung betah berlama – lama berendam menikmati jernihnya air yang bersih, dingin, dan menyegarkan. Di sebelah
barat, terdapat air di kolam,digunakan sebagai tirta yang diambil warga untuk upacara keagamaan. Dan di sebelah timur
juga terdapat aliran air yang dibiarkan mengalir ke laut. Sumber mata air yang deras ini digunakan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih dan kelangsungan kehidupan masyarakat lokal Nusa Penida.Tetapi tidak sepenuhnya bisa
dimanfaatkan karena keterbatasan mesin pompa air yang ada. Daerah di Nusa Penida yang sudah terjangkau aliran
mata air Guyangan yaitu Desa Kutampi, Batu Kandik, Sekar Taji, Batu Madeg, Tanglad, Pejukutan, Klumpu, dan Bunga
Mekar.
Gambar 2. Pemandangan Mata Air Guyangan
Mata Air Temeling
Mata Air Temeling terletak di Desa Batu Madeg. Untuk menjangkau tempat ini pengunjung harus berjalan kaki
dan melewati hutan selama kurang lebih 1 jam. Menurut warga sekitar, mata air temeling terkenal dengan nama natural
swimming Tembeling. Mata Air Temeling terletak di Banjar Salak, Desa Batumadeg, Nusa Penida. Lokasi objek wisata
ini cukup jauh dari pusat kota Nusa Penida. Untuk mencapai lokasi kira – kira jarak tempuh sekitar 35km. Saat tiba di
parkiran, para pengunjung juga harus trekking melewati jalan setapak perbukitan sepanjang 1,6 km untuk mencapai
objek wisata Mata Air Temeling. Bagi para pecinta alam, Mata Air Temeling akan menjadi pilihan tempat wisata yang
tepat untuk menyatu dengan alam dan mengeskplore hobi pengunjung. Sedangkan akan menjadi pengalaman baru bagi
pengunjung yang jarang melakukan wisata alam. Ketiba tiba di Mata Air ini, semua rasa lelah yang dirasakan
pengunjung seolah hilang karena pesona ciptaan tuhan yang indah ini. Mata Air Temeling berada di kawasan hutan
yang masih dilindungi dan terjaga. Sehingga pengunjung akan benar – benar merasakan suasana hutan klasik dan
Gambar 3. Mata Air Temeling
Mata Air Seganing
Mata Air Seganing tepatnya terletak di kawasan Sebuluh tepatnya Desa Cacah. Mata Air Seganing sangat
terkenal di Nusa Penida dan termasuk tempat wisata yang sangat indah. Anda bisa menikmati pemandangan air terjun
yang sangat mengesankan. Namun untuk mencapai ke bagian air terjun maka Anda harus melewati medan jalan yang
cukup berat selama 30 menit. Jalan untuk mencapai mata air sangat licin, penuh batu dan terjal. Karena itu diperlukan
keberanian dan niat yang sangat kuat. Namun pemandangan alam mata air dan air terjun yang sangat indah akan
membayar semua perjalanan berat itu. Untuk mencapi tempat ini Anda bisa mulai perjalanan dari pelabuhan
Toyapakeh. Waktu terbaik untuk mengunjungi mata air adalah saat musim panas atau kering.
Gambar 4. Mata Air Seganing
Selain wisata mata air, Kabupaten Klungkung juga memiliki potensi wisata air yang terletak di Kecamatan
Klungkung. Tukad Unda di Kecamatan Klungkung merupakan salah satu tempat favorit bagi fotographer maupun para
wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan alam Kabupaten Klungkung. Tukad Unda selain menyimpan potensi
ekonomi dari aliran airnya juga sering dimanfaatkan sebagai foto corner bagi pasangan yang akan menikah.
Gambar 5. Pemandangan Tukad Unda, Kecamatan Klungkung
c. Wisata Kuliner
Tidak hanya kaya akan pemandangan alam yang indah, Kabupaten Klungkung juga memiliki sederet makanan khas
Klungkung merupakan hasil olahan peoduk lokal Klungkung seperti kuliner olahan ikan laut, serombotan, ledok, dodol
nangka, dodol rumput laut, dan kacang kace.
Ikan menjadi salah satu sumber penghidupan di Klungkung. Selain dijual dalam bentuk mentah, ikan juga banyak
disajikan sebagai menu utama di restoran atau rumah makan yang biasanya terdapat di daerah pinggiran laut seperti
Desa Pesinggahan, Desa Kusamba, dan beberapa daerah di Kecamatan Banjarangkan. Di Kecamatan Nusa Penida
terutama Desa Kutampi, Desa Ped, Desa Batununggul, makanan khas olahan ikan merupakan menu favorit pengunjung
kepulauan Nusa Penida. Olahan ikan laut tersebut berupa pepes ikan, soup ikan, sate ikan, dan sate gurita.
Gambar 6. Makanan olahan ikan dan srombotan
Serombotan merupakan makanan khas Klungkung yang terdiri dari berbagai jenis sayuran seperti bayam,
kangkung, kecambah, terung, kacang-kacangan dan pare yang diberi bumbu pedas, bumbu kacang dan bumbu dari
kelapa parut. Serombotan menjadi makanan khas yang diminati baik warga Klungkung sendiri maupun pengunjung
yang datang dari luar Klungkung karena serombotan memiliki rasa yang khas dari perpaduan sayuran dengan bumbu
pedas, bumbu kacang dan bumbu kelapa parut.
Ledok merupakan makanan khas Nusa Penida yang menjadi terkenal setelah kampanye diversifikasi bahan
makanan digemakan di Indonesia. Ledok merupakan makanan asli masyarakat Nusa Penida yang terdiri dari hanya
sayur-sayuran dan kacangan tanpa adanya beras didalamnya. Ledok merupakan bubur sayuran dan
kacang-kacangan yang diberi bumbu saat proses mengaduknya (ledok merupakan kosa kata bahasa bali yang bermakna
aduk/mengaduk).
Aneka dodol banyak dihasilkan di Desa Besan dan beberapa desa di Kecamatan Nusa Penida. Dodol nangka
dan dodol mangga banyak dihasilkan oleh masyarakat Desa Besan dan dodol rumput laut banyak dihasilkan di Desa
Kutampi, Lembongan, Jungut Batu, Suana, Ped dan Batununggul. Desa-desa tersebut merupakan penghasil rumput
laut di Kepulauan Nusa Penida. Wanita penghasil rumput laut yang tergabung dalam kelompok wanita pengolah rumput
laut, meningkatkan nilai jual rumput laut menjadi dodol khas yang dijual secara local di Nusa Penida maupun luar Nusa
Penida.
Kacang kace diproduksi oleh masyarakat Desa Nyalian. Kacang kace merupakan kacang yang diolah dengan cara
digeprak dan digoreng. Kacang kace menjadi produk unggulan Desa Nyalian, karena banyak dipesan untuk industri
catering, dijual secara eceran dan penggunaan dalam skala rumah tangga.
d. Seni dan kebudayaan
Kerajinan seni lukis tradisional wayang Kamasan banyak digunakan untuk kepentingan agama yaitu menghias pura
seperti hiasan parba,kober, umbul-umbul, ider-ider dan lainnya. Dewasa ini lukisan wayang kamasan banyak digunakan
untuk hiasan dinding, hiasan pada pura, hiasan pada bangunan terutama ditempel pada dinding, maupun Plafond ruang
pertemuan. Kerajinan ini hampir dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Desa Kamasan Klungkung. Tema-tema
lukisan yang banyak berkembang lebih dominan berhubungan dengan mitologi, hikayat para dewa-dewa, dan dogeng
atau cerita rakyat, seperti disajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar 8. Lukisan Wayang Kamasan yang Khas
Menurut Gusti Ayu Tista (1986), dalam buku Sejarah Bali, Proyek Penyusunan Sejarah Bali Pemerintah
Daerah Tingkat I Bali, diduga motif lukisan kamasan ini tidak jauh berbeda dengan tema-tema relief wayang yang
terdapat pada peninggalan Candi-Candi yang ada di Jawa Timur, khususnya Candi Penataran dan Candi Surawana
bentuk wayangnya merupakan prototipe wayang Bali.
Seiring dengan perkembangan industri pariwisata dan perkembangan kebutuhan akan seni di berbagai media
lain dalam memenuhi kebutuhan pasar seni lukis wayang tradisional Kamasan, seni lukis gaya kamasan dewasa ini
banyak dilukis pada benda-benda sovenir/cenderamata sebagai hiasan dalam upaya meningkatkan daya tarik, dan daya
jual tanpa meninggalkan seni budaya setempat. jenis produk barangbarang sovenir/cenderamata tersebut seperti; kipas,
dopet, payung, tempat lilin, tempat perhiasan, besek, helm dan lainya.
Gambar 9. Aneka Kerajinan Lukis Wayang Kamasan
Teknik penerapan lukisan wayang tradisonal Kamasan, pada barang-barang sovenir/cenderamata tidak jauh
diwarnai dengan teknik sigar/gradasi, berikutnya dikontur (nyawi), dan terakhir di finishing dengan bahan pelapis clear
Glos khususnya pada barang soevenir berbahan dasar dari kayu dan bambu. Bahan pewarna yang digunakan adalah
warna buatan pabrik yaitu warna acrelyk, astoro, dan aga. Berbeda dengan bahan pewarna untuk melukis di atas kavas
yang menggiurkan warna alam dari batu pere, kincu, tulang, dan ancur (bahan perear) atau lem mote (sumber:I Made
Berata, S.Sn.,M.Sn . 2009. Macam dan Jenis-Jenis Kerajinan Di Kabupaten Klungkung. Jurusan Kriya Seni Fakultas
Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar).
2.2.5
Potensi Pertaniana. Industri Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Klungkung memiliki potensi pertanian yang cukup potensial untuk dikembangkan. Lahan pertanian yang
dimiliki sangat subur dan cocok untuk budidaya tanaman pertanian seperti padi, palawija, sayuran, cabai dan bunga
pacar.
Gambar 10. Beberapa Jenis produksi pertanian di Kabupaten Klungkung
Pengembangan pertanian di Kabupaten Klungkung mendapat perhatian serius, mengingat masih banyaknya
tenaga kerja di bidang pertanian. Salah satu kebijakan yang dirancang adalah memperbaiki tata kelola beras lokal
dimana perhatian pemerintah dari hilir sampai hulu. Di hulu, pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi padi
melalui perbaikan bibit, alat-alat pertanian yang lebih baik, penanganan pasca panen. Sedangkan di hilir, pemerintah
Kabupaten Klungkung sejak tahun 2014 mulai menyiapkan pemasaran hasil panen dimana diharapkan pasar lokal
mampu menyerap beras lokal melalui koperasi dengan harga jual di tingkat petani yang lebih baik, sehingga mampu
meningkatkan penghasilan petani. Bahkan di daerah yang daratannya kurang subur seperti kepulauan Nusa Penida,
juga banyak dikembangkan produk-produk pertanian seperti Lidah Buaya, Ketela, Kacang-Kacangan, dan kelapa.
Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae.
Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna,
terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Tumbuhan ini
diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika
dunia. Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera
Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari
Kelapa merupakan salah satu jenis buah-buahan yang kaya akan manfaatnya, mulai kandungan air yang
merupakan sebagian dari dalam kelapa, daging kelapa serta kulit kelapa yang semuanya memiliki manfaat baik untuk
kesehatan tubuh maupun untuk kecantikan. Bagi sebagian wanita mungkin memanfaatkan kelapa sebagai kecantikan
dan merawat bagian-bagian tubuh seperti air kelapa yang dapat membantu untuk menyegarkan kulit wajah agar
senantiasa terlihat bersih dan segar, serta minyak kelapa yang tidak lagi diragukan khasiatnya untuk membantu
menjaga kelembapan, menumbuhkan rambut serta memperindah rambut.
Selain bermanfaat bagi kecantikan, kelapa juga kaya akan manfaatnya bagi kesehatan tubuh, selain air kelapa yang
secara umum bermanfaat untuk mencegah dan menghilangkan dehidrasi, mencegah penuaan dini serta meningkatkan
sistem kekebalan tubuh. Karena kelapa kaya akan Nutrisi dan Vitamin diantaranya seperti Vitamin C, Asam Nikotinat,
Asam Pantotenat, Biotin, Riboflavin, dan juga Asam Folat sehingga kelapa banyak sekali manfaatnya untuk kesehatan
tubuh.
Kecamatan Nusa Penida merupakan salah satu daerah penghasil kelapa di Kabupaten Klungkung. Walaupun
daerahnya tidak terlalu subur karena tanah berkapur, ternyata malah memberikan keunggulan karenan situasi yang
sangat ekstrim. Situasi alam seperti ini memaksa tumbuhan untuk bisa hidup mempertahankan dirinya dengan
menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Senyawa inilah yang sering dimanfaatkan para ahli untuk bahan
pengobatan. Semakin ekstrim keadaan lingkungan, maka tumbuhan akan semakin banyak menghasilkan bahan aktif.
Oleh karena itu, tanaman apapun yang ada Nusa Penida kebanyakan mengandung bahan-bahan aktif, demikian juga
tumbuhan lautnya.
Pemanfaatan kelapa di Nusa Penida terutama di Desa Ped, Limo, dan Suana adalah diolah menjadi minyak
kelapa dan salah satu yang menjadi produk unggulan kelapa Nusa Penida yang sekarang sedang dicari-cari adalah
minyak kelapa murni atau VCO. VCO mengandung 92% asam lemak rantai sedang seperti asam laurat yang dapat
langsung diserap melalui dinding usus, proses ini lebih cepat karena tanpa melalui proses hidrolisis dan enzimatik.
Selanjutnya langsung dipasok masuk kedalam aliran darah dan langsung dibawa kedalam organ hati untuk
dimetabolisir. VCO dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba, sistem kekebalan tubuh, kolesterol baik, antibiotik super,
untuk ibu hamil dan menyusui, menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, osteoporosis, diabetes mellitus
(kencing manis), liver, kanker, membantu menurunkan berat badan, menambah stamina, memelihara kesehatan kulit,
obat jerawat, dan memelihara kesehatan rambut. VCO sebelum dipasarkan harus memiliki parameter-parameter standar
seperti massa jenis, kandungan air, bilangan asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan persentase kandungan asam
lemak jenuh dan tak jenuhnya.
Proses pembuatan VCO dapat dilakukan cara kering, cara basah dan cara ekstraksi pelarut. Pembuatan VCO cara
basah dengan metode mekanik atau pengadukan dapat dilakukan secara sederhana dan tanpa penambahan zat lain.
Ketiga metode tersebut dapat dibagi lagi menjadi berbagai macam, yaitu metode fresh dry and wet milling, metode fresh
dry and desiccated, metode fresh dry and grated nut, metode low pressure extraction, metode fermentation, dan metode
centrifuge. Teknik basah atau pengendapan telah banyak dilakukan oleh kelompok tani, karena tahapannya yang
VCO dibuat dari daging kelapa tua yang dihancurkan kemudian diambil santannya. Santan merupakan suatu emulsi
minyak dalam air dan protein (berupa lipoprotein) yang terdapat di dalam santan berfungsi sebagai pengemulsi. Salah
satu penyebab hilangnya stabilitas protein adalah adanya pengadukan, pemanasan atau aktivitas mikroba. Hal ini
berarti bahwa protein mengalami denaturasi sehingga kelarutannya berkurang. Lapisan molekul protein bagian dalam
yang bersifat hidrofob berbalik ke luar, sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam. Hal ini
menyebabkan protein mengalami koagulasi dan akhirnya akan
mengalami pengendapan, sehingga lapisan minyak dan air dapat
terpisah. Oleh karena itu, pembuatan VCO tidak menggunakan
suhu yang panas.
Gambar 11. Hasil olahan kelapa berupa Minyak Kelapa Asli
b. Produk Perikanan dan Kelautan
Industri Rumah Tangga Pengolahan Rumput Laut
Kecamatan Nusa Penida terkenal sebagai penghasil rumput laut di Indonesia. Sebagian besar masyarakat
pesisir Nusa Penida berprofesi sebagai petani rumput laut. Desa-desa pusat produksi rumput laut di Nusa Penida antara
lain Desa Suana, Batununggul, Kutampi Kaler, Ped, dan Toyapakeh. Desa lain yang termasuk Nusa Penida tapi di
Pulau Nusa Lembongan adalah Desa Jungut Batu dan Lembongan. Kualitas rumput laut di Nusa Penida termasuk yang
terbaik di Indonesia. Petani rumput laut di Nusa Penida biasanya menjual hasil rumput laut kering ke pengepul. Namun
ada sebagian kecil masyarakat yang mengolahnya menjadi produk-produk berkualitas. Hal tersebut sangat membantu
meningkatkan nilai jual dari rumput laut produksi masyarakat. Masyarakat mengolah rumput laut menjadi makanan
seperti dodol rumput laut, keripik rumput laut dan berbagai makanan yang dipasarkan disekitar Pulau Nusa Penida.
Selain diolah menjadi makanan, masyarakat juga mengolah rumput laut menjadi produk kerajinan dan produk
kecantikan diantaranya sabun. Produksi sabun rumput laut tersebar dibeberapa daerah seperti Lembongan, Toyapakeh,
Suana, Sental dan Kutampi.
Sabun rumput laut berasal dari 70% minyak kelapa asli, air dan 10% campuran lain yang diinginkan. Wangi
sabun berasal dari esensial oil. Ada juga bahan kimia yang digunakan yaitu garam kimia. Cara pembuatan sabun,
minyak kelapa asli dicampur dengan air dan garam kimia, kemudian ditambahkan rumput laut dan diberi esensial oil
sesuai wangi yang diinginkan. Setelah dicetak, dibiarkan 12 jam hingga mengeras. Sabun dikeluarkan dari cetakan,
dipotong-potong dan didiamkan selama 21 hari untuk menguapkan unsur kimia yang terdapat didalamnya. Setelah lewat
masa penguapan sabun dipacking dan diberi label. Penggunaan minyak kelapa yang tidak asli dapat menyebabkan
kegagalan produksi, dan kelebihan garam kimia juga bisa membahayakan pengguna sabun. Sabun rumput laut produksi
masyarakat ini sudah dipasarkan secara online, hotel dan penginapan di Nusa Penida serta minimarket di wilayah Nusa
Di dalam rumput laut mengandung banyak sekali nutrisi dan vitamin yang berperan penting untuk kesehatan
kulit dan tubuh, seperti Vitamin A, B1, B2. B3, B12, C, D, E, F, K, kandungan mineral, dan asam lemak. Jika anda
memiliki jenis kulit kering, mengkonsumsi makanan rumput laut dapat membantu mengatasi masalah kulit anda. Kulit
kering di akibatkan karena tubuh kekurangan asam lemak dan rumput laut merupakan salah satu jenis makanan yang
mengandung asam lemak, sehingga dapat memberikan nutrisi yang di butuhkan untuk kulit anda. Karena kandungan
vitaminnya yang komplit, membuat rumput laut sangat cocok dijadikan sebagai produk kosmetik. Sabun rumput laut
sangat bermanfaat untuk mempercepat regenerasi sel-sel kulit, mendetoksifikasi, menutrisi kulit dengan vitamin yang
dikandungnya sehingga terjaga kelembabannya serta menangkal radikal bebas. Sedangkan kandungan protein dari
rumput laut penting untuk membentuk jaringan baru pada kulit sehingga mencegah penuaan dini. Rumput laut
sebenarnya kaya akan kandungan Vitamin B kompleks, C, Magnesium, dan berbagai mineral lainnya yang membantu
metabolisme sel kulit.
Gambar 12. Hasil olahan rumput laut berupa sabun
Industri Garam Laut
Industri pengolahan garam laut berkembang di Desa Kusamba Kecamatan Dawan sejak jaman dulu dengan
menggunakan metode penguapan air laut sehingga dihasilkan garam laut. Tahun 2015, petani garam di Desa Kusamba
tinggal 24 kepala keluarga yang tersebar di Banjar Batur sebanyak 8 KK, Banjar Presatria sebanyak 10 KK dan di
Banjar Rame sebanyak 6 KK dengan total tenaga kerja sebanyak 49 orang.
Sedangkan untuk lahan yang dipergunakan untuk kegiatan penggaraman tradisional di Kusamba menggunakan ruang
sempadan pantai yang merupakan lahan tanah negara dimana baru dimanfaatkan sebanyak 3,1 ha dari 6,5 ha luas
lahan potensial untuk pengembangan usaha pembuatan garam laut.
Sumber : Bappeda Kab. Klungkung, 2015
Garam yang dihasilkan oleh petani garam di Kusamba terdiri dari dua macam mutu yaitu garam kelas I atau
sering disebut garam super dan garam kelas II. Garam kelas I merupakan hasil kerokan kerak garam pada lapisan atas
lebih kuran ¾ bagian di lapisan atas. Garam kelas I berwarna putih bersih dengan ukuran kristal yang lebih besar.
Garam kelas II merupakan sisa endapan pada ¼ lapisan bawah, berwarna lebih kusam dan ukuran kristal lebih halus.
Produksi garam yang dihasilkan oleh satu unit usaha terdiri atas garam kelas I dengan rata-rata 15 kg/hari atau 10
rontong/hari dan garam kelas II ratarata 5 kg/hari atau 3 rontong/hari. Dalam seminggu, satu unit usaha mampu
memproduksi garam lebih kurang 1 kwintal garam kelas I. Karena produksi garam sepenuhnya menggunakan teknis
penjemuran di bawah sinar matahari maka produksi hanya dilakukan pada musim kemarau dimana masa produksi
dalam setahun berkisar 5 – 7 bulan.
Pangsa pasar garam Kusamba kelas 1 semakin terbuka dengan peluang ekspor dimana permintaannya terus
mengalami peningkatan sehingga petani garam di Kusamba kewalahan dalam memenuhi permintaan. Untuk garam
kelas 1 dijual dengan harga rata-rata Rp 15.000/kg dan garam kelas dua dijual Rp 7.000/kg. Garam kelas II umumnya
dijual untuk pasar lokal.
Sumber : Bappeda Kab. Klungkung, 2015
Gambar 14. Pola pemanfaatan lahan pembuatan garam tradisional
Karena ketergantungan cuaca maka salah satu warga Desa Kusamba yang bernama I Gusti Lanang Oka telah
mengembangkan teknologi pembuatan garam laut melalui penggunaan teknologi tepat guna. Dengan teknologi baru
tersebut, beliau mampu meningkatkan produksi garam dan menurunkan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menghasilkan garam. Dari segi kualitas, garam yang dihasilkan juga semakin baik dengan tingkat salinitas yang tinggi.
Berdasarkan temuan teknologi pembuatan garam, maka pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Bali menganugrahkan
kepada I Gusti Lanang Oka penghargaan Silpakara Anugraha yaitu penghargaan yang diberikan kepada masyarakat
yang telah menemukan inovasi di bidangnya.
Industri Pembuatan Pindang Ikan Tongkol
Kabupaten Klungkung terkenal sebagai sentra porduksi ikan tongkolnya. Melimpahnya produksi ikan tongkol
hasil tangkapan ikan, selain dijual langsung, biasanya diolah menjadi ikan pindang dan dipasarkan ke seluruh wilayah di
pokok untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pembuatan pindang merupakan salah satu usaha pengawetan
ikan di daerah nelayan sehingga dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama. Dengan demikian harga ikan dapat dijaga
karena para nelayan memiliki alternatif lain selain menjual langsung hasil tangkapannya.
Pada pembuatan pindang ikan yang akan dipergunakan harus dipilih dagingnya yang segar dengan jenis ikan
tongkol seperti misalnya : tongkol lisong, tongkol abu-abu, tongkol banjar dan tongkol jabrik. Pindang ikan yang akan
dihasilkan mempunyai tekstur padat, rasa yang enak dan langsung dapat dikonsumsi, meskipun pada umumnya diolah
dulu misalnya digoreng. Daya awet pindang ini dapat mencapai satu bulan.
Untuk mendukung industri ini, Pemerintah Kabupaten Klungkung terus melakukan pembenahan dan perbaikan tempat
pemindangan ikan di Kusamba sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pindang dan kualitasnya.
Gambar 15. Proses pemindangan ikan di Desa Kusamba
2.2.6
Potensi Industri dan KerajinanKerajinan tenun bagi masyarakat Bali apalagi masyarakat Klungkung tidak asing lagi dan sangat akrab karena
kerajinan ini merupakan warisan para nenek moyang yang telah ada sejak zaman neolithicum. Aktivitas menenun bagi
masyarakt Klungkung masih banayak dilakukan dan saat ini sdah banyak berkembanga menjadi industri kreatif dengan
desain tenunan yang sagat beragam dan kreatif dipadukan dnegan motif lain seperti motif bayik. Kerajinan tenun ikat di
kabupaten Klungkung merupakan mata pencaharian pokok bagi sebagaian masyarakat di Klungkung. Berbagai jenis
Jenis tenun yang berkembang seperti tenun ikat warna alami yang berkembang di desa Tegak; tenun songket
berkembang di desa Gelgel tenun endek juga terdapat di Kamasan, dan tenun cepuk berkembang di Pulao Nusa
Penida; batik tenun ikat yang ada di Semarapura Tengah Klungkung.
Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan
atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai
adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis
mebel, atau penghias interior rumah. Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai
dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan
terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif
melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di
Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali,
Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya
berdasarkan jenis benang. Songket umumnya memakai benang emas atau perak. Motif kain songket hanya terlihat
pada salah satu sisi kain, sedangkan motif kain ikat terlihat pada kedua sisi kain (dikutif dari Tenun:
http://www.tenunjepara.com). Kain ini ditenun dengan teknik ikat, suatu teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh
Indonesia. Disamping berfungsi sebagai kain upacara keagamaan, kini kain tenun endek mulai populer sebagai bahan
kemeja nasional.
Pada proses tenun tidak terlepas dari penggunaan zat pewarna tekstil untuk memberikan efek warna warni
pada motif kain yang ditenun. Pada awalnya jenis pewarna yang digunakan berasal dari warna warna alam dengan cara
membuat ektrak tanaman (nabati) dan beberapa dari produk hewani. Jenis warna alam ini umumnya terbatas yaitu
hanya warna warna dasar seperti merah, hitam, coklat, hijau dan lainnya. Zat pewarna diperoleh dari pigment tumbuhan
maupun hewani atau dari sumber mineral yang tidak berbahaya. Saat ini penggunaan warna alam semakin banyak
diminati oleh kalangan mode/fasion karena memberikan efek warna dengan corak, kecemerlangan dan kepekatan yang
khas dan unik serta tidak mungkin diduplikasi. Penggunaan zat warna alam masih diyakini lebih aman dari pada zat
warna sintetis, karena sifatnya yang non karsinogen, teknologi pembuatan dan penggunaan yang relative sederhana.
Salah satu tenun ikat dan tenun songket yang mengembangkan warna alami pada kain, terdapat di desa Tegak, Gelgel,
Kamasan dan desa lainnya. Kain tenun tradisional yang berkembang ada dua macam yaitu kain tenun ikat tradisional
(Endek) yang proses pembuatannya dengan menggunakan alat ATBM (alat tenun bukan mesin) dan kain tenun songket
dengan proses menenun secara tradisional (alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain tenun songket dengan
pewarna alami khas Kabupaten Klungkung memang merupakan bagian dari seni keindahan tenun ikat yang sudah
terkenal sejak lama. Kain endek juga merupakan salah satu kain Bali yang kini amat populer di Indonesia.
Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti “mengait”
atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun,
dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari
kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas
dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang
biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung,
disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula
kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan
benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. kain songket
ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau
perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.
Kain tenun songket menggunakan benang emas sebagai motifnya, sedangkan kain tenun endek biasanya
tanpa menggunakan benang emas. Benang emas penghias itu, didatangkan dari Jawa, Singapura, Cina dan Jepang.
Pada masa lampau, kain songket sepenuhnya dibuat dari benang sutra dan katun sebagai variasi pembuatan ragam
hiasnya. Kain songket biasanya berkembang di pusat-pusat kerajaan masa lampau, seperti Karangasem, Buleleng,
Buleleng dan kabupaten lain. Aktivitas pembuatan Kain tenun di Kabupater Klungkung pada awalnya berlangsung
hampir di setiap rumah dan keluarga, ditekuni oleh kaum perempuan, yang dikerjakan pada waktu-waktu senggang,
disela-sela pekerjaan rutinnya sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan menenun di Banjar Tengah desa Tegak dan desa
Gelgel Klungkung maupun di Desa Kamasan, telah dilakukan secara turun temurun dari nenek, ibu sampai pada anak
dan cucunya. Perajin belajar menenun secara otodidak, perajin yang memiliki pengetahuan dan keterampilan secara
turun temurun dari leluhurnya yang sistem belajarnya berdasarkan atas meniru, berguru pada seseorang baik langsung
maupun tidak langsung. Perajin ini lebih berperanan terhadap pelestarian dan kelangsungan nilai budaya tradisional,
lebih bersifat konservatif terhadap nilai warisan leluhur.
Gambar 16. Kain Endek dan Songket khas Klungkung
Kain-kain yang digunakan dalam adat bali di sebut wastra, dan mempunyai peranan penting dalam upacara-upacara
adat di Bali. Masyarakat Bali sangat mematuhi adat dan kebiasaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dari
matahari terbit hingga terbenam, masyarakat Bali tidak henti melakukan berbagai ritual yang dikaitkan di berbagai sisi
kehidupannya. Wastra-wastra tertentu, bisa jadi berupa songket, tenun ikat, paduan keduanya, tenun dobel ikat atau
gringsing, Cepuk dan beberapa jenis wastra lainnya, wajib dikenakan pada upacara adat tertentu. Wastra yang
berkaitan dengan upacara-upacara keagamaan disebut wastra bertuah atau disebut kain bebali.
Salah satu wastra bali / kain bebali yang merupakan warisan nenek moyang turun temurun adalah Kain Cepuk. Kain ini
berasal dari daerah Nusa Penida, dengan proses pengerjaan yang hampir sama dengan kain endek.Dengan ragam hias
berwarna merah khas, disertai motif warna-warni. Kain cepuk biasanya digunakan untuk membuat kostum rangda (tokoh
jahat dalam pertunjukan calonarang),dan hiasan atau penutup peti jenasah. Kain Cepuk, ditandai dengan pola
geometris atas garis sederhana. Asal usul nama kain Tenun Cepuk itu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni
‘Cepuk’ yang berarti Kayu Canging. Kayu Canging merupakan jenis tumbuhan yang cocok digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan kain tenun. Berdasarkan sejarah tersebut nama kain Tenun Cepuk menjadi brand dari kain tenun khas
Desa Tanglad.
Pada jaman dahulu, pembuatan kain tenun cepuk hanya diperuntukkan untuk penggunaan pribadi di kalangan
masyarakat local Nusa Penida. Seiring berjalannya waktu kain cepuk mulai dikenal masyarakat. Kain cepuk tidak hanya
digunakan pada ritual keagamaan masyarakat Nusa Penida, namun sudah merambah fungsi lain sebagai salah satu
kain ikat tradisional yang banyak dimodifikasi menjadi baju, bawahan, terusan dan berbagai fungsi pakaian lain. Selain
fungsi pakaian juga diolah menjadi tas dan berbagai fungsi yang lain. Kain Cepuk memiliki motif tersendiri yang memiliki
fungsi tersendiri. Cepuk Skordi memiliki motif kotak-kotak yang biasanya digunakan sebagai alat pelengkap upacara
pada upacara kematian. Cepuk Tangi Gede adalah kain tenun yang dipakai oleh anak tengah yang seluruh kakak dan
adiknya meninggal (upacara ngaben). Kain ini harus dibawa oleh anak tersebut kemanapun pergi. Cepuk Liking Paku
dipakai oleh laki-laki dalam upacara potong gigi. Cepuk Kecubung dipakai oleh perempuan dalam upacara potong gigi.
Cepuk Sudamala merupakan kain cepuk yang dipakai untuk membersihkan diri. Cepuk Damar Kurung merupakan kain
Cepuk yang dapat digunakan dalam hari-hari biasa. Damar kurung memiliki makna perlindungan terhadap kekuatan
buruk yang mendekati si pemakai. Cepuk Saudan merupakan kain cepuk yang digunakan pada acara tiga bulanan
Proses pembuatan kain cepuk cukup panjang karena memakai peralatan sederhana yang masih tradisional. Teknik
pembuatannya pun cukup rumit yang memerlukan ketelitian dan keahlian tersendiri. Dalam proses produksinya, Ngurah
Hendrawan menggunakan tenun cag-cag sebagai alat tenunnya. Kain yang dihasilkan oleh tenun cag-cag lebih pendek
dari tenun ATBM. Tenun Cag-cag adalah alat tenun manual yang digunakan oleh satu orang dengan cara duduk dan
posisi kaki menjulur kedepan, kemudian bagian pinggang dijepit dengan por. Pewarna yang digunakan merupakan
warna-warna alami yang terdapat di alam sekitar Nusa Penida. Warna merah dibuat dari kulit akar pohon mengkudu
atau kayu cang, warna biru dibuat dari daun taum atau daun nila, warna kuning dibuat dari kayu nangka, warna coklat
dari kulit kayu mahoni dan warna hitam diperoleh dari bahan warna merah yang dicampur dengan bahan warna biru.
Potensi industri logam di Kabupaten Klungkung cukup potensial untuk dikembangkan. Adapun industri logam tersebut di
antaranya adalah :
Industri Gong
Desa Tihingan adalah desa yang amat terkenal dalam hal industri pembuatan gamelan, sebagian besar
penduduk Desa Tihingan berprofesi sebagai petani dan sebagai pengerajin gambelan Bali. Di Dusun Tihingan terdapat
60 kelompok perajin gambelan Bali, yang memproduksi aneka jenis gamelan seperti gong kebyar, angklung, gong gede,
semar pegulingan dan lainnya. Kelompok perajin gamelan ini masing masing biasanya memproduksi jenis atau bagian
tertentu saja, mereka umumnya saling berhubungan antara kelompok satu dengan yang lainnya. Namum setiap
kelompok mampu untuk memproduksi satu barung gamelan yang terdiri dari berbagai jenis gamelan. Kerjasama
diantara perajin biasanya setiap kelompok memiliki keahlian tertentu untuk jenis setiap gamelan. Misalnya ada kelompok
yang biasa mengerjakan tawe-tawe (sejenis terompong yang berukuran besar) dan kempul, ada kelompok yang biasa
mengerjakan terompong, ada kelompok yang mengerjakan gangse. Industri kerajinan ini masih bersifat tradisional dan
proses kerja yang masih manual. Proses pembuatan gamelan dimulai dari proses peleburan bahan gamelan (campuran
tembaga dan timah) dan dicetak sesuai dengan bentuk gamelan yang akan diinginkan. Untuk gamelan jenis gangse,
cetakan bahan ini berbentuk segi empat, dan gamelan jenis terompong, tawe-tawe akan dicetak berbentuk bulat.
Industri uang kepeng
Kerajinan uang kepeng ini ada di Desa Kamasan. Uang kepeng yang diproduksi menyerupai uang kepeng
kuna. Bahan utamanya adalah limbah logam kuningan yang dilebur kembali. Saat ini jangkauan pasar, seni kerajinan
pis bolong tidak hanya pasar lokal namun telah meluas keberbagai kota di Indonesia dan memasuki pasar internasional.
Dengan berbagai bentuk, motif, gaya, dan lain-lainnya yang mendominasi produkproduk baru, bentuk-bentuk non
tradisional. Karya seni kerajinan pis bolong lebih menekankan estetis, sehingga mampu memacu pertumbuhan tingkat
kehidupan sosial ekonomi masyarakat pendukungnya. Aktivitas yang dilakukan perajin untuk menghasilkan suatu
produk juga tidak semata-mata atas dasar kepentingan ekonomi atau praktis, intensitas dan kesungguhan untuk
membuat suatu produk bukan sekedar instingtif, melainkan juga melibatkan ranah rasa, kepekaan rasa, intelektual dan
emosionalitas. Artinya secara intelektual mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk
menghasilkan suatu produk yang dikehendaki. Pelibatan dimensi-dimensi semacam itu telah terbukti dalam berbagai
produk yang dihasilkan utamanya produk seni kerajinan pis bolong. Walaupun pada tahap awal, aktivitas bidang ini
berskala kecil dengan jumlah yang terbatas, akan tetapi sekarang ini telah menjadi bidang profesi yang banyak diminati
oleh sebagian penduduk Kamasan, karena bidang ini sangat menjanjikan dalam memenuhi tuntutan perekonomian.
Proses pembuatan dimulai dari proses peleburan logam kuningan dalam tanur peleburan. Sekali proses peleburan
sekitar 40 liter logam cair selama sekitar 3 jam.
Gambar 18. Proses Peleburan dan Penuangan Logam Pembuatan Uang Kepeng Kamasan
Hasil peleburan selanjutnya dicetak dalam cetakan pasir kuarsa yang sudah diberi inti dan motif. Sudah cetakan
terbentuk selanjutnya diproses penghalusan dengan bantuan mesin bor yang mata bornya sudah dimodifikasi berbentuk
segiempat untuk memegang uang kepeng yang akan dihaluskan.
Gambar 19. Proses Penuangan dan Finishing Pembuatan Uang Kepeng Kamasan
Uang kepeng hasil produksi Desa Kamasan tidak saja didistribusikan sebagai uang kepeng untuk kepentingan upacara,
juga telah dikreasikan menjadi patung-patung dan berbagai bentuk kerajinan yang unik sebagaimana dalam contoh
Gambar 20. Beberapa Produk Kerajinan Uang Kepeng Kamasan
Industri emas,perak dan besi
Berbagai jenis kerajinan kreatif logam berkembang di Kabupaten Klungkung seperti kerajinan pande besi,
kerajinan keris, kerajinan periasan emas dan perak, kerajinan barang kebutuhan alat upacara terbuat dari tembaga dan
kuningan, kerajinan seni ukir pelongsong peluru dan kerajinan logam uang kepeng. Khususnya di lingkungan Banjar
Pande desa Kamasan, perajin lebih banyak memproduksi produk kerajinan perak berupa peralatan upacara keagamaan
seperti, bokor, sangku, wanci, payung pagut, dan lain-lain. Kerajinan kuningan, mas dan perak lebih banyak
berkembang di daerah Kamasan, dan desa Budaga. pande besi di daerah Kusamba Kecamatan Dawan Klungkung
yang khusus memproduksi keris. Produk-produk kerajinan yang diproduksi sebagian besar diperuntukkan untuk sarana
upacara adat keagamaan. Berbagai jenis produk kerajinan yang terbuat dari logam putih/perak. Di Kota Klungkung juga
terkenal dengan pusat agen penjulan emas dan perak baik di pertokoan maupun di pasar seni Klungkung.
Gambar 21. Beberapa jenis produk industri emas, perak dan besi di Klungkung
Industri kuningan
Pengembangan kerajinan kelonsong peluru ini bermula dari pesanan Pimpiman Angkatan Laut Indonesia Yus
Sudarso, yang membawakan I Nyoman Sekar kelonsong peluru agar diolah menjadi barang kerajinan untuk hiasan
ruang tamunya. Hal hasil produk kerajinan ini direspon pasar baik lokal, nasional, dan internasional, sehingga
kegiatannya dalam menatah bokor untuk sementara waktu dihentikan dan memusatkan perhatiannya pada tatah
kelongsong peluru. Pesanan tersebut bukan hanya satu dua, namun hingga empat biji kelongsong peluru, dengan
Proses pembuatannya diawali dengan cara memanaskan kelongsong di atas bara api untuk memperoleh kelenturan,
dilakukan hingga kelongsong lunak dan kelihatan berwarna merah ” Medon Endong”, yang kemudian dibentuk sesuai
dengan desain dengan rencangan desain dengan teknik dipukul/pemukulan (mentengin) Proses pembentukkan
kelongsong peluru ini dibantu dengan sebuah alat berupa As mobil yang berbentuk L. Pembentukan ini merupakan
proses pembentukan kelongsong peluru secara global. Dilanjutkan dengan proses pemanasan yang bertujuan untuk
menghilangkan bekas-bekas pukulan. Langkah berikutnya, kelongsong peluru diisi dengan getah meranti (kedalam
kelongsong peluru). Pengisian getah meranti pada tabung kelongsong peluru bertujuan untuk menahan pukulan dari
bagian luar, pada saat penatahan membuat pola ukiran, sehingga bentuk dasar dari kelongsong peluru tidak
penyot/rusak.
Gambar 22.Salah satu produk hasil kerajinan selongsong peluru di Desa Kamasan
Apabila ukiran telah terbentuk, dilanjutkan dengan proses pembakaran kembali untuk menghilangkan getah
meranti atau malam. Kemudian kelongsong peluru dibersihkan dengan menggunakan sikat yang khusus digunakan
untuk membersihkan pada saat proses finishing. Agar hasilnya benar-benar bersih perlu dilakukan perebusan dengan
bahan bantu portas yang memiliki fungsi sebagai pembersih hasil tatahan, agar tatahan tidak kelihatan kotor oleh bekas
getah meranti. Selain portas, juga menggunakan asem untuk menghilangkan sisa-sisa/ bekas getah meranti. Asem
merupakan bahan pembersih melalui proses pencucian. Kalau dilihat dari proses produksi ternyata sangat rumit, serta
memerlukan waktu yang cukup lama. Namun demikan tidak mengurangi minat dan niat perajin untuk terus memproduksi
produk tersebut. Karena masyarakat ingin melestarikan dan mengembangkan apa yang telah mereka wariskan secara
turun temurun. Demikian juga dalam proses membuat bokor berukir dari campuran perak dan tembaga, keunikan
nampak, ketika penerapan ornamen dengan berbagai kreasinya yang mengindikasikan kreativitas perajin di daerah ini
sangat tinggi.
Selain kerajinan selongsong peluru, di Kabupaten Klungkung juga terdapat industri kuningan lain yaitu
kerajinan genta dan bola mimpi di Kelurahan Semarapura Kauh tepatnya di Banjar Budaga. Beraneka bentuk produk
telah dihasilkan baik produk untuk sarana upacara agama, maupun bentuk produk yang berfungsi sebagai hiasan. Awal
perkembangan kerajinan logam kuningan ini, membuat peralatan untuk sarana upacara keagamaan seperti Genta,
tempat bija (tempat beras suci), tempat tirta (air Suci) dan bermacam senjata nawasanga sebagai perlengkapan upacara
yang disesuaikan dengan tempatnya dalam pengider buana, dipergunakan di pura atau pemerajan.
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pariwisata di Bali, perajin didesa Budaga sangat kreatif dalam
produk berupa bola mimpi (Dream Ball). Bola mimpi dimaksud adalah produk yang bentuknya menyerupai bola berbunyi
nyaring terdengar dari gesekan butir-butir pelor timah yang ada didalamnya.
Terciptanya bentuk produk dream ball, berawal dari adanya pesanan seorang pengusaha dari Perancis kepada
seorang perajin bernama Pande I Nengah Patra. Produk ini digunakan sebagai pernak pernik pohon natal. Saat ini telah
terjadi pengembangan bentuk dan fungsi produk. Produk ini dibuat disamping berfungsi sebagai hiasan, juga dibuat
sebagai asesoris seperti anting-anting, leontin, gelang dan gantungan kunci. Selain itu, pergeseran fungsipun tidak
dapat di pungkiri terhadap benda-benda pelengkap sarana upacara dalam agama Hindu seperti genta, berubah fungsi
menjadi bel di Gereja, bel pintu perumahan, dan alat musik. Jangkauan pemasaran produk kerajinan kuningan tersebut
di atas, tidak hanya pada wilayah pasar lokal, namun telah meluas pada tingkat pasar nasional dan internasional seperti
Eropa, Jerman dan Amerika, sehingga membawa desa Budaga menjadi terkenal di dunia internaional.
Gambar 23. Produk Hasil Kerajinan Kuningan di Banjar Budaga Kelurahan Semarapura Kauh
Bola mimpi ini adalah salah satu sarana yang sering digunakan masyarakat tertentu dalam kegiatan keagamaan,
maupun kegiatan spiritual. Suara yang dihasilkan dari goyangan bola mimpi ini akan dapat memberikan rasa tenang dan
khusuk dalam kegiatan spiritual. Bola mimpi ini banyak digunakan oleh masyarakat terutama bagi masyarakat di luar
negeri dalam kegiatan spiritual mereka. Sehingga kebanyakan bola mimpi ini dijual untuk para turis dan bahkan sudah di
ekspor ke berbagai manca negara di Eropa, Australia, dan Amerika. Bola mimpi ini terbuat dari bahan plat kuningan
dengan ketebalan bervariasi tergantung pada diameter bola yang dibuat, mulai dari plat 0,5 mm s/d 1 mm.
Industri keris
Selain dikenal dengan petani garam Desa Kusamba juga terkenal dengan seni kerajinan Keris yang merupakan
benda kebudayaan asliIndonesia. Di Bali keris diperkirakan berasal dari zaman Majapahit dan sebelumnya. Keris
digolongkan sebagai senjata pusaka yang mempunyai teknik tempa besi campuran yang telah diwariskan oleh nenek
moyang bangsa Indonesia sejak jaman Hindu. Senjata ini adalah hasil karya empu atau pande yang memiliki
kemampuan teknik menempa keris yang tidakdapat dipisahkan dari kehidupan spiritual yang ikut menentukan kualitas
mutu keris. Kekhususan keris terletak pada dua mata bilah yang tajam, disamping teknik pembuatannya yang hanya
dapat dicapai melalui sistem tempa lipat. Penciptaan keris yang dilakukan melalui teknologi tempa lipat yaitudengan
cara dilipat, dibakar, dan ditempa secara berulang-ulang, pada gilirannya melahirkan bilah keris dengan pamor
pada dinding mata keris. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan perubahan sosial serta kemajuan teknologi,
fungsi, bentuk maupun cara pembuatan mengalami perkembangan juga.
Bentuk keris Bali sangat mementingkan unsur keindahan atau seninya, itulah sebabnya keris Bali sangat indah baik
hiasan maupun bentuknya. Kebanyakan keris yang ada di Bali antara wilah dan danganan (hulu keris) terpisah, baik
bahan maupun warna tidak sama. Keris yang beredar di masyarakat ada yang berbentuk lurus, bergelombang atau
ber-luk, seperti ombak laut yang makin jauh makin hilang, mirip perjalanan hidup manusia yang berlangsung dinamis,
berliku, penuh tantangan dan kebersihan. Semua itu terjadi silih berganti, suatu perjalanan panjang atas realitas hidup
yang harus diperjuangkan dan dimenangkan setiap pribadi orang Bali. Umumnya luk keris berjumlah ganjil, mulai dari
luk satu (lurus), luk tiga lima, tujuh, sembilan, sebelas, dan tiga belas.
Kekhususan keris terletak pada dua mata bilah yang tajam, disamping teknikpembuatannya yang hanya dapat dicapai
melalui sistim tempa lipat. Penciptaan keris yang dilakukan melalui teknologi tempa lipat yaitu dengan cara dilipat,
dibakar, dan ditempa secara berulang-ulang, pada gilirannya melahirkan bilah keris dengan pamor yang sangat indah,
unik dan karakteristik. Pamor keris adalah hasil teknik menempa yang khas menimbulkan hiasan pada dinding mata
keris. Hasilnya merupakan produk budaya bangsa yang mengundang decak kagum sebagai karya seni yang sukar
dicari padanannya..
Bahan untuk pembuatan keris adalah besi baja, nikel dan baja meteor. Setelah bahan besi baja, nikel dan
meteor itu dibakar kemudian ditempa dan dilipat lantas dibakar dan ditempa lagi secara berulang-ulang, akhirnya luluh
menjadi bilah keris yang satu, utuh dan terpadu. Dengan teknik menempa tertentu seorang pande keris dapat
membentuk batang mata keris sekaligus mencipta bermacam-macam motif hias pada bidang permukaannya. Selesai
menempa maka mata keris digosok dengan cairan jeruk dan arsenicum yang menghasilkan warna mengkilap pada baja
meteor yang mengandung timah putih. Motif hias dengan berbagai macam corak dari baja meteor merupakan bahan
pamor tampak menonjol pada latar belakang gelap dari batang baja biasa. Kerajinan keris yang berkembang di
Kabupaten Klungkung termasuk kerajinan yang langka, karena hanya dapat ditemui di Banjar Pande Desa Kusamba.
Pekerjaan sebagai perajin keris (pande) telah dilakoni oleh I Ketut Mudra, yang telah diwariskan dari ayahnya Jro
Mangku Wija.
Gambar 24. Keris produksi Ketut Mudra Banjar Pande Desa Kusamba
2.2.7
Industri LainnyaKabupaten Klungkung menyimpan berbagai potensi yang belum dimunculkan dengan optimal. Salah satu
potensi yang ada dan belum dikembangkan secara optimal adalah industri rumah tangga pembuatan tahu dan
tempe.Tahu dan tempe merupakan produk olahan kedelai. Tempe merupakan sejenis makanan olahan dari kacang
kedelai yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Meskipun tempe tergolong makanan murah, namun popularitasnya
tidak pernah surut sebagai salah satu makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat.
Sebagai hasil olahan kacang kedelai, tahu merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai
mutu protein nabati terbaik karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya cerna
yang tinggi (sebesar 85% -98%). Kandungan gizi dalam tahu, memang masih kalah dibandingkan lauk pauk hewani,
seperti telur, daging dan ikan. Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung lebih memilih
mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pada tahu
terdapat berbagai macam kandungan gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin
B-kompleks seperti thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium (yang bermanfaat mendukung
terbentuknya kerangka tulang). Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80% asam lemak tak jenuh tahu tidak
banyak mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat arang
dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu diet rendah kalori.Desa Sampalan, Kusamba, dan Gelgel
merupakan desa penghasil tahu di Kabupaten Klungkung.
Gambar 25. Tahu Produksi Desa Kusamba, Kecamatan Dawan
b.
Industri rumah tangga pembuatan gula merah dan gula semutDesa Besan merupakan salah satu desa di Kecamatan Dawan yang banyak terdapat pohon kelapa. Sebagian
pohon kelapa ini dimanfaatkan niranya untuk gula. Pohon kelapa baru bisa disadap bila telah menghasilkan 3 tandan
bunga yang baru membuka dan tandan yang termuda sudah mencapai 20 cm panjangnya. Kelapa umumnya baru
bagus disadap niranya jika sudah berumur sekitar 8 tahun dan 4 tahun untuk kelapa hybrida. Mahkota pohon perlu
dibersihkan dari semua kotoran begitu pula alat-alat yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih. Nira diperoleh
dari tandan yang seludangnya belum mekar. Tangkai bunganya biasanya dipukul pukul perlahan-lahan dan baru boleh
disadap setelah 3 - 5 hari kemudian. Agar memudahkan keluarnya nira, mayang dipotong ujungnya ± 10 cm dengan
pisau tajam. Kira-kira seminggu kemudian niranya sudah akan keluar. Agar niranya tidak asam, kotorannya mengendap
dan qulanya nanti berwarna kuning muda maka ke dalam wadah nira diberi 1 sendok makan air kapur sirih yang
sebelumnya telah direndam dengan kayu nangka. Warna gula dapat ditentukan dengan pekat atau tidaknya larutan ini.
Penyadapan biasanya dilakukan pagi sebelum pukul 08.00 dan sore setelah pukul 16.00. Sebelum bumbung atau
melancarkan keluarnya nira. Setiap mayang dapat diambil niranya selama ± 40 hari,pagi dan sore hari. Nira yang baik
bercirikan masih segar, rasa manis, harum, tidak berwarna.
Gambar 26. Proses pembuatan gula merah di Desa Besan
Selain dipasarkan secara langsung dalam bentuk gula merah original, gula merah produksi Desa Dawan juga
dipasarkan dalam bentuk minuman herbal yang digunakan untuk terapi herbal. Gula kelapa dicampur dengan
rempah-rempah seperti jahe, beras kencur, kunir asem, kunir putih dan temulawak. Khasiat minuman herbal gula kelapa
tersebut dapat digunakan untuk terapi herbal masuk angin dan penghangat badan, terapi herba; pegal dan batuk, terapi
herbal tubuh langsing dan haid lancar, terapi herbal kanker dan daya tahan tubuh, terapi herbal nafsu makan dan
berbagai jenis gangguan kesehatan lain. Salah satu produk minuman herbal yang dipasarkan oleh masyarakat adalah
sebagaimana disajikan pada gambar berikut:
Gambar 27.Minuman Gula Bali Herbal
c.
Industri batok kelapaKerajinan batok kelapa yang banyak berkembang di Kabupaten Klungkung adalah jenis kerajinan batok kelapa
untuk berbagai bentuk aneka alat-alat rumah tangga seperti berbagai tempat untuk air minum, tempat makanan dan
minuman serta alat alat dapur seperti sendok dan alat lainya. Ada juga kerajinan batok kelapa ini membuat bokor tempat
untuk banten/canang dengan segala ukuran.
d.
Industri tedung dan alat kelengkapan pelinggihTedung merupakan salah satu alat upacara yag banyak dibuat oleh masyarakat Kabupaten Klungkung.
Kerajinan ini banyak berkembang di wilayah Kecamatan Dawan. Proses produksi kerajinan tedung ini terdiri dari proses
pembuatan komponen utamanya yaitu: menur dan betaka, tangkai, dan rangka tedung, dan asesoris pelengkap.
Komponen utama ini umumnya dibuat secara terpisah-pisah. Menur dan betaka dibuat dengan proses pembubutan,
bahan baku kayu untuk menur umumnya dari kayu waru, albesia, dan kayu lokal bentawas. Bahan baku kayu dipotong
berbentuk balok dengan ukuran sekitar panjang 20-25 cm dan penampang 5x5 cm. Selanjutnya balok ini dibubut sesuai
dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Sangat berbeda dengan proses pengerjaan tedung (payung) nampak lebih
rumit dengan teknik konvensional, dan hanya sebagian pekerjaan menggunakan alat mesin seperti menjahit, membuat
tangkai payung dengan mesin bubut. Teknik pembuatan payung, diawali dengan membuat tangkai payung dengan
menggunakan bahan kayu albesia, dikerjakan oleh kaum laki-laki. Dilanjutkan membuat kerangka payung dengan
menggunakan kayu, bambu dan benang sebagai pengikat. Apabila kerangka payung telah selesai dikerjakan, langkah
berikutnya dengan merakit kain satin, katun, atau bludru pada kerangka payung. Pemakaian dari masing-masing jenis
kain tersebut tergantung pesanan, tentunya dengan harga dan kwalitas yang berbeda-beda. Perakitan kain pada
kerangka payung juga dilakukan dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan
hati-hati agar jarum tidak patah karena tersentuh bambu. Proses selanjutnya adalah pembuatan rumbai-rumbai payung
dengan cara merajutan benang wool. Warna benang disesuaikan dengan warna kain yang digunakan, agar diperoleh
keserasian dan keharmonisan warna payung. Langkah terakhir, adalah penerapan ornamen pada payung dengan cara
penempelan atau pengolesan prada.
Pada proses pembubutan sebagian besar perajin masih menggunakan alat bubut sederhana dengan mata pahat yang
digunakan seperti pisau kerja biasa, dan pisau dipegang dengan tangan saat pembubutan. Putaran untuk pembubutan
sudah menggunakan motor listrik yang dihubungkan dengan sabuk ke mata cak/pemegang kayu.
Gambar 29. Kerajinan Tedung
e.
Industri gerabahProses pembuatan gerabah dimulai dari penyediaan tanah liat sebagai bahan baku utama. Tanah liat yang
dipilih adalah tanah liat yang baik. Tanah liat dihaluskan dan diayak dengan pengayakan yang halus agar butiran tanah
seragam. Tanah liat dicampur dengan air secukupnya dan diaduk menjadi adonan gerabah. Tanah liat tersebut
umumnya didiamkan selama sehari agar diperoleh adonan yang kulen. Teknik pembentukan gerabah ini menggunakan
teknik calcalan dengan cara pencetan-pencetan atau pembuatan pilinan-pilinan dengan kedua telapak tangan. Dengan
teknik ini tanah liat bisa ditempelkan, disambung atau disusun menjadi suatu bentuk tertentu. Tahap berikutnya adalah
pengeringan, pada umumnya dilakukan dalam dua tahap, tahap menganginkan dan tahap penjemuran. Pengeringan
menganginkan selesai baru kemudian benda-benda tersebut dijemur langsung dibawah sinar matahari selama kurang
lebih sampai dua hari Dalam tahap inipun letak benda harus selalu diubah-ubah atau dibalik-balikkan sampai keringnya
rata pada seluruh permukaan. Sesaat setelah tahap pengeringan, biasanya benda-benda yang telah kering benar
langsung dibakar. Hal ini lebih menguntungkan dalam pembakarannya karena bisa berlangsung lebih cepat dan hasil
pembakarannya pun tak dikhawatirkan akan retak atau pecah. Sesuai amatan di lapangan proses pembakaran gerabah
di desa Tojan dilakukan dalam alam terbuka. Dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar, jerami, sabut atau
tempurung kelapa dan daun pisang yang kering. Penutupan dengan jerami dilakukan sekitar setengah jam dan akhirnya
pembakaran pun selesai. Pada keesokan harinya baru dibongkar dengan melongsorkan abu jerami sedikit demi Sedikit,
Tidak dapat dipungkiri, perkembangan seni kerajinan gerabah di desa Tojan ini memang belum sebaik di daerah lain di
Bali, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti desain, teknik, kualitas produk, pemasaran, sumber daya manusia,
dan lainnya. Pemasaran produk yang masih berkisar dipasar tradisional Klungkung dan dipesan langsung oleh
konsumen. Hal ini terjadi karena kurang adanya perhatian dari pemerintah dan kurang adanya promosi. Permodalan
pun masih sangat minim. Belum pernah mendapatkan bimbingan dan penyuluhan dari manapun, karena kurang
tersentuh mintra kerja sehingga perajin hanya bisa membuat produk-produk yang telah pernah diproduksi.
Gambar 30. Hasil Produksi Gerabah
2.3 Demografi dan Urbanisasi
2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan
Jumlah penduduk Kabupaten Klungkung pada tahun 2015 adalah berjumlah 175.700 jiwa dengan jumlah KK sebesar
43,652. Kecamatan Klungkung memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 57.360 jiwa dengan jumlah KK
sebesar 13.686 sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Dawan sebanyak 34.230 jiwa dengan
jumlah KK 8.393. untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3.1 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kabupaten Klungkung Tahun 2012-2016
No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK
2012 2013 2014 2015 2016
1 Nusa Penida 45,270 45,340 45,380 45,460 45,470 12,711
2 Banjarangkan 37,840 38,150 38,390 38,650 38,920 8,862
3 Klungkung 56,150 56,570 57,000 57,360 57,880 13,686
4 Dawan 33,640 33,840 34,030 34,230 34,430 8,393
Total 172,900 173,900 174,800 175,700 176,700 43,652
Jumlah penduduk Kabupaten Klungkung pada tahun 2015 adalah berjumlah 175.700 jiwa yang terdiri dari
penduduk laki-laki sebanyak 86.900 jiwa atau 49,43 persen dan penduduk perempuan sebanyak 88.800 jiwa atau
50,57 persen. Pertumbuhan Jumlah penduduk Kabupaten Klungkung dalam 4 tahun terakhir dapat dilihat dari
gambar di bawah ini.
Sumber : BPS Kab. Klungkung, 2016
Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Kab. Klungkung Tahun 2011 s/d 2015
Berdasarkan gambar diatas dapat dihitung rata-rata pertumbuhan pendudukan Kabupaten Klungkung dalam 4
tahun terakhir adalah sebesar 0,51% dengan kecenderungan semakin besar meski fluktuaktif. Pada tahun 2012
pertumbuhan pendudukan mencapai 0,47 persen, tahun 2013 mencapai 0,58 persen dan menjadi 0,52 persen pada
tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi sebesar 0,51 persen.
2.3.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Klungkung pada tahun sebelumnya, maka proyeksi jumlah penduduk
Kabupaten Klungkung pada tahun 2018 mencapai 178,3 ribu jiwa, tahun 2019 mencapai 179,1 ribu jiwa dan proyeksi
pada tahun 2020 mencapai 179,9 ribu jiwa.
Tabel 2.4. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2018-2020
No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)
2018 2019 2020 2021 2022
1 Nusa Penida 45,58 45,61 45,66 45,70 45,75
2 Banjarangkan 39,45 39,69 39,91 40,18 40,44
3 Klungkung 58,55 58,93 59,29 59,68 60,08
4 Dawan 34,72 34,87 35,04 35,22 35,39
Total 178,3 179,1 179,9 180,78 181,66
2.3.3 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk
Jumlah dan persentase penduduk miskin dalam 4 tahun terakhir di Kabupaten Klungkung adalah sebagaimana dalam
gambar di bawah ini.
Grafik 2.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Klungkung Tahun 2010-2015
Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015
Berdasarkan gambar di atas, maka terlihat bahwa dalam 3 tahun (2010-2012) di Kabupaten Klungkung terjadi
penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi pada tahun 2013, 2014 dan 2015 terjadi peningkatan jumlah
penduduk miskin menjadi 12.200 jiwa, 12,30 jiwa dan 12,11 jiwa atau mencapai 7,01 persen atau masih di atas
persentase kemiskinan provinsi yang mencapai 4,74 persen.
Grafik 2.3. Indikator Kemiskinan Kabupaten Klungkung Tahun 2011-2015
Sumber : BPS Kab. Klungkung, 2015
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase kemiskinan di Kabupaten Klungkung berfluktuasi