• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL KABUPATEN KLUNGKUNG - DOCRPIJM 1536550687BAB II profil kab klk fix

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II PROFIL KABUPATEN KLUNGKUNG - DOCRPIJM 1536550687BAB II profil kab klk fix"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROFIL KABUPATEN KLUNGKUNG

2.1 Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kabupaten Klungkung adalah 315 km² atau 5,60% dari luas wilayah Provinsi Bali secara

keseluruhan, terdiri atas 4 Kecamatan, yaitu Kecamatan Nusa Penida memiliki luas terbesar mencapai 202,84 km2atau

64,40% dari luas Kabupaten, diikuti oleh Kecamatan Banjarangkan 45,73 km2 (14,52%), Kecamatan Dawan 37,38

km²(11,87%) dan yang terakhir adalah Kecamatan Klungkung, yang mana merupakan wilayah terkecil diantara tiga

kecamatan lainnya dengan luas wilayah 29,05km² atau 9,22% dari wilayah kabupaten. Letak geografis Kabupaten

Klungkung adalah 115.21’28”- 115.37’43’ Bujur Timur dan 008.27º37º- 008.49º00º Lintang Selatan.

9% 15%

12% 64%

Prosentase Luas Lahan

Per Kecamatan Tahun …

Klungkung

Banjarangkan

Dawan

Nusa Penida

Wilayah Kabupaten Klungkung sepertiga bagian (112,16 km²) terletak di daratan pulau Bali dan dua pertiga bagian

(202,84 km²) lagi merupakan kepulauan yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Pulau Nusa Penida

bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh ±1 jam perjalanan,

lewat Sanur dengan menumpang perahu boat jarak tempuh ± 1,5 jam perjalanan, lewat Kusamba dengan menumpang

jukung/sampan jarak tempuh ±1,5 jam perjalanan, sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang perahu boat

dengan waktu tempuh ± 1 jam perjalanan atau dengan menggunakan Kapal Ferry Roro dengan jarak waktu ± 1,5 jam

perjalanan.

Secara administrasi Kabupaten Klungkung memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara adalah Kabupaten Bangli

- Sebelah timur adalah Kabupaten Karangasem

- Sebelah selatan adalah Samudera Hindia

(2)

Peta 2.1

(3)

2.2 Potensi Wilayah Kabupaten Klungkung

2.2.1

Potensi Ekonomi

Melihat pertumbuhan PDRB Kabupaten Klungkung menunjukkan bahwa perkembangan struktur perekonomian

Klungkung dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan pergeseran dari sektor primer (pertanian dan penggalian)

ke sektor tersier (perdagangan, hotel & restoran, dan jasa-jasa), dan ke sektor sekunder (industri, listrik & air minum,

dan bangunan). Pergeseran ini dipacu oleh meningkatnya alih fungsi lahan pertanian dan berkembangnya sektor

perdagangan dan jasa yang berkaitan dengan kepariwisataan.

Tabel 2.2.1

Distribusi PDRB Kabupaten Klungkung Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen)

(4)

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan 2.11 2.13 2.01 2.19 2.20 2.21 2.31

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

3.75 3.74 3.70 3.88 3.90 4 4.11

Jasa Lainnya 2.19 2.17 2.12 2.15 2.15 2.13 2.12

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100

Sumber: BPS, Klungkung Dalam Angka 2016

Selama periode tahun 2010-2016 struktur perekonomian Klungkung tidak banyak mengalami perubahan yang

berarti. Tabel di atas, memperlihatkan 2 (dua) kategori penyumbang PDRB terbesar di Klungkung yakni industri

pertanian, kehutanan dan perikanan dan industri pariwisata. Industri pariwisata Klungkung yang diwakili oleh

Penyediaan akomodasi dan makan minum selama tahun 2010-2016 sumbangannya mengalami kecendrungan

meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi pada industri pertanian yang justru mengalami kecendrungan menurun.

Selain dua kategori tersebut, kategori konstruksi, dan perdagangan besar eceran juga memiliki kontribusi yang cukup

besar terhadap PDRB Klungkung. Di tahun 2016, kedua lapangan usaha ini memberikan share masing- masing sebesar

9,24 persen, dan 7,96 persen.

Share lapangan usaha pertanian di Kabupaten Klungkung pada tahun 2010 mencapai angka 26,33 persen namun di

tahun 2016 share tersebut menurun menjadi 23,11 persen. Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum

mempunyai kontribusi terbesar kedua setelah pertanian dalam pembentukan nilai tambah bruto Klungkung. Kategori ini

memiliki kecendrungan kontribusi yang terus meningkat dari tahun ke tahun, terbukti di tahun 2010 kategori ini memiliki

share 9,85 persen kemudian meningkat menjadi 17,76 persen di tahun 2016. Sementara kontribusi pertanian cenderung

menurun, dari 26,33 persen (2010) menjadi 23,11 pada tahun 2016.

2.2.2

Potensi Pendidikan

Ditinjau tingkat pendidikan penduduk dapat tercemin pada angka partisipasi murni (APM) masuk sekolah, hasil

pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Klungkung yang telah dilaksanakan selama ini tercermin dalam APM

sebagai berikut:

a. APM penduduk usia sekolah SD telah mencapai 96,47 %

b. APM penduduk usis sekolah SMP baru mencapai 87,68 %

(5)

Tabel 2.2.2

Tingkat Pendidikan dilihat dari Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2011 s/d 2015 di Kabupaten Klungkung

NO Jenjang Pendidikan 2011 2012 2013 2014 2015

1 APM SD/MI (%) 92,82 96,08 97,63 97,66 96,47

2 APM SMP/MTs (%) 67,88 68,69 70,66 79,01 87,68

3 APM SMA/MA/SMK (%) 70 68,33 74,09 83,56 82,29

Sumber : BPS Prov. Bali 2012-2016

Berdasarkan tabel diatas terlihat secara umum terjadi peningkatan APM baik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK

Kabupaten Klungkung. Untuk APM SD terjadi penurunan pada tahun 2015 menjadi 96,47 persen dimana tahun 2014

APM SD/MI 97,66. APM SMP/MTs terjadi peningkatan secara signifikan dimana jumlahnya 79,47 persen pada tahun

2014 menjadi 87,68 persen pada tahun 2015. APM SMA/MA/SMK sedikit menurun dari tahun sebelumnya dimana tahun

2014 jumlahnya 83,56 persen turun menjadi 82,29 persen di tahun 2015.

2.2.3

Potensi Wilayah

Pola ruang di Kabupaten Klungkung diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 1 Tahun

2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten Klungkung Tahun 2013-2033. Berdasarkan perda tersebut maka

pola ruang di Kabupaten Klungkung terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Kawasan lindung merupakan kawasan yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada

satu wilayah kabupaten dan sebagaimana diatur dalam pasal 31 perda nomor 1 tahun 2013 ditetapkan memiliki luas

yaitu 804,50 hektar atau mencapai 2,55 persen dari total luas wilayah kabupaten klungkung. Kawasan lindung di

kabupaten klungkung yaitu hutan lindung sauna, hutan lindung sakti, hutan lindung lembongan,kawasan bukit mimba

abah, kawasan pulau nusa penida, kawasan suci, kawasan ruang terbuka hijau kota (RTHK), kawasan pantai berhutan

bakau, kawasan taman wisata alam laut nusa lembongan, kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil

sebarannya, kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan

konservasi perairan

Kawasan budidaya merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas potensi dan

kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

2.2.4

Potensi Pariwisata

Kabupaten Klungkung memiliki berbagai potensi pariwisata yang perlu digarap sehingga mengalami

perkembangan yang baik. Jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata di kabupaten klungkung terus mengalami

peningkatan khususnya dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2010 jumlah kunjungan mencapai 280.871 orang, di

(6)

Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam tiga tahun terakhir telah memprioritaskan pembangunan infrastruktur

khusunya infrastruktur jalan. Pembangunan infrastruktur jalan diupayakan untuk mengatasi ketimpangan antara

pembangunan di klungkung daratan dengan pembangunan di kepulauan Nusa Penida.

a. Wisata Pantai

Obyek wisata di Kabupaten Klungkung tersebar di Klungkung Daratan dan di Kepulauan Nusa Penida. Untuk di

Klungkung daratan, yang menjadi obyek wisata andalan adalah diantaranya : Kerta Gosa, Pura Goa Lawah dan Rafting

di Tukad Unda.

Pariwisata di Kabupaten Klungkung terus mengalami peningkatan khususnya di Kawasan Nusa Penida. Perkembangan

pariwisata di Nusa Penida yang mulanya di Pulau Lembongan, akhir-akhir ini terus berkembang ke Pulau Nusa Gede.

Beberapa pantai dan objek wisata baru mulai dikenal dan menjadi sasaran kunjungan wisatawan sebagaimana dalam

beberapa foto di bawah ini.

b. Wisata Mata Air

Meskipun Pulau Nusa Penida terkenal dengan kondisi geografis yang kering dan tandus, namun di Pulau Nusa

Penida terdapat banyak mata air yang menghasilkan debit air yang cukup tinggi. Hanya saja mata air – mata air

tersebut cenderung terdapat di wilayah bibir pantai yang menyulitkan masyarakat untuk mengakses mata air tersebut,

mengingat Pulau Nusa Penida memiliki kontur lahan berbukit. Namun, lokasi mata air di bukit yang terjal justru menjadi

pemandangan alam yang indah dan menarik para wisatawan untuk datang berkunjung. Beberapa mata air yang sering

dikunjungi oleh para wisatawan adalah :

 Mata Air Guyangan

Gambar 1. Pemandangan Mata Air Guyangan

Awalnya mata air Guyangan berfungsi untuk mengalirkan air bersih ke penduduk setempat. Namun dengan

berjalannya waktu, karena lokasinya yang menarik hati,mata air Guyangan menjadi salah satu objek wisata favorit

wisatawan. Terletak di Desa Batu Kandik, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.Objek wisata ini berjarak

sekitar 25 km dari pelabuhan Nusa Penida. Tetapi sebelum mencapai mata air Guyangan, pengunjung akan dihadapkan

oleh tantangan yang menegangkan dan cukup menguras keringat. Untuk mencapai mata air Guyangan dibutuhkan nyali

(7)

menuruni anak tangga harus berhati – hati karena dibawah sudah menanti lautan Samudera Hindia yang luas. Jarak

turun ke mata air sekitar 450 meter dengan kemiringan hampir 80 derajat. Kemiringan jurang yang curam inilah yang

memacu adrenaline para pengunjung. Setelah sampai di bawah pengunjung akan disuguhkan derasnya air yang

mengalir dari tebing, karena itu mata air Guyangan juga disebut air terjun Guyangan. Di sebuah bak penampungan yang

lebih dikenal dengan kolam alami ini, pengunjung dapat berendam merelaksasikan diri dan melepas rasa lelah saat

menuruni tangga ditemani suasana alam yang eksotis. Aliran sumber mata air yang ditampung dalam sebuah kolam

besar di bibir tebing merupakan tempat pemandian yang disediakan bagi wisatawan. Ketika pengunjung berenang di

kolam mata air, pemandangan deretan tebing, pulau – pulau kecil dan lautan lepas yang biru menjadikan panorama luar

biasa membuat pengunjung seperti berada di kolam renang hotel berbintang atau villa mewah sehingga menjadikan

pengunjung betah berlama – lama berendam menikmati jernihnya air yang bersih, dingin, dan menyegarkan. Di sebelah

barat, terdapat air di kolam,digunakan sebagai tirta yang diambil warga untuk upacara keagamaan. Dan di sebelah timur

juga terdapat aliran air yang dibiarkan mengalir ke laut. Sumber mata air yang deras ini digunakan untuk memenuhi

kebutuhan air bersih dan kelangsungan kehidupan masyarakat lokal Nusa Penida.Tetapi tidak sepenuhnya bisa

dimanfaatkan karena keterbatasan mesin pompa air yang ada. Daerah di Nusa Penida yang sudah terjangkau aliran

mata air Guyangan yaitu Desa Kutampi, Batu Kandik, Sekar Taji, Batu Madeg, Tanglad, Pejukutan, Klumpu, dan Bunga

Mekar.

Gambar 2. Pemandangan Mata Air Guyangan

 Mata Air Temeling

Mata Air Temeling terletak di Desa Batu Madeg. Untuk menjangkau tempat ini pengunjung harus berjalan kaki

dan melewati hutan selama kurang lebih 1 jam. Menurut warga sekitar, mata air temeling terkenal dengan nama natural

swimming Tembeling. Mata Air Temeling terletak di Banjar Salak, Desa Batumadeg, Nusa Penida. Lokasi objek wisata

ini cukup jauh dari pusat kota Nusa Penida. Untuk mencapai lokasi kira – kira jarak tempuh sekitar 35km. Saat tiba di

parkiran, para pengunjung juga harus trekking melewati jalan setapak perbukitan sepanjang 1,6 km untuk mencapai

objek wisata Mata Air Temeling. Bagi para pecinta alam, Mata Air Temeling akan menjadi pilihan tempat wisata yang

tepat untuk menyatu dengan alam dan mengeskplore hobi pengunjung. Sedangkan akan menjadi pengalaman baru bagi

pengunjung yang jarang melakukan wisata alam. Ketiba tiba di Mata Air ini, semua rasa lelah yang dirasakan

pengunjung seolah hilang karena pesona ciptaan tuhan yang indah ini. Mata Air Temeling berada di kawasan hutan

yang masih dilindungi dan terjaga. Sehingga pengunjung akan benar – benar merasakan suasana hutan klasik dan

(8)

Gambar 3. Mata Air Temeling

 Mata Air Seganing

Mata Air Seganing tepatnya terletak di kawasan Sebuluh tepatnya Desa Cacah. Mata Air Seganing sangat

terkenal di Nusa Penida dan termasuk tempat wisata yang sangat indah. Anda bisa menikmati pemandangan air terjun

yang sangat mengesankan. Namun untuk mencapai ke bagian air terjun maka Anda harus melewati medan jalan yang

cukup berat selama 30 menit. Jalan untuk mencapai mata air sangat licin, penuh batu dan terjal. Karena itu diperlukan

keberanian dan niat yang sangat kuat. Namun pemandangan alam mata air dan air terjun yang sangat indah akan

membayar semua perjalanan berat itu. Untuk mencapi tempat ini Anda bisa mulai perjalanan dari pelabuhan

Toyapakeh. Waktu terbaik untuk mengunjungi mata air adalah saat musim panas atau kering.

Gambar 4. Mata Air Seganing

Selain wisata mata air, Kabupaten Klungkung juga memiliki potensi wisata air yang terletak di Kecamatan

Klungkung. Tukad Unda di Kecamatan Klungkung merupakan salah satu tempat favorit bagi fotographer maupun para

wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan alam Kabupaten Klungkung. Tukad Unda selain menyimpan potensi

ekonomi dari aliran airnya juga sering dimanfaatkan sebagai foto corner bagi pasangan yang akan menikah.

Gambar 5. Pemandangan Tukad Unda, Kecamatan Klungkung

c. Wisata Kuliner

Tidak hanya kaya akan pemandangan alam yang indah, Kabupaten Klungkung juga memiliki sederet makanan khas

(9)

Klungkung merupakan hasil olahan peoduk lokal Klungkung seperti kuliner olahan ikan laut, serombotan, ledok, dodol

nangka, dodol rumput laut, dan kacang kace.

Ikan menjadi salah satu sumber penghidupan di Klungkung. Selain dijual dalam bentuk mentah, ikan juga banyak

disajikan sebagai menu utama di restoran atau rumah makan yang biasanya terdapat di daerah pinggiran laut seperti

Desa Pesinggahan, Desa Kusamba, dan beberapa daerah di Kecamatan Banjarangkan. Di Kecamatan Nusa Penida

terutama Desa Kutampi, Desa Ped, Desa Batununggul, makanan khas olahan ikan merupakan menu favorit pengunjung

kepulauan Nusa Penida. Olahan ikan laut tersebut berupa pepes ikan, soup ikan, sate ikan, dan sate gurita.

Gambar 6. Makanan olahan ikan dan srombotan

Serombotan merupakan makanan khas Klungkung yang terdiri dari berbagai jenis sayuran seperti bayam,

kangkung, kecambah, terung, kacang-kacangan dan pare yang diberi bumbu pedas, bumbu kacang dan bumbu dari

kelapa parut. Serombotan menjadi makanan khas yang diminati baik warga Klungkung sendiri maupun pengunjung

yang datang dari luar Klungkung karena serombotan memiliki rasa yang khas dari perpaduan sayuran dengan bumbu

pedas, bumbu kacang dan bumbu kelapa parut.

Ledok merupakan makanan khas Nusa Penida yang menjadi terkenal setelah kampanye diversifikasi bahan

makanan digemakan di Indonesia. Ledok merupakan makanan asli masyarakat Nusa Penida yang terdiri dari hanya

sayur-sayuran dan kacangan tanpa adanya beras didalamnya. Ledok merupakan bubur sayuran dan

kacang-kacangan yang diberi bumbu saat proses mengaduknya (ledok merupakan kosa kata bahasa bali yang bermakna

aduk/mengaduk).

Aneka dodol banyak dihasilkan di Desa Besan dan beberapa desa di Kecamatan Nusa Penida. Dodol nangka

dan dodol mangga banyak dihasilkan oleh masyarakat Desa Besan dan dodol rumput laut banyak dihasilkan di Desa

Kutampi, Lembongan, Jungut Batu, Suana, Ped dan Batununggul. Desa-desa tersebut merupakan penghasil rumput

laut di Kepulauan Nusa Penida. Wanita penghasil rumput laut yang tergabung dalam kelompok wanita pengolah rumput

laut, meningkatkan nilai jual rumput laut menjadi dodol khas yang dijual secara local di Nusa Penida maupun luar Nusa

Penida.

(10)

Kacang kace diproduksi oleh masyarakat Desa Nyalian. Kacang kace merupakan kacang yang diolah dengan cara

digeprak dan digoreng. Kacang kace menjadi produk unggulan Desa Nyalian, karena banyak dipesan untuk industri

catering, dijual secara eceran dan penggunaan dalam skala rumah tangga.

d. Seni dan kebudayaan

Kerajinan seni lukis tradisional wayang Kamasan banyak digunakan untuk kepentingan agama yaitu menghias pura

seperti hiasan parba,kober, umbul-umbul, ider-ider dan lainnya. Dewasa ini lukisan wayang kamasan banyak digunakan

untuk hiasan dinding, hiasan pada pura, hiasan pada bangunan terutama ditempel pada dinding, maupun Plafond ruang

pertemuan. Kerajinan ini hampir dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Desa Kamasan Klungkung. Tema-tema

lukisan yang banyak berkembang lebih dominan berhubungan dengan mitologi, hikayat para dewa-dewa, dan dogeng

atau cerita rakyat, seperti disajikan pada gambar di bawah ini.

Gambar 8. Lukisan Wayang Kamasan yang Khas

Menurut Gusti Ayu Tista (1986), dalam buku Sejarah Bali, Proyek Penyusunan Sejarah Bali Pemerintah

Daerah Tingkat I Bali, diduga motif lukisan kamasan ini tidak jauh berbeda dengan tema-tema relief wayang yang

terdapat pada peninggalan Candi-Candi yang ada di Jawa Timur, khususnya Candi Penataran dan Candi Surawana

bentuk wayangnya merupakan prototipe wayang Bali.

Seiring dengan perkembangan industri pariwisata dan perkembangan kebutuhan akan seni di berbagai media

lain dalam memenuhi kebutuhan pasar seni lukis wayang tradisional Kamasan, seni lukis gaya kamasan dewasa ini

banyak dilukis pada benda-benda sovenir/cenderamata sebagai hiasan dalam upaya meningkatkan daya tarik, dan daya

jual tanpa meninggalkan seni budaya setempat. jenis produk barangbarang sovenir/cenderamata tersebut seperti; kipas,

dopet, payung, tempat lilin, tempat perhiasan, besek, helm dan lainya.

Gambar 9. Aneka Kerajinan Lukis Wayang Kamasan

Teknik penerapan lukisan wayang tradisonal Kamasan, pada barang-barang sovenir/cenderamata tidak jauh

(11)

diwarnai dengan teknik sigar/gradasi, berikutnya dikontur (nyawi), dan terakhir di finishing dengan bahan pelapis clear

Glos khususnya pada barang soevenir berbahan dasar dari kayu dan bambu. Bahan pewarna yang digunakan adalah

warna buatan pabrik yaitu warna acrelyk, astoro, dan aga. Berbeda dengan bahan pewarna untuk melukis di atas kavas

yang menggiurkan warna alam dari batu pere, kincu, tulang, dan ancur (bahan perear) atau lem mote (sumber:I Made

Berata, S.Sn.,M.Sn . 2009. Macam dan Jenis-Jenis Kerajinan Di Kabupaten Klungkung. Jurusan Kriya Seni Fakultas

Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar).

2.2.5

Potensi Pertanian

a. Industri Pertanian dan Peternakan

Kabupaten Klungkung memiliki potensi pertanian yang cukup potensial untuk dikembangkan. Lahan pertanian yang

dimiliki sangat subur dan cocok untuk budidaya tanaman pertanian seperti padi, palawija, sayuran, cabai dan bunga

pacar.

Gambar 10. Beberapa Jenis produksi pertanian di Kabupaten Klungkung

Pengembangan pertanian di Kabupaten Klungkung mendapat perhatian serius, mengingat masih banyaknya

tenaga kerja di bidang pertanian. Salah satu kebijakan yang dirancang adalah memperbaiki tata kelola beras lokal

dimana perhatian pemerintah dari hilir sampai hulu. Di hulu, pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi padi

melalui perbaikan bibit, alat-alat pertanian yang lebih baik, penanganan pasca panen. Sedangkan di hilir, pemerintah

Kabupaten Klungkung sejak tahun 2014 mulai menyiapkan pemasaran hasil panen dimana diharapkan pasar lokal

mampu menyerap beras lokal melalui koperasi dengan harga jual di tingkat petani yang lebih baik, sehingga mampu

meningkatkan penghasilan petani. Bahkan di daerah yang daratannya kurang subur seperti kepulauan Nusa Penida,

juga banyak dikembangkan produk-produk pertanian seperti Lidah Buaya, Ketela, Kacang-Kacangan, dan kelapa.

Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau Arecaceae.

Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna,

terutama bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini. Tumbuhan ini

diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika

dunia. Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia berasal dari pesisir Samudera

Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika. Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1.000 m dari

(12)

Kelapa merupakan salah satu jenis buah-buahan yang kaya akan manfaatnya, mulai kandungan air yang

merupakan sebagian dari dalam kelapa, daging kelapa serta kulit kelapa yang semuanya memiliki manfaat baik untuk

kesehatan tubuh maupun untuk kecantikan. Bagi sebagian wanita mungkin memanfaatkan kelapa sebagai kecantikan

dan merawat bagian-bagian tubuh seperti air kelapa yang dapat membantu untuk menyegarkan kulit wajah agar

senantiasa terlihat bersih dan segar, serta minyak kelapa yang tidak lagi diragukan khasiatnya untuk membantu

menjaga kelembapan, menumbuhkan rambut serta memperindah rambut.

Selain bermanfaat bagi kecantikan, kelapa juga kaya akan manfaatnya bagi kesehatan tubuh, selain air kelapa yang

secara umum bermanfaat untuk mencegah dan menghilangkan dehidrasi, mencegah penuaan dini serta meningkatkan

sistem kekebalan tubuh. Karena kelapa kaya akan Nutrisi dan Vitamin diantaranya seperti Vitamin C, Asam Nikotinat,

Asam Pantotenat, Biotin, Riboflavin, dan juga Asam Folat sehingga kelapa banyak sekali manfaatnya untuk kesehatan

tubuh.

Kecamatan Nusa Penida merupakan salah satu daerah penghasil kelapa di Kabupaten Klungkung. Walaupun

daerahnya tidak terlalu subur karena tanah berkapur, ternyata malah memberikan keunggulan karenan situasi yang

sangat ekstrim. Situasi alam seperti ini memaksa tumbuhan untuk bisa hidup mempertahankan dirinya dengan

menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Senyawa inilah yang sering dimanfaatkan para ahli untuk bahan

pengobatan. Semakin ekstrim keadaan lingkungan, maka tumbuhan akan semakin banyak menghasilkan bahan aktif.

Oleh karena itu, tanaman apapun yang ada Nusa Penida kebanyakan mengandung bahan-bahan aktif, demikian juga

tumbuhan lautnya.

Pemanfaatan kelapa di Nusa Penida terutama di Desa Ped, Limo, dan Suana adalah diolah menjadi minyak

kelapa dan salah satu yang menjadi produk unggulan kelapa Nusa Penida yang sekarang sedang dicari-cari adalah

minyak kelapa murni atau VCO. VCO mengandung 92% asam lemak rantai sedang seperti asam laurat yang dapat

langsung diserap melalui dinding usus, proses ini lebih cepat karena tanpa melalui proses hidrolisis dan enzimatik.

Selanjutnya langsung dipasok masuk kedalam aliran darah dan langsung dibawa kedalam organ hati untuk

dimetabolisir. VCO dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba, sistem kekebalan tubuh, kolesterol baik, antibiotik super,

untuk ibu hamil dan menyusui, menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, osteoporosis, diabetes mellitus

(kencing manis), liver, kanker, membantu menurunkan berat badan, menambah stamina, memelihara kesehatan kulit,

obat jerawat, dan memelihara kesehatan rambut. VCO sebelum dipasarkan harus memiliki parameter-parameter standar

seperti massa jenis, kandungan air, bilangan asam lemak bebas, bilangan peroksida, dan persentase kandungan asam

lemak jenuh dan tak jenuhnya.

Proses pembuatan VCO dapat dilakukan cara kering, cara basah dan cara ekstraksi pelarut. Pembuatan VCO cara

basah dengan metode mekanik atau pengadukan dapat dilakukan secara sederhana dan tanpa penambahan zat lain.

Ketiga metode tersebut dapat dibagi lagi menjadi berbagai macam, yaitu metode fresh dry and wet milling, metode fresh

dry and desiccated, metode fresh dry and grated nut, metode low pressure extraction, metode fermentation, dan metode

centrifuge. Teknik basah atau pengendapan telah banyak dilakukan oleh kelompok tani, karena tahapannya yang

(13)

VCO dibuat dari daging kelapa tua yang dihancurkan kemudian diambil santannya. Santan merupakan suatu emulsi

minyak dalam air dan protein (berupa lipoprotein) yang terdapat di dalam santan berfungsi sebagai pengemulsi. Salah

satu penyebab hilangnya stabilitas protein adalah adanya pengadukan, pemanasan atau aktivitas mikroba. Hal ini

berarti bahwa protein mengalami denaturasi sehingga kelarutannya berkurang. Lapisan molekul protein bagian dalam

yang bersifat hidrofob berbalik ke luar, sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam. Hal ini

menyebabkan protein mengalami koagulasi dan akhirnya akan

mengalami pengendapan, sehingga lapisan minyak dan air dapat

terpisah. Oleh karena itu, pembuatan VCO tidak menggunakan

suhu yang panas.

Gambar 11. Hasil olahan kelapa berupa Minyak Kelapa Asli

b. Produk Perikanan dan Kelautan

 Industri Rumah Tangga Pengolahan Rumput Laut

Kecamatan Nusa Penida terkenal sebagai penghasil rumput laut di Indonesia. Sebagian besar masyarakat

pesisir Nusa Penida berprofesi sebagai petani rumput laut. Desa-desa pusat produksi rumput laut di Nusa Penida antara

lain Desa Suana, Batununggul, Kutampi Kaler, Ped, dan Toyapakeh. Desa lain yang termasuk Nusa Penida tapi di

Pulau Nusa Lembongan adalah Desa Jungut Batu dan Lembongan. Kualitas rumput laut di Nusa Penida termasuk yang

terbaik di Indonesia. Petani rumput laut di Nusa Penida biasanya menjual hasil rumput laut kering ke pengepul. Namun

ada sebagian kecil masyarakat yang mengolahnya menjadi produk-produk berkualitas. Hal tersebut sangat membantu

meningkatkan nilai jual dari rumput laut produksi masyarakat. Masyarakat mengolah rumput laut menjadi makanan

seperti dodol rumput laut, keripik rumput laut dan berbagai makanan yang dipasarkan disekitar Pulau Nusa Penida.

Selain diolah menjadi makanan, masyarakat juga mengolah rumput laut menjadi produk kerajinan dan produk

kecantikan diantaranya sabun. Produksi sabun rumput laut tersebar dibeberapa daerah seperti Lembongan, Toyapakeh,

Suana, Sental dan Kutampi.

Sabun rumput laut berasal dari 70% minyak kelapa asli, air dan 10% campuran lain yang diinginkan. Wangi

sabun berasal dari esensial oil. Ada juga bahan kimia yang digunakan yaitu garam kimia. Cara pembuatan sabun,

minyak kelapa asli dicampur dengan air dan garam kimia, kemudian ditambahkan rumput laut dan diberi esensial oil

sesuai wangi yang diinginkan. Setelah dicetak, dibiarkan 12 jam hingga mengeras. Sabun dikeluarkan dari cetakan,

dipotong-potong dan didiamkan selama 21 hari untuk menguapkan unsur kimia yang terdapat didalamnya. Setelah lewat

masa penguapan sabun dipacking dan diberi label. Penggunaan minyak kelapa yang tidak asli dapat menyebabkan

kegagalan produksi, dan kelebihan garam kimia juga bisa membahayakan pengguna sabun. Sabun rumput laut produksi

masyarakat ini sudah dipasarkan secara online, hotel dan penginapan di Nusa Penida serta minimarket di wilayah Nusa

(14)

Di dalam rumput laut mengandung banyak sekali nutrisi dan vitamin yang berperan penting untuk kesehatan

kulit dan tubuh, seperti Vitamin A, B1, B2. B3, B12, C, D, E, F, K, kandungan mineral, dan asam lemak. Jika anda

memiliki jenis kulit kering, mengkonsumsi makanan rumput laut dapat membantu mengatasi masalah kulit anda. Kulit

kering di akibatkan karena tubuh kekurangan asam lemak dan rumput laut merupakan salah satu jenis makanan yang

mengandung asam lemak, sehingga dapat memberikan nutrisi yang di butuhkan untuk kulit anda. Karena kandungan

vitaminnya yang komplit, membuat rumput laut sangat cocok dijadikan sebagai produk kosmetik. Sabun rumput laut

sangat bermanfaat untuk mempercepat regenerasi sel-sel kulit, mendetoksifikasi, menutrisi kulit dengan vitamin yang

dikandungnya sehingga terjaga kelembabannya serta menangkal radikal bebas. Sedangkan kandungan protein dari

rumput laut penting untuk membentuk jaringan baru pada kulit sehingga mencegah penuaan dini. Rumput laut

sebenarnya kaya akan kandungan Vitamin B kompleks, C, Magnesium, dan berbagai mineral lainnya yang membantu

metabolisme sel kulit.

Gambar 12. Hasil olahan rumput laut berupa sabun

 Industri Garam Laut

Industri pengolahan garam laut berkembang di Desa Kusamba Kecamatan Dawan sejak jaman dulu dengan

menggunakan metode penguapan air laut sehingga dihasilkan garam laut. Tahun 2015, petani garam di Desa Kusamba

tinggal 24 kepala keluarga yang tersebar di Banjar Batur sebanyak 8 KK, Banjar Presatria sebanyak 10 KK dan di

Banjar Rame sebanyak 6 KK dengan total tenaga kerja sebanyak 49 orang.

Sedangkan untuk lahan yang dipergunakan untuk kegiatan penggaraman tradisional di Kusamba menggunakan ruang

sempadan pantai yang merupakan lahan tanah negara dimana baru dimanfaatkan sebanyak 3,1 ha dari 6,5 ha luas

lahan potensial untuk pengembangan usaha pembuatan garam laut.

Sumber : Bappeda Kab. Klungkung, 2015

(15)

Garam yang dihasilkan oleh petani garam di Kusamba terdiri dari dua macam mutu yaitu garam kelas I atau

sering disebut garam super dan garam kelas II. Garam kelas I merupakan hasil kerokan kerak garam pada lapisan atas

lebih kuran ¾ bagian di lapisan atas. Garam kelas I berwarna putih bersih dengan ukuran kristal yang lebih besar.

Garam kelas II merupakan sisa endapan pada ¼ lapisan bawah, berwarna lebih kusam dan ukuran kristal lebih halus.

Produksi garam yang dihasilkan oleh satu unit usaha terdiri atas garam kelas I dengan rata-rata 15 kg/hari atau 10

rontong/hari dan garam kelas II ratarata 5 kg/hari atau 3 rontong/hari. Dalam seminggu, satu unit usaha mampu

memproduksi garam lebih kurang 1 kwintal garam kelas I. Karena produksi garam sepenuhnya menggunakan teknis

penjemuran di bawah sinar matahari maka produksi hanya dilakukan pada musim kemarau dimana masa produksi

dalam setahun berkisar 5 – 7 bulan.

Pangsa pasar garam Kusamba kelas 1 semakin terbuka dengan peluang ekspor dimana permintaannya terus

mengalami peningkatan sehingga petani garam di Kusamba kewalahan dalam memenuhi permintaan. Untuk garam

kelas 1 dijual dengan harga rata-rata Rp 15.000/kg dan garam kelas dua dijual Rp 7.000/kg. Garam kelas II umumnya

dijual untuk pasar lokal.

Sumber : Bappeda Kab. Klungkung, 2015

Gambar 14. Pola pemanfaatan lahan pembuatan garam tradisional

Karena ketergantungan cuaca maka salah satu warga Desa Kusamba yang bernama I Gusti Lanang Oka telah

mengembangkan teknologi pembuatan garam laut melalui penggunaan teknologi tepat guna. Dengan teknologi baru

tersebut, beliau mampu meningkatkan produksi garam dan menurunkan beban tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

menghasilkan garam. Dari segi kualitas, garam yang dihasilkan juga semakin baik dengan tingkat salinitas yang tinggi.

Berdasarkan temuan teknologi pembuatan garam, maka pada tahun 2015, Pemerintah Provinsi Bali menganugrahkan

kepada I Gusti Lanang Oka penghargaan Silpakara Anugraha yaitu penghargaan yang diberikan kepada masyarakat

yang telah menemukan inovasi di bidangnya.

 Industri Pembuatan Pindang Ikan Tongkol

Kabupaten Klungkung terkenal sebagai sentra porduksi ikan tongkolnya. Melimpahnya produksi ikan tongkol

hasil tangkapan ikan, selain dijual langsung, biasanya diolah menjadi ikan pindang dan dipasarkan ke seluruh wilayah di

(16)

pokok untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Pembuatan pindang merupakan salah satu usaha pengawetan

ikan di daerah nelayan sehingga dapat bertahan untuk waktu yang lebih lama. Dengan demikian harga ikan dapat dijaga

karena para nelayan memiliki alternatif lain selain menjual langsung hasil tangkapannya.

Pada pembuatan pindang ikan yang akan dipergunakan harus dipilih dagingnya yang segar dengan jenis ikan

tongkol seperti misalnya : tongkol lisong, tongkol abu-abu, tongkol banjar dan tongkol jabrik. Pindang ikan yang akan

dihasilkan mempunyai tekstur padat, rasa yang enak dan langsung dapat dikonsumsi, meskipun pada umumnya diolah

dulu misalnya digoreng. Daya awet pindang ini dapat mencapai satu bulan.

Untuk mendukung industri ini, Pemerintah Kabupaten Klungkung terus melakukan pembenahan dan perbaikan tempat

pemindangan ikan di Kusamba sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pindang dan kualitasnya.

Gambar 15. Proses pemindangan ikan di Desa Kusamba

2.2.6

Potensi Industri dan Kerajinan

Kerajinan tenun bagi masyarakat Bali apalagi masyarakat Klungkung tidak asing lagi dan sangat akrab karena

kerajinan ini merupakan warisan para nenek moyang yang telah ada sejak zaman neolithicum. Aktivitas menenun bagi

masyarakt Klungkung masih banayak dilakukan dan saat ini sdah banyak berkembanga menjadi industri kreatif dengan

desain tenunan yang sagat beragam dan kreatif dipadukan dnegan motif lain seperti motif bayik. Kerajinan tenun ikat di

kabupaten Klungkung merupakan mata pencaharian pokok bagi sebagaian masyarakat di Klungkung. Berbagai jenis

Jenis tenun yang berkembang seperti tenun ikat warna alami yang berkembang di desa Tegak; tenun songket

berkembang di desa Gelgel tenun endek juga terdapat di Kamasan, dan tenun cepuk berkembang di Pulao Nusa

Penida; batik tenun ikat yang ada di Semarapura Tengah Klungkung.

Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan

atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Alat tenun yang dipakai

adalah alat tenun bukan mesin. Kain ikat dapat dijahit untuk dijadikan pakaian dan perlengkapan busana, kain pelapis

mebel, atau penghias interior rumah. Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai

dengan corak atau pola hias yang diingini. Ketika dicelup, bagian benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan

terwarnai. Tenun ikat ganda dibuat dari menenun benang pakan dan benang lungsin yang keduanya sudah diberi motif

melalui teknik pengikatan sebelum dicelup ke dalam pewarna. Teknik tenun ikat terdapat di berbagai daerah di

Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia yang terkenal dengan kain ikat di antaranya: Toraja, Sintang, Jepara, Bali,

Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor. Kain gringsing dari Tenganan, Karangasem, Bali adalah satu-satunya

(17)

berdasarkan jenis benang. Songket umumnya memakai benang emas atau perak. Motif kain songket hanya terlihat

pada salah satu sisi kain, sedangkan motif kain ikat terlihat pada kedua sisi kain (dikutif dari Tenun:

http://www.tenunjepara.com). Kain ini ditenun dengan teknik ikat, suatu teknik tenun yang dikenal secara luas di seluruh

Indonesia. Disamping berfungsi sebagai kain upacara keagamaan, kini kain tenun endek mulai populer sebagai bahan

kemeja nasional.

Pada proses tenun tidak terlepas dari penggunaan zat pewarna tekstil untuk memberikan efek warna warni

pada motif kain yang ditenun. Pada awalnya jenis pewarna yang digunakan berasal dari warna warna alam dengan cara

membuat ektrak tanaman (nabati) dan beberapa dari produk hewani. Jenis warna alam ini umumnya terbatas yaitu

hanya warna warna dasar seperti merah, hitam, coklat, hijau dan lainnya. Zat pewarna diperoleh dari pigment tumbuhan

maupun hewani atau dari sumber mineral yang tidak berbahaya. Saat ini penggunaan warna alam semakin banyak

diminati oleh kalangan mode/fasion karena memberikan efek warna dengan corak, kecemerlangan dan kepekatan yang

khas dan unik serta tidak mungkin diduplikasi. Penggunaan zat warna alam masih diyakini lebih aman dari pada zat

warna sintetis, karena sifatnya yang non karsinogen, teknologi pembuatan dan penggunaan yang relative sederhana.

Salah satu tenun ikat dan tenun songket yang mengembangkan warna alami pada kain, terdapat di desa Tegak, Gelgel,

Kamasan dan desa lainnya. Kain tenun tradisional yang berkembang ada dua macam yaitu kain tenun ikat tradisional

(Endek) yang proses pembuatannya dengan menggunakan alat ATBM (alat tenun bukan mesin) dan kain tenun songket

dengan proses menenun secara tradisional (alat tenun cacag). Kain tenun ikat endek dan kain tenun songket dengan

pewarna alami khas Kabupaten Klungkung memang merupakan bagian dari seni keindahan tenun ikat yang sudah

terkenal sejak lama. Kain endek juga merupakan salah satu kain Bali yang kini amat populer di Indonesia.

Kata songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti “mengait”

atau “mencungkil”. Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya; mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun,

dan kemudian menyelipkan benang emas. Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal dari

kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun dengan benang emas

dimulai. Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang

biasanya dikenakan saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh seperti sarung,

disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan ikat kepala. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula

kain songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan

benang sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket. kain songket

ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan dengan memperkenalkan benang-benang emas atau

perak ekstra dengan penggunaan sehelai jarum leper.

Kain tenun songket menggunakan benang emas sebagai motifnya, sedangkan kain tenun endek biasanya

tanpa menggunakan benang emas. Benang emas penghias itu, didatangkan dari Jawa, Singapura, Cina dan Jepang.

Pada masa lampau, kain songket sepenuhnya dibuat dari benang sutra dan katun sebagai variasi pembuatan ragam

hiasnya. Kain songket biasanya berkembang di pusat-pusat kerajaan masa lampau, seperti Karangasem, Buleleng,

(18)

Buleleng dan kabupaten lain. Aktivitas pembuatan Kain tenun di Kabupater Klungkung pada awalnya berlangsung

hampir di setiap rumah dan keluarga, ditekuni oleh kaum perempuan, yang dikerjakan pada waktu-waktu senggang,

disela-sela pekerjaan rutinnya sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan menenun di Banjar Tengah desa Tegak dan desa

Gelgel Klungkung maupun di Desa Kamasan, telah dilakukan secara turun temurun dari nenek, ibu sampai pada anak

dan cucunya. Perajin belajar menenun secara otodidak, perajin yang memiliki pengetahuan dan keterampilan secara

turun temurun dari leluhurnya yang sistem belajarnya berdasarkan atas meniru, berguru pada seseorang baik langsung

maupun tidak langsung. Perajin ini lebih berperanan terhadap pelestarian dan kelangsungan nilai budaya tradisional,

lebih bersifat konservatif terhadap nilai warisan leluhur.

Gambar 16. Kain Endek dan Songket khas Klungkung

Kain-kain yang digunakan dalam adat bali di sebut wastra, dan mempunyai peranan penting dalam upacara-upacara

adat di Bali. Masyarakat Bali sangat mematuhi adat dan kebiasaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dari

matahari terbit hingga terbenam, masyarakat Bali tidak henti melakukan berbagai ritual yang dikaitkan di berbagai sisi

kehidupannya. Wastra-wastra tertentu, bisa jadi berupa songket, tenun ikat, paduan keduanya, tenun dobel ikat atau

gringsing, Cepuk dan beberapa jenis wastra lainnya, wajib dikenakan pada upacara adat tertentu. Wastra yang

berkaitan dengan upacara-upacara keagamaan disebut wastra bertuah atau disebut kain bebali.

Salah satu wastra bali / kain bebali yang merupakan warisan nenek moyang turun temurun adalah Kain Cepuk. Kain ini

berasal dari daerah Nusa Penida, dengan proses pengerjaan yang hampir sama dengan kain endek.Dengan ragam hias

berwarna merah khas, disertai motif warna-warni. Kain cepuk biasanya digunakan untuk membuat kostum rangda (tokoh

jahat dalam pertunjukan calonarang),dan hiasan atau penutup peti jenasah. Kain Cepuk, ditandai dengan pola

geometris atas garis sederhana. Asal usul nama kain Tenun Cepuk itu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta, yakni

‘Cepuk’ yang berarti Kayu Canging. Kayu Canging merupakan jenis tumbuhan yang cocok digunakan sebagai bahan

dasar pembuatan kain tenun. Berdasarkan sejarah tersebut nama kain Tenun Cepuk menjadi brand dari kain tenun khas

Desa Tanglad.

Pada jaman dahulu, pembuatan kain tenun cepuk hanya diperuntukkan untuk penggunaan pribadi di kalangan

masyarakat local Nusa Penida. Seiring berjalannya waktu kain cepuk mulai dikenal masyarakat. Kain cepuk tidak hanya

digunakan pada ritual keagamaan masyarakat Nusa Penida, namun sudah merambah fungsi lain sebagai salah satu

kain ikat tradisional yang banyak dimodifikasi menjadi baju, bawahan, terusan dan berbagai fungsi pakaian lain. Selain

fungsi pakaian juga diolah menjadi tas dan berbagai fungsi yang lain. Kain Cepuk memiliki motif tersendiri yang memiliki

fungsi tersendiri. Cepuk Skordi memiliki motif kotak-kotak yang biasanya digunakan sebagai alat pelengkap upacara

(19)

pada upacara kematian. Cepuk Tangi Gede adalah kain tenun yang dipakai oleh anak tengah yang seluruh kakak dan

adiknya meninggal (upacara ngaben). Kain ini harus dibawa oleh anak tersebut kemanapun pergi. Cepuk Liking Paku

dipakai oleh laki-laki dalam upacara potong gigi. Cepuk Kecubung dipakai oleh perempuan dalam upacara potong gigi.

Cepuk Sudamala merupakan kain cepuk yang dipakai untuk membersihkan diri. Cepuk Damar Kurung merupakan kain

Cepuk yang dapat digunakan dalam hari-hari biasa. Damar kurung memiliki makna perlindungan terhadap kekuatan

buruk yang mendekati si pemakai. Cepuk Saudan merupakan kain cepuk yang digunakan pada acara tiga bulanan

Proses pembuatan kain cepuk cukup panjang karena memakai peralatan sederhana yang masih tradisional. Teknik

pembuatannya pun cukup rumit yang memerlukan ketelitian dan keahlian tersendiri. Dalam proses produksinya, Ngurah

Hendrawan menggunakan tenun cag-cag sebagai alat tenunnya. Kain yang dihasilkan oleh tenun cag-cag lebih pendek

dari tenun ATBM. Tenun Cag-cag adalah alat tenun manual yang digunakan oleh satu orang dengan cara duduk dan

posisi kaki menjulur kedepan, kemudian bagian pinggang dijepit dengan por. Pewarna yang digunakan merupakan

warna-warna alami yang terdapat di alam sekitar Nusa Penida. Warna merah dibuat dari kulit akar pohon mengkudu

atau kayu cang, warna biru dibuat dari daun taum atau daun nila, warna kuning dibuat dari kayu nangka, warna coklat

dari kulit kayu mahoni dan warna hitam diperoleh dari bahan warna merah yang dicampur dengan bahan warna biru.

Potensi industri logam di Kabupaten Klungkung cukup potensial untuk dikembangkan. Adapun industri logam tersebut di

antaranya adalah :

 Industri Gong

Desa Tihingan adalah desa yang amat terkenal dalam hal industri pembuatan gamelan, sebagian besar

penduduk Desa Tihingan berprofesi sebagai petani dan sebagai pengerajin gambelan Bali. Di Dusun Tihingan terdapat

60 kelompok perajin gambelan Bali, yang memproduksi aneka jenis gamelan seperti gong kebyar, angklung, gong gede,

semar pegulingan dan lainnya. Kelompok perajin gamelan ini masing masing biasanya memproduksi jenis atau bagian

tertentu saja, mereka umumnya saling berhubungan antara kelompok satu dengan yang lainnya. Namum setiap

kelompok mampu untuk memproduksi satu barung gamelan yang terdiri dari berbagai jenis gamelan. Kerjasama

diantara perajin biasanya setiap kelompok memiliki keahlian tertentu untuk jenis setiap gamelan. Misalnya ada kelompok

yang biasa mengerjakan tawe-tawe (sejenis terompong yang berukuran besar) dan kempul, ada kelompok yang biasa

mengerjakan terompong, ada kelompok yang mengerjakan gangse. Industri kerajinan ini masih bersifat tradisional dan

proses kerja yang masih manual. Proses pembuatan gamelan dimulai dari proses peleburan bahan gamelan (campuran

tembaga dan timah) dan dicetak sesuai dengan bentuk gamelan yang akan diinginkan. Untuk gamelan jenis gangse,

cetakan bahan ini berbentuk segi empat, dan gamelan jenis terompong, tawe-tawe akan dicetak berbentuk bulat.

(20)

 Industri uang kepeng

Kerajinan uang kepeng ini ada di Desa Kamasan. Uang kepeng yang diproduksi menyerupai uang kepeng

kuna. Bahan utamanya adalah limbah logam kuningan yang dilebur kembali. Saat ini jangkauan pasar, seni kerajinan

pis bolong tidak hanya pasar lokal namun telah meluas keberbagai kota di Indonesia dan memasuki pasar internasional.

Dengan berbagai bentuk, motif, gaya, dan lain-lainnya yang mendominasi produkproduk baru, bentuk-bentuk non

tradisional. Karya seni kerajinan pis bolong lebih menekankan estetis, sehingga mampu memacu pertumbuhan tingkat

kehidupan sosial ekonomi masyarakat pendukungnya. Aktivitas yang dilakukan perajin untuk menghasilkan suatu

produk juga tidak semata-mata atas dasar kepentingan ekonomi atau praktis, intensitas dan kesungguhan untuk

membuat suatu produk bukan sekedar instingtif, melainkan juga melibatkan ranah rasa, kepekaan rasa, intelektual dan

emosionalitas. Artinya secara intelektual mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki untuk

menghasilkan suatu produk yang dikehendaki. Pelibatan dimensi-dimensi semacam itu telah terbukti dalam berbagai

produk yang dihasilkan utamanya produk seni kerajinan pis bolong. Walaupun pada tahap awal, aktivitas bidang ini

berskala kecil dengan jumlah yang terbatas, akan tetapi sekarang ini telah menjadi bidang profesi yang banyak diminati

oleh sebagian penduduk Kamasan, karena bidang ini sangat menjanjikan dalam memenuhi tuntutan perekonomian.

Proses pembuatan dimulai dari proses peleburan logam kuningan dalam tanur peleburan. Sekali proses peleburan

sekitar 40 liter logam cair selama sekitar 3 jam.

Gambar 18. Proses Peleburan dan Penuangan Logam Pembuatan Uang Kepeng Kamasan

Hasil peleburan selanjutnya dicetak dalam cetakan pasir kuarsa yang sudah diberi inti dan motif. Sudah cetakan

terbentuk selanjutnya diproses penghalusan dengan bantuan mesin bor yang mata bornya sudah dimodifikasi berbentuk

segiempat untuk memegang uang kepeng yang akan dihaluskan.

Gambar 19. Proses Penuangan dan Finishing Pembuatan Uang Kepeng Kamasan

Uang kepeng hasil produksi Desa Kamasan tidak saja didistribusikan sebagai uang kepeng untuk kepentingan upacara,

juga telah dikreasikan menjadi patung-patung dan berbagai bentuk kerajinan yang unik sebagaimana dalam contoh

(21)

Gambar 20. Beberapa Produk Kerajinan Uang Kepeng Kamasan

 Industri emas,perak dan besi

Berbagai jenis kerajinan kreatif logam berkembang di Kabupaten Klungkung seperti kerajinan pande besi,

kerajinan keris, kerajinan periasan emas dan perak, kerajinan barang kebutuhan alat upacara terbuat dari tembaga dan

kuningan, kerajinan seni ukir pelongsong peluru dan kerajinan logam uang kepeng. Khususnya di lingkungan Banjar

Pande desa Kamasan, perajin lebih banyak memproduksi produk kerajinan perak berupa peralatan upacara keagamaan

seperti, bokor, sangku, wanci, payung pagut, dan lain-lain. Kerajinan kuningan, mas dan perak lebih banyak

berkembang di daerah Kamasan, dan desa Budaga. pande besi di daerah Kusamba Kecamatan Dawan Klungkung

yang khusus memproduksi keris. Produk-produk kerajinan yang diproduksi sebagian besar diperuntukkan untuk sarana

upacara adat keagamaan. Berbagai jenis produk kerajinan yang terbuat dari logam putih/perak. Di Kota Klungkung juga

terkenal dengan pusat agen penjulan emas dan perak baik di pertokoan maupun di pasar seni Klungkung.

Gambar 21. Beberapa jenis produk industri emas, perak dan besi di Klungkung

 Industri kuningan

Pengembangan kerajinan kelonsong peluru ini bermula dari pesanan Pimpiman Angkatan Laut Indonesia Yus

Sudarso, yang membawakan I Nyoman Sekar kelonsong peluru agar diolah menjadi barang kerajinan untuk hiasan

ruang tamunya. Hal hasil produk kerajinan ini direspon pasar baik lokal, nasional, dan internasional, sehingga

kegiatannya dalam menatah bokor untuk sementara waktu dihentikan dan memusatkan perhatiannya pada tatah

kelongsong peluru. Pesanan tersebut bukan hanya satu dua, namun hingga empat biji kelongsong peluru, dengan

(22)

Proses pembuatannya diawali dengan cara memanaskan kelongsong di atas bara api untuk memperoleh kelenturan,

dilakukan hingga kelongsong lunak dan kelihatan berwarna merah ” Medon Endong”, yang kemudian dibentuk sesuai

dengan desain dengan rencangan desain dengan teknik dipukul/pemukulan (mentengin) Proses pembentukkan

kelongsong peluru ini dibantu dengan sebuah alat berupa As mobil yang berbentuk L. Pembentukan ini merupakan

proses pembentukan kelongsong peluru secara global. Dilanjutkan dengan proses pemanasan yang bertujuan untuk

menghilangkan bekas-bekas pukulan. Langkah berikutnya, kelongsong peluru diisi dengan getah meranti (kedalam

kelongsong peluru). Pengisian getah meranti pada tabung kelongsong peluru bertujuan untuk menahan pukulan dari

bagian luar, pada saat penatahan membuat pola ukiran, sehingga bentuk dasar dari kelongsong peluru tidak

penyot/rusak.

Gambar 22.Salah satu produk hasil kerajinan selongsong peluru di Desa Kamasan

Apabila ukiran telah terbentuk, dilanjutkan dengan proses pembakaran kembali untuk menghilangkan getah

meranti atau malam. Kemudian kelongsong peluru dibersihkan dengan menggunakan sikat yang khusus digunakan

untuk membersihkan pada saat proses finishing. Agar hasilnya benar-benar bersih perlu dilakukan perebusan dengan

bahan bantu portas yang memiliki fungsi sebagai pembersih hasil tatahan, agar tatahan tidak kelihatan kotor oleh bekas

getah meranti. Selain portas, juga menggunakan asem untuk menghilangkan sisa-sisa/ bekas getah meranti. Asem

merupakan bahan pembersih melalui proses pencucian. Kalau dilihat dari proses produksi ternyata sangat rumit, serta

memerlukan waktu yang cukup lama. Namun demikan tidak mengurangi minat dan niat perajin untuk terus memproduksi

produk tersebut. Karena masyarakat ingin melestarikan dan mengembangkan apa yang telah mereka wariskan secara

turun temurun. Demikian juga dalam proses membuat bokor berukir dari campuran perak dan tembaga, keunikan

nampak, ketika penerapan ornamen dengan berbagai kreasinya yang mengindikasikan kreativitas perajin di daerah ini

sangat tinggi.

Selain kerajinan selongsong peluru, di Kabupaten Klungkung juga terdapat industri kuningan lain yaitu

kerajinan genta dan bola mimpi di Kelurahan Semarapura Kauh tepatnya di Banjar Budaga. Beraneka bentuk produk

telah dihasilkan baik produk untuk sarana upacara agama, maupun bentuk produk yang berfungsi sebagai hiasan. Awal

perkembangan kerajinan logam kuningan ini, membuat peralatan untuk sarana upacara keagamaan seperti Genta,

tempat bija (tempat beras suci), tempat tirta (air Suci) dan bermacam senjata nawasanga sebagai perlengkapan upacara

yang disesuaikan dengan tempatnya dalam pengider buana, dipergunakan di pura atau pemerajan.

Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya pariwisata di Bali, perajin didesa Budaga sangat kreatif dalam

(23)

produk berupa bola mimpi (Dream Ball). Bola mimpi dimaksud adalah produk yang bentuknya menyerupai bola berbunyi

nyaring terdengar dari gesekan butir-butir pelor timah yang ada didalamnya.

Terciptanya bentuk produk dream ball, berawal dari adanya pesanan seorang pengusaha dari Perancis kepada

seorang perajin bernama Pande I Nengah Patra. Produk ini digunakan sebagai pernak pernik pohon natal. Saat ini telah

terjadi pengembangan bentuk dan fungsi produk. Produk ini dibuat disamping berfungsi sebagai hiasan, juga dibuat

sebagai asesoris seperti anting-anting, leontin, gelang dan gantungan kunci. Selain itu, pergeseran fungsipun tidak

dapat di pungkiri terhadap benda-benda pelengkap sarana upacara dalam agama Hindu seperti genta, berubah fungsi

menjadi bel di Gereja, bel pintu perumahan, dan alat musik. Jangkauan pemasaran produk kerajinan kuningan tersebut

di atas, tidak hanya pada wilayah pasar lokal, namun telah meluas pada tingkat pasar nasional dan internasional seperti

Eropa, Jerman dan Amerika, sehingga membawa desa Budaga menjadi terkenal di dunia internaional.

Gambar 23. Produk Hasil Kerajinan Kuningan di Banjar Budaga Kelurahan Semarapura Kauh

Bola mimpi ini adalah salah satu sarana yang sering digunakan masyarakat tertentu dalam kegiatan keagamaan,

maupun kegiatan spiritual. Suara yang dihasilkan dari goyangan bola mimpi ini akan dapat memberikan rasa tenang dan

khusuk dalam kegiatan spiritual. Bola mimpi ini banyak digunakan oleh masyarakat terutama bagi masyarakat di luar

negeri dalam kegiatan spiritual mereka. Sehingga kebanyakan bola mimpi ini dijual untuk para turis dan bahkan sudah di

ekspor ke berbagai manca negara di Eropa, Australia, dan Amerika. Bola mimpi ini terbuat dari bahan plat kuningan

dengan ketebalan bervariasi tergantung pada diameter bola yang dibuat, mulai dari plat 0,5 mm s/d 1 mm.

 Industri keris

Selain dikenal dengan petani garam Desa Kusamba juga terkenal dengan seni kerajinan Keris yang merupakan

benda kebudayaan asliIndonesia. Di Bali keris diperkirakan berasal dari zaman Majapahit dan sebelumnya. Keris

digolongkan sebagai senjata pusaka yang mempunyai teknik tempa besi campuran yang telah diwariskan oleh nenek

moyang bangsa Indonesia sejak jaman Hindu. Senjata ini adalah hasil karya empu atau pande yang memiliki

kemampuan teknik menempa keris yang tidakdapat dipisahkan dari kehidupan spiritual yang ikut menentukan kualitas

mutu keris. Kekhususan keris terletak pada dua mata bilah yang tajam, disamping teknik pembuatannya yang hanya

dapat dicapai melalui sistem tempa lipat. Penciptaan keris yang dilakukan melalui teknologi tempa lipat yaitudengan

cara dilipat, dibakar, dan ditempa secara berulang-ulang, pada gilirannya melahirkan bilah keris dengan pamor

(24)

pada dinding mata keris. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan perubahan sosial serta kemajuan teknologi,

fungsi, bentuk maupun cara pembuatan mengalami perkembangan juga.

Bentuk keris Bali sangat mementingkan unsur keindahan atau seninya, itulah sebabnya keris Bali sangat indah baik

hiasan maupun bentuknya. Kebanyakan keris yang ada di Bali antara wilah dan danganan (hulu keris) terpisah, baik

bahan maupun warna tidak sama. Keris yang beredar di masyarakat ada yang berbentuk lurus, bergelombang atau

ber-luk, seperti ombak laut yang makin jauh makin hilang, mirip perjalanan hidup manusia yang berlangsung dinamis,

berliku, penuh tantangan dan kebersihan. Semua itu terjadi silih berganti, suatu perjalanan panjang atas realitas hidup

yang harus diperjuangkan dan dimenangkan setiap pribadi orang Bali. Umumnya luk keris berjumlah ganjil, mulai dari

luk satu (lurus), luk tiga lima, tujuh, sembilan, sebelas, dan tiga belas.

Kekhususan keris terletak pada dua mata bilah yang tajam, disamping teknikpembuatannya yang hanya dapat dicapai

melalui sistim tempa lipat. Penciptaan keris yang dilakukan melalui teknologi tempa lipat yaitu dengan cara dilipat,

dibakar, dan ditempa secara berulang-ulang, pada gilirannya melahirkan bilah keris dengan pamor yang sangat indah,

unik dan karakteristik. Pamor keris adalah hasil teknik menempa yang khas menimbulkan hiasan pada dinding mata

keris. Hasilnya merupakan produk budaya bangsa yang mengundang decak kagum sebagai karya seni yang sukar

dicari padanannya..

Bahan untuk pembuatan keris adalah besi baja, nikel dan baja meteor. Setelah bahan besi baja, nikel dan

meteor itu dibakar kemudian ditempa dan dilipat lantas dibakar dan ditempa lagi secara berulang-ulang, akhirnya luluh

menjadi bilah keris yang satu, utuh dan terpadu. Dengan teknik menempa tertentu seorang pande keris dapat

membentuk batang mata keris sekaligus mencipta bermacam-macam motif hias pada bidang permukaannya. Selesai

menempa maka mata keris digosok dengan cairan jeruk dan arsenicum yang menghasilkan warna mengkilap pada baja

meteor yang mengandung timah putih. Motif hias dengan berbagai macam corak dari baja meteor merupakan bahan

pamor tampak menonjol pada latar belakang gelap dari batang baja biasa. Kerajinan keris yang berkembang di

Kabupaten Klungkung termasuk kerajinan yang langka, karena hanya dapat ditemui di Banjar Pande Desa Kusamba.

Pekerjaan sebagai perajin keris (pande) telah dilakoni oleh I Ketut Mudra, yang telah diwariskan dari ayahnya Jro

Mangku Wija.

Gambar 24. Keris produksi Ketut Mudra Banjar Pande Desa Kusamba

2.2.7

Industri Lainnya

(25)

Kabupaten Klungkung menyimpan berbagai potensi yang belum dimunculkan dengan optimal. Salah satu

potensi yang ada dan belum dikembangkan secara optimal adalah industri rumah tangga pembuatan tahu dan

tempe.Tahu dan tempe merupakan produk olahan kedelai. Tempe merupakan sejenis makanan olahan dari kacang

kedelai yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Meskipun tempe tergolong makanan murah, namun popularitasnya

tidak pernah surut sebagai salah satu makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat.

Sebagai hasil olahan kacang kedelai, tahu merupakan makanan andalan untuk perbaikan gizi karena tahu mempunyai

mutu protein nabati terbaik karena mempunyai komposisi asam amino paling lengkap dan diyakini memiliki daya cerna

yang tinggi (sebesar 85% -98%). Kandungan gizi dalam tahu, memang masih kalah dibandingkan lauk pauk hewani,

seperti telur, daging dan ikan. Namun, dengan harga yang lebih murah, masyarakat cenderung lebih memilih

mengkonsumsi tahu sebagai bahan makanan pengganti protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pada tahu

terdapat berbagai macam kandungan gizi, seperti protein, lemak, karbohidrat, kalori dan mineral, fosfor, vitamin

B-kompleks seperti thiamin, riboflavin, vitamin E, vitamin B12, kalium dan kalsium (yang bermanfaat mendukung

terbentuknya kerangka tulang). Dan paling penting, dengan kandungan sekitar 80% asam lemak tak jenuh tahu tidak

banyak mengandung kolesterol, sehingga sangat aman bagi kesehatan jantung. Bahkan karena kandungan hidrat arang

dan kalorinya yang rendah, tahu merupakan salah satu menu diet rendah kalori.Desa Sampalan, Kusamba, dan Gelgel

merupakan desa penghasil tahu di Kabupaten Klungkung.

Gambar 25. Tahu Produksi Desa Kusamba, Kecamatan Dawan

b.

Industri rumah tangga pembuatan gula merah dan gula semut

Desa Besan merupakan salah satu desa di Kecamatan Dawan yang banyak terdapat pohon kelapa. Sebagian

pohon kelapa ini dimanfaatkan niranya untuk gula. Pohon kelapa baru bisa disadap bila telah menghasilkan 3 tandan

bunga yang baru membuka dan tandan yang termuda sudah mencapai 20 cm panjangnya. Kelapa umumnya baru

bagus disadap niranya jika sudah berumur sekitar 8 tahun dan 4 tahun untuk kelapa hybrida. Mahkota pohon perlu

dibersihkan dari semua kotoran begitu pula alat-alat yang akan digunakan harus dalam keadaan bersih. Nira diperoleh

dari tandan yang seludangnya belum mekar. Tangkai bunganya biasanya dipukul pukul perlahan-lahan dan baru boleh

disadap setelah 3 - 5 hari kemudian. Agar memudahkan keluarnya nira, mayang dipotong ujungnya ± 10 cm dengan

pisau tajam. Kira-kira seminggu kemudian niranya sudah akan keluar. Agar niranya tidak asam, kotorannya mengendap

dan qulanya nanti berwarna kuning muda maka ke dalam wadah nira diberi 1 sendok makan air kapur sirih yang

sebelumnya telah direndam dengan kayu nangka. Warna gula dapat ditentukan dengan pekat atau tidaknya larutan ini.

Penyadapan biasanya dilakukan pagi sebelum pukul 08.00 dan sore setelah pukul 16.00. Sebelum bumbung atau

(26)

melancarkan keluarnya nira. Setiap mayang dapat diambil niranya selama ± 40 hari,pagi dan sore hari. Nira yang baik

bercirikan masih segar, rasa manis, harum, tidak berwarna.

Gambar 26. Proses pembuatan gula merah di Desa Besan

Selain dipasarkan secara langsung dalam bentuk gula merah original, gula merah produksi Desa Dawan juga

dipasarkan dalam bentuk minuman herbal yang digunakan untuk terapi herbal. Gula kelapa dicampur dengan

rempah-rempah seperti jahe, beras kencur, kunir asem, kunir putih dan temulawak. Khasiat minuman herbal gula kelapa

tersebut dapat digunakan untuk terapi herbal masuk angin dan penghangat badan, terapi herba; pegal dan batuk, terapi

herbal tubuh langsing dan haid lancar, terapi herbal kanker dan daya tahan tubuh, terapi herbal nafsu makan dan

berbagai jenis gangguan kesehatan lain. Salah satu produk minuman herbal yang dipasarkan oleh masyarakat adalah

sebagaimana disajikan pada gambar berikut:

Gambar 27.Minuman Gula Bali Herbal

c.

Industri batok kelapa

Kerajinan batok kelapa yang banyak berkembang di Kabupaten Klungkung adalah jenis kerajinan batok kelapa

untuk berbagai bentuk aneka alat-alat rumah tangga seperti berbagai tempat untuk air minum, tempat makanan dan

minuman serta alat alat dapur seperti sendok dan alat lainya. Ada juga kerajinan batok kelapa ini membuat bokor tempat

untuk banten/canang dengan segala ukuran.

(27)

d.

Industri tedung dan alat kelengkapan pelinggih

Tedung merupakan salah satu alat upacara yag banyak dibuat oleh masyarakat Kabupaten Klungkung.

Kerajinan ini banyak berkembang di wilayah Kecamatan Dawan. Proses produksi kerajinan tedung ini terdiri dari proses

pembuatan komponen utamanya yaitu: menur dan betaka, tangkai, dan rangka tedung, dan asesoris pelengkap.

Komponen utama ini umumnya dibuat secara terpisah-pisah. Menur dan betaka dibuat dengan proses pembubutan,

bahan baku kayu untuk menur umumnya dari kayu waru, albesia, dan kayu lokal bentawas. Bahan baku kayu dipotong

berbentuk balok dengan ukuran sekitar panjang 20-25 cm dan penampang 5x5 cm. Selanjutnya balok ini dibubut sesuai

dengan bentuk dan ukuran yang diinginkan. Sangat berbeda dengan proses pengerjaan tedung (payung) nampak lebih

rumit dengan teknik konvensional, dan hanya sebagian pekerjaan menggunakan alat mesin seperti menjahit, membuat

tangkai payung dengan mesin bubut. Teknik pembuatan payung, diawali dengan membuat tangkai payung dengan

menggunakan bahan kayu albesia, dikerjakan oleh kaum laki-laki. Dilanjutkan membuat kerangka payung dengan

menggunakan kayu, bambu dan benang sebagai pengikat. Apabila kerangka payung telah selesai dikerjakan, langkah

berikutnya dengan merakit kain satin, katun, atau bludru pada kerangka payung. Pemakaian dari masing-masing jenis

kain tersebut tergantung pesanan, tentunya dengan harga dan kwalitas yang berbeda-beda. Perakitan kain pada

kerangka payung juga dilakukan dengan cara dijahit menggunakan mesin jahit. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan

hati-hati agar jarum tidak patah karena tersentuh bambu. Proses selanjutnya adalah pembuatan rumbai-rumbai payung

dengan cara merajutan benang wool. Warna benang disesuaikan dengan warna kain yang digunakan, agar diperoleh

keserasian dan keharmonisan warna payung. Langkah terakhir, adalah penerapan ornamen pada payung dengan cara

penempelan atau pengolesan prada.

Pada proses pembubutan sebagian besar perajin masih menggunakan alat bubut sederhana dengan mata pahat yang

digunakan seperti pisau kerja biasa, dan pisau dipegang dengan tangan saat pembubutan. Putaran untuk pembubutan

sudah menggunakan motor listrik yang dihubungkan dengan sabuk ke mata cak/pemegang kayu.

Gambar 29. Kerajinan Tedung

e.

Industri gerabah

Proses pembuatan gerabah dimulai dari penyediaan tanah liat sebagai bahan baku utama. Tanah liat yang

dipilih adalah tanah liat yang baik. Tanah liat dihaluskan dan diayak dengan pengayakan yang halus agar butiran tanah

seragam. Tanah liat dicampur dengan air secukupnya dan diaduk menjadi adonan gerabah. Tanah liat tersebut

umumnya didiamkan selama sehari agar diperoleh adonan yang kulen. Teknik pembentukan gerabah ini menggunakan

teknik calcalan dengan cara pencetan-pencetan atau pembuatan pilinan-pilinan dengan kedua telapak tangan. Dengan

teknik ini tanah liat bisa ditempelkan, disambung atau disusun menjadi suatu bentuk tertentu. Tahap berikutnya adalah

pengeringan, pada umumnya dilakukan dalam dua tahap, tahap menganginkan dan tahap penjemuran. Pengeringan

(28)

menganginkan selesai baru kemudian benda-benda tersebut dijemur langsung dibawah sinar matahari selama kurang

lebih sampai dua hari Dalam tahap inipun letak benda harus selalu diubah-ubah atau dibalik-balikkan sampai keringnya

rata pada seluruh permukaan. Sesaat setelah tahap pengeringan, biasanya benda-benda yang telah kering benar

langsung dibakar. Hal ini lebih menguntungkan dalam pembakarannya karena bisa berlangsung lebih cepat dan hasil

pembakarannya pun tak dikhawatirkan akan retak atau pecah. Sesuai amatan di lapangan proses pembakaran gerabah

di desa Tojan dilakukan dalam alam terbuka. Dengan menggunakan bahan bakar berupa kayu bakar, jerami, sabut atau

tempurung kelapa dan daun pisang yang kering. Penutupan dengan jerami dilakukan sekitar setengah jam dan akhirnya

pembakaran pun selesai. Pada keesokan harinya baru dibongkar dengan melongsorkan abu jerami sedikit demi Sedikit,

Tidak dapat dipungkiri, perkembangan seni kerajinan gerabah di desa Tojan ini memang belum sebaik di daerah lain di

Bali, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti desain, teknik, kualitas produk, pemasaran, sumber daya manusia,

dan lainnya. Pemasaran produk yang masih berkisar dipasar tradisional Klungkung dan dipesan langsung oleh

konsumen. Hal ini terjadi karena kurang adanya perhatian dari pemerintah dan kurang adanya promosi. Permodalan

pun masih sangat minim. Belum pernah mendapatkan bimbingan dan penyuluhan dari manapun, karena kurang

tersentuh mintra kerja sehingga perajin hanya bisa membuat produk-produk yang telah pernah diproduksi.

Gambar 30. Hasil Produksi Gerabah

2.3 Demografi dan Urbanisasi

2.3.1 Jumlah Penduduk dan KK Keseluruhan

Jumlah penduduk Kabupaten Klungkung pada tahun 2015 adalah berjumlah 175.700 jiwa dengan jumlah KK sebesar

43,652. Kecamatan Klungkung memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu sebesar 57.360 jiwa dengan jumlah KK

sebesar 13.686 sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Dawan sebanyak 34.230 jiwa dengan

jumlah KK 8.393. untuk lebih jelas dapat dilihat dalam tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3.1 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kabupaten Klungkung Tahun 2012-2016

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK

2012 2013 2014 2015 2016

1 Nusa Penida 45,270 45,340 45,380 45,460 45,470 12,711

2 Banjarangkan 37,840 38,150 38,390 38,650 38,920 8,862

3 Klungkung 56,150 56,570 57,000 57,360 57,880 13,686

4 Dawan 33,640 33,840 34,030 34,230 34,430 8,393

Total 172,900 173,900 174,800 175,700 176,700 43,652

(29)

Jumlah penduduk Kabupaten Klungkung pada tahun 2015 adalah berjumlah 175.700 jiwa yang terdiri dari

penduduk laki-laki sebanyak 86.900 jiwa atau 49,43 persen dan penduduk perempuan sebanyak 88.800 jiwa atau

50,57 persen. Pertumbuhan Jumlah penduduk Kabupaten Klungkung dalam 4 tahun terakhir dapat dilihat dari

gambar di bawah ini.

Sumber : BPS Kab. Klungkung, 2016

Grafik 2.1. Jumlah Penduduk Kab. Klungkung Tahun 2011 s/d 2015

Berdasarkan gambar diatas dapat dihitung rata-rata pertumbuhan pendudukan Kabupaten Klungkung dalam 4

tahun terakhir adalah sebesar 0,51% dengan kecenderungan semakin besar meski fluktuaktif. Pada tahun 2012

pertumbuhan pendudukan mencapai 0,47 persen, tahun 2013 mencapai 0,58 persen dan menjadi 0,52 persen pada

tahun 2014 dan pada tahun 2015 menjadi sebesar 0,51 persen.

2.3.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan jumlah penduduk Kabupaten Klungkung pada tahun sebelumnya, maka proyeksi jumlah penduduk

Kabupaten Klungkung pada tahun 2018 mencapai 178,3 ribu jiwa, tahun 2019 mencapai 179,1 ribu jiwa dan proyeksi

pada tahun 2020 mencapai 179,9 ribu jiwa.

Tabel 2.4. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Klungkung Tahun 2018-2020

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)

2018 2019 2020 2021 2022

1 Nusa Penida 45,58 45,61 45,66 45,70 45,75

2 Banjarangkan 39,45 39,69 39,91 40,18 40,44

3 Klungkung 58,55 58,93 59,29 59,68 60,08

4 Dawan 34,72 34,87 35,04 35,22 35,39

Total 178,3 179,1 179,9 180,78 181,66

(30)

2.3.3 Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Jumlah dan persentase penduduk miskin dalam 4 tahun terakhir di Kabupaten Klungkung adalah sebagaimana dalam

gambar di bawah ini.

Grafik 2.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Klungkung Tahun 2010-2015

Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015

Berdasarkan gambar di atas, maka terlihat bahwa dalam 3 tahun (2010-2012) di Kabupaten Klungkung terjadi

penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin, tetapi pada tahun 2013, 2014 dan 2015 terjadi peningkatan jumlah

penduduk miskin menjadi 12.200 jiwa, 12,30 jiwa dan 12,11 jiwa atau mencapai 7,01 persen atau masih di atas

persentase kemiskinan provinsi yang mencapai 4,74 persen.

Grafik 2.3. Indikator Kemiskinan Kabupaten Klungkung Tahun 2011-2015

Sumber : BPS Kab. Klungkung, 2015

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase kemiskinan di Kabupaten Klungkung berfluktuasi

Gambar

Tabel 2.2.1
Gambar 2.  Pemandangan Mata Air Guyangan
Gambar 9. Aneka Kerajinan Lukis Wayang Kamasan
Gambar 10. Beberapa Jenis produksi pertanian di Kabupaten Klungkung
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil supervisi akademik yang dilakukan sebelum tindakan penelitian diperoleh pada kondisi awal RPP tematik guru kelas di SDI wairhek masih rendah. Kemampuan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kesalahan jawaban mahasiswa dalam menyelesaikan soal pada mata kuliah statistika deskriptif ditinjau dari

UPT telah membuat prosedur operasional tetap (SOP) untuk kegiatan utama. Semua SOP unit kerja telah mengacu peta proses bisnis dan juga melakukan inovasi yang

183 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan, dimana dalam undang-undang tersebut terlihat jelas dan tegas ada pemisahan

Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dalam jangka panjang, pada tahap awal dilakukan inventarisasi, identifikasi dan pemetaan terhadap keberadaan tari Balanse Madam

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul ”Induksi Mutasi dengan Irradiasi Sinar Gamma pada Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Kultivar Slamet dan Lumut”

Diklat Pengelolaan Arsip Statis bertujuan untuk memberikan pembekalan kepada peserta dalam mengelola arsip statis yakni arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena

Setelah diketahui data mengikuti distribusi weibull 2 parameter, maka dilakukan estimasi parameter, yaitu mencari estimasi nilai λ (parameter skala) dan k